• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kawasan memiliki potensi alam yang melimpah salah satunya. adalah kawasan Tlogo Muncar Taman Nasional Gunung Merapi, yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Setiap kawasan memiliki potensi alam yang melimpah salah satunya. adalah kawasan Tlogo Muncar Taman Nasional Gunung Merapi, yang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Setiap kawasan memiliki potensi alam yang melimpah salah satunya adalah kawasan Tlogo Muncar Taman Nasional Gunung Merapi, yang terletak di Desa Hargo Binangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan Tlogo Muncar merupakan kawasan wisata dengan fenomena alam yang bernuansa vulkanik karena berada disebelah selatan kaki Gunung Merapi. Kawasan tersebut memiliki letak yang strategis untuk dijangkau.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan petugas di kantor Balai Taman Nasional Gunung Merapi, didapat hasil bahwa data keanekaragaman hayati yang diperoleh pada tahun 2009 untuk kawasan konservasi Tritis-Turgo, Lereng Selatan Gunung Merapi, terdapat 43 spesies Cendawan yang seluruhnya masuk dalam kelas Basidiomycota, 24 tumbuhan paku-pakuan serta tumbuhan bambu. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa keberadaan Cendawan di kawasan tersebut sangat melimpah.

Penelitian lanjut tentang identifikasi jenis Cendawan belum banyak dilakukan terutama di kawasan Tlogo Muncar TNGM. Peranan Cendawan dalam ekosistem tidaklah kecil. Demikian pentingnya fungsi Cendawan dalam ekosistem hutan, sehingga perlu adanya suatu penelitian untuk mengetahui keanekaragaman Cendawan di kawasan Tlogo Muncar TNGM.

(2)

Ada beberapa SMA yang letaknya dekat dengan kawasan Tlogo Muncar yaitu SMA N 1 Pakem, SMA Islam 3 Sleman, SMA Muhammadiyah Pakem, dan SMA Terpadu Darul-Hikmah Purwo Binangun. Semua SMA diatas diberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik (Mulyasa, 2006: 20). Kurikulum ini mulai digunakan sejak tahun ajaran 2006/2007. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini, guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan dan mendayagunakan potensi sekolah atau daerah dimana sekolah tersebut berada untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, termasuk dalam pembuatan sumber belajar.

Namun saat ini potensi lokal yang ada belum dimanfaatkan atau dianalisis kesesuaiannya sebagai sumber belajar. Kondisi seperti ini dapat disebabkan salah satunya oleh kesulitan guru dalam menyediakan atau menggunakan sumber belajar, meskipun menurut Djohar (Yani Utama, 1994:

83) guru Biologi yang salah satu fungsinya adalah sebagai organisator perlu menggali sumber-sumber yang ada di lingkungan guna tersedianya sumber belajar untuk kepentingan pembelajaran Biologi. Sumber-sumber yang ada tersebut menjelaskan bahwa guru dituntut untuk dapat menyeleksinya sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam proses pembelajaran.

(3)

Dalam mata pelajaran Biologi di SMA kelas X terdapat materi pokok tentang Fungi. Kompetensi dasar yang harus dicapai pada materi tersebut adalah mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literatur serta peranannya bagi kehidupan.

Lingkungan dapat digunakan sebagai sumber belajar materi tersebut dirasa lebih tepat karena lingkungan merupakan sumber utama dalam sistem belajar mengajar Biologi, terutama memberikan pengalaman baru dan langsung tentang gejala-gejala alam. Banyak lingkungan sekitar siswa yang sebenarnya berpotensi untuk dijadikan sumber belajar yang konkrit bagi siswa. Salah satunya adalah kawasan Tlogo Muncar Taman Nasional Gunung Merapi. Di kawasan tersebut terdapat berbagai macam jenis Cendawan.

Cendawan merupakan salah satu kelompok Fungi multiseluler yang merupakan suatu organisme eukariotik, memproduksi spora, tidak mempunyai klorofil, berkembangbiak secara seksual maupun aseksual, beberapa mempunyai bagian-bagian tubuh berbentuk filamen dengan dinding sel yang tesusun atas khitin. Tubuh buah cendawan umumnya berdaging, berbentuk seperti payung dengan warna yang beraneka macam. Cendawan ada yang dapat dimakan dan ada yang beracun. Perbedaan mana yang beracun atau tidak, sukar dilakukan tetapi biasanya orang awam beranggapan bahwa cendawan cerah biasanya beracun. Struktur umum cendawan biasanya terdiri dari tudung (pileus), rongga-rongga pada tudung (scales), insang (gillsIII), merupakan tempat terdapat (basidiospora), cincin (annulus), tangkai (stipe), dan volva. Cendawan dapat hidup di tempat-tempat yang

(4)

lembab dan mengandung zat-zat organik. Keragaman Cendawan baik jenis, maupun ukuran merupakan kekayaan lokal di daerah yang ditumbuhi spesies tersebut. Faktor lingkungan kawasan Cendawan hidup juga merupakan keragaman tersendiri bagi spesies tersebut.

Keanekaragaman Cendawan yang terdapat di kawasan Tlogo Muncar tersebut diteliti maka dapat dijadikan suatu alternatif sumber belajar yang konkrit bagi siswa, yang berbasis pengangkatan potensi lokal/daerah setempat dimana siswa berada, terutama bagi sekolah-sekolah yang letaknya dekat dengan kawasan Tlogo Muncar. Sumber belajar yang dibuat dari pendayagunaan lingkungan sekitar sekolah akan bersifat lebih konkrit bagi siswa sehingga akan lebih mengoptimalkan kemampuan siswa. Alternatif sumber belajar tersebut dapat dikemas menjadi berbagai macam bahan ajar, salah satunya dalam bentuk modul.

Musnamar (1978: 3-4) mengatakan bahwa sistem pengajaran dengan modul merupakan suatu sistem penyampaian yang telah dipilih dalam rangka pengembangan sistem pendidikan yang lebih efisien, relevan dan efektif.

Kenyataan yang ada disekolah, saat pembelajaran berlangsung, banyak waktu siswa yang terbuang sia-sia untuk mencatat dan mendengarkan, padahal proses belajar itu sendiri berjalan dengan kekurangan waktu karena banyaknya materi yang tercantum dalam kurikulum yang harus disampaikan kepada siswa. Dalam sistem tradisional ada anggapan bahwa semua anak mempunyai kemampuan dan kecepatan belajar yang sama sehingga dalam waktu yang sama semua murid dianggap akan dapat menyelesaikan volume

(5)

pelajaran yang sama. Padahal kenyataannya di dalam kelas selalu ada murid yang cepat, murid yang rata-rata dan murid yang lambat dalam mengikuti pelajaran. Masalah tersebut dapat dipecahkan melalui penggunaan modul dalam pembelajaran di sekolah karena modul menyajikan materi dengan dilengkapi berbagai unsur yang dapat memudahkan siswa dalam belajar, serta memberikan efektivitas dan keefisienan dalam proses pembelajaran. Menurut pendapat Mulyasa (2002: 45-46) bahwa sistem pembelajaran modul mengkondisikan peserta didik mendapat kesempatan lebih banyak untuk belajar sendiri, membaca uraian dan petunjuk di dalam lembar kegiatan, menjawab pertanyaan-pertanyaan, melakukan tugas-tugas yang harus diselesaikan, dan mengevaluasi hasil belajarnya sendiri, sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.

Berdasarkan dari permasalahan-permasalahan di atas maka peneliti memilih kawasan Tlogo Muncar Taman Nasional Gunung Merapi untuk dijadikan objek penelitian dalam mengidentifikasi jenis-jenis Cendawan.

Penelitian ini juga mengkaji faktor lingkungan apa saja yang mempengaruhi keanekaragaman Cendawan. Hasil penelitian tersebut selanjutnya dikaji potensinya sebagai sumber belajar yang kemudian dikemas dalam bentuk bahan ajar berupa modul. Pemilihan modul ini diharapkan siswa dapat menemukan dan merumuskan sendiri konsep yang berkaitan serta memberikan wawasan kepada siswa tentang Cendawan.

(6)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasi permasalahan- permasalah sebagai berikut:

1. Kawasan Tlogo Muncar Taman Nasional Gunung Merapi menyimpan potensi alam berupa keberadaan Cendawan, namun masih belum teridentifikasi jenis-jenis Cendawan yang terdapat di kawasan tersebut dan faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan Cendawan.

2. Potensi lokal yang ada di kawasan Tlogo Muncar tentang jenis-jenis Cendawan masih belum dimanfaatkan atau dianalisis sebagai sumber belajar sehingga perlu adanya penelitian pengangkatan potensi kawasan tersebut sebagai sumber belajar Biologi.

3. Belum ada modul sebagai salah satu bahan ajar penunjang dalam memanfaatkan potensi lokal sebagai sumber belajar.

C. Batasan Masalah

1. Penelitian ini dibatasi mengenai keanekaragaman Cendawan di Taman Nasional Gunung Merapi dan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap keanekaragaman Cendawan.

2. Hasil penelitian keanekaragaman Cendawan di kawasan Tlogo Muncar TNGM dikaji kemungkinannya sebagai sumber belajar Biologi yang dikemas dalam bentuk bahan ajar berupa modul.

3. Kualitas modul diperoleh dari penilaian dan tanggapan reviewer (ahli media dan materi).

(7)

D. Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis-jenis Cendawan yang terdapat di kawasan Tlogo Muncar?

2. Apakah hasil penelitian tentang keanekaragaman Cendawan di kawasan Tlogo Muncar Taman Nasional Gunung Merapi dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif sumber belajar Biologi materi Fungi yang dikemas sebagai bahan ajar dalam bentuk modul pembelajaran untuk siswa SMA kelas X?

3. Bagaimanakah kualitas bahan ajar dalam bentuk modul yang telah disusun?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui jenis-jenis Cendawan yang terdapat di kawasan Tlogo Muncar.

2. Untuk mengetahui apakah hasil penelitian tentang keanekaragaman Cendawan di kawasan Tlogo Muncar Taman Nasional Gunung Merapi dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif sumber belajar Biologi materi Fungi yang dikemas sebagai bahan ajar dalam bentuk modul pembelajaran untuk siswa SMA kelas X.

3. Untuk mengetahui kualitas bahan ajar dalam bentuk modul yang telah disusun berdasarkan penilaian Reviewer.

(8)

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Dapat membangkitkan minat siswa dalam belajar Biologi, terutama mempelajari alam sekitar.

2. Bagi Guru

a. Menambah informasi bagi guru Biologi dalam membuat dan memanfaatkan sumber belajar tentang Cendawan yang berbasis lingkungan.

b. Menambah pengetahuan dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran Biologi menggunakan modul.

c. Memberikan bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan saat ini.

3. Bagi Peneliti

a. Dapat memotivasi bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitian lanjutan baik tentang Fungi maupun tentang penyusunan modul atau sumber belajar lainnya.

b. Sebagai cara atau metode untuk melatih ketrampilan proses sehingga dapat memberikan informasi bagi calon guru dan guru biologi dalam mengaktifkan proses belajar siswa melalui obyek dan persoalan yang terdapat di lingkungan hutan.

4. Bagi Balai Taman Nasional Gunung Merapi

Menambah informasi dan koleksi mengenai Cendawan yang ada dikawasan Taman Nasional Gunung Merapi.

(9)

G. Batasan Operasional

1. Cendawan adalah satu kelompok Fungi multiseluler yang merupakan suatu organisme eukariotik, memproduksi spora, tidak mempunyai klorofil.

Tubuh buah cendawan umumnya berdaging, berbentuk seperti payung dengan warna yang beraneka macam. Struktur umum cendawan biasanya terdiri dari tudung (pileus), rongga-rongga pada tudung (scales), insang (gills), merupakan tempat terdapat (basidiospora), cincin (annulus), tangkai (stipe), dan volva (Alexopoulus dan Mimms, 1979).

2. Sumber belajar Biologi adalah segala sesuatu, baik benda maupun gejalanya yang dapat dipergunakan untuk memperoleh pengalaman dalam rangka pemecahan permasalahan Biologi (Suhardi, 2007:5).

3. Modul adalah paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk membantu peserta didik mencapai tujuan belajar (Enco Mulyasa, 2002:43).

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun Rama mengkreasikan suara efek benda, namun ia belum bisa mengkreasikan suara karakter tokoh, ekspresi wajah saat berdialog juga masih datar dan

Dengan menggunakan program komputer kita juga dapat menentukan banyaknya faktor umum berdasarkan pada banyaknya nilai eigen dari matriks korelasi R atau dari matriks varians

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kinerja keruangan perusahaan pembiayaan listing di Bursa Efek Indonesia dalam menggunakan modal kerja dan piutang, dan juga

Metode pembelajaran yang digunakan dalam sistem kelistrikan body saat ini tergolong metode lama, dimana metode tersebut masih menggunakan modul dan juga alat peraga

Penelitian ini bermaksud membandingkan hasil belajar mahasiswa yang mengikuti metode pembelajaran berbasis kasus dengan menggunakan simulator PLC dan mahasiswa yang

Bagian Akuntansi Divisi memproses data-data operasional pendapatan dari transaksi jemaah dan pengeluaran operasional beban kantor dan jemaah, data tersebut di ambil

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah berupa Laporan Penelitian dengan judul “Aplikasi Vaksin Dari

Menurut saya kerjasama antara kedua guru bimbingan dan konseling Islam yang menangani anak tuna netra sudah berjalan dengan baik, dalam meningkatkan kecerdasan