• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA SANDIWARA BONEKA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 5 SINGARAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA SANDIWARA BONEKA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 5 SINGARAJA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGGUNAAN MEDIA SANDIWARA BONEKA UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA KELAS VII A

SMP NEGERI 5 SINGARAJA

, ,

1,2,3

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

Email: yokoandriawan9@gmail.com, ibputra@gmail.com,

wayan_wendra@yahoo.com

@undiksha.ac.id

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMP Negeri 5 Singaraja. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan peningkatan keterampilan menyimak siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Singaraja dengan menggunakan media sandiwara boneka. (2) mendeskripsikan respons siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Singaraja terhadap penggunaan media sandiwara boneka untuk meningkatkan keterampilan menyimak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dengan dua siklus dan menggunakan lima tahap dari penelitian tindakan kelas, yakni (1) refleksi awal, (2) perencanaan, (3) pelaksanaan, (4) observasi, dan (5) refleksi. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa tes, observasi, kuisioner dan wawancara. Berdasarkan kedua jenis data yang diperoleh, maka teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kuantitatif dan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Metode tes digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menyimak cerpen siswa yang dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Observasi digunakan untuk mengetahui proses menyimak siswa dan dianalisis secara deskriptif kuatitatif. Metode kuisioner digunakan untuk mengetahui respons siswa terhadap penggunaan media sandiwara boneka yang dianalisis secara deskriptif kuantitatif, dan metode wawancara digunakan sebagai data penunjang dalam penelitian ini yang dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata siklus I adalah 71,1 atau mengalami peningkatan 3,9 dari nilai sebelumnya (Prasiklus) 67,2. Nilai rata-rata siklus II 79,46 atau meningkat 8,36 dari siklus I dan meningkat 12,26 dari nilai rata-rata prasiklus. Perolehan rata-rata respons siswa pada siklus I sebesar 39,23 dalam kategori setuju dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 48,6 dalam kategori sangat setuju. Dalam pembelajaran menyimak guru kreatif dalam memilih media pembelajaran, agar siswa tidak jenuh dalam belajar.

Kata Kunci: keterampilan menyimak, sandiwara boneka. ABSTRACT

This classroom action research was conducted at SMP Negeri 5 Singaraja. This study aims to (1) describe the improvement of listening skills of students of class VII A SMP Negeri 5 Singaraja using the puppet theater media. (2) to describe the response of grade VII A students of SMP Negeri 5 Singaraja to

(2)

2

the use of puppet plays to improve listening skills. This research is a classroom action research (PTK) conducted with two cycles and uses five stages of classroom action research, ie (1) initial reflection, (2) planning, (3) implementation, (4) observation, and (5) reflection . Subjects in this study are Indonesian language teachers in class VII A. Which named Dra. Ni Wayan Suastika and grade 5 students of SMP Negeri 5 Singaraja. The object of this research is the use of puppet theater media to improve listening skill of class VII A student and student's response to it. This study uses collection data methods in the form of tests, observations, questionnaires and interviews. Based on the two types obtained of data, the data analysis techniques used in this study is a quantitative descriptive data analysis techniques and qualitative descriptive data analysis techniques. The results showed the average value of cycle I was 71.1 or an increase of 3.9 from the previous value (Prasiklus) 67.2. The average value of cycle II 79.46 or increased 8.36 from cycle I and increased 12.26 from the average value of prasiklus. The average acquisition of student responses in cycle I was 39.23 in the agreed category and in cycle II increased by 48.6 in the category strongly agreed. In learning listening to creative teachers in choosing learning media, so students are not saturated in learning.

Keywords: listening skill, puppet show. PENDAHULUAN

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, secara lisan maupun tulis. Dalam kurikulum 2006 (KTSP), mata pelajaran bahasa Indonesia lebih mengedepankan pada keterampilan berbahasa. Mata pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan di sekolah

mencakup materi kebahasaan dan

keterampilan berbahasa. Ada empat aspek keterampilan berbahasa yang dijadikan acuan dalam proses pembelajarannya, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Empat keterampilan itu masuk ke dalam mata pelajaran bahasa Indonesia pada setiap jenjang pendidikan.

Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah menyimak. Menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang pertama kali dikuasai oleh manusia, baru setelah itu berbicara, membaca, dan menulis. Dalam kegiatan berbahasa sehari-hari, kegiatan menyimak pun lebih banyak dilakukan daripada kegiatan berbahasa yang lain. Menyimak berhubungan dengan komunikasi lisan, kegiatan menyimak mempunyai tujuan untuk memperoleh informasi dan memahami isi informasi. Informasi yang didapatkan dari kegiatan menyimak merupakan dasar untuk mengembagkan keterampilan berbahasa

yang lain. Oleh karena itu, kegiatan menyimak merupakan kegiatan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik. Menyimak merupakan dasar dari pada keterampilan bahasa lainnya. Pentingnya menyimak dalam interaksi komunikatif memang sangat nyata. Untuk dapat terlibat dalam suatu komunikasi, seseorang harus mampu memahami dan mereaksi apa yang baru saja dikatakan.

Menurut Tarigan (1994:28), menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Peran penting penguasaan keterampilan menyimak sangat tampak di lingkungan sekolah. Siswa mempergunakan sebagian besar waktunya untuk menyimak pelajaran yang di sampaikan guru. Keberhasilan siswa dalam memahami serta menguasai pelajaran diawali oleh kemampuan menyimak yang baik.

Pentingnya pembelajaran menyimak di sekolah terlihat pada silabus bahasa Indonesia semester genap kelas VII, dengan Standar Kompetensi “Mengungkapkan Tanggapan Terhadap Cerpen yang Diperdengarkan”. dan Kompetensi Dasar “Menjelaskan Unsur Instrinsik Cerpen Sesuai Realitas Sosial” (Silabus KTSP Semester Genap Tahun 2016/2017). Agar siswa dapat

(3)

3 mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar harus diimbangi dengan pembelajaran menyimak.

Namun, saat ini siswa menganggap bahwa keterampilan menyimak merupakan

keterampilan yang paling mudah

dibandingkan keterampilan berbahasa lain yaitu membaca, berbicara, dan menulis. Selain itu, siswa juga beranggapan bahwa ia akan memiliki keterampilan menyimak apabila pembelajaran bahasa yang lainnya akan berlangsung dengan baik.

Hal seperti itu seharusnya dihilangkan, karena pada kenyataannya banyak siswa yang mengeluhkan kegiatan belajar sampai pada pokok pembelajaran menyimak. Mereka merasa belum mampu untuk menyimak pembelajaran secara maksimal, karena siswa merasa jenuh dan monoton terhadap pembelajaran menyimak.

Untuk itu, guru harus mampu memilih media pembelajaran yang tepat. Hamalik (dalam Arsyad,2002:15) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam

proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Kurang tepatnya guru dalam memilih media pembelajaran menjadikan siswa kurang berminat dalam mengikuti pelajaran. Guru dalam pembelajaran

menyimak selalu monoton dan

membosankan, sehingga siswa jenuh dan bosan dalam mengikuti pelajaran di kelas.

Untuk itu guru harus memilih,

mengkombinasikan, mempraktikkan bahan ajaran dan media yang sesuai dengan situasi. Keberhasilan pembelajaran menyimak ditentukan oleh media yang tepat. Penggunaan media juga sangat penting kehadirannya dalam pelajaran. Minimnya penggunaan media oleh guru selama ini perlu diatasi sedikit demi sedikit. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak hanya tinggi kualitas teoritisnya, tetapi juga tinggi kualitas praktisnya. Siswa hanya dijejali teori. Pembelajaran yang konvensional ini tentu

saja jarang dan bahkan tidak menggunakan media. Padahal, pemanfaatan media memiliki peran penting terhadap pencapaian kualitas pembelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu siswa dalam memberikan pengalaman yang bermakna. Penggunaan media dalam pembelajaran

dapat mempermudah siswa dalam

memahami sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkret.

Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan peneliti di kelas VII A SMP Negeri 5 Singaraja, masih ditemukan bahwa sebagian besar siswa kurang memiliki keterampilan menyimak. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil yang diperoleh siswa dalam pembelajaran. Skor rata-rata yang diperoleh siswa adalah 70 dengan skor demikian siswa dapat dikatakan tergolong cukup, bahkan masih di bawah dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang semestinya diperoleh siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah 75.

Untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa, guru senantiasa dapat mengubah cara mengajar dan memilih materi yang sesuai dengan materi yang diajarkan dan di kolaborasikan dengan media pembelajaran yang kreatif.

Materi yang cocok digunakan guru untuk menunjang keterampilan menyimak adalah apresiasi sebuah cerpen. Pembelajaran cerpen merupakan salah satu pembelajaran yang penting karena bisa mengasah daya kreatif, konsentrasi, dan keakuratan penilaian siswa terhadap cerpen. Salah satu pembelajaran apresiasi cerpen pada kurikulum SMP Kelas VII adalah pembelajaran menyimak untuk menanggapi cara pembacaan cerpen. Pembelajaran menyimak cerpen perlu dilatih dan dibelajarkan. Apresiasi cerpen dipilih karena dapat membantu guru dalam menentukan media yang digunakan dalam pembelajaran yang lebih kreatif

Salah satu media pembelajaran yang sesuai dengan kriteria di atas adalah media pembelajaran sandiwara boneka. Sandiwara boneka merupakan media yang sangat kreatif

(4)

4 yang digunakan dalam pembelajaran. Boneka yang digunakan peneliti berupa boneka tangan yang digunakan pada kedua tangan dan digerakkan. Jadi, sandiwara boneka adalah boneka yang bersandiwara dan dimainkan oleh guru dalam

pembelajaran menyimak. Media

pembelajaran berupa boneka sangat disukai siswa sehingga dapat mengkontruksi pengetahuan peserta didik yang dipelajari dalam pembelajaran.

Media sandiwara boneka yang digunakan oleh guru saat menyampaikan materi yang dipelajari secara alami dan nyata, dapat membuat siswa lebih memahami apa yang dimaksudkan dalam pelajaran tersebut dan menyimpulkannya dengan baik. Boneka sebagai media pembelajaran memiliki banyak kelebihan dan keuntungan. Siswa pada umumnya menyukai boneka, sehingga cerita yang dituturkan lewat karakter boneka jelas akan mengundang minat dan perhatiannya. Hal ini berarti, boneka bisa jadi pengalih perhatian siswa sekaligus media untuk berekspresi atau menyatakan perasaannya. Bahkan boneka bisa mendorong tumbuhnya fantasi atau imajinasi anak (Gunawan, 2010).

Beberapa penelitian yang mengkaji permasalahanpembelajaran keterampilan menyimak dan memiliki relevansi dengan penelitian ini antara lain dilakukan oleh Tuti (2013) membuat skripsi yang berjudul

“Penggunaan Media Audio dalam

Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V SD”. Hasil penelitannya menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar siswa dengan menerapkan penggunaan media audio dalam pembelajaran menyimak siswa kelas V, mengalami peningkatan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tuti sejalan dengan hasil dalam penelitian penggunaan media sandiwara boneka ini. Penelitian berikutnya dilakukan oleh Yulinda (2009) skripsinya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Anak melalui Media Animasi Audio Visual pada Siswa Kelas VI SD I Ma’had Islam Pekalongan”.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa setelah dilaksanakannya penelitian dalam dua siklus dihasilkan simpulan bahwa peningkatan keterampilan menyimak cerita anak melalui media animasi audio visual dapat meningkat sebesar 15% dari siklus I sampai siklus II.

Kukuh (2013) dengan skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menyimak Pidato dengan Media Audiovisual Berbasis Kooperatif “Student Team Learning” Pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri I Ambal Kabupaten Kebumen Tahun Ajaran 2012/2013”. Penelitian ini juga menunjukkan peningkatan 22,9% dari siklus I sampai siklus II dan siswa menunjukkan perubahan perilaku yang positif.

Berpijak dari masalah di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk meningkatkan keterampilan menyimak dengan menggunakan media sandiwara boneka pada siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Singaraja.

Berdasarkan pemaparan masalah di atas, Penelitian ini membahas tentang, (1) peningkatan keterampilan menyimak siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Singaraja dengan menggunakan media sandiwara boneka dan (2) respons siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Singaraja terhadap penggunaan media sandiwara boneka untuk meningkatkan keterampilan menyimak.

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan menyimak siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Singaraja dengan menggunakan media sandiwara boneka dan untuk mendeskripsikan respons siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Singaraja terhadap penggunaan media sandiwara boneka untuk meningkatkan keterampilan menyimak.

Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi sekolah, guru, siswa, dan peneliti lainnya. Adapun manfaat hasil penelitian ini yaitu, dapat menjadi acuan bagi sekolah antara lain, tentang penggunaan media pembelajaran.

(5)

5 penggunaan media pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa, sebagai motivasi dan memberikan pengalaman belajar siswa di dalam kelas, agar siswa lebih senang dalam mengikuti proses pembelajaran, dan bagi peneliti lain yang ingin mengaji mengenai penggunaan media pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan pedoman, informasi, dan sebagai bahan bandingan terhadap penelitian yang dilakukan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Singaraja. Subjek dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas VII A. Yang bernama Dra. Ni Wayan Suastika dan siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Singaraja. Siswa kelas VII A dipilih sebagai subjek penelitian karena kemampuan menyimak masih kurang, karena dapat dilihat skor yang diperoleh siswa masih dibawah 70, padahal kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah 75.

Objek penelitian merupakan hal yang dikaji dalam penelitian tersebut. Objek dalam penelitian ini adalah penggunaan media sandiwara boneka dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa kelas VII A dan respons siswa terhadap pembelajaran.

Dalam penelitian ini, dilakukan siklus dengan karakteristik penelitian tindakan kelas. Wendra (2010: 54) menyatakan bahwa secara garis besar prosedur kegiatan penelitian menggunakan siklus pada setiap kegiatan yang meliputi: rincian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi. Perencanaan yang kedua dapat dilakukan setelah melihat hasil siklus pertama sehingga dapat menentukan tindakan yang terbaik.

Prosedur penelitian ini dimulai dari analisis masalah. Setelah menenmukan kemudian dilakukan refleksi awal. Refleksi awal

dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi guru maupun siswa dalam pembelajaran. Sebelum tindakan dilakukan, membuat suatu perencanaan pembelajaran sangat diperlukan. Perencanaan tersebut akan menjadi pedoman dalam melaksanakan tindakan. Setelah membuat perencanaan dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan harus disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat. Setelah pelaksanaan tindakan, dilakukan observasi untuk mengetahui pemantauan terhadap berlangsungnya siklus. Refleksi digunakan untuk tindakan selanjutnya, yang bertujuan memformulasikan kekuatan-kekuatan, kelemahan-kelemahan, dan hambatan-hambatan yang ditemukan dan dianggap mengganjal dalam upaya pencapaian keberhasilan optimal. Prosedur ini akan dilakukan berulang-ulang sampai data yang di dapat menunjukkan hasil terbaik atau telah memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditentukan.

Metode pengumpulan data merupakan langkah paling utama dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah memperoleh data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam pengumpulan data penelitian, peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data.

Pertama, untuk mengetahui peningkatan keterampilan menyimak cerpen siswa, peneliti menggunakan metode tes sebagai penilaian hasil dan metode observasi sebagai penilaian proses. Kedua, metode yang digunakan untuk mengetahui respon siswa,

peneliti menggunakan metode

angket/kuisioner. Ketiga, sebagai pendukung atau penunjang data utama dalam penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan metode wawancara.

Penelitian ini menggunakan instrumen pokok, yaitu instrument tes dan instrument nontes. Instrumen yang berupa tes digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan menyimak siswa. Instrumen yang berupa tes berupa tes berisi soal esai yang harus diisi oleh siswa setelah mereka menyimak sebuah cerita pendek. Siswa

(6)

6 menjawab beberapa pertanyaan mengenai nama-nama tokoh dan wataknya, latar, tema, dan pesan cerita. Penilaian meliputi tokoh dan perwatakan, latar, waktu, tema dan atau pesan cerita. Sedangkan instrument nontes berupa lembar observasi, kuisioner dan wawancara

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan teknik analisis data secara deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Berdasarkan kedua jenis data yang diperoleh tersebut, maka teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis data secara deskriptif kuantitatif dan teknik analisis data secara deskriptif kualitatif. Pengkajian atau analisa data dilakukan dengan metode kuantitatif untuk data keterampilan menyimak siswa dan respons siswa siswa. Sedangkan hasil wawancara menggunakan metode kualitatif.

Teknik analisis data hasil belajar dilakukan dengan dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II dengan tujuan mengukur dari hasil kemampuan menyimak cerpen melalui media sandiwara boneka. Hasil tes pada siklus I dianalisis, untuk kemudian peneliti mencari kesulitan-kesulitan yang dialami siswa atau kelemahan siswa dalam hal menyimak. Hasil tes pada siklus II diharapkan siswa mendapatkan hasil yang baik. Keterampilan menyimak dengan menggunakan media sandiwara boneka dianalisis berdasarkan dua indikator yakni menggunakan hasil tes dan nontes.

Kriteria keberhasilan penelitian masing-masing aspek, yaitu kemampuan menyimak siswa dikatakan berhasil apabila 75% dari keseluruhan siswa memperoleh nilai 75 ke atas atau melebihi KKM, 75% siswa memberikan respons setuju terhadap penggunaan media sandiwara boneka dalam keterampilan menyimak.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Setelah melakukan penelitian mengenai keterampilan menyimak cerpen dengan menggunakan media sandiwara boneka di kelas VII A SMP Negeri 5 Singraja,

dapat diketahui hasil penelitian sebagai berikut.

Berdasarkan hasil tes pada siklus I dalam keterampilan menyimak siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Singaraja, dapat dilihat dalam tabel: No Kat. S. F. % 1 SB 85-100 0 0 2 B 75-84 17 56,7 3 C 65-74 4 13,3 4 K 0-64 9 30 Jml. 30 100 Keterangan.

Kat. : kategori s : skor f. : frekuensi SB : sangat baik

B : baik

C : cukup

K : kurang

Berdasarkan tabel hasil keseluruhan pada siklus I, diperoleh rata-rata 71,1 yang secara klasikal berkategori cukup.

Pada tabel di atas diketahui bahwa tidak ada siswa yang mencapai kategori sangat baik. Untuk kategori baik dicapai oleh 17 siswa atau sebesar 56,7% dan kategori cukup dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 13,3%. Siswa yang termasuk dalam kategori kurang ada 9 siswa atau sebesar 30 %. Nilai rata-rata menyimak siklus I adalah 71,1 yang termasuk dalam kategori cukup. Dengan nilai rata-rata tersebut maka ada peningkatan sebesar 3,9 dari nilai pratindakan 67,2 menjadi 71,1 pada siklus I. Namun, jika dilihat dari nilai yang ditargetkan pada siklus I yaitu 75 maka masih ada 13 siswa yang masih berada di bawah nilai rata-rata. Oleh karena itu, peneliti melanjutkan pada siklus II dengan harapan siswa mampu mencapai nilai 75.

Berdasarkan hasil respons siswa pada siklus I, dapat dirinci bahwa dari 30 orang siswa yang mengisi kuisioner angket, ada 24 orang (80%) yang memberikan respon setuju. 5 orang (16,68%) memberikan respon ragu-ragu dan 1 orang (3,3%) memberikan respon sangat setuju terhadap penggunaan media sandiwara boneka untuk meningkatka keterampilan menyimak siswa. Dan yang lainnya tidak ada yang memberikan respon tidak setuju atau sangat tidak setuju.

(7)

7 Selain penggunaan kuisioner, peniliti juga menggunakan metode wawancara untuk mendukung data diatas. Oleh karena itu, peneliti secara langsung mencari konfirmasi kepada siswa secara random terhadap penggunaan media sandiwara boneka.

Dari beberapa siswa yang

diwawancarai tidak satu pun siswa yang kurang suka dengan penggunaan media ini. Secara umum, mereka mengaku bahwa

pembelajaran menyimak dengan

menggunakan media sandiwara boneka sangat menyenangkan karena menggunakan boneka yang tidak pernah didapatkan sebelumnya. Selain itu, dengan menggunakan media sandiwara boneka siswa lebih mudah dan tidak sulit memahami cerita atau materi yang dijelaskan.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan selama tindakan pada siklus I berlangsung dengan baik. Pembelajaran menyimak cerpen dengan menggunakan media sandiwara boneka sudah berjalan dengan lancar dan sesuai dengan rencana, walaupun sebagian siswa masih belum terbiasa dengan kehadiran media sandiwara boneka yang digunakan peneliti.

Hambatan-hambatan yang ditemukan ketika observasi di antaranya: (a) hal keseriusan dalam mendengarkan penjelasan dari guru. Siswa masih cenderung ribut atau asik dengan kegiatanya sendiri. (b) suasana kelas yang kurang kondusif dan terjadi keributan saat siswa tampil ke depan untuk memainkan sandiwara boneka. (c) siswa masih merasa takut, malu dan kurang percaya diri untuk memainkan sandiwara boneka. (d) siswa kurang bersemangat dalam mengerjakan tes yang diberikan oleh guru. (e) rata-rata hasil tes menyimak siswa dengan menggunakan media sandiwara boneka pada siklus I belum mencapai kriteria ketuntasan minimal, yakni hanya 71,1 sehingga tindakan akan dilanjutkan ke siklus II. Berikut hasill keseluruhan pada siklus II.

No Kat. S. F. % 1 SB 85-100 7 23,3 2 B 75-84 20 66,7 3 C 65-74 3 10 4 K 0-64 0 0 Jml. 30 100 Keterangan.

Kat. : kategori s : skor f. : frekuensi SB : sangat baik

B : baik

C : cukup

K : kurang

Berdasarkan tabel hasil keseluruhan pada siklus II, diperoleh rata-rata 79,46 yang secara klasikal berkategori baik.

Pada tabel di atas diketahui bahwa untuk kategori sangat baik dicapai oleh 7 siswa atau sebesar 23,3% dan kategori baik dicapai oleh 20 siswa atau sebesar 66,7%. Siswa yang termasuk dalam kategori cukup ada 3 siswa atau sebesar 10 %. Nilai rata-rata menyimak siklus II adalah 79,46 yang termasuk dalam kategori baik. Dengan nilai rata-rata tersebut maka ada peningkatan sebesar 8,36 dari hasil siklus I.

Berdasarkan hasil respons siswa pada siklus II, dapat dirinci bahwa dari 30 orang siswa yang mengisi kuisioner angket, ada 4 orang (13,3%) yang memberikan respon setuju dan 26 orang (86,8%) memberikan respon sangat setuju terhadap penggunaan media sandiwara boneka untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa. Dan yang lainnya tidak ada yang memberikan respons ragu-ragu, tidak setuju atau sangat tidak setuju. rata-rata respon siswa terhadap penggunaan media sandiwara boneka untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa kelas VII A memberikan respons sangat setuju.

Selain penggunaan kuisioner, peniliti juga menggunakan metode wawancara untuk mendukung data diatas. Oleh karena itu, peneliti secara langsung mencari konfirmasi kepada siswa secara random terhadap penggunaan media sandiwara boneka. Dalam artian lain hampir semua siswa sangat setuju terhadap penggunaan media sandiwara boneka untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa. Dari beberapa siswa yang diwawancarai tidak satu pun siswa yang kurang suka dengan penggunaan media ini. Secara umum, mereka mengaku

(8)

8 bahwa pembelajaran menyimak dengan menggunakan media sandiwara boneka sangat menyenangkan karena menggunakan boneka yang tidak pernah didapatkan sebelumnya. Selain itu, dengan menggunakan media sandiwara boneka siswa lebih mudah dan tidak sulit memahami cerita atau materi yang dijelaskan.

Hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti bersama guru pada akhir siklus II

menunjukkan bahwa pelaksanaan

pembelajaran keterampilan menyimak dengan menggunakan media sandiwara boneka secara umum telah berjalan sesuai dengan rencana. Jadi, pembelajaran keterampilan menyimak menggunakan media sandiwara boneka dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Singaraja. Hasil catatan lapangan dan tes menyimak siswa menunjukkan bahwa indikator keberhasilan penelitian ini telah tercapai sehingga tindakan dihentikan.

Pembahasan penelitian ini difokuskan pada dua temuan yang bermakna. Temuan tersebut adalah (1) penggunaan media sandiwara boneka dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa, (2) siswa memberikan respons sangat setuju terhadap penggunaan media sandiwara boneka. Temuan-temuan tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

Temuan pertama adalah tercapainya peningkatan dan ketuntasan hasil belajar menyimak cerpen dengan menggunakan media sandiwara boneka. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan rata-rata yang diperoleh oleh siswa. Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada nilai awal adalah 67,2 berkategori cukup, siklus I 71,1 berkategori cukup, sedangkan skor rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus II adalah 79,46 berkategori baik. Hal itu membuktikan bahwa rata-rata skor siswa pada siklus I lebih rendah dibandingkan dengan siklus II. Peningkatan tersebut terjadi karena telah dilakukannya perbaikan dan perbauruan terhadap langkah pembelajaran pada siklus I. Selain itu, ada beberapa hal lain juga yang ikut memberikan

andil dalam peningkatan kemampuan siswa

menyimak sebuah cerpen, yakni

dilakukannya pengubahan judul cerpen dan dilakukannya pemberian apresiasi atau penghargaan pada siklus II.

Penggunaan media sandiwara boneka untuk menyimak cerpen pada awalnya menggunakan judul cerpen (Saling Berbagi) pada siklus I dan kemudia diubah menjadi judul cerpen (harimau dan kerbau) pada siklus II, juga ikut memengaruhi peningkatan hasil belajar siswa. Pengubahan judul cerpen yang dilakukan peneliti dengan menggunakan sandiwara boneka, tidak lain karena cerpen Saling Berbagi yang memiliki karakteristik persahabatan dan cenderung serius dalam jalan ceritanya, sehingga siswa kurang memiliki daya untuk menyimak bahkan hanya terfokus pada boneka yang dimainkan. Dipilihnya cerpen harimau dan kerbau pada siklus II, tidak lain digunakan untuk memudahkan siswa menyimak cerpen karena boneka yang digunakan berbentuk binatang sehingga siswa lebih fokus untuk menyimak. Selain itu juga cerpen yang dipilih pada siklus II lebih lucu dan ada unsur humorisnya.

Pengubahan judul cerpen dengan media sandiwara boneka yang digunakan dalam penelitian ini, secara tidak langsung menggambarkan bahwa pemilihan bentuk media yang tepat dalam suatu pembelajaran akan memengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan Sukarta (2012) bahwa pemilihan media sebagai alat bantu yang tepat akan mampu menimbulkan semangat belajar siswa, meningkatkan hasil belajar siswa, dan mencegah kebosanan siswa untuk belajar. Pentingnya pemilihan media yang tepat pada suatu pembelajaran, dikarenakan pula oleh fungsi media pembelajaran sendiri, yakni untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil temuan pada siklus I dari 30 siswa terdapat 8 siswa yang belum meningkat pada siklus I. Siswa yang awalnya meningkat pada tes pratindakan dan pada siklus I menurun. Hal ini disebabkan oleh siswa bukan pada guru atau langkah-langkah

(9)

9 yang telah guru lakukan. Siswa tersebut kurang serius dalam mengikuti pembelajaran dan lebih cenderung menyepelekan materi. Faktor fisik dapat menyebabkan nilai siswa menjadi menurun, karena kondisi siswa yang berubah-ubah saat menyimak sehingga siswa kurang semangat.

Temuan kedua atau terakhir adalah siswa memberikan respons sangat setuju terhadap penggunaan media sandiwara boneka untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata respons siswa yang diberikan oleh siswa dalam pembelajaran ini. Pada siklus I skor rata-rata respons siswa menunjukkan angka 39,23, sedangkan pada siklus II skor rata-rata respons siswa menunjukkan angka 48,6. Skor itu menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan respons siswa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Hamalik (1994:15) bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis kepada siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan serta isi pelajaran. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

Hasil penelitian yang berjudul penggunaan media sandiwara boneka untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Singaraja ini, sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tuti (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Media Audio dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V SD”. Hasil dalam

penelitain yang dilakukan Tuti tersebut menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar siswa dengan menerapkan penggunaan media audio dalam pembelajaran menyimak siswa kelas V, mengalami peningkatan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tuti sejalan dengan hasil dalam penelitian penggunaan media sandiwara boneka ini, yakni sama-sama mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulinda (2009) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Anak melalui Media Animasi Audio Visual pada Siswa Kelas VI SD I Ma’had Islam Pekalongan”. Dalam penelitian tersebut peningkatan keterampilan menyimak cerita anak dengan menggunakan media audio visual, dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak cerita anak. Hasil dalam penelitian tersebut juga sejalan dengan hasil dalam penelitian ini, yakni sama-sama mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Dan penelitian yang dilakukan oleh Kukuh (2013) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menyimak Pidato

dengan Media Audiovisual Berbasis

Kooperatif “Student Team Learning” Pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri I Ambal Kabupaten Kebumen Tahun Ajaran 2012/2013”. Hasil dalam penelitian tersebut juga sama-sama mampu meningkatkan hasil belajar siswa untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa.

Penggunaan media sandiwara boneka

dalam pembelajaran menyimak

memungkinkan siswa untuk menyimak cerpen melalui sandiwara boneka yang dapat membuat siswa lebih fokus dalam menyimak sebuah cerpen. Media sandiwara boneka juga dapat memberikan kemudahan bagi siswa dalam menyimak, media sandiwara boneka juga dapat menumbuhkan minat dan motivasi siswa, karena media sandiwara boneka merupakan media yang dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam mengikuti pembelajaran menyimak yang selama ini berpusat pada guru. Selain itu, media sandiwara boneka juga dapat menciptakan suasana belajar yang lebih

(10)

10 menyenangkan dengan mengajak siswa

bermain sambil belajar dengan

menggunakan media. Siswa juga menjadi lebih fokus untuk menyimak cerpen. Siswa juga merasa sangat senang karena bisa belajar sambil bermain dengan adanya media.

Jadi, penggunaan media sandiwara boneka untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa, dapat dikatakan telah mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak sebuah cerpen siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Singaraja. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil tes keterampilan menyimak cerpen pada siklus II jika dibandingkan dengan hasil tes siklus I dan nilai awal siswa. Respons siswa terhadap penggunaan media sandiwara boneka untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa juga memperoleh respons sangat setuju oleh siswa. Untuk dapat mengatasi berbagai permasalahan yang ditemui oleh guru dan siswa dalam pembelajaran menyimak cerpen, guru dapat menggunakan media sandiwara boneka.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah dari segi alokasi waktu pembelajaran. Alokasi waktu pembelajaran yang diperlukan untuk penyampaian materi cenderung terlalu lama yakni dua kali pertemuan untuk setiap siklus. Hal ini tentunya akan bertentangan dengan alokasi waktu yang disediakan untuk pembelajaran menyimak cerpen pada KTSP. PENUTUP

Ada beberapa hal yang menjadi simpulan dalam penelitian ini. Pertama, dilihat dari peningkatan rata-rata yang diperoleh oleh siswa. Skor rata-rata yang diperoleh oleh siswa pada nilai awal sebelum tindakan yang dilakukan adalah 67,2 yang berkategori cukup, siklus I adalah 71,1 yang berkategori cukup, sedangkan skor rata-rata yang diperoleh siswa setelah tindakan pada siklus II adalah 79,46 yang berkategori baik. Hal itu membuktikan bahwa rata-rata skor siswa pada siklus I mengalami peningkatan pada siklus II. Ketuntasan klasikal nilai observasi terhadap proses menyimak siswa

pada siklus I mencapai 67,2% dan pada siklus II telah mencapai 80% bahkan melebihi kriteria yang telah ditentukan, yakni 75% siswa memperoleh nilai di atas 75.

Kedua, penggunaan media sandiwara boneka untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Singaraja ini, mendapatkan respons sangat setuju di kelas tersebut, dengan rincian 4 siswa atau 13,3% siswa menyatakan respons setuju terhadap pembalajaran, bahkan 26 siswa atau 86,8% siswa memberikan respons sangat setuju.

Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, peneliti dapat menyampaikan beberapa saran, yaitu (1) bagi guru bahasa Indonesia hendaknya menggunakan media yang kreatif, seperti menggunakan media sandiwara boneka sebagai alternatif dalam pembelajaran menyimak, khususnya menyimak cerpen karena telah terbukti mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam menyimak cerpen dan mengubah perilaku siswa ke arah positif. (2) bagi sekolah hendaknya memfasilitasi guru dalam menyediakan media pembelajaran bagi siswa, karena media pembelajaran yang lengkap dan baik akan menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang baik pula. (3) bagi peneliti lain di bidang pendidikan kiranya dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai keterampilan menyimak. Para peneliti dapat menerapkan dalam pembelajaran lainnya seperti pada pembelajaran berbicara dan sebagainya. DAFTAR PUSTAKA

Azhar Arsyad. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada Gunawan.T. 2010. Mendongeng dengan

Boneka. Jakarta: Penerbit Sarana Bobo

Hamalik, Oemar. (1994). Media

Pembelajaran. Bandung: Citra Aditya Bakti

Kukuh Arif Dwi Nugroho.(2013).

Peningkatan Keterampilan Menyimak Pidato dengan Media Audiovisual Berbasis Kooperatif “Student Team

(11)

11 Learning” Pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri I Ambal Kabupaten Kebumen Tahun Ajaran 2012/2013. Journal Indonesian Publication Index. Karimah yulinda. (2009). Peningkatan

Keterampilan Menyimak Cerita Anak Melalui Media Audio Visual pada Siswa kelas VI SDI I Ma’had Islam

Pekalongan. Skripsi: Univerisitas

Negeri Semarang.

Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Tuti Mariati, K.Y. Margiati, Kartono. (2013).

Penggunaan Media Audio dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V SD. Journal Indonesian Publication Index.

Wendra, I Wayan. 2014. Buku Ajar Penulisan Karya Ilmiah. Singajara: Undiksha

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti menyimpulkan dari hasil wawancara dengan informan, dampak yang langsung dapat dirasakan oleh l a’Dives Photo and Design adalah para konsumen yang telah merasa puas

PENGARUH MODIFIKASI BOLA TERHADAP HASIL KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA SISWA DI SMPN 1 LEMBANG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

(4) PIHAK KEDUA wajib memenuhi persyaratan permohonan pencairan bantuan potongan harga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 2 dengan bukti-bukti dokumen pembayaran

Data lama waktu pengerjaan gambar desain dengan melakukan kuisioner terhadap engineer dan drafter yang telah berpengalaman dibidang desain dan engineering

Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk memperbaiki sistem dalam suatu perusahaan yang semula berbasis manual menjadi berbasis sistem informasi akuntansi yang berbasis

Dengan kata lain pola asuh orangtua terhadap anak adalah merupakan suatu interaksi antara otangtua dan anak selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orangtua

Rencana kedatangan Obama ke Indonesia dan Yogyakarta sebagai salah satu tujuan kunjungan/ ditolak oleh beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat dan organisasi

Hubungan antar-kalimat pada contoh (2) itu juga terjalin secara teratur sehingga keutuhan gagasan yang diungkapkan dengan kalimat-.. kalimat itu juga dapat terwujud