• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI 4-5 TAHUN MELALUI PERMAINAN KARTU KATA PADA TK TUNAS BARU PARAMBAHAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI 4-5 TAHUN MELALUI PERMAINAN KARTU KATA PADA TK TUNAS BARU PARAMBAHAN SKRIPSI"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI 4-5 TAHUN MELALUI PERMAINAN KARTU KATA PADA

TK TUNAS BARU PARAMBAHAN

SKRIPSI

Ditulis sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD)

RAFIKA USNAH NIM. 13 132 061

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR

2019

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

RAFIKA USNAH, NIM 13 132 060, Judul Skripsi: “Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini 4-5 Tahun Melalui Permainan Kartu Kata pada TK Tunas Baru Parambahan, Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar 2019.

Penelitian ini berawal dari kenyataan yang ada di TK Tunas Baru Parambahan bahwa kemampuan berbicara anak belum berkembang secara optimal dan masih perlu peningkatan, dikarenakan oleh kegiatan yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berbicara anak kurang kreatif. Oleh karena itu, peneliti menggunakan kegiatan bermain kartu kata supaya dapat membantu meningkatkan kemampuan berbicara anak sehingga dapat berkembang secara optimal.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara anak melalui permainan kartu kata di TK Tunas Baru Parambahan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang berbentuk Pre- Eksperimental. Jenis desain yang digunakan dengan tipe one group pretest- posttest design. Populasi penelitian adalah seluruh anak TK Tunas Baru Parambahan dan dengan teknik pengambilan sampel Purposive Sampling, yaitu kelompok B2 yang berjumlah 17 orang anak. Teknik pengumpulan data digunakan lembaran observasi. Kemudian data diolah dengan uji perbedaan (t- test).

Berdasarkan analisis data, menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan kemampuan berbicara anak setelah diberikan treatment dengan skor rerata pretest 13,11 dan skor rerata posttest 26,41. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan berbicara anak melalui permainan kartu kata di TK Tunas Baru Nagari Parambahan Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar.

Kata Kunci: Permainan Kartu Kata, Kemampuan Berbicara

(7)

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR DIAGRAM ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat dan Luaran Penelitian ... 6

G. Definisi Operasional ... 8

BAB II KAJIAN TEORI ... 9

A. Kemampuan Berbicara Anak ... 9

1. Pengertian Berbicara ... 9

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anak Bicara ... 9

3. Perkembangan Berbicara Pada Anak ... 10

4. Cara Anak Belajar Berbicara... 12

5.Aspek-Aspek Keterampilan Berbicara ... 12

B. Anak Usia Dini ... 14

1. Pengertian Anak Usia Dini ... 14

2. Karakteristik Anak Usia Dini ... 15

C.Permainan Kartu Kata ... 17

1. Pengertian Kartu Kata ... 17

(8)

iii

2. Jenis Kartu Kata ... 17

3.Fungsi Media Kartu Kata ... 18

4.Langkah Pembelajaran menggunakan Media Kartu Kata ... 12

D. Penelitian yang Relevan... 20

E. Kerangka Berfikir ... 22

E. Hipotesis ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 23

A. Jenis Penelitian ... 23

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

C. Populasi dan Sampel ... 23

1. Populasi ... 25

2. Sampel ... 25

D. Pengembangan Instrumen ... 26

E. Validitas ... 29

F. Teknik Pengumpulan Data ... 30

G. Desain Eksperimen ... 31

H. Teknik Analisis Data ... 33

1. Teknik Pengolahan Data ... 33

2. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 38

A. Deskripsi Data Penelitian ... 38

1. Deskripsi Data Pre-test ... 38

2.Jadwal Kegiatan ... 40

3. Pelaksanaan Treatment ... 43

4. Deskripsi Data Post-test ... 65

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 70

C. Pengujian Hipotesis ... 73

D.Pembahasan ... 77

BAB V PENUTUP ... 80

(9)

iv

A. Kesimpulan ... 80 B. Implikasi ... 80 C. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

v

DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Jumlah Anak di TK Tunas Baru Parambahan ... 26

Tabel III.2 Daftar Nama Sampel Penelitian ... 26

Tabel III.3 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Berbicara Anak ... 27

Tabel III.4 Lembar Pedoman Observasi Kemampuan Berbicara Anak ... 28

Tabel III.5 Model Desain Pra-Eksperimen ... 32

Tabel III.6 Alternatif Kategori Instrumen dan Bobot ... 33

Tabel III.7 Alternatif Klasifikasi Skor Kemampuan Berbicara Anak... 35

Tabel IV.1 Data Kemampuan Berbicara Anak (Pre-test) ... 41

Tabel IV.2 Klasifikasi Skor Data Pretest Kemampuan Berbicara Anak di TK Tunas Baru ... 42

Tabel IV.3 Jadwal kegiatan Perrmainan Kartu Kata untuk Melatih Kemampuan Berbicara Anak ... 52

Tabel IV.4 Data Kemampuan Berbicara Anak (Treatment 1) ... 48

Tabel IV.5 Klasifikasi Skor Data Treatment 1 Kemampuan Berbicara Anak di TK Tunas Baru ... 49

Tabel IV.6 Data Kemampuan Berbicara Anak (Treatment2) ... 52

Tabel IV.7 Klasifikasi Skor Data Treatment 2 Kemampuan Berbicara Anak di TK Tunas Baru ... 53

Tabel IV.8 Data Kemampuan Berbicara Anak (Treatment3) ... 57

Tabel IV.9 Klasifikasi Skor Data Treatment3 Kemampuan Berbicara Anak di TK Tunas Baru ... 58

Tabel IV.10 Data Kemampuan Berbicara Anak (Treatment4) ... 63

Tabel IV.11 Klasifikasi Skor Data Treatment 4 Kemampuan Berbicara Anak di TK Tunas Baru ... 64

Tabel IV.12 Data Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak (Posttest) ... 65

Tabel IV.13 Klasifikasi Skor Data Posttest Kemampuan Berbicara Anak di TK Tunas Baru ... 66

Tabel IV.14 Hasil Perolehan Nilai Pre-test, Treatment 1,2,3,4 dan Post-test ... 68

Tabel IV.15 Uji Normalitas... 70

(11)

vi

Tabel IV.16 Uji Homogenitas dan Anova... 67 Tabel IV.17 Perbandingan Data Kemampuan Berbicara Anak antara Pretest &

Posttest ... 72 Tabel IV.18 Perhitungan memperoleh T dalam Rangka Menguji Hipotesis

Alternatif ... 73 Tabel IV.13 Uji Kebenaran Hipotesis Alternatif ... 74 Tabel IV.14 Klasifikasi Statistik Uji-t Kemampuan Berbicara Anak ... 75

(12)

vii

DAFTAR BAGAN

Bagan II.1 Kerangka Berpikir ... 21

(13)

viii

DAFTAR GRAFIK

Grafik IV.1 Kemampuan Berbicara Anak (Pretest) ... 43

Grafik IV.2 Kemampuan Berbicara Anak (Treatment 1) ... 49

Grafik IV.3 Kemampuan Berbicara Anak (Treatment 2) ... 54

Grafik IV.4 Kemampuan Berbicara Anak (Treatment 3) ... 59

Grafik IV.5 Kemampuan Berbicara Anak (Treatment 4) ... 64

Grafik IV.6 Kemampuan Berbicara Anak (Posttest) ... 67

Grafik IV.7 Perbandingan Kemampuan Berbicara Anak (Pretest,Treatment 1 Treatment 2, Treatment 3, Treatment 4,Postest) ... 69

Grafik IV.8 Perbandingan Skor Pretest dan Postest dalam Kemampuan Berbicara Anak ... 70

(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Bermain Krtu Kata Menggunakan KARTU Kata ... 26 Gambar II.1 Bermain Kartu Kata Menggunakan kartu kata ... 26

(15)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Mohon Izin Penelitian

Lampiran2 SuratKeterangantelahmelaksanakanpenelitian Lampiran3 Kisi-Kisi InstrumenKemampuan Berbicara Anak

Lampiran4 RancanganPelaksanaanPembelajaranHarian (RPPH)Pertemuan I, II, dan III, dan 1V.

Lampiran5 Surat KeteranganValidasi Lampiran6 Data Mentah Pretest dan Postest

Lampiran 7 Visi dan Misi TK Tunas Baru Parambahan Lampiran 8 Dokumentasi

(16)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbicara adalah komunikasi yang dilakukan oleh seseorang secara lisan untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan kepada orang lain.

Kemampuan berbicara akan mampu menyelesaikan masalah-masalah yang ada di dalam kehidupan nyata, karena jika seseorang anak memiliki kemampuan berbicara yang baik maka ia akan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah, mengembangkan masalah dan menciptakan sesuatu di dalam kehidupan sehari-hari bukan hanya untuk keterampilan berkomunikasi tetapi juga untuk mengemukakan pendapat, pikiran dan gagasan di dalam kehidupan nyata. Nuhardi, (dalam Hurlock, 1978: 65) mengatakan bahwa:

berbicara berarti mengemukakan ide atau pesan lisan secara aktif.

Kemampuan berkomunikasi secara lisan ini menjadi fokus kemampuan berbahasa, terutama siswa asing. Dalam pengajaran berbicara yang paling penting adalah mengajarkan keterampilan berkomunikasi lisan dengan orang lain.

Berdasarkan kutipan di atas, berbicara bertujuan untuk mengemukakan ide atau perasaan yang dirasakan oleh seseorang dengan cara berkomunikasi secara lisan. Berkomunikasi secara langsung dapat menjadikan fokus dalam berbahasa anak,dalam mengajarkan berbicara sangat penting tentang keterampilan berkomunikasi dengan orang sekitar agar komunikasi kita dalam berbicara di lingkungan bisa lancar.

Pembicaraan anak telah diklasifikasikan ke dalam dua kelompok besar, yaitu pada tahun-tahun awal masa awal kanak-kanak anak berbicara berpusat kepada diri sendiri (egosentris), yang dibicarakan anak adalah tentang hal-hal yang mereka senangi dan tidak berminat membicarakan sudut pandang orang lain. Seiring dengan bertambah besarnya anak keinginan menerima anggota kelompok sebaya bertambah, sehingga isi pembicaraan anak akan berpusat pada orang lain (Hurlock, 2015: 189-192).

(17)

Dari kutipan di atas bahwa pembicaraan anak dibagi dua kelompok yang pertama pada tahun awal masa awal kanak-kanak anak berbicara berpusat pada diri sendiri sedangkan dalam kelompok sebaya ia berbicara berpusat pada orang lain atau lingkungannya. Sehingga anak yang memiliki kemampuan dalam berbicara akan sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau kalimat tanya, lalu dalam berbicara anak telah bisa memusatkan isi pembicaraannya kepada hal-hal umum atau sosial, tidak terpaku pada diri sendiri dan pada masa ini anak juga melihatkan keinginan atau minat mereka terhadap berbicara atau sangat suka berbicara.

Sekolah merupakan salah satu yang mempunyai peranan sangat penting dalam membantu anak untuk mengembangkan kemampuan berbicara. Sekolah dapat berperan dalam memajukan, meningkatkan, mengembangkan keterampilan sosial, sopan santun, kepedulian dan keterampilan sikap-sikap positif lainnya terhadap diri anak. Untuk mengembangkan kemampuan berbicara anak, sekolah harus pandai memilih metode yang sejalan dengan dunia anak, sehingga anak tidak merasa terpaksa dalam melakukannya. Kemampuan berbicara anak dapat ditingkatkan dengan berbagai cara salah satunya melalui media kartu kata. Azhar Rasyad (dalam Tiastin, 2006 : 121) mengatakan bahwa,

“kartu kata dapat digunakan untuk melatih mengeja atau memperkaya kosa kata. Kartu-kartu tersebut menjadi petunjuk dan ransangan bagi anak didik untuk memberikan respon yang diinginkan melalui media pembelajaran”.

Kartu Kata merupakan media yang akan penulis pakai sebagai permaianan untuk pembelajaran anak usia dini dalam mengenal kata.

Kartu kata adalah permainan yang mudah di jumpai dan harganya murah serta mempunyai warna yang dapat menarik perhatian anak sertamudah penggunaanya. Disamping anak dapat belajar bicara serta dapat mengenal kata, anak juga bisa mengenal warna serta mengenal kosa kata. Karena dalam suatu proses belajar mengajar ada dua unsur yang sangat penting

(18)

3

adalah metode mengajarkan pembelajaran untuk permaianan kartu kata.

Kedua aspek ini saling berkaitan satu sama lain, karena pemilihan salah satu metode mengajar terutama akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai (Depdiknas, 2008:42).

Azhar Rasyad (2006 :121) mengatakan bahwa, “kartu yang berisi gambar dapat digunakan untuk melatih mengeja atau memperkaya kosa kata. Kartu-kartu kata tersebut menjadi petunjuk dan rangsangan bagi anak didik untuk memberikan respon yang diinginkan melalui media pembelajaran menggunakan permaianan kartu kata”. Jadi penggunaan permainan kartu kata mampu memberikan proses belajar yang baru bagi anak. Alasan dipilihnya permainan kartu kata sebagai pembelajaran kemampuan berbicara awal adalah sebagai berikut: (1) situasi pembelajaran lebih kondusif, karena anak dilibatkan secara penuh dalam pembelajaran, (2) guru menggunakan metode bermain, sehingga pembelajaran berpusat pada anak dan anak terlibat aktif dalam pembelajaran, (3) anak akan termotivasi dalam pembelajaran dengan menggunakan permaianan kartu kata.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa kemampuan berbicara anak dapat ditingkatkan bisa dengan melalui media kartu kata.

Dengan menggunakan kartu kata anak dapat terangsang dan memperkaya kosa kata anak dalam berbicara. Apabila ada media kartu kata anak dapat menunjuk langsung dan merespon apa yang dimaksud dalam pembelajaran di sekolah agar anak dapat termotivasi dan senang dalam belajar. Jadi penggunaan media kartu kata mampu memberikan proses belajar yang baru bagi anak. Alasan dipilihnya media kartu kata sebagai pembelajaran keterampilan berbicara awal adalah sebagai berikut: (1) situasi pembelajaran lebih kondusif, karena anak dilibatkan secara penuh dalam pembelajaran menggunakan media kartu kata. (2) guru menggunakan permainan kartu kata, sehingga pembelajaran berpusat pada anak dan anak terlibat aktif dalam pembelajaran. (3) anak akan termotivasi dalam pembelajaran dengan menggunkan media kartu kata. Melalui penggunaan

(19)

media kartu kata ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berbicara awal anak usia dini.

Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan pada hari Jumat tanggal 7 April tahun 2017 di TK Tunas Baru Parambahan bahwa anak- anak di sini : 1.Keterampilan berbicara pada anak masih kurang optimal dalam mengucapkan huruf sehingga masih perlu dibimbing dan distimulasi, 2. Kurangnya pembendaharaan kata yang dimiliki anak sehingga dalam berbicara, pengucapan kata-kata atau kalimat kurang tepat, Peneliti melihat bahwa ada beberapa anak yang diam saja ketika ibu guru bertanya dalam proses pembelajaran dan ada anak yang tidak mau menjawab, ketika ibu guru meminta anak-anak untuk bertanya, anak ini diam saja. Si anak sangat pendiam di sekolah, namun di rumah anak ini mau berbicara tidak seperti anak-anak yang lain, hanya ada 4 orang anak yang aktif untuk menunjuk tangan selebihnya diam saja, dalam proses pembelajaran tersebut media yang digunakan oleh guru juga kurang menarik untuk anak sehingga anak tidak bersemangat untuk belajar.

Dari hasil observasi di atas peneliti melihat bahwa tingkat kemampuan pembendaharaan kata atau kemampuan berbicara anak belum berkembang hanya beberapa anak saja yang sudah mulai berkembang.

Sebagai guru paud menyadari bahwa pendidikan ditingkat anak usia dini media (alat peraga) sangat diperlukan dan sangat berpengaruh untuk perkembangan anak. Topik ini sangat cocok untuk dibahas, dimana kemampuan berbicara anak usia balita yang seumuran bahkan memiliki banyak perbedaan dikarenakan faktor-faktor tertentu, sebagai peningkat kemampauan berbicara maupun sebaliknya. Serta peran orang tua dan pengaruh orang dewasa untuk mengarahkan perkembangan berbicara pada anak usia balita kearah positif atau negatif sangatlah diperhatikan. Dimana pada proses ini anak akan lebih banyak meniru kelakuan maupun perkataan yang sering ia lihat dan dengar dengan orang yang ada disekitarnya.

(20)

5

Karena berbicara merupakan bentuk paling efektif untuk berkomun ikasisangat penting dan paling banyak dipergunakan karena dalam pendidikan anak usia dini, proses pembelajarannya harus dengan kegiatan bermain sambil belajar, belajar sambil bermain. Maka dari itu peneliti ingin menggunakan media kartu kata yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara. Anak sekaligus bisa belajar mengenal bentuk serta nama dari objek yang terdapat pada kartu kata. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis tertarik untuk mengangkat judul

“Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini 4-5 Tahun Melalui Permainan Kartu Kata Pada TK Tunas Baru Parambahan”

B. Identifikasi Masalah

1. Kemampuan berbicara pada anak masih kurang optimal dalam mengucapkan huruf sehingga masih perlu dibimbing dan distimulasi.

2. Kurangnya perbendaharaan kata yang dimiliki anak sehingga dalam berbicara, pengucapan kata-kata atau kalimat kurang tepat.

C. Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam penulisan skripsi ini lebih fokus, maka penulis membatasi masalah pada “Permainan Kartu Kata dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia 4-5 Tahun pada TK Tunas Baru Parambahan”

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, penulis merumuskan permasalahannya yaitu “Apakah Permainan Kartu Kata dapat Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini 4-5 tahun pada TK Tunas Baru Parambahan” ?

(21)

E. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas maka penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui Peningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini 4-5 tahun menggunakan Kartu Kata pada TK Tunas Baru Parambahan.

F. Manfaat dan Luaran Penelitian 1. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pembelajaran pada guru TK, memberikan wawasan baru dalam bidang pendidikan anak usia dini, terutama dalam peningkatan kemampuan berbicara anak menggunakan kartu kata di taman kanak-kanak.

b. Manfaat Secara Praktis 1) Bagi Guru

Menambah wawasan guru dalam pengetahuan untuk memperbaiki pembelajaran yang diberikan kepada anak mengenai cara atau langkah dalam memilih metode, media dan stimulasi yang tepat untuk peningkatan kemampuan berbicara anak menggunakan kartu kata, sehingga akan meningkatkan kreatifitas guru dan menciptakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.

2) Bagi Anak TK

Meningkatkan kemampuan berbicara anak, sehingga anak dapat terlatih dan termotivasi serta senang dalam kegiatan yang dilakukannya.

3) Bagi Orang Tua

Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang permainan kartu kata, sehingga dapat memfasilitasi anak yang menyediakan alat dan media yang dibutuhkan.

4) Bagi Peneliti

a) Dapat memperdalam teori yang diperoleh selama kuliah serta mampu mengaplikasikannya di lapangan.

(22)

7

b) Mengembangkan kemampuan dalam membimbing dan melayani anak.

c) Mendapat ilmu dan dapat menerapkannya pada kehidupan nyata.

2. Luaran Penelitian

Sebagai karya ilmiah untuk mengembangkan kompetensi dan pemenuhan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di program sarjana (S1) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD).

G. Defenisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kesalahan pemahaman dalam memahami istilah yang terdapat pada penulisan skripsi ini, maka penulis menjelaskan istilah-istilah yang terkandung dalam judul tersebut antara lain sebagai berikut:

Nurhadi (1995:343) mengatakan bahwa kemampuan berbicara adalah salah satu aspek dari keterampilan berbahasa yang sangat diperlukan bagi perkembangan bahasa anak. Maka menurut saya berbicara adalah keterampilan anak dari usia 0-6 tahun untuk mengenal bahasa anak baik itu berupa komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan maksud dengan artikulasi kata-kata.

Menurut penulis kemampuan berbicara adalah komunikasi yang dilakukan oleh seseorang secara lisan untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan kepada orang lain. Kemampuan berbicara seseorang akan mampu menyelesaikan masalah-masalah yang di dalam kehidupan nyata, karena jika seorang anak memiliki kemampuan berbicara yang baik maka ia akan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah, mengembangkan masalah dan menciptakan sesuatu di dalam kehidupan sehari-hari bukan hanya untuk keterampilan berkomunikasi tetapi juga untuk mengemukakan pendapat pikiran dan gagasan didalam kehidupan nyata.

(23)

Azhar Arsyad (2006 : 119) mengatakan bahwa kartu kata adalah bentuk alat permainan edukatif (APE), yang menggunakan media kartu.

Media kartu adalah kartu kecil yang berisi gambar, konsep, soal, atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun anak kepada sesuatu yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari.

Yang penulis maksud dalam kartu kata adalah suatu kartu bergambar yang bertuliskan kata-kata untuk digunakan sebagai media atau alat dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini 4-5 tahun.

Azhar Rasyad (2006 :121) mengatakan bahwa, “kartu yang berisi gambar dapat digunakan untuk melatih mengeja atau memperkaya kosa kata. Kartu-kartu kata tersebut menjadi petunjuk dan rangsangan bagi anak didik untuk memberikan respon yang diinginkan melalui media pembelajaran menggunakan permaianan kartu kata”. Jadi penggunaan permainan kartu kata mampu memberikan proses belajar yang baru bagi anak. Alasan dipilihnya permainan kartu kata sebagai pembelajaran kemampuan berbicara awal adalah sebagai berikut: (1) situasi pembelajaran lebih kondusif, karena anak dilibatkan secara penuh dalam pembelajaran, (2) guru menggunakan metode bermain, sehingga pembelajaran berpusat pada anak dan anak terlibat aktif dalam pembelajaran, (3) anak akan termotivasi dalam pembelajaran dengan menggunakan permaianan kartu kata.

(24)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kemampuan Berbicara 1. Pengertian Berbicara

Menurut Nurhadi, berbicara berarti mengemukakan ide atau pesan lisan secara aktif. Kemampuan berkomunikasi secara lisan ini menjadi fokus kemampuan berbahasa, terutama siswa asing. Dalam pengajaran berbicara yang paling penting adalah mengajarkan keterampilan berkomunikasi lisan dengan orang lain (1995 : 342). Sedangkan menurut Hurlock, mengatakan bahwa berbicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata untuk menyampaikan maksud (1978 : 176).

Menurut Suhartono, bahwa untuk mengembangkan bicara anak dapat diawali dengan melakukan pengenalan bunyi-bunyi bahasa.

Pengenalan bunyi bahasa ini sebaiknya dilakukan mulai bunyi bahasa yang mudah diucapkan lalu dilanjutkan kesulit (2005 : 167).

Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan bahwa berbicara awal dalam penelitian ini yaitu kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata, seperti kemampuan mengucapkan huruf dan mengucapkan kata. Keterampilan berbicara awal mengekspresikan, menyampaikan pikiran dan gagasan, dapat dilakukan dengan kemampuan menirukan kalimat sederhana, dan kemampuan menceritakan gambar secara lisan.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anak Berbicara

(Sunarto, 2008:139) mengatakan bahwa pada masa anak-anak terkena sebagai masa tukang ngobrol atau suka ngobrol, karena anak-anak diusia ini sering ngobrol dengan temannya dengan lancar dan tidak putus- putus bicaranya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak adalah sebagai berikut:

(25)

a. Umur anak

b. Kondisi lingkungan c. Kecerdasan anak d. Status sosial e. Ekonomi keluarga f. Kondisi fisik

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa ada lima point faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan berbicara anak yang pertama umur anak, kondisi lingkungan sangatlah berpengaruh kepada perkembangan anak karena sifatnya anak adalah meniru apabila apa yang kita ucapan kotor maka anak akan meniru ucapan tersebut juga begitu sebaliknya. Selanjutnya kecerdasaan anak, status sosial, ekonomi keluarga dan yang terakhir kondisi fisik anak.

3. Perkembangan Berbicara pada Anak

Bromley, mengatakan bahwa sekalipun terdapat perbedaan kecepatan dalam berbahasa pada anak, namun komponen-komponen dalam bahasa tidak berubah. Komponen tersebut terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan pragmatik.

Perkembangan morfologi berkenaan dengan adanya pertumbuhan dan produksi sistem bunyi dalam bahasa. Perkembangan morfologi berkenaan dengan pertumbuhan dan produksi arti bahasa. Bagian terkecil dari arti bahasa tersebut dikenal dengan istilah morfem. Sebagai contoh anak yang masih kecil mengucapkan “mam” yang dapat berarti “makan”.

Sintaksis berkenaan dengan aturan bahasa yang meliputi keteraturan dan fungsi kata. Perkembangan sintaksis merupakan produksi kata-kata yang bermakna dan sesuai dengan aturan yang menghasilkan pemikiran dan kalimat yang utuh.

Bowler and linke, mengatakan bahwa memberikan gambaran tentang kemampuan berbahasa anak usia 3-5 tahun. Menurut mereka pada usia tiga tahun anak menggunakan banyak kosa kata dan kata tanya seperti apa dan siapa. Pada usia 4 tahun anak mulai bercakap-cakap, memberi nama, alamat, usia dan mulai memahami waktu. Perkembangan bahasa

(26)

11

anak semakin meningkat pada usia 5 tahun dimana anak sudah dapat berbicara lancar dengan menggunakan berbagai kosa kata baru. (2004 : 34) Berdasarkan kutipan di atas, bahwa kemampuan berbahasa anak setiap usia memberikan gambaran yang berbeda-beda dan selalu meningkat,apabila ketika anak berusia 3 tahun anak lebih menggunakan bahasa apa dan siapa, sedangkan usia 4 tahun sudah mulai bercakap-cakap sudah bisa menanyakan kepada lawan bicaranya siapa nama temannya,alamat rumahnya dimana dan menanyakan waktu. Diusia 5 tahun anak sudah bisa berbicara dengan lancar dan sudah bisa menggunakan kosa kata baru yang ia dapatkan dilingkungannya.

Semantik berkaitan dengan kemampuan anak membedakan berbagai arti. Perkembangan semantik terjadi dengan kecepatan yang lebih lambat dan lama dibandingkan perkembangan semantik yang dinamis tidak terlepas dari adanya berbagai cara yang baru dan berbeda dipelajari dan digunakan oleh anak maupun orang dewasa. Perkembangan semantik bermula saat anak berusia 9-12 bulan, yaitu ketika anak menggunakan kata-kata sifat maupun kata keterangan. Jenis yang kata sifatnya lebih abstrak seperti kata depan dan kata penghubung muncul kemudian.

menjelang usia 5-6 tahun, anak dapat memahami sekitar 8000 kata, dan dalam satu tahun berikutnya kemampuan anak dapat mencapai 9000 kata (1992 : 32).

Pragmatik berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam katmengeksprosikan minat dan maksud seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sejak anak masih berusia dini, dimana ia menggunakan hanya satu kata, anak sudah melibatkan komponen pragmatik agar keinginannya tercapai. Ada dua tipe perkembangan berbicara anak :

a. Egosentric Speech, terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun, dimana anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog). Perkembangan berbicara anak dalam hal ini sangat berperan dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya.

(27)

b. Socialized speech, terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya atau pun lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan adaptasi sosial anak. Berkenaan dengan hal tersebut, terdapat 5 bentuk socialized speech yaitu :

1) Saling tukar informasi untuk tujuan bersama.

2) Penilaian terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain.

3) Perintah, permintaan, ancaman 4) Pertanyaan

5) Jawaban

Tujuan berbicara adalah untuk memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk, dan meyakinkan seseorang. Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan ukuran kemampuan berbicara seseorang yang terdiri dari aspek kebahasaan dan non kebahasaan.

Menurut (Hurlock, 1978:80) mengemukakan ada tiga kriteria untuk mengukur tingkat kemampuan berbicara anak, apakah anak berbicara secara benar atau hanya sekedar „membeo‟ sebagai berikut :

1) Anak mengetahui arti kata yang digunakan dan mampu menghubungkannya dengan objek yang diwakilinya.

2) Anak mampu melafalkan kata-kata yang dapat dipahami orang lain dengan mudah.

3) Anak memahami kata-kata tersebut bukan karena telah sering medengar atau menduga-duga.

Dari kutipan di atas dapat dijelaskan, bahwa ada beberapa kriteria untuk mengukur tingkat kemampuan berbicara anak sehingga perkembangan anaka dalam berbicara dapat berkembang secara optimal, yang pertama anak dapat mengetahui arti kata yang digunakan dan mampu menghubungkannya dengan objek lainnya, anak mampu mengucapkan kata-kata yang dipahami orang lain, dan yang terakhir anak dapat memahami kata-kata yang sering diucapkan orang lain atau lingkungan sekitarnya.

(28)

13

4. Cara Anak Belajar Berbicara

Berbicara merupakan k eterampilan mental motorik. Berbicara tidak hanya melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda, tetapi juga mempunyai aspek mental yaitu kemampuan mengaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan.

Belajar berbicara adalah suatu keterampilan. Berbicara dapat dipelajari dengan berbagai macam metode, diantaranya yang paling penting yang disajikan adalah metode mencoba dan gagal, meniru dan pelatihan. Dalam berbicara, disamping mempelajari cara pengucapan kata-kata, anak juga harus belajar mengaitkan arti dengan kata-kata tersebut kemudian kata-kata akan menjadi simbol bagi orang atau objek yang diwakilkannya (Hurlock, 1978:183) Dari penjelasan di atas dapat dipahami dalam berbicara, anak bisa belajar dari mencoba dan salah, dimana maksudnya adalah saat anak berbicara dan apa yang dibicarakannya salah, kesalahan anak akan diralat, disanalah proses belajar terjadi. Apabila anak tidak diajarkan belajar berbicara sejak dini maka perkembangan anak akan berpengaruh dimasa akan datang, untuk itu orang tua harus mengajarkan anak berbicara sejak dini dan orang tua juga berhati-hati dalam berbicara apabila dekat anak karena anak akan belajar meniru kosa kata apa yang dibicarakan orang dewasa.

5. Aspek-Aspek Keterampilan Berbicara

Menurut (Hurlock, 1978:189) Tugas utama dalam belajar berbicara mencakup tiga proses terpisah, akan tetapi saling berhubungan satu sama lain. Ketiga aspek tersebut antara lain :

a. Pengucapkan

Tugas pertama dalam belajar berbicara adalah belajar mengucapkan kata pengucapan dipelajari dengan meniru.

b. Pengembangan kosa kata

Pengembangan kosa kata tugas kedua dalam belajar berbicara dengan mengembangkan jumlah kosa kata. Anak mempelajari dua jenis kosa kata yakni kosa kata umum terdiri dari kata kerja (memberi, mengambil, menerima) dan kata sifat (baik, buruk, pelit dan lain-lain)

(29)

serta anak mempelajari kosa kata khusus, terdiri dari kosa kata warna (merah, hijau, biru, kuning, hitam, putih dan lain-lain), menyebutkan bilangan dan telah mampu menghitung tiga obyek menyebutkan kosa kata uang sesuai dengan ukuran dan warnanya.

c. Pembentukan kalimat

Tugas yang tiga dalam belajar berbicara yaitu menggabungkan kata kedalam kata yang tata bahasanya betul dan dapat dipahami orang lain, aspek ini merupakan hal paling sulit dari ketiga tugas tersebut.

Awal masa kanak-kanak terkenal sebagai masa tukang ngobrol, karena sekali anak dapat berbicara anak tidak akan berhenti berbicara. Setelah anak belajar berbicara mereka berbicara hampir tidak putus-putus.

Diperkirakan bahwa rata-rata anak yang berusia 3-4 tahun menggunakan 15.000 kata setiap hari atau dalam setahun kira-kira 5,05 juta kata setiap tahun sejalan dengan bertambah besarnya mereka.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada tiga proses atau aspek-aspek yang perlu diketahui dalam belajar berbicara yaitu pengucapan, pengembangan kosa kata, dan pembentukan kalimat. Apabila dalam pengucapan serta ketiga aspek di atas saling berhubungan satu dengan yang lain harus saling berkaitan dalam mengarjakan kemampuan berbicara anak sehingga ketika anak berinteraksi dengan orang lain anak dapat berbicara dan bahasanya betul dan dapat dipahami oleh orang lain.

B. Anak Usia Dini

1. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Mendukung hal tersebut, dalam pasal 28 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003 ayat 1, disebutkan bahwa yang termasuk anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0-6 tahun.

Sedangkan menurut kajian rumpun ilmu PAUD dan penyelenggaraan di

(30)

15

beberapa negara anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (Fadillah, 2013:47).

Batasan anak usia dini antara lain disampaikan oleh NAEYC (National Associatio of Young Children), yang mengatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di taman penitipan anak pada keluarga ( family child care home), pendidikan pra sekolah baik swasta maupun negeri, TK, dan SD. (Aisyah, 2008 : 1)

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia 0- 6 tahun merupakan masa-masa yang sangat menentukan terhadap perkembangan dan kemajuan di masa yang akan datang. Oleh karena itu masa usia 0-6 tahun ini disebut sebagai ”Masa Keemasan” atau ”Golden Age”. Masa ini adalah masa peka, dan merupakan saat yang tepat untuk memupuk dan mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri seorang anak.

2. Karakteristik Anak Usia dini

Menurut Sofia Hartati, (2005: 8-9) menyatakan bahwa karakteristik anak usia dini yang khas adalah hal-hal di bawah ini:

a. Anak itu bersifat egosentris.

b. Anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

c. Anak adalah makhluk sosial.

d. Anak bersifat unik.

e. Anak umumnya kaya dengan fantasi.

f. Anak memiliki daya konsentrasi yang pendek.

g. Anak merupakan masa belajar yang paling potensial.

Berdasarkan penjelasan karakteristik anak usia dini tersebut dapat memberikan stimulasi untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

Dalam penelitian ini, karakteristik anak usia dini yang memiliki rasa ingin tahu yang besar, difasilitasi dengan menunjukkan beberapa media kartu kata untuk memperkenalkan beberapa kosakata baru kepada anak.

Karakteristik anak usia dini yang merupakan makhluk sosial dikembangkan

(31)

dengan mengadakan kegiatan belajar dalam kelompok kecil dengan tujuan agar anak mampu bersosialisasi dengan teman-teman lainnya. Selain itu dengan karakteristik anak merupakan masa belajar yang paling potensial dapat dikembangkan dengan pembelajaran aspek bahasa yang lebih mengacu pada kemampuan berbicara awal dengan cara mengucapkan huruf, mengucapkan kata, menirukan kalimat sederhana dan menceritakan gambar secara lisan.

C. Permainan Kartu Kata 1. Pengertian Kartu Kata

Kartu kata merupakan salah satu bentuk alat permainan edukatif (APE), yang menggunakan media kartu. Kartu adalah kertas tebal yang berbentuk persegi panjang, untuk keperluan seperti tanda anggota, karcis dan lain-lain (Suharso, 2009 : 226).

Media kartu adalah adalah kartu kecil yang berisi gambar, konsep, soal, atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun anak kepada sesuatu yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari. Kartu tersebut biasanya berukuran 8x12 cm atau dapat disesuaikan dengan besar kecilnya yang dihadapi (Arsyad, 2006 : 119).

Riyana, (2012 : 76) Kartu kata adalah kertas tebal berbentuk persegi panjang. Sedangkan kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbicara. Gambar merupakan media yang paling umum dipakai. Gambar merupakan coretan yang sengaja diwujudkan secara visual berbentuk dua dimensi sebagai curahan pikiran atau perasaan seseorang

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kartu kata salah satu bentuk alat permainan edukatif yang dapat membantu pendidik dalam proses pembelajaran supaya anak dapat bersemangat dan tertarik dalam belajar. Kartu kata bisa berbentuk persegi panjang, bisa seperti karcis dan lain-lain., Media kartu kata berupa kartu kecil yang berisi gambar, konsep, soal, tanda simbol yang mengingatkan dan menuntun anak kepada

(32)

17

sesuatu yang berhubungan dengan materi yang dipelajari sehingga memudahkan pendidik untuk mengajar.

Helyantini Suetopo, (2009: 25) mengatakan bahwa kartu kata bergambar adalah kartu yang bertuliskan kata-kata, gambar atau kombinasi dan dapat digunakan untuk mengembangkan berbendaharaan kata-kata dalam mata pelajaran bahasa pada umumnya.

Wibawa Mukt,i (2012: 32-33) Kartu kata bergambar atau flash cardh adalah sebuah media pembelajaran berbentuk segi empat pipih yang memuat perpaduan antara kata dan gambar yang sering di jumpai disekitar anak seperti nama-nama binatang dan buah-buahan.

2. Jenis Kartu Kata

Jenis-jenis kartu kata berdasarkan ukuran adalah: (Hasan, 2009 : 327)

a. Kartu dengan ukuran 5x50 cm/12,5x50 cm untuk 25 kartu b. Kartu dengan ukuran 10x50cm/10x30 cm untuk 100-150 kartu c. Kartu dengan ukuran 7,5 x 7,5 cm

d. Kartu dengan ukuran 10 x 10 cm

Menurut (Helyantini, 2009: 25-26) kartu kata dibedakan menjadi kartu berdasarkan ukuran yang telah disebutkan di atas, kartu kata dibedakan menjadi kartu bertuliskan nama benda tanpa gambar.

Menurut Musfiroh, mengatakan bahwa penggunaan kartu kata ini beranjak pada pemahaman bahwa anak pada usia 4-5 tahun masih berpijak pada “belajar melalui bermain” atau “bermain sambil belajar”.

(2009 : 98).

Bermain untuk landasan membaca permulaan anak usia 4-5 tahun dapat berupa pembacaan cerita bergambar dengan sedikit tulisan, permainan acak huruf, permainan tata huruf, mencari label yang sama, menebak tulisan, membaca gambar, mencocokkan huruf, mencari huruf yang sama, permainan silabel, mengecap huruf, mengelompokkan huruf, mengenal huruf yang hilang, dan kegiatan lain yang memberi kesempatan anak mengenal simbol utuh (dilengkapi dengan gambar dan

(33)

warna permanen seperti label) maupun pasial (dalam bentuk guntingan kata). (2009:112)

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam memilih media kartu kata ada beberapa jenis pilihannya dalam menggunakan media tersebut, untuk itu pilihan model permainan ini sangat tergantung pada kreativitas guru yang mengajar agar anak dapat belajar sambil bermain. Karena dengan menggunakan jenis media yang besar justu anak lebih senang dan tampak oleh anak apa yang ia baca, seperti dalam permainan acak huruf, permainan tata huruf, mencari label yang sama, menjebak tulisan, membaca gambar, mencocokkan huruf, mencari huruf yang sama, mengecap huruf, mengelompokkan huruf, mengenal huruf yang hilang, dan kegiatan lainnya

3. Fungsi Media Kartu Kata

Fungsi media kartu kata adalah “untuk mengenalkan huruf pada anak usia 4-6 tahun dengan lebih cepat. Sebab dengan bantuan alat peraga, guru bukan saja dapat menjelaskan lebih banyak hal dalam waktu yang lebih singkat, juga dapat mencapai hasil yang lebih cepat” (Ismail, 2011 : 181). Menurut Mackey, (dalam Rofi‟uddin, 2003 : 44)

Guru dapat menggunakan strategi permainan membaca, misalnya:

Cocokkan kartu, ucapkan kata itu, temukan kata itu, kontes ucapan, temukan kata, baca dan berbuat dan sebagainya. Kartu-kartu kata maupun kalimat digunakan sebagai media dalam permainan kontes ucapan (mengucapkan atau melafalkan). Pelafalan kata-kata tersebut dapat diperluas dalam bentuk pelafalan kalimat bahasa Indonesia yang dipentingkan dalam latihan ini adalah melatih anak mengucapkan bunyi-bunyi bahasa (vocal, konsonan, dialog, dan cluster) sesuai dengan daerah artikulasinya.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan ada fungsi kartu kata anak dapat mengenalkan huruf dengan lebih cepat, juga menyenangkan, serta anak dapat mengenal bentuk huruf, bentuk kertas, warna pada kata dan apa saja gambar yang ada tertera dikartu kata tersebut juga memudahkan dan membantu guru dalam proses mengajar. Sebab dengan bantuan alat media atau peraga, guru dapat menjelaskan lebih

(34)

19

banyak hal dalam waktu yang lebih singkat, juga dapat mencapai hasil yang lebih cepat.

4. Langkah Pembelajaran menggunakan Permainan Kartu Kata

Menurut Cucu Eliyawati (dalam skripsi Trisniwati, 2004:16) menyebutkan langkah-langkah dalam bermain kartu huruf diantaranya yaitu:

ambilah satu persatu kartu huruf secara bergantian. Amatilah simbol huruf pada kartu yang sedang dipegang, kemudian sebutkanlah simbol huruf yang tertera pada kartu huruf. Baliklah kartu huruf, amatilah gambar dan tulisan yang terdapat pada kartu, kemudian sebutkanlah gambar benda dan huruf depan dari gambar benda yang tertera pada kartu huruf.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini kemudian mengembangkan langkah-langkah permainan kartu kata sebagai berikut:

a. Anak dikondisikan duduk melingkar di karpet.

b. Anak-anak diberi penjelasan tentang permainan yang akan dilakukan, yaitu permainan kartu huruf.

c. Anak-anak diberi contoh cara bermain kartu huruf yang akan dijelaskan sebagai berikut ini:

1) Guru mengambil sebuah kartu huruf, kemudian diperlihatkan pada anakanak.

2) Guru mengucapkan simbol huruf yang tertera pada kartu huruf, kemudian anak-anak diberi kesempatan untuk meniru mengucapkan simbol huruf tersebut.

3) Guru membalik kartu huruf, kemudian menyebutkan gambar yang tertera pada kartu huruf lalu menyebutkan pula huruf depannya, dan anak-anak juga diberi kesempatan untuk meniru, mengucapkan.

d. Anak-anak diajak mempraktikan permainan kartu huruf secara bersama-sama, dengan posisi anak masih duduk membentuk lingkaran.

e. Setelah anak-anak bermain bersama-sama, guru member kesempatan pada setiap anak untuk melakukan permainan kartu huruf secara individu, permainan dimulai:

a) Anak mengambil sebuah kartu huruf, anak mengamati kartu huruf tersebut kemudian anak menyebutkan simbol huruf yang tertera pada kartu huruf tersebut.

(35)

b) Anak membalik kartu huruf, anak mengamati gambar yang terdapat pada kartu kemudian anak menyebutkan huruf depan dari nama gambar yang terdapat pada kartu huruf tersebut.

c) Cara penggunaannya dilakukan dengan mengkocok kartu kata, kemudian kartu disebar sebarkan dengan posisi kartu tertelungkup.

Setelah semua kartu tertutup, anak mulai membuka kartu setelah guru memberikan instruksi huruf apa yang dicari atau dibuka.

Pemenang atau anak maju kedepan kelas jika telah menemukan huruf yang benar dan siswa diminta menyebutkan huruf yang ada pada kartu kata. Kemudian siswa diminta mencocokkan dengan kartu yang ada pada anak dengan kartu yang ada pada guru.

Permainan diulang sampai setiap anak mendapat giliran.

Gambar II.1

Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sriyatin dengan judul skripsi

“Penerapan Kartu Kata Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Kelompok B di TK Yalista Surabaya” penelitian yang dilakukan dikelompok B dengan jumlah 20 anak, terdiri dari 12 orang anak laki-laki dan 8 orang anak perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) sebanyak 2 kali putaran. Data penelitian dikumpul melalui teknik observasi yang ditabulasikan dan dianalisis dengan menggunakan mean dan diskripsikan, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini menunjukkan bahwa penerapan media kartu kata dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak berkembang sangat baik (BSB) dan berkembang sesuai harapan 55% menjadi 85%.

(36)

21

2. Penelitian yang dilakukan oleh Pupu Syaiful Rahmat dengan judul skripsi “Pengaruh Media Kartu Kata terhadap Kemampuan Membaca dan Penguasaan Kosa Kata” penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen terhadap siswa B di TK Baugenuil Kabupaten Kuningan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan teknik kuantitatif dan deskriptif, sampel penelitian 40 orang dua kelompok yakni 20 anak untuki kelas kontrol dan 20 anak untuk anak kelas eksperimen dengan meningkatnya kemampuan membaca pada hasil perites menunjukkan bahwa kemampuan membaca anak usia dini dikelas kontrol sebesar 56, 94%, sedangkan untuk kelas eksperimen berjumlah 57,88%.

Instrumen penelitian hasil peristes kemampuan penguasaan kosakata anak usia dini dari kelas kontrol mengaju pada angka 57,69% dan kelas eksperimen sebesar 57,44% angka ini menunjukkan bahwa keadaan kedua kelompok untuk kemampuan penguasaan kosakata anak usi dini hampir sama.

3. Penelitian Yang Dilakukan oleh Yanti Sukaesi dengan Judul Skripsi

“Metode Bermain Kartu Kata Bergambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Pra Membaca Pada Anak Taman Kanak-Kanak” Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Elliot. Kesimpulan hasil penelitian ini yaitu 1) penerapan metode Bermain Kartu Kata Bergambar dalam proses aktivitas kegiatan pra membaca anak dilakukan melalui tahap persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi: peningkatan proses aktivitas kegiatan pra membaca anak pada siklus I 66,7%, pada siklus II tetap pada 66,7%, dan pada siklus III meningkat menjadi 70%. 2) penerapan metode Bermain Kartu Kata Bergambar dapat mengembangkan kemampuan pra membaca anak: peningkatan kemampuan pra membaca anak pada siklus I 60%, pada siklus II meningkat menjadi 63,3%, dan pada siklus III meningkat menjadi 70%.

(37)

4. Penelitian Yang Dilakukan oleh Eka Kumalasari dengan Judul Skripsi

“Pengembangan Alat Permainan Edukatif Kartu Kata dan Gambar Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara Anak Kelompok B di TK Aba Playen Ii Kabupaten Gunungkidul” Jenis penelitian ini adalah penelitian Research and Development dengan model Borg and Gall yang terdiri dari sepuluh langkah penelitian. Namun, pada penelitian ini hanya melakukan sembilan langkah, yaitu penelitian dan pengumpulan data, perencanaan, pengembangan draf produk, uji coba lapangan awal, revisi hasil uji coba, uji coba lapangan, penyempurnaan produk hasil uji lapangan, uji pelaksanaan lapangan dan penyempurnaan produk akhir. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B di TK ABA Playen II Kabupaten Gunungkidul yang berjumlah 20 anak. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi langsung dan angket. Analisis data penelitian menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alat permainan edukatif kartu kata dan gambar untuk anak kelompok B di TK ABA Playen II Kabupaten Gunungkidul sebagai penunjang perkembangan bahasa anak khususnya keterampilan berbicara ini dinyatakan layak. Kelayakan media dibuktikan dengan hasil uji validasi materi dengan rata-rata (4,1) dan uji validasi ahli media dengan rata-rata (4,71). Penilaian kelayakan media juga diperkuat dengan hasil uji coba lapangan awal dengan skor rata-rata (4,44), uji coba lapangan utama dengan skor rata-rata (4,53) dan uji coba lapangan operasional dengan skor rata-rata (4,55). Hasil keseluruhan penilaian uji coba alat permainan edukatif kartu kata dan gambar dinyatakan layak digunakan untuk anak kelompok B di TK ABA Playen II Kabupaten Gunungkidul.

5. Penelitian yang peneliti lakukan adalahMeningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini 4-5 Tahun Melalui Permainan Kartu Kata Pada TK Tunas Baru Parambahan” Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang berbentuk Pre-Eksperiment yaitu dengan

(38)

23

tipe one group pretest-postest design. Dengan teknik pengambilan sampel Purposive Sampling, yaitu kelompok B2 yang berjumlah 17 orang anak. Penelitian ini menggunakan instrument penelitian dengan indikator kemampuan berbicara anak. Teknik pengumpulan data digunakan lembaran observasi, kemudian data diolah dengan uji perbedaan (t-test). Berdasarkan analisis data, diperoleh rata-rata hasil tes pretest adalah 13.11 dan hasil posttest menunjukkan rata-rata nilai 26.41

D. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah pemikiran peneliti yang sistematis dari hasil deskripsi teoritik dan penjelasan operasional variabel. Agar penelitian ini dapat dipahami, maka penulis petakan kerangka berpikir berikut ini :

Keterangan :

Variabel Y adalah Kemampuan Berbicara, terdiri : a. Pengucapan

b. Pengembangan kosa kata c. Pembentukan kalimat

Variabel X adalah Kartu Kata, dengan a. Tahap perencanaan

b. Tahap pelaksanaan c. Tahap penilaian

Variabel X Kartu Kata

Variabel Y Kemampuan Berbicara

Permainan kartu adalah kartu kecil yang berisi gambar, konsep, soal, atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun anak kepada sesuatu yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari.

1. Pengucapan

2. Pengembangan kosa kata

3. Pembentukan kalimat

(39)

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat peningkatan signifikan variael Y dengan diterapkan variabel X. Variabel Y adalah kemampuan berbicara dan variabel X adalah Kartu Kata.

E. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian. Adapun hipotesis untuk penelitian ini adalah : Ho: Tidak terdapat peningkatan kemampuan berbicara anak pada TK Tunas

Baru Parambahan melalui permainan kartu kata.

Ha: Terdapat peningkatan kemampuan berbicara anak pada TK Tunas Baru Parambahan melalui permainan kartu kata.

Ho :

t

o ≤

t

t Ha :

t

o >

t

t

(40)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti yaitu “Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini 4-5 Tahun Melalui Permainan Kartu Kata Pada TK Tunas Baru Parambahan”, maka jenis penelitian ini adalah Eksperimen.

Menurut Sugiyono, metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. (Sugiyono, 2012:107).

Penelitian kuantitafif ini merupakan penelitian yang didasarkan pada pengumpulan dan analisis data berbentuk angka untuk menjelaskan, memprediksi atau fenomena yang diminati. (Leo, 2013:98).

Berdasarkan hal di atas, peneliti memilih menggunakan pre- eskperimental yaitu dengan tipe one group pretest-postest design.

Dikatakan pre-eskperimental karena desain ini belum merupakan eskperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-Kanak Tunas Baru Parambahan, Kabupaten Tanah Datar. dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2018/2019.

C. Metode Penelitian 1. Populasi dan Sampel

Agar penelitian lebih terarah dalam pelaksanaan penelitian, maka dari itu peneliti harus menentukan populasi dan sampel yang akan dijadikan sebagai objek dalam melakukan penelitian.

(41)

Adapun populasi dan sampel yang peneliti pilih dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:80).

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak di TK Tunas Baru Parambahan. TK Tunas Baru Parambahan ini memiliki jumlah siswa sebanyak 34 anak dan terbagi menjadi dua kelas yaitu kelas B1 dan B2 yang masing-masing kelas memiliki 17 anak.

Tabel III.1

Jumlah Anak TK Tunas Baru Parambahan

No Kelas Jumlah

1 B1 17

2 B2 17

Jumlah Total 34

Sumber: Dokumen TK Tunas Baru Nagari Parambahan

2. Sampel

Dalam suatu penelitian akan diambil sampel untuk mempermudah dalam melakukan suatu penelitian yang akan dilakukan. Menurut Sugiyono mengatakan bahwa “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” (2013:81).

Dalam penelitian ini, untuk menentukan sampelnya peneliti menggunakan teknik purposive sampling yang artinya “teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu” (2013:85).

Pertimbangan tertentu yang peneliti maksud berdasarkan rekomendasi dari pendidik, bahwa di B2 masih terdapat anak yang belum berkembang dalam kemampuan berbicara. Oleh karena itu peneliti memilih kelompok B2 sebagai sampel dalam penelitian ini yang berjumlah 17 orang anak.

(42)

27

Tabel III.2

Jumlah Siswa di TK Tunas Baru Parambahan

No Nama L/P

1 MF L

2 APF P

3 RS P

4 AFA L

5 AWZ P

6 HB P

7 KZ P

8 DF L

9 NAP L

10 SR P

11 CRA P

12 AQ P

13 ASP P

14 HN P

15 MA L

16 RSP L

17 DA P

Sumber: Dokumen TK Tunas Baru Nagari Parambahan

D. Pengembangan Intrumen

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan dalam mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati secara spesifik, semua fenomena ini disebut dengan variabel penelitian. Untuk memudahkan penyusunan instrumen maka digunakan kisi-kisi instrumen untuk bisa menetapkan indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti. Maka diperlukan wawasan yang luas dan mendalam tentang variabel yang akan diteliti (Sugiyono, 2013 : 103-104)

Table III.3

Kisi-Kisi Pedoman Observasi Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

No Item Pengamatan Kriteria Pengamatan Penilaian 4 3 2 1

(43)

1 Pengucapan a. Mengucapkan kembali kata yang terdapat dalam kartu kata yang didengar b. Mengucapkan kembali

kalimat yang terdapat dalam kartu kata yang didengar

c. Menggunakan 4-5 kata dalam satu kalimat dalam kartu kata

2. Perkembangan kosakata

a. Menyebutkan dan mengekpresikan kata sifat yang ada pada kartu kata b. Menyebutkan angka

dalam kartu kata

c. Menyebutkan nama-nama warna yang ada pada kartu kata

3. Membentuk Kalimat

(Hurlock, 2015 : Perkembangan Anak )

a. Mengajukan pertanyaan tentang kartu kata

b. Menggambarkan satu atau dua kalimat yang menggambarkan tentang dirinya terkait dengan kartu kata

c. Menggambarkan satu atau dua kalimat yang menggambarkan tentang lingkungan terkait dengan kartu kata

Keterangan :

Berkembang Sangat Baik : BSB dengan Skor 4 Berkembang Sesuai Harapan : MBSH dengan Skor 3 Mulai Berkembang : MB dengan Skor 2

(44)

29

Belum Berkembang : BB dengan Skor 1

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data observasi yang akan menggunakan bentuk instrument checklist dengan kategori peningkatan kemampuan berbicara anak dalam penelitian ini memberikan rentang waktu skor 1-4 dengan kategori penilaian belum berkembang, mulai berkembang, berkembang sesuai harapan, berkembang sangat baik dengan keterangan sebagai berikut :

Kategori Singkatan Sko

r

Belum Berkembang BB 1

Mulai Berkembang MB 2

Berkembang Sesuai Harapan BSH 3

Berkembang Sangat Baik BSB 4

E. Validitas

Sebelum instrumen digunakan, maka perlu melakukan uji coba dengan melakukan validitas instrumen. Validasi adalah “Mengukur apa yang hendak di ukur (ketetapan)”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan validitas isi yang mengacu pada sejauh mana suatu instrumen (kisi-kisi instrumen) mengukur konsep dari suatu teori yang menjadi dasar penyusunan instrumen. Untuk itu perlu adanya pembahasan mengenai teori tentang variabel yang akan diukur menjadi dasar penentu konstruk suatu instrumen (skala). Berdasarkan teori variabel tersebut, kemudian dirumuskan definisi operasional, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Indikator tersebut dijabarkan menjadi butir- butir instrumen baik dalam bentuk pernyataan maupun pertanyaan.

pengujian validitas ini dapat dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli (judgment experts).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa validnya sebuah instrumen dapat dilihat dari apakah instrumen-instrumen yang digunakan mampu dan cocok digunakan untuk mengukur apa yang hendak diteliti. Validitas instrumen yang peneliti lakukan pada penelitian ini

(45)

adalah berdiskusi dengan dosen pembimbing serta diskusi dengan validator.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh dan alat- alat yang digunakan dalam mengumpulkan data.

1. Observasi atau pengamatan

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya. Dari pemahaman ini yang dimaksud dengan metode observasi adalah pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti. (Bungin, 2011:143-144) Suatu kegiatan pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian apabila memiliki kriteria sebagai berikut :

a. Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara sistematis.

b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

c. Pengamatan tersebut dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proposisi umum bukan dipaparkan sebagai sesuatu yang hanya menarik perhatian.

Adapun observasi yang dilakukan untuk memperoleh data berkaitan peningkatan kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK Tunas Baru Parambahan. Dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi atau pengamatan secara langsung yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung pada objek yang diobservasikan.

2. Dokumentasi

Dokumentasi bermanfaat seabagai alat bukti yang sah dalam mendukung kegiatan pembelajaran, isi dari berkas yang menyangkut data atau imformasi tentang kronologis kegiatan yang dilakukan pada anak.

(46)

31

Sugiyono, mengatakan bahwa dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam metode penelitian sosial.

Data tersedia dalam dokumentasi ini adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, kenang-kenangan, laporan dan sebagainya. Secara detail bahan dokumentasi terbagi beberapa macam yaitu autobiografi, surat- surat pribadi, buku-buku, catatan harian, memorial, kliping, dokumen pemerintah maupun swasta, cerita, film, foto dan sebagainya. (2011 : 154).

G. Desain Eksperimen

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif, dengan jenis penelitian eksperimen. Adapun desain penelitin yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain Pre-Eksperimental design dengan tipe one group pretest-posttest design. Pada penelitian ini hanya kelompok eksperimen yang akan diberikan pengukuran berdasarkan treatment yang akan telah dilakukan/diberikan. Langkah awal yang penulis lakukan adalah memberikan pretest terlebih dahulu, hal ini dilakukan agar nantinnya bisa membandingkan hasil pretest dan setelah dilakukan treatment. Agar lebih memudahkan untuk memahami maka dapat dilihat tabel berikut ini.

Tabel III.5

One Group Pretest-Posttest Design Group

( Kelompok )

Pre-test Treatment Post-test

Eksperimen O1 X O2

Keterangan:

O1 : Melaksanakan Pretest untuk mengukur kondisi awal responden sebelum diberi perlakuan

X : Memberikan Perlakuan (4 kali treatment)

O2 : Melakukan Postest untuk mengetahui keadaan variabel terkait sesudah diberikan perlakuan

Berdasarkan tabel diatas dapat dipahami bahwa pada penelitian ini hanya terdiri dari kelompok eksperimen (E) tanpa menggunakan kelompok

(47)

kontrol (P). Sebelum kelompok eksperimen diberi treatment (X), maka kelompok tersebut terlebih dahulu diberi pretest (O1) untuk melihat kondisi kelompok, setelah itu baru diberikan treatment (X) kepada kelompok eksperiment (E), dan setelah itu, diberikan tes kembali yang sama dengan tes awal atau posttest (O2) pada kelompok tersebut, dan kemudian hasilnya dibedakan dengan hasil tes pertama.

Secara umum langkah-langkah untuk melaksanakan penelitian eksperimen adalah :

a. Melakukan pretest, yaitu memberikan tes berupa observasi awal tentang kemampuan berbicas anak sebelum menggunakan origami. Tujuannya untuk mengetahui perkembangan keterampilan motorik halus anak.

b. Melakukan Treatment, yaitu memberikan perlakuan, yaitu menggunakan kartu kata kepada kelompok eksperiment.

c. Memberikan posttest, yaitu perlakuan diberikan, yaitu memberikan tes berupa observasi dengan lembar observasi yang sama dengan observasi awal. Kemudian membandingkan hasil pretest dengan posttest pada kelompok eksperiment tersebut. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah kartu kata berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berbicara anak.

H. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data

Tujuan utama dari analisis data adalah untuk meringkas data dalam bentuk yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan sehingga hubungan antara masalah penelitian dapat dipelajari dan diuji. Adapun kegiatan dalam analisis data menurut Sugiyono (2013:147) adalah :

Mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan”.

1. Teknik Pengolahan Data

(48)

33

Sebelum data diolah maka masing-masing instrumen diberi bobot atau skor terlebih dahulu, baik untuk pernyataan positif maupun pernyataan negatif seperti yang terdapat dalam tabel berikut:

Tabel III.6

Alternatif Kemampuan Instrument Dan Bobot Kemampuan Item positif Berkembang Sangat Baik 4 Berkembang Sesuai Harapan 3

Mulai Berkembang 2

Belum Berkembang 1

Bentuk pengolahan data yang dipakai adalah dengan memakai metode pengolahan statistik. Analisis data dalam penelitian eksperimen pada umumnya memakai metode statistik, hanya saja penggunaan statistik tergantung kepada jenis penelitian eksperimen yang dipakai.

Pada skripsi ini, peneliti memakai model eksperimen one group pretest- posttest design dimana peneliti melakukan pengukuran sebanyak dua kali yakni sebelum dan sesudah perlakuan.

Data yang terkumpul berupa nilai test pertama dan test kedua.

Tujuan peneliti adalah membandingkan dua nilai dengan mengajukan pertanyaan apakah ada perbedaan kedua nilai tersebut secara signifikan.

Pengujian perbedaan nilai hanya dilakukan terhadap rata-rata kedua nilai saja dan untuk melakukan ini digunakan teknik yang disebut uji-t (t-tes).

Menurut Sudijono (2005:144) “Mencari tentang interval skor yaitu, jarak penyebaran antara skor yang terendah sampai skor nilai tertinggi”. Adapun rumusnya adalah :

Keterangan : R : Rentang

H : Skor atau nilai yang tertinggi R = H - L

(49)

L : Skor atau nilai yang terendah

Dalam menentukan rentang skor yaitu skor terbesar dikurang skor terkecil” dalam penelitian ini memiliki rentang skor 1-4 dengan kategori kemandirian anak. Adapun interval pada penelitian ini dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:

a. Skor maksimum 4 x 9 = 36

Keterangan: skor maksimum nilai tertinggi adalah 4, jadi 4 dikalikan v dengan jumlah sub indikator keseluruhan berjumlah 9 dan hasilnya 36.

b. Skor minimum 1 x 9 = 9

Keterangan: skor minimum nilai tertingginya adalah 1, jadi dikalikan dengan jumlah sub indikator keseluruhan yang berjumlah 9 dan hasilnya 9.

c. Rentang 36 – 9 = 27

Keterangan: rentang diperoleh dari jumlah skor maksimum dikurangi jumlah sub indikator.

d. Banyak kriteria adalah 4 tingkatan (berkembang sangat baik, berkembang sesuai harapan, mulai berkembang, dan belum berkembang).

e. Panjang kelas interval 36 : 4 = 9 Tabel III.7

Klasifikasi Skor Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini No Skor Kategori Kemampuan Berbicara Anak

1 30 – 36 Berkembang Sangat Baik

2 23– 29 Berkembang Sesuai Harapan

3 16– 22 Mulai Berkembang

4 9-15 Belum Berkembang

2. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data dilakukan dengan cara membandingkan hasil rata pretest dan posttest kelompok eksperimen dengan cara menguji statistik uji-t, seperti berikut ini:

Gambar

Tabel III.1
Tabel III.2
Tabel III.5
Tabel III.6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adanya sinyal doblet pada δ H 5,60 (1H, d, J = 6,5 Hz) dan δ H 6,74 (1H, d, J =6,5 Hz) merupakan pergeseran yang khas untuk proton cis-olifinik pada cincin piran yang terikat

Pada Penulisan ilmiah ini pula, penulis akan menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 , suatu program yang berbasis windows yang mempunyai standar kelebihan dalam memandu pengguna

Variabel yang diukur adalah besar curahan tenaga kerja wanita (HKO), penerimaan usahatani bawang merah tuk-tuk (Rp), dan Kontribusi penerimaan wanita pada usahatani bawang merah

Tirta Sibayakindo adalah sebagai berikut:.. Departemen

melakukan sosialisasi tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) pada tingkatan rumah tangga guna menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian.. Pencapaian Misi MDGs – PHBS DI

PEMBERKASAN TRIWULAN III TAHUN 2016. TEMPAT

gejala-gejala ginekologi pada masa remaja yang paling sering terjadi yang dapat. mengganggu aktivitas

Bangun datar ialah bangun yang dibuat (di lukis) pada permukaan datar. Bangun bersisi empat ini disebut bangun datar karena seluruh bangun ini terletak dalam bidang