• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TPS DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TPS DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TPS DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA

SISWA KELAS V

Ni Kadek Sukreni

1

., .,A. A.Gede Agung

2

I Made Citra Wibawa

3

.,

1

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan

2,3

Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitad Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: kadeksukreni19942@gmail.com,agungtps2056@gmail.com

2

,imadecitra.wibawa@undiksha.ac.id

3

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model think pair share dan konvensional. 2) Untuk mengetahui pengaruh interaksi yang signifikan antara model pembelajaran think pair share dan minat terhadap hasil belajar IPA. 3) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan pada kelompok siswa yang memiliki minat tinggi, antara yang mengikuti pembelajaran dengan model think pair share dan konvensional. 4) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan pada kelompok siswa yang memiliki minat rendah.Pembelajaran dengan model think pair share dan konvensional adalah penelitian eksperimen semu. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD di Desa Bontihing yang berjumlah 89 orang. Sedangkan sampel dari penelitian ini berjumlah 40 orang untuk kelas eksperimen dan 49 orang untuk kelas kontrol. Data hasil belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan metode tes menggunakan instrumen tes pilihan ganda, sedangkan tingkat minat belajar siswa dikumpulkan dengan metode non-tes menggunakan instrumen kuisioner minat belajar.Pembelajaran dengan model think pair share dan konvensional adalah penelitian eksperimen semu. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD di Desa Bontihing yang berjumlah 89 orang. Sedangkan sampel dari penelitian ini berjumlah 40 orang untuk kelas eksperimen dan 49 orang untuk kelas kontrol. Data hasil belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan metode tes menggunakan instrumen tes pilihan ganda, sedangkan tingkat minat belajar siswa dikumpulkan dengan metode non-tes menggunakan instrumen kuisioner minat belajar.

Kata–kata kunci: think pair share, minat belajar, hasil belajar

ABSTRACT

The purpose of this study is1) To know the difference of science learning outcomes are significant between groups of students who follow the learning with the model of think pair share and conventional. 2) To know the effect of significant interaction between thinking pair share model and interest to science learning outcomes. 3) To know the difference of science learning outcomes that are significant in the group of students who have high interest, among which follow the learning with the model of think pair share and conventional. 4) To know the difference of science learning outcomes that are significant in the group of students who have low interest. Learning with the think pair share and

(2)

2

conventional model is a quasi-experimental research. The population of this study are all students of grade V of SD in Bontihing Village, amounting to 89 people. While the sample of this study amounted to 40 people for the experimental class and 49 people for the control class. Student learning result data was collected by using test method using multiple choice test instrument, while student interest level was collected by non-test method using questionnaire interest learning instrument. Learning with the think pair share and conventional model is a quasi-experimental research. The population of this study are all students of grade V of SD in Bontihing Village, amounting to 89 people.

While the sample of this study amounted to 40 people for the experimental class and 49 people for the control class. Student learning result data was collected by using test method using multiple choice test instrument, while student interest level was collected by non-test method using questionnaire interest learning instrument.

Keywords: think pair share, interest in learning, learning outcomes

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan dapat diartikan pula sebagai kegiatan seseorang dalam membimbing dan memimpin anak menuju ke pertumbuhan dan perkembangan secara optimal agar dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab.

Pendidikan berkaitan erat dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkembangan manusia mulai perkembangan fisik, kesehatan keterampilan, pikiran, perasaan, dan kemauan sosial.

Perkembangan tersebut nantinya digunakan sebagai persiapan untuk mengantisipasi perkembangan yang terjadi pada masa masa depan. Hal ini sejalan dengan orientasi dari pendidikan itu sendiri.

Pendidikan idealnya tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipaasi dan membicarakan masa depan agar sejalan dengan situasi masyarakat yang selalu berubah. Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Fungsi tersebut sudah sangat jelas tercantum di dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pendidikan yang sesuai dan berkualitas adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang didukung oleh proses pembelajaran yang efektif, peserta didik cepat memahami apa yang diajarkan, pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas guru, pengadaan sarana dan prasarana yang lengkap pada masing-masing sekolah.

Berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Fungsi tersebut sudah sangat jelas tercantum di dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. sesuai dan berkualitas adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang didukung oleh proses pembelajaran yang efektif, peserta didik cepat memahami apa yang diajarkan, pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas guru, pengadaan sarana dan prasarana

(3)

3 yang lengkap pada masing-masing sekolah.

Rendahnya kualitas pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Rendahnya kualitas pendidikan pada jenjang formal maupun informal terjadi pada lima mata pelajaran yang diutamakan khususnya pada jenjang SD. Rendahnya kualitas pendidikan pada kelima mata pelajaran tersebut harus segera dicarikan jalan keluarnya. Terutama rendahnya kualitas pendidikan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dan selalu diberikan pada setiap jenjang pendidikan tersebut. Akan tetapi, pembelajaran IPA di SD, hingga dewasa ini sering melupakan dimensi proses yang ada.

Pembelajaran dilakukan lebih mengutamakan dimensi produk yang berupa hasil pada buku saja.

Padahal, pada IPA dimensi proses yang merupakan proses mendapatkan IPA itu sangatlah penting. Siswa SD tidak diajarkan bagaimana membuat penelitian yang lengkap tetapi mulai diperkenalkan secara bertahap, misalnya melakukan pengamatan secara cermat kemudian melaporkan hasil pengamatannya kepada teman sekelasnya. Berkaitan dengan proses pembelajaran IPA, berdasarkan hasil wawancara dan pencatatan dokumen yang dilakukan pada tanggal 16 Januari 2017 di kelas V SD di Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan mengenai hasil belajar IPA masih belum optimal.

Berdasarkan hasil observasi 17 Januari 2017 terungkap beberapa permasalahan yang teridentifikasi menyebabkan

rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas V SD di desa Bontihing. Salah satu masalah yang dihadapi adalah masalah lemahnya pelaksanaan proses pembelajaran IPA yang diterapkan guru. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru masih dilakukan secara konvensional. Para guru belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara aktif dan kreatif dalam melibatkan siswa.

Pembelajaran IPA masih didominasi metode ceramah dan pemberian tugas. Proses pembelajaran yang dilakukan selama ini kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, otak siswa dipaksa hanya untuk mengingat dan menimbun informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh untuk menghubungkannya dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, dalam proses pembelajaran kebanyakan guru hanya terpaku pada buku teks sebagai satu-satunya sumber belaja r mengajar. Kebanyakan guru tidak melakukan kegiatan pembelajaran yang memperhatikan dimensi dari IPA dan tinggi rendahnya minat belajar yang dimiliki oleh siswa.

Dimensi dari IPA yang dimaksud yaitu IPA sebagai produk dan proses.

Think Pair Share menurut Kurniasih dan Sani (2015: 58) mengungkapkan bahwa “Think pair share adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi”.

Sedangkan Thobroni (2015:245) berpendapat : “Berpikir berpasangan berbagi (Think Pair Share) merupakan metode yang dimaksudkan sebagai alternative terhadap metode tradisional yang diterapkan di kelas”. Kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan

(4)

4 bahwa berpikir berpasangan berbagi (Think Pair Share) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi yang dimaksudkan sebagai alternative terhadap metode tradisional yang diterapkan di kelas.

Menurut Kurniasih dan Sani (2015 : 58) terdapat banyak kelebihan dari model pembelajaran think pair share ini, antaranya : (1) Model ini dengan sendirinya memberikan kesempatan yang banyak kepada siswa untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. (2) Dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. (3) Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing. (4) Lebih

mudah dan cepat membentuk kelompoknya. (5) Antara sesama siswa dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk diskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.

Berdasarkan permasalahan hasil belajar siswa kelas V SD di desa Bontihing tersebut khususnya pada pelajaran IPA, maka akan dilakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017

Gugus VII Kecamatan

Kubutambahan Kabupaten Buleleng”

METODE

Penelitian yang dilaksanakan ini termasuk jenis penelitian eksperimen Lebih tepatnya lagi penelitian yang dilakukan ini berupa eksperimen semu (quasi experiment) karena tidak semua variabel (gejala yang muncul) dan kondisi

eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat.

. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah sekolah dasar di Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng pada rentangan waktu semester II (genap) pada tahun ajaran 2016/2017 dan berlangsung selama satu bulan (10 × pertemuan).

Populasi adalah keseluruhan objek dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah siswa Kelas V semester genap sekolah dasar di Desa Bontihing. Sekolah dasar di desa Bontihing berjumlah empat sekolah yaitu SD N. 1, 2, 3, dan 4 Bontihing. Jumlah siswa kelas V pada setiap sekolah berbeda-beda.

sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel. Penentuan jumlah sampel dengan teknik sampling jenuh yaitu seluruh siswa kelas V SD di desa Bontihing digunakan sebagai sampel.

Sedangkan untuk

menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam penelitian ini menggunakan random sampling.

Penarikan sampel dengan teknik random sampling ini digunakan untuk menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Semua kelas V SD Negeri 1, 2, 3 dan 4 di desa Bontihing memiliki peluang yang sama dalam pengundian agar dapat ditentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hasil randomisasi dengan menggunakan random sampling menunjukkan bahwa siswa kelas V di SD N. 1 dan 2 Bontihing terpilih menjadi kelas eksperimen, sedangkan SD N. 3 dan 4 Bontihing terpilih menjadi kelas kontrol. Dalam proses pengundian tersebut diperoleh kelas eksperimen yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran think pair share. Selain itu, diperoleh kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

(5)

5 Selanjutnya, masing-masing kelas dipilah kembali menjadi 2, yaitu kelompok siswa yang memiliki minat tinggi dan kelompok siswa yang memiliki minat rendah.

Penentuan kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan minat belajar rendah dapat diketahui dari hasil kuesioner minat belajar yang diberikan. Kemudian skor yang diperoleh siswa diurutkan dari skor tinggi sampai skor terendah, dari skor yang diperoleh

kemudian di rangking. Sebanyak 27% kelompok atas dinyatakan sebagai kelompok yang memilki minat belajar tinggi sedangkan 27%

kelompok bawah dinyatakan sebagai kelompok yang memiliki minat belajar rendah. Pengambilan kelompok yang memiliki minat belajar tinggi dan minat belajar rendah 27% hanya digunakan untuk membedakan dua

kelompok yang dikontraskan.

Metode mengumpulkan data mengenai minat digunakan metode non-tes dengan instrumen pengumpulan data berupa kuesioner minat belajar. Kuesioner ini berisi pernyataan-pernyataaan yang terdiri dari 25 butir pernyataan dan dalam proses pengisian siswa hanya menjawab dengan mengisi tanda checklist (√) pada jawaban yang telah tersedia yang dianggap benar atau sesuai dengan pilihan siswa.

Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner skala lima, dimana dalam kuesioner ini disediakan lima alternatif belajar, yaitu sangat sering (SS), sering (S), cukup sering (CS), jarang (J), dan tidak pernah (TP).

Selanjutnya, skor yang diperoleh siswa berdasarkan jawaban yang dipilih adalah jika siswa mejawab tidak pernah, maka skor yang didapatkan yaitu 1, sehingga skor yang didapatkan oleh siswa bergerak anatara 1 sampai 5.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu statistik deskriptif dimana data dianalisis dengan menghitung nilai rata- rata,modus, median, standar deviasi,varian, skor maksimum, dan skor minimum. Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk grafik poligon. Sedangkan teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan Analisis Varian (Anava) Dua Jalur (Anava-AB), sebelum melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud adalah yitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) kedua data yang dianalisis harus bersifat homogeny. Agar persyaratan tersebut terpenuhi, maka dilakukan uji prasyarat analisis dengan melakukan uji normalitas, dan uji homogenitas.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi data hasil belajar kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol disajikan pada table .

(6)

6 Tabel 1

Rekapitulasi Hasil Perhitungan Nilai Hasil Belajar IPA

Data Statistik A1 A2 A1B1 A1B2 A2B1 A2B2

Mean 74,70 70,38 79,39 70,00 70,51 70,26 Standar Deviasi 7,32 6,55 4,67 6,50 7,31 6,00 Varians 53,61 42,96 21,82 42,22 53,42 36,04

Skor Maksimal 83,33 83,33 83,33 83,33 83,33 80,00

Skor Minimal 63,33 60,00 70,00 63,33 60,00 60,00 Rentangan 20,00 23,33 13,33 20,00 23,33 20,00 Untuk mengetahui kecenderungan

klasifikasi data hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran think pair share dengan menghitung mean ideal ( )

dan standar deviasi ideal ( ). =

½ × (skor maksimal + skor minimal) dan = 1/6 × (skor maksimal – skor minimal). dapat diringkas sepert

Gambar 1.

Gambar 1.Histogram Frekuensi dan Polygon Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Think Pair Share.

Untuk mengetahui

kecenderungan klasifikasi data hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional dengan menghitung mean ideal ( ) dan standar deviasi ideal ( ). =

½ × (skor maksimal + skor minimal) dan = 1/6 × (skor maksimal – skor minimal).

dapat diringkas seperti Gambar 2.

Gambar 2.Histogram Frekuensi dan Polygon Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Konvensional.

Sebelum dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan formula Anava dua jalur, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat. Uji Prasyarat tersebut adalah uji normalitas dan uji homogenitas.

(7)

7 Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan melalui metode statistik dengan menggunakan formula Anava dua jalur. Selanjutnya bila diketahui ada interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar siswa terhadap hasil belajar IPA siswa, maka dilanjutkan dengan uji t- Scheffe untuk mengetahui efek interaksi mana yang lebih baik.

PEMBAHASAN HASILPENELITIAN Pemahasa hasil penelitian menyangkut tentang minat dan hasil belajar IPA pada kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran think pair share dan kelompok siswa yag mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Model pembelajaran think pair share yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional yang diterapkan pada kelompok kontrol dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda pada minat dan hasil belajar IPA siswa.pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Model pembelajaran think pair share yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional yang diterapkan pada kelompok kontrol dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda pada minat dan hasil belajar IPA siswa. Dari hasil uji hipotesis pertama telah dilakukan terhadap data yang diperoleh dalam penelitian. Maka ditemukan hasil yang menunjukkan adanya pengaruh dari model pembelajaran think pair share terhadap hasil belajar IPA siswa.

Besarnya koefisien Anava F (A) yaitu 5,689 yang signifikan.

Selanjutnya, terbukti bahwa besaran skor rata-rata hasil belajar IPA kelompok siswa yang mengikuti

model pembelajaran think pair share (A1) yaitu sebesar 74,77 yang lebih besar daripada rata-rata hasil belajar IPA kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional (A2) yaitu sebesar 70,27.

Hasil di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan dengan mempertimbangkan variabel moderator minat belajar, hasil belajar IPA kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran think pair share lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar IPA kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Temuan ini membuktikan bahwa model pembelajaran think pair share dalam pembelajaran IPA pada kelas eksperimen siswa kelas V SD Negeri 1 dan 2 Bontihing berjalan lebih efektif dibandingkan dengan kelas kontrol siswa kelas V SD Negeri 3 dan 4 Bontihing. Model pembelajaran think pair share pada kelas eksperimen mampu membantu siswa dalam mengembangkan atau memperbanyak penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa karena siswa dilibatkan dalam penemuan ilmu pengetahuannya.

Hal berbeda diperoleh pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

Pembelajaran konvensional lebih cenderung menempatkan siswa sebagai objek belajar yang hanya berperan sebagai penerima informasi pasif dalam kegiatan pembelajaran. Hasil tersebut menunjukkan bahwa, untuk siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang mengikuti pebelajaran IPA dengan model think pair share lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran IPA dengan model konvensional.

Hasil uji hipotesis yang ketiga menguji ada tidaknya perbedaan

(8)

8 hasil belajar IPA pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi, antara kelompok yang mengikuti pembelajaran dengan model think pair share dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Hasil uji hipotesis yang keempat menguji ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPA pada siswa yang memiliki minat belajar rendah, antara kelompok yang mengikuti pembelajaran dengan model think pair share dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa yang memiliki minat belajar tinggi.

Hal tersebut sesuai dengan teori model pembelajaran think pair share. Pembelajaran think pair share memiliki makna bahwa siswa sebagai subjek dalam proses pembelajaran. Siswa memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Selain teori-teori tersebut, hasil yang diperoleh pada penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang berkaitan dengan model pembelajaran think pair share yang telah dilakukan sebelumnya. Model pembelajaran think pair share yang diterapkan pada penelitian yang dilakukan oleh Ni Kadek Susi Oktapiani (2016) ternyata dapat meningkatkan hasil belajar dan persentase ketuntasan belajar IPA siswa. Sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh dan dukungan dari teori yang ada beserta hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, maka model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa.

PENUTUP

Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan dari data yang diperoleh pada bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut.

Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model think pair share dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Hal itu dapat dilihat dari rata-rata nilai hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model think pair share lebih tinggi daripada kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional, yaitu A1

= 74,70 dan A2 = 70,38. Terdapat interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan minat terhadap belajar IPA siswa. Pada kelompok siswa yang memiliki minat tinggi, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model think pair share dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional.

kelompok siswa yang memiliki minat rendah, tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model think pair share dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional.

DAFTAR RUJUKAN

Abimanyu, Soli, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta:

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Agung, A. A. Gede. 2014.

Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Jurusan Pendidikan Guru Sekolah

(9)

9 Dasar, FIP Undiksha Singaraja.

Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan.

Jakarta: Bumi

Arikunto.2013.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Koyan, I Wayan. 2009. Statistik Dasar dan Lanjut (Teknik Analisis Data Kuantitatif).

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

---, 2012. Statistik Pendidikan (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha Press.

Kurniasih, Imas dan Sani, Berlin.

2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Jakarta : Kata Pena.

Lapono, Nabisi. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD.

Bandung: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Roestiyah, N. K. 2001. Stategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangannya. Jakarta:

Kharisma Putra Utama.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha.

Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar

& Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Kharisma Putra Utama.

Trianto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Thobroni,M. 2015.Belajar &

Pembelajaran Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. jakarta:

Sinar Grafika.

Referensi

Dokumen terkait

Aktivitas pada kelompok biaya kegagalan internal yang diidentifikasi dari 25 perusahaan yang terdaftar di indeks SRI KEHATI adalah pengolahan limbah (yang paling

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok. Pertimbangan untuk nasihat lain •

2.8.4 Teknik Mencuci Tangan yang Baik dan Benar serta Penggunaan Sabun Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka mencuci tangan haruslah dengan air bersih yang

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru, siswa, dan proses pembelajaran apresiasi puisi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Jatisrono, Kabupaten Wonogiri kelas XI tahun

Hasil penelitian selanjutnya (Santoso dkk ., 2003) menunjukkan bahwa fraksi asam humat dari tanah gambut dapat dijadikan sebagai sensitizer pada fotoreduksi Cr(VI) menjadi

Sedangkan Angket digunakan sebagai alat ukur untuk menentukan kelayakan produk dalam mengembangan media pembelajaran yang diperoleh dari hasil penilaian para ahli yang

institusi hukum dan profesi hukum, Pembangunan yang komprehensif harus memperhatikan hak-hak azasi manusia, keduanya tidak dalam posisi yang berlawanan, dan dengan

Keju proses berbeda dengan keju-keju kategori lainnya karena keju ini tidak diproduksi langsung dari susu segar tetapi dibuat dari keju yang sudah