MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MEDIA DEKAK MULTIFUNGSI PADA
SISWA KELAS IVB SD NEGERI KOTAGEDE 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Hardianto Fifko NIM 12108249039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v MOTTO
“Jangan pernah menyerah, karena ada tempat dan saat ombak paling tinggi
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
vii
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MEDIA DEKAK MULTIFUNGSI PADA
SISWA KELAS IVB SD NEGERI KOTAGEDE 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016
Oleh Hardianto Fifko NIM 12108249039
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran matematika menggunakan media dekak multifungsi pada siswa kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta yang berjumlah 31 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, lembar observasi, dan tes. Angket untuk mengetahui tingkat minat belajar siswa, observasi digunakan untuk mengamati proses pembelajaran menggunakan media dekak multifungsi dan tes digunakan untuk mengetahui pencapaian hasil belajar matematika siswa. Data hasil angket dan tes dianalisis secara deskriptif kuantitatif sementara data hasil observasi dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan minat dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika. Data awal dari hasil wawancara dengan guru diketahui masih ada beberapa minat siswa yang kurang, pada siklus I minat belajar siswa mencapai kategori baik yaitu 71% dengan rata-rata 49,3 dan pada siklus II minat belajar siswa menjadi kategori baik yaitu 93,5% dengan rata-rata 50. Sedangkan hasil belajar siswa pada pra siklus 54,8% dengan rata-rata 69,1, pada siklus 1 skor belajar siswa menjadi 93,6% dengan rata-rata nilai 89,4 dan pada siklus II skor belajar siswa menjadi 87% dengan rata-rata 92. Akan tetapi, siswa telah mencapai kriteria keberhasilan yaitu 75%.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Meningkatkan Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran
Matematika Melalui Media Dekak Multifungsi pada Siswa Kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016”. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan
Sekolah Dasar, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Yogyakarta.
Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.
3. Bapak Suparlan, M.Pd. M.Si. Ketua Jurusan Pendidikan Prasekolah dan
Sekolah Dasar yang telah memberi kelancaran dalam pembuatan proposal sampai selesainya skripsi ini.
ix
5. Ibu Unik Ambarwati, M.Pd. yang telah memberikan banyak bantuan dalam
validasi media.
6. Bapak Banu Setya Adi, M.Pd. pembimbing akademik yang telah memberikan
arahan dan motivasi dalam penyelesaian studi.
7. Bapak Kartana, S.Ag. Kepala Sekolah SD Negeri Kotagede 1 yang telah memberikan izin dan bantuan penelitian ini.
8. Eny Purwanti, S.Pd.SD. Guru kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 yang telah bekerja sama dalam penelitian.
9. Siswa Kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 tahun ajaran 2015/2016.
10. Kedua orang tua dan keluargaku yang telah memberikan doa, dukungan, dan
materil.
11. Teman-teman PGSD Mentawai angkatan 2012 terimakasih atas doanya. 12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam segala hal yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan mendapatkan balasan dari Tuhan YME. Dengan segala keterbatasan
pengetahuan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya dalam dunia
x
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
C. Kajian tentang Minat Belajar ... 16
D. Kajian tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 18
E. Kajian tentang Matematika ... 22
F. Kajian tentang Media Pembelajaran... 26
G. Dekak Multifungsi ... 30
H. Kerangka Berfikir ... 35
I. Hipotesis Tindakan ... 37
xi
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 39
C. Setting Penelitian ... 40
D. Model Penelitin ... 40
E. Rancangan Pelaksanaan Tindakan ... 42
F. Teknik Pengumpulan Data ... 44
G. Teknik Analisis Data ... 48
H. Defenisi Operasional Variabel ... 50
I. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 53
B. Deskripsi Data Awal Siswa ... 54
C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 56
1. Siklus I ... 56
2. Siklus II ... 69
D. Pembahasan ... 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85
B. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 87
xii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Data Nilai Ulangan Harian Matematika... 2
Tabel 2. Kisi-Kisi Minat Belajar ... 45
Tabel 3. Kisi-Kisi Tes ... 46
Tabel 4. Data Nilai Pra Siklus Siswa Kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 ... 55
Tabel 5. Data Nilai Rata-Rata Minat Belajar Matematika Siklus I... 61
Tabel 6. Siswa yang Sudah dan Belum Mencapai Minat Sedang Pada Siklus I . 62 Tabel 7. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Pada Siklus I ... 63
Tabel 8. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Pada Siklus I ... 65
Tabel 9. Data Nilai Siklus I Siswa Kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 ... 67
Tabel 10. Hasil Belajar Matematika Pra Siklus Dan Siklus I ... 68
Tabel 11. Data Nilai Rata-Rata Minat Belajar Matematika Siklus II ... 73
Tabel 12. Siswa yang Sudah dan Belum Mencapai Minat Sedang Siklus II ... 74
Tabel 13. Hasil Skor Minat Belajar Matematika Siklus I Dan Siklus II ... 75
Tabel 14. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Pada Siklus II... 76
Tabel 15. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Pada Siklus II ... 78
Tabel 16. Data Nilai Siklus II Siswa Kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 ... 80
xiii
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Kerucut Pengalaman E. Dale ... 28
Gambar 2. Skema Kerangka Berfikir ... 37
Gambar 3. Model Penelitian Kemmis Dan Mc. Taggart ... 41
Gambar 4. Diagram Batang Data Skor Siklus I Minat Belajar Matematika ... 62
Gambar 5. Diagram Batang Data Skor Siklus II Minat Belajar Matematika ... 74
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Data Awal Nilai Siswa ... 91
Lampiran 2. Lembar Angket Minat Belajar Siswa ... 92
Lampiran 3. RPP Siklus I ... 93
Lampiran 4. Data Nilai Post Test Siswa Siklus I ... 114
Lampiran 5. Data Angket Minat Siklus I ... 115
Lampiran 6. Lembar Observasi Guru Siklus I ... 116
Lampiran 7. Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 117
Lampiran 8. RPP Siklus II ... 118
Lampiran 9. Data Nilai Post Test Siswa Siklus II ... 142
Lampiran 10. Data Angket Minat Siklus Ii ... 143
Lampiran 11. Lembar Observasi Guru Siklus II ... 144
Lampiran 12. Lembar Observasi Siswa Siklus II... 145
Lampiran 13. Data Angket Minat Siklus I Dan Siklus II ... 146
Lampiran 14. Data Nilai Post Test Siswa Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II ... 147
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan untuk pembangunan suatu Negara.
Karena dengan adanya pendidikan dapat menghasilkan Sumber Daya Manusia yang baik untuk kemajuan suatu Negara. Seperti yang tertera dalam
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut di atas maka pada setiap jenjang pendidikan diberikan beberapa mata pelajaran yang wajib dilaksanakan. Salah satunya matematika, matematika merupakan ilmu dasar
yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika wajib diperlukan dan konsep-konsep
matematika harus dipahami dengan baik dan benar sejak dini.
Tercapainya suatu konsep-konsep pendidikan juga tidak lepas dari tanggungjawab seorang pendidik karena sejak adanya kehidupan, sejak itu
2
merupakan tugas tanggung jawabnya yang pertama dan utama. Guru
membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi
standar yang dipelajarinya.
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk
mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan
siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis segala fase
dan proses perkembangan siswa.
Pada kenyataannya proses belajar mengajar, khususnya pelajaran matematika pada materi FPB masih sering dijumpai permasalahan, antara lain
kurangnya minat belajar siswa, rendahnya aktivitas belajar siswa yang terbukti dari data nilai ulangan harian yang ada pada tabel berikut:
Tabel 1. Data nilai ulangan harian matematika kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta
Kriteria Ketuntasan Minimal (66)
Jumlah siswa yang
Mencukupi KKM 17 Siswa
Tidak mencukupi KKM 14 Siswa
Sumber: Daftar nilai kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta
Dari data di atas menunjukkan bahwa hasil belajar matematika di SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta masih kurang baik, hasil wawancara yang
3
perhatian siswa pada saat proses pembelajaran yang sedang berlangsung
sehingga menyebabkan hasil belajar siswa menjadi kurang baik.
Apabila dilihat pada kenyataan yang terjadi hal ini bukanlah semata
kesalahan siswa melainkan disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya faktor pendidik siswa yang mungkin belum menguasai hakikat pembelajaran matematika, sarana dan prasarana yang belum memadai, strategi dan metode
pembelajaran yang diterapkan serta media pembelajaran yang kurang tepat. Penggunaan media yang tepat sangat diperlukan dalam pembelajaran.
Gagne (Azhar Arsyad, 2011: 14) menyatakan “media merupakan wujud dari adanya berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsang siswa untuk belajar”. Dikatakan demikian karena dalam suatu proses pembelajaran tidak cukup jika siswa hanya menerima penjelasan materi tanpa merasakan secara langsung. Selanjutnya Brown (Azhar Arsyad, 2011: 15) meyakini “media yang digunakan dengan baik oleh guru atau siswa dapat
mempengaruhi efektivitas program belajar dan mengajar sehingga pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa, di samping itu bisa
membuat peserta didik menjadi lebih aktif.
Penilaian yang terjadi di dalam pendidikan bertumpu pada proses dan
hasil belajar sehingga memberikan wewenang bagi guru untuk dapat mengelola kegiatan belajar mengajar sehingga menciptakan suasana yang menyenangkan. Aktivitas belajar yang menyenangkan selain faktor dorongan
4
luar berupa rangsangan-rangsangan yang membuat rasa ingin tahu siswa pada
sesuatu yang dipelajarinya.
Untuk itu guru sebaiknya melakukan proses pembelajaran yang dapat
membangkitkan minat belajar siswa agar lebih menyukai mata pelajaran matematika. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru yakni menarik perhatian siswa. Menurut Gazali (Slameto, 2003: 56), perhatian adalah
keaktifan jiwa yang dipertinggi dan hanya tertuju pada suatu objek (benda/media) atau kumpulan objek tertentu. Dalam penelitian ini media yang
akan digunakan adalah media dekak multifungsi sesuai dengan materi pembelajaran tentang FPB (faktor persekutuan terbesar) yang dapat menarik
minat belajar siswa.
Salah satu pembelajaran yang dapat membangkitkan minat belajar siswa adalah memberikan kesan matematika tidak sulit. Arti kesan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2002) antara lain adalah apa yang terasa (terpikir) sesudah melihat (mendengar) sesuatu. Jadi yang dimaksud memberi kesan matematika tidak sulit dalam hal ini adalah memberi image pada anak,
sehingga mereka merasa atau menganggap bahwa matematika tidak sulit. Dengan menganggap matematika tidak sulit, anak akan merasa tertarik pada
matematika.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan penulis merasa perlu mengadakan penelitian tentang meningkatkan minat belajar siswa dalam
5
yang dipilih disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan yaitu
menggunakan media dekak multifungsi untuk membelajarkan materi FPB pada siswa kelas IVB.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa
masalah yang timbul antara lain:
1. Rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran matematika yang disebabkan
oleh pemilihan model dan metode yang kurang tepat.
2. Kurangnya minat siswa dalam memperhatikan pelajaran yang sedang
berlangsung.
3. Kurang tepatnya media yang digunakan dalam pembelajaran matematika sehingga membuat pembelajaran matematika terasa sulit.
4. Kurangnya keterlibatan siswa dalam penggunaan media, sehingga siswa kurang mendapat pengalaman secara langsung tentang materi pembelajaran.
5. Banyaknya siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru pada saat pembelajaran matematika karena mereka menganggap bahwa matematika
itu sulit.
C. Pembatasan Masalah
6
sarana dan prasarana, maka peneliti memberi batasan terhadap masalah yang
akan diteliti yaitu terbatas pada meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui media dekak multifungsi pada siswa kelas
IVB SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.
D. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
“Bagaimanakah meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran
matematika melalui media dekak multifungsi pada siswa kelas IVB SD Negeri
Kotagede 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui media dekak multifungsi pada siswa
kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.
F. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis:
Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat memberikan kegunaan,
7 2. Secara praktis:
a. Bagi peneliti, yaitu sebagai pengalaman dalam pembelajaran matematika yang menggunakan media dekak multifungsi
b. Bagi guru, yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, sehingga konsep-konsep yang diajarkan guru dapat dikuasai siswa. c. Bagi siswa, yaitu meningkatkan minat belajarnya terhadap mata
8 BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian tentang Minat 1. Pengertian Minat
Pitadjeng (2006: 16) mengatakan bahwa “minat adalah kesadaran
seseorang, bahwa suatu objek, sesuatu atau suatu soal, atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya”. Selanjutnya menurut A.
Mursal (Pitadjeng, 2006: 16) “minat adalah perhatian yang mengandung
unsur perasaan. Minat bukan hanya berhubungan dengan unsur-unsur kognitif tetapi juga afektif dan bahkan psikomotorik”.
Jeanne Ellis Ormrod (2018: 101) menjelaskan “minat (interest)
adalah bahwa mereka menganggap topik atau aktivitas tersebut menarik dan menantang”. Selanjutnya McDaniel, dkk dalam Jeanne Ellis Ormrod
(2008: 102) menjelaskan bahwa “siswa yang tertarik pada sebuah topik
tertentu mencurahkan perhatian yang lebih banyak pada topik itu dan menjadi lebih terlibat secara kognitif di dalamnya”.
Noeng Muhajir (Dwi Sunar Prasetyono, 2008: 54) mengatakan
bahwa “minat adalah kecenderungan efektif (perasaan, emosi) sesorang
untuk membentuk aktivitas. Dari sini dapat dilihat bahwa minat itu melibatkan kondisi psikis (kejiwaan) sesorang.
Slameto (2003: 57) mengatakan bahwa “minat adalah kecenderungan
9
dengan rasa senang”. Selanjutnya Slameto (2003: 180) juga menjelaskan
bahwa “minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu
hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat”.
Slameto juga menjelaskan bahwa suatu minat dapat diekspresikan
melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui
partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar
terhadap subjek tertentu.
Minat timbul karena adanya rasa senang dan tertarik, perhatian dan kebutuhan. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian,
minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya.
Dari berbagai pendapat tentang minat dapat diambil kesimpulan tentang pengertian minat. Minat merupakan suatu perhatian, rasa lebih
suka, dan rasa ketertarikan pada suatu subjek yang dapat mempengaruhi efektivitas belajar siswa dalam pembelajaran selanjutnya.
2. Macam-macam Minat
10 1) Minat situasional
Dipicu oleh sesuatu di lingkungan sekitar. Minat yang dipicu secara temporer oleh sesuatu di lingkungan sekitar.
2) Minat pribadi
Minat ini terletak di dalam diri. Siswa cenderung memiliki preferensi pribadi tentang topik – topik yang mereka kejar dan aktivitas yang mereka ikuti. Minat semacam ini relatif stabil sepanjang waktu dan menghasilkan pola yang konsisten dalam pilihan yang dibuat siswa. Seringkali minat pribadi dan pengetahuan saling menguatkan. Minat dalam sebuah topik tertentu memicu semangat untuk mempelajari lebih dalam tentang topik tersebut, dan pengetahuan yang bertambah sebagai akibat dari proses pembelajaran itu pada gilirannya meningkatkan minat yang lebih besar.
Sedang P. A. Alexander (Jeanne Ellis Ormrod, 2008: 104) mengatakan akhirnya, minat pribadi lebih bermanfaat dibandingkan minat
situasional, karena minat ini memungkinkan keterlibatan, proses-proses kognitif yang efektif, dan perbaikan dalam jangka panjang. Hidi (Jeanne
Ellis Ormrod, 2008: 104) mengatakan, namun minat situasional juga penting, karena menarik perhatian siswa dan sering menjadi bibit yang dapat menimbulkan minat pribadi.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat terbagi atas dua macam, minat situasional dan minat pribadi. Minat situasional merupakan minat yang berasal dari keadaan sekitar, sedangkan
minat pribadi merupakan suatu minat yang berasal dari dalam diri sendiri.
3. Faktor yang Mempengaruhi Minat
Di samping itu perlu dilakukan kegiatan yang berhubungan dengan mata pelajaran itu, misalnya pada mata pelajaran matematika usahakan
11
JT. Loekmono
(http://mahfudin.guru-indonesia.net/artikel_detail-23663.html) mengemukakan bahwa cara-cara untuk menumbuhkan minat belajar pada diri siswa adalah sebagai berikut:
1) Periksalah kondisi jasmani anak, untuk mengetahui apakah segi ini yang menjadi sebab.
2) Gunakan metode yang bervariasi dan media pembelajaran yang
menarik sehingga dapat merangsang anak untuk belajar.
3) Menolong anak memperoleh kondisi kesehatan mental yang lebih baik.
4) Cek pada orang atau guru-guru lain, apakah sikap dan tingkah laku tersebut hanya terdapat pada pelajaran saudara atau juga ditunjukkan di
kelas lain ketika diajar oleh guru-guru lain.
5) Mungkin lingkungan rumah anak kurang mementingkan sekolah dan belajar. Dalam hal ini orang-orang di rumah perlu diyakinkan akan
pentingnya belajar bagi anak.
6) Cobalah menemukan sesuatu hal yang dapat menarik perhatian anak, atau tergerak minatnya. Apabila minatnya tergerak, maka minat
tersebut dapat dialihkan kepada kegiatan-kegiatan lain di sekolah. Jeanne Ellis Ormrod (2008: 104) menyatakan bahwa petingnya
hubungan antara guru dan siswa akan berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Sebagai guru, perlunya menumbuh kembangkan minat pribadi siswa dengan mengizinkan sedikit fleksibel di topik-topik yang mereka
12
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa minat belajar
siswa dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya adalah media dan metode pembelajaran yang harus sesuai dengan pemahaman siswa. Dalam
penelitian ini menggunakan media sebagai metode, karena siswa akan lebih tertarik jika dalam suatu pembelajaran menggunakan media yang konkret.
4. Cara Meningkatkan Minat
Beberapa ahli pendidikan Slameto (2003: 180-181) berpendapat
bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu objek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang
telah ada.
Di samping memanfaatkan minat yang telah ada, tanner & tanner (Slameto, 2003: 181) menyarankan agar para pengajar juga berusaha
membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu,
menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang.
Harry Kitson (The Liang Gie, 1995: 130) mengatakan bahwa adanya dua kaidah tentang minat (the laws of interest) yang berbunyi:
1) Untuk menumbuhkan minat suatu mata pelajaran, usahakan memperoleh keterangan tentang hal itu.
13
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa cara
meningkatkan minat belajar siswa dapat dilakukan dengan cara : 1) Membangkitkan minat-minat siswa yang telah ada.
2) Mencoba menceritakan sedikit mengenai hal-hal yang berhubungan dengan siswa sebelum masuk ke inti pembelajaran yang sesungguhnya 3) Membentuk minat-minat baru pada diri siswa.
4) Mencontohkan yang berhubungan dengan materi pada saat pembelajaran berlangsung.
5) Meminta siswa untuk terlibat secara langsung terhadap penggunaan media dekak multifungsi yang sedang berlangsung.
B. Kajian tentang Belajar 1. Pengertian Belajar
Skinner (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 9) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila tidak belajar makanya responnya
menurun.
Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 9) mengatakan bahwa belajar
merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang akan memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang
14
Selanjutnya Slameto (2003: 2) berpendapat bahwa belajar ialah
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari berbagai tentang pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses pembentukan perilaku seseorang tentang
keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai untuk menjadi lebih baik agar bisa membawa dampak positif di lingkungan masyarakat.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Slameto (2003: 54-70) mengatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu:
1) Faktor intern
Adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar yang meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, faktor
psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan, faktor kelelahan meliputi kelelahan jasmani
dan kelelahan rohani. 2) Faktor ekstern
Adalah faktor yang ada di luar individu meliputi faktor keluarga, faktor
15
ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang
kebudayaan. Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas siswa. Faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan
bentuk kehidupan masyarakat.
Abu Ahmadi & Widodo Supriyono (2004: 78-79) menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut.
1) Faktor intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi: a) Faktor fisiologi (jasmani) baik yang bersifat bawaan maupun yang
ada dalam diri. Yang termasuk faktor ini adalah penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dsb.
b) Faktor psikologi adalah faktor yang bersifat bawaan seperti kecerdasan dan bakat ataupun yang diperoleh seperti sikap, kesabaran, emosi, dsb.
2) Faktor ekstern (faktor dari luar manusia) meliputi:
a) Faktor-faktor non-sosial seperti lingkungan keluarga, sekolah,
kelompok, dsb.
b) Faktor sosial seperti iptek, seni, miss media, dsb.
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang
16
1) Faktor intern yang meliputi faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat
tubuh) dan faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan).
2) Faktor ekstern yang meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
C. Kajian tentang Minat Belajar 1. Pengertian Minat Belajar
Abdul Hadis (2006: 42) mengatakan minat belajar dapat diartikan sebagai rasa tertarik yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam melakukan
aktivitas belajar, baik di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Selanjutnya Abdul Hadis mengatakan jika individu atau peserta didik merasa tertarik atau berminat dalam melakukan aktivitas belajar, maka peserta didik
tersebut menunjukkan gairah yang tinggi dalam melakukan aktivitas belajar , tekun dan ulet dalam melakukan aktivitas belajar sekalipun dalam waktu yang lama, aktif, kreatif, dan produktif dalam melaksanakan
aktivitas dan menyelesaikan tugas-tugas belajar , tidak mengenal lelah apalagi bosan dalam belajar, senang dan asyik dalam belajar, aktivitas
belajar dianggap sebagai suatu hobi dan bagian dari hidup.
Dari berbagai pendapat ahli tentang minat dan belajar dapat diambil kesimpulan pengertian minat belajar. Minat belajar adalah suatu
17
materi pembelajaran lebih menarik dibanding yang lainnya demi mencapai
suatu tujuan dalam proses pembelajaran.
Crow & Crow (Rachman Abror, 1993: 112) mengatakan minat atau interest suatu yang berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong kita
cenderung atau merasa tertarik atau pun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
Fungsi minat dalam belajar sangat besar sebagai motivating force yaitu sebagai salah satu yang mendorong siswa untuk belajar. Seperti yang
telah diketahui selama ini guru telah memahami dan memakai minat agar dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa dalam bidang studi
tertentu. Misalnya ada seorang siswa yang menaruh minat besar pada mata pelajaran matematika, siswa tersebut akan lebih memusatkan perhatiannya dibanding siswa yang lain. Oleh sebab itu, siswa yang menaruh perhatian
lebih besar terhadap materi pelajaran akan membuat siswa tersebut mampu meraih prestasi yang diinginkan. Whitherington (1985: 135) menyatakan minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, seseorang, suatu
soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya.
Berdasarkan pendapat di atas, diperoleh kesimpulan tentang
indikator anak berminat akan suatu aktivitas. Indikator-indikator anak berminat adalah:
1) Anak yang berminat akan terlihat dari aktivitas anak tersebut. Minat (interest) adalah bahwa mereka menganggap topik atau aktivitas
18
2) Anak yang berminat terhadap suatu topik akan mencurahkan perhatian.
Siswa yang tertarik pada sebuah topik tertentu mencurahkan perhatian yang lebih banyak pada topik itu dan menjadi lebih terlibat secara
kognitif di dalamnya McDaniel, dkk dalam Jeanne Ellis Ormrod (2008: 102).
3) Anak yang berminat terhadap suatu hal akan terlihat ketika
memperhatikan dan mengenang. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
Kegiatan yang diminati sesorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang Slemato (2003: 57).
4) Anak yang berminat karena merasa suatu aktivitas menyangkut dengan dirinya. Minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, sesuatu atau suatu soal, atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya
Pitadjeng (2006: 16).
Dari definisi tersebut disusun indikator-indikator minat siswa terhadap pelajaran matematika:
1) Respon siswa terhadap pelajaran matematika.
2) Perhatian siswa saat mengikuti pelajaran matematika.
3) Keterlibatan siswa saat mengikuti pelajaran matematika.
D. Kajian tentang Karakteristik Matematika Siswa Sekolah Dasar
19
berapa tepatnya anak matang untuk masuk sekolah dasar, sebenarnya sukar
dikatakan karena kematangan tidak ditentukan oleh umur semata-mata. Namun pada umur 6 atau 7 tahun, biasanya anak telah matang untuk
memasuki sekolah dasar. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif, anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini diperinci lagi menjadi dua fase, yaitu:
1) Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun. Beberapa sifat anak-anak pada masa ini antara lain
seperti berikut.
a) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan
prestasi (apabila jasmani nya sehat banyak prestasi yang diperoleh). b) Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang tradisional. c) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri (menyebut nama sendiri).
d) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain.
e) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.
f) Pada masa ini (terutama 6,0 - 8,0 tahun) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang
pantas diberi nilai baik dan tidak.
2) Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira 12,0 atau 13,0 tahun. Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini ialah: Adanya minat terhadap
20
a) Amat realistic, ingin mengetahui, ingin belajar.
b) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli yang mengikuti teori faktor
ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor (bakat-bakat khusus).
c) Sampai kira-kira umur 11,0 tahun anak membutuhkan guru atau
orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas umur ini pada umumnya anak menghadapi
tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya. d) Pada masa ini, anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran
yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.
e) Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Dalam permainan itu biasanya
anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.
William Stern (Abu Ahmadi & Munawar Sholeh, 2005: 115)
membagi-bagi pengamatan ke dalam empat masa, yaitu:
1) Masa mengenal benda: sampai 8 tahun. Pengamatannya masih bersifat
global. Di samping global yang samar-samar ia telah dapat membedakan benda tertentu, seperti manusia dan hewan.
2) Masa mengenal perbuatan: 8 sampai dengan 9 tahun.
21
4) Masa mengenal hubungan: 9 sampai 10 tahun. Anak mulia mengenal
hubungan antara waktu, tempat, dan sebab akibat.
5) Masa mengenal sifat: 10 tahun ke atas. Anak mulai menganalisis (analyse = uraian) pengamatannya sehingga ia mengenal sifat-sifat
benda, manusia, dan hewan.
Elizabeth Hurlock (190: 148) mengatakan akhir masa kanak-kanak
sering kali disebut usia bermain oleh ahli psikologi, bukan karena terdapat lebih banyak waktu untuk bermain daripada dalam periode-periode lain.
Hal mana tidak dimungkinkan lagi apabila anak-anak sekolah, melainkan karena terdapat tumpang tindih antara ciri-ciri bermain anak-anak yang
lebih muda dengan ciri-ciri bermain anak-anak remaja. Jadi alasan periode ini disebut sebagai usia bermain adalah karena luasnya minat dan kegiatan bermain dan bukan karena banyaknya waktu untuk bermain.
Piaget (Rita Eka Izzaty dkk, 2013: 104) mengatakan masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berfikir (usia 7-12 tahun), dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan
konsep yang samar-samar dan tidak jelas sekarang lebih konkret. Anak mampu menggunakan kemampuan mental dalam memecahkan masalah
yang bersifat konkret.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak berada dalam tahap operasi konkret yang sangat terlihat ketika siswa
22 E. Kajian tentang Matematika
1. Pengertian Matematika Sekolah Dasar
Matematika dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Mulyasa,
2007: 125) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI sampai SMA. Matematika mengkaji bilangan, geometri dan pengukuran serta pengolahan data. Siswa diarahkan untuk bersikap logis,
kreatif dan percaya diri dalam pemecahan masalah melalui pembelajaran matematika di sekolah.
Ebbutt dan Straker (Marsigit: 2009) mengatakan bahwa matematika sekolah sebagai: (1) kegiatan matematika merupakan kegiatan penelusuran
pola dan hubungan, (2) kegiatan matematika memerlukan kreativitas, imaginasi, intuisi dan penemuan, (3) kegiatan hasil matematika perlu dikomunikasikan, (4) kegiatan problem solving adalah bagian dari
kegiatan matematika, (5) algoritma merupakan prosedur untuk memperoleh jawaban-jawaban persoalan matematika dan (6) interaksi sosial diperlukan dalam kegiatan matematika.
Johnson dan Rising (Sri Subarinah, 2006: 1) mengatakan matematika merupakan pola berfikir, pola mengorganisasikan pembuktian logik,
pengetahuan struktur yang terorganisasi memuat: sifat-sifat, teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.
23
pembuktian logik, atau bahasa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima
pembuktian secara induktif.
2. Tujuan Pembelajaran Matematika
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik karena sangat penting dalam kehidupan untuk membekali peserta didik agar memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi karena dalam setiap kehidupan kita pasti akan merasakan betapa pentingnya matematika untuk bisa mengukur,
menghitung, dan lain sebagainya.
Sementara berdasarkan kurikulum 2013, tujuan pembelajaran
berdasarkan Standar kompetensi Lulusan SD yang diharapkan tercapai meliputi:
a. Domain Sikap: memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang
beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggungjawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di sekitar rumah, sekolah, dan tempat bermain.
b. Domain Keterampilan: memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang
ditugaskan kepadanya.
c. Domain Pengetahuan: memiliki pengetahuan faktual dan konseptual dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, humaniora, dengan
24 3. Ruang Lingkup Matematika SD
Ruang lingkup matematika pada tingkat satuan pendidikan SD/MI dalam KTSP tahun 2006 (Depdiknas, 2006) meliputi aspek-aspek sebagai
berikut: a. Bilangan
b. Geometri dan pengukuran
c. Pengolahan data
4. Materi FPB
a. Pengertian FPB
FPB (faktor persekutuan terbesar) dari dua bilangan adalah
bilangan terbesar yang habis membagi kedua bilangan tersebut. Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika yang harus dicapai oleh siswa kelas IVB SD adalah sebagai berikut:
Standar kompetensi
Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah.
Kompetensi dasar
1) Mendeskripsikan konsep faktor dan kelipatan.
2) Menentukan kelipatan dan faktor bilangan 3) Menentukan KPK dan FPB.
4) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB.
25
yang harus dikuasai di kelas IV. Selanjutnya materi yang harus dicapai
adalah:
1) Menentukan FPB.
2) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan FPB.
Soewito dkk (1992: 137) mengatakan jika bilangan bulat positif r merupakan pembagi bilangan bulat positif p dan q, maka r disebut
pembagi persekutuan p dan q atau faktor persekutuan p dan q. Selanjutnya di antara faktor persekutuan bilangan bulat terdapat yang
terbesar, disebut faktor persekutuan terbesar.
T. Wakiman (2001: 74) mengungkapkan dalam menanamkan
konsep FPB, kita dapat menggunakan pendekatan hukum DM (diterangkan-menerangkan, suatu kaidah dalam bahasa Indonesia). Menurut hukum itu, istilah faktor persekutuan terbesar tentunya
berasal dari istilah faktor, kemudian menjadi faktor persekutuan, dan akhirnya menjadi faktor persekutuan terbesar.
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa FPB adalah
faktor persekutuan bilangan yang terbesar yang berasal dari faktor kemudian menjadi faktor persekutuan dan akhirnya menjadi faktor
persekutuan terbesar.
Adapun materi FPB yang akan diajarkan pada siswa kelas IV adalah sebagai berikut:
26
Faktor dari 12 yaitu 1, 2, 3, 4, 6, dan 12.
1 adalah faktor dari 6 tetapi 1 juga faktor dari 12, maka dikatakan bahwa 1 adalah faktor persekutuan dari 6 dan 12.
2 adalah faktor dari 6 tetapi 2 juga faktor dari 12, maka dikatakan bahwa 2 adalah faktor persekutuan dari 6 dan 12.
3 adalah faktor dari 6 tetapi 3 juga faktor dari 12, maka dikatakan
bahwa 3 adalah faktor persekutuan dari 6 dan 12. Jadi, FPB dari 6 dan 12 adalah 6.
b. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan FPB
Menentukan pecahan paling sederhana dari
Jadi, bentuk paling sederhana dari
adalah
F. Kajian tentang Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran
Azhar Arsyad (2002: 3) mengatakan kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar
pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Sedang Gerlach & Ely (Azhar
27
besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi
yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli (Azhar Arsyad, 2002: 3) yang sebagian di antaranya akan diberikan ini. AECT (Association Of Education and Communicstion Technology) memberi
batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Di bagian lain Heinich dkk
(Azhar Arsyad, 2002: 4) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.
Arief S. Sadiman (2005: 6) mengatakan kata media berasal bahasa latin dan merupakan jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. “MedÒë adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) dalam Arief S. Sadiman (2005: 7) memiliki pengertian
yang berbeda tentang media. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik
tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Di bagian lain Arief S. Sadiman memiliki pendapat sendiri, yaitu:
28
Romiszowski (Basuki Wibawa & Farida Mukti, 1992: 8)
mengatakan bahwa media ialah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima
pesan. Dalam proses belajar-mengajar, penerima pesan itu ialah siswa. Edgar Dale (Arief S. Sadiman, 2008: 8) mengatakan, dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu ini adanya pengadaan klasifikasi
pengalaman menurut tingkat dari paling konkret ke yang paling abstrak. Klasifikasi ini kemudian dikenal dengan nama kerucut pengalaman (cone of experience).
Gambar 1. Kerucut Pengalaman E. Dale (Arief S. Sadiman, 2008: 8)
Pengalaman yang konkret secara langsung dialami siswa terletak di bagian bawah kerucut. Di sinilah pengalaman belajar yang paling besar
29
19) menyampaikan bahwa belajar yang sukses (successful lesrning) adalah
belajar dengan mengalami sendiri.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media
adalah perantara dalam menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima. Dikatakan demikian, dengan menggunakan media pembelajaran dapat
merangsang pikiran dan minat siswa dalam proses pembelajaran. 2. Manfaat Media Pembelajaran
Arsyad (2002: 26) merincikan manfaat media pendidikan dalam
proses belajar mengajar sebagai berikut:
1) Media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2) Media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungannya, dan memungkinkan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3) Media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.
4) Media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungan.
Nana Sudjana (2013: 2) mengatakan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain:
1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran yang lebih baik;
30
sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apabila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran;
4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. Midum (Rayndra Asyar, 2012: 41) menyampaikan manfaat
penggunaan media pembelajaran tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Dengan media pembelajaran dapat memperluas cakrawala sajian materi pembelajaran yang diberikan.
2) Media pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar yang konkret dan langsung kepada peserta didik.
3) Media-media pembelajaran dapat memberikan informasi yang akurat dan terbaru.
4) Media pembelajaran dapat menambah ke menarikan tampilan materi sehingga meningkatkan motivasi dan minat serta mengambil perhatian peserta didik untuk fokus mengikuti materi yang disajikan.
5) Media pembelajaran dapat merangsang peserta didik untuk berfikir kritis, menggunakan kemampuan imajinasinya.
6) Media pembelajaran dapat memecahkan masalah pendidikan atau pengajaran baik dalam lingkup mikro maupun makro.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat media pembelajaran adalah sesuatu yang dapat memperjelas penyajian materi dan informasi sehingga dapat menimbulkan minat dan
motivasi belajar terhadap siswa.
G. Dekak Multifungsi
1. Pengertian Dekak Multifungsi
Media dekak multifungsi adalah alat bantu berbentuk bangun ruang
31
KPK, kubus, dan jaring-jaring kubus tetapi, dalam penelitian ini peneliti
hanya terbatas pada materi FPB melalui media dekak multifungsi.
Dekak adalah alat peraga atau media pembelajaran yang bermanfaat
untuk memudahkan siswa dalam memahami bilangan- bilangan FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) dan KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil), sehingga siswa dapat dengan mudah mencari FPB dan KPK dari 2 atau 3
bilangan ( DBE2, USAID, Katalog Alat Peraga Murah : 19 ).
T. Wakiman (2001: 74) mengungkapkan bahwa alat peraga yang
digunakan dalam konsep FPB berangkat dari alat peraga dekak-dekak tentang perkalian. Menurut (Ruseffendi, 1997: 261) alat peraga
dekak-dekak adalah salah satu alat peraga matematika yang dapat digunakan untuk menjelaskan konsep perkalian.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media dekak adalah
suatu media pembelajaran yang digunakan untuk dapat memudahkan proses pemahaman dalam pembelajaran agar mencapai hasil yang baik. Adapun tahap penggunaan media dekak multifungsi adalah sebagai
berikut:
Menurut Jerome Brunner (Suwarso, 2002: 26) mengatakan bahwa
cara menyajikan pelajaran harus disesuaikan dengan derajat berfikir anak dan membagi tahap-tahap menjadi 3 yaitu:
a. Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di
32
ini peserta didik secara langsung terlibat dalam penggunaan media.
Adapun tahapnya sebagai berikut:
1) Untuk menggunakan alat ini, lebih baik dilakukan oleh anak-anak
dengan jumlah genap, misalnya 2 anak.
2) Satu anak menjadi “pemain”, lainnya menjadi “juri”.
3) Pemain mengambil kartu kemudian diserahkan kepada juri dan
bersiap di dekat alat.
4) Juri membacakan soal FPB.
5) Setelah pemain memahami soal, pemain mencari dulu faktor dari
masing-masing bilangan. Kemudian langsung mengoperasikan
“Dekak Multifungsi” dengan cara sebagai berikut.
a) Letakkan kartu angka pada kotak horizontal paling atas (11
kotak) dimulai dari angka “1”. Contoh dapat dilihat dari gambar.
b) Pada baris kedua, letakkan kartu pada kotak yang merupakan faktor dari bilangan pertama dalam soal, misalnya
33
c) Hasil FPB ditemukan jika terdapat kartu pada kedua
bilangan dalam satu garis.
d) Jika belum, maka angka pada baris paling atas diganti sekarang, dimulai dari angka 12 - 22.
e) Lakukan langkah b, c, dan d sesuai dengan faktornya hingga mendapatkan hasil.
b. Tahap Ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imagery), gambar, atau diagram, yang
menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif tersebut di atas. Pada tahap ini siswa menggambar
34
c. Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan
itu direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (Abstract symbols yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan
kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan), baik simbol-simbol verbal (Misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat) lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang
abstrak lainnya. Pada tahap ini siswa diminta mengerjakan soal pada buku masing-masing. Misalnya seperti pada contoh berikut:
Mencari FPB dari 6 dan 8.
Faktor dari 6 adalah 1, 2, 3, dan 6. Faktor dari 8 adalah 1, 2, 4, dan 8.
1 dan 2 adalah faktor persekutuan dari 6 dan 8.
Jadi, faktor persekutuan terbesar dari 6 dan 8 adalah 2
2. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Media dalam Pembelajaran a. Kelebihan Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran
Menurut Ruseffendi (1992: 144), kelebihan penggunaan alat peraga
dalam pembelajaran yaitu, 1) menumbuhkan minat belajar peserta didik karena pelajaran menjadi lebih menarik; 2) memperjelas makna
35
akan mudah bosan; 4) peserta didik lebih aktif melakukan kegiatan
belajar seperti: mengamati, melakukan, dan mendemonstrasikan dan sebagainya.
b. Kekurangan Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran
Menurut Ruseffendi (1992: 144), kekurangan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran adalah, 1) guru lebih dituntut untuk menguasai
penggunaan alat peraga; 2) banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan penggunaan alat peraga; 3) membutuhkan tambahan biaya
dalam pengadaannya.
Dari penjelasan kelebihan alat peraga di atas dapat disimpulkan
bahwa alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran matematika akan mempermudah siswa dalam memahami pembelajaran.
Dari kelebihan ada juga kekurangannya, guru dituntut untuk
mempersiapkan waktu yang lebih banyak. Tetapi, alat peraga juga dapat lebih mudah dalam mengerjakannya yaitu dengan cara membuat alat peraga yang lebih simpel, hemat biaya, dan mudah dipahami.
H. Kerangka Berfikir
Jeanne Ellis Ormrod (2018: 101) menjelaskan “minat (interest) adalah
bahwa mereka menganggap topik atau aktivitas tersebut menarik dan menantang”. Selanjutnya McDaniel, dkk dalam Jeanne Ellis Ormrod (2008:
36
mencurahkan perhatian yang lebih banyak pada topik itu dan menjadi lebih terlibat secara kognitif di dalamnya”.
Minat belajar siswa terhadap pembelajaran matematika tergantung dari
model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Pada kenyataannya masih banyak guru yang belum menyadari tentang ketidak sesuaian model yang diterapkan dalam pembelajaran, guru hanya menggunakan buku dalam
pembelajaran sehingga siswa tidak mendapatkan pengalaman langsung tentang materi yang diajarkan. Hal tersebut membuat siswa merasa bosan
terhadap pembelajaran yang mengakibatkan minat siswa menurun, padahal yang dapat memicu siswa dalam suatu keberhasilan adalah minat.
Media pembelajaran dekak multifungsi dipilih, karena sesuai dengan karakteristik siswa kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta yaitu anak mengembangkan kemampuan untuk mempermudah dalam memahami konsep
37
Gambar 2. Skema Kerangka Berfikir
I. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian bab II, maka hipotesis penelitian ini adalah “minat belajar matematika dengan materi tentang FPB pada siswa kelas IVB SD
Negeri Kotagede 1 Yogyakarta dapat ditingkatkan dengan menggunakan media dekak multifungsi”.
38 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas. Wina Sanjaya (2009: 25) mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah dalam
situasi sosial untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan dengan melibatkan kolaborasi dan kerja sama para peneliti dan praktisi.
Carr dan Kemmis (Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama, 2010: 8) mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah sesuatu bentuk penelitian refleksi diri (self reflective) yang dilakukan oleh para partisipan
dalam situasi sosial untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran: 1. Praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri.
2. Pengertian mengenai praktik-praktik tersebut.
3. Situasi-situasi di mana praktik-praktik tersebut dilaksanakan.
McNiff (Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama, 2010: 8) memandang
bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai
alat untuk pengembangan keahlian mengajar. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian tentang, untuk, dan oleh masyarakat/kelompok sasaran dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi, dan kolaboratif antara peneliti dan
39
Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama (2010: 9) mengatakan bahwa
penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3)
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Berdasarkan pengertian tindakan kelas di atas, maka dapat disimpulkan secara singkat bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk refleksi
diri untuk mengembangkan keahlian dan memperbaiki kinerja bagi guru yang bertujuan untuk memperbaiki hasil belajar siswa.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVB SD Negeri Kotagede
1 Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Jumlah siswa sebanyak 31 orang, dengan jumlah siswa laki-laki 18 orang dan perempuan 13 orang. Alasan melakukan penelitian ini untuk meningkatkan
minat belajar siswa dikarenakan minat dan hasil belajar siswa masih belum mencukupi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah
yaitu 6, 60.
40 C. Setting Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas IVB SD Negeri Kotagede 1, Kecamatan
Kotagede, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta yang beralamat di Jalan Kemasan No. 49, Kotagede, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55173.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan pada bulan april sampai mei
semester genap, tahun ajaran 2015/2016. Pemaksaan Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung.
D. Model Penelitian
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang terstruktur. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan model Kemmis & McTaggart. Ishak Abdulhak & Ugi Suprayugi (2012: 160-161) menyatakan model Kemmis & McTaggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Hanya saja, komponen ackting (tindakan) dengan observing
(pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan.
Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart (Ishak Abdulhak & Ugi Suprayogi, 2012: 161) mengatakan bahwa pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu
41
dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada
kesempatan ini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Pada gambar di bawah, tampak bahwa di
dalamnya terdiri dari dua perangkat komponen yang dapat dikatakan sebagai dua siklus.
Keterangan
Siklus I: 1. Perencanaan I
2. Tindakan dan Observasi I
3. Refleksi I Siklus II: 4. Perencanaan II
5. Tindakan dan Observasi II 6. Refleksi Ii
Gambar 3. Model Penelitian Kemmis dan Mc. Taggart
Dalam pelaksanaan ini, tiap 1 siklus akan dilaksanakan dengan alur
sebagai berikut:
1. Perencanaan meliputi penetapan materi pembelajaran matematika kelas IV
dan penetapan waktu yaitu bulan April 2016.
2. Pelaksanaan tindakan, meliputi proses kegiatan belajar mengajar menggunakan media dekak multifungsi pada pelajaran matematika materi
FPB pada siswa kelas IVB SD.
3. Observasi dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar berlangsung
42
dapat membantu siswa memahami materi FPB, yang diharapkan dapat
meningkatkan minat belajar siswa.
4. Refleksi meliputi kegiatan mencari kemungkinan penyebab
kekurangan-kekurangan yang ada pada saat pelaksanaan penggunaan media dekak multifungsi. Berdasar penyebab kekurangan yang ada selanjutnya dicari solusi perbaikan untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
E. Rancangan Pelaksanaan Tindakan 1. Tahap Pra Siklus
Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, maka diperoleh
gambaran tentang keadaan pembelajaran matematika khususnya pada siswa kelas IVB SD. Gambaran keadaan pada siswa kelas IVB SD menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa pada materi FPB
masih rendah, seperti yang ada pada lampiran 1 halaman 91. Maka dari itu perlu diadakan penelitian untuk meningkatkan minat belajar pada materi FPB.
2. Tahap Siklus I
Tahap ini merupakan inti dari rangkaian tahapan-tahapan penelitian
ini. Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah: a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan berikut
43
3) Mempersiapkan Media Pembelajaran
4) Menyusun Pernyataan Angket 5) Menyusun Lembar Observasi 6) Menyusun Soal Post Test
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan yaitu guru melaksanakan
proses belajar mengajar menggunakan media dekak multifungsi pada pelajaran matematika materi FPB kelas IVB.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan waktu pelaksanaan
tindakan yaitu saat proses belajar mengajar berlangsung untuk mengetahui apakah penggunaan media dekak multifungsi sudah digunakan sesuai dengan yang seharusnya. Guru juga mengkaji
kekurangan-kekurangan serata hambatan-hambatan yang masih dihadapi pada pelaksanaan penggunaan media dekak multifungsi d. Refleksi
Pada tahap ini refleksi dilakukan adalah mencari kemungkinan penyebab kekurangan-kekurangan yang ada pada saat pelaksanaan
44 3. Tahap Siklus II
Berdasarkan refleksi siklus I menyatakan bahwa mencari kemungkinan penyebab kekurangan-kekurangan yang ada pada saat
pelaksanaan penggunaan media dekak multifungsi. Pada siklus II ini sebagai perbaikan dari siklus sebelumnya dengan melihat yang telah diperoleh pada siklus sebelumnya. Pada tahap ini, dilakukan tahapan yang
sama dengan siklus sebelumnya tentang perbaikan yang mungkin masih belum sesuai dengan rencana dalam penggunaan media dekak multifungsi.
Peneliti mencermati catatan keberhasilan dan kendala yang dihadapi pada waktu pelaksanaan tindakan kemudian menganalisis data, dengan
membandingkan antara kondisi awal, kriteria ketuntasan minimal, dan kondisi pada akhir siklus. Dengan kesimpulan, jika siklus dihentikan maka indikator keberhasilan sudah tercapai.
F. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 101) menyampaikan bahwa
instrument pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Angket
45
laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui”. Sedangkan menurut
Sugiyono (2003: 199) “Angket atau kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab”.
Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Angket disusun
berdasarkan kisi-kisi dan indikator yang dikembangkan menjadi butir-butir pernyataan seperti yang ada pada lampiran 2 halaman 92. Adapun kisi-kisi
angket dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 2. Kisi-Kisi Minat Belajar
Variabel Indikator Nomor Butir Jumlah Butir
Menurut Riduwan (2004: 104) menyatakan observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara
langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Teknik observasi yang dimaksud adalah untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa
46
Lembar yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti dalam
lampiran 6 dan 7 pada halaman 116 dan 117 3. Tes
Musa Sukardi (2000: 10) menyatakan bahwa tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan siswa yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut
mempunyai jawaban yang dianggap benar. Siswa ditugaskan untuk mengerjakan soal tentang materi FPB pada setiap akhir siklus.
Tabel 3. Kisi-Kisi Tes Kisi-Kisi Tes
Satuan Pendidikan : SDN Kotagede 1 Mata pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV/II
Standar Kompetensi : 2. Memahami dan Menggunakan Faktor dan Kelipatan dalam Pemecahan
Masalah.
Kompetensi Dasar : 2.3 Menentukan kelipatan persekutuan
terkecil (KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB).
2.4Menyelesaikan masalah yang berkaitan
47
Materi : 1. Menentukan faktor persekutuan terbesar
(FPB) dari dua bilangan
Indikator
1.2.1. Menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan
5
Uraian singkat
1, 2, 3, 4, 5
1.2.2. Menentukan FPB dari dua
bilangan menggunakan
2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan FPB
1.2.3. Menggunakan FPB dalam
menyederhanakan
1.2. 4. Menggunakan FPB dalam
menyelesaikan soal cerita. 5
Uraian singkat
48 G. Teknik Analisis Data
Menurut Riduwan dan Akdon (2007: 27) mengatakan analisis deskriptif adalah analisis yang menggunakan suatu data yang akan dibuat sendiri
maupun dibuat secara berkelompok. Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan analisis data secara deskriptif kualitatif untuk hasil observasi selama proses pembelajaran dan analisis data deskriptif kuantitatif
untuk mengetahui peningkatan minat dan hasil belajar matematika siswa melalui media dekak multifungsi.
Dari skor minat yang diperoleh dilakukan pengelompokan berdasarkan tinggi-rendahnya minat belajar siswa. Penetapan kategori dilakukan dengan
membuat skor dengan rumus dan memberi kategori pada masing-masing interval skor (Eko Putro Widoyoko, 2010: 238).
Untuk mengetahui tingkat minat belajar matematika siswa dalam satu
kelas, maka data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan deskriptif dengan rumus sebagai berikut:
Data yang berwujud angka-angka hasil perhitungan dan pengukuran
tersebut diproses dengan cara dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan sehingga diperoleh persentase.
49
post test II pada siklus II yang dikerjakan siswa ditentukan skor rata-rata.
Untuk menghitung skor rata-rata post test digunakan rumus di bawah ini:
Keterangan:
M = Mean atau rerata N = Jumlah atau total siswa
x = Jumlah skor siswa
Setelah didapatkan skor rata-rata hasil post test I dan post test II maka langkah selanjutnya adalah mencari persentase peningkatan keterampilan
siswa dalam menentukan FPB dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan FPB pada siswa kelas IVB SD Negeri Kotagede 1. Untuk mengetahui
persentase peningkatan keterampilan siswa tersebut digunakan rumus perhitungan sebagai berikut:
P =
x 100%
(Saifuddin Azwar. 1997: 38)
Keterangan:
P = Persentase peningkatan keterampilan siswa dalam menentukan FPB
dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan FPB Mtes1= Skor rata-rata post test siklus 1
50 H. Definisi Operasional Variabel
Pada penelitian ini, menentukan variabel penelitian merupakan hal yang penting karena menjadi titik perhatian dalam penelitian. Adapun variabel yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Minat belajar
Minat belajar merupakan suatu perhatian, rasa lebih suka, dan rasa
ketertarikan terhadap pembelajaran matematika melalui penggunaan media dekak multifungsi yang digunakan sebagai alat bantu. Minat belajar siswa
dikatakan meningkat apabila:
a. Siswa tidak merasa bosan ketika belajar matematika.
b. Siswa dengan sungguh-sungguh mengerjakan tugas yang diberikan guru.
c. Siswa dengan serius memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan
materi pembelajaran.
d. Siswa merasa gembira ketika berhasil. 2. Pembelajaran matematika
Pembelajaran matematika dalam penelitian ini terbatas pada materi FPB melalui media dekak multifungsi untuk mencapai hasil sesuai yang
diharapkan.
3. Media dekak multifungsi
Media dekak multifungsi adalah alat bantu dalam pembelajaran