PENINGKATAN KEMAMPUAN SPASIAL DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Nama : Fatmah Syarah
Nim : 8106171024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH PASCASARJANA
ABSTRAK
FATMAH SYARAH. Peningkatan Kemampuan Spasial dan Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan,2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan spasial siswa yang mendapat pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaransecara konvensional, (2) Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang mendapat pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran secara konvensional, (3) Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan spasial, (4) Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis, (5) Bagaimana proses penyelesaian masalah siswa dalam menyelesaikan masalah pada pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Populasi penelitian ini seluruh siswa SMP Negeri 13 Medan tahun pelajaran 2012/ 2013. Secara acak dipilih siswa kelas VIII SMPN 13 Medan sebagai subjek penelitian yaitu kelas VIII-1 dan kelas VIII-2. Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran berbasis masalah dan kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan adalah : tes kemampuan spasial dan tes kemampuan komunikasi matembhnmatika dinyatakan telah memenuhi syarat validatas dan reliabilitas. Temuan penelitian menunjukkan bahwa: (1) nilai thitung (7.67)>ttabel=2.023 artinya terdapat perbedaan peningkatan kemampuan spasial matematika siswa yang mendapat pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran secara konvensional (2)nilai thitung(2.11)>ttabel= 2.023 artinya terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang mendapat pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran secara konvensional (3) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan spasial, (4) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis, (5) proses penyelesaian masalah siswa dalam menyelesaikan masalah pada pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan temuan penelitian, disarankan sbb: kepada guru, peneliti hendaknya meninjau terlebih dahulu model pembelajaran yang digunakan, materi pelajaran, media, LAS sebelum memulai pembelajaran. Pembelajaran menggunakan pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran matematika yang menekankan kepada kemampuan spasial dan kemampuan komunikasi siswa dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang inovatif khususnya dalam mengajarkan materi geometri bangun ruang di kelas VIII.
ABSTRACT
FATMAH SYARAH. Improvement of Spatial Ability and Mathematical Communication Junior High School Students Through Problem Based Learning. Thesis. Study Programs Postgraduate Mathematics Education State University of Medan, 2013.
This research aimed at to know: (1) Are there differences in spatial abilities increase student who received problem-based learning compared with students who received conventional learning, (2) Are there differences in mathematical communication skills enhancement students who received problem-based learning compared with students who received conventional learning, (3) Is there any interaction between early mathematics learning with students 'ability to increase spatial ability, (4) Is there an interaction between early mathematics learning with the ability to increase students' mathematical communication skills, (5) How does the process of problem solving students in solving problems in problem-based learning and conventional learning. This study is a quasi-experimental study. The study population was all students of SMPN 13 Medan school year 2012/2013. Randomly selected students of class VIII SMP 13 Medan as a research subject is class VIII-1 and VIII-2. Treatment given experimental class problem-based learning and classroom control treated conventional learning. The instruments used are: tests of spatial ability and communication skills math test has been declared eligible validatas and reliability. The research findings showed that: (1) t arithmetic & gt; ttable = 10.1 & gt; 2.019 then there are differences spatial ability
math students in each of learning, (2) tarithmetic & gt; ttable = 8.06 & gt; 2.019 then
there are differences communication ability students each of learning, (3) There is no interaction between learning with prior knowledge mathematics students to increase spatial ability, (4) There is no interaction between early mathematics learning with students 'ability to increase mathematical communication skills, (5) students' problem-solving process to solve problems in problem-based learning is better than conventional learning. Based on the research findings, it is recommended as follows: teachers, researchers should first review the learning model used, subject matter, media, LAS before the start of the lesson. Learning using problem-based learning in mathematics learning that emphasizes spatial ability and communication skills can be used as an alternative for implementing innovative math learning teaching material particularly in the wake geometry of space in class VIII.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya serta sholawat dan salam kita sanjung sajikan khadirat
Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabat. Sehingga
tesis saya yang berjudul: ”Peningkatan Kemampuan Spasial dan Komunikasi
Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah” dapat
diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Matematika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd sebagai pembimbing I sekaligus selaku Ketua
Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED dan Dr. Kms
M. Amin Fauzi, M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan
masukan dan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini.
2. Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd, M.A, M.Sc, Ph.D sebagai narasumber I,
Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd, sebagai narasumber II selaku Sekretaris
Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED dan Bapak
Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd sebagai narasumber III sekaligus yang
telah memberikan saran dan kritik yang membangun untuk menjadikan tesis
ini menjadi lebih baik.
3. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan,
Pascasarjana Unimed, yang telah memberikan kesempatan serta bantuan
administrasi selama pendidikan di Universitas Negeri Medan.
4. Bapak/ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga
bagi pengembangan wawasan keilmuan selama mengikuti studi dan penulisan
tesis ini, Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si sebagai staf Prodi Pendidikan
Matematika yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam
administrasi perkuliahan di Unimed.
5. Bapak kepala sekolah di SMP Negeri 13 Medan yang telah memberikan izin
dan kesempatan untuk melakukan penelitian, termasuk dalam pemanfaatan
sarana dan prasarana sekolah, serta guru-guru dan staf administrasi yang
telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.
6. Suamiku tersayang Zulkifli, S.Pd.I, belahan jiwaku Malika Zahwa Khairiah,
Ayahanda tercinta Drs. Pantis Simamora, Ibunda tercinta Siti Cholidah
Hasibuan serta Adinda Fatmatu Zahroh, S.Pd.I, Fatimatul Hotimah,
Hotimatul Majidah, Padlan Padil Simamora yang senantiasa mendoakan
penulis serta memberikan dorongan, motivasi sehingga tesis ini terselesaikan
dengan baik.
7. Seluruh sahabat-sahabat seperjuangan kelas A/Reguler dan semua pihak yang
telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan menyelesaikan
Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta
saudara/i, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya matematika.
Mungkin masih terdapat kekurangan/kelemahan dalam penyusunan tesis ini,
untuk itu penulis mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus
dalam saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.
Medan, Juni 2013
Penulis
DAFTAR ISI
A.6. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah...44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian...92
A.1. Deskripsi Kemampuan Awal Matematika (KAM)...93
A.2. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Spasial ...96
A.2.1. Kemampuan Spasial Siswa Sebelum Pembelajaran...96
A.2.2. Kemampuan Spasial Siswa Setelah Pembelajaran...99
A.3. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Komunikasi...102
A.3.1. Kemampuan Komunikasi Siswa Sebelum Pembelajaran....102
A.3.2. Kemmpuan Komunikasi Siswa Setelah Pembelajaran...106
A.4. Deskripsi dan Analisis Data Peningkatan Kemampuan Spasial dan Komunikasi Siswa...109
A.4.1. Peningkatan Kemampuan Spasial Siswa...109
A.4.2. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis...112
A. 5. Interaksi Antara Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Kemampuan Awal Matematika terhadap Kemampuan Spasial dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa...116
A.5.1. Interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan spasial...116
A.5.2. Interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan spasial...118
B. Keragaman Proses Penyelesaian Jawaban Siswa...123
B.1. Keragaman Proses Penyelesaian Jawaban Kemampuan Spasial...123
B.2. Keragaman Proses Penyelesaian Jawaban Kemampuan Komunikasi...135
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A.1. Simpulan...153
A.2. Implikasi...154
A.3. Saran...155
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Sintaksis untuk Pembelajaran Berbasis Masalah……...……. 42
Tabel 2.2. Perbedaan Pedagogis PBM dan Pembelajaran Konvensional…... 43
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian…..………... 63
Tabel 3.2. Tabel Weiner tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas, Terikat dan Kontrol………...………...…. 65
Tabel 3.3. Kriteria Pengelompokan Kemampuan Matematika Siswa………. 69
Tabel 3.4. Kisi-kisi Tes Kemampuan Spasial...……….…….. 70
Tabel 3.5. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Spasial...……….…... 72
Tabel 3.6. Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi...……….…. 74
Tabel 3.7. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi...……. 75
Tabel 3.8. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran...…. 77
Tabel 3.9. Hasil Validasi Tes Kemampuan Spasial dan Komunikasi...…. 78
Tabel 3.10. Hasil Analisis Validitas Tes Uji Coba Kemampuan Spasial dan Komunikasi...……….…….... 80
Tabel 3.11. Hasil Analisis Reliabilitas Tes Uji Coba Kemampuan Spasial dan Komunikasi..………...…... 82
Tabel 3.12. Hasil Analisis Daya Pembeda Tes Kemampuan Spasial dan Komunikasi...……….…. 84
Tabel 3.13. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Spasial dan Komunikasi...……. 85
Tabel 3.14. Keterkaitan Permasalahan, Hipotesis dan Jenis Uji statistik yang digunakan...………. 87
Tabel 4.1. Deskripsi Kemampuan Matematika Siswa Tiap Kelas Sampel Berdasarkan Nilai Tes Kemampuan Awal Matematika... 93
Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas KAM ……… 94
Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas KAM... 94
Tabel 4.4. Uji Perbedaan Rata-rata Pretes Kemampuan Spasial... 95
Tabel 4.5. Sebaran Sampel Penelitian... 96
Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Pretes Spasial... 97
Tabel 4.8. Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Spasial Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...97
Tabel 4.9. Uji perbedaan rata-rata pretes kemampuan spasial...99
Tabel 4.10. Data hasil postes spasial...99
Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas Postes Spasial...100
Tabel 4.12. Hasil Uji Homogenitas Varians Postes Spasial Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...100
Tabel 4.13. Uji perbedaan rata-rata postes kemampuan spasial...102
Tabel 4.14. Data hasil pretes komunikasi...102
Tabel 4.15. Hasil Uji Normalitas Pretes komunikasi...103
Tabel 4.16. Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Komunikasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...104
Tabel 4.17. Uji perbedaan rata-rata pretes kemampuan komunikasi...105
Tabel 4.18. Data hasil postes komunikasi...106
Tabel 4.19. Hasil Uji Normalitas Postes komunikasi...106
Tabel 4.20. Hasil Uji Homogenitas Varians Postes Komunikasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...107
Tabel 4.21. Uji perbedaan rata-rata postes kemampuan komunikasi...108
Tabel 4.22. Data hasil peningkatan kemampuan spasial...109
Tabel. 4.23. Nilai rataan N_Gain ternormalisasi dan kategorinya...109
Tabel 4.24. Uji Normalitas Peningkatan kemampuan spasial...110
Tabel 4.25. Hasil Uji Homogenitas Varians gain spasial Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...110
Tabel 4.26. Uji perbedaan rata-rata peningkatan kemampuan spasial...112
Tabel 4.27. Data hasil peningkatan kemampuan komunikasi...112
Tabel 4.28. Nilai Rataan N_Gain Ternormalisasi dan Kategorinya...113
Tabel 4.29. Hasil Uji Normalitas Peningkatan kemampuan komunikasi...113
Tabel 4.30. Hasil Uji Homogenitas Varians Gain Komunikasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...114
Tabel 4.31. Uji perbedaan rata-rata penigkatan kemampuan komunikasi...115
Spasial Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Faktor
Kemampuan Awal Matematika Siswa...116
Tabel 4.33. Rangkuman Uji Anova Dua Jalur Interaksi Kemampuan
Komunikasi Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Faktor
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Kubus ABCD-EFGH... 3
Gambar 2.1. Hasil yang Diperoleh Pelajar dari (Kolaborasi) Cooperative Learning...………... 41
Gambar 3.1. Alur Prosedur Penelitian………... 67
Gambar 4.1. Penyelesaian jawaban spasial butir nomor 1 kelas eks...124
Gambar 4.2. Penyelesaian jawaban spasial butir nomor 1 kelas kontrol...125
Gambar 4.3. Penyelesaian jawaban spasial butir nomor 2 kelas eks...126
Gambar 4.4. Penyelesaian jawaban spasial butir nomor 2 kelas kontrol...126
Gambar 4.5. Penyelesaian jawaban spasial butir nomor 3 kelas eks...127
Gambar 4.6. Penyelesaian jawaban spasial butir nomor 3 kelas kontrol...128
Gambar 4.7. Penyelesaian jawaban spasial butir nomor 4 kelas eks...129
Gambar 4.8. Penyelesaian jawaban spasial butir nomor 4 kelas kontrol...129
Gambar 4.9. Penyelesaian jawaban spasial butir nomor 4 kelas kontrol...130
Gambar 4.10. Penyelesaian jawaban spasial butir nomor 5 kelas eks...131
Gambar 4.11. Penyelesaian jawaban spasial butir nomor 5 kelas kontrol...131
Gambar 4.12. Penyelesaian jawaban spasial butir nomor 6 kelas eks...133
Gambar 4.13. Penyelesaian jawaban spasial butir nomor 6 kelas kontrol...133
Gambar 4.14. Penyelesaian jawaban spasial butir nomor 6 kelas kontrol...133
Gambar 4.15. Penyelesaian jawaban komunikasi butir 1 kelas eks...135
Gambar 4.16. Penyelesaian jawaban komunikasi nomor 1 kelas kontrol...136
Gambar 4.17. Penyelesaian jawaban komunikasi butir 2 kelas eks...137
Gambar 4.18. Penyelesaian jawaban komunikasi nomor 2 kelas kontrol...137
Gambar 4.20. Penyelesaian jawaban komunikasi nomor 3 kelas kontrol...139
Gambar 4.21. Penyelesaian jawaban komunikasi butir 4 kelas eks...140
Gambar 4.22. Penyelesaian jawaban komunikasi nomor 4 kelas kontrol...141
Gambar 4.23. Penyelesaian jawaban komunikasi butir 5 kelas eks...142
Gambar 4.24. Penyelesaian jawaban komunikasi nomor 5 kelas kontrol...142
Gambar 4.25. Penyelesaian jawaban komunikasi butir 6 kelas eks...143
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan Pembelajaran Berbasis Masalah
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1 …...…...161
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2 ...…………..168
3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3 ……...…………. 174
4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 4 ………... 180
5) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 5 ………...…. 187
6) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 6 ………...……. 193
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan Pembelajaran Konvensional 7) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1 …...…...199
8) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2 ...…………..201
9) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3 ……...…………. 203
10) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 4 ………... 205
11) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 5 ………...…. 207
12) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 6 ………...……. 209
Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 19) Kisi-kisi Tes Kemampuan Spasial ...………...233
20) Instrumen Kemampuan Spasial ...………...235
21) Alternatif Jawaban Kemampuan Spasial ...……....………...242
22) Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi ………...247
23) Instrumen Kemampuan Komunikasi ...…...248
LAMPIRAN C
25) Validator Ahli Perangkat Pembelajaran………...261
26) Tahap Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian…………...262
27) Hasil Validasi Ahli Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian...……....………...263
28) Deskripsi Hasil Uji coba Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian……...268
LAMPIRAN D 29) Daftar Nilai KAM Kelas Eks dan Kelas Kontrol………...304
30) Pretes Kemampuan Spasial Kelas Eksperimen...306
31) Postes Kemampuan Spasial Kelas Eksperimen...307
32) Pretes Kemampuan Spasial Kelas Kontrol...308
33) Postes Kemampuan Spasial Kelas Kontrol...309
34) Nilai N_Gain Kemampuan Spasial Kelas Eks...310
35) Nilai N_Gain Kemampuan Spasial Kelas Kontrol...311
36) Pretes Kemampuan Komunikasi Kelas Eksperimen...312
37) Postes Kemampuan Komunikasi Kelas Eksperimen...313
38) Pretes Kemampuan Komunikasi Kelas Kontrol...314
39) Postes Kemampuan Komunikasi Kelas Kontrol...315
40) Nilai N_Gain Kemampuan Komunikasi Kelas Eks...316
41) Nilai N_Gain Kemampuan Komunikasi Kelas Kontrol...317
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman akan diikuti oleh banyak perubahan
yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan suatu sistem yang ada.
Perubahan-perubahan yang ada akan meliputi berbagai aspek kehidupan baik
aspek sosial, ekonomi, politik, maupun aspek pendidikan. Kadang kita tidak
menyadari bahwa aspek pendidikan sebenarnya mempengaruhi semua aspek yang
ada, karena pendidikan adalah dasar kita untuk mendapatkan ilmu. Hal ini
menyebabkan perbaikan-perbaikan dalam bidang pendidikan harus terus
dilakukan.’’
Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu tidak terlepas kaitannya
dengan pendidikan terutama dalam pengembangan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Sehingga matematika dipandang sebagai suatu ilmu yang
terstruktur dan terpadu, ilmu tentang pola dan hubungan, dan ilmu tentang cara
berpikir untuk memahami dunia sekitar. Dalam proses pembelajaran matematika
harus menekankan kepada siswa sebagai insan yang memiliki potensi untuk
belajar dan berkembang, dan siswa terlibat secara aktif dalam pencarian dan
pembentukan pengetahuan oleh diri mereka sendiri. melalui belajar matematika,
siswa mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan berpikir sistematis, logis
Salah satu cabang dari ilmu matematika adalah geometri. Kemampuan
yang dominan pada geometri salah satunya adalah kemampuan spasial.
Kemampuan spasial merupakan salah satu aspek dari kognisi. Piaget
menambahkan bahwa kognisi adalah hasil interaksi yang berkesinambungan
antara seseorang dengan lingkungannya. Dalam konteks kurikulum, NCTM
(2000) telah menentukan 5 standar isi dalam standar matematika, yaitu bilangan
dan operasinya, pemecahan masalah, geometri, pengukuran, dan peluang dan
analisis data. Dalam geometri terdapat unsur penggunaan visualisasi, penalaran
spasial dan pemodelan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan spasial
merupakan tuntutan kurikulum yang harus diakomodasi dalam pembelajaran di
kelas. Dalam kurikulum nasional di Indonesia, dari tingkat sekolah dasar sampai
perguruan tinggi siswa/mahasiswa dituntut untuk dapat menguasai materi
geometri bidang dan geometri ruang yang notabene juga membutuhkan
kemampuan spasial.
Syahputra (2011: 1) pada intinya mengemukakan bahwa konsep tentang
berfikir spasial cukup menarik untuk dibahas mengingat banyak penelitian
sebelumnya yang menemukan bahwa anak menemukan banyak kesulitan untuk
memahami objek atau gambar bangun geometri. Berfikir spasial merupakan
kumpulan dari keterampilan-keterampilan kognitif, yang terdiri darigabungan tiga
unsur yaitu konsep keruangan, alat representasi, dan prosespenalaran.
Piaget & Inhelder 1971 (dalam Tambunan, 2006: 28 ) menyatakan bahwa
kemampuan spasial sebagai konsep abstrak yang didalamnya meliputi hubungan
visual (kemampuan untuk mengamati hubungan posisi objek dalam ruang).
objek dalam ruang), hubungan proyektif (kemampuan untuk melihat objek dari
berbagai sudut pandang). Konservasi jarak (kemampuan untuk memperkirakan
jarak antara dua titik), representasi visual (kemampuan untuk mempresentasikan
hubungan visual dengan memanipulasi secara kognitif). Rotasi mental
(membayangkan perputaran objek dalam ruang). Linn dan Petersen (dalam
Syahputra 2011: 1) mengelompokkan kemampuan spasial ke dalam tiga kategori
yaitu: (1) persepsi spasial, (2) rotasi mental, (3) visualisasi spasial. Dipandang dari
konteks hubungan lintas ilmu/ bidang studi maka kemampuan spasial sangat
dibutuhkan.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan, unit geometri tampak merupakan
unit dari pelajaran matematika yang tergolong sulit, antara lain terlihat bahwa
murid sukar mengenal dan memahami bangun-bangun geometri terutama
bangun-bangun ruang serta unsur-unsurnya. Kondisi ini ditemui di jenjang
pendidikan dasar maupun menengah, Soedjadi 1991 (dalamSaragih, 2011: 3)
Hasil studi pendahuluan Saragih (2008: 3) pada tiga SMP di Pekanbaru
menunjukkan bahwa kemampuan spasial siswa kelas VIII dan IX masih rendah.
Salah satu tes yang digunakan adalah seperti yang digambarkan pada gambar 1.1.
Gambar 1.1 Kubus ABCD-EFGH F
E
G H
A B
Bentuk segi empat ABCD pada kubus tersebut adalah
Dari jawaban siswa di tiga sekolah tentang bentuk segi empat ABCD
hasilnya adalah:
Sekolah I. 53,2% siswa kelas VIII dan 45,7% siswa kelas IX menjawab belah
ketupat.
Sekolah II. 27,5% siswa kelas VIII dan 19,4% siswa kelas IX menjawab
jajargenjang.
Sekolah III. 19,3% siswa kelas VIII dan 34,9% siswa kelas IX menjawab persegi.
Fakta lainnya Sebagaimana hasil penelitian Fauzan, 1996 (dalam
Syahputra, 2011: 5) di Sumatera Barat yang meneliti tentang kemampuan persepsi
ruang siswa kelas I SMA di tiga daerah berbeda yaitu daerah kota, daerah pantai
dan daerah desa. Dapat dilihat adanya sejumlah siswa berpersepsi bahwa alas
kubus adalah belah ketupat..
Dalam penelitiannya itu Fauzan menemukan beberapa kelemahan siswa
tersebut:
1. Persepsi siswa terikat pada tampilan gambar
2. Siswa membutuhkan bantuan peraga untuk menjawab hampir setiap
pertanyaan yang diajukan
3. Siswa tidak menguasai konsep-konsep geometri dasar.
Selain itu kesulitan siswa masih terdapat dalam pemahaman geometri,
yaitu pada temuan Soedjadi (dalam Yeni, 2011: 3), antara lain sebagai berikut:
l. Siswa sukar mengenali dan memahami bangun bangun geometri terutama bangun ruang serta unsur-unsurnya. 2. Siswa sulit menyebutkan unsur unsur bangun ruang, misalnya, siswa menyatakan bahwa pengertian rusuk bangun ruang sama dengan sisi bangun datar.
Dari beberapa penelitian di atas, menunjukkan bahwa kemampuan spasial
proses belajar mengajar di sekolah. (Saragih, 2011: 4) mengungkapkan bahwa
lemahnya kemampuan keruangan berdampak pada kemampuan berfikir
matematika tingkat tinggi, karena diyakini topik keruangan merupakan salah satu
topik yang dapat disajikan sebagai sarana pemberdayaan kemampuan berfikir
tingkat tinggi.
Menurut Lerner (dalam Abdurrahman, 1999: 357) ada beberapa
karakteristik anak berkesulitan belajar matematika yaitu (1) adanya gangguan
dalam hubungan spasial, (2) abnormalitas persepsi visual, (3) asosiasi visual-
motor, (4) perseverasi, (5) kesulitan mengenal dan memahami simbol, (6)
gangguan penghayatan tubuh, (7) kesulitan dalam bahasa dan membaca dan (8)
performance IQ jauh lebih rendah daripada sekor verbal IQ.
Konsep hubungan spasial umumnya telah dikuasai oleh anak pada saat
mereka belum masuk SD. Anak-anak memperoleh pemahaman tentang berbagai
konsep hubungan spasial tersebut dari pengalaman mereka berkomunikasi dengan
lingkungan sosial mereka atau melalui berbagai permainan. Tetapi sayang, anak
berkesulitan belajar sering mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan
lingkungan sosial juga sering tidak mendukung terselenggarakannya suatu situasi
yang kondusif bagi terjadinya komunikasi antar mereka. Komunikasi dapat
menyebabakan anak mengalami gangguan dalam memahami konsep-konsep
hubungan spasial (Abdurrahman, 1999: 259).
Studi dari Sherman, 1980 (dalam Tambunan, 2006: 29) terhadap anak usia
sekolah, menemukan adanya hubungan yang positif antara prestasi belajar
matematika dan kemampuan spasial. Penggunaan contoh spasial seperti membuat
matematika yang memasukkan berpikir spasial seperti bentuk-bentuk geometris,
mainan (puzzle) yang menghubungkan konsep spasial dengan angka,
menggunakan tugas-tugas spasial dapat membantu terhadap pemecahan masalah
dalam matematika Elliot, 1987 (dalam Tambunan, 2006 : 28).
Studi dari Guay & McDaniel 1977 dan Bishop 1980 (dalam Tambunan,
2006: 28) menemukan bahwa kemampuan spasial mempunyai hubungan positif
dengan matematika pada anak usia sekolah. Pada anak usia sekolah kemampuan
spasial ini sangat penting karena kemampuan spasial erat hubungannya dengan
aspek kognitif secara umum. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman
pengetahuan spasial dapat mempengaruhi kinerja yang berhubungan dengan
tugas-tugas akademik matematika.
(Syahputra, 2011: 230) menemukan bahwa pembelajaran geometri dengan
pendekatan PMRI dapat meningkatkan kemampuan spasial siswa pada kedua
kategori sekolah (baik dan sedang) dan terdapat interaksi antara pendekatan
pembelajaran dan kategori sekolah terhadap peningkatan kemampuan spasial
siswa. Demikian pentingnya kemampuan spasial ini sehingga para guru dituntut
untuk memberikan perhatian yang lebih dari cukup agar kemampuan spasial
diajarkan dengan sungguh-sungguh.
Keterampilan matematika yang juga penting untuk dikuasai siswa adalah
kemampuan komunikasi matematis (mathematical communication). Melalui
komunikasi matematis, siswa dapat mengorganisasi dan mengkonsolidasi berpikir
matematisnya baik secara lisan maupun tulisan yang akhirnya dapat membawa
siswa pada pemahaman yang mendalam tentang konsep matematika yang telah
Komunikasi tertulis dapat berupa penggunaan kata-kata, gambar, tabel,
dan sebagainya yang menggambarkan proses berpikir siswa. Komunikasi tertulis
juga dapat berupa uraian pemecahan masalah atau pembuktian matematika yang
menggambarkan kemampuan siswa dalam mengorganisasi berbagai konsep untuk
menyelesaikan masalah. Sedangkan komunikasi lisan dapat berupa pengungkapan
dan penjelasan verbal suatu gagasan matematika. Komunikasi lisan dapat terjadi
melalui interaksi antar siswa misalnya dalam pembelajaran dengan setting diskusi
kelompok.
Pentingnya pengembangan kemampuan komunikasi matematika siswa
juga menjadi salah satu tujuan pembelajaran matematika dan menjadi salah satu
standar kompetensi lulusan dalam bidang matematika. Melalui pembelajaran
matematika, siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,
tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah (Permen
Nomor 22 Tahun 2006).
Matematika umumnya identik dengan perhitungan angka-angka dan
rumus-rumus, sehingga muncul anggapan bahwa kemampuan komunikasi tidak
dapat dibangun pada pembelajaran matematika. Anggapan ini tentu saja tidak
tepat, karena menurut Greenes dan Schulman, komunikasi matematika memiliki
peran yaitu menjelaskan bahwa komunikasi matematik merupakan kekuatan
sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematika; sebagai
modal keberhasilan siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi
dan investigasi matematika dan komunikasi sebagai wadah bagi siswa untuk
memperoleh informasi atau membagi pikiran, menilai dan mempertajam ide untuk
Sofyan (dalam Zulkarnaen, 2009: 3) menjelaskan, siswa perlu dibiasakan dalam
pembelajaran untuk memberikan argumen setiap jawabannya serta memberikan
tanggapan atas jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga apa yang sedang
dipelajari menjadi bermakna baginya.
Bahkan membangun komunikasi matematika menurut National Center
Teaching Mathematics (2000) memberikan manfaat dalam hal:
1. Guru dapat menginventarisasi dan konsulidasi pemikiran matematik siswa
melalui komunikasi.
2. Siswa dapat mengkomunikasikan pemikiran matematik secara terurut dan
jelas pada teman, guru dan lainnya.
3. Guru dapat menganalisis dan menilai pemikiran matematika siswa serta
strategi yang digunakan
4. Siswa dapat menggunakan bahasa matematika untuk mengungkapkan ide
matematik dengan tepat.
Kusmaydi ( 2010: 4 ) berdasarkan pengamatan yang dilakukannya selama
6 tahun menjadi guru matematika di SMP Negeri 3 Kundur Utara Kabupaten
Karimun sebagian besar siswa mempunyai kemampuan rendah dalam pelajaran
matematika. Hal ini dilihat dari adanya gejala-gejala sebagai berikut: 1). Terhadap
pertanyaan yang guru ajukan berkaitan dengan materi pelajaran sebelumnya atau
materi yang telah diajarkan yang ada hubungannya dengan materi yang akan
diajarkan ternyata kebanyakan siswa tidak tahu dan mengerti materi yang mana
yang ada hubungannya dengan materi yang akan dipelajari; 2). Siswa sangat
jarang bertanya karena belum mampu membuat pertanyaan tentang matematika
mampu menyatakan benda nyata, gambar dan diagram ke dalam idea matematika,
dan juga tidak mampu menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematika. Dari ungkapan ini dapat diduga bahwa kemampuan komunikasi
matematik siswa masih rendah.
Ada beberapa faktor yang membuat siswa mengalami kesulitan dalam
mempelajari matematika, sebagaimana dinyatakan oleh Friasmansyah (2010: 2)
bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mencapai hasil belajar
sebagaimana yang diharapkan, seperti: (1) siswa jarang bertanya, karena
kebanyakan siswa tidak tahu dan tidak mengerti apa yang ditanyakan; (2) siswa
jarang memberikan tanggapan, karena belum mampu menjelaskan ide -ide
matematika dengan baik; (3) beberapa siswa mampu menyelesaikan soal
matematika, tetapi kurang memahami makna yang terkandung di dalam soal
tersebut; (4) masih banyak siswa yang tidak mampu membuat kesimpulan dari
materi yang dipelajari. Kesulitan-kesulitan tersebut diduga karena adanya faktor
komunikasi yang masih rendah dimana pada saat pembelajaran tidak terjadi aliran
informasi dua arah antara siswa dan guru, dan informasi tersebut tidak direspon
sesuai dengan harapan siswa atau guru.
Rendahnya kemampuan spasial dan kemampuan komunikasi matematik
siswa tidak terlepas dari pengelolaan pembelajaran. Umumnya di lapangan, guru
matematika lebih menekankan bangun ruang dari aspek ingatan seperti banyaknya
titik, rusuk, bidang sisi, mencari luas bidang sisi, dan volume. Selain itu, guru
juga dapat menetapkan dari mana harus memulai pembelajaran dengan melihat
kemampuan siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran. Kemampuan awal
dan rendah.
Kemampuan awal matematik dimaksudkan adalah tingkat pengetahuan
atau keterampilan yang telah dimiliki, yang lebih rendah dari apa yang akan
dipelajari. Kemampuan awal matematik adalah kemampuan yang dimiliki oleh
siswa tentang materi dasar sebagai prasyarat dalam mempelajari materi yang baru.
Dengan mengetahui kemampuan awal matematik siswa, guru dapat menetapkan
dari mana harus memulai pembelajaran. Sehubung dengan KAM yang dimiliki
siswa, dalam program pendidikan dirancang suatu sistem yang dilaksanakan untuk
mencapai sutau tujuan, yaitu agar siswa mengalami perubahan yang positif.
Perkembangan intelektual siswa SMP yang secara umum masih berada
pada tahap peralihan, maka dalam membangun pengetahuan tentang konsep,
prinsip atau aturan dalam matematika seharusnya dilakukan dengan
memanfaatkan konteks-konteks nyata yang mereka alami. Ben-Claim, Lappan and
Houang 1988 (dalam Saragih, 2011: 8) menemukan bahwa aktifitas subjek untuk
membangun, menilai dan mensketsa model-model bangun ruang yang dibuat dari
dadu-dadu atau kubus-kubus dapat meningkatkan kemampuan visual ruang.
Sehingga pengalaman sehari-hari, aktifitas memanipulasi objek-objek dalam
pembelajaran memberikan kontribusi terhadap kemampuan spasial.
Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai
komponen yang ada di dalamnya, antara lain: tujuan, bahan atau materi, metode
atau model pembelajaran, media, guru dan siswa. Terkait dengan model
pembelajaran, masih banyak pembelajaran yang digunakan guru dalam
pembelajaran matematika di sekolah dengan menggunakan pembelajaran
melibatkan siswa dalam belajar mengajar sehingga menyebabkan siswa kesulitan
dalam memahami konsep atau materi yang diberikan.
Cara pembelajaran konvensional seperti ini tidak merangsang siswa untuk
mengerti tentang apa yang dipelajari, dan pada gilirannya nanti siswa tidak
memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang terkait dengan materi
pelajaran yang siswa pelajari. Dapat juga dikatakan bahwa cara belajar para siswa
menjadi kurang bermakna. Karena bisa jadi, siswa di kelas hanya menjadi seorang
pendengar yang pasif. Ketika siswa menerima ataupun menemukan dan menggali
sendiri pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi yang dipelajari saat itu,
mungkin siswa hanya menghafalkan materi-materi yang baru diperolehnya. Siswa
tidak berusaha mengkaitkan antara informasi baru yang diperoleh dengan struktur
kognitif yang sebenarnya telah dimiliki.
Hal ini menjadi sebuah tantangan bagi guru untuk merencanakan suatu
metode pembelajaran yang kreatif, efektif dan efisien sehingga materi yang asalnya
dianggap sulit oleh siswa dapat dipahami dengan mudah dengan didukung oleh
proses pembelajaran yang menyenangkan tapi tetap bermakna (meaningfull
learning).
Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan
dikembangkannya kemampuan spasial dan komunikasi adalah pembelajaran
berbasis masalah. Mengapa digunakan pembelajaran berbasis masalah (PBM),
adalah karena: (1) PBM menyiapkan siswa lebih baik untuk menerapkan
pembelajaran (belajar) mereka pada situasi dunia nyata; (2) PBM memungkinkan
siswa menjadi produsen pengetahuan, dari pada hanya konsumen; dan (3) P BM
komunikasi siswa. Selain itu pada PBM, dengan menyajikan masalah pada awal
pembelajaran diduga siswa dapat mengemukakan pendapat, mencari informasi,
bertanya, mengekspresikan ide-idenya secara bebas ,mencari berbagai sumber yang
tersembunyi, mencari berbagai alternatif untuk mengatasi masalah.
Pembelajaran berbasis masalah (Probelem based learning), merupakan
salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar
aktif kepada siswa. PBM adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa
untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga
siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut
dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Susilawati (2011: 94) dalam penelitiannya di SLTP Negeri di Bandung
menemukan bahwa melalui penerapan pembelajaran dengan pendekatan
problem-based learning kemampuan siswa mengajukan masalah matematika mencapai
kriteria hasil belajar yang baik, secara kualitas adanya peningkatan kemampuan
siswa dalam mengajukan masalah matematika. Hal ini nampak dari besarnya
jumlah respon siswa mengajukan pertanyaan yang berkualifikasi tinggi.
John Dewey (dalam Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nur, 2002: 16)
menganjurkan guru untuk mendorong siswa terlibat dalam proyek atas tugas
berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki masalah-masalah
intelektual. Lev Vygotsky (dalam Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nur, 2002:
18) mengemukakan bahwa perkembangan intelektual terjadi pada saat individu
berhadapan dengan pengalaman baru yang menantang dan ketika mereka berusaha
juga menambahkan bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu
terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.
Karakteristik pembelajaran berbasis masalah memungkinkan siswa untuk
terlibat dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa
dihadapkan pada situasi masalah. Keikutsertaan dalam kegiatan ini diperkirakan
akan mempertajam kemampuan spasial dan kemampuan komunikasi matematika
siswa. Selain itu dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dibiasakan
mengemukakan pendapat, serta mendengarkan pendapat. Semua kegiatan tersebut
akan melatih mereka untuk terbiasa mendengar, memahami dan mengerti orang
lain. Hal ini pembelajaran berbasis masalah berusaha membantu siswa menjadi
pebelajar yang mandiri dan otonom. Dengan bimbingan guru yang secara
berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka untuk mengajukan
pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Perbedaan Peningkatan Kemampuan Spasial dan Komunikasi
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut :
1. Kurangnya minat belajar siswa dalam bidang studi matematika
2. Rendahnya prestasi belajar siswa di bidang studi matematika
3. Pengalaman belajar siswa yang kurang mendukung terciptanya kemauan
belajar siswa
4. Siswa mengalami kesulitan mengenal dan memahami bangun-bangun
geometri terutama bangun-bangun ruang serta unsurnya
5. Kurangnya minat guru untuk menerapkan model pembelajaran
6. Rendahnya kemampuan spasial dan kemampuan komunikasi matematik
siswa
7. Pembelajaran matematika kurang melibatkan aktivitas siswa
C. Batasan Masalah
Setiap aspek dalam pembelajaran matematika mempunyai ruang lingkup
yang sangat luas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih fokus. Sesuai
dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, penelitian ini hanya
meneliti tentang penggunaan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah tersebut di atas, maka hanya masalah dalam penelitian ini adalah bagian
peningkatan kemampuan spasial dan kemampuan komunikasi matematik siswa.
Untuk menjawab rumusan masalah penelitian ini, maka peneliti memecahkan
menjadi pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan spasial siswa yang
mendapat pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan siswa yang
mendapat pembelajaran secara konvensional?
2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi
matematika siswa yang mendapat pembelajaran berbasis masalah
dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran secara
konvensional?
3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan
awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan spasial?
4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan
awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan
komunikasi matematis?
5. Bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan
masalah pada pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang akan
dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan spasial siswa yang
mendapat pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan siswa yang
mendapat pembelajaran secara konvensional
2. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi
matematika siswa yang mendapat pembelajaran berbasis masalah
dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran secara
konvensional
3. Untuk mengetahui bahwa ada interaksi antara pendekatan
pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap
peningkatan kemampuan spasial?
4. Untuk mengetahui bahwa ada interaksi antara pembelajaran dengan
kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan
kemampuan komunikasi matematis?
5. Untuk mengetahui proses penyelesaian masalah siswa dalam
menyelesaikan masalah pada pembelajaran berbasis masalah dan
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi Sekolah, bahan masukan untuk meningkatkan efektifitas dan
efesiensi pengelolaan pendidikan dalam mengambil kebijakan dalam
penerapan inovasi pembelajaran matematika sebagai upaya meningkatkan
kualitas pendidikan dan kualitas guru.
2. Bagi Guru, sebagai bahan masukan dalam menggunakan model
pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran matematika
3. Bagi Siswa, dapat menimbulkan rasa senang dan motivasi dalam belajar
matematika sehingga prestasi siswa dapat meningkat
4. Bagi Peneliti, bahan masukan bagi calon guru
5. Bagi peneliti lain, bahan masukan yang ingin melakukan penelitian pada
G. Defenisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap beberapa variabel yang
digunakan maka perlu penjelasan.
1. Kemampuan Spasial adalah kemampuan atau keterampilan mental yang
dimiliki manusia untuk menemukan, memanggil kembali dan
mentransformasi informasi visual tentang ruang yang terdiri dari Spatial
Orientation, Spatial Visualization, Spatial Perception, Spatial Relation
dan Spatial Dissembedding.
2. Kemampuan Komunikasi Matematis adalah kemampuan siswa
menggunakan matematika sebagai alat komunikasi dan kemampuan
mengkomunikasikan matematika diukur berdasarkan kemampuan siswa
dalam (1) merefleksikan benda-benda nyata, gambar, atau ide-ide
matematika, (2) membuat model situasi atau persoalan menggunakan
metode tertulis, konkrit dan grafik, (3) menggunakan keahlian membaca,
menulis, dan menelaah, untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi
ide-ide, simbol, istilah, skema serta informasi matematika, (4) merespon suatu
pernyataan atau masalah dalam bentuk argumen yang meyakinkan
3. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah suatu model pembelajaran
yang dimulai dengan menghadapkan siswa pada masalah nyata. Ciri
dominan dari proses pembelajaran ini adalah siswa mendekati masalah
dari berbagai perspektif untuk menyelesaikannya melalui pengintegrasian
informasi berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Langkah-langkah
pembelajarannya yaitu: Mengorientasikan siswa pada masalah,
individu dan kelompok, Mengembangkan dan mempersentasikan artefak
dan exhibi, Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
4. Pembelajaran Konvensional adalah pembelajaran tradisional atau disebut
juga dengan metode ceramah, dimana guru menyiapkan informasi atau
pengetahuan kepada siswa sedangkan siswa menerima, menyimpan dan
melakukan aktivitas-aktivitas sesuai dengan informasi yang diberikan.
Guru juga memberikan latihan, tanya jawab seperlunya dan memberikan
tugas pekerjaan rumah.
5. Proses penyelesaian jawaban adalah Bagaimana bentuk atau susunan
kinerja jawaban siswa dalam menyelesaikan soal kemampuan spasial dan
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada
bab sebelumnya diperoleh beberapa simpulan yang berkaitan dengan faktor
pembelajaran, pengetahuan awal matematika, kemampuan spasial dan komunikasi
matematis siswa, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan spasial siswa yang mendapat
pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan siswa yang mendapat
pembelajaran secara konvensional dengan nilai thitung (7.67)>ttabel=2.023
2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa
yang mendapat pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan siswa
yang mendapat pembelajaran secara konvensional dengan thitung(2.11)>ttabel=
2.023
3. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal
matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan spasial
4. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal
matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi
matematis
5. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah pada
pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran konvensional dilihat dari
aspek kemampuan spasial dan kemampuan komunikasi matematika siswa
konvensional. Hal ini terlihat dari segi jumlah siswa pada kelas pembelajaran
berbasis masalah memiliki langkah penyelesaian lengkap dan benar lebih
tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Walaupun terdapat
beberapa siswa hasil jawaban benar namun ada sedikit kesalahan dan hanya
sebagian yang lengkap pada kedua pembelajaran tetapi secara keseluruhan
dapat digambarkan bahwa siswa pada kelas pembelajaran berbasis masalah
lebih baik dari kelas pembelajaran konvensional dalam menyelesaikan tes
kemampuan spasial dan komunikasi matematik siswa.
A. 2 Implikasi
Penelitian ini berfokus pada peningkatan kemampuan spasial dan
komunikasi matematis siswa melalui pembelajaran berbasis masalah. Hasil
penelitian ini sangat sesuai untuk digunakan sebagai salah satu alternatif dalam
peningkatan kualitas pendidikan matematika. Pembelajaran matematika dengan
PBM ini belum banyak dipahami oleh sebagian besar guru matematika terutama
para guru senior, oleh karena itu kepada para pengambil kebijakan dapat
mengadakan pelatihan maupun pendidikan kepada para guru matematika yang
belum memahami strategi-strategi pembelajaran matematika yang baik salah
satunya pembelajaran matematika dengan PBM.
Beberapa implikasi yang perlu diperhatikan bagi guru sebagai akibat dari
pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan pembelajaran matematika dengan
PBM antara lain :
1. Guru harus mampu membangun pembelajaran yang interaktif, dalam
membangun semangat siswa serta dapat menumbuhkembangkan
2. Diskusi dalam pembelajaran matematika dengan PBM merupakan salah satu
sarana bagi siswa untuk peningkatan kemampuan spasial dan komunikasi
matematis siswa yang diharapkan mampu menumbuhkembangkan suasana
kelas menjadi lebih nyaman, dan menimbulkan rasa keinginan dalam belajar
matematika.
3. Peran guru sebagai teman belajar, mediator, dan fasilitator membawa
konsekuensi hubungan guru dan siswa menjadi lebih akrab. Hal ini
berakibat guru lebih memahami kelemahan dan kelebihan dari bahan ajar
serta karakteristik kemampuan individual siswa.
A. 3 Saran
Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini, maka berikut beberapa
saran yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan
terhadap penggunaan pembelajaran berbasis masalah dalam proses pembelajaran
matematika khususnya pada tingkat pendidikan sekolah menengah. Saran-saran
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kepada Guru
a. Pembelajaran menggunakan pembelajaran berbasis masalah pada
pembelajaran matematika yang menekankan kepada kemampuan spasial
dan komunikasi matematis siswa dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang inovatif
khususnya dalam mengajarkan materi geometri bangun ruang di kelas
VIII.
b. Pada pembelajaran biasa hendaknya guru dapat memberikan motivasi
process of doing mathematics” dengan memberikan lembar aktivitas
yang dikerkajan oleh siswa sendiri.
c. Waktu mengerjakan LAS cukup membutuhkan banyak waktu, sehingga
untuk memperbaiki hal tersebut guru diharapkan dapat membagi
kelompok-kelompok belajar ke dalam 4-5 orang siswa dalam satu
kelompok. Sehingga siswa lebih mudah mengkomunikasikan masalah
yang diberikan dan melakukan diskusi dalam menyelesaikan jawaban
tersebut.
d. Dalam setiap pembelajaran guru sebaiknya memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan-gagasan matematika dalam
bahasa dan cara mereka sendiri, sehingga dalam belajar matematika
siswa menjadi lebih berani beragumentasi, lebih percaya diri dan lebih
kreatif.
e. Agar pembelajaran berbasis masalah lebih efektif diterapkan pada
pembelajaran matematika, sebaiknya guru harus membuat perencanaan
mengajar yang baik dengan adanya daya dukung sistem pembelajaran
yang baik ( Buku Guru, Buku Siswa, LKS, RPP, dan media yang
digunakan).
2) Kepada Lembaga terkait
a) Pembelajaran matematika dengan PBM menekankan kemampuan spasial
dan komunikasi matematis masih sangat asing bagi guru maupun siswa,
oleh karenanya perlu disosialisasikan oleh sekolah atau lembaga terkait
khususnya meningkatkan kemampuan spasial dan komunikasi matematis
siswa.
b) Pembelajaran matematika dengan PBM dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif dalam peningkatan kemampuan spasial dan komunikasi
matematis siswa pada pokok bahasan geometri bangun ruang, sehingga
dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai
strategi pembelajaran yang efektif untuk pokok bahasan matematika yang
lain.
3) Kepada Peneliti Lanjutan
a. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pembelajaran matematika
dengan PBM dalam peningkatan kemampuan spasial dan komunikasi
matematis siswa secara maksimal untuk memperoleh hasil penelitian yang
maksimal.
b. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pembelajaran matematika
dengan PBM dalam peningkatan kemampuan matematika lain dengan
menerapkan lebih dalam agar implikasi hasil penelitian tersebut dapat
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Cet ke-1. Jakarta: Rineka Cipta
Ahmad, B. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED
Ansari, B.I. 2009. Komunikasi Matematik Konsep dan Aplikasi. Cet 1. Banda Aceh: Yayasan Pena Banda Aceh Divisi
Arends, RI. 2008. Learning To Teach Belajar Untuk mengajar. Edisi ke-7. Cet 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Cet 10. Jakarta: Bumi Aksara
Boyraz, S. 2008. The Effects of Computer Based Instruction on Seventh Grade Studens’ Spatial Ability, Attitudes Toward Geometry, Mathematics and Technology. Thesis. The Department of Elementary Science and Mathemat CS Education
Daha, R.W. 1988. Teori- Teori Belajar. Bandung: Gelora Aksara Pratma
Djamarah, S.B. 2010. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Cet 3. Jakarta. Rineka Cipta
Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Cet ke-9.Jakarta: Bumi Aksara Hudzaifah. 2012. “Pembelajaran Berbasis Masalah” . (Online). Tersedia
http://www.surgamakalah.com/2011/07/pembelajaran-berbasis-masalah.html (diakses 18 Februari 2012)
Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Edisi ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Jaya, I. 2010. Statistik Penelitian Untuk Pendidikan. Medan: Perdana Mulya Sarana
Kusmaydi. 2010. Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pememcahan Masalah Matematis Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Pendidikan Mtk UPI
Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Edisi ke-2. Bandung: Tarsito
Shadiq, F. 2009. Kemahiran Matematika, Diklat Instrukrtur Pengembangan Matematika SMA Jenjang Lanjut. Departemen Pendidikan Nasional: Yogyakarta
Saragih, Sahatta. 2011 Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik dan Kelompok Kecil Untuk Meningkatkan Kemampuan Keruangan, Berpikir Logis dan Sikap Positif terhadap Matematika Siswa Kelas VIII. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: PPs UPI
Saragih, Sahat. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berfikir Logis dan Komunikasi Matematika Siswa Pendidikan Dasar melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: PPs UPI
Sinaga, B. 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBM-B3). Laporan Hasil Penelitian (Hibah Bersaing). Medan: UNIMED, Agustus 2008.
Siregar, S.A. 2012. Pembelajaran Geometri melalui Model Van Hiele berbantuan GeoGebra Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa. Tidak diterbitkan. Bandung: Tesis UPI
Susilawati, W. 2011. Penerapan Problem Based Learning dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengajukan dan Memecahkan Masalah Matematika Siswa Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Negeri di Bandung. Tidak diterbitkan. Bandung: Tesis UPI
Syahputra, E. 2011. Peningkatan Kemampuan Spasial dan Disposisi Matematis Siswa SMP dengan Pendekatan PMRI Pada Pembelajaran Geometri Berbantuan Komputer. Tidak diterbitkan. Bandung: Disertasi UPI
Tambunan, S.M. (2006). Hubungan Antara Kemampuan Spasial dengan Prestasi Belajar Matematika. Makara, Sosial humaniora, Depok: Universitas Indonesia, Fakultas Psikologi. Vol. 10, No.1, Juni
Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konsep Operasional. Edisi ke- 1, cet 3. Jakarta: Bumi Aksara
Zulkarnaen, R. (2009). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa SMA Melalui Pendekatan OPEN-ENDED dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Coop-Coop. Tidak diterbitkan. Bandung: Tesis UPI
Zukhrina, E. 2012. Penerapan model pembelajaran ThinkPair Share Untuk
Meningkatkan Aktivitas, Pemahaman Konsep dan Komunikasi Matematika
Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Pangkalan Kerinci. Tidak diterbitkan.
Padang: Tesis Program Studi Teknologi Pendidikan Konsentrasi