Pengembangan Stasiun Kereta Api Bandung Berbasis Transit Oriented Development dengan Pendekatan
Building Energy Efficient
Yaasmiin Lathiifahningasih
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Itenas, Bandung Email: [email protected]
ABSTRAK
Stasiun Kereta Api merupakan salah satu sarana transportasi di Kota Bandung. Terkait misi transportasi kota Bandung yang berbasis Transit Oriented Development, dalam rangka mengurangi mobiltas penduduk antar kawasan ataupun antar kota yaitu dengan mengintegrasikan dan mendekatkan sistem transportasi kota, kawasan permukiman, sentra bisnis, dan pusat kegiatan masyarakat sehinga tercipta sebuah kota yang efisien. Penerapan desain berbasis Transit Oriented Development mengambil pendekatan desain terkait Building Energy Efficient yang optimalkan pencahayaan dan penghawaan alami, berkaitan dengan kenyamanan pengguna serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Memanfaatkan ilmu building physics, rancangan pasif melalui konsep desain yang memanfaatkan energi matahari dan kondisi iklim secara pasif. Upaya menyilang sirkulasi udara dan memasukkan sinar matahari tidak langsung adalah sebagian dari penerapan rancangan pasif. Sehingga dalam hal ini penulis mempertimbangan dengan memanfaatkan ilmu fisika bangunan, pemakaian energi listrik pada bangunan yang kita rancang akan lebih efisien. Hal itu akan membuat bangunan kita menjadi ramah lingkungan, karena mampu memanfaatkan energi listrik secara optimal. Penghematan energi listrik, otomatis menjadikan biaya operasional gedung menjadi lebih murah dan terjangkau. Hal itu dikarenakan bangunan dirancang dapat optimal memanfaatkan sumber energi yang disediakan oleh alam.
Kata kunci: Stasiun Kereta Api Bandung, Transit Oriented Development, Building Energy Efficient, pencahayaan alami, penghawaan alami.
ABSTRACT
Railway Station is one of the public transportation in Bandung. Related to Bandung transportation mission based on Transit Oriented Development in order to reduce the mobility of residents between regions or between cities by integrating and approaching city transportation system, residential area, business center, and community activity center so that created an efficient city. According to Transit Oriented Development takes a design approach related to Building Energy Efficient towards natural lighting optimization and exploitation, relating to user comfort and reduce negative impact on the environment. Utilizing the science of building physics, passive design through a design concept that utilizes solar energy and climatic conditions passively. The attempt to cross the air circulation and incorporate indirect sunlight is part of the application of passive design. So in this case the authors consider using building physics, it makes when we use electrical energy in buildings more efficient. So our building be more environmentally friendly, because it can utilize electrical energy optimally. Saving electricity energy, automatically makes the operational cost of the building becomes cheaper and affordable. Because design of the building optimally utilize the energy source provided by nature.
Keywords: Bandung Train Station, Transit Oriented Development, Building Energy Efficient, natural lighting, natural air.
1. PENDAHULUAN
Building Energy Efficient merupakan salah satu aspek dari green building, dimana topik dari green building ini banyak diangkat sejak beberapa tahun lalu. Secara umum, Building Energy Efficient merupakan perencanaan bangunan dengan desain yang mengarah terhadap optimasi pencahayaan dan penghawaan alami serta pemilihan material yang tepat, yang berkaitan dengan kenyamanan pengguna dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan . Khususnya yang berkaitan dengan kelestarian alam, kesehatan, dan juga sosial. Berkaitan juga dengan rencana pengembangan sarana transportasi di Kota Bandung yang berbasis Transit Oriented Development. Dimana salah satu prinsip dalam urban desain terkait Transit Oriented Devlopment yaitu melestarikan ekologi dan menciptakan ruang terbuka berkualitas tinggi serta menjadikan ruang publik sebagai fokus orientasi bangunan. Juga terkait dengan misi pemerintah kota Bandung mengenai Bandung Urban Mobility Project yaitu pemanfaatan teknologi transportasi yang efisien dan ramah lingkungan. Selain itu yang menjadi pertimbangan dalam desain Transit Oriented Development adalah desain yang ramah untuk pejalan kaki dengan menyediakan akses langsung yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki menuju stasiun transit. (Lihat Diagram 1)
Diagram 1. Keterkaitan Tema Terhadap Judul
2. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANGAN
2.1 Literatur
1. Pengoptimalan Cahaya Matahari
Terdapat berbagai macam tipe peneduh pada eksterior bangunan yang dapat digunakan. Tipe- tipe peneduh ini sangat efektif sebagai alat penghalang matahari dan memiliki efek terhadap estetika bangunan. Macam-macam tipe peneduh yaitu overhang (panel horizontal, louvers horizontal pada bidang horizontal, louvers horizontal pada bidang vertikal, panel vertikal) ; strip (vertikal, vertikal miring); dan eggcrate. [1]
Gambar ini menjelaskan bahwa tanaman dapat menjadi peneduh dari sinar matahari (Lihat Gambar 1)
Gambar 1. Tanaman Rambat dapat Menjadi Peneduh dari Sinar Matahari yang Sangat Efektif.
(sumber : Buku Heating, Cooling, Lighting Metode Desain untuk Arsitektur, 2007)
2. Pengoptimalan Aliran Udara
Perhitungan luas bukaan udara masuk (inlet) pada fasad suatu ruang yaitu (1) Berdasarkan luas dinding fasad ruang ; 40% s/d 80% luas dinding. (2) Berdasarkan luas ruang ; 20% luas ruang.
(Lihat Gambar 2 , Gambar 3, Gambar 4, Gambar 5)
(3) Windward/muka angin terjadi di zona positive pressure dimana terjadi tiupan, sedangkan leeward/bayangan angin terjadi di zona negative pressure dimana terjadi hisapan. (4) Eddy/
olahan terjadi baik di windward dan leeward, dengan kecepatan gerak yang menurun. Dimensi olakan tergantung dimensi penghalang. [2]
Bila angin adalah potensi, inlet diletakan di windward dimana pergerakan udara yang terjadi dapat optimal masuk ke dalam bangunan, sedangkan outlet diletakan di leeward dimana udara keluar lebih signifikan dibandingkan udara masuk.[2]
Arah gerak udara dan lokasi eddy berdasarkan jarak vegetasi terhadap bangunan (1) Jarak 1,5 m (kondisi baik). (2) Jarak 3 m (kondisi lebih baik). (3) Jarak 9 m (kondisi terbaik). Untuk
Zona Positive Pressure dan Negative Pressure (Tampilan Denah) (sumber : Buku Fisika Bangunan 1, 2015)
Eddy/ Olakan Pada Pergerakan Udara (Tampilan Denah)
(sumber : Buku Fisika Bangunan 1, 2015)
Windward/ Muka Angin dan Leeward/
Bayangan Angin di Luar Bangunan (sumber : Buku Fisika Bangunan 1, 2015)
Eddy/ Olakan Pada Pergerakan Udara (Tampilan Potongan)
(sumber : Buku Fisika Bangunan 1, 2015)
a. Pyramidal b. Full-crowned c. Vase
d. Fountain e. Spreading f. Layering g. Columnar h. Weeping
Gambar 5.
Gambar 4.
Gambar 3.
Gambar 2.
Gambar 6. Bentuk Kanopi Pohon (sumber : Buku Fisika Bangunan 1, 2015)
Gambar 7. Arah Gerak Udara dan Eddy oleh Vegetasi pada Site dan Bangunan (sumber : Buku Fisika Bangunan 1, 2015)
mendukung perolehan kenyamanan termal, pilih vegetasi yang tepat dan atur jaraknya terhadap bangunan agar diperoleh arah pergerakan udara dan eddy yang diperlukan. (Lihat Gambar 6, Gambar 7) [2]
Untuk mendukung perolehan kenyamanan termal, alokasikan massa pada windward atau leeward terkait apakah angin menjadi potensi atau kendala pada site.
2.2 Konsep Desain
Konsep desain yang dipilih berkaitan dengan tema yang dingkat yaitu Building Physics. Dimana tema ini menjelaskan desain yang dirancang akan berkaitan dengan pencahayaan dan penghawaan alami.
(Lihat Diagram 2) Berikut ini penjelasan keterkaitan tema terhadap judul : Tabel 1. Keterkaitan Tema Terhadap Judul
Diagram 2. Keterkaitan Tema Terhadap Judul
2.3 Konsep Gubahan Masa
Konsep awal gubahan massa yang akan digunakan adalah analogi dari bentukan dan fungsi dari bangunan kincir angin, kincir angin itu sendiri merupakan sebuah alat yang meliputi baling-baling dimana baling-baling kincir angin akan berputar dan bergerak ketika ada energi angin yang mendorongnya. (Lihat Gambar 8)
Gambar 8. Konsep Gubahan Masa
OLAKAN ANGIN
Salah satu dasar dari aspek desain building energy efficient yaitu pemanfaatan energi angin dimana angin memiliki pergerakan. Sehingga konsep bentuk desain yang diterapkan yaitu sesuai dengan arah pergerakan angin pada bangunan yang di analogikan ke dalam bentuk kincir angin yang bergerak.
Sesuai dengan orientasi Transit Oriented Development yang mengatur seluruh pergerakan manusia dalam satu pusat kawasan yang terdiri dari banyak fungsi. Sehingga poros pada kincir angin dianalogikan ke dalam bentuk bangunan yang menjadi vocal point sebagai pusat dari kegiatan stasiun kereta api yaitu area main entrance, pelayanan, serta ruang tunggu keberangkatan.
2.4 Konsep Zoning
Konsep zoning pada site terbagi menjadi stasiun utara dan selatan. Pada stasiun utara terdapat 2 bangunan parkir yang direncanakan sebagai area parkir mobil dan motor. Terdapat skybridge yang menghubungkan akses jalan utama terhadap bangunan stasiun sehingga perencanaan desain yang berbasis Transit Oriented Development yaitu pedestrian friendly dapat diterapkan ke dalam desain.
(Lihat Gambar 9)
2.5 Konsep Pengolahan Fasad
Pengolahan desain fasad tidak lepas dari pengaruh pencahayaan serta penghawaan alami. Pengaruh desain yaitu penggunaan bukaan udara dengan desain louvers / kisi-kisi dan bukaan udara yang memperhatikan arah sirkulasi angin. Selain itu bukaan cahaya yang mempertimbangkan arah matahari dari timur ke barat. (Lihat Gambar 10)
Gambar 9. Konsep Zoning pada Site
Gambar 10. Konsep Pengolahan Fasad Bangunan
3. HASIL RANCANGAN
3.1 Penerapan Rancangan Terhadap Site
Penataan site plan dan sirkulasi pada bangunan adalah sebagai berikut.
Konsep zonasi pada site dibagi menjadi 4 zona, yaitu zona publik, zona semi publik, zona privat dan zona servis. (1) Zona publik merupakan zona yang dapat diakses oleh siapapun, baik pengunjung, pengelola, tamu dan juga pejalan kaki yang berjalan di pedestrian depan tapak, dirancang dengan pedestrian dan taman-taman sebagai barrier dari Jalan dan bangunan Stasiun Kereta Api. (2) Zona semi publik merupakan zona yang dapat diakses oleh pengelola, dirancang dengan baik ruang terbuka maupun dalam bangunan. (3) Zona privat merupakan zona yang diakses oleh pihak yang bekerja di dalam Stasiun kereta Api baik kepala stasiun, wakit kepala stasiun,dsb. (4) Zona servis merupakan zona yang dapat diakses oleh penghuni dan pengelola, dirancang dengan jalan primer untuk mengakses pemukiman dibelakang site dan juga dirancang untuk penempatan Service dan elektrikal pada zona tersebut. (5) Kawasan pada bangunan Stasiun Bandung Utara berintegrasi dengan Stasiun Bandung Selatan dan bangunan disekitar yang telah direncanakan dalam rencana pengembangan kawasan yang berbasis Transit Oriented Development. (Lihat Gambar 11)
Dengan adanya open space pada area taman mencerminkan integrasi adanya hubungan yang dapat menyatukan konsep dari bangunan berbasis Transit Oriented Development yang menjadikan adanya suatu pusat kegiatan. Dilengkapi adanya Sky Walk dan Sky Bridge sebagai penghubung antara Stasiun Selatan dengan Stasiun Utara, menjadikan desain rancangan yang ramah terhadap pejalan kaki. (Lihat Gambar 12)
Gambar 11. Blok Plan pada Site
Gambar 12. Desain Bangunan terkait Sekitar Office & Retail
Retail Hotel
Retail
Stasiun Bandung Selatan
Sky Bridge
Open Space
A. Masuk Servis B. Keluar Site Mobil C. Masuk Site Mobil D. Masuk & Keluar
Motor
E. Bangunan Parkir Motor
F. Parkir Mobil G. Open Space H. Parkir Taksi I. Sky Bridge J. Bangunan Parkir
Mobil
K. Drop Off L. Bangunan Utama M. Drop Off Servis N. Sky Bridge
O. Jalur Langsiran Kereta P. Pengembangan Kantor
& Retail
Q. Pengembangan Retail R. Pengembangan Hotel S. Pengembangan Retail
Konsep bentuk bangunan di analogikan ke dalam bentuk kincir angin dimana kincir angin merupakan alat yang memiliki baling-baling, dimana baling-baling tersebut akan bergerak pada suatu pusat/poros yang bergerak dengan adanya energi angin yang menggerakannya. (Lihat Gambar 13) Hal ini terkait kedalam dasar dari aspek desain Building Energy Efficient yaitu pemanfaatan energi angin dimana angin memiliki pergerakan. Sehingga konsep bentuk desain yang diterapkan yaitu sesuai dengan arah pergerakan angin pada bangunan yang di analogikan ke dalam bentuk kincir angin yang bergerak.
Terkait pula dengan orientasi Transit Oriented Development yang mengatur seluruh pergerakan manusia di dalam satu pusat kawasan dimana yang menjadi pusat kegiatan tersebut adalah Stasiun Kereta Api.
3.2 Konsep Ruang Dalam
1. Zona lantai satu yang merupakan zona ruang publik untuk kedatangan maupun keberangkatan penumpang yang dilengkapi area komersil seperti retail barang dan makanan. (Lihat Gambar 14)
2. Zona lantai 2 difungsikan sebagai area keberangkatan, kantor, dan penghubung menuju ke area skybridge. (Lihat Gambar 15)
Gambar 13. Penerapan Konsep Bentuk Kincir Angin
Gambar 14. Denah Lantai 1 Stasiun Utara
Gambar 15. Denah Lantai 2 Utara
Area Keberangkatan
Area Kedatangan & Area Komersil
Area Privat Kantor Area Servis
Area Keberangkatan
Area Kedatangan & Area Komersil Area Privat Kantor
Area Servis
3. Zona area sky bridge terbagi menjadi 2 zona yaitu keberangkatan dan kedatangan. Hal ini bertujuan agar tidak adanya cross circulation antar penumpang. (Lihat Gambar 16)
3.3 Rancangan Fasad
Rancangan fasad pada desain Stasiun Bandung banyak menggunakan kisi–kisi sebagai elemen fasadnya. Agar dapat memudahkan sirkulasi angin yang masuk ke dalam bangunan. (Lihat Gambar 17) Selain itu, penggunaan struktur atap yang menggunakan struktur atap space beam dan truss, dengan memainkan elevasi pada penggunaan struktur atap truss agar hawa panas di dalam bangunan dapat dengan mudah keluar. (Lihat Gambar 18)
3.4 Rancangan Struktur
Struktur utama seperti kolom, pondasi dan balok menggunakan struktur beton komposit dan penggunaan pondasi sumuran, dengan penggunaan struktur atap bentang lebar space beam pada area keberangkatan dan flat truss pada area sky bridge. (Lihat Gambar 19 dan Gambar 20)
Area Keberangkatan
Area Kedatangan & Area Komersil
Gambar 16. Denah Sky Bridge
Gambar 17. Detail Fasad Gambar 18. Detail Atap
Gambar 20. Aksonometri Struktur Sky Bridge Gambar 19. Aksonometri Struktur Stasiun Utara
3.5 Rancangan Interior
Pada area loby pintu masuk stasiun utara terdapat taman indoor. Hal ini dikaitkan dengan prinsip dalam urban desain terkait transit oriented devlopment yaitu melestarikan ekologi dan menciptakan ruang terbuka berkualitas tinggi serta menjadikan ruang publik sebagai fokus orientasi bangunan. Juga terkait dengan misi pemerintah kota bandung mengenai bandung urban mobility project yaitu pemanfaatan teknologi transportasi yang efisien dan ramah lingkungan yang dicerminkan dengan adanya taman indoor di dalam bangunan. (Lihat Gambar 21, Gambar 22, Gambar 23)
Rancangan fasad pada area sky bridge mengadaptasi dari konsep pergerakan angin dimana banyak terdapat kisi-kisi sebagai bukaan untuk memudahkan jalur sirkulasi angin.
3.6 Hasil Uji Software
1. Software Auto Desk Flow Design
Pengujian software ini dilakukan untuk mengetahui kecepatan angin yang terjadi di dalam bangunan. (Lihat Gambar 24)
Dari hasil pengujian software diketahui kecepatan angin yang terjadi di dalam bangunan rata-rata sebesar 8-10 m/s. Hal ini sesuai dengan standar kecepatan angin yang nyaman apabila diterima oleh manusia yaitu berkisar 2-10 m/s. (Lihat Gambar 25)
Gambar 21. Perspektif Interior – Lobby
Gambar 22. Perspektif Interior – Sky Bridge
Gambar 23. Perspektif Interior – Peron
Gambar 24. Uji Software Autodesk Flow Design
Selain itu, terkait penempatan zoning area komersil diletakan yang searah area muka angin dikarenakan area komersil bersifat open plan sehingga dapat memudahkan jalur sirkulasi angin ke dalam bangunan. (Lihat Gambar 26)
2. Hasil uji software Ecotect
Pengujian software ini dilakukan untuk mengetahui rata-rata penerimaan cahaya matahari ke dalam bangunan.
Rata-rata penerimaan cahaya matahari ke dalam bangunan pada lantai dasar sebesar 582 lux.
Sehingga dapat mengurangi penggunaan lampu disiang hari secara efisien. (Lihat Gambar 27) Penerimaan cahaya matahari pada area ruang tunggu sebesar 400-500 lux, pada area komersil sebesar 500 lux. Tetapi pada area servis seperti toilet cukup gelap hanya 200 lux. Pada area taman indoor cahaya matahari cukup optimal masuk ke area lantai satu yaitu sebesar 700 lux. (Lihat Gambar 28)
Pada area sky bridge di koridor keberangkatan dan kedatangan cahaya matahari berkisar 600 lux, sehingga cahaya cukup optimal pada area koridor. Sedangkan pada area ruang tunggu stasiun selatan cahaya matahari berkisar 400 lux. Hal ini memenuhi standar luminansi area ruang tunggu yang berkisar 400 lux. (Lihat Gambar 29) Pada area peron dengan adanya sky bridge cahaya matahari yang dapat masuk ke area peron rata-rata berkisar 700 lux. (Lihat Gambar 30)
Gambar 25. Standar Kecepatan Angin
Gambar 26. Muka Angin Terbesar yang Diperoleh Bangunan
Gambar 28. Lantai Dua Stasiun Utara Gambar 27. Lantai Dasar Stasiun Utara
Gambar 30. Area Rel dan Peron Gambar 29. Lantai Sky Bridge
4. SIMPULAN
Dari kajian dan analisis teori yang terkait terhadap desain rancangan mengenai building energy efficient dalam perencanaan bangunan Stasiun Kereta Api Bandung dapat ditarik kesimpulan, yaitu hasil desain rancangan bangunan Stasiun Kereta Api Bandung menerapkan konsep pencahayaan alami dan penghawaan alami. Hasil desain rancangan akan diuji menggunakan software Autodesk Flow Design dan Ecotect. Berdasarkan hasil uji software Autodesk Flow Design dan Ecotect, kecepatan angin dan rata-rata penerimaan cahaya matahari di dalam bangunan telah memenuhi standar.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, yang telah memberikan kekuatan kepada penulis dapat menyelesaikan Laporan Studio Tugas Akhir yang berjudul “Pengembangan Stasiun Kereta Api Bandung Berbasis Transit Oriented Development dengan Pendekatan Building Energy Efficient”. (1) Ir. Widji Indahing Tyas, M.T, dan Eka Virdianti, ST, M.T, selaku dosen pembimbing tugas akhir yang telah memberi pengarahan, sehingga penyusun bisa menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. (2) Ir. Mamiek Nur Utami, M.M. , Ir. Udjianto Pawitro, M.S.P. , dan Reza Pahlevi Sihombing, S.T., M.T. selaku dosen penguji yang telah memberi masukan dan bimbingan dengan baik. (3) Ir. Thomas Brunner, M.M. selaku Koordinator Studio Tugas Akhir periode II-A semester genap 2017/2018. (4) Para staf jurusan yang telah membantu dan memberi informasi penting selama proses tugas akhir ini. (5) Serta seluruh kerabat dan pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah mendukung terselesaikannya Tugas Akhir ini. Semoga laporan tugas akhir ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak terkait dengan perancangan tugas akhir ini.
Penulis berharap semoga Laporan Studio Tugas Akhir ini dapat mendatangkan manfaat bagi banyak pihak.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Lechner, Norbert, Heating, Cooling, Lighting Metode Desain untuk Arsitektur, terjemahan oleh Sandriana Siti, S.S., S.T., Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007
[2] Latifah, Nur Laela, Fisika Bangunan 1, Jakarta : Griya Kreasi (Penebar Swadaya Grup), 2015.