III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penetuan Daerah Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di desa Paluh Sibaji, Kecamatan Pantai Labu.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), karena Desa Paluh Sibaji memiliki kawasan hutan mangrove, dan pernah terdapat kegiatan penanaman bibit mangrove oleh pemerintah. Selain itu desa ini merupakan daerah yang dapat dijangkau bila dilihat dari adanya akses transportasi dan biaya untuk mendapatkan data di lokasi penelitian.
3.2 Metode Penarikan Sampel
Dalam penelitian ini, pemilihan sampel/responden sebagai unit penelitian dilakukan dengan metode simple random sampling (acak sederhana). Adapun populasi dalam objek penelitian ini adalah penduduk yang bertempat tinggal di wilayah desa Paluh Sibaji dengan sampel yaitu masyarakat yang terpilih secara acak. Jumlah sampel ditetapkan dengan metode Slovin (Umar, 2004), yaitu :
n = N 1 + N (e
2)
Keterangan :
n = Ukuran sampel penelitian (jiwa).
N = Ukuran populasi (jiwa).
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian pengambilan sampel (%).
Jadi, berdasarkan jumlah kepala keluarga tahun 2007 di desa Paluh Sibaji sebesar 690 dan e = 10%, diperoleh jumlah sampel sebesar :
n = 690 1 + 690 (0,1
2)
n = 87,34 = 87 Kepala Keluarga
Adapun data-data yang digunakan adalah data yang memiliki indikasi ada atau tidaknya partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove di desa Paluh Sibaji. Data ini diperoleh dari hasil kuisioner dan wawancara langsung kepada sampel penelitian serta data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kehutanan, BPS, dan instansi lainnya. Adapun data-data yang diperlukan adalah :
1. Aspek karakteristik individu sampel ; umur, jumlah anggota keluarga, lama bermukim, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan.
2. Aspek partisipasi masyarakat yang meliputi; aktivitas mengikuti penyuluhan, penanaman, pengawasan, dan pemeliharaan baik atas kehendak sendiri maupun oleh pemerintah dalam pelestarian hutan mangrove.
3. Luas dan penyebaran hutan mangrove di Sumatera Utara dan Kabupaten Deli Serdang.
4. Jumlah penduduk Kecamatan Pantai Labu Tahun 2007, dan Desa Paluh
Sibaji Tahun 2006.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode survei yang bersifat deskriptif korelasional serta observasi lapangan. Sedangkan data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dan pengisian daftar pertanyaan (kuisioner) kepada pihak-pihak yang dikualifikasikan sebagai sampel, yaitu masyarakat yang berada di desa Paluh Sibaji.
Kuisioner tersebut meliputi pemahaman mengenai partisipasi dalam upaya pelestarian hutan mangrove, yaitu kegiatan atau aktivitas sampel mengikuti kegiatan penyuluhan, penanaman dan pemeliharaan hutan mangrove yang dilakukan lembaga desa maupun aktivitas penanaman dan pemeliharaan terhadap hutan mangrove yang dilakukan atas kehendak sendiri. Serta pemahaman akan kegiatan, kelembagaan, dan manfaat yang diperoleh dari hutan mangrove. Untuk pengumpulan data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperrti ; Dinas Kehutanan, Badan Pusat Statistik Kabupaten dan Kecamatan, internet, serta informasi lainnya dari tokoh-tokoh masyarakat yang ada di desa Paluh Sibaji.
3.4 Metode Analisis Data
Data yang telah diperoleh dalam penelitian diolah dan ditabulasikan, kemudian dimasukkan ke dalam tabel dan dihitung frekuensi dan persentasenya sesuai dengan kriterianya. Tindakan terakhir penganalisisan dan dijabarkan hasilnya.
Penilaian rentang besaran tingkat partisipasi serta karakteristik atau
kondisi setiap unsur pada masing-masing parameter yang diamati dilakukan
dengan menggunakan skala Likert yang biasa digunakan untuk mengukur sikap
masyarakat dengan menggunakan ukuran ordinal (Nazir, 2005). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel.2.
Tabel 2. Skala Tingkat Partisipasi Responden
No.
Tingkat Partisipasi Responden
Pilihan Jawaban Terhadap Pertanyaan Skor 1
2 3 4 5
A B C D E
4
3
2
1
0
Untuk menafsirkan tingkat partisipasi masyarakat dalam upaya pelestarian
hutan mangrove di desa Paluh Sibaji, maka dibuat rentang total nilai seperti
Tabel.3.
Tabel 3. Indikator Tingkat Partisipasi Berdasarkan Rentang Skor No. Rentang Persentase Skor Tingkat Partisipasi
1 2 3 4 5
81 – 100 61 – 80 41 – 60 21 – 40 0 – 20
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Untuk menganalisis data dilakukan dengan analisis deskriptif korelasional dengan menggunakan uji Korelasi Peringkat Spearman (Nazir, 2005), dan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
r
s= 1 – 6 ∑ d
i2N
3– N
Keterangan :
r
s= Koefision Korelasi Spearman
d
i= Beda antara 2 pengamatan berpasangan
N = Total pengamatan
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sebagai pengujian hipotesis digunakan uji t pada taraf α = 0,05 (Djarwanto, 1996) dengan rumus :
t = r
sN - 2 1 - r
s2Keterangan :
t = Studen ( Taraf Signifikansi ) r
s= Koefisien Korelasi Spearman N = Total Pengamatan
Dengan kriteria uji sebagai berikut : - H
0diterima apabila t-
hitung< t-
tabel- H
1diterima apabila t-
hitung> t-
tabelHipotesis yang diuji adalah sebagai berikut :
H
0: Tidak terdapat hubungan antara variabel individu masyarakat terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove.
H
1: Terdapat hubungan antara variabel individu masyarakat terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove.
Variabel individu masyarakat yang dikaji adalah :
1. Umur.
4. Tingkat pendapatan.
5. Tingkat pendidikan.
Untuk memudahkan dalam mengolah dan menganalisis dalam penelitian ini, maka dipergunakan perangkat komputer dengan program SPSS for Windows.
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Defenisi
Untuk menghindari kesalahan pengertian dan defenisi yang berbeda-beda dalam mengartikan hasil penelitian ini, maka variabel yang diamati perlu didefenisikan secara khusus guna memberikan batasan-batasan terhadap setiap variabel yang diteliti sebagai berikut :
1. Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove, dalam bentuk mengikuti kegiatan penyuluhan, penanaman, pemeliharaan, dan pengawasan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh pemerintah desa maupun kehendak sendiri.
2. Karakteristik Individu, meliputi :
- Umur, adalah usia sampel yang dihitung dari tahun lahir sampai saat penelitian dilaksanakan dan dinyatakan dalam tahun.
- Pendidikan, adalah lama pendidikan formal yang diikuti oleh sampel yang dinyatakan dalam tahun.
- Tingkat Pendapatan, yaitu penghasilan rata-rata sampel setiap bulan yang diperoleh dari berbagai sumber.
- Lama Bermukim, yaitu lamanya sampel mulai tinggal di desa penelitian
sampai saat penelitian dilaksanakan yang dinyatakan dalam tahun.
- Jumlah Anggota Keluarga, adalah banyaknya anggota keluarga yang ditanggung dalam satu keluarga.
3. Lain – lain :
- Pelestarian adalah suatu tindakan nyata untuk menjaga suatu keberadaan sumber daya alam tetap tersedia dalam kondisi yang tidak rusak.
- Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut, yakni tergenang pada waktu pasang dan bebas genangan pada waktu surut.
3.5.2 Batasan Operasional
Adapun batasan operasional dari penelitian ini adalah :
1. Daerah penelitian adalah Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu.
2. Penelitian yang dilakukan adalah Partisipasi Masyarakat Dalam Pelestarian Hutan Mangrove.
3. Waktu penelitian adalah tahun 2008.
Indikator dan cara pengukuran setiap parameter yang dilakukan dalam
penelitian ini dapat dilihat sesuai lampiran 1.
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
Lokasi penelitian berada di Desa Paluh Sibaji, Kecamatan Pantai Labu yang berada di wilayah Kabupaten Deli Serdang. Desa Paluh Sibaji berada dikawasan Pantai Timur Sumatera Utara, yang langsung menghadap ke Selat Malaka. Desa Paluh Sibaji memiliki 4 dusun, yaitu ; Dusun I, Dusun II, Dusun III, dan Dusun IV.
4.1.1 Keadaan Geografis
Secara geografis, Kecamatan Pantai Labu terletak di antara koordinat 2
057’ – 3
016 LU dan 98
037’ – 99
027’ BT. Berdasarkan batas administratif, Kecamatan Pantai Labu memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Selat Malaka
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Pantai Cermin, Kab. Serdang Bedagai.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Beringin.
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan
Batang Kuis.
4.1.2 Topografi
Keadaan topografi di wilayah lokasi penelitian adalah daerah pantai, dengan ketinggian 0 – 8 meter di atas permukaan laut yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka.
Faktor iklim yang berpengaruh besar terhadap wilayah pantai adalah curah hujan dan angin. Daerah Kecamatan Pantai Labu beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan suhu berkisar antara 23
0C s/d 34
0C. Kedua musim ini sangat dipengaruhi oleh angin laut yang membawa hujan dan angin gunung yang membawa panas dan lembab. Curah hujan yang menonjol di wilayah Kecamatan Pantai Labu adalah pada bulan Maret, April, September sampai bulan Desember. Sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Januari, Februari, Mei sampai bulan Agustus.
4.1.3 Luas Wilayah
Luas wilayah Kecamatan Pantai Labu adalah 81,85 Km
2atau 8.185 Ha, dan dalam administrasi pemerintah terdiri dari 19 Desa dan 76 Dusun, dimana salah satu desa dipilih sebagai lokasi penelitian yaitu Desa Paluh Sibaji.
Khusus pemerintahan di Desa Paluh Sibaji, yang merupakan daerah
penelitian memiliki luas wilayah 2, 06 Km
2, terdiri dari 4 dusun dengan kepadatan
penduduk rata-rata 1.672 jiwa/Km
2. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel.4.
Tabel 4. Daftar Rincian Pemerintahan Kecamatan Pantai Labu Tahun 2007
No. D e s a
Luas ( Km
2)
Jumlah Penduduk
( Jiwa )
Jumlah Kepala Keluarga 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Bagan Serdang Binjai Bakung Denai Kuala Denai Lama
Denai Sarang Burung Durian
Kelambir Kubah Sentang Paluh Sibaji Pantai Labu Pekan Pantai Labu Baru Pematang Biara Perkebunan Ramunia Ramunia I
Ramunia II Rantau Panjang Rugemuk Sei Tuan Tengah
1,63 3,11 4,50 2,67 3,13 11,58
3,92 1,28 2,06 7,02 1,10 4,04 8,43 3,05 1,33 4,70 3,00 14,10
1,20
1.411 1.630 2.187 2.497 2.877 5.077 2.177 1.158 3.445 4.281 824 3.552 2.362 842 2.453 2.490 2.574 1.154 990
322 348 419 532 612 988 408 260 690 805 172 712 482 176 555 551 563 240 193
Jumlah 81,85 43.981 9.028
Sumber : Badan Pusat Statistik Kecamatan Pantai Labu 2007
4.1.4 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana desa akan mempengaruhi perkembangan dan
kemajuan masyarakat. Semakin baik atau lengkap sarana dan prasarana
pendukung maka akan mempercepat laju perkembangan desa tersebut. Sarana dan
prasarana yang ada di Desa Paluh Sibaji dapat dilihat pada Tabel.5.
Tabel 5. Daftar Rincian Sarana dan Prasarana di Desa Paluh Sibaji Tahun 2007
No. Uraian Jumlah
(unit)
1. Kantor Kepala Desa 1
2. Sekolah Dasar ( SD ) Negeri 1
3. Sekolah Dasar ( SD ) Swasta 1
4. SLTP Swasta 1
5. SLTA Swasta 1
6. Polindes 1
7. Posyandu 20
8. Mushollah 4
Jumlah 30
Sumber : Data Monografi Desa Paluh Sibaji 2007
Dari Tabel.7 di atas dapat diketahui bahwa fasilitas pendidikan yang tersedia adalah 2 unit SD (Sekolah Dasar), 1 unit SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama), dan 1 unit SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas). Adapun sarana beribadah sudah cukup baik, hal ini terlihat dari adanya 4 unit mushollah.
Untuk sarana kesehatan masyarakat tersedia 20 unit posyandu (pos pelayanan
terpadu), dan 1 unit polindes (poliklinik desa), serta 1 unit kantor kepala desa.
4.1.5 Demografi
Keadaan penduduk di desa penelitian kebanyakan adalah nelayan, karena lokasi penelitian berada pada daerah pesisir pantai. Lokasi ini juga merupakan daerah pantai yang masih berada pada jalur hijau. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel.6.
Tabel 6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Paluh Sibaji Tahun 2006
Rentang Umur ( Tahun )
Jumlah Penduduk
Jiwa %
0 – 4 346 11,17
5 – 9 392 12,66
10 – 14 351 11,33
15 – 19 339 10,94
20 – 24 331 10,69
25 – 29 333 10,75
30 – 34 186 6,01
35 – 39 221 7,13
40 – 44 154 4,97
45 – 49 146 4,71
50 – 54 108 3,48
55 – 60 58 1,87
> 60 131 4.23
Jumlah 3096 100
Sumber : Data Monografi Desa Paluh Sibaji 2006
Dilihat dari data penduduk, maka didapat kelompok umur yang kurang
produktif 0 – 14 tahun sebanyak 35,17 % ( 1089 jiwa ). Kemudian kelompok
umur produktif 15 – 60 tahun sebanyak 60,59 % ( 1876 jiwa ). Dan kelompok
umur tidak produktif > 60 tahun adalah 4,23 % ( 131 jiwa ). Dapat dilihat bahwa
persentase usia muda pada Desa Paluh Sibaji tinggi, hal ini menggambarkan
bahwa pertumbuhan penduduk juga tinggi, dimana hal ini juga dapat mempengaruhi tingkat perkembangan desa itu sendiri.
4.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat yang bermukim di Desa Paluh Sibaji, Kecamatan Pantai Labu yang merupakan wilayah pemerintahan Kabupaten Deli Serdang. Adapun yang menjadi sampel adalah sebanyak 87 kepala keluarga yang diambil secara acak dengan mempergunakan metode simple random sampling (acak sederhana). Gambaran Umum responden mencakup karakteristik individu, yaitu ; umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan lama bertempat tinggal (bermukim).
Secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut.
4.2.1 Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Responden pada desa penelitian kebanyakan berusia produktif, dimana sebagian besar bekerja sebagai nelayan .Adapun komposisi responden penelitian berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel.7.
Tabel 7. Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Paluh Sibaji Tahun 2007
Rentang Umur ( Tahun )
Jumlah Penduduk
Kepala Keluarga %
< 20 21 – 30
31 – 40 41 – 50
0 12 23 30
0
13,79
26,45
34,48
Karakteristik umur responden di Desa Paluh Sibaji adalah berbeda-beda.
Ditemukan karakterisrik umur responden yang paling banyak secara umum adalah pada rentang umur 21 sampai > 50 tahun. Untuk rentang umur 21 – 30 tahun ada sebanyak 13,79 % ( 12 KK ). Umur 31 – 40 tahun sebanyak 26,45 % ( 23 KK ).
Untuk rentang umur > 50 tahun ada sebanyak 25,28 % ( 22 KK ). Dan untuk rentang umur responden yang terbanyak berada pada rentang umur 41 – 50 tahun, yaitu sebesar 34,48 % ( 30 KK).
4.2.2 Komposisi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
Komposisi jumlah anggota keluarga yang dimaksud pada desa penelitian adalah jumlah anggota keluarga yang menetap dalam satu rumah tangga dan masih mendapat tanggungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel.8.
Tabel 8. Komposisi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Desa Paluh Sibaji Tahun 2007
Jumlah Anggota Keluarga ( Jiwa )
Jumlah Penduduk
Kepala Keluarga %
< 2 2 – 3 4 – 5 6 – 7
> 7
0 14 33 21 19
0 16,09 37,93 24,13 21,83
Jumlah 87 100
Sumber Data : Data Primer, 2008
Komposisi jumlah anggota keluarga responden di Desa Paluh Sibaji rata-
rata berada pada rentang < 2 sampai > 7 KK. Untuk jumlah anggota keluarga
responden pada rentang 2 – 3 jiwa ada sebanyak 16,09 % ( 14 KK ). Untuk jumlah
anggota keluarga responden pada rentang 4 – 5 jiwa ada sebanyak 37,93 % ( 33
KK ). Jumlah anggota keluarga responden pada rentang 6 – 7 jiwa ada sebanyak 24,13 % ( 21 KK ). Dan untuk jumlah anggota keluarga responden pada rentang
>7 jiwa ada sebanyak 21,83 % ( 19 KK ).
Jadi, dapat dilihat bahwa jumlah anggota keluarga responden terbesar berada pada rentang 4 – 5 jiwa, yaitu 37,93 % ( 33 KK ). Dan untuk rentang jumlah anggota keluarga terkecil berada pada 2 - 3 jiwa, yaitu 16,09 % (14 KK).
4.2.3 Komposisi Responden Berdasarkan Lama Masa Bermukim
Komposisi responden berdasarkan lama masa bermukim adalah jumlah responden berdasarkan lama tinggal responden mulai dari tahun tinggal di desa sampai saat penelitian dilaksanakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel.9.
Tabel 9. Komposisi Responden Berdasarkan Masa Lama Bermukim di Desa Paluh Sibaji Tahun 2007
Lama Bermukim ( Tahun )
Jumlah Penduduk
Kepala Keluarga %
< 10 10 – 20 21 – 30 31 – 40
> 40
10 13 8 24 32
11,49 14,94 9,19 27,58 36,78
Jumlah 87 100
Sumber Data : Data Primer, 2008
Lama masa bermukim responden di Desa Paluh Sibaji adalah berbeda-
lama masa bermukim 10 – 20 tahun ada sebanyak 14,94 % ( 13 KK ). Untuk responden dengan lama masa bermukim 21 – 30 tahun ada sebanyak 9,19 % ( 8 KK ). Untuk responden dengan lama masa bermukim 31 – 40 tahun ada sebanyak 27,58 % ( 24 KK ). Dan untuk responden dengan lama masa bermukim > 40 tahun ada sebanyak 36,78 % ( 32 KK ).
Berdasarkan komposisi responden, banyak yang ditemukan sudah lama bermukim di Desa Paluh Sibaji, dapat dilihat dari masa lama bermukim responden terbesar pada rentang > 40 tahun, yaitu sebesar 36,78% ( 32 KK ). Sedangkan yang terkecil berada pada rentang 21 – 30 tahun, yaitu sebesar 9,19 % ( 8 KK ).
4.2.4 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Adapun komposisi responden berdasarkan tingkat pendapatan adalah jumlah responden berdasarkan penghasilan rata-rata yang diperoleh dalam satu bulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel.10.
Tabel 10. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan di Desa Paluh Sibaji Tahun 2007
Tingkat Pendapatan ( Rp/Bulan )
Jumlah Penduduk
Kepala Keluarga %
< 300.000 300.000 – 500.000 550.000 – 750.000 800.000 – 1.000.000
> 1.000.000
0 14 29 22 22
0 16,09 33,33 25,28 25,28
Jumlah 87 100
Sumber Data : Data Primer, 2008.
Secara umum komposisi tingkat pendapatan responden berada pada
rentang Rp. 300.000 sampai > Rp. 1.000.000 per bulan. Responden dengan
tingkat pendapatan Rp. 300.000 sampai 500.000 adalah yang terkecil sebanyak 16,09 % ( 14 KK ). Responden dengan pendapatan Rp. 550.000 sampai Rp.
750.000 adalah yang terbesar, yaitu 33,33 % ( 29 KK ). Responden dengan pendapatan Rp. 800.000 sampai Rp. 1.000.000 ada sebesar 25,28 % ( 22 KK ).
Dan responden dengan pendapatan > Rp. 1.000.000 ada sebesar 25,28 % (22 KK). Dapat dilihat rata-rata mata pencaharian responden di desa penelitian masih rendah. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden hanya memiliki satu sumber pencaharian, yaitu sebagai nelayan.
4.2.5 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah responden berdasarkan lama pendidikan formal yang pernah diikuti. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel.11.
Tabel 11. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Paluh Sibaji Tahun 2007
Tingkat Pendididkan Jumlah Penduduk
Kepala Keluarga %
Tidak Sekolah SD – Tidak Tamat SD – Tamat SLTP – Tamat SLTA – Tamat Perguruan Tinggi
3 27 35 13 9 0
3,44 31,01 40,22 14,94 10,34
0
Jumlah 87 100
Sumber Data : Data Primer, 2008
sekolah sebesar 3,44 % ( 3 KK ). Sedangkan yang tidak tamat SD ada sebesar 31,01 % ( 27 KK ), tamat tingkat SLTP sebesar 14,94 % ( 13 KK ), tamat tingkat SLTA sebesar 10,43 % ( 9 KK ), dan belum ada responden yang mengenyam pendididikan perguruan tinggi. Rendahnya mutu pendidikan para responden disebabkan kurangnya biaya untuk mengenyam pendidikan atau melanjut ke jenjang yang lebih tinggi. Sehingga belum ada responden yang mengenyam pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi karena mereka lebih memilih ikut melaut dari pada bersekolah karena dengan begitu tenaga untuk melaut lebih besar sehingga dapat menangkap ikan lebih lama dilaut dan lebih banyak hasil tangkapannya.
4.2.6 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Untuk mengetahui komposisi responden berdasarkan jenis pekerjaan, dapat dilihat pada Tabel.12.
Tabel 12. Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Paluh Sibaji Tahun 2007
Jenis Pekerjaan Jumlah Penduduk
Kepala Keluarga %
Nelayan Petani Peg. Swasta Pedagang PNS Lain-lain
67 3 12
2 1 2
77,01 3,44 13,79
2,29 1,15 2,29
Jumlah 87 100
Sumber Data : Data Primer, 2008
Secara umum jenis pekerjaan responden sebagian besar adalah nelayan, yaitu sebesar 77,01 % ( 67 KK ). Petani sebesar 3,44 % ( 3 KK ), pegawai swasta 13,79 % ( 12 KK ), Pedagang 2,29 % ( 2 KK ), PNS 1,15 % ( 1 KK ), dan lain- lain sebesar 2,29 % ( 2 KK ). Banyak responden yang bekerja sebagai nelayan dapat dimaklumi, karena desa penelitian berada pada daerah pesisir pantai.
Adapun jenis pekerjaan lainnya tidak begitu dominan ( menonjol ) dibandingkan
pekerjaan nelayan. Pekerjaan selain nelayan ini dilakoni responden hanya sebagai
sampingan atau karena responden tersebut memiliki kesempatan seperti modal
yang cukup, sehingga mereka tidak harus melaut.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Pelestarian Hutan Mangrove Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar sikap masyarakat dalam menanggapi keadaan lingkungan di sekitarnya terutama pada kawasan pesisir yang terdapat tumbuhan mangrove atau disebut hutan bakau. Dengan demikian akan diharapkan adanya pemanfaatan hutan mangrove atau apapun yang memiliki nilai ekonomis dan ekologis dari hutan mangrove tersebut secara optimal dan lestari. Dalam kaitannya dengan pelestarian hutan mangrove maka yang menjadi indikator dari penelitian ini adalah karakteristik individu yang meliputi umur, jumlah anggota keluarga, masa lama bermukim, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan masyarakat yang ada di Desa Paluh Sibaji.
Secara keseluruhan tingkat partisipasi masyarakat terhadap pelestarian
hutan mangrove, yang dilihat dari aspek karakteristik individu masyarakat (umur,
jumlah anggota keluarga, lama masa bermukim, tingkat pendapatan, dan tingkat
pendidikan), diperoleh nilai tingkat partisipasinya pada taraf sedang, yaitu sebesar
49,78 %. Nilai ini diperoleh dari nilai rata-rata total skor tingkat partisipasi para
responden yang telah diwawancarai sebelumnya. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada lampiran 5e. Namun nilai ini berbeda dengan Hipotesis 1 yang
menyatakan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove di
Desa Paluh Sibaji adalah rendah. Jadi H
0diterima dan H
1ditolak, artinya
Hipotesis 1 ditolak.
Pada perhitungan tingkat partisipasi ini, akan dianalisis kekuatan atau pengaruh dari karakteristik individu (yaitu ; umur, jumlah anggota keluarga, lama masa bermukim, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan) terhadap partisipasi yang diberikan oleh masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove di Desa Paluh Sibaji. Untuk lebih jelasnya, perhitungan tingkat partisipasi dalam pelestarian hutan mangrove dapat dilihat pada analisis-analisis di bawah ini.
5.1.1 Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Umur
Untuk mengetahui analisis tingkat partisipasi berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel.13.
Tabel 13. Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Umur
Umur ( Tahun )
Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Mangrove
Total S.Tinggi Tinggi Sedang Rendah S.Rendah
> 50 41 – 50 31 – 50 21 – 30
< 20
0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)5
(5,7%)4
(4,6%)4
(4,6%)2
(2,3%)0
(0%)13
(14,9%)21
(24,1%)15
(17,2%)8
(9,2%)0
(0%)4
(4,6%)5
(5,7%)4
(4,6%)2
(2,3%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)22
(25,3%)30
(34,5%)23
(26,4%)12
(13,8%)0
(0%)Jumlah 0
(0%)15
(17,2%)57
(65,5%)15
(17,5%)0
(0%)87
(100%)Sumber Data : Diolah dari Data Primer (Lampiran 2a-e), 2008.
Pada tabel ini dapat diketahui kategori umur > 50 tahun yang memiliki
tingkat partisipasi ada sebanyak sebanyak 25,3 % (22 KK). Pada kategori umur
41-50 tahun yang memiliki tingkat partisipasi ada sebanyak 34,5 % (30 KK).
Jadi dari hasil analisis tingkat partisipasi berdasarkan umur pada Tabel.13 dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat partisipasi masyarakat yang paling dominan ( menonjol ) adalah pada taraf sedang sebesar 65,5 % (57 KK). Dilihat dari rentang umur, rata-rata responden sedang berada pada usia produktif, sehingga ada kecendrungan tiap responden berkemampuan untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan seperti pelestarian hutan mangrove.
5.1.2 Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Untuk mengetahui analisis tingkat partisipasi berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel.14.
Tabel 14. Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
Jlh.Ang.Kel ( Jiwa )
Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Mangrove
Total S.Tinggi Tinggi Sedang Rendah S.Rendah
> 7 6 – 7 4 – 5 2 – 3
< 2
0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)4
(4,6%)5
(5,7%)5
(5,7%)1
(1,1%)0
(0%)13
(14,9%)10
(11,5%)24
(27,5%)10
(11,5%)0
(0%)2
(2,3%)6
(6,9%)4
(4,6%)3
(3,4%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)19
(21,8%)21
(24,1%)33
(37,9%)14
(16,09%)0
(0%)Jumlah
0
(0%)15
(17,5%)57
(65,5%)15
(17,5%)0
(0%)87
(100%)Sumber Data : Diolah dari Data Primer (Lampiran 2a-e), 2008.
Pada tabel ini dapat diketahui bahwa keluarga yang berjumlah anggota
keluarga > 7 jiwa, yang berpartisipasi sebanyak 21,8 % (19 KK). Pada keluarga
dengan jumlah anggota keluarga 6-7 jiwa, yang berpartisipasi sebanyak 24,1 %
(21 KK). Kategori yang berjumlah anggota keluarga 4-5 jiwa, yang berpartisipasi
sebanyak 37,9 % (33 KK). Sedangkan untuk kategori yang berjumlah anggota keluaga 2-3 jiwa, yang berpartisipasi sebanyak 16,09 % (14 KK).
Jadi dari hasil analisis tingkat partisipasi berdasarkan jumlah anggota keluarga pada Tabel.14 dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat partisipasi masyarakat yang paling dominan (menonjol) adalah pada taraf sedang sebesar 65,5 % (57 KK).
5.1.3 Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Lama Masa Bermukim
Untuk mengetahui analisis tingkat partisipasi berdasarkan lama masa bermukim dapat dilihat pada Tabel.15.
Tabel 15. Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Lama Masa Bermukim
M.Bermukim ( Tahun )
Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Mangrove
Total S.Tinggi Tinggi Sedang Rendah S.Rendah
> 40 31 – 40 21 – 30 10 – 20
< 10
0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)5
(5,7%)6
(6,9%)2
(2,3%)2
(2,3%)0
(0%)22
(25,3%)16
(18,4%)4
(4,6%)8
(9,2%)7
(8,04%)5
(5,7%)2
(2,3%)2
(2,3%)3
(3,4%)3
(3,4%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)32
(36,8%)24
(27,5%)8
(9,2%)13
(14,9%)10
(11,5%)Jumlah 0
(0%)15
(17,5%)57
(65,5%)15
(17,5%)0
(0%)87
(100%)Sumber Data : Diolah dari Data Primer (Lampiran 2a-e), 2008.
Dari hasil tabulasi silang di atas diperoleh masyarakat yang bermukim >
40 tahun sebesar 36,8 % (32 KK). Untuk masyarakat yang bermukim 31-40 tahun
KK). Jadi dari hasil analisis tingkat partisipasi berdasarkan masa lama bermukim pada Tabel.15 dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat partisipasi masyarakat yang paling dominan (menonjol) adalah pada taraf sedang sebesar 65,5% (57 KK).
5.1.4 Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Untuk mengetahui analisis tingkat partisipasi berdasarkan tingkat pendapatan dapat dilihat pada Tabel.16.
Tabel 16. Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Tingkat Pendapatan
T.Pendapatan ( Rp/Bulan )
Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Mangrove
Total S.Tinggi Tinggi Sedang Rendah S.Rendah
> 1.000.000 800.000-1.000.000 550.000-750.000 300.000-500.000
< 300.000
0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)6
(6,9%)1
(1,1%)4
(4,6%)2
(2,3%)0
(0%)14
(16,09%)17
(19,5%)22
(25,3%)6
(6,9%)0
(0%)2
(2,3%)4
(4,6%)3
(3,4%)6
(6,9%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)22
(25,3%)22
(25,3%)29
(33,3%)14
(16,09%)0
(0%)Jumlah
0
(0%)13
(14,9%)59
(67,8%)15
(17,5%)0
(0%)87
(100%)Sumber Data : Diolah dari Data Primer (Lampiran 3a-e), 2008.
Dari hasil tabulasi silang pada Tabel.16 diperoleh masyarakat yang berpendapatan > Rp. 1.000.000 per bulan sebesar 25,3 % (22 KK). Untuk masyarakat yang berpendapatan Rp. 1.000.000 – Rp. 800.000 per bulan sebesar 25,3 % (22 KK). Sedangkan masyarakat berpendapatan Rp. 750.000 – Rp.
550.000 per bulan sebesar 33,3 % (29 KK). Dan untuk masyarakat berpendapatan
Rp. 500.000 – Rp. 300.000 per bulan sebesar16,09 % (14 KK).
Jadi dari hasil analisis tingkat partisipasi berdasarkan tingkat pendapatan pada Tabel.16 dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat partisipasi masyarakat yang paling dominan (menonjol) adalah pada taraf sedang sebesar 67,8% (59 KK).
Dapat dilihat rata-rata mata pencaharian responden di desa penelitian masih rendah. Sering kali hasil tangkapan ikan para responden tidak menentu hasilnya, kadang-kadang banyak tapi lebih sering sedikit. Ini dikarenakan hasil produksi nelayan bergantung kepada kondisi alam (dipengaruhi alam), seperti keadaan angin, musim, ombak, hujan, dan lain-lain.
Oleh sebab itu masyarakat kurang peduli pada kegiatan pelestarian hutan
mangrove. Mereka lebih memilih ikut melaut bersama keluarganya, karena
dengan begitu tenaga untuk melaut lebih besar sehingga dapat menangkap ikan
lebih lama dilaut dan lebih banyak hasil tangkapannya dan memperoleh
pendapatan yang lebih besar pula.
5.1.5 Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Untuk mengetahui analisis tingkat partisipasi berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel.17.
Tabel 17. Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Tingkat Pendidikan T.Pendidikan
( Tahun )
Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Mangrove
Total S.Tinggi Tinggi Sedang Rendah S.Rendah
> 12
(Perg.Tinggi)
12
(Tamat SLTA)
9
(Tamat SLTP)
6
(Tamat SD)
< 6
(Tidak Tamat SD)
0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)1
(1,1%)9
(10,3%)5
(5,7%)0
(0%)0
(0%)7
(8,04%)29
(33,3%)21
(24,1%)0
(0%)0
(0%)1
(1,1%)10
(11,5%)4
(4,6%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)0
(0%)9
(10,3%)48
(55,2%)30
(34,5%)Jumlah
0
(0%)15
(17,5%)57
(65,5%)15
(17,5%)0
(0%)87
(100%)Sumber Data : Diolah dari Data Primer (Lampiran 2a-e), 2008.
Dari hasil tabulasi silang di atas diperoleh masyarakat yang mengenyam
pendidikan 9 tahun sebesar 10,3 % (9 KK). Sedangkan masyarakat yang
mengenyam pendidikan 6 tahun sebesar 55,2 % (48 KK). Dan masyarakat yang
mengenyam pendidikan < 6 tahun sebesar 34,5 % (30 KK). Jadi dari hasil analisis
tingkat partisipasi berdasarkan tingkat pendidikan pada Tabel.17 dapat ditarik
kesimpulan bahwa tingkat partisipasi masyarakat yang paling dominan (menonjol)
adalah pada taraf sedang sebesar 65,5% (57 KK).
5.2 Analisis Hubungan antara Karakteristik Individu Masyarakat dengan Tingkat Partisipasi dalam Pelestarian Hutan Mangrove
Untuk melihat hubungan antara karakteristik individu masyarakat dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove dapat diketahui dengan korelasi Rank Spearman (r
s) pada Tabel.18.
Tabel 18. Korelasi Rank Spearman antara Karakteristik Individu Masyarakat dengan Tingkat Partisipasi
Karakteristik Individu Masyarakat
Partisipasi (r
s)
Signifikansi (α = 0,05)
t-
hitungt-
tabel1. Umur
2. Jumlah Anggota Keluarga 3. Lama Masa Bermukim 4. Tingkat Pendapatan 5. Tingkat Pendidikan
0,035 0,060 0,112 0,276 0,048
0,747 0,583 0,302 0,010 0,661
0,322 0,554 1,039 2,647 1,039
1,980 1,980 1,980 1,980 1,980
Sumber : Correlation Rank Spearman SPSS 15.0 (Lampiran 6)
5.2.1 Hasil Analisis Hubungan Umur dengan Tingkat Partisipasi
Dari hasil analisis hubungan umur dengan tingkat partisipasi pada Tabel.18 dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (r
s) sebesar 0,035.
Hubungan ini sangat lemah namun memiliki angka probabilitas sebesar 0,747 lebih besar dari α = 0,05 pada taraf kepercayaan 95 % (artinya, Ho diterima).
Begitu juga jika dibandingkan angka t-
hitung= 0,322 lebih kecil dari pada angka t-
tabel