PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA
MENGGUNAKAN FABEL AESOP PADA SISWA KELAS IV
DI SD BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Erwindha Mahanani
NIM: 131134154
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA
MENGGUNAKAN FABEL AESOP PADA SISWA KELAS IV
DI SD BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Erwindha Mahanani
NIM: 131134154
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Puji Syukur kepada Bapa, atas berkatNya yang melimpah dan rancanganNya,
penulis dapat menyelesaikan kuliah S1 dengan baik.
Karya ini saya persembahkan untuk :
1. Tuhan Yesus Kristus.
2. Kedua orang tua ku Bapak Prajoko dan Ibu Dwi Yulianingsih yang selalu
memberikan semangat dan motivasi.
3. Sahabat-sahabatku, teman-teman PGSD USD 2013, saudara-saudaraku, dan
teman-teman yang telah terlibat dalam melakukan penelitian ini.
v
MOTTO
viii
ABSTRAK
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN FABEL AESOP PADA SISWA KELAS IV DI SD
BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA
Erwindha Mahanani Universitas Sanata Dharma
2017
Latar belakang penelitian ini adalah adanya masalah mengani motivasi dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA kelas IV SD BOPKRI Gondolayu.Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA (2) Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada maa pelajaran IPA. (3) Menjelaskan penggunaan fabel Aesop dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan kuesioner.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kegiatan pembelajaran menggunakan fabel Aesop dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Peningatan motivasi dilihat dari seriap indikator yang dijabarkan dari pendapat para ahli. Persentase siswa yang termasuk dalam motivasi minimal sedang peningkatan dari kondisi awal 41,6% menjadi 66% pada siklus I dan persentase pada siklus II mengelami peningkatan 79 % setelah diberikan tindakan. Rata-rata dari hasil belajar siswa pada kondisi awal adalah 69,7 setelah diberi tindakan mengalami peningkatan pada siklus I 75,6 dan siklus II 77,1. Persentase siswa yang lulus KKM pada kondisi awal 54% mengalami peningkatan setelah diberikan tindakan pada siklus I 66% dan siklus II 86%.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah fabel Aesop dapat mempengaruhi motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD BOPKRI Gondolayu.
ix ABSTRACT
IMPROVING MOTIVATION AND LEARNING ACHIEVEMENT IN SCIENCE USING AESOP’S FABLES IN FOUR GRADE OF BOPKRI
GONDOLAYU ELEMENTARY SCHOOL YOGYAKARTA
Erwindha Mahanani
Sanata Dharma University
2017
The background of this research was the problem in motivation and learning achievement in science BOPKRI Gondolayu of the fourth grade students of Elementary School Yogyakarta. The purpose of the research was to (1) increase the motivation fourth grade students in science.(2) to improve the sense learning achievement of the fourth grade students of BOPKRI Gondolayu Yogyakarta. (3) to explain how Aesop’s fables were used in improving students motivation and learning achievement in science. This research was a Clasroom Action Research, data collection techiques were observation, interview, documentation, and questionnaire.
The result of this research showed that the learning activities using aesop’s fables could be improve students motivation and learning resulted. Achievement indicators of motivation were outlined from experts opinions. The percentage of students included in the minimum motivation increased from the initial condition of 41.6% to 66% in cycle 1 and increased to 79% in cycle II after the action was given. The average learning outcomed of students in the initial conditions was 69.7 and after the action was given increased to 75.6 in the cycle I and 77.1 in cycle II. The percentage of students who passed the minimum exhaustiveness criteria in the initial condition increased from 54% to 66% in cycle 1 and 86% in cycle II after the action was given.
The conclusions of the research was Aesop’s fables were increase motivation and learning outcomed of class IV BOPKRI Gondolayu Elementary School Yogyakarta in sciene.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat Nya yang berlimpah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN FABEL AESOP PADA SISWA KELAS IV DI SD BOPKRI
GONDOLAYU YOGYAKARTA”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan program S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata
Dharma dan persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat dibuat dengan baik karena doa
dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang membantu dan memberikan doa serta
dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si, M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.
3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD.
4. Wahyu Wido Sari, M. Biotech selaku pembimbing I yang telah
membimbing dan memberi masukan dengan sabar selama penyusunan
sekripsi sampai selesai.
5. Theresia Yunia Setyawan, S.Pd., M.Hum selaku pembimbing II yang
telah membimbing dengan penuh kesabaran.
6. Kepala Sekolah SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta yang dengan
memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolah.
7. Guru kelas IV SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta yang telah
membantu selama penelitian sehingga penelitian berjalan dengan lancar.
8. Para validator yang telah memberikan kontribusi dalam penelitian ini.
9. Siswa-siswi kelas IV SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta yang dengan
senang hati mengikuti penelitian sehingga penelitian berjalan dengan
lancar.
10. Kedua orang tuaku Bapak Prajoko dan Ibu Dwi Yulianingsih yang selalu
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii
ABSTRAK ... viii
D. Tujuan Penelitian ...6
E. Manfaat Penelitian ...7
F. Definisi Operasional ...8
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 9
1. Teori Perkembangan Kognitif Anak ... 9
2. Motivasi ... 10
a. Pengertian Motivasi ... 10
b. Pengerian Belajar ... 11
c. Pengertian Motivasi Belajar ... 12
d. Cara Memotivasi ... 12
e. Indikator Motivasi ... 15
3. Hasil Belajar ... 16
xiii
b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 17
4. IPA ... 18
B. Penelitian-penelitian yang Relevan ... 22
C. Kerangka Berpikir ... 25
D. Indikator dan Pengukuran Keberhasilan ... 33
E. Teknik Pengumpulan Data ... 37
1. Non Tes ... 37
2. Tes... 39
F. Instrumen Penellitian ... 39
1. Non Tes ... 40
a. Observasi ... 40
b. Wawancara ... 42
c. Kuesioner ... 43
2. Tes ... 45
G. Validitas, Reliabilitas, Indeks Kesukaran ... 48
1. Validitas Instrumen ... 48
2. Reliabilitas Instrumen ... 66
3. Indeks Kesukaran Soal ... 68
H. Teknik Analisis Data ... 71
1. Analisis Data Motivasi ... 71
2. Analisis Data Hasil Belajar ... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Proses Penelitian Tindakan Kelas ... 74
2. Hasil Penelitian Motivasi Belajar ... 87
3. Hasil Belajar ... 94
4. Pembahasan ... 99
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...109
B. Keterbatasan Penelitian ...110
C. Saran ...111
DAFTAR PUSTAKA ...112
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan ... 33
Tabel 3.2 Pengumpulan Data ... 40
Tabel 3.3 Pedoman Observasi ... 41
Tabel 3.4 Pedoman Wawancara ... 42
Tabel 3.5 Kisi-kisi kuesioner motivasi... 44
Tabel 3.6 Sebaran Kuesioner ... 45
Tabel 3.7 Kisi-kisi soal pilihan ganda siklus I ... 46
Tabel 3.8 Kisi-kisi soal uraian siklus I ... 46
Tabel 3.9 Kisi-kisi soal pilihan ganda siklus II ... 47
Tabel 3.10 Kisi-kisi soal uraian siklus II ... 47
Tabel3.11 Klasifikasi Validasi Perangkat Pembelajaran ... 49
Tabel 3.12 Hasil Validasi RPP Siklus 1 Pertemuan 1 oleh Ahli ... 50
Tabel 3.13 Hasil Validasi RPP Siklus 1 Pertemuan 2 oleh Ahli ... 52
Tabel 3.14 Hasil Validasi RPP Siklus 2 Pertemuan 1 oleh Ahli ... 53
Tabel 3.15 Hasil Validasi RPP Siklus 2 Pertemuan 2 oleh Ahli ... 54
Tabel 3.16 Hasil Validasi Soal Evaluasi Siklus I ... 56
Tabel 3.17 Hasil Validasi Soal Evaluasi Siklua II ... 57
Tabel 3.18 Hasil Validasi Kuesioner ... 59
Tabel 3.19 Hasil Validasi Observasi ... 60
Tabel 3.20 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 62
Tabel 3.21 Hasil Uji Coba Soal Siklus I ... 64
Tabel 3.22 Hasil Uji Coba Soal Evaluasi Siklus II ... 65
Tabel 3.23 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 66
Tabel 3.24 Hasil Reliabilitas Siklus I ... 67
Tabel 3.25 Hasil Reliabilitas Siklus II ... 67
Tabel 3.26 Kategori Indeks Kesukaran ... 69
Tabel 3.27 Hasil Uji Kesukaran Soal Evaluasi Siklus I ... 69
Tabel 3.28 Hasil Uji Kesukaran Soal Evaluasi Siklus II ... 70
Tabel 3.29 Klasifikasi Tingkat Motivasi Belajar ... 72
Tabel 4.1 Ketercapaian Siklus I ... 80
Tabel 4.2 Ketercapian Siklus II ... 85
Tabel 4.3 Data Awal Motivasi Belajar Siswa ... 87
Tabel 4.4 Hasil Motivasi Siklus I ... 89
Tabel 4.5 Hasil Motivasi Belajar Siklus II ... 90
Tabel 4.6 Hasil Capaian Motivasi Siklus I dan II ... 91
Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa Pada Kondisi Awal ... 94
Tabel 4.8 Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 95
Tabel 4.9 Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 97
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Literatur Map... 24
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Menurut Kemmis dan Mc Taggart ... 28
Gambar 4.1 Grafik Ketercapian Motivasi Belajar Siswa ... 106
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Persentase Motivasi Minimal Sedang ... 106
Gambar 4.3 Grafik Ketercapian Rata-Rata Nilai Siswa... 107
xvi
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 114
Lampiran 2 Data Awal ... 118
Lampiran 3 Contoh Komentar Validasi dan Validitas Muka... 111
Lampiran 4 Instrumen Pembelajaran ... 194
Lampiran 5 Cerita Fabel Aesop ... 245
Lampiran 6 Instrumen Pengumpulan Data yang Sudah Divalidasi ... 254
Lampiran 7 Validitas dan Reliabilitas ... 257
Lampiran 8 Hasil Kerja Siswa ... 268
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada saat ini sangatlah penting bagi setiap orang. Pendidikan
yang paling dasar atau pertama adalah pendidikan di Sekolah Dasar. Pendidikan
dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu pendidikan sebagai proses dan
pendidikan sebagai hasil. Sebagai proses, pendidikan didefinisikan sebagai suatu
aktivitas interaksi manusia dengan lingkungannya baik lingkungan rumah maupun
lingkugan di sekolah. Sementara pendidikan sebagai hasil yaitu pendidikan
sebagai perubahan yang merupakan hasil interaksi manusia dengan lingkungannya
yaitu perubahan perilaku (Ahmadi, 2014: 39). Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 menjelaskan bahwa pendidikan merupakan
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengembangan diri, kepribadian,
masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam hal ini, guru sangatlah berpengaruh
terhadap proses belajar siswa di sekolah. Begitu banyak metode yang dapat
digunakan untuk menyampaikan materi yang menarik kepada siswa.
Pembelajaran yang menarik diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar
siswa.
Salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar adalah IPA. IPA sendiri adalah
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan alam atau lingkungan sekitar. Mata
pelajaran IPA di kelas IV memiliki materi yang cukup banyak. IPA berhubungan
penguasaan kumpulan pengetahuan yang bersifat fakta, konsep, atau
prinsip saja melainkan merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas, 2006).
Pembelajaran IPA yang aktif dipengaruhi oleh tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Dari beberapa sekolah yang telah peneliti kunjungi, nampak bahwa guru
dalam menyampaikan materi lebih banyak menggunakan bahasa verbal dan jarang
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan menurut
Piaget (dalam Trianto, 2007: 15) siswa pada umur 8-11 tahun memiliki tahap
oprasional konkret, ciri perkembangan memakai aturan yang jelas, logis, dan
kebermaknaan. Guru yang hanya menggunakan bahasa verbal dan tidak
melibatkan siswa secara aktif pada saat pembelajaran dapat membuat motivasi
belajar siswa kurang baik. Sedangkan motivasi belajar siswa merupakan sesuatu
yang penting dalam kelancaran proses belajar mengajar. Menurut Sardiman
(2011: 75) motivasi belajar merupakan adanya suatu dorongan, dorongan tersebut
memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
siswa dapat tercapai. Adanya dorongan dalam kegiatan pembelajaran ini dapat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Siswa yang mempunyai motivasi
belajar tinggi dalam proses pembelajaran dapat menunjang proses belajar
mengajar untuk semakin baik, begitu juga sebaliknya motivasi belajar siswa yang
rendah maka kualitas pembelajaran akan menurun dan akan berpengaruh pada
hasil belajar.
Kompri (2015: 4) menyatakan bahwa motivasi itu sendiri merupakan suatu
dorongan dari dalam individu untuk melakukan suatu tindakan dengan cara
tertentu sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Menurut Dimyanti dan
menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.
Pengertian motivasi secara umum yaitu suatu daya dorong yang timbul dalam diri
seseorang dengan disadari atau tidak disadari. Daya dorong yang timbul dalam
diri seseorang tersebut akan membuat seseorang ingin melakukan sesuatu sesuai
tujuan yang telah direncanakan. Motivasi belajar siswa dapat diamati dengan
menggunakan pedoman observasi, wawancara, dan kuesioner. Pedoman tersebut
mengacu dari enam indikator motivasi yaitu: 1) Siswa memiliki keinginan untuk
belajar, 2) Siswa memiliki dorongan dan kebutuhan dalam belajar, 3) Siswa
memiliki semangat selama pembelajaran, 4) Siswa memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi, 5) Adanya penghargaan dalam pembelajaran, 6) Adanya lingkungan
belajar yang kondusif.
Informasi mengenai permasalahan pada mata pelajaran IPA di kelas IV
diperoleh dari kegiatan wawancara dan observasi. Observasi dan wawancara
dilakukan pada tanggal 22 September 2016. Observasi dilakukan untuk
mengetahui gambaran awal mengenai motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
IPA. Hasil observasi di kelas IV SD BOPKRI Gondolayu, motivasi belajar siswa
di kelas IV selama mengikuti pembelajaran IPA belum optimal. Hal ini terbukti
pada menit ke 30 ada beberapa siswa bermain pensil, melamun, dan tidak
memperhatikan guru yang sedang menjelaskan di depan kelas.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru kelas IV SD BOPKRI
Gondolayu. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai
permasalahan pada mata pelajaran IPA. Dari hasil wawancara dengan guru kelas
SD BOPKRI Gondolayu. Guru menjelaskan bahwa hasil belajar siswa kelas IV
mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah. Guru juga menjelaskan mengenai
motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas belum optimal.
Guru juga menjelaskan bahwa ketika pembelajaran berlangsung komunikasi yang
dilakukan lebih banyak satu arah yaitu dari guru ke peserta didik. Sesekali guru
memanfaatkan media pembelajaran yang sudah tersedia di dalam kelas untuk
mempermudah menjelaskan materi pembelajaran. Guru menjelaskan bahwa
belum pernah melakukan pembelajaran menggunakan media cerita, terutama
cerita fabel dalam pembelajaran IPA.
Dari permasalahan tersebut, peneliti membagikan kuesioner untuk
mengetahui motivasi awal siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA di kelas.
Kuesioner yang dibagikan kepada siswa terdiri dari 18 pernyataan yang akan diisi
siswa dengan cara memberikan tanda centang pada kolom “ya” dan “tidak” yang
sudah disediakan. Hasil kuesinoer yang telah dibagikan kepada siswa kelas IV
menunjukan persentase motivasi belajar siswa yang termasuk dalam kategori
cukup temotivasi sebesar 41,6%.
Peneliti juga telah mengumpulkan data nilai mata pelajaran IPA kelas IV
SD BOPKRI Gondolayu. Dari data yang telah didapat, dapat dilihat bahwa
pemahaman siswa dalam mata pelajaran IPA masih kurang optimal. Kriteria
Ketuntasan Minimal siswa (KKM) yang ditentukan sekolah adalah 70. Dalam
menentukan KKM guru mengikuti aturan sekolah menggunakan 4 hal
pertimbangan yaitu meliputi input siswa, sarana dan prasarana, sumber daya
manusia, dan daya dukung masyarakat. Peneliti menggunakan hasil dokumentasi
nilai ulangan harian dari 24 siswa terdapat 15 siswa yang lulus KKM, dan terdapat
14 siswa yang lulus KKM, dan 10 siswa tidak lulus KKM. Nilai rata-rata kelas IV
adalah 69,7. Dari hasil dokumentasi tersebut menunjukkan bahwa pencapaian
KKM dan rata-rata kelas pada mata pelajaran IPA kelas IV di SD BOPKRI
Gondolayu masih belum optimal.
Setelah peneliti melakukan berbagai pengumpulan data untuk mengetahui
permasalahan yang ada di dalam kelas terutama pada mata pelajaran IPA. Peneliti
ingin melakukan sesuatu hal yang mungkin belum pernah dilakukan oleh guru
yaitu mengajar dengan mengaplikasikan beberapa cerita fabel ke dalam mata
pelajaran IPA. Definisi Fabel menurut Nurgiyantoro (2005: 190) adalah salah satu
bentuk cerita tradisional yang menampilkan binatang sebagai tokoh cerita.
Binatang adalah makhluk yang ada di sekitar dan sangat familiar sehingga anak
dapat membayangkan dan menerima cerita menggunakan daya imajinasinya yang
luar biasa. Dari permasalahan yang ada peneliti tertarik untuk melakukan sebuah
penelitian di kelas IV SD BOPKRI Gondolayu untuk meningkatkan hasil belajar
dan motivasi siswa dalam mata pelajaran IPA dengan menggunakan fabel Aesop.
Fabel Aesop merupakan sebuah cerita fabel yang ditulis oleh Aesop. Dari cerita
fabel ini akan peneliti kaitkan dengan materi pembelajaran IPA mengenai materi
hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya. Peneliti akan memasukkan
cerita fabel Aesop ke dalam pembelajaran. Dengan ini diharapkan hasil belajar
siswa dan motivasi belajar siswa dapat meningkat dengan adanya cerita fabel
Aesop.
Berdasarkan masalah yang sudah diketahui, maka peneliti akan melakukan
penelitian untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa pada kelas
membuat penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Motivasi dan
Hasil Belajar IPA Menggunakan Fabel Aesop Pada Siswa Kelas IV di SD
BOPKRI Gondolayu”.
B. Pembatasan Masalah
1. Variabel penelitian dibatasi pada motivasi dan hasil belajar IPA.
2. Penelitian ini dibatasi pada siswa kelas IV semester genap 2016/2017 di SD
BOPKRI Gondolayu dengan jumlah 24 siswa.
3. Mata pelajaran yang akan diteliti adalah IPA dengan Standar Kompentensi 5.
Memahami hubungan sesama makhluk hidup dengan lingkungannya.
Kompentensi Dasar 5.1 Mendeskripsikan hubungan makhluk hidup dengan
lingkungannya dan 5.2 Mengidentifikasi beberapa jenis hubungan khas
(simbiosis) dan hubungan memakan dan dimakan antara makhluk hidup
(rantai makanan) kelas IV SD BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/2017.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan fabel Aesop untuk meningkatkan motivasi dan hasil
belajar dalam mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD BOPKRI Gondolayu?
2. Apakah penggunaan fabel Aesop dalam meningkatkan motivasi siswa dalam
mata pelajaran IPA?
3. Apakah penggunaan fabel Aesop dalam meningkatkan hasil belajar siswa
dalam mata pelajaran IPA?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
1. Menjelaskan penggunaan fabel Aesop dalam meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV di SD BOPKRI
Gondolayu tahun ajaran 2016/2017.
2. Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA di SD
BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/12017
3. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada maa pelajaran IPA di SD
BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/2017.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Manfaat bagi siswa adalah siswa mendapatkan pengalaman yang baru dalam
proses belajar IPA dengan mengunakan cerita fabel.
2. Bagi Guru
Manfaat dari penelitian ini bagi guru adalah guru mendapatkan inovasi baru
dalam melakukan kegiatan belajar dalam mata pelajaran IPA dengan
menggunakan cerita fabel.
3. Manfaat bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan juga bermanfaat bagi sekolah untuk meningkatkan
hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran IPA.
4. Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman baru dalam melakukan
penelitian tindakan kelas mengenai penerapan cerita fabel dalam mata
F. Batasan Penelitian
1. Motivasi
Motivasi adalah suatu keinginan yang muncul dari dalam diri seseorang untuk
melakukan sesuatu dengan tujuan tertentu sesuai dengan keinginannya sendiri.
2. Hasil belajar
Hasil belajar merupakan sebuah perubahan sikap yang dialami oleh siswa
setelah melakukan proses pembelajaran. Dampak dari proses pembelajaran
berupa nilai atau prestasi dari hasil belajar.
3. IPA
IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang berhubungan dengan alam atau
lingkungan sekitar. Pelajaran ini berkaitan dengan peristiwa alam yang ada di
lingkungan sekitar.
4. Fabel
Fabel adalah cerita dongeng yang penokohan dalam cerita tersebut adalah
hewan. Di mana hewan dalam dongeng tersebut dapat berbicara dan
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Teori Perkembangan Kognitif Anak
Piaget mengungkapkan, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi
yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat
perkembangan kognitif (Al-Tabany, 2014: 30). Menurut Hosnan (2016: 146) ada
empat tingkat perkembangan kognitif yaitu sebagai berikut: a) Tahap
sensorimotor (usia 0-2 tahun) terjadi pada waktu bayi lahir sampai sekitar umur 2
tahun. Bayi bergerak dari tindakan instinktif pada saat lahir sampai permulaan
pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui
pengordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik. b) Tahap
pra operasional (usia 2-7 tahun) terjadi pada waktu anak berusia 2 tahun sampai
usia 7 tahun. Pada tahap ini anak mulai mempresentasikan dunia dengan kata-kata
dan gambar-gambar. Kata-kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya
peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan
tindakan fisik. c) Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun) pada usia ini anak
akan dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan
mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda. d) Tahap
operasi formal (usia 11 sampai dewasa) pada tahap ini anak sudah dikategorikan
remaja yang memiliki cara berpikir yang lebih abstrak, logis, dan idealistik.
Menurut Siregar dan Nara (2011: 33) proses belajar yang dialami oleh
seorang anak memiliki tahapan yang berbeda sesuai tahap usianya. Semakin
berpikirnya. Untuk itu seorang guru harus memahami tahap-tahap perkembangan
anak didiknya. Sehingga materi dan media pembelajaran sesuai dengan tahap
perkembangan yang dilalui anak didiknya.
Berdasarkan teori Jean Piaget dapat disimpulkan bahwa anak kelas IV
Sekolah Dasar termasuk ke dalam tahap praoperasional dimana anak dapat
berpikir logis dan mengklasifikasikan berbagai hal yang telah mereka dapatkan.
2. Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Banyak teori yang mengemukakan pengertian dari motivasi, salah satunya
adalah menurut Kompri (2015: 4) motivasi sendiri merupakan suatu dorongan
dari dalam individu untuk melakukan suatu tindakan dengan cara tertentu sesuai
dengan tujuan yang direncanakan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) menjelaskan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul
pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan
dengan tujuan tertentu. Guru sangat berperan penting dalam menumbuhkan
motivasi siswa pada saat pembelajaran di kelas. Siswa yang mengikuti kegiatan
pembelajaran di dalam kelas akan memiliki daya dorong atau gerak untuk
melakukan sesuatu jika di dalam dirinya memiliki motivasi. Menurut Dimyanti
dan Mudijiono (2015: 80) motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.
Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan suatu daya dorong yang timbul dalam diri seseorang dengan disadari
atau tidak disadari. Daya dorong yang timbul dalam diri seseorang tersebut akan
direncanakan. Pengertian motivasi dalam penelitian ini merupakan dorongan yang
timbul dalam diri siswa untuk belajar.
b. Pengertian Belajar
Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan terus menerus
akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup (Thobroni, 2015: 15). Setiap
manusia memiliki potensi-potensi yang perlu dikembangakan. Melalui belajar
potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia dapat berkembang dan bermanfaat
bagi kehidupannya. Menurut Hosnan (2016: 136) belajar adalah suatu proses
perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan dan
kepandaian. Perubahan yang dialami seseorang setelah melakukan belajar ini
bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan
atau pengalaman. Proses belajar pada umumnya bersifat individual dan
kontekstual, yang artinya proses belajar terjadi dalam individu sesuai dengan
perkembangan dan lingkungannya. Proses belajar ini dilakukan unuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya
(Aunurrahman, 2012: 35).
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan
dari dalam diri setiap orang. Proses tersebut dilakukan untuk mendapatkan suatu
perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Proses perubahan ini mencakup dari
segi sikap, keterampilan, dan kepandaian. Dalam proses perubahan diri melalui
belajar seseorang akan mendapatkannya dari lingkungan sekitar. Misalnya
seorang anak kecil yang belajar untuk berjalan, anak kecil tersebut belajar berjalan
suatu perubahan sikap maupun pengetahuan. Pengetahuan akan didapat melalui
suatu pendidikan di sekolah maupun lingkungan sekitar.
c. Pengertian Motivasi Belajar
Pengertian motivasi dari beberapa para ahli, dapat disimpulkan bahwa
motivasi merupakan suatu daya dorong yang timbul dalam diri seseorang dengan
disadari atau tidak disadari. Sedangkan belajar merupakan suatu proses perubahan
dari dalam diri setiap orang.
Pengertian motivasi belajar sendiri menurut Djamarah (2011: 200)
motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
belajar. Siswa belajar dapat didorong oleh kesadaran dari dalam diri sendiri.
Kesadaran tersebut dapat berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita.
Sedangkan menurut Sardiman (2011: 75) motivasi belajar adanya suatu dorongan,
dorongan tersebut memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang
dikehendaki dapat tercapai. Pendapat lain mengatakan bahwa motivasi belajar
adalah kekuatan mental dalam diri seseorang yang mendorong terjadinya belajar
(Dimyati, 2006: 80).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa motivasi belajar merupakan dorongan yang timbul dari dalam dalam diri
siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan baik.
d. Cara memotivasi siswa
Setiap pembelajaran di dalam kelas guru sangat berpengaruh dalam
menumbuhkan motivasi dalam diri siswa yang mengikuti pembelajaran di kelas.
pada saat mengikuti pembelajaran. Hamalik (2014: 156-158) mengemukakan
beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi siswa, diantaranya adalah 1) Siswa
yang mengikuti kegiatan belajar di dalam kelas akan termotivasi dan akan suka
apabila hal-hal yang dipelajari mengandung makna tertentu baginya. Salah satu
cara ialah dengan mengaitkan pembelajaran dengan hal baru dan berkesan bagi
siswa. 2) Pelajaran akan lebih mudah diterapkan terhadap siswa jika guru
mengajarkannya menggunakan model atau suatu kegiatan, bukan hanya
menceramahkan secara lisan. 3) Guru dapat menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai siswa, hal ini diharapkan dapat menumbuhkan keinginan atau
motivasi di dalam dirinya. Guru juga dapat menyampaikan pembelajaran secara
nyata dengan menggunakan benda-benda yang ada di lingkungan sekitar. Jika
tidak mendapatkan benda-benda yang ada disekitar guru dapat menyampaikannya
menggunakan video atau gambar-gambar yang mudah dipahami oleh siswa. 4)
Siswa lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik oleh penyajian-penyajian
yang baru. 5) Siswa lebih senang belajar jika mengambil bagian yang aktif dalam
latihan atau praktek untuk mencapai tujuan pengajaran. 6) Suasana kelas yang
mendukung dapat membuat siswa lebih merasa nyaman pada saat mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Fathurohman dan Suntikno (dalam Rahman, 2014: 217) juga
mengemukakan beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Cara-cara tersebut tidak jauh berbeda dengan pendapat dari Hamalik. Pada hakikatnya
guru sangat berperan penting dalam mengelola suatu kelas. Untuk menumbuhkan
motivasi belajar guru dapat merancang pembelajaran dengan motode yang
media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dan sesuai
dengan tujuan pembelajaran dapat membantu menumbuhkan motivasi belajar para
peserta didik. Adanya media yang tepat akan menjadi perantara bagi peserta didik
yang memiliki kemampuan indra dan pemahaman yang berbeda-beda. Dengan
variasi penggunaan media, kelemahan indra yang dimiliki tiap peserta didik dapat
dikurangi dengan memberikan stimulus terhadap indera peserta didik. Selama
pembelajaran berlangsung guru juga dapat memberikan tugas-tugas untuk siswa
yang memiliki tahapan kesulitan yang bertahap. Tugas yang diberikan kepada
siswa dapat berbentuk tugas kelompok maupun tugas individu. Dengan
memberikan tugas baik secara individu maupun kelompok dapat menumbuhkan
persaingan diantara peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Dan
berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya. Memberikan
reward kepada peserta didik yang telah berhasil mengerjakan tugas dengan baik
ini akan memacu semangat peserta didik untuk bisa belajar lebih giat. Disamping
itu, peserta didik yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar peserta
didik yang berprestasi. Selain menggunakan reward guru juga dapat memacu
semangat siswa dengan memberikan pujian pada peserta didik. Pujian yang
diberikan kepada peserta didik ini bersifat membangun.
Dari pendapat dua ahli di atas mengenai cara meningkatkan motivasi
belajar siswa di dalam kelas, dapat disimpulkan bahwa guru dapat memotivasi
siswa dengan banyak cara salah satunya membuat siswa lebih aktif mencari
informasi sendiri dari berbagai sumber yang disediakan oleh guru. Guru dapat
sesuatu hal yang baru bagi siswa, sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan
baik.
e. Indikator Motivasi
Motivasi siswa sesungguhnya berkaitan dengan keinginan siswa untuk
mengikuti pembelajaran. Untuk menumbuhkan motivasi dalam diri siswa
diperlukan kegiatan pembelajaran yang menarik. Motivasi sendiri sangat penting
bagi proses pembelajaran siswa, baik dalam proses pembelajaran maupun hasil
pembelajaran. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi pada saat pembelajaran
maka siswa tersebut akan mencapai suatu keberhasilan dalam pembelajaran.
Untuk mengetahui siswa memiliki motivasi saat pembelajaran atau tidak, maka
akan digunakan indikator untuk mengetahuinya. Uno (2008: 23) berpendapat
mengenai indikator untuk mengetahui siswa memiliki motivasi dalam proses
pembelajaran, berikut adalah indikator yang digunakan untuk mengetahui siswa
memiliki motivasi dalam pembelajaran 1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. 3) Adanya harapan dan
cita-cita masa depan . 4) Adanya penghargaan dalam belajar. 5) Adanya kegiatan yang
menarik dalam belajar. 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga
memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
Sedangkan pendapat yang lain dari Kompri (2015: 247) yang
mengemukakan ada sejumlah indikator untuk mengetahui siswa yang memiliki
motivasi dalam proses pembelajaran diantaranya adalah 1) memiliki gairah yang
tinggi, 2) penuh semangat, 3) memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, 4) mampu
“jalan sendiri” ketika guru meminta siswa mengerjakan sesuatu, 5) memiliki rasa
sebagai tantangan yang harus diatasi, 8) memiliki kesabaran dan daya juang yang
tinggi.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas penelitian ini menggunakan
empat indikator motivasi belajar menurut teori Uno (2008: 23) dan satu indikator
dari Kompri (2015: 247). Peneliti memilih untuk menggabungkan dua pendapat
ini karena indikator yang ada pada Uno dapat diperkuat dengan indikator yang
dikemukakan oleh Kompri. Peneliti memilih indikator yang paling spesifik dan
menggunakan indikator-indikator dari kedua pendapat yang memiliki arti yang
kurang lebih sama.
Maka dapat disimpulkan bahwa indikator yang akan digunakan untuk
mengetahui motivasi belajar siswa adalah: 1) siswa memiliki keinginan untuk
belajar, 2) siswa memiliki dorongan dan kebutuhan dalam belajar, 3) siswa
memiliki semangat selama pembelajaran, 4) siswa memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi, 5) adanya penghargaan dalam pembelajaran, 6) adanya lingkungan belajar
yang kondusif.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan diri setiap orang baik dalam
akademik maupun non akademik menjadi lebih baik. Setiap proses belajar yang
telah dilakukan oleh seseorang akan mendapatkan hasil. Pengertian dari hasil
belajar sendiri dapat diartikan hasil dari perubahan perilaku peserta didik akibat
belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas
sejumlah materi pembelajaran yang telah diberikan dalam proses belajar mengajar
adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar.
Perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur dari
pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai
terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak
tahu menjadi tahu (Hamalik, 2003: 155).
Pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan sebuah perubahan yang dialami oleh siswa setelah melakukan proses
pembelajaran. Perubahan tersebut berdampak pada nilai atau prestasi yang didapat
oleh siswa tersebut.
b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Siswa yang melakukan suatu kegiatan belajar akan menghasilkan sebuah
hasil. Jadi untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perubahan harus melalui
proses tertentu yang dipengaruhi dari berbagai faktor, baik faktor dari dalam diri
dalam individu maupun dari luar individu (Djamarah, 2011: 177-205). 1) Faktor
internal merupakan faktor yang dipengaruhi dari dalam diri siswa. Faktor internal
ini dibagi menjadi dua diantaranya adalah: a) Kondisi fisiologis sangat
berpengaruh terhadap kemampuaan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan
segar secara jasmani akan memahami pembelajaran yang diberikan dengan baik.
b) Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang
utama dalam menentukan intensitas belajar seorang siswa di kelas. Meski faktor
luar mendukung, tetapi faktor dari psikologis siswa tidak mendukung, maka faktor
luar itu tidak akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. 2) Faktor eksternal
adalah: a) Faktor lingkungan sangatlah berpengaruh bagi anak untuk
meningkatkan hasil belajarnya. Faktor lingkunagn meliputi lingkungan alam serta
lingkingan sosial. b) Faktor instrumental faktor yang keberadaan dan
penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor ini
diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar
yang direncanakan.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
dapat dipengaruhi dari dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
4. IPA
a. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa
Inggris Natural Science yang artinya ilmu tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi
di alam ini (Samatowa, 2011: 3). Berdasarkan pendapat tersebut diketahui bahwa
IPA merupakan ilmu yang mempelajari mengenai peristiwa yang terjadi di alam.
Menurut Nash (dalam Samatowa, 2010: 2) menyatakan bahwa IPA
merupakan suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash menambahkan
bahwa IPA mengamati dunia secara analisis, lengkap, cermat, serta
menghubungkan antara suatu fenomena dengan fenomena lain sehingga
membentuk prespektif baru dari objek yang diamati.
Pendapat lain mengenai pengertian IPA juga dikemukakan oleh Powler
(dalam Samatowa, 2011: 3) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan
dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis, artinya pengetahuan tersebut
tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, saling berkaitan, dan saling
Jadi dari pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan
ilmu yang mempelajari mengenai lingkungan alam., kenampakan alam, dan
perubahan lingkungan alam yang ada disekitar.
b. IPA untuk Sekolah Dasar
Sebagai seorang guru Sekolah Dasar harus memahami akan alasan
mengapa IPA diajarkan di sekolah. Ada 4 alasan IPA diajarkan di Sekolah Dasar
menurut Samatowa (2010: 5-6) yaitu: 1) IPA berfaedah bagi suatu bangsa,
kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. 2) Bila IPA diajarkan menurut
cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan
kesempatan berpikir kritis. 3) Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan
yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA bukanlah mata pelajaran yang
bersifat hapalan belaka. 4) Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan
yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara
keseluruhan.
Menurut Samatowa (2010: 5-6) ada beberapa aspek penting yang harus
diperhatikan guru dalam memberdayakan anak melalui pembelajaran IPA yaitu:
1) Pentingnya memahami bahwa pada saat memulai kegiatan pembelajarannya,
anak telah memiliki berbagai konsepsi, pengetahuan yang relevan dengan apa
yang mereka pelajari. Sesungguhnya apa yang dikemukakan anak merupakan
cerminan bagaimana anak memiliki gagasan sebagai hasil berpikirnya dengan
menggunakan penalaran dan pengetahuan yang telah dimilikinya selama ini. 2)
Aktivitas anak melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama
dalam pembelajaran IPA. Aktivitas ini dapat dilakukan di laboratorium, di kelas
berbagai aktivitas nyata anak akan dihadapkan langsung dengan fenomena yang
akan dipelajari, dengan demikian berbagai aktivitas itu memungkinkan terjadinya
proses belajar yang aktif. 3) Dalam pembelajaran IPA kegiatan bertanyalah yang
menjadi bagian yang penting, bahkan menjadi bagian yang paling utama dalam
pembelajaran.
Dari berbagai aspek penting yang telah dijelaskan di atas. Siswa akan lebih
memahami pelajaran IPA jika aktivitas anak melalui kegiatan nyata dan libatkan
anak secara aktif selama pembelajaran berlangsung.
5. Fabel
a. Pengertian Fabel
Pembelajaran yang menarik dan baru bagi siswa sangat penting untuk
menumbuhkan motivasi. Dengan adanya motivasi diharapkan hasil belajar dapat
meningkat. Salah satu bentuk untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa, guru dapat menggunakan cerita fabel dalam menyampaikan materi
pembelajaran. Fabel sendiri memiliki pengertian yaitu cerita lama yang
menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral. Pada fabel perlakuan
tokoh dari binatang disifatkan seperti manusia, seperti bercakap-cakap, tertawa,
menangis dan sebagainya. Sebagian besar fabel memberikan pesan moral yang
lebih mudah diterima (Putera, 2015: 38). Sedangkan menurut Sugihastuti (2005:
190) fabel adalah salah satu bentuk cerita yang menampilkan binatang sebagai
tokoh cerita. Binatang-binatang tersebut dapat berpikir dan berinteraksi layaknya
manusia. Mereka berpikir, berlogika, berperasaan, berbicara, bersikap, bertingkah
laku, dan lain-lain sebagaimana halnya manusia dengan bahasa manusia. Aesop
membuat berbagai cerita fabel pada abad ke-6 SM, fabel kuno tersebut dikenal
sebagai fabel Aesop. Dalam fabel Aesop ini tokoh dalam cerita adalah binatang
yang dapat berbicara dan bertingkah laku seperti manusia (Putera, 2015: 42-43).
Berdasarkan pengertian dari para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
fabel merupakan sebuah cerita yang penokohannya adalah binatang. Binatang di
dalam cerita tersebut seolah-oleh seperti manusia yang dapat bicara dan dapat
melakukan segala hal seperti layaknya manusia.
b. Manfaat Fabel
Cerita anak diyakini memiliki manfaat bagi perkembangan anak. Menurut
Nurgiyantoro (2010: 36) manfaat dari cerita anak adalah untuk 1) perkembangan
emosional, secara langsung atau tidak langsung, dengan membaca buku-buku
cerita, anak akan belajar bersikap dan bertingkah laku secara benar, bagaimana
mengelola emosi agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. 2)
perkembangan intelektual, melalui bacaan aspek intelektual, anak ikut aktif, ikut
berperan, dalam rangka pemahaman dan pengkritisan cerita yang bersangkutan. 3)
perkembangan imajinasi, imajinasi akan memicu bertumbuh dan berkembangnya
daya kreativitas. Imajinasi dipahami bukan sebagai khayalan atau daya khayal
saja, tetapi mengarah pada makna pemikiran yang kreatif (creative thinking). 4)
pertumbuhan rasa social, kesadaran bahwa orang hidup mesti membaca dalam
kebersamaan, rasa tertarik masuk dalam kelompok sudah mulai terbentuk ketika
anak berusia 3-5 tahun dan kesadaran bahwa ada orang lain di luar dirinya.
Kesadaran tersebut dapat ditumbuhkembangkan melalui bacaan sastra lewat
perilaku tokoh. Anak pada usia 10-12 tahun mempunyai cita rasa keadilan dan
yang mengeksploitasi kehidupan bersosial secara baik akan mampu
menjadikannya sebagai contoh bertingkah laku sosial sebagaimana aturan sosial
yang berlaku.
Berdasarkan pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa cerita
anak tidak hanya sebatas cerita saja yang dibaca atau diceritakan kepada anak.
Cerita anak memiliki manfaat diantaranya untuk perkembangan emosional anak,
perkembangan intelektual anak, perkembangan imajinasi anak, dan perkembangan
sosial anak.
B. Penelitian yang Relevan
Sebuah penelitian akan saling berhubungan dengan penelitian lain yang
sudah diteliti terlebih dahulu oleh peneliti lain. Penelitian-penelitian lain yang
relevan dengan penelitian ini adalah peneliti Septanti (2015), Siyamita (2009) dan
Marthina (2006).
Penelitian ini membahas peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa
yang telah dilakukan sebelumnya. Salah satunya adalah Sepiani (2015). Tujuan
dari penelitian ini untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA melalui
model pembelajaran Quantum Teaching pada siswa kelas IV pada mata pelajaran
IPA materi energi panas dan bunyi beserta sifatnya di SD N 1 Pedes, Sedayu,
Bantul tahun ajaran 2014/2015. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian
Tindakan Kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N 1 Pedes,
Sedayu, Kabupaten Bantul sebanyak 27 siswa. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar IPA siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan
termasuk dalam kategori sedang yaitu rata-rata 54,14 dan rata-rata menjadi 68,40
setelah diberikan tindakan. Sehingga terjadi peningkatan sebesar 14,26%
termasuk dalam kategori tinggi dan setelah dilakukan perbaikan pada setiap
indikator. Rata-rata skor motivasi belajar IPA siswa pada siklus II mencapai
angka 73,67 termasuk kategori sangat tinggi. Serta hasil belajar IPA kondisi awal
termasuk dalam kategori sedang yaitu mencapai rata-rata 62,5 setelah diberikan
tindakan pada siklus I hasil belajar IPA siswa meningkat dengan rata-rata 75,74
dengan kategori baik. Perbaikan oleh guru dilakukan pada tahap alami, namai, dan
ulangi sehingga hasil belajar IPA siswa mencapai rata-rata 81,29 termasuk
kategori baik sekali.
Marthina (2006) dengan judul “Efektivitas Pemberian Dongeng Fabel
Terhadap Perkembangan Perilaku Kerja Sama Anak-Anak Usia 5-6 Tahun”
bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan dongeng efektif dalam
meningkatkan perilaku moral terutama kerjasama pada anak usia 5-6 tahun. Jenis
penelitian Kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah pre-test-post test
control group design. Setelah dilakuakan uji coba, hasil menunjukkan pada
kelompok kontrol nilai sign (2-tiled) 0,940>0,05, dan pada kelompok eksperimen
nilai sign (2-tiled)0,938>0,05. Probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0
diterima. Tidak ada perbedaan pada kelompok kontrol yang tidak mendapatkan
perlakuan dan tidak ada perbedaan pada kelompok eksperimen sebelum dan
setelah mendapatkan dongeng.
Cahyatri (2016) dengan judul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar
IPA Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis IT pada Siswa Kelas IV SD
peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPA dengan menggunakan media
pembelajaran berbasis IT, kondisi awal 53,95 (rendah) menjadi 75 (tinggi) dan
peningkatan prestasi belajar IPA dengan menggunakan media pembelajaran
berbasis IT dari nilai rata-rata 61,17 menjadi 72 dan dari presentase ketuntasan
31,03% menjadi 70%. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian
Tindakan Kelas. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif-kuantitatif. Dari hasil analisis data tersebut menunjukkan bahwa upaya
peningkatan persentasi belajar IPA menggunakan media pembelajaran berbasis IT
telah dilaksanakan, penggunaan media berbasis IT dapat meningkatkan motivasi
belajar IPA siswa kelas IV SDN Sarikarya, penggunaan media pembelajaran
berbasis IT dapat meningkatkan persentasi belajar IPA siswa kelas IV SDN
Sarikarya.
Gambar 2.1 Literatur Map
Dari literatur map di atas, ketiga penelitian tersebut memiliki kesamaan
dan perbedaan. Kedua penelitian memiliki persamaan yaitu pada variabel motivasi
belajar dan hasil belajar. Salah satu penelitian diatas meneliti mengenai dongeng
Marthina (2006).
Yang akan diteliti adalah :
fabel. Dari ketiga penelitian di atas yang sudah dilakukan akan menjadi pedoman
penelitian oleh peneliti yang berjudul Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA
Menggunakan Fabel Aesop pada Kelas IV di BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.
Jenis penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan
kelas (PTK).
C. Kerangka Berpikir
Guru sebagai pendidik yang mendidik siswa dan mendampingi siswa
sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan berpikir siswa. Sebagai seorang
guru tidak hanya sebatas mengajar dan menyiapkan perangkat pembelajaran yang
akan diajarkan kepada siswa, tugas guru yang lebih penting yaitu bagaimana cara
seorang guru dapat menyampaikan pembelajaran atau materi yang telah
direncanakan untuk membantu siswa mempermudah memahami suatu materi
yang akan disampaikan sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang mereka
inginkan. Untuk menyampaikan materi ada baiknya jika menggunakan media
pembelajaran, hal ini dapat membantu siswa untuk memahami materi serta
membantu guru dalam menyampaikan pembelajaran.
Pembelajaran IPA yang begitu banyak materi yang harus dipahami oleh
siswa tentunya membutuhkan beberapa cara untuk membantu siswa
mempermudah memahami materi-materi IPA, salah satunya membuat siswa lebih
aktif mengikuti pembelajaran di kelas dengan menyusun dan mencari informasi
dari bacaan yang diperolehnya. Apabila siswa hanya diberikan materi-materi dan
diminta untuk menghafalkan bukan untuk memahami maka siswa akan cepat
merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran. Dibutuhkan inovatif-inovatif lain
Pembelajaran yang kreatif dan inovatif maka dibutuhkan setrategi
pembelajaran yang membuat lebih aktif mencari informasi secara mandiri,
sehingga siswa diharapkan memiliki motivasi dalam mengikuti pembelajaran di
kelas. Dengan memasukkan cerita fabel kedalam pembelajaran siswa diharapkan
lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Setelah siswa termotivasi pada
pembelajaran yang menggunakan cerita fabel ini maka akan membantu untuk
meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA.
D. Hipotesis Tindakan
1. Penerapan cerita fabel untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA kelas IV SD BOPKRI Gondolayu dapat dilakukan
dengan cara membagikan cerita fabel Aesop, kemudian siswa mencari
informasi dari cerita tersebut.
2. Penggunaan fabel Aesop dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV
SD BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/2017 pada mata pelajaran IPA.
3. Penggunaan fabel Aesop dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Menurut Arikunto (2006: 3) Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian Tindakan
Kelas juga memiliki arti sebagai penelitian yang sistematis yang dapat dilakukan
oleh guru, administrator, konselor, atau orang lain dengan kepentingan tertentu
dalam proses mengajar dan belajar dengan tujuan tertentu Millis (dalam Mertler,
2014: 4). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaboratif di mana guru
berperan hanya sebagai anggota tim peneliti. Dengan demikian, pada pola ini guru
tidak memiliki kesempatan yang luas untuk melakukan tindakan, sebab baik
perencanaan maupun mengimplementasikan tidak ditentukan oleh guru,
melainkan oleh peneliti (Sanjaya, 2011: 59-40). Peneliti juga bertindak sebagai
pengamat pada saat guru mengimplementasikan di kelas. Selain itu, peneliti juga
dapat membantu guru ketika guru mengalami kesulitan saat melakukan
implementasi penelitian di dalam kelas.
Penelitian ini menggunakan model penelitian Kemmis dan Mc Taggart.
Peneliti menggunakan model penelitian Kemmis dan Mc Taggart karena tindakan
dan observasi dilakukan secara bersamaan, sehingga memudahkan peneliti untuk
melihat permasalahan yang muncul di dalam kelas. Komponen dalam penelitian
menurut Kemmis dan Mc.Tanggart (dalam Kusumah & Dwitagama, 2009: 21)
tersebut merupakan satu kesatuan dan dipandang menjadi satu siklus. Banyaknya
siklus dalam Penelitian Tidakan Kelas tergantung dari permasalahan yang akan
dipecahkan. Pada umumnya Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan lebih dari
satu siklus. Di bawah ini adalah gambar alur penelitian menurut Kemmis dan Mc.
Taggart.
Gambar 3.1 Siklus penelitian menurut Kemmis dan Mc Tanggart (dalam
Kusumah & Dwitagama, 2009: 21)
Pada gambar di atas dapat dilihat tahapan penelitian tindakan kelas
menurut Kemmis dan Mc Taggart. Tahapan-tahapan tersebut terdiri dari
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Perencanaan dilakukan untuk
mengidentifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah, dan pengembangan
bentuk tindakan sebagai pemecahan masalah. Tahap selanjutnya berupa tindakan.
Tindakan pada penelitian ini prinsipnya merupakan realisasi dari perencanaan
yang telah dibuat sebelumnya. Tahapan yang selanjutnya adalah observasi,
observasi ini dilakukan bersamaan dengan tindakan penelitian. Observasi ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan proses pembelajaran dan
pengaruh dari tindakan yang dipilih oleh peneliti. Tahapan yang keempat adalah
telah dilakukan. Berdasarkan refleksi itu juga peneliti akan menentukan apakah
akan berhenti disiklus yang pertama atau melanjutkan kesiklus berikutnya.
B. Setting Penelitian
1. Tempat penelitian
Tempat penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah SD
BOPKRI Gondolayu JL. Jendral Sudirman no. 24, Gowongan, Sleman, Kota
Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan September 2016 – April 2017
3. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 di SD BOPKRI Gondolayu
yang berjumlah 24 siswa yang terdiri dari 14 siswa perempuan dan 10 siswa
laki-laki.
4. Objek penelitian
Objek penelitian yang dilakukan adalah peningkatan motivasi dan hasil belajar
IPA menggunakan fabel Aesop untuk kelas IV SD BOPKRI Gondolayu.
Kompentensi Dasar (KD) yang digunakan adalah mendeskripsikan hubungan
makhluk hidup dengan lingkungannya dan mengidentifikasi beberapa jenis
hubungan khas (simbiosis) dan hubungan “makanan dan dimakan” antara
makhluk hidup (rantai makanan).
C. Persiapan
Pada tahap yang pertama yaitu tahap persiapan, peneliti akan meminta ijin
terlebih dahulu kepada guru kelas untuk melakukan penelitian sekaligus
motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Setelah mendapatkan
hasil dari observasi, selanjutnya peneliti melakukan identifikasi permasalahan
yang ada di kelas. Kegiatan selanjutnya peneliti akan menyusun instrumen
penelitian dan perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan media
pembelajaran yang akan digunakan sesuai dengan permasalahan yang telah
ditentukan.
1. Rencana Tindakan Setiap Siklus
Setelah mendapatkan gambaran kondisi awal. Peneliti akan melaksanakan
siklus I. Apabila pada siklus I belum maksimal, maka akan dilanjutkan pada siklus
II. Rencana tindakan setiap siklus adalah sebagai berikut:
Siklus I
a) Perencanaan Tindakan
Berdasarkan dari masalah yang sudah diketahui dan hipotesis tindakan
yang telah berhasil dirumuskan oleh peneliti. Perencanaan tindakan ini mencakup
seluruh langkah tindakan secara rinci. Dalam perencanaan tindakan ini ada
beberapa yang perlu disiapakan yaitu RPP yang mencakup (indikator, kegiatan
pembelajaran, alat, sumber, penilalian dan evaluasi), peneliti juga menyiapkan
cerita fabel Aesop.
b) Pelaksanaan tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini merupakan tahap implementasi atau
penerapan terhadap semua rencana yang telah disusun oleh peneliti. Tahap ini
peneliti harus benar-benar menerapkan rencana yang telah dibuat. Pelaksanaan
menggunakan siklus yang telah direncanakan. Pelaksanaan tindakan pada siklus I
ini terdiri dari 2 pertemuan. Setiap pertemuan akan dilaksanakan selama 2 jam
pelajaran yang setiap jam pelajaran berlangsung selama 2x35 menit. Pada setiap
pertemuan siswa akan langsung dibagi menjadi beberapa kelompok yang nantinya
akan melakukan identifikasi cerita febel Aesop. Siswa akan mengidentifikasi dari
cerita tersebut dan menggolongkan hewan berdasarkan ekosistem dalam cerita
fabel Aesop. Pada setiap pertemuan setiap kelompok akan dibagikan 2 cerita yang
berbeda. Setelah siswa selesai megindentifikasi, perwakilan dari setiap kelompok
diminta untuk maju ke depan untuk mempresentasikan hasil dari diskusi
kelompok. Pada pertemuan yang ke dua siswa akan dibagikan soal evaluasi pada
akhir pembelajaran.
c) Observasi
Pada tahap observasi peneliti mencatat semua hal-hal terjadi selama
pelaksanaan berlangsung. Observasi ini dilakukan supaya peneliti dapat
mengamati jalannya kegiatan. Pada tahap observasi ini pengamatan dilakukan
dengan menggunakan instrumen observasi yang telah disiapkan. Semua
pengamatan yang berada di kelas itu harus dicatat sesuai dengan hasil
sesungguhnya di lapangan.
d) Refleksi
Dalam tahap refleksi ini peneliti melakukan perenungan hasil dari
tindakan yang telah dilakukan. Dengan adanya refleksi yang dilakukan peneliti
akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai dalam penelitian. Hasil refleksi
Dan apabila penelitian belum tuntas dan masih terdapat permasalahan, maka dapat
dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
Siklus II
a) Perencanaan tindakan
Perencanaan tindakan dalam siklus II ini mengacu pada kegiatan refleksi.
Kegiatan dalam penelitian apa yang belum maksimal dan sesuai dengan keinginan
peneliti. Sehingga perlu dirancang kembali beberapa kegiatan yaitu 1) Rencana
pelaksanaan pembelajaran yang mencakup : indikator, kegiatan pembelajaran,
alat, sumber, dan penilaian. 2) Menyiapkan cerita fabel Aesop untuk kegiatan
pembelajaran. 3) Soal evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar
siswa 4) Kuesioner yang akan digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa
pada mata pelajaran IPA.
b) Pelaksanaan tindakan
Tindakan pada siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan
berlangsung selama 2x35 menit. Pertemuan pertama siswa akan melihat sebuah
video fabel Aesop. Selanjutnya siswa akan dilibatkan dalam suatu kelompok.
Setiap kelompok tersebut akan mencari informasi dari cerita yang telah disediakan
dan akan membuat susunan rantai makanan dari informasi yang didapatkan dari
cerita tersebut. Pada setiap pertemuan setiap kelompok akan dibagikan 2 cerita
yang berbeda. Setelah siswa selesai mengidentifikasi, perwakilan dari setiap
kelompok diminta untuk maju ke depan mempresentasikan hasil dari diskusi
kelompok. Pada pertemuan yang ke dua siswa akan dibagikan soal evaluasi pada
akhir pembelajaran, untuk mengetahui hasil belajar setelah dilakukan siklus I.
Pada tahap observasi ini akan dilakukan bersamaan dengan tahap
pelaksanaan tindakan. Peneliti mencatat semua hal-hal terjadi selama pelaksanaan
berlangsung. Tahap obervasi pada siklus II ini dilakukan dengan menggunakan
instrumen-instrumen yang telah disiapkan. Semua hasil observasi itu harus dicatat
sesuai dengan hasil sesungguhnya di lapangan.
e) Refleksi
Refleksi ini dilakukan untuk mengindentifikasi kesulitan dan hambatan
selama kegiatan pembelajaran. Peneliti juga mengolah data hasil evaluasi,
observasi, dan kuesioner motivasi yang telah diisi oleh siswa, kemudian akan
dibandingkan dengan data pada siklus I. Hasil dari siklus II akan menjadi hasil
akhir dari penelitian tindakan kelas.
D. Indikator dan Pengukuran Keberhasilan
Penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti yaitu motivasi dan
hasil belajar. Indikator keberhasilan dari dua variabel tersebut ditentukan dengan
pertimbangan data kondisi awal dan informasi dari guru. Guru kelas dan peneliti
melakukan koordinasi untuk menentukan target capaian pada setiap indikator.
Indikator keberhasilan dapat dilihat dalam tabel indikator 3.1.
Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan
Indikator Kondisi awal
Target Deskriptor Instrumen
Indikator Kondisi awal
Target Deskriptor Instrumen
Motivasi
pembelajaran indikator 3 : skor
maksimal x 100 Persentase siswa yang
lulus KKM
54% 70% Jumlah siswa yang
lulus KKM : jumlah seluruh siswa x 100%
Tabel 3.1 merupakan tabel indikator keberhasilan siswa. Dari tabel
tersebut indikator keberhasilan motivasi yang dicapai oleh siswa belum optimal.
Hal ini dapat dilihat dari setiap indikator belum dapat mencapai target yang sudah
ditentukan. Menentukan target perlakuan yang digunakan dalam penelitian itu
dibutuhkan standar atau patokan yang membatasi bahwa perlakuan tersebut telah
berhasil. Secara pasti tidak ada batasan yang mutlak untuk menentukan target
atau patokan. Penentuan target keberhasilan penelitian ditentukan oleh peneliti
sendiri. Target tersebut ditentukan berdasarkan kondisi dan kemampuan subjek
yang telah disepakati dengan guru kelas dan dibuat kriteria penskoran yang
dihitung dengan rumus sama dengan menentukan KKM yaitu sebagai berikut
Kondisi awal pada indikator siswa yang memiliki keinginan untuk
belajar adalah 29 dengan target capaian 70. Target capaian ini dibuat berdasarkan
kesepakatan dengan guru kelas. Peneliti dan guru membuat target tersebut tidak
terlalu tinggi dikarenakan siswa kelas IV SD BOPKRI Gondolayu ketika
mengikuti pembelajaran rata-rata sudah memiliki keinginan untuk belajar. Hal ini
dapat dilihat dari hasil observasi dan informasi dari guru, ketika pembelajaran
akan berlangsung siswa sudah mempersiapkan atau tulis di atas meja dan tidak
terlambat masuk kelas. Indikator siswa memiliki dorongan dan kebutuhan belajar
mendapatkan hasil 29 dengan target capaian 80. Target capaian ini dibuat
berdasarkan kesepakatan dengan guru kelas. Peneliti dan guru membuat target
tersebut cukup tinggi dikarenakan siswa kelas IV SD BOPKRI Gondolayu ketika
mengikuti pembelajaran belum terlihat memiliki dorongan dan kebutuhan untuk
belajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi dan informasi dari guru, ketika
pembelajaran berlangsung terlihat siswa belum antusias menjawab pertanyaan
yang diberkan oleh guru. Indikator siswa memiliki semangat selama pembelajaran
mendapatkan hasil 62 dengan target capaian 80. Target capaian ini dibuat
berdasarkan kesepakatan dengan guru kelas. Peneliti dan guru membuat cukup
tinggi dikarenakan siswa kelas IV SD BOPKRI Gondolayu ketika mengikuti
pembelajaran berlangsung belum terlihat memiliki semangat dalam mengikuti