• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II. TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan tentang Pengertian Inovasi

Menurut Damanpour inovasi merupakan ide yang dimunculkan dalam suatu organisasi, dapat berupa produk, jasa, teknologi, sistem struktur dan administrasi atau rencana baru (Suwarno, 2008). Pada sebuah buku Inovasi dan Teknologi Pembelajaran (Dr. H. Sutirna, 2018) bahwa inovasi merupakan suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara, barang – barang buatan manusia, yang diamati atau dirasakan sebagai suatu yang baru bagi seorang atau kelompok orang ( masyarakat ). Sedangkan berdasarkan Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pengertian dari inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 pengertian dari inovasi terkhusus inovasi pelayananan public adalah terobosan jenis pelayanan publik baik yang merupakan gagasan/ide kreatif orisinal dan/atau adaptasi/modifikasi yang memberikan manfaat bagi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Terdapat berbagai tipe mengenai inovasi (Wahyudi, 2019) yaitu sebagai berikut :

Nama Ahli Tipe Inovasi

1. Product and Process, (Knight, 1967)

: Menurut model ini, inovasi ditekankan oleh organisasi pengadopsi di industri jasa, masing- masing: inovasi proses bertahap untuk meningkatkan efisiensi;

commit to user

(2)

inovasi proses radikal untuk meningkatkan efektivitas; dan inovasi produk radikal untuk menghasilkan layanan baru. (Barras, 1986);

2. Technical And Administrative Innovation

(Daft, 1978) :

: Inovasi administratif “melibatkan struktur organisasi dan proses administrasi” dan secara langsung terkait dengan manajemen pekerjaan;

3. Inovasi Pelayanan

(Asgher, 2018; Barrett, Davidson, Prabhu, & Vargo, 2015; Casidy, Nyadzayo, &

Mohan, 2019)

: Inovasi layanan terdiri dari kegiatan, seperti transportasi dan logistik, informasi dan layanan berbasis pengetahuan. Secara umum, layanan dicirikan oleh intangibilitas, heterogenitas, dan ketidakterpisahan 4. Design-driven Innovation

(de Goey, Hilletofth, & Eriksson, 2017) (Kembaren, Simatupang,

& Larso, 2012)

: Design-driven strategy, strategi desaindriven, aspek penting dari inovasi menyangkut keterampilan untuk memahami, mengantisipasi, dan memengaruhi munculnya makna produk dan layanan baru.

5. Open innovation

(Huang, Chen, & Liang, 2018 ; Lichtenthaler, 2011)

: Inovasi terbuka adalah paradigma yang mengasumsikan bahwa perusahaan dapat dan harus menggunakan ide -ide eksternal serta ide - ide internal, dan jalur internal dan eksternal untuk memasarkan produknya, karena commit to user

(3)

perusahaan - perusahaan berusaha untuk memajukan teknologi mereka.

6. Technologi inovasi

( Butler, 1988 ; m. li, zhang, &

Hu, 2017 ; Teece, 2010 )

: Bentuk kebaharuan yang menghancurkan struktur lama dan menciptakan yang baru, Konsep ini dengan fokus pada sektor manufaktur dan sangat didasarkan pada penelitian dan pengembangan (R&D) yang hadir dalam bentuk kecepatan proses, kemutakhiran produk dan kecepatan dalam pengiriman dan bermain dalam jumlah data yang besar

Tabel 2.1. Tipe Inovasi

Ciri – ciri inovasi berkaitan dengan pelayanan publik atau inovasi secara umum berdasarkan (Djamrut, 2015) adalah sebagai berikut :

1. Memiliki kekhasan/khusus artinya suatu inovasi memiliki ciri yang khas dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk kemungkinan hasil yang diharapkan,

2. Memiliki ciri atau unsur kebaruan, dalam arti suatu inovasi harus memiliki karakteristik sebagai sebuah karya dan buah pemikiran yang memiliki kadar orsinalitas dan kebaruan,

3. Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana, dalam arti bahwa suatu inovasi dilakukan melalui suatu proses yang yang tidak tergesa-gesa, namun keg-inovasi dipersiapkan secara matang dengan program yang jelas dan direncanakan terlebih dahulu,

commit to user

(4)

4. Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan, program inovasi yang dilakukan harus memiliki arah yang ingin dicapai, termasuk arah dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut.

Tinjauan tentang Pengertian KTP-el

Menurut Undang – Undang No 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang – Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Pasal 1 Ayat 14 bahwasanya KTP-el adalah Kartu Tanda Penduduk Elektronik dimana merupakan identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang dilengkapi dengan cip hal ini juga diperkuat pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional Pasal 1.

Elemen data perseorangan dan/atau data agregat yang termuat di KTP-el hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk berdasarkan Undang – Undang yang berlaku terdiri dari NIK, nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama, status perkawinan, golongan darah, alamat, pekerjaan, kewarganegaraan, pas foto, masa berlaku, tempat dan tanggal dikeluarkan KTP-el, dan tandatangan pemilik KTP-el yang mana kemudian seluruh data ini dapat juga disebut sebagai Data Kependudukan. Berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2009 tentang Standar Spesifikasi Perangkat Keras, Perangkat Lunak, dan Blangko Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional bahwa spesifikasi Chip Kartu Tanda Penduduk Elektronik adalah sebagai berikut :

a. Struktur Data dalam Chip meliputi:

1) Biodata penduduk wajib KTP dengan ukuran rekaman paling rendah 0,5 Kilo Bytes;

2) Tanda tangan penduduk wajib KTP dengan format digital yang dikompresi dengan ukuran rekaman paling rendah 0,5 Kilo Bytes;

3) Pas photo dengan format digital yang dikompresi dengan ukuran rekaman paling rendah 3 Kilo Bytes;commit to user

(5)

4) Kode keamanan dengan rincian:

b) Minutiae per sidik jari dengan ukuran paling rendah 0,4 Kilo Bytes dan dapat diverifikasi 1:1 dengan referensi format INCITS 378 MIN:A;

c) Format minutiae sidik jari berdasarkan standar ANSI, INCITS atau Proprietary yang sudah diuji dalam hal interoperabilitas oleh NIST;

d) Tanda tangan elektronik (Digital Signature) berdasarkan standar Elliptic Curve Digital Signature Algorithm paling rendah 256 bit atau RSA 2048 bit dan Hash Algorithm SHA-256.

b. Memori (Memory) terdiri dari beberapa hal sebagai berikut:

1) Ukuran EEPROM paling rendah 8 Kilo Bytes untuk menyimpan biodata, tanda tangan, pas photo dan minutiae sidik jari telunjuk tangan kanan dan sidik jari telunjuk tangan kiri penduduk yang bersangkutan;

2) Daya tahan penulisan memori (Write Endurance) paling rendah 100.000 kali;

3) Daya tahan penyimpanan data (Data Retention) paling singkat 10 tahun;

4) Pengaturan penyimpanan data (Data Organization) menggunakan Flexible File System.

c. Frekuensi Radio (Radio Frequency) terdiri dari beberapa hal sebagai berikut:

1) Berdasarkan standar ISO 14443 A/B;

2) Frekuensi dengan kisaran 13,56 MHz ± 7 KHz;

3) Kecepatan transfer data (Baudrate) paling rendah 100 Kilo Bit/detik;

4) Memiliki sifat frekuensi tidak bertabrakan (anti collision);

5) Jarak pengoperasian pembacaan dan penulisan (Operating Distance) paling jauh 100 mm;

6) Kekuatan medan pengoperasian (Operating Field Strength) dari 1,5 A/M sampai dengan 7,5 A/M.

commit to user

(6)

Tinjauan tentang Pemanfaatan Data Kependudukan

Menurut Undang – Undang No 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang – Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Pasal 58 Ayat 4 bahwa data kependudukan dapat dimanfaatkan sebagai berikut :

a. Pelayanan Publik

b. Perencanaan Pembangunan c. Alokasi Anggaran

d. Pembangunan Demokrasi; dan

e. Penegakan Hukum dan Pencegahan Kriminal

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 25 Tahun 2011 Peraturan Kementerian Dalam Negeri (Permendagri) tentang Pedoman Pengkajian, Pengembangan Dan Pengelolaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dinyatakan bahwa item data kependudukan terdapat biodata wni, biodata orang asing, data pencatatan sipil kelahiran, data pencatatan sipil perkawinan, data pencatatan sipil perceraian, data pencatatan sipil kematian, data pencatatan sipil pengakuan anak, data pencatatan sipil pengangkatan anak, data pencatatan sipil pengesahan anak, data pencatatan sipil perubahan status kewarganegaraan, data pencatatan sipil peristiwa penting lainnya, dan data biometrik. Direktur Fasilitasi Pemanfaatan Data dan Dokumen Kependudukan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri pada tanggal 04 Desember 2020 telah memberikan rincian data pengguna kependudukan yang terdiri dari :

1. Terdapat 51 Kementerian atau Lembaga telah menandatangani MoU;

2. Terdapat 2821 PKS pusat dan daerah yang terinci 2.123 lembaga pengguna pusat yang telah menandatangani PKS, dan 698 OPD yang telah melakukan tanda tangan PKS;

3. Terdapat 1.253 pengguna pusat teknologi ke DWH Ditjen Dukcapil dengan rincian 669 pengguna dari 183 Prov/Kab/Kota terkoneksi dengan DWH commit to user

(7)

terpusat dimana DWH yang dimaksud adalah Data Warehouse Terpusat yang didasarkna pada Pasal 32 ayat 1 dengan pengertian merupakan kumpulan data hasil konsolidasi dan pembersihan hasil pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil di kabupaten/kota mengacu pada Pasal 1 ayat 13 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 102 Tahun 2019;

4. Terdapat 991 lembaga pengguna yang telah menggunakan cardreader sejumlah 47.582 unit dimana pusat terdiri 775 lembaga, 45.672 unit cardreader dan 216 lembaga daerah, 1.910 unit cardreader.

Berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, Prof. Dr. Zudan Arif Fakrulloh, S.H., M.H., pada acara Pembukaan Asistensi Pengelolaan Database Pejabat Dukcapil Daerah di Jakarta (Prof. Dr.

Zudan Arif Fakrulloh, 2020) bahwa data kependudukan dapat dimanfaatkan sebagai berikut :

No Tipe Pemanfaatan Contoh Pemanfaatan 1 Pelayanan Publik : Izin Usaha

Pelayanan Pajak Bank

Pemberian Bantuan Sosial / Pemerintah 2 Perencanaan

Pembangunan

: Perencanaan Pendidikan Perencanaan Kesehatan

3 Alokasi Anggaran : Perencanaan Dana Alokasi Umum Alokasi Dana Khusus

Alokasi Dana Desa 4 Pembangunan

Demokrasi

: Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4) dan (DAK2)

5 Penegakan Hukum dan Pencegahan Kriminal

: Memudahakan Pelacakan Pelaku Kriminal

Tabel 2.1. Pemanfaatan Data dan Contohnya commit to user

(8)

Didukung buku tentang Teori Kependudukan (Bidarti, 2020) dijadikan sebuah contoh tentang peranan penting data kependudukan yaitu dalam kebutuhan data pemilihan umum ( pemilu ) atau pilihan kepala daerah ( Pilkada ) diperlukan data penduduk usia diatas 17 tahun. Menurut Sri Handriana Dewi Hastuti dalam jurnalnya berjudul TEKNIMEDIA (Hastuti, 2020) mengatakan bahwa Data Kependudukan digunakan untuk penyiapan Data Agrerat Kependudukan per kecamatan ( DAK2 ) dan penyiapan Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu ( DP4 ). Data yang telah disiapkan didasarkan pada setiap penduduk yang memiliki Kartu Tanda Penduduk Elekronik baik yang berusia 17 tahun lebih atau tepat sebelum hari pelaksanaan pemilihan umum genap berusia 17 tahun. Data inilah nanti yang akan digunakan sebagai Komisi Pemilihan Umum untuk menentukan DPS ( Daftar Pemilih Sementara ) yang kemudian dilakukan verifikasi ke lapangan dengan adanya Pencocokan dan Penelitian ( coklit ). Sedangkan menurut Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia No. 11 Tahun 2018 tentang Penyusunan Daftar Pemilih di Dalam Negeri Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Pasal 6 ayat (1) disebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan data kependudukan dalam bentuk:

1. Data agregat kependudukan per kecamatan sebagai bahan bagi KPU dalam menyusun daerah Pemilihan anggota DPRD kabupaten/kota; dan

2. Data penduduk potensial Pemilih Pemilu sebagai bahan bagi KPU dalam menyusun Daftar Pemilih Sementara.

Permendagri No. 61 Tahun 2015 menyatakan bahwa terdapat beberapa lembaga pengguna yang dilayani oleh Kementerian Dalam Negeri dalam hal ini dilakukan oleh Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil adalah sebagai berikut :

1. Diberikan oleh Kementerian Dalam Negeri untuk Lembaga Negara, Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian, dan Badan Hukum Indonesia yang memberikan pelayanan public di tingkat pusat.

2. Diberikan oleh Pemerintah Provinsi untuk Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi / OPD. commit to user

(9)

3. Diberikan oleh Pemerintah Kabupaten / Kota untuk Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten / Kota, Badan Hukum Indonesia yang memberikan pelayanan public yang tidak memiliki hubungan vertical dengan lembaga pengguna di tingkat pusat.

Tinjauan tentang Pemilu

Menurut Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum bahwa pemilu memiliki pengertian sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pengertian pemilu menurut buku Pengantar Hukum Pemilihan Umum (Jurdi, 2018) bahwa pemilu merupakan proses memilih orang untuk mengisi jabatan – jabatan politik tertentuk seperti presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa.

Didalam buku tersebut juga disampaikan pengertian pemilu menurut para ahli salah satunya adalah Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H., M.H., menyatakan bahwa pemilu merupakan cara yang diselenggarakan untuk memilih wakil – wakil rakyat secara demokratis. Menurut regulasi tersebut disebutkan bahwa lembaga yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri, untuk menyelenggarakan Pemilu adalah Komisi Pemilihan Umum atau disebut KPU. Pelaksanaan pemilu menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bahwa pelaksanaan pemilu mengacu pada pasal 4 bahwa pemilu dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali pada hari libur atau hari yang diliburkan. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Tahun 2018 tentang Penyusunan Daftar Pemilih di Dalam Negeri Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum menyatakan bahwa pemilih yang dimaksud dalam penyelenggaraan pemilihan umum adalah Warga Negara

commit to user

(10)

Indonesia yang sudah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih, sudah kawin atau sudah pernah kawin.

Berdasarkan regulasi tersebut BAB VIII Pasal 39 ayat (3) menyatakan bahwa Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat menggunakan hak pilihnya pada hari pemungutan suara dengan menunjukkan KTP-el.

Hak pilih merupakan hak warga negara yang dijamin oleh konstitusi yaitu hak atas kesempatan yang sama dalam hukum dan pemerintahan didasarkan pada Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat (1) yang berbunyi “Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 102/PUU- VII/2009 memberikan ketgasan bahwa hak pilih merupakan hak yang dijamin oleh konstitusi setelah adanya judicial review atas Pasal 28 dan Pasal 111 Undang – Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Pasal 25 Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik yang telah diratifikasi dengan Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Civil and Political Rights dan termuat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 119, Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 4558 yaitu :

“Setiap warga negara juga harus mempunyai hak dan kebebasan, tanpa pembedaan apapun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan tanpa pembatasan yang tidak beralasan:

1. Ikut dalam pelaksanaan urusan pemerintahan, baik secara langsung maupun melalui wakil-wakil yang dipilih secara bebas;

2. Memilih dan dipilih pada pemilihan umum berkala yang jujur, dan dengan hak pilih yang universal dan sama, serta dilakukan melalui pemungutan suara secara rahasia untuk menjamin kebebasan dalam menyatakan kemauan dari para pemilih”

3. Memperoleh akses pada pelayanan umum di negaranya atas dasar persamaan.”

commit to user

(11)

Pasal 21 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusi (DUHAM) menyatakan bahwa :

1. “Setiap orang berhak turut serta dalam pemerintahan negerinya sendiri, baik dengan langsung maupun dengan perantaraan wakil-wakil yang dipilih dengan bebas;

2. Setiap orang berhak atas kesempatan yang sama untuk diangkat dalam jabatan pemerintahan negerinya;

3. Kemauan rakyat harus menjadi dasar kekuasaan pemerintah; kemauan ini harus dinyatakan dalam pemilihan-pemilihan berkala yang jujur dan yang dilakukan menurut hak pilih yang bersifat umum dan berkesamaan, serta dengan pemungutan suara yang rahasia ataupun menurut cara-cara lain yang juga menjamin kebebasan mengeluarkan suara.”

Tinjauan tentang Verifikasi

Pengertian Verifikasi menurut (Morse, 2002) adalah proses memeriksa, mengonfirmasi, dan memastikan. Verifikasi pada pelaksanaan pemilu menurut Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 2 Tahun 2017 tentang Pemutakhiran Data dan Penyusunan Daftar Pemilih Dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan / atau Walikota dan Wakil Walikota bahwa verifikasi yang dilakukan berdasarkan Kartu Tanda Penduduk Elektronik atau Surat Keterangan. Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri, Prof. Dr.

Zudan Arif Fakrulloh, S.H.,M.H., menyatakan dalam statementnya (Asianto, 2021) bahwa ada tiga cara untuk melakukan verifikasi KTP-el yaitu :

1. Verifikasi berbasis NIK

2. Verifikasi berbasis Akses Biometrik berupa foto dan sidik jari 3. Verifikasi berbasis Cardreader

Pengembangan proses verifikasi KTP-el berdasarkan (Khamdani, 2020) dapat melalui Optical Character Regocnition (OCR) atau Pengenalan Karakter Optis dengan system melakukan ekstrasi dari gambar atau dokumen yang telah commit to user

(12)

difoto atau dipindai untuk menjadi teks. Sistem ini melakukan verifikasi antara data KTP-el yang diinputkan secara manual dengan gambar atau hasil pindai KTP-el. Hasil antara masukan dan hasil pindai akan memberikan warning jika terdapat kekeliruan data yang tidak sesuai. Berdasarkan Jurnal Informatika (Muhammad Akbar, Irman Effendy, 2017) bahwa dalam pemanfaatan KTP el terdapat beberapa metode yaitu :

(1) Off-card : Aplikasi yang dibuat dapat menggunakan KTP-el dengan membaca sektor 0, dan tidak merubah data apapun yang ada di dalamnya.

Konsekuensinya, pengembang aplikasi perlu menyiapkan sistem tersendiri untuk mengelola informasi atau mengkoneksikan data ke sistem mereka;

(2) On-card : Aplikasi yang dibuat memanfaatkan data KTP-el yang tertanam pada chip dalam jumlah tertentu, sebagai bagian dari sistem yang dikembangkan.

Sistem pembaca KTP-el juga dijelaskan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yaitu sebagai berikut :

1. Sistem Pemadanan Biometerik 1:N

Data penduduk (10 jari + 2 iris + wajah) yang telah direkam dan kemudian dikirim ke Data Center yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri yang kemudian dilakukan pencocokan dengan data penduduk Indonesia yang telah melakukan perekaman dan dinyatakan tunggal. Apabila pada saat pencocokan data biometrik penduduk yang melakukan perekaman ternyata tidak ada satupun yang sama, maka data penduduk tersebut dinyatakan tunggal, dan ditambahkan ke database biometrik penduduk Indonesia yang telah tunggal.

2. Verifikasi

Proses yang dilakukan dengan pemadanan biometrik 1:1. Terjadi pada saat penduduk setelah dinyatakan tunggal, yang kemudian akan diterbitkan KTP elektronik. Saat melakukan pengambilan seharusnya dilakukan aktivasi, yaitu pemadanan 1:1 antara jari penduduk tersebut dengan data biometrik sidik jari

commit to user

(13)

yang telah direkam dalam chip KTP-el. Hal ini digunakan untuk memastikan bahwa KTP-el diambil oleh penduduk yang bersangkutan dan sesuai, tidak dilakukan pengambilan oleh orang lain. Selain itu proses ini terjadi juga saat Perangkat Pembaca KTP-el dipakai dalam layanan publik. Sidik jari penduduk akan dicocokkan oleh Perangkat Pembaca KTP-el dengan data sidik jari yang tersimpan di dalam chip KTP elektronik.

commit to user

Gambar

Tabel 2.1. Tipe Inovasi
Tabel 2.1. Pemanfaatan Data dan Contohnya  commit to user

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Rusidi(2011:3), dalam evaluasi yang dilakukan terhadap evaluasi penggunaan situs web dengan metode usability testing pada Dinas Pertambangan, Energi Dan Lingkungan Hidup

Pembuatan Akta Kelahiran di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Melaksanakan amanah Undang-undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang perubahan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan menyatakan bahwa

Dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang administrasi kependudukan membawa

bahwa dengan ditetapkanya Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 79A Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, (Lembaran Negara

Dengan Diundangkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, dimana