• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan motivasi dan hasil belajar IPA menggunakan fabel aesop pada siswa kelas IV di SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan motivasi dan hasil belajar IPA menggunakan fabel aesop pada siswa kelas IV di SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta"

Copied!
296
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA

MENGGUNAKAN FABEL AESOP PADA SISWA KELAS IV

DI SD BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Erwindha Mahanani

NIM: 131134154

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA

MENGGUNAKAN FABEL AESOP PADA SISWA KELAS IV

DI SD BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Erwindha Mahanani

NIM: 131134154

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Puji Syukur kepada Bapa, atas berkatNya yang melimpah dan rancanganNya,

penulis dapat menyelesaikan kuliah S1 dengan baik.

Karya ini saya persembahkan untuk :

1. Tuhan Yesus Kristus.

2. Kedua orang tua ku Bapak Prajoko dan Ibu Dwi Yulianingsih yang selalu

memberikan semangat dan motivasi.

3. Sahabat-sahabatku, teman-teman PGSD USD 2013, saudara-saudaraku, dan

teman-teman yang telah terlibat dalam melakukan penelitian ini.

(6)

v

MOTTO

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN FABEL AESOP PADA SISWA KELAS IV DI SD

BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA

Erwindha Mahanani Universitas Sanata Dharma

2017

Latar belakang penelitian ini adalah adanya masalah mengani motivasi dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA kelas IV SD BOPKRI Gondolayu.Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA (2) Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada maa pelajaran IPA. (3) Menjelaskan penggunaan fabel Aesop dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan kuesioner.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kegiatan pembelajaran menggunakan fabel Aesop dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Peningatan motivasi dilihat dari seriap indikator yang dijabarkan dari pendapat para ahli. Persentase siswa yang termasuk dalam motivasi minimal sedang peningkatan dari kondisi awal 41,6% menjadi 66% pada siklus I dan persentase pada siklus II mengelami peningkatan 79 % setelah diberikan tindakan. Rata-rata dari hasil belajar siswa pada kondisi awal adalah 69,7 setelah diberi tindakan mengalami peningkatan pada siklus I 75,6 dan siklus II 77,1. Persentase siswa yang lulus KKM pada kondisi awal 54% mengalami peningkatan setelah diberikan tindakan pada siklus I 66% dan siklus II 86%.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah fabel Aesop dapat mempengaruhi motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD BOPKRI Gondolayu.

(10)

ix ABSTRACT

IMPROVING MOTIVATION AND LEARNING ACHIEVEMENT IN SCIENCE USING AESOP’S FABLES IN FOUR GRADE OF BOPKRI

GONDOLAYU ELEMENTARY SCHOOL YOGYAKARTA

Erwindha Mahanani

Sanata Dharma University

2017

The background of this research was the problem in motivation and learning achievement in science BOPKRI Gondolayu of the fourth grade students of Elementary School Yogyakarta. The purpose of the research was to (1) increase the motivation fourth grade students in science.(2) to improve the sense learning achievement of the fourth grade students of BOPKRI Gondolayu Yogyakarta. (3) to explain how Aesop’s fables were used in improving students motivation and learning achievement in science. This research was a Clasroom Action Research, data collection techiques were observation, interview, documentation, and questionnaire.

The result of this research showed that the learning activities using aesop’s fables could be improve students motivation and learning resulted. Achievement indicators of motivation were outlined from experts opinions. The percentage of students included in the minimum motivation increased from the initial condition of 41.6% to 66% in cycle 1 and increased to 79% in cycle II after the action was given. The average learning outcomed of students in the initial conditions was 69.7 and after the action was given increased to 75.6 in the cycle I and 77.1 in cycle II. The percentage of students who passed the minimum exhaustiveness criteria in the initial condition increased from 54% to 66% in cycle 1 and 86% in cycle II after the action was given.

The conclusions of the research was Aesop’s fables were increase motivation and learning outcomed of class IV BOPKRI Gondolayu Elementary School Yogyakarta in sciene.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat, rahmat Nya yang berlimpah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN FABEL AESOP PADA SISWA KELAS IV DI SD BOPKRI

GONDOLAYU YOGYAKARTA”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan program S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata

Dharma dan persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat dibuat dengan baik karena doa

dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang membantu dan memberikan doa serta

dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si, M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD.

4. Wahyu Wido Sari, M. Biotech selaku pembimbing I yang telah

membimbing dan memberi masukan dengan sabar selama penyusunan

sekripsi sampai selesai.

5. Theresia Yunia Setyawan, S.Pd., M.Hum selaku pembimbing II yang

telah membimbing dengan penuh kesabaran.

6. Kepala Sekolah SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta yang dengan

memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolah.

7. Guru kelas IV SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta yang telah

membantu selama penelitian sehingga penelitian berjalan dengan lancar.

8. Para validator yang telah memberikan kontribusi dalam penelitian ini.

9. Siswa-siswi kelas IV SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta yang dengan

senang hati mengikuti penelitian sehingga penelitian berjalan dengan

lancar.

10. Kedua orang tuaku Bapak Prajoko dan Ibu Dwi Yulianingsih yang selalu

(12)
(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

D. Tujuan Penelitian ...6

E. Manfaat Penelitian ...7

F. Definisi Operasional ...8

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 9

1. Teori Perkembangan Kognitif Anak ... 9

2. Motivasi ... 10

a. Pengertian Motivasi ... 10

b. Pengerian Belajar ... 11

c. Pengertian Motivasi Belajar ... 12

d. Cara Memotivasi ... 12

e. Indikator Motivasi ... 15

3. Hasil Belajar ... 16

(14)

xiii

b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 17

4. IPA ... 18

B. Penelitian-penelitian yang Relevan ... 22

C. Kerangka Berpikir ... 25

D. Indikator dan Pengukuran Keberhasilan ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

1. Non Tes ... 37

2. Tes... 39

F. Instrumen Penellitian ... 39

1. Non Tes ... 40

a. Observasi ... 40

b. Wawancara ... 42

c. Kuesioner ... 43

2. Tes ... 45

G. Validitas, Reliabilitas, Indeks Kesukaran ... 48

1. Validitas Instrumen ... 48

2. Reliabilitas Instrumen ... 66

3. Indeks Kesukaran Soal ... 68

H. Teknik Analisis Data ... 71

1. Analisis Data Motivasi ... 71

2. Analisis Data Hasil Belajar ... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Proses Penelitian Tindakan Kelas ... 74

2. Hasil Penelitian Motivasi Belajar ... 87

3. Hasil Belajar ... 94

4. Pembahasan ... 99

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...109

B. Keterbatasan Penelitian ...110

C. Saran ...111

DAFTAR PUSTAKA ...112

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan ... 33

Tabel 3.2 Pengumpulan Data ... 40

Tabel 3.3 Pedoman Observasi ... 41

Tabel 3.4 Pedoman Wawancara ... 42

Tabel 3.5 Kisi-kisi kuesioner motivasi... 44

Tabel 3.6 Sebaran Kuesioner ... 45

Tabel 3.7 Kisi-kisi soal pilihan ganda siklus I ... 46

Tabel 3.8 Kisi-kisi soal uraian siklus I ... 46

Tabel 3.9 Kisi-kisi soal pilihan ganda siklus II ... 47

Tabel 3.10 Kisi-kisi soal uraian siklus II ... 47

Tabel3.11 Klasifikasi Validasi Perangkat Pembelajaran ... 49

Tabel 3.12 Hasil Validasi RPP Siklus 1 Pertemuan 1 oleh Ahli ... 50

Tabel 3.13 Hasil Validasi RPP Siklus 1 Pertemuan 2 oleh Ahli ... 52

Tabel 3.14 Hasil Validasi RPP Siklus 2 Pertemuan 1 oleh Ahli ... 53

Tabel 3.15 Hasil Validasi RPP Siklus 2 Pertemuan 2 oleh Ahli ... 54

Tabel 3.16 Hasil Validasi Soal Evaluasi Siklus I ... 56

Tabel 3.17 Hasil Validasi Soal Evaluasi Siklua II ... 57

Tabel 3.18 Hasil Validasi Kuesioner ... 59

Tabel 3.19 Hasil Validasi Observasi ... 60

Tabel 3.20 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 62

Tabel 3.21 Hasil Uji Coba Soal Siklus I ... 64

Tabel 3.22 Hasil Uji Coba Soal Evaluasi Siklus II ... 65

Tabel 3.23 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 66

Tabel 3.24 Hasil Reliabilitas Siklus I ... 67

Tabel 3.25 Hasil Reliabilitas Siklus II ... 67

Tabel 3.26 Kategori Indeks Kesukaran ... 69

Tabel 3.27 Hasil Uji Kesukaran Soal Evaluasi Siklus I ... 69

Tabel 3.28 Hasil Uji Kesukaran Soal Evaluasi Siklus II ... 70

Tabel 3.29 Klasifikasi Tingkat Motivasi Belajar ... 72

Tabel 4.1 Ketercapaian Siklus I ... 80

Tabel 4.2 Ketercapian Siklus II ... 85

Tabel 4.3 Data Awal Motivasi Belajar Siswa ... 87

Tabel 4.4 Hasil Motivasi Siklus I ... 89

Tabel 4.5 Hasil Motivasi Belajar Siklus II ... 90

Tabel 4.6 Hasil Capaian Motivasi Siklus I dan II ... 91

Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa Pada Kondisi Awal ... 94

Tabel 4.8 Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 95

Tabel 4.9 Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 97

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Literatur Map... 24

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Menurut Kemmis dan Mc Taggart ... 28

Gambar 4.1 Grafik Ketercapian Motivasi Belajar Siswa ... 106

Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Persentase Motivasi Minimal Sedang ... 106

Gambar 4.3 Grafik Ketercapian Rata-Rata Nilai Siswa... 107

(17)

xvi

LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 114

Lampiran 2 Data Awal ... 118

Lampiran 3 Contoh Komentar Validasi dan Validitas Muka... 111

Lampiran 4 Instrumen Pembelajaran ... 194

Lampiran 5 Cerita Fabel Aesop ... 245

Lampiran 6 Instrumen Pengumpulan Data yang Sudah Divalidasi ... 254

Lampiran 7 Validitas dan Reliabilitas ... 257

Lampiran 8 Hasil Kerja Siswa ... 268

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada saat ini sangatlah penting bagi setiap orang. Pendidikan

yang paling dasar atau pertama adalah pendidikan di Sekolah Dasar. Pendidikan

dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu pendidikan sebagai proses dan

pendidikan sebagai hasil. Sebagai proses, pendidikan didefinisikan sebagai suatu

aktivitas interaksi manusia dengan lingkungannya baik lingkungan rumah maupun

lingkugan di sekolah. Sementara pendidikan sebagai hasil yaitu pendidikan

sebagai perubahan yang merupakan hasil interaksi manusia dengan lingkungannya

yaitu perubahan perilaku (Ahmadi, 2014: 39). Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 menjelaskan bahwa pendidikan merupakan

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengembangan diri, kepribadian,

masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam hal ini, guru sangatlah berpengaruh

terhadap proses belajar siswa di sekolah. Begitu banyak metode yang dapat

digunakan untuk menyampaikan materi yang menarik kepada siswa.

Pembelajaran yang menarik diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar

siswa.

Salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar adalah IPA. IPA sendiri adalah

ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan alam atau lingkungan sekitar. Mata

pelajaran IPA di kelas IV memiliki materi yang cukup banyak. IPA berhubungan

(19)

penguasaan kumpulan pengetahuan yang bersifat fakta, konsep, atau

prinsip saja melainkan merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas, 2006).

Pembelajaran IPA yang aktif dipengaruhi oleh tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai. Dari beberapa sekolah yang telah peneliti kunjungi, nampak bahwa guru

dalam menyampaikan materi lebih banyak menggunakan bahasa verbal dan jarang

melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan menurut

Piaget (dalam Trianto, 2007: 15) siswa pada umur 8-11 tahun memiliki tahap

oprasional konkret, ciri perkembangan memakai aturan yang jelas, logis, dan

kebermaknaan. Guru yang hanya menggunakan bahasa verbal dan tidak

melibatkan siswa secara aktif pada saat pembelajaran dapat membuat motivasi

belajar siswa kurang baik. Sedangkan motivasi belajar siswa merupakan sesuatu

yang penting dalam kelancaran proses belajar mengajar. Menurut Sardiman

(2011: 75) motivasi belajar merupakan adanya suatu dorongan, dorongan tersebut

memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh

siswa dapat tercapai. Adanya dorongan dalam kegiatan pembelajaran ini dapat

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Siswa yang mempunyai motivasi

belajar tinggi dalam proses pembelajaran dapat menunjang proses belajar

mengajar untuk semakin baik, begitu juga sebaliknya motivasi belajar siswa yang

rendah maka kualitas pembelajaran akan menurun dan akan berpengaruh pada

hasil belajar.

Kompri (2015: 4) menyatakan bahwa motivasi itu sendiri merupakan suatu

dorongan dari dalam individu untuk melakukan suatu tindakan dengan cara

tertentu sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Menurut Dimyanti dan

(20)

menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.

Pengertian motivasi secara umum yaitu suatu daya dorong yang timbul dalam diri

seseorang dengan disadari atau tidak disadari. Daya dorong yang timbul dalam

diri seseorang tersebut akan membuat seseorang ingin melakukan sesuatu sesuai

tujuan yang telah direncanakan. Motivasi belajar siswa dapat diamati dengan

menggunakan pedoman observasi, wawancara, dan kuesioner. Pedoman tersebut

mengacu dari enam indikator motivasi yaitu: 1) Siswa memiliki keinginan untuk

belajar, 2) Siswa memiliki dorongan dan kebutuhan dalam belajar, 3) Siswa

memiliki semangat selama pembelajaran, 4) Siswa memiliki rasa ingin tahu yang

tinggi, 5) Adanya penghargaan dalam pembelajaran, 6) Adanya lingkungan

belajar yang kondusif.

Informasi mengenai permasalahan pada mata pelajaran IPA di kelas IV

diperoleh dari kegiatan wawancara dan observasi. Observasi dan wawancara

dilakukan pada tanggal 22 September 2016. Observasi dilakukan untuk

mengetahui gambaran awal mengenai motivasi belajar siswa pada mata pelajaran

IPA. Hasil observasi di kelas IV SD BOPKRI Gondolayu, motivasi belajar siswa

di kelas IV selama mengikuti pembelajaran IPA belum optimal. Hal ini terbukti

pada menit ke 30 ada beberapa siswa bermain pensil, melamun, dan tidak

memperhatikan guru yang sedang menjelaskan di depan kelas.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru kelas IV SD BOPKRI

Gondolayu. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai

permasalahan pada mata pelajaran IPA. Dari hasil wawancara dengan guru kelas

SD BOPKRI Gondolayu. Guru menjelaskan bahwa hasil belajar siswa kelas IV

(21)

mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah. Guru juga menjelaskan mengenai

motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas belum optimal.

Guru juga menjelaskan bahwa ketika pembelajaran berlangsung komunikasi yang

dilakukan lebih banyak satu arah yaitu dari guru ke peserta didik. Sesekali guru

memanfaatkan media pembelajaran yang sudah tersedia di dalam kelas untuk

mempermudah menjelaskan materi pembelajaran. Guru menjelaskan bahwa

belum pernah melakukan pembelajaran menggunakan media cerita, terutama

cerita fabel dalam pembelajaran IPA.

Dari permasalahan tersebut, peneliti membagikan kuesioner untuk

mengetahui motivasi awal siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA di kelas.

Kuesioner yang dibagikan kepada siswa terdiri dari 18 pernyataan yang akan diisi

siswa dengan cara memberikan tanda centang pada kolom “ya” dan “tidak” yang

sudah disediakan. Hasil kuesinoer yang telah dibagikan kepada siswa kelas IV

menunjukan persentase motivasi belajar siswa yang termasuk dalam kategori

cukup temotivasi sebesar 41,6%.

Peneliti juga telah mengumpulkan data nilai mata pelajaran IPA kelas IV

SD BOPKRI Gondolayu. Dari data yang telah didapat, dapat dilihat bahwa

pemahaman siswa dalam mata pelajaran IPA masih kurang optimal. Kriteria

Ketuntasan Minimal siswa (KKM) yang ditentukan sekolah adalah 70. Dalam

menentukan KKM guru mengikuti aturan sekolah menggunakan 4 hal

pertimbangan yaitu meliputi input siswa, sarana dan prasarana, sumber daya

manusia, dan daya dukung masyarakat. Peneliti menggunakan hasil dokumentasi

nilai ulangan harian dari 24 siswa terdapat 15 siswa yang lulus KKM, dan terdapat

(22)

14 siswa yang lulus KKM, dan 10 siswa tidak lulus KKM. Nilai rata-rata kelas IV

adalah 69,7. Dari hasil dokumentasi tersebut menunjukkan bahwa pencapaian

KKM dan rata-rata kelas pada mata pelajaran IPA kelas IV di SD BOPKRI

Gondolayu masih belum optimal.

Setelah peneliti melakukan berbagai pengumpulan data untuk mengetahui

permasalahan yang ada di dalam kelas terutama pada mata pelajaran IPA. Peneliti

ingin melakukan sesuatu hal yang mungkin belum pernah dilakukan oleh guru

yaitu mengajar dengan mengaplikasikan beberapa cerita fabel ke dalam mata

pelajaran IPA. Definisi Fabel menurut Nurgiyantoro (2005: 190) adalah salah satu

bentuk cerita tradisional yang menampilkan binatang sebagai tokoh cerita.

Binatang adalah makhluk yang ada di sekitar dan sangat familiar sehingga anak

dapat membayangkan dan menerima cerita menggunakan daya imajinasinya yang

luar biasa. Dari permasalahan yang ada peneliti tertarik untuk melakukan sebuah

penelitian di kelas IV SD BOPKRI Gondolayu untuk meningkatkan hasil belajar

dan motivasi siswa dalam mata pelajaran IPA dengan menggunakan fabel Aesop.

Fabel Aesop merupakan sebuah cerita fabel yang ditulis oleh Aesop. Dari cerita

fabel ini akan peneliti kaitkan dengan materi pembelajaran IPA mengenai materi

hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya. Peneliti akan memasukkan

cerita fabel Aesop ke dalam pembelajaran. Dengan ini diharapkan hasil belajar

siswa dan motivasi belajar siswa dapat meningkat dengan adanya cerita fabel

Aesop.

Berdasarkan masalah yang sudah diketahui, maka peneliti akan melakukan

penelitian untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa pada kelas

(23)

membuat penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Motivasi dan

Hasil Belajar IPA Menggunakan Fabel Aesop Pada Siswa Kelas IV di SD

BOPKRI Gondolayu”.

B. Pembatasan Masalah

1. Variabel penelitian dibatasi pada motivasi dan hasil belajar IPA.

2. Penelitian ini dibatasi pada siswa kelas IV semester genap 2016/2017 di SD

BOPKRI Gondolayu dengan jumlah 24 siswa.

3. Mata pelajaran yang akan diteliti adalah IPA dengan Standar Kompentensi 5.

Memahami hubungan sesama makhluk hidup dengan lingkungannya.

Kompentensi Dasar 5.1 Mendeskripsikan hubungan makhluk hidup dengan

lingkungannya dan 5.2 Mengidentifikasi beberapa jenis hubungan khas

(simbiosis) dan hubungan memakan dan dimakan antara makhluk hidup

(rantai makanan) kelas IV SD BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/2017.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan fabel Aesop untuk meningkatkan motivasi dan hasil

belajar dalam mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD BOPKRI Gondolayu?

2. Apakah penggunaan fabel Aesop dalam meningkatkan motivasi siswa dalam

mata pelajaran IPA?

3. Apakah penggunaan fabel Aesop dalam meningkatkan hasil belajar siswa

dalam mata pelajaran IPA?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

(24)

1. Menjelaskan penggunaan fabel Aesop dalam meningkatkan motivasi dan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV di SD BOPKRI

Gondolayu tahun ajaran 2016/2017.

2. Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA di SD

BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/12017

3. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada maa pelajaran IPA di SD

BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/2017.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

Manfaat bagi siswa adalah siswa mendapatkan pengalaman yang baru dalam

proses belajar IPA dengan mengunakan cerita fabel.

2. Bagi Guru

Manfaat dari penelitian ini bagi guru adalah guru mendapatkan inovasi baru

dalam melakukan kegiatan belajar dalam mata pelajaran IPA dengan

menggunakan cerita fabel.

3. Manfaat bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan juga bermanfaat bagi sekolah untuk meningkatkan

hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran IPA.

4. Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pengalaman baru dalam melakukan

penelitian tindakan kelas mengenai penerapan cerita fabel dalam mata

(25)

F. Batasan Penelitian

1. Motivasi

Motivasi adalah suatu keinginan yang muncul dari dalam diri seseorang untuk

melakukan sesuatu dengan tujuan tertentu sesuai dengan keinginannya sendiri.

2. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan sebuah perubahan sikap yang dialami oleh siswa

setelah melakukan proses pembelajaran. Dampak dari proses pembelajaran

berupa nilai atau prestasi dari hasil belajar.

3. IPA

IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang berhubungan dengan alam atau

lingkungan sekitar. Pelajaran ini berkaitan dengan peristiwa alam yang ada di

lingkungan sekitar.

4. Fabel

Fabel adalah cerita dongeng yang penokohan dalam cerita tersebut adalah

hewan. Di mana hewan dalam dongeng tersebut dapat berbicara dan

(26)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Teori Perkembangan Kognitif Anak

Piaget mengungkapkan, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi

yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat

perkembangan kognitif (Al-Tabany, 2014: 30). Menurut Hosnan (2016: 146) ada

empat tingkat perkembangan kognitif yaitu sebagai berikut: a) Tahap

sensorimotor (usia 0-2 tahun) terjadi pada waktu bayi lahir sampai sekitar umur 2

tahun. Bayi bergerak dari tindakan instinktif pada saat lahir sampai permulaan

pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui

pengordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik. b) Tahap

pra operasional (usia 2-7 tahun) terjadi pada waktu anak berusia 2 tahun sampai

usia 7 tahun. Pada tahap ini anak mulai mempresentasikan dunia dengan kata-kata

dan gambar-gambar. Kata-kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya

peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan

tindakan fisik. c) Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun) pada usia ini anak

akan dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan

mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda. d) Tahap

operasi formal (usia 11 sampai dewasa) pada tahap ini anak sudah dikategorikan

remaja yang memiliki cara berpikir yang lebih abstrak, logis, dan idealistik.

Menurut Siregar dan Nara (2011: 33) proses belajar yang dialami oleh

seorang anak memiliki tahapan yang berbeda sesuai tahap usianya. Semakin

(27)

berpikirnya. Untuk itu seorang guru harus memahami tahap-tahap perkembangan

anak didiknya. Sehingga materi dan media pembelajaran sesuai dengan tahap

perkembangan yang dilalui anak didiknya.

Berdasarkan teori Jean Piaget dapat disimpulkan bahwa anak kelas IV

Sekolah Dasar termasuk ke dalam tahap praoperasional dimana anak dapat

berpikir logis dan mengklasifikasikan berbagai hal yang telah mereka dapatkan.

2. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Banyak teori yang mengemukakan pengertian dari motivasi, salah satunya

adalah menurut Kompri (2015: 4) motivasi sendiri merupakan suatu dorongan

dari dalam individu untuk melakukan suatu tindakan dengan cara tertentu sesuai

dengan tujuan yang direncanakan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) menjelaskan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul

pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan

dengan tujuan tertentu. Guru sangat berperan penting dalam menumbuhkan

motivasi siswa pada saat pembelajaran di kelas. Siswa yang mengikuti kegiatan

pembelajaran di dalam kelas akan memiliki daya dorong atau gerak untuk

melakukan sesuatu jika di dalam dirinya memiliki motivasi. Menurut Dimyanti

dan Mudijiono (2015: 80) motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang

menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.

Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi

merupakan suatu daya dorong yang timbul dalam diri seseorang dengan disadari

atau tidak disadari. Daya dorong yang timbul dalam diri seseorang tersebut akan

(28)

direncanakan. Pengertian motivasi dalam penelitian ini merupakan dorongan yang

timbul dalam diri siswa untuk belajar.

b. Pengertian Belajar

Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan terus menerus

akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup (Thobroni, 2015: 15). Setiap

manusia memiliki potensi-potensi yang perlu dikembangakan. Melalui belajar

potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia dapat berkembang dan bermanfaat

bagi kehidupannya. Menurut Hosnan (2016: 136) belajar adalah suatu proses

perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan dan

kepandaian. Perubahan yang dialami seseorang setelah melakukan belajar ini

bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan

atau pengalaman. Proses belajar pada umumnya bersifat individual dan

kontekstual, yang artinya proses belajar terjadi dalam individu sesuai dengan

perkembangan dan lingkungannya. Proses belajar ini dilakukan unuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya

(Aunurrahman, 2012: 35).

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan

dari dalam diri setiap orang. Proses tersebut dilakukan untuk mendapatkan suatu

perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Proses perubahan ini mencakup dari

segi sikap, keterampilan, dan kepandaian. Dalam proses perubahan diri melalui

belajar seseorang akan mendapatkannya dari lingkungan sekitar. Misalnya

seorang anak kecil yang belajar untuk berjalan, anak kecil tersebut belajar berjalan

(29)

suatu perubahan sikap maupun pengetahuan. Pengetahuan akan didapat melalui

suatu pendidikan di sekolah maupun lingkungan sekitar.

c. Pengertian Motivasi Belajar

Pengertian motivasi dari beberapa para ahli, dapat disimpulkan bahwa

motivasi merupakan suatu daya dorong yang timbul dalam diri seseorang dengan

disadari atau tidak disadari. Sedangkan belajar merupakan suatu proses perubahan

dari dalam diri setiap orang.

Pengertian motivasi belajar sendiri menurut Djamarah (2011: 200)

motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk

belajar. Siswa belajar dapat didorong oleh kesadaran dari dalam diri sendiri.

Kesadaran tersebut dapat berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita.

Sedangkan menurut Sardiman (2011: 75) motivasi belajar adanya suatu dorongan,

dorongan tersebut memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang

dikehendaki dapat tercapai. Pendapat lain mengatakan bahwa motivasi belajar

adalah kekuatan mental dalam diri seseorang yang mendorong terjadinya belajar

(Dimyati, 2006: 80).

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan

bahwa motivasi belajar merupakan dorongan yang timbul dari dalam dalam diri

siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai dengan baik.

d. Cara memotivasi siswa

Setiap pembelajaran di dalam kelas guru sangat berpengaruh dalam

menumbuhkan motivasi dalam diri siswa yang mengikuti pembelajaran di kelas.

(30)

pada saat mengikuti pembelajaran. Hamalik (2014: 156-158) mengemukakan

beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi siswa, diantaranya adalah 1) Siswa

yang mengikuti kegiatan belajar di dalam kelas akan termotivasi dan akan suka

apabila hal-hal yang dipelajari mengandung makna tertentu baginya. Salah satu

cara ialah dengan mengaitkan pembelajaran dengan hal baru dan berkesan bagi

siswa. 2) Pelajaran akan lebih mudah diterapkan terhadap siswa jika guru

mengajarkannya menggunakan model atau suatu kegiatan, bukan hanya

menceramahkan secara lisan. 3) Guru dapat menyampaikan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai siswa, hal ini diharapkan dapat menumbuhkan keinginan atau

motivasi di dalam dirinya. Guru juga dapat menyampaikan pembelajaran secara

nyata dengan menggunakan benda-benda yang ada di lingkungan sekitar. Jika

tidak mendapatkan benda-benda yang ada disekitar guru dapat menyampaikannya

menggunakan video atau gambar-gambar yang mudah dipahami oleh siswa. 4)

Siswa lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik oleh penyajian-penyajian

yang baru. 5) Siswa lebih senang belajar jika mengambil bagian yang aktif dalam

latihan atau praktek untuk mencapai tujuan pengajaran. 6) Suasana kelas yang

mendukung dapat membuat siswa lebih merasa nyaman pada saat mengikuti

kegiatan pembelajaran.

Fathurohman dan Suntikno (dalam Rahman, 2014: 217) juga

mengemukakan beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa.

Cara-cara tersebut tidak jauh berbeda dengan pendapat dari Hamalik. Pada hakikatnya

guru sangat berperan penting dalam mengelola suatu kelas. Untuk menumbuhkan

motivasi belajar guru dapat merancang pembelajaran dengan motode yang

(31)

media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dan sesuai

dengan tujuan pembelajaran dapat membantu menumbuhkan motivasi belajar para

peserta didik. Adanya media yang tepat akan menjadi perantara bagi peserta didik

yang memiliki kemampuan indra dan pemahaman yang berbeda-beda. Dengan

variasi penggunaan media, kelemahan indra yang dimiliki tiap peserta didik dapat

dikurangi dengan memberikan stimulus terhadap indera peserta didik. Selama

pembelajaran berlangsung guru juga dapat memberikan tugas-tugas untuk siswa

yang memiliki tahapan kesulitan yang bertahap. Tugas yang diberikan kepada

siswa dapat berbentuk tugas kelompok maupun tugas individu. Dengan

memberikan tugas baik secara individu maupun kelompok dapat menumbuhkan

persaingan diantara peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Dan

berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya. Memberikan

reward kepada peserta didik yang telah berhasil mengerjakan tugas dengan baik

ini akan memacu semangat peserta didik untuk bisa belajar lebih giat. Disamping

itu, peserta didik yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar peserta

didik yang berprestasi. Selain menggunakan reward guru juga dapat memacu

semangat siswa dengan memberikan pujian pada peserta didik. Pujian yang

diberikan kepada peserta didik ini bersifat membangun.

Dari pendapat dua ahli di atas mengenai cara meningkatkan motivasi

belajar siswa di dalam kelas, dapat disimpulkan bahwa guru dapat memotivasi

siswa dengan banyak cara salah satunya membuat siswa lebih aktif mencari

informasi sendiri dari berbagai sumber yang disediakan oleh guru. Guru dapat

(32)

sesuatu hal yang baru bagi siswa, sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan

baik.

e. Indikator Motivasi

Motivasi siswa sesungguhnya berkaitan dengan keinginan siswa untuk

mengikuti pembelajaran. Untuk menumbuhkan motivasi dalam diri siswa

diperlukan kegiatan pembelajaran yang menarik. Motivasi sendiri sangat penting

bagi proses pembelajaran siswa, baik dalam proses pembelajaran maupun hasil

pembelajaran. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi pada saat pembelajaran

maka siswa tersebut akan mencapai suatu keberhasilan dalam pembelajaran.

Untuk mengetahui siswa memiliki motivasi saat pembelajaran atau tidak, maka

akan digunakan indikator untuk mengetahuinya. Uno (2008: 23) berpendapat

mengenai indikator untuk mengetahui siswa memiliki motivasi dalam proses

pembelajaran, berikut adalah indikator yang digunakan untuk mengetahui siswa

memiliki motivasi dalam pembelajaran 1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. 3) Adanya harapan dan

cita-cita masa depan . 4) Adanya penghargaan dalam belajar. 5) Adanya kegiatan yang

menarik dalam belajar. 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga

memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Sedangkan pendapat yang lain dari Kompri (2015: 247) yang

mengemukakan ada sejumlah indikator untuk mengetahui siswa yang memiliki

motivasi dalam proses pembelajaran diantaranya adalah 1) memiliki gairah yang

tinggi, 2) penuh semangat, 3) memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, 4) mampu

“jalan sendiri” ketika guru meminta siswa mengerjakan sesuatu, 5) memiliki rasa

(33)

sebagai tantangan yang harus diatasi, 8) memiliki kesabaran dan daya juang yang

tinggi.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas penelitian ini menggunakan

empat indikator motivasi belajar menurut teori Uno (2008: 23) dan satu indikator

dari Kompri (2015: 247). Peneliti memilih untuk menggabungkan dua pendapat

ini karena indikator yang ada pada Uno dapat diperkuat dengan indikator yang

dikemukakan oleh Kompri. Peneliti memilih indikator yang paling spesifik dan

menggunakan indikator-indikator dari kedua pendapat yang memiliki arti yang

kurang lebih sama.

Maka dapat disimpulkan bahwa indikator yang akan digunakan untuk

mengetahui motivasi belajar siswa adalah: 1) siswa memiliki keinginan untuk

belajar, 2) siswa memiliki dorongan dan kebutuhan dalam belajar, 3) siswa

memiliki semangat selama pembelajaran, 4) siswa memiliki rasa ingin tahu yang

tinggi, 5) adanya penghargaan dalam pembelajaran, 6) adanya lingkungan belajar

yang kondusif.

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan diri setiap orang baik dalam

akademik maupun non akademik menjadi lebih baik. Setiap proses belajar yang

telah dilakukan oleh seseorang akan mendapatkan hasil. Pengertian dari hasil

belajar sendiri dapat diartikan hasil dari perubahan perilaku peserta didik akibat

belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas

sejumlah materi pembelajaran yang telah diberikan dalam proses belajar mengajar

(34)

adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan

psikomotorik yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar.

Perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur dari

pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai

terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak

tahu menjadi tahu (Hamalik, 2003: 155).

Pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan sebuah perubahan yang dialami oleh siswa setelah melakukan proses

pembelajaran. Perubahan tersebut berdampak pada nilai atau prestasi yang didapat

oleh siswa tersebut.

b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Siswa yang melakukan suatu kegiatan belajar akan menghasilkan sebuah

hasil. Jadi untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perubahan harus melalui

proses tertentu yang dipengaruhi dari berbagai faktor, baik faktor dari dalam diri

dalam individu maupun dari luar individu (Djamarah, 2011: 177-205). 1) Faktor

internal merupakan faktor yang dipengaruhi dari dalam diri siswa. Faktor internal

ini dibagi menjadi dua diantaranya adalah: a) Kondisi fisiologis sangat

berpengaruh terhadap kemampuaan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan

segar secara jasmani akan memahami pembelajaran yang diberikan dengan baik.

b) Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang

utama dalam menentukan intensitas belajar seorang siswa di kelas. Meski faktor

luar mendukung, tetapi faktor dari psikologis siswa tidak mendukung, maka faktor

luar itu tidak akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. 2) Faktor eksternal

(35)

adalah: a) Faktor lingkungan sangatlah berpengaruh bagi anak untuk

meningkatkan hasil belajarnya. Faktor lingkunagn meliputi lingkungan alam serta

lingkingan sosial. b) Faktor instrumental faktor yang keberadaan dan

penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor ini

diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar

yang direncanakan.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

dapat dipengaruhi dari dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

4. IPA

a. Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa

Inggris Natural Science yang artinya ilmu tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi

di alam ini (Samatowa, 2011: 3). Berdasarkan pendapat tersebut diketahui bahwa

IPA merupakan ilmu yang mempelajari mengenai peristiwa yang terjadi di alam.

Menurut Nash (dalam Samatowa, 2010: 2) menyatakan bahwa IPA

merupakan suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash menambahkan

bahwa IPA mengamati dunia secara analisis, lengkap, cermat, serta

menghubungkan antara suatu fenomena dengan fenomena lain sehingga

membentuk prespektif baru dari objek yang diamati.

Pendapat lain mengenai pengertian IPA juga dikemukakan oleh Powler

(dalam Samatowa, 2011: 3) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan

dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis, artinya pengetahuan tersebut

tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, saling berkaitan, dan saling

(36)

Jadi dari pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan

ilmu yang mempelajari mengenai lingkungan alam., kenampakan alam, dan

perubahan lingkungan alam yang ada disekitar.

b. IPA untuk Sekolah Dasar

Sebagai seorang guru Sekolah Dasar harus memahami akan alasan

mengapa IPA diajarkan di sekolah. Ada 4 alasan IPA diajarkan di Sekolah Dasar

menurut Samatowa (2010: 5-6) yaitu: 1) IPA berfaedah bagi suatu bangsa,

kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. 2) Bila IPA diajarkan menurut

cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan

kesempatan berpikir kritis. 3) Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan

yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA bukanlah mata pelajaran yang

bersifat hapalan belaka. 4) Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan

yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara

keseluruhan.

Menurut Samatowa (2010: 5-6) ada beberapa aspek penting yang harus

diperhatikan guru dalam memberdayakan anak melalui pembelajaran IPA yaitu:

1) Pentingnya memahami bahwa pada saat memulai kegiatan pembelajarannya,

anak telah memiliki berbagai konsepsi, pengetahuan yang relevan dengan apa

yang mereka pelajari. Sesungguhnya apa yang dikemukakan anak merupakan

cerminan bagaimana anak memiliki gagasan sebagai hasil berpikirnya dengan

menggunakan penalaran dan pengetahuan yang telah dimilikinya selama ini. 2)

Aktivitas anak melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama

dalam pembelajaran IPA. Aktivitas ini dapat dilakukan di laboratorium, di kelas

(37)

berbagai aktivitas nyata anak akan dihadapkan langsung dengan fenomena yang

akan dipelajari, dengan demikian berbagai aktivitas itu memungkinkan terjadinya

proses belajar yang aktif. 3) Dalam pembelajaran IPA kegiatan bertanyalah yang

menjadi bagian yang penting, bahkan menjadi bagian yang paling utama dalam

pembelajaran.

Dari berbagai aspek penting yang telah dijelaskan di atas. Siswa akan lebih

memahami pelajaran IPA jika aktivitas anak melalui kegiatan nyata dan libatkan

anak secara aktif selama pembelajaran berlangsung.

5. Fabel

a. Pengertian Fabel

Pembelajaran yang menarik dan baru bagi siswa sangat penting untuk

menumbuhkan motivasi. Dengan adanya motivasi diharapkan hasil belajar dapat

meningkat. Salah satu bentuk untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar

siswa, guru dapat menggunakan cerita fabel dalam menyampaikan materi

pembelajaran. Fabel sendiri memiliki pengertian yaitu cerita lama yang

menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral. Pada fabel perlakuan

tokoh dari binatang disifatkan seperti manusia, seperti bercakap-cakap, tertawa,

menangis dan sebagainya. Sebagian besar fabel memberikan pesan moral yang

lebih mudah diterima (Putera, 2015: 38). Sedangkan menurut Sugihastuti (2005:

190) fabel adalah salah satu bentuk cerita yang menampilkan binatang sebagai

tokoh cerita. Binatang-binatang tersebut dapat berpikir dan berinteraksi layaknya

manusia. Mereka berpikir, berlogika, berperasaan, berbicara, bersikap, bertingkah

laku, dan lain-lain sebagaimana halnya manusia dengan bahasa manusia. Aesop

(38)

membuat berbagai cerita fabel pada abad ke-6 SM, fabel kuno tersebut dikenal

sebagai fabel Aesop. Dalam fabel Aesop ini tokoh dalam cerita adalah binatang

yang dapat berbicara dan bertingkah laku seperti manusia (Putera, 2015: 42-43).

Berdasarkan pengertian dari para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

fabel merupakan sebuah cerita yang penokohannya adalah binatang. Binatang di

dalam cerita tersebut seolah-oleh seperti manusia yang dapat bicara dan dapat

melakukan segala hal seperti layaknya manusia.

b. Manfaat Fabel

Cerita anak diyakini memiliki manfaat bagi perkembangan anak. Menurut

Nurgiyantoro (2010: 36) manfaat dari cerita anak adalah untuk 1) perkembangan

emosional, secara langsung atau tidak langsung, dengan membaca buku-buku

cerita, anak akan belajar bersikap dan bertingkah laku secara benar, bagaimana

mengelola emosi agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. 2)

perkembangan intelektual, melalui bacaan aspek intelektual, anak ikut aktif, ikut

berperan, dalam rangka pemahaman dan pengkritisan cerita yang bersangkutan. 3)

perkembangan imajinasi, imajinasi akan memicu bertumbuh dan berkembangnya

daya kreativitas. Imajinasi dipahami bukan sebagai khayalan atau daya khayal

saja, tetapi mengarah pada makna pemikiran yang kreatif (creative thinking). 4)

pertumbuhan rasa social, kesadaran bahwa orang hidup mesti membaca dalam

kebersamaan, rasa tertarik masuk dalam kelompok sudah mulai terbentuk ketika

anak berusia 3-5 tahun dan kesadaran bahwa ada orang lain di luar dirinya.

Kesadaran tersebut dapat ditumbuhkembangkan melalui bacaan sastra lewat

perilaku tokoh. Anak pada usia 10-12 tahun mempunyai cita rasa keadilan dan

(39)

yang mengeksploitasi kehidupan bersosial secara baik akan mampu

menjadikannya sebagai contoh bertingkah laku sosial sebagaimana aturan sosial

yang berlaku.

Berdasarkan pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa cerita

anak tidak hanya sebatas cerita saja yang dibaca atau diceritakan kepada anak.

Cerita anak memiliki manfaat diantaranya untuk perkembangan emosional anak,

perkembangan intelektual anak, perkembangan imajinasi anak, dan perkembangan

sosial anak.

B. Penelitian yang Relevan

Sebuah penelitian akan saling berhubungan dengan penelitian lain yang

sudah diteliti terlebih dahulu oleh peneliti lain. Penelitian-penelitian lain yang

relevan dengan penelitian ini adalah peneliti Septanti (2015), Siyamita (2009) dan

Marthina (2006).

Penelitian ini membahas peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa

yang telah dilakukan sebelumnya. Salah satunya adalah Sepiani (2015). Tujuan

dari penelitian ini untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA melalui

model pembelajaran Quantum Teaching pada siswa kelas IV pada mata pelajaran

IPA materi energi panas dan bunyi beserta sifatnya di SD N 1 Pedes, Sedayu,

Bantul tahun ajaran 2014/2015. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian

Tindakan Kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N 1 Pedes,

Sedayu, Kabupaten Bantul sebanyak 27 siswa. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan

motivasi dan hasil belajar IPA siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan

(40)

termasuk dalam kategori sedang yaitu rata-rata 54,14 dan rata-rata menjadi 68,40

setelah diberikan tindakan. Sehingga terjadi peningkatan sebesar 14,26%

termasuk dalam kategori tinggi dan setelah dilakukan perbaikan pada setiap

indikator. Rata-rata skor motivasi belajar IPA siswa pada siklus II mencapai

angka 73,67 termasuk kategori sangat tinggi. Serta hasil belajar IPA kondisi awal

termasuk dalam kategori sedang yaitu mencapai rata-rata 62,5 setelah diberikan

tindakan pada siklus I hasil belajar IPA siswa meningkat dengan rata-rata 75,74

dengan kategori baik. Perbaikan oleh guru dilakukan pada tahap alami, namai, dan

ulangi sehingga hasil belajar IPA siswa mencapai rata-rata 81,29 termasuk

kategori baik sekali.

Marthina (2006) dengan judul “Efektivitas Pemberian Dongeng Fabel

Terhadap Perkembangan Perilaku Kerja Sama Anak-Anak Usia 5-6 Tahun”

bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan dongeng efektif dalam

meningkatkan perilaku moral terutama kerjasama pada anak usia 5-6 tahun. Jenis

penelitian Kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah pre-test-post test

control group design. Setelah dilakuakan uji coba, hasil menunjukkan pada

kelompok kontrol nilai sign (2-tiled) 0,940>0,05, dan pada kelompok eksperimen

nilai sign (2-tiled)0,938>0,05. Probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0

diterima. Tidak ada perbedaan pada kelompok kontrol yang tidak mendapatkan

perlakuan dan tidak ada perbedaan pada kelompok eksperimen sebelum dan

setelah mendapatkan dongeng.

Cahyatri (2016) dengan judul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar

IPA Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis IT pada Siswa Kelas IV SD

(41)

peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPA dengan menggunakan media

pembelajaran berbasis IT, kondisi awal 53,95 (rendah) menjadi 75 (tinggi) dan

peningkatan prestasi belajar IPA dengan menggunakan media pembelajaran

berbasis IT dari nilai rata-rata 61,17 menjadi 72 dan dari presentase ketuntasan

31,03% menjadi 70%. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian

Tindakan Kelas. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif-kuantitatif. Dari hasil analisis data tersebut menunjukkan bahwa upaya

peningkatan persentasi belajar IPA menggunakan media pembelajaran berbasis IT

telah dilaksanakan, penggunaan media berbasis IT dapat meningkatkan motivasi

belajar IPA siswa kelas IV SDN Sarikarya, penggunaan media pembelajaran

berbasis IT dapat meningkatkan persentasi belajar IPA siswa kelas IV SDN

Sarikarya.

Gambar 2.1 Literatur Map

Dari literatur map di atas, ketiga penelitian tersebut memiliki kesamaan

dan perbedaan. Kedua penelitian memiliki persamaan yaitu pada variabel motivasi

belajar dan hasil belajar. Salah satu penelitian diatas meneliti mengenai dongeng

Marthina (2006).

Yang akan diteliti adalah :

(42)

fabel. Dari ketiga penelitian di atas yang sudah dilakukan akan menjadi pedoman

penelitian oleh peneliti yang berjudul Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA

Menggunakan Fabel Aesop pada Kelas IV di BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

Jenis penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan

kelas (PTK).

C. Kerangka Berpikir

Guru sebagai pendidik yang mendidik siswa dan mendampingi siswa

sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan berpikir siswa. Sebagai seorang

guru tidak hanya sebatas mengajar dan menyiapkan perangkat pembelajaran yang

akan diajarkan kepada siswa, tugas guru yang lebih penting yaitu bagaimana cara

seorang guru dapat menyampaikan pembelajaran atau materi yang telah

direncanakan untuk membantu siswa mempermudah memahami suatu materi

yang akan disampaikan sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang mereka

inginkan. Untuk menyampaikan materi ada baiknya jika menggunakan media

pembelajaran, hal ini dapat membantu siswa untuk memahami materi serta

membantu guru dalam menyampaikan pembelajaran.

Pembelajaran IPA yang begitu banyak materi yang harus dipahami oleh

siswa tentunya membutuhkan beberapa cara untuk membantu siswa

mempermudah memahami materi-materi IPA, salah satunya membuat siswa lebih

aktif mengikuti pembelajaran di kelas dengan menyusun dan mencari informasi

dari bacaan yang diperolehnya. Apabila siswa hanya diberikan materi-materi dan

diminta untuk menghafalkan bukan untuk memahami maka siswa akan cepat

merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran. Dibutuhkan inovatif-inovatif lain

(43)

Pembelajaran yang kreatif dan inovatif maka dibutuhkan setrategi

pembelajaran yang membuat lebih aktif mencari informasi secara mandiri,

sehingga siswa diharapkan memiliki motivasi dalam mengikuti pembelajaran di

kelas. Dengan memasukkan cerita fabel kedalam pembelajaran siswa diharapkan

lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Setelah siswa termotivasi pada

pembelajaran yang menggunakan cerita fabel ini maka akan membantu untuk

meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA.

D. Hipotesis Tindakan

1. Penerapan cerita fabel untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran IPA kelas IV SD BOPKRI Gondolayu dapat dilakukan

dengan cara membagikan cerita fabel Aesop, kemudian siswa mencari

informasi dari cerita tersebut.

2. Penggunaan fabel Aesop dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV

SD BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/2017 pada mata pelajaran IPA.

3. Penggunaan fabel Aesop dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD

(44)

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Menurut Arikunto (2006: 3) Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu

pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian Tindakan

Kelas juga memiliki arti sebagai penelitian yang sistematis yang dapat dilakukan

oleh guru, administrator, konselor, atau orang lain dengan kepentingan tertentu

dalam proses mengajar dan belajar dengan tujuan tertentu Millis (dalam Mertler,

2014: 4). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaboratif di mana guru

berperan hanya sebagai anggota tim peneliti. Dengan demikian, pada pola ini guru

tidak memiliki kesempatan yang luas untuk melakukan tindakan, sebab baik

perencanaan maupun mengimplementasikan tidak ditentukan oleh guru,

melainkan oleh peneliti (Sanjaya, 2011: 59-40). Peneliti juga bertindak sebagai

pengamat pada saat guru mengimplementasikan di kelas. Selain itu, peneliti juga

dapat membantu guru ketika guru mengalami kesulitan saat melakukan

implementasi penelitian di dalam kelas.

Penelitian ini menggunakan model penelitian Kemmis dan Mc Taggart.

Peneliti menggunakan model penelitian Kemmis dan Mc Taggart karena tindakan

dan observasi dilakukan secara bersamaan, sehingga memudahkan peneliti untuk

melihat permasalahan yang muncul di dalam kelas. Komponen dalam penelitian

menurut Kemmis dan Mc.Tanggart (dalam Kusumah & Dwitagama, 2009: 21)

(45)

tersebut merupakan satu kesatuan dan dipandang menjadi satu siklus. Banyaknya

siklus dalam Penelitian Tidakan Kelas tergantung dari permasalahan yang akan

dipecahkan. Pada umumnya Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan lebih dari

satu siklus. Di bawah ini adalah gambar alur penelitian menurut Kemmis dan Mc.

Taggart.

Gambar 3.1 Siklus penelitian menurut Kemmis dan Mc Tanggart (dalam

Kusumah & Dwitagama, 2009: 21)

Pada gambar di atas dapat dilihat tahapan penelitian tindakan kelas

menurut Kemmis dan Mc Taggart. Tahapan-tahapan tersebut terdiri dari

perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Perencanaan dilakukan untuk

mengidentifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah, dan pengembangan

bentuk tindakan sebagai pemecahan masalah. Tahap selanjutnya berupa tindakan.

Tindakan pada penelitian ini prinsipnya merupakan realisasi dari perencanaan

yang telah dibuat sebelumnya. Tahapan yang selanjutnya adalah observasi,

observasi ini dilakukan bersamaan dengan tindakan penelitian. Observasi ini

dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan proses pembelajaran dan

pengaruh dari tindakan yang dipilih oleh peneliti. Tahapan yang keempat adalah

(46)

telah dilakukan. Berdasarkan refleksi itu juga peneliti akan menentukan apakah

akan berhenti disiklus yang pertama atau melanjutkan kesiklus berikutnya.

B. Setting Penelitian

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah SD

BOPKRI Gondolayu JL. Jendral Sudirman no. 24, Gowongan, Sleman, Kota

Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan September 2016 – April 2017

3. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 di SD BOPKRI Gondolayu

yang berjumlah 24 siswa yang terdiri dari 14 siswa perempuan dan 10 siswa

laki-laki.

4. Objek penelitian

Objek penelitian yang dilakukan adalah peningkatan motivasi dan hasil belajar

IPA menggunakan fabel Aesop untuk kelas IV SD BOPKRI Gondolayu.

Kompentensi Dasar (KD) yang digunakan adalah mendeskripsikan hubungan

makhluk hidup dengan lingkungannya dan mengidentifikasi beberapa jenis

hubungan khas (simbiosis) dan hubungan “makanan dan dimakan” antara

makhluk hidup (rantai makanan).

C. Persiapan

Pada tahap yang pertama yaitu tahap persiapan, peneliti akan meminta ijin

terlebih dahulu kepada guru kelas untuk melakukan penelitian sekaligus

(47)

motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Setelah mendapatkan

hasil dari observasi, selanjutnya peneliti melakukan identifikasi permasalahan

yang ada di kelas. Kegiatan selanjutnya peneliti akan menyusun instrumen

penelitian dan perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan media

pembelajaran yang akan digunakan sesuai dengan permasalahan yang telah

ditentukan.

1. Rencana Tindakan Setiap Siklus

Setelah mendapatkan gambaran kondisi awal. Peneliti akan melaksanakan

siklus I. Apabila pada siklus I belum maksimal, maka akan dilanjutkan pada siklus

II. Rencana tindakan setiap siklus adalah sebagai berikut:

Siklus I

a) Perencanaan Tindakan

Berdasarkan dari masalah yang sudah diketahui dan hipotesis tindakan

yang telah berhasil dirumuskan oleh peneliti. Perencanaan tindakan ini mencakup

seluruh langkah tindakan secara rinci. Dalam perencanaan tindakan ini ada

beberapa yang perlu disiapakan yaitu RPP yang mencakup (indikator, kegiatan

pembelajaran, alat, sumber, penilalian dan evaluasi), peneliti juga menyiapkan

cerita fabel Aesop.

b) Pelaksanaan tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini merupakan tahap implementasi atau

penerapan terhadap semua rencana yang telah disusun oleh peneliti. Tahap ini

peneliti harus benar-benar menerapkan rencana yang telah dibuat. Pelaksanaan

(48)

menggunakan siklus yang telah direncanakan. Pelaksanaan tindakan pada siklus I

ini terdiri dari 2 pertemuan. Setiap pertemuan akan dilaksanakan selama 2 jam

pelajaran yang setiap jam pelajaran berlangsung selama 2x35 menit. Pada setiap

pertemuan siswa akan langsung dibagi menjadi beberapa kelompok yang nantinya

akan melakukan identifikasi cerita febel Aesop. Siswa akan mengidentifikasi dari

cerita tersebut dan menggolongkan hewan berdasarkan ekosistem dalam cerita

fabel Aesop. Pada setiap pertemuan setiap kelompok akan dibagikan 2 cerita yang

berbeda. Setelah siswa selesai megindentifikasi, perwakilan dari setiap kelompok

diminta untuk maju ke depan untuk mempresentasikan hasil dari diskusi

kelompok. Pada pertemuan yang ke dua siswa akan dibagikan soal evaluasi pada

akhir pembelajaran.

c) Observasi

Pada tahap observasi peneliti mencatat semua hal-hal terjadi selama

pelaksanaan berlangsung. Observasi ini dilakukan supaya peneliti dapat

mengamati jalannya kegiatan. Pada tahap observasi ini pengamatan dilakukan

dengan menggunakan instrumen observasi yang telah disiapkan. Semua

pengamatan yang berada di kelas itu harus dicatat sesuai dengan hasil

sesungguhnya di lapangan.

d) Refleksi

Dalam tahap refleksi ini peneliti melakukan perenungan hasil dari

tindakan yang telah dilakukan. Dengan adanya refleksi yang dilakukan peneliti

akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai dalam penelitian. Hasil refleksi

(49)

Dan apabila penelitian belum tuntas dan masih terdapat permasalahan, maka dapat

dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

Siklus II

a) Perencanaan tindakan

Perencanaan tindakan dalam siklus II ini mengacu pada kegiatan refleksi.

Kegiatan dalam penelitian apa yang belum maksimal dan sesuai dengan keinginan

peneliti. Sehingga perlu dirancang kembali beberapa kegiatan yaitu 1) Rencana

pelaksanaan pembelajaran yang mencakup : indikator, kegiatan pembelajaran,

alat, sumber, dan penilaian. 2) Menyiapkan cerita fabel Aesop untuk kegiatan

pembelajaran. 3) Soal evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar

siswa 4) Kuesioner yang akan digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa

pada mata pelajaran IPA.

b) Pelaksanaan tindakan

Tindakan pada siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan

berlangsung selama 2x35 menit. Pertemuan pertama siswa akan melihat sebuah

video fabel Aesop. Selanjutnya siswa akan dilibatkan dalam suatu kelompok.

Setiap kelompok tersebut akan mencari informasi dari cerita yang telah disediakan

dan akan membuat susunan rantai makanan dari informasi yang didapatkan dari

cerita tersebut. Pada setiap pertemuan setiap kelompok akan dibagikan 2 cerita

yang berbeda. Setelah siswa selesai mengidentifikasi, perwakilan dari setiap

kelompok diminta untuk maju ke depan mempresentasikan hasil dari diskusi

kelompok. Pada pertemuan yang ke dua siswa akan dibagikan soal evaluasi pada

akhir pembelajaran, untuk mengetahui hasil belajar setelah dilakukan siklus I.

(50)

Pada tahap observasi ini akan dilakukan bersamaan dengan tahap

pelaksanaan tindakan. Peneliti mencatat semua hal-hal terjadi selama pelaksanaan

berlangsung. Tahap obervasi pada siklus II ini dilakukan dengan menggunakan

instrumen-instrumen yang telah disiapkan. Semua hasil observasi itu harus dicatat

sesuai dengan hasil sesungguhnya di lapangan.

e) Refleksi

Refleksi ini dilakukan untuk mengindentifikasi kesulitan dan hambatan

selama kegiatan pembelajaran. Peneliti juga mengolah data hasil evaluasi,

observasi, dan kuesioner motivasi yang telah diisi oleh siswa, kemudian akan

dibandingkan dengan data pada siklus I. Hasil dari siklus II akan menjadi hasil

akhir dari penelitian tindakan kelas.

D. Indikator dan Pengukuran Keberhasilan

Penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti yaitu motivasi dan

hasil belajar. Indikator keberhasilan dari dua variabel tersebut ditentukan dengan

pertimbangan data kondisi awal dan informasi dari guru. Guru kelas dan peneliti

melakukan koordinasi untuk menentukan target capaian pada setiap indikator.

Indikator keberhasilan dapat dilihat dalam tabel indikator 3.1.

Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan

Indikator Kondisi awal

Target Deskriptor Instrumen

(51)

Indikator Kondisi awal

Target Deskriptor Instrumen

Motivasi

pembelajaran indikator 3 : skor

maksimal x 100 Persentase siswa yang

lulus KKM

54% 70% Jumlah siswa yang

lulus KKM : jumlah seluruh siswa x 100%

Tabel 3.1 merupakan tabel indikator keberhasilan siswa. Dari tabel

tersebut indikator keberhasilan motivasi yang dicapai oleh siswa belum optimal.

Hal ini dapat dilihat dari setiap indikator belum dapat mencapai target yang sudah

ditentukan. Menentukan target perlakuan yang digunakan dalam penelitian itu

dibutuhkan standar atau patokan yang membatasi bahwa perlakuan tersebut telah

berhasil. Secara pasti tidak ada batasan yang mutlak untuk menentukan target

atau patokan. Penentuan target keberhasilan penelitian ditentukan oleh peneliti

sendiri. Target tersebut ditentukan berdasarkan kondisi dan kemampuan subjek

(52)

yang telah disepakati dengan guru kelas dan dibuat kriteria penskoran yang

dihitung dengan rumus sama dengan menentukan KKM yaitu sebagai berikut

Kondisi awal pada indikator siswa yang memiliki keinginan untuk

belajar adalah 29 dengan target capaian 70. Target capaian ini dibuat berdasarkan

kesepakatan dengan guru kelas. Peneliti dan guru membuat target tersebut tidak

terlalu tinggi dikarenakan siswa kelas IV SD BOPKRI Gondolayu ketika

mengikuti pembelajaran rata-rata sudah memiliki keinginan untuk belajar. Hal ini

dapat dilihat dari hasil observasi dan informasi dari guru, ketika pembelajaran

akan berlangsung siswa sudah mempersiapkan atau tulis di atas meja dan tidak

terlambat masuk kelas. Indikator siswa memiliki dorongan dan kebutuhan belajar

mendapatkan hasil 29 dengan target capaian 80. Target capaian ini dibuat

berdasarkan kesepakatan dengan guru kelas. Peneliti dan guru membuat target

tersebut cukup tinggi dikarenakan siswa kelas IV SD BOPKRI Gondolayu ketika

mengikuti pembelajaran belum terlihat memiliki dorongan dan kebutuhan untuk

belajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi dan informasi dari guru, ketika

pembelajaran berlangsung terlihat siswa belum antusias menjawab pertanyaan

yang diberkan oleh guru. Indikator siswa memiliki semangat selama pembelajaran

mendapatkan hasil 62 dengan target capaian 80. Target capaian ini dibuat

berdasarkan kesepakatan dengan guru kelas. Peneliti dan guru membuat cukup

tinggi dikarenakan siswa kelas IV SD BOPKRI Gondolayu ketika mengikuti

pembelajaran berlangsung belum terlihat memiliki semangat dalam mengikuti

Gambar

Gambar 2.1 Literatur Map
Gambar 3.1 Siklus penelitian menurut Kemmis dan Mc Tanggart (dalam
Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan
Tabel 3.1 merupakan tabel indikator keberhasilan siswa. Dari tabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan pengujian yang telah dilakukan tentang penerapan algoritma One Time Pad untuk meningkatkan keamanan basis data pada data gaji pegawai

Berdasarkan pada hasil pengujian, turbin air hasil modifikasi pompa sentrifugal untuk pembagkit listrik tenaga mikrohidro, daya output turbin maksimum yang dihasilkan

Penataan ruang yang terstruktur dan keadaan yang nyaman akan memperlancar pegawai dalam bekerja, tata letak fasilitas unit pelayanan PDAM Kabupaten Sragen masih

[r]

pada arah ini, diperoleh nilai resiko dari daerah/ lokasi yang berada di sekitar lereng ini. adalah 6138 dan diklasifikasikan sebagai daerah dengan

JAGUNC SI'BACAI ?AXAN TERNAI( YANG

Hasil penelitian yang diperoleh adalah : (1) Penerapan metode The Learning Cell dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam mengajukan pertanyaan pada pelajaran

Permainan merupakan manfaat yang besar bagi perkembangan anak. Khususnya untuk perkembangan kemampuanan berhitung, sehingga pada. saatnya nanti anak lebih siap