STRATEGI PERSAINGAN BISNIS
(Studi Etnografi tentang Penerapan Strategi Persaingan Bisnis PadaPerusahaan Otobus CV. Makmur di Kota Medan)
SKRIPSI
Diajukan Guna Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sosial dalam bidang Antropologi
Oleh :
BATARA EFENDI SILALAHI 080905011
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Batara Efendi Silalahi
NIM : 080905011
Departemen : Antropologi
Judul : Strategi Persaingan Bisnis (Studi Etnografi tentang Penerapan Strategi Persaingan Bisnis Pada Perusahaan Otobus CV. Makmur di Kota Medan)
Medan, Desember 2012
Dosen Pembimbing Ketua Departemen Antropologi
Dr. Fikarwin Zuska Dr. Fikarwin Zuska NIP. 196212201989031005 NIP. 196212201989031005
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PERNYATAAN ORIGINALITAS
STRATEGI PERAINGAN BISNIS
(Studi Etnografi tentang Penerapan Strategi Persaingan Bisnis Pada Perusahaan Otobus CV. Makmur di Kota Medan)
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatau perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan disini, saya bersedia di proses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.
Medan, Desember 2012
Penulis
ABSTRAKSI
Batara Efendi Silalahi, 2012. Judul Skripsi : STRATEGI PERSAINGAN BISNIS, Studi Etnografi tentang Penerapan Strategi Persaingan Bisnis Pada Perusahaan Otobus CV. Makmur di Kota Medan. Skripsi ini terdiri dari 7 Bab, 111 halaman, dan 5 daftar tabel.
Skripsi dengan judul “Strategi Persaingan Bisnis” ini secara umum menjelaskan tentang strategi-strategi yang diterapkan oleh perusahaan otobus untuk menghadapi persaingan dalam bisnis layanan jasa transportasi. Dalam skripsi ini peneliti memilih perusahaan otobus CV. Makmur sebagai objek penelitian karena perusahaan ini sudah berkembang dibanding perusahaan otobus lainnya yang berada di Kota Medan. Skripsi ini dibuat untuk dapat memahami bagaimana pentingnya suatu strategi bagi perusahaan otobus yang sudah berkembang. Kemudian skripsi ini juga memperlihatkan bagaimana implikasi dari penerapan suatu strategi terhadap budaya perusahaan CV. Makmur. Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi partisipan dimana peneliti ikut dalam aktivitas para karyawan di dalam perusahan. Selain itu, untuk mengumpulkan data peneliti juga melakukan wawancara mendalam sesuai dengan fokus penelitian kepada pihak-pihak yang terkait, mulai dari para penumpang, karyawan dan manajemen perusahaan sebagai pihak pengambil keputusan di dalam perusahaan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada dua tujuan yang ingin dicapai CV. Makmur dalam menerapkan berbagai macam strategi di perusahaannya. Tujuan yang pertama adalah untuk mencapai keunggulan dalam bersaing, dan tujuan kedua ialah untuk kesinambungan perusahaan. Terciptanya suatu strategi juga tidak terlepas dari pengalaman pihak manajemen melihat berbagai permasalahan yang terjadi dalam bisnis transportasi, baik itu permasalahan internal perusahaan ataupun permasalahan eksternal perusahaan. Permasalahan-permasalahan tersebutlah yang melatarbelakangi pihak manajemen CV. Makmur menciptakan kedelapan strategi yang kini dterapkan di dalam perusahaannya. Selanjutnya penerapan dari strategi-strategi tersebut juga berimplikasi terhadap budaya perusahaan, Implikasinya dapat dilihat dari terciptanya prilaku atau proses bekerja yang baru di dalam perusahaan dan keberhasilan perusahaan menanamkan nilai-nilai yang dipahami oleh seluruh pihak yang ada di perusahaan.
Kesimpulan yang bisa dicapai melalui tulisan ini adalah strategi sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan perusahaan tidak hanya penting bagi perusahaan yang baru merintis bisnisnya, tetapi juga penting bagi perusahaan yang sudah berkembang. Pengalaman-pengalaman dari pihak manajemen penting untuk dijadikan dasar menciptakan atau merubah suatu strategi agar perusahaan mampu mempertahankan keunggulan dan menjaga kesinambunagn perusahaan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan syukur yang begitu luar biasa saya ucapkan kepada Tuhan Yesus
Kristus yang memberi saya kekuatan dan berkat hikmat sehingga saya bisa
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Strategi Persaingan Bisnis”.
Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih yang tulus
kepada berbagai pihak, di antaranya kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si.,
selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
Terkhusus buat Bapak Dr. Fikarwin Zuska, sebagai Ketua Departemen
Antropologi Sosial FISIP USU. Bapak Drs. Agustrisno, M.S.P., sebagai Sekretaris
Departemen Antropologi Sosial FISIP USU juga sebagai dosen Pembimbing
Akademik (PA) saya yang senantiasa sabar membimbing perkuliahan saya. Bapak
Dr. Fikarwin Zuska selaku Dosen Pembimbing saya, yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga, pikiran, materi dan banyak hal lain dalam
membimbing saya selama dari proses penyusunan proposal sampai penulisan
skripsi ini selesai, terima kasih atas bimbingan ilmu yang sangat berharga dan
juga kasih sayang yang selalu ibu berikan, dengan senyum dan dukungan
sehingga selalu memberi saya semangat untuk terus berusaha menyelesaikan
skripsi ini. Semoga apa yang telah Ibu berikan kepada saya mendapat balasan
yang baik dan melimpah dari Tuhan Yang Maha Esa. Seluruh dosen-dosen dan
Pegawai di Departemen Antropologi, yang telah mendidik dan mengajar penulis
selama proses perkuliahan. Buat Ibu Prof. Dra. Chalida Fachruddin, Ph.D., Bapak
Makmur, M.A., Bapak Nurman Achmad, S.Sos., M.Soc.Sc., Bapak Dr. R.
Hamdani Harahap, Ibu Dra. Rytha Tambunan, M.Si., Ibu Dra. Sabariah Bangun,
M.Soc.Sc., Ibu Dra. Sri Alem Br. Sembiring, M.Si., Ibu Dra. Sri Emiyanti, M.Si.,
Ibu Dra. Tjut Syahriani, M.Soc.Sc., Bapak Drs. Yance, M.Si., Bapak Drs. Zulkifli,
M.A., Bapak Drs. Zulkifli Lubis, M.Si., Bapak Drs. Juara Ginting, M.A., Bapak
Drs. Edi Saputra Siregar. Kepada seluruh staf di FISIP USU khususnya di
Departemen Antropologi, juga kepada Kak Nur dan Kak Sofi yang sudah
membantu saya dalam mengurus kelancaran administrasi selama dalam masa
perkuliahan.
Kepada seluruh karyawan CV. Makmur yang bertugas di kantor maupun
di lapangan yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terimakasih atas waktu
dan kesempatan yang telah diberikan untuk bersedia saya wawancarai. Kepada
agen dan seluruh karyawan kantor perwakilan CV. Makmur di daerah Perawang,
juga kepada bapak A. Sitanggang yang telah bersedia menemani saya
mengumpulkan data selama berada di Perawang. Terkhusu kepada kru bus BK
7556 DO tulang Aritonang, tulang Manik, tulang Purba dan bang Stihong
Naburju yang telah menemani saya selam perjalana dan mau berbagi pengalaman
selama bekerja menjadi supir dan kernet bus.
Khusus juga saya sampaikan ucapan terima kasih kepada bapak P.
Simatuang sebagai staf direksi CV. Makmur yang telah banyak meluangkan
waktu memberikan seluruh informasi yang saya butuhkan sehubung dengan
penelitian ini. Juga kepada bapak M. Hutapea selaku direktur perusahaan yang
Untuk teman-teman baikku, Nelson Siahaan, Hezron Siahaan, Kalvin
Napitupulu dan Hardi Simaremare yang telah bersedia meluangkan waktu
beberapa kali menemani dalam mencari data. Juga Riko Tanpati Perangin-angin
yang selalu menyemangati, memberi dukungan dan selalu menjadi partner saling
bertukar pikiran dalam penyelesaian skripsi ini. Tidak lupa juga untuk
teman-teman lain dari “The Bajing Loncat”, Donald Maruli, Lias Tinambunan, Junius
Tarigan, dan Aldo Serena Sitepu tempat berbagi banyak suka dan sedikit duka,
senantiasa berpetualang kemana angin berhembus membawa kita. Juga kepada
adiku Esra Erita Sari Silalahi yang tidak pernah lelah memberi semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Kepada teman-temanku, Helen Silalahi, Maria Silalahi, Radinton Malau,
Dea Anindita, Puteri Ananda, Ramles Malau, dan kerabat-kerabat seperjuangan
spesial Antropologi stambuk 2008 yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu
persatu, terimakasih buat warna-warninya persahabatan yang telah kalian berikan
selama ini. The last spesial juga untuk teman kami almarhum Mart Boy Sihotang
yang terlebih dahulu dipanggil Tuhan ketika dalam masa penyelesaian skripsinya,
kenangan bersamamu dari sejak Inisiasi kita bersama semua tidak akan bisa
terlupakan. Tempatmu khusus tetap melekat di hati kami semua, kerabat ’08
Antro USU.
Yang teristimewa dari semuanya, meskipun disampaikan pada bagian
terakhir. Untuk kedua orang tua yang sangat aku sayang dan hormati, bapak : Ipda
J. Silalahi dan ibuku tercinta : Lasmaida Simanjuntak S.pd. Terima kasih untuk
sehingga saya bisa menjadi mandiri hidup jauh dari keluarga. Semua itu tidak
ternilai dan senantiasa seperti bunga yang mekar sepanjang masa dan semakin
indah dari waktu ke waktu. Aku sayang kedua orangtuaku, hingga jauh dalam
lubuk hatiku.
Salam sayang juga untuk kakak dan adikku tercinta, Larince R.F Silalahi
S.St dan Josua Silalahi yang selalu mewarnai hariku dengan tawa sehingga
hidupku selalu seru dan penuh kebahagiaan. Terima kasih karena telah memberi
semangat kepada saya untuk bisa terus maju, doakan abang berhasil ya!.
Tuhanlah yang kiranya mampu membalas segala kebaikan yang telah saya
terima dari semua pihak. Menyadari akan keterbatasan saya, maka skripsi atau
hasil penelitian ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Untuk itu, koreksi
dan masukan dari berbagai pihak guna penyempurnaan hasil penelitian ini sangat
saya harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2012
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Batara Efendi Silalahi, lahir pada 25 September 1989 di Tanjung Batu, Provinsi Kepulauan Riau. Beragama Kristen Protestan, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak J. Silalahi dan Ibu Lasmaida Simanjuntak S.Pd.
Riwayat Pendidikan formal adalah SD Negeir 002 Tanjung Batu Kota (1996-2002), SMP Neger 1 Kundur (2002-2005), SMA Negeri 1 Kundur (2005-2008), Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara (2008-2012).
KATA PENGANTAR
Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di
Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sumatera Utara, Medan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut saya
telah menyusun sebuah skripsi dengan judul “Strategi Persaingan Bisnis”.
Ketertarikan penulis mengkaji masalah ini karena semakin banyaknya
perusahaan otobus baru yang bermunculan didasari dari data Direktorat Lalu
Lintas Angkutan Jalan Sumatera Utara yang menunjukan dalam kurun waktu
empat tahun (2006-2010) tercatat sembilan perusahaan baru telah berdiri. Hal
tersebut tentunya membuat persaingan diantara perusahan-perusahaan otobus
semakin jelas terlihat dalam usahanya menjalankan bisnis jasa transportasi.
Dengan semakin ketatnya persaingan yang terjadi, setiap perusahaan perlu
menerapkan berbagai strategi agar perusahaannya agar dapat bersaing dengan
perusahaan lainnya.
Dalam skripsi ini saya menulis tentang strategi-sterategi bisnis yang ada di
perusahaan otobus CV. Makmur sebagai perusahaan otobus yang sudah
berkembang di Kota Medan. Hal yang ingin saya sampaikan melalui skripsi ini
bahwa dalam menghadapi persaingan dibutuhkan manajemen perusahaan yang
berpengalaman untuk menciptakan atau merubah strategi agar perusahaan dapat
mencapai keunggulan dalam bersaing dan kesinambunagn perusahaan dimasa
berbeda dengan perencanaan bisnis, perbedaannya terletak pada kata
keunggulan bersaing. Tanpa pesaing tidak diperlukan adanya strategi”.
Akhirnya, saya berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan
kemampuan, pengetahuan, materi, dan pengalaman saya. Saya sebagai penulis
skripsi ini, dengan tidak mengurangi rasa hormat, mengharapkan kritik dan saran
maupun sumbangan pemikiran yang bersifat membangun dari berbagai pihak
untuk menyempurnakan skripsi ini.
Medan, Desember, 2012
Penulis
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1
1.2.Tinjauan Pustaka ... 10
1.3.Rumusan Masalah ... 19
1.4.Maksud dan Tujuan Penulisan ... 19
1.5.Kerangka Penulisan ... 20
1.6.Metode dan Pengalaman Penelitian ... 21
BAB II. SITUASI PERKEMBANGAN DAN PERAINGAN PERUSAHAAN OTOBUS 2.1. Perkembangan Perusahaan Otobus di Kota Medan ... 29
2.2. Persaingan Perusahaan Otobu di Kota Medan ... 35
BAB III. STRATEGI WARALABA DAN STRATEGI PROMOSI 3.1. Strategi Waralaba ... 40
3.2. Strategi Promosi ... 50
BAB IV. STRATEGI PELAYANAN DAN STRATEGI MULTIKULTUR DALAM PEMASARAN 4.1. Strategi Pelayanan ... 57
4.2. Strategi Multikultur Dalam Pemasaran ... 69
BAB V. STRATEGI PEMBENTUKAN PERUSAHAAN BARU DAN STRATEGI PEREMAJAAN / PENAMBAHAN ARMADA BARU 5.1. Strategi Pembentukan Perusahaan Baru... 77
5.2.1 Strategi Peremajaan ... 80
5.2.2 Strategi Penambahan Armada Baru ... 83
BAB VI. STRATEGI SISTEM CEKING DAN STRATEGI JADAWAL – KEBERANGKATAN 6.1. Strategi Sistem Ceking ... 91
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Jumlah Bus Antar Provinsi Menurut Provinsi
di Sumatera 2006 – 2010 ... 5 Tabel 2 : Jumlah Perusahaan Bus Antar Provinsi Menurut
Provinsi di Sumatera 2006 – 2010 ... 6 Tabel 3 : Perusahaan Otobus (AKAP) di Kota Medan dan Jumlah
Armada yang Dimiliki Pada Tahun 2012 ... 35 Tabel 4 : Armada Bus CV. Makmur Menurut Jenis Mesin dan Karoseri ... 84 Tabel 5 : Trayek CV. Makmur Berdasarkan Jumlah Armada Bus
ABSTRAKSI
Batara Efendi Silalahi, 2012. Judul Skripsi : STRATEGI PERSAINGAN BISNIS, Studi Etnografi tentang Penerapan Strategi Persaingan Bisnis Pada Perusahaan Otobus CV. Makmur di Kota Medan. Skripsi ini terdiri dari 7 Bab, 111 halaman, dan 5 daftar tabel.
Skripsi dengan judul “Strategi Persaingan Bisnis” ini secara umum menjelaskan tentang strategi-strategi yang diterapkan oleh perusahaan otobus untuk menghadapi persaingan dalam bisnis layanan jasa transportasi. Dalam skripsi ini peneliti memilih perusahaan otobus CV. Makmur sebagai objek penelitian karena perusahaan ini sudah berkembang dibanding perusahaan otobus lainnya yang berada di Kota Medan. Skripsi ini dibuat untuk dapat memahami bagaimana pentingnya suatu strategi bagi perusahaan otobus yang sudah berkembang. Kemudian skripsi ini juga memperlihatkan bagaimana implikasi dari penerapan suatu strategi terhadap budaya perusahaan CV. Makmur. Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi partisipan dimana peneliti ikut dalam aktivitas para karyawan di dalam perusahan. Selain itu, untuk mengumpulkan data peneliti juga melakukan wawancara mendalam sesuai dengan fokus penelitian kepada pihak-pihak yang terkait, mulai dari para penumpang, karyawan dan manajemen perusahaan sebagai pihak pengambil keputusan di dalam perusahaan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada dua tujuan yang ingin dicapai CV. Makmur dalam menerapkan berbagai macam strategi di perusahaannya. Tujuan yang pertama adalah untuk mencapai keunggulan dalam bersaing, dan tujuan kedua ialah untuk kesinambungan perusahaan. Terciptanya suatu strategi juga tidak terlepas dari pengalaman pihak manajemen melihat berbagai permasalahan yang terjadi dalam bisnis transportasi, baik itu permasalahan internal perusahaan ataupun permasalahan eksternal perusahaan. Permasalahan-permasalahan tersebutlah yang melatarbelakangi pihak manajemen CV. Makmur menciptakan kedelapan strategi yang kini dterapkan di dalam perusahaannya. Selanjutnya penerapan dari strategi-strategi tersebut juga berimplikasi terhadap budaya perusahaan, Implikasinya dapat dilihat dari terciptanya prilaku atau proses bekerja yang baru di dalam perusahaan dan keberhasilan perusahaan menanamkan nilai-nilai yang dipahami oleh seluruh pihak yang ada di perusahaan.
Kesimpulan yang bisa dicapai melalui tulisan ini adalah strategi sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan perusahaan tidak hanya penting bagi perusahaan yang baru merintis bisnisnya, tetapi juga penting bagi perusahaan yang sudah berkembang. Pengalaman-pengalaman dari pihak manajemen penting untuk dijadikan dasar menciptakan atau merubah suatu strategi agar perusahaan mampu mempertahankan keunggulan dan menjaga kesinambunagn perusahaan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Skripsi ini menjelaskan tentang strategi-strategi bisnis yang ada pada
perusahaan jasa transportasi darat, dalam hal ini perusahaan otobus. Skripsi
mengenai strategi perusahaan ini ditulis untuk dapat memahami bagaimana
strategi-strategi itu dibuat dan diterapkan oleh perusahaan transportasi agar
mampu unggul dalam persaingan yang dihadapi sehingga sasaran dan tujuan
perusahaan dapat tercapai. Seperti yang dikatakan Porter, “strategi adalah alat
yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing” (Rangkuti 2004:4).
Selanjutnya Hamel dan Paharalad mendefinisikan strategi “sebagai tindakan yang
bersifat incremental (senantiasa meningkat), terus-menerus dan dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh pelanggan dimasa
depan” (Rangkuti 2004:4).
Dengan begitu secara umum tulisan tentang stategi perusahaan ini
membahas masalah pengelolaan perusahaan yang erat kaitanya dengan
perkembangan dan persaingan bisnis yang terjadi diantara perusahaan
transportasi. Pengelolaan yang dimaksud adalah strategi-strategi yang digunakan
atau diterapkan oleh suatu perusahaan transportasi agar dapat bertahan dan
mampu unggul dalam persaingan. Dengan mempelajari strategi-strategi tersebut
perusahaannya. Dengan memahami strategi-strategi itu juga akan dapat di dapat
gambaran bagaimana sesungguhnya persaingan bisnis yang terjadi.
Selanjutnya tulisan ini juga akan memperlihatkan bagaimana implikasi
dari strategi terhadap budaya perusahaan. Dari temuan yang saya dapati selama di
lapangan memperlihatkan adanya implikasi dari terciptanya suatu strategi
terhadap budaya di perusahaan, sebab dalam pengimplementasian strategi-strategi
tersebut ada nilai-nilai yang di-share kepada seluruh karyawan. Tidak hanya itu
saja, pengimplementasian dari suatu strategi juga turut membentuk suatu prilaku
organisasi yang baru atau proses kerja yang baru di dalam perusahaan. Seperti
yang yang dikatakan Alwi bahwa “strategi yang terimplementasikan dengan baik
akan mempengaruhi perilaku suatu organisasi” (Alwi 2001:54).
Skripsi ini ditulis dalam lingkup ilmu antropologi yang memfokuskan
kajiannya untuk mempelajari kebudayaan, atau kebiasaan-kebiasan dan aktivitas
yang dilakukan manusia. Kluckhohn dan Kelly mendefenisi kebudayaan sebagai
semua rancangan hidup yang tercipta secara historis baik yang tersirat maupun
tidak tersirat yang ada pada suatu waktu sebagai pedoman yang potensial untuk
perilakunya (Keesing 1999:67). Dalam perkembangan kajian antropologi, budaya
juga digunakan dalam referensi organisasi sebagai metafora untuk memahami cara
kerja suatu kelompok1
1
Deborah D’amico, “Diversity, Inequality and Organizational Culture,” Cross-Cultural Management and Organizational Culture, eds. Tomoko Hamada & Ann Jordan (Virginia: Department of Anthropopolgy College of William and Mary) .
. Budaya sebagai metafora akar untuk studi organisasi yang
budaya organisasi menggabungkan rangkaian menarik dari suatu gambar tatanan
yang berhubungan antara budaya dan organisasi (Hamada & Jordan 1990:85).
Keberadaan suatu organisasi tidak terlepas dari dinamika yang terjadi
dalam lingkungannya, baik itu internal maupun eksternal. Sehingga setiap
organisasi dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar
dapat bertahan dan mampu unggul dalam persaingan yang dihadapi (Dirgantoro
2001:39). Semua organisasi pasti mempunyai budaya, begitu pula perusahaan
karena perusahaan adalah sebuah organisasi (Deal & Kennedy 1982:4). Suatu
perusahaan dapat dikatakan memiliki budaya perusahaan yang kuat apabila
perusahaan itu antara lain dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain,
sehingga kemampuan bersaing perusahaan tersebut dapat membuat perusahaan itu
tetap bertahan. Seperti yang dikatakan Hofsted, budaya yang kuat dan khas yang
terdapat pada suatu perusahaan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
perusahaan itu sendiri (Mulyono 2003:29). Oleh sebab itu keberadaan budaya
pada suatu perusahaan juga menentukan kemampuan perusahaan tersebut untuk
bersaing.
Semakin majunya perkembangan di dunia industri membuat persaingan
diantara perusahaan semakin jelas terlihat, baik pada perusahaan yang bergerak di
bidang jasa maupun non jasa. Khususnya pada perusahaan jasa karena produk
yang dihasilkan berbentuk layanan jasa, agar dapat unggul perusahaan harus
menciptakan strategi khusus untuk memberikan pelayanan yang lebih agar
konsumen merasa nyaman dan percaya akan layanan jasa yang diberikan. Salah
jasa transportasi darat. Dalam upayanya untuk bisa tetap bertahan banyak
perusahaan otobus menerapkan berbagai macam strategi, dari mulai strategi
pelayanan kepada konsumen sampai pada pengelolaan tarif. Namun tidak jarang
strategi tersebut malah menjadi bumerang kepada perusahaan itu sendiri karena
pelaksanaannya di lapangan yang kurang tepat. Salah satu contohnya adalah
kerapian para karyawan perusahaan. Dengan memberikan seragam kepada
karyawan, perusahaan bermaksud untuk memperlihatkan kerapian dan
kekompakan karyawannya. Namun apabila kerapian tersebut tidak diikuti dengan
kesopanan para karyawan dalam melayani konsumen malah akan membawa
dampak buruk bagi perusahaan. Tentu ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut
mengapa karyawan bisa bersikap seperti itu. Sangat menarik untuk membahas
masalah pengelolaan perusahaan transportasi khususnya transportasi darat, karena
transportasi darat berbeda dengan transportasi laut dan udara. Jika transportasi
laut dan udara harus memiliki standarisasi keahlian khusus untuk para karyawan
lapangan misalnya; pilot, pramugari, nahkoda kapal, anak buah kapal, namun
pada transportasi darat misalnya perusahaan otobus, tidak ada batasan mengenai
standarisasi keahlian khusus untuk para supir dan kondekturnya, cukup
bermodalkan SIM dan pengalaman maka ia akan diterima.
Transportasi sebagai akses penghubung antara suatu daerah ke daerah lain
menjadi sesuatu hal yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan daerah.
Karena dengan adanya transportasi itu perkembangan dari suatu daerah ke daerah
lain menjadi cepat. Oleh sebab itu pertumbuhan perusahaan jasa transportasi juga
sumatera bagian utara menjadi titik pertumbuhan transportasi, khususnya
transportasi darat yang menghubungkan Aceh – Medan, Riau – Medan, Sumatera
Barat – Medan, dan Kota lainnya yang ada di Sumatera Utara. Semakin
berkembangnya perusahaan jasa transportasi membuat banyak pilihan bagi
konsumen untuk memilih perusahaan mana yang akan ia gunakan.
Ketertarikan untuk menulis permasalahan tentang strategi perusahaan
transportasi antar provinsi ini diltarbelakangi dua permasalahan yang peneliti
anggap cukup menarik untuk dilihat:
Pertama, pertumbuhan / perkembangan bus dan perusahaan otobus di Indonesia kuhsusnya di kota Medan. Pada tahun 2010 pertumbuhan jumlah armada bus baru
meningkat 2,5% dibandingkan pada tahun 2009. Dikatakan oleh Ketua Umum
Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) Eka Sari
Lorena Soerbakti, perkembangan armada bus penumpang di Indonesia mengalami
kenaikan 2,5% dengan total bus mencapai 3 juta unit. Kenaikan pertumbuhan bus
ini juga dipengaruhi oleh bertambahnya perusahaan-perusahaan otobus yang
melayani jasa transportasi antar kota dan antar provinsi2
No
. Hal ini bisa terlihat dari
tabel berikut:
Tabel 1
Jumlah Bus Antar Provinsi Menurut Provinsi di Sumatera 2006 - 2010
Uraian Satuan 2006 2007 2008 2009 2010
1 Nangroe Aceh Darusalam Unit 509 510 558 544 621
2
Debiariwidawan, “Persaingan sehat antar PO bus berwujud kemajuan bidang transportas,
2 Sumatera Utara Unit 1,054 1,106 1,112 1,078 1,185
Sumber: Direktorat LLAJ, Ditjen. Hubdat, Desember 2010. (Buku Statistik Dinas Perhubungan 2011)
Tabel 2
Jumlah Perusahaan Bus Antar Provinsi Menurut Provinsi di Sumatera 2006 - 2010
Sumber: Direktorat LLAJ, Ditjen. Hubdat, Desember 2010. (Buku Statistik Dinas Perhubungan 2011)
Dari tabel di atas terlihat kenaikan pertumbuhan jumlah bus dan perusahaan
Sumatera Utara hingga tahun 2010 setidaknya terdapat 41 perusahaan dengan
1,185 armada bus. Hal serupa juga diungkapkan oleh pihak MBI (PT. Mercedes
Benz Indonesia) selaku vendor3 yang paling diminati untuk pembelian chassis4
dan mesin di Indonesia. Mereka menjelaskan “hingga Juli 2011, penjualan bus
sudah mencapai 1.876 unit, naik ketimbang periode yang sama pada tahun lalu.
Diramalkan, tren ke depannya masih terus meningkat. Pasalnya, banyak
perusahaan otobus yang notabene pasar paling potensial, mulai gencar
meremajakan armadanya”5
Kedua, berkembangnya perusahaan-perusahaan otobus hingga pada saat ini tidak hanya membawa dampak positif bagi dunia transportasi darat, tapi juga
berdampak negatif bagi sebagian pengusaha. Pasalnya banyak pengusahaan
otobus yang gulung tikar akibat tidak mampu bersaing dengan perusahaan lain . Selain membeli bus-bus baru, strategi meremajakan
armada adalah salah satu upaya yang dilakukan pihak perusahaan otobus untuk
tetap menjaga armadanya agar bisa terus beroperasi dan dapat tetap bersaing
dengan armada-armada bus dari perusahaan lain.
6
3
Vendor adalah pihak ketiga yang menjadi produsen material – material perusahaan.
4
Chassis adalah bagian penting dari semua kendaraan yang berfungsi sebagai penopang berat kendaraan , mesin serta penumpang.
.
Ketidak mampuan tersebut terletak pada strategi pelayanan yang pada umumnya
mengharuskan perusahaan mengeluarkan modal yang besar, sehingga banyak
pengusaha dengan modal yang pas-pasan terancam gulung tikar. Di Kota Medan
5
Budi NR, “Pertarungan sengit di ceruk sempit,
6
sendiri telah banyak perusahaan otobus yang dahulu pernah sukses pada tahun
1980 hingga 1990-an kini harus gulung tikar, seperti: Risma, Martimbang,
Purnama Raya, PMTS (Persatuan Motor Tapanuli Selatan), Bani, Bunga
Setangkai, ABS (Aek Batanggadis Sejati) dan Palansa. Perpecahan bahkan sampai
pada tutupnya suatu perusahaan tidak akan mungkin terjadi jika pengelolaan
perusahaan berjalan dengan baik. Setiap manajemen perusahaan dituntut untuk
mampu mengetahui apa kelemahan dan apa yang menjadi keunggulan dari
perusahaanya agar dapat dibuat suatu strategi untuk megatasi berbagai
permasalahan. Dalam bersaing misalnya pada satu trayek yang banyak di isi oleh
perusahan lain, selain memberikan pelayanan yang baik bisa juga disiasati dengan
mempercepat jadwal keberangkatan atau memberikan snack kepada penumpang.
Atas dasar inilah saya tertarik untuk menulis tentang strategi pengelolaan
pada suatu perusahaan transportasi yang dalam hal ini adalah perusahaan otobus.
Hal yang menarik yang ingin saya tunjukan adalah bagaimana suatu strategi
dibuat akibat dari persaingan yang semakin sengit diantara perusahaan otobus.
Kemudian bagiamana strategi-strategi yang dibuat itu mampu membuat
perusahaan unggul dalam persaingan dan bertahan selama puluhan tahun. Karena
setiap perusahaan pastinya mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan
visi dan misi perusahaan.
Dalam skripsi ini peneliti memilih CV. Makmur sebagai perusahaan
otobus yang diteliti. Ketertarikan untuk meneliti CV. Makmur dikarenakan dari
sekian banyak peruahaan otobus yang ada di Kota Medan CV. Makmur adalah
tersebut dapat dibuktikan dari kemampuan perusahaan membentuk anak
perusahaan baru (CV. Halmahera) yang beridiri di bawah manajemen CV.
Makmur. Selanjutnya jumlah ijin trayek yang sudah dikantongi perusahaan ini
lebih banyak, bahkan sampai dua kali lipat dari perusahaan lain. Dalam sehari
(hingga agustus 2012) CV. Makmur memberangkatkan 35 unit armada bus
dengan tujuan trayek yang berbeda, dan jumlah tersebut akan terus bertambah
mengingat rencana perusahaan yang akan menambah armada bus untuk CV.
Halmahera. Kemudian dari segi tipe-tipe kelas yang disediakan, CV. Makmur
menyediakan sembilan tipe kelas yang dapat dipilih sesuai dengan keinginan
penumpang, namun pada perusahaan paling banyak hanya menyediakan empat
tipe kelas saja.
Pemilihan ini juga didasari atas panjangnya sejarah perusahaan yang telah
berdiri sejak tahun 1958 dengan nama “Subur”, namun sejak tahun 1959 berubah
menjadi “Makmur” dan pada agustus 2011 CV. Halmahera resmi dibuka sebagai
anak dari perusahaan CV. Makmur. Perusahaan ini memiliki seratus sepuluh unit
armada bus. Adapun tipe-tipe kelas yang disediakan bagi penumpang yakni kelas
Economi Class (Non-Toilet), Economi Toile, Economi Lux (Toilet), Royal Class
(Ac Toilet), Royal Lux (Ac Toilet), Super VIP, Super Executive, Super Executive
(Lux). Sedangkan yang menjadi trayek tujuan dari perusahaan ini adalah dari kota
Medan ke sebagian besar daerah di Provinsi Riau seperti Pekanbaru, Dumai, Duri,
Pangkalan Kerinci, Perawang, Sungai Buatan, Bangkinang, Teluk Kuantan,
Selain itu dalam menjalankan bisnis layanan jasanya manajemen CV.
Makmur menerapkan delapan strategi, kedelapan strategi tersebut adalah: strategi
waralaba, strategi promosi, strategi pelayanan, strategi multikulurisme, strategi
pembentukan perusahaan baru, strategi peremajaan / penambahan armada baru,
strategi sistem ceking, dan strategi jadwal keberangkatan. Hal inilah yang
membuat saya tertarik untuk memilih CV. Makmur, hal yang perlu diungkapkan
lebih lanjut ialah mengapa CV. Makmur menerapkan banyak strategi dalam
menjalankan perusahaannya, padahal dari penjelasan yang telah disampaikan CV.
Makmur sudah mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya.
Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu kantor pusat CV. Makmur
yang berada di Jl. Sisingamangaraja Km 6,7 no 12 amplas Medan, dan kantor
perwakilan daerah Perawang di Jl. Raya Km 7 Kecamatan Perawang Kabupaten
Siak Riau. Penelitian di kantor pusat bertujuan untuk memahami bagaimana suatu
strategi dibuat, apa fungsinya, dan atas dasar apa strategi itu dibuat. Sedangkan
penelitian di kantor perwakilan daerah bertujuan untuk melihat apakah
strategi-strategi tersebut benar dilaksanakan samapai kepada kantor perwakilan daerah.
Pemilihan Kota perawang sebagai kantor perwakilan daerah di dasari
pertimbangan peneliti yang melihat perkembangan kantor wilayah ini belum
begitu berkembang, berbeda dengan perwakilan daerah yang lain yang sudah
pernah peneliti jalani sebelumnya seperti Pekanbaru dan Dumai. Karena untuk
trayek Medan – Pekanbaru dan Medan – Dumai dapat dikatakan CV. Makmur
bus setiap harinya, berbeda dengan trayek Medan – Perawang yang hanya
memberangkatkan 3 unit bus setiap harinya.
1.2. Tinjauan Pustaka
Secara konseptual strategi dapat diartikan sebagai suatu pendekatan secara
menyeluruh yang berkaitan dengan pelaksanaan
eksekusi sebuah aktivitas dalam kur7
7
. Pada mulanya konsep
strategi digunakan dalam dunia militer yang dalam bahasa Yunani disebut
strategos artinya komandan militer. Namun seiring dengan semakin
berkembangnya jaman konsep strategi juga digunakan dalam dunia bisnis.
Sehingga pada saat ini banyak definisi-definisi dari strategi yang pada umumnya
lebih berkaitan pada dunia bisnis. Seperti yang dinyatakan oleh Glueck dan Jauch
“strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang
menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan
dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan itu
dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi” (Glueck W.F, Jauch
L.R 1994). Selanjutnya Triton menyimpulkan strategi sebagai berikut:
“Strategi adalah sekumpulan pilihan kritis untuk perencanaan dan penerapan serangkaian rencana tindakan dan alokasi sumber daya yang penting dalam mencapai tujuan dasar dan sasaran, dengan memperhatikan keunggulan kompetitif, komparatif, dan sinergis yang ideal berkelanjutan, sebagai arah, cakupan dan perspektif jangka panjang keseluruhan yang ideal dari individu atau organisasi” (Tirton PB, 2007:17).
Dari kedua definis diatas dapat diambil pengertian bahwa strategi adalah
sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir (sasaran). Tetapi strategi
bukan hanya sekedar suatu rencana, tetapi rencana yang disatukan atau semua
bagian rencana serasi dan berkaitan yang disatukan. Artinya strategi mengikat
seluruh bagian dalam perusahaan menjadi satu. Strategi itu menyeluruh artinya
strategi meliputi semua aspek penting dalam perusahaan dan terpadu.
Sejalan dengan penjelasan diatas, dari sekian banyak definisi strategi
Amstrong membagi pengertian strategi menjadi tiga bagian besar (Triton PB,
2007:16):
• Pertama, strategi merupakan deklarasi maksud yang mendefinisikan cara
untuk mencapai tujuan, dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh
alokasi sumberdaya perusahaan yang penting untuk jangka panjang dan
mencocokkan sumberdaya dan kapabilitas dengan lingkungan eksternal.
• Kedua, strategi merupakan perspektif dimana isu kritis atau faktor
keberhasilan dapat dibicarakan, serta keputusan strategis bertujuan untuk
membuat dampak yang besar serta jangka panjang kepada perilaku dan
keberhasilan organisasi.
• Ketiga, strategi pada dasarnya adalah mengenai penetapan tujuan dan
mengalokasikan atau menyesuaikan sumberdaya dan peluang sehingga
dapat mencapai kesesuaian strategis antara tujuan strategis dan basis
sumberdayanya.
Strategi yang berhasil biasanya memiliki empat unsur utama (Grant
1. Strategi tersebut harus ditunjukan untuk tujuan yang jelas dan dalam
jangka waktu yang panjang.
2. Strategi didasarkan pada paham yang mendalam terhadap lingkungan
eksternal.
3. Strategi didasarkan pada paham yang mendalam mengenai kemampuan
internal individu maupun organisasi.
4. Strategi dilaksanakan dengan resolusi, kordinasi, serta pemanfaatan yang
efektif terhadap kemampuan dan komitmen dari semua anggota organisasi.
Strategi bisnis berbeda dengan perencana bisnis, Kenichi Ohmae
mengatakan perbedaan strategi bisnis dengan perencanaan bisnis terletak pada
kata “keunggulan bersaing”. Tanpa pesaing tidak diperlukan adanya strategi
(Dirgantoro 2001:63). Konsep strategi dalam dunia bisnis biasa digunakan dalam
disiplin ilmu manajemen, yaitu dengan istilah manajemen strategis. Secara
definisi strategi dan manajemen strategi memang berbeda. “Manajemen strategis
adalah kumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan dan
penerapan strategi yang didesain untuk mencapai sasaran organisasi” (Pearce dan
Robinson, 1988). Selanjutnya Glueck dan Jauch mendefinisikan manajemen
strategis sebagai berikut:
Dari kedua definisi diatas secara sederhana dapat diartikan proses
manajemen strategis ialah cara dengan jalan mana para perencana strategis
menentukan sasaran dan membuat kesimpulan strategi. Manajemen Strategis
sebenarnya lebih banyak berhubungan dengan pengelolaan strategis yang mampu
membaca dan mengantisipasi berbagai kemungkinan di masa mendatang sebagai
dasar untuk merencanakan tujuan secara luas, mengimplementasikan strategi, dan
menyusun serta menetapkan berbagai kebijakan yang tepat. Jika dikaitakan
dengan perencanan tujuan yang luas, maka menjadi kebutuhan mendasar bagi
suatu organisasi untuk senantiasa mengembangkan kompetensinya.
Pengabaian terhadap manajemen strategis dapat berakibat fatal (Glueck
W.F, Jauch L.R 1994:55). Berbagai analisis telah menemukan bagaimana
perencanaan strategi gagal karena melakukan strategi yang salah: Perusahaan akan
gagal apabila perencanaan strategi yang berkuasa menciptakan strategi yang
terlalu berambisi dan kurang berhati-hati yang tidak mengindahkan gejala
lingkungan.
1. Perusahaan akan gagal apabila perencanaan strategi yang berkuasa
menolak merubah strategi lama.
2. Perusahaan akan gagal apabila pimpinan strategi tidak menciptakan
strategi.
3. Perusahaan akan gagal karena perencana strategi menciptakan strategi
yang terlalu berambisi dengan dasar sumber perusahaan yang lemah.
Jika membahas keunggulan dan kemampuan suatu perusahaan tidak hanya
oleh para manajer sedangkan yang melaksanakannya ialah para karyawan. Oleh
sebab itu memahami para karyawan dengan konsep budaya korporat juga
merupakan hal yang penting untuk menjelaskan bagaimana suatu perusahaan
mampu mencapai keberhasilan.
Sampai saat ini budaya adalah salah satu tema yang tidak pernah habis
untuk didiskusikan, karena budaya itu sendiri adalah hasil ciptaan manusia yang
memiliki karkteristik dan keunikan tersendiri. Dalam perkembangan kajian
antropologi, budaya juga digunakan dalam studi bisnis. Pada saat ini
perkembangan antropologi bisnis efektif dibagi menjadi tiga bidang: 1) organisasi
antropologi (studi kompleks organisasi termasuk budaya mereka, proses bekerja
dan mengubah arahan), 2) antropolog, pemasaran dan perilaku konsumen. 3)
desain (desain produk dan layanan). Semua ini bergantung pada dasar antropologi
metodologi dan teori dan melibatkan mempelajari jenis masalah yang dijelaskan
di atas8
Membahas masalah budaya pada suatu perusahaan sudah tidak asing lagi
dalam ilmu antropologi. Cherrington menyatakan budaya dari perspektif studi
organisasi/korporat, merupakan salah satu karakteristik dari tingkat organisasi,
karakteristik ini adalah perasaan tidak tertulis dan biasanya mewakili nilai-nilai,
keyakinan, dan pemahaman bersama (Jordan 2003:85). Davis mengatakan
“budaya perusahaan adalah keyakinan dan nilai bersama yang memberikan makna
bagi anggota sebuah institusi dan menjadikan keyakinan dan nilai tersebut sebagai
aturan atau pedoman berperilaku dalam organisasi” (Sobirin 2007:131). Demikian .
8
juga Robbins mengatakan bahwa “budaya korporasi adalah satu sistem nilai-nilai
yang dirasakan maknanya oleh seluruh orang dalam organisasi. Selain dipahami
seluruh jajaran juga meyakini sistem nilai-nilai tersebut sebagai landasan gerak
organisasi” (Moeljono 2003: 18). Dari dua pengertian budaya korporasi di atas
tampak jelas bahwa nilai-nilai yang dipahami dan diyakini sebagai landasan
ataupun pedoman berprilaku dalam suatu perusahaan.
Achmad Sobirin (2007), secara umum membagi konsep budaya organisasi
menjadi tiga sudut pandang yaitu: Ideational school, Adaptationist school dan
Realist school.
• Pertama – Ideational school lebih melihat budaya sebuah organisasi dari
apa yang di-shared (dipahami, dijiwai dan dipraktikkan bersama) anggota
sebuah komunitas / masyarakat.
• Kedua - Adaptationist school melihat budaya dari apa yang bisa
diobservasi baik dari bangunan organisasi seperti arsitektur / tata ruang
bangunan fisik sebuah organisasi maupun dari orang-orang yang terlibat di
dalamnya seperti pola perilaku dan cara mereka berkomunikasi.
• Ketiga - Realist school menegaskan bahwa budaya organisasi merupakan
satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara elemen yang bersifat
Idealistik (nilai-nilai dan kepercayaan) dan behavioral (tingkah laku).
Dari sisi fungsi Molejono (2003:22) mengatakan fungsi budaya korporat
adalah “ sebagai perekat sosial dalam mempersatukan anggota-anggota dalam
mencapai tujuan organisasi berupa ketentuan-ketentuan atau nilai-nilai yang harus
sebagai kontrol atas perilaku karyawan”. Sejalan dengan Moeljono, Achmad
Sobirin (2007:248-257) mengartikan fungsi budaya organisasi sebagai berikut:
• Budaya sebagai pembeda antara kita dan mereka
Budaya yang telah terbentuk menjadikan suatu organisasi berbeda dengan
organisasi lain. Dengan kata lain budaya membentuk suatu batasan lain
antara “kita dan mereka”.
• Budaya sebagai pembentuk identitas
Pernyataan ICIG (The International Corporate Identy Group) yang
dikenal dengan “Strathclyde Statement” menyatakan, setiap perusahaan
pasti mempunyai identitas diri. Artikulasi dari identitas tersebut tercermin
dalam etos, tujuan dan nilai-nilai organisasi. Identitas diri menunjukkan
sense of individuality yang bisa membantu organisasi membedakan dirinya
dengan organisasi lain dalam lingkup persaingan.
• Budaya sebagai perekat organisasi
Organisasi seolah-olah layaknya sebuah keluarga besar dimana
masing-masing anggota keluarga memiliki tanggung jawab yang sama, saling
peduli diantara mereka, saling berbagi pengalaman, saling mengingatkan
jika ada yang salah dan saling melindungi ketika ada ancaman dari luar.
• Budaya sebagai alat kontrol
Organisasi tidak akan bisa berjalan dengan baik jika organisasi tersebut
tidak mempunyai sistem pengendalian yang memadai. Tanpa sistem
ada yang mengarahkan dan mengkordinasinya. Demikian juga efisiensi
dan efektivitas organisasi sangat bergantung pada berfungsi tidaknya
sistem pengendalian tersebut.
Belakangan ini, studi tentang budaya korporat menjadi perhatian yang
serius. Berbagai kalangan ikut mengambil bagian dan perhatian atas betapa
pentingnya peranan budaya perusahaan dalam meningkatkan daya saing dan
kinerja perusahaan9
9
Ibid. Hal 18
. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kotter dan Heskett,
menyimpulkan bahwa budaya korporat bisa menimbulkan dampak yang dahsyat
terhadap individu dan kinerja, khususnya dalam lingkungan yang kompetitif,
bahkan dampaknya bisa jadi lebih kuat ketimbang faktor-faktor lain, seperti:
strategi, struktur organisasi, sistem manajemen, alat-alat analisis keuangan,
kepemimpinan, dan lain-lain (Kotter dan Heskett, 2006). Di Indonesia, penelitian
yang dilakukan oleh Moeljono di Bank Rakyat Indonesia (BRI) menemukan
bahwa budaya korporat berperan secara sangat siknifikan terhadap keunggulan
korporasi dalam bentuk produktivitas pelayanan. Demikian juga, sebuah studi di
Danar Hadi menunjukkan bahwa budaya keluarga yang professional di dalam
perusahaan menjadi pendorong bagi keunggulan organisasi (Moeljono, 2005).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa budaya korporat dapat menentukan
keunggulan besaing perusahaan. Penelitian lain yang dilakukan Hamilton (Hafner
1999:57-103) yang menceritakan bagaimana kesuksesan perusahaan-perushaan di
Taiwan yang membentuk suatu “kebiasan bisnis” dengan memanfaatkan jaringan
mengakibatkan persaingan bisnis yang positif, yang menguntungkan
masing-masing pihak (hubungan timbal-balik)10
1. Fasilitas angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap penampilan fasilitas
yang dimiliki perusahaan jasa transportasi
. Oleh sebab itu membahas budaya pada
suatu perushaan tidak hanya membahas apa saja yang terjadi di dalam (internal)
perusahaan, tetapi faktor luar (eksternal) juga penting untuk melihat gambaran
budaya perusahaan secara kompleks.
Berkaitan dengan penelitian ini, setiap perusahaan jasa berusaha
memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumennya agar mereka merasa puas
terhadap jasa yang mereka rasakan dan mereka mau menjadi pelanggan. Selain
pelayanan, fasilitas dalam usaha jasa harus diperhatikan, terutama yang
berhubungan dengan apa yang dirasakan oleh konsumen. Menurut Ginting
(2005:38) kepuasan terhadap transportasi dapat ditentukan oleh atribut yaitu:
2. Keamanan angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap seberapa baik
keamanan yang diberikan kepada pelanggan.
3. Keramahan petugas adalah persepsi pelanggan terhadap sikap petugas
yang ramah terhadap pelanggan.
4. Tarif angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap tarif yang
diberlakukan.
5. Ketepatan waktu Angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap ketepatan
waktu berangkat dan waktu tiba ditujuan sesuai kebutuhan pelanggan.
10
6. Image angkutan adalah kesan yang diberikan perusahaan yang pada
akhirnya membentuk sikap atau penilaian terhadap perusahaan.
7. Kenyamanan angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap kenyamanan
angkutan.
1.3 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, jika dipersempit maka
yang menjadi rumusan masalah dalam skripsi ini adalah:
1. Mengapa perusahaan otobus yang sudah berkembang seperti CV. Makmur
memerlukan strategi dalam menghadapi persaingan ?
2. Apa yang melatarbelakangi CV. Makmur memilih ke delapan strategi
yang telah diterapkan dalam perusahaannya ?
3. Bagaimana implikasi dari penerapan suatu strategi dengan budaya
perusahaan CV. Makmur ?
1.4 Maksud dan Tujuan Penulisan
Maksud dari penulisan atau pembahasan masalah tentang strategi-strategi
perusahaan trasnportasi ini adalah untuk menjelaskan kepada pembaca bahwa
pentingnya menciptakan suatu strategi yang tepat agar perusahaan mampu unggul
dalam persaingan, dan untuk menjaga pertumbuhan dan keinambunagn
perusahaan. Sementara tujuan dari pembahasan masalah ini adalah untuk
memperlihatkan kepada pembaca bagaimana kebiasan atau aktifitas manusia pada
1.5 Kerangka Penulisan
Dalam tulisan ini terdapat lima bab pembahasan yang dibagi menjadi dua
bagian, bab II akan dijelaskan bagaimana kondisi perkembangan dan persaingan
perusahaan otobus di Kota Medan dari tahun 1950-an hingga tahun 2010.
Kemudian dari bab III hingga bab VI akan membahas berbagai macam strategi
yang diterapkan oleh CV. Makmur. Masing-masing bab terdiri dari dua strategi
yang berkaitan. Pada bab III saya menjelaskan strategi waralaba dan strategi
promosi yang akan memperlihatkan bentuk perusahaan beserta aturan-atuaran
yang berlaku dalam menjalankan perusahaan. Pada bab IV saya menjelaskan
strategi pelayanan dan strategi penghilangan citra kebatakan, kedua strategi ini
menjelaskan bagaiman usaha yang dilakukan perusahaan agar dapat menjalankan
layanan jasa transportasinya.
Selanjutnya pada bab V saya akan menjelaskan strategi pembentukan
perusahaan baru dan strategi peremajaan / penambahan armada baru. Kedua
strategi saling berkaitan karena sama-sama membahas bagaimana pihak
manajemen menjaga kesinambungan perusahaannya. Terakhir pada bab VI saya
menjelaskan strategi sistem ceking dan strategi jadwal keberangkatan. Dalam
pembahasan pada bab ini lebih banyak menjelaskan bagaimana perusahaan
membuat aturan untuk mengatur pemasukan (keuangan) serta kelancaran armada
1.6 Metode dan Pengalaman Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam lingkup ilmu antropologi, yaitu dengan
menggunakan metode penelitian etnografi11. Ada dua cara yang sering digunakan
dalam penelitian etnografi untuk memperoleh data yaitu melalui observasi
partisipasi (participant observer)12
Sehubungan dengan ini saya juga mendekatkan diri kepada para pimpinan
perusahaan yakni staf direksi CV. Makmur dan kepala perwakilan daerah
perawang. Hal yang pertama sekali yang saya lakukan adalah menyampaikan dan wawancara. Dengan observasi partisipasi
peneliti bisa ikut serta dalam mengamati langsung serangkaian kegiatan para
karyawan, melihat, dan memahami masalah yang menjadi objek dalam penelitian.
Dengan melakukan observasi partisipasi, maka yang saya lakukan sebagai peneliti
yang akan menulis sebuah skripsi adalah tinggal dan ikut melaksanakan aktivitas
para karyawan di lokasi penelitian saya. Hal ini perlu dilakukan dengan tujuan
data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan atau bahasa ilmiahnya valid.
Dengan tinggal dan ikut melaksanakan aktivitatas bersama karyawan yang diteliti,
menjalin komunikasi dan mengakrabkan diri dengan masyarakat akan menjadi
lebih mudah dan akhirnya dari situasi dan kondisi seperti ini, hubungan yang baik
(rapport) dengan karyawan diperusahaan CV. Makmur akan lebih mudah
tercapai.
11
Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Istilah “etnografi” digunakan untuk menunjuk aktifitas mempelajari kebudayaan dan dengan produk akhir “sebuah etnografi” (Spradley, 1997:21).
12
maksud dan tujuan saya melakukan penelitian di perusahaan teersebut secara
mendetail. Menjalin Hubungan baik dan menyampaikan dengan jelas maksud dan
tujuan penelitian penting saya lakukan mengingat masalah penelitian yang saya
bahas mengenai persaingan sangatlah sensitiv, karena menyangkut
strategi-strategi yang diterapkan oleh perusahaan. Namun sepanjang saya melakukan
penelitian di CV. Makmur saya diterima baik oleh pihak manajemen untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan. Begitu juga saat saya berada di kantor
perwakilan daerah Perawang saya diterima baik oleh mereka untuk mendapatkan
data-data yang diperlukan.
Setiap penelitian lapangan yang dilakukan tentunya mempunyai
kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pengumpulan data yang dilakukan dan secara
pribadi saya juga menemukan hal itu dalam penelitian proses mengumpulkan data
di lapangan. Terhadap pihak manajemen perusahaan sebenarnya tidak ada kendala
yang begitu berarti karena dari pihak manajemen sendiri sejauh saya menerangkan
dari mana asal saya dan untuk apa maksuda dan tujuan saya meneliti di
perusahaan mereka, saya dapat diterima dengan baik dan sepertinya pihak
manajemen menyambut dengan positif setiap mahasiswa yang datang ke
perusahaan untuk melakukan penelitian. Karena sebelumnya saya telah ada dua
orang mahasiswa Universitas Sumatera Utara dari Fakultas Hukum dan Fakultas
Ekonomi yang melakukan penelitan di CV. Makmur. Diterimanya saya di
perusahaan dengan alasan dari pihak manajemen karena selama ini mereka belum
pernah menerima penelitian dari bidang ilmu sosial, hal ini juga yang membuat
tersebut bersifat rahasia seperti dokumen proposal model dan rencana pembelian
bus baru. Namun walaupun telah menjalin hubungan baik dengan pihak
manajemen saya juga mengalami kendala saat berada dilapangan untuk
mendapatkan data-data dari para karyawan. Ada beberapa karyawan menganggap
saya adalah orang suruhan menejer untuk mengawasi pekerjaan mereka. Namun
hal itu bisa saya atasi dengan tetap menjalin hubungan yang baik dan menjelaskan
bahwa data-data yang saya peroleh nantinya diperlukan untuk membuat tulisan
tentang bagaimana perusahaan dapat unggul dalam persaingan.
Dalam usaha saya mendapatkan data-data yang valid tentang suatu
permasalahn tentunya kita harus terlebih dahulu diterima dengan baik oleh
kelompok masyarakat yang ingin diteliti. Untuk itu saya juga mendekatkan diri
kepada para karyawan perusahaan agar dengan demikian saya mendapatkan data
yang valid, dan tidak direkayasa oleh mereka. Salah satu cara saya dalam
mendekatkan diri dengan karyawan seperti supir dan kernet CV. Makmur ialah
dengan ikut melakukan perjalanan bersama mereka, serta ikut dalam aktivitas
mereka sehari-hari, baik itu aktivitas selama perjalanan dari Kota Medan ke
Perawang hingga kembali lagi ke Kota Medan.
Hal yang pertama sekali saya lakukan untuk mendekatkan diri kepada
supir dan kernet bus ialah dengan menjumpai salah seorang kernet yang saya
kenal melalui gurp “makmur bus lovers” di situs jejaring sosial Facebook. Melalui
dirinya saya diperkenalkan dengan para supir dan kernet bus yang lain yang
berada di pool maupun di kantor pusat CV. Makmur yakni pada sore hari sebelum
bisa mengakrabkan diri dengan para karyawan lapangan, supir dan kernet bus.
Setelah sebulan mengobservasi dan mengumpulkan data di kantor pusat, akhirnya
saya diperblehkan ikut untuk satu trip perjalanan Medan – Perawang – Medan
dengan potongan ongkos 50%. Selama dalam perjalanan, banyak sekali data yang
saya peroleh mengenai peran para supir dan kernet bus yang turut ambil bagian
dalam persaingan dijalanan sampai kepada menjaga nama baik perusahaan.
Kemudian, setelah sampai di Perawang saya juga terlibat pada aktivitas mereka
sehari-hari dari mulai membersihkan dan mencuci bus, makan, tidur dan
melakukan persiapan untuk kembali berangkat pada malam hari. Saat berada di
Perawang saya juga menyempatkan diri untuk bertemu dengan para karyawan
yang ada di kantor perwakilan tersebut. Pada saat saya ingin mengumpulkan data,
memperkenalkan diri lalu menyampaikan maksud dan tujuan saya, sangat
kebetulan sekali karena yang menjadi kepala kantor perwakilan daerah disana
semarga dengan saya. Hal ini membuat proses pengumpulan data semakin mudah,
dan dari pengumpulan data tersebut saya mendapatkan data-data yang penting
tentang bagaimana kantor perwakilan daerah mengelola kantornya secara mandiri
serta peran vital mereka dalam memberikan promosi serta pelayanan yang baik
kepada konsumen di daerah tersebut.
Kemudian, dalam proses pengumpulan data juga dilakukan wawancara13
yang tentunya diawali dengan membina hubungan baik dengan para informan14
13
Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Burhan Bungin, 2007).
Informan yang dimaksud di sini adalah semua orang atau semua pihak yang
terlibat di dalam perusahaan, baik itu manajer/staf direksi, karyawan kantor (staf
administrasi, bagian tiket), karyawan lapangan (supir, kernet, satpam), sampai
kepada konsumen dalam hal ini penumpang bus CV. Makmur. Pada penelitian ini
saya tidak membeda-bedakan mana yang termasuk ke dalam informan kunci15,
dan mana yang termasuk ke dalam informan pangkal16
14
Informan adalah orang yang diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari objek penelitian (Burhan Bungin, 2007).
15
Informan kunci adalah orang yang mengetahui secara mendalam suatu informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, karena dengannya-lah data dan informasi yang dibutuhkan akan ditelusuri (Moleong, 2004).
16
Informan pangkal adalah informan yang akan membuka wawancara dengan pengetahuan yang ia ketahui (Moleong, 2004).
. Hal ini saya lakukan
karena pada intinya semua informasi yang didapat adalah penting. Wawancara
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah bentuk wawancara mendalam (deph
interview) dengan menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara
(interview guide) yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Alasan saya mewawancarai para informan bahwa mereka sendirilah yang
benar-benar mengetahui seluk-beluk perusahaan, tentang apa yang mereka
lakukan, apa keunggulan dan kelemahan perusahaan tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat manajerial saya tujukan kepada staf direksi dan para
karyawan kantor (bagian administrasi). Sedangkan untuk karyawan lapangan
(supir dan kernet bus) pertanyaan yang diajukan lebih bersifat pribadi tentang
pengalaman, pengetahuan dan pandangan mereka sendiri selama menjadi
Setelah mendapatkan data-data, saya menganalisi data tersebut dengan
analisis data yang biasa dilakukan dalam penelitian antropologi. Analisis data
dalam penelitian antropologi sebenarnya tidak spesifik harus dilakukan setelah
penelitian lapangan selesai dilaksanakan. Dalam penelitian antropologi yang
menggunakan metode etnografi tidak dilakukan hal di mana data dibawa pulang
dan barulah proses analisis data dilakukan. Melainkan analisis data dilakukan
sejak dari penelitian berlangsung sampai saat penelitian selesai dilaksanakan.
Karena antropologi bermain dengan kekuatan observasi partisipasi dan
wawancara terhadap informan bukan seperti cabang ilmu lainnya yang bermain
dengan kuesioner yang diberikan kepada tiap-tiap responden.
Dalam melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh, saya
mencoba melihat dan menyusun rentetan sebab akibat atas suatu kejadian yang
ditemukan dilapangan. Misalnya seperti berikut, mengapa setiap perusahaan
otobus harus mempunyai strategi dalam menjalankan bisnis jasa transportasinya?
Padahal seperti yang kita ketahui dengan semakin meningkatnya arus mobilisasi
penduduk dari suatu daerah ke daerah lain, tentunya setiap perusahaan otobus
tidak perlu terlalu khawatir apabila mereka harus bersaing untuk mendapatkan
konsumen dalam hal ini penumpang. Maka, saya mencoba menganalisis dari
sebab dekatnya yaitu masalah pelayanan dan kepercayaan. Strategi pelayanan
yang baik akan membuat konsumen percaya dan akhirnya membuat konsumen
menjadi pelanggan tetap pada suatu perusahaan otobus, itulah sebabnya mengapa
setiap perusahaan harus memiliki strategi dalam bersaing. Kemudian berlanjut
diciptakan dan hal-hal apa yang menjadi landasan terciptanya suatu strategi?
Apakah strategi-strategi itu diciptakan hanya untuk memenangkan persaingan?
Jika setiap perusahaan memiliki strategi, mengapa masih ada perusahaan yang
mengalami perpecah bahkan harus gulung tikar? Ternyata berdasarkan data yang
didapat dari lapangan menyatakan tidak semua strategi membawa dampak positif
bagi perusahaan, strategi yang tepat adalah strategi yang diciptakan melalui
pemahaman akan situasi lingkungan internal (bagaimana keadaan perusahaan,
termasuk keunggulan dan kelemahannya), dan lingkungan eksternal (bagaimana
keadaan pasar termasuk keunggulaan dan kelemahan pesaing).
Begitulah cara saya untuk mengumpulkan data dan sekaligus melakukan
analisis data. Secara umum analisis data yang dilakukan dalam antropologi adalah
secara kualitatif17
17
Analisis data kualitatif mempunyai tujuan yaitu: 1) menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses pemaparan hasil penelitian, 2) menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data, dan proses suatu fenomena sosial itu (Burhan Bungin, 2007).
sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan. Analisis data
tidak hanya dilakukan terhadap data-data yang diperoleh di lapangan, melainkan
meliputi juga terhadap data-data dari hasil pemberitaan yang berasal dari hasil
penelitian orang lain dan referensi berbagai sumber yang relefan seperti jurnal,
surat kabar, buletin, artikel, buku-buku, dan media elektronik yang tentunya
berkaitan dengan permasalahan dalam skripsi ini. Pada penerapannya seperti yang
dijelaskan sebelumnya bahwa analisis data dalam antropologi dilakukan sejak
penelitian berlangsung sampai penelitian selesai dilaksanakan. Dengan cara-cara
perusahaan jasa transportasi (perusahaan oto bus) terkait dengan strategi-strategi
BAB II
PERKEMBANGAN DAN PERSAINGAN PERUSAHAAN OTOBUS DI KOTA MEDAN
2.1. Perkembangan Perusahaan Otobus Di Kota Medan
Dalam rangka pembangunan daerah, transportasi memegang peranan yang
sangat penting. Karena dengan adanya transportasi waktu tempuh antara suatu
daerah ke daerah lain terasa semakin dekat. Suatu daerah tidak dapat berdiri
sendiri secara total dalam memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri sehingga
daerah tersebut membutuhkan daerah lain sebagai pendukung, sarana
penghubungnya adalah pengangkutan atau transportasi. Tanpa adanya transportasi
sebagai sarana penunjang, tidak dapat diharapkan tercapainya hasil maksimal
dalam usaha mewujudkan tujuan pembangunan. “Transportasi dapat diartikan
sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan
suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat lain objek tersebut
lebih bermanfaat atau berguna untuk tujuan-tujuan tertentu” (Fidel 2005:4).
Di Kota Medan terdapat dua terminal terpadu yang berfungsi sebagai pintu
gerbang transportasi darat, yaitu Terminal Terpadu Amaplas dan Terminal
Terpadu Pinang Baris. Terminal Terpadu Amplas adalah sebuah terminal
terpadu
maupun dalam provinsi yang datang dari arah selatan Kota Medan. Bus-bus di
terminal ini terutama melayani trayek antar provinsi tujuan Riau, Sumbar, Jambi,
Kecamatan
sebelah selatan18
. Sedangkan Terminal Terpadu Pinang Baris khusus menampung
bus-bus antar provinsi dan dalam provinsi yang masuk ke Kota Medan dari
sebelah barat, dalam hal ini terutama bus-bus dari Aceh. Terminal ini terletak di
Kecamatan
sebelah barat19
Berbicara masalah transportasi darat khususnya transportasi antar kota
antar provinsi (AKAP) tentunya juga terkait dengan perusahaan-perusahaan yang
menyediakan jasa transportasi. “Perusahaan jasa transportasi adalah suatu unit
kegiatan ekonomi yang terletak pada suatu tempat tertentu yang menyediakan jasa
angkutan penumpang, atau barang dari suatu tempat ketempat lain dengan
menggunakan alat angkutan” .
20
Menarik untuk melihat perkembangan perusahaan-perusahaan otobus di
Kota Medan yang mengalami pasang surut sejak tahun 1950 hingga 2012 yang
juga berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan jalan Lintas Sumatera
(Lintas Barat, Tengah dan Timur), dampak krisi ekonomi pada tahun 1998 dan
kalah bersaingnya perusahaan otobus dengan maskapai penerbangan untuk msalah
tarif.
. Salah satu contohnya adalah perusahaan otobus.
Perusahaan otobus adalah perusahaan yang menyediakan jasa angkutan orang
dengan kendaraan umum di jalan pada trayek antar kota dalam provinsi (AKDP)
dan antar kota antar provinsi (AKAP).
Pada tahun 1950-an hingga tahun 1980-an, sebelum dibukanya jalan
Lintas Timur Sumatera, hanya ada dua jalan besar besar di Sumatera yakni Lintas
Barat dan Lintas Tengah. Jalan Lintas Barat Sumatera melewati daerah Aceh,
Sumater Utara (Medan - Sibolga – Mandailing Natal), Sumatera Barat (Pariaman
– Padang), Bengkulu, dan Bandar Lampung. Sedangkan Lintas Tengah Sumatera
melewati daerah Sumatera Utara (Medan – Tarutung – Pandang Sidempuan),
Sumatera Barat (Lubuksikaping – Bukittinggi), Riau (Bangkinang - Pekanbaru),
Jambi (Muarobungo), Sumatera Selatan dan Bandar Lampung.
Pada saat itu seluruh akses transportasi darat yang menghubungkan antar
provinsi-provinsi di Pulau Sumatera harus melewati Lintas Barat ataupun Lintas
Tengah. Dengan jarak tempuh yang jauh, situasi medan jalan yang melewati
perbukitan diperparah dengan kondisi jalan yang buruk mengharuskan perushaan
otobus yang ada pada saat itu menggunakan bus yang kuat seperti Chevrolet C-50.
Untuk mendapatkan armada bus Chevrolet C-50 tidak mudah pada saat itu, karena
bus ini langsung di impor dari negara asalnya, sehingga pada saat itu tiap
perusahaan otobus yang ada di Kota Medan setidaknya hanya memiliki dua
hingga lima unit armada bus. Oleh sebab-sebab itulah pada tahun 1950-an hingga
tahun 1970-an keberadaan perusahaan otobus sebagai layanan jasa transportasi
dapat dikatakan kurang berkembang.
Pada pertengahan tahun 1980-an mulailah dibangun jalan Lintas Timur
Sumatera yang melewati daerah Aceh (Lhokseumawe – Kualasimpang), Sumatera
Utara (Binjai – Medan – Rantauprapat), Riau (Dumai – Pekanbaru – Kerinci),
jalan Lintas Timur Sumatera ini jelas memberi pengaruh yang positif bagi arus
transportasi di Sumatera, khususnya bagi perusahaan otobus yang menyediakan
layanan transportasi. Hal ini lebih disebabkan karena jarak tempuh yang relatif
lebih dekat, kondisi jalan yang baru dan situasi medan jalan yang melewati
dataran datar disepanjang pantai Timur Sumatera.
Selain dari pada itu, penggunan armada bus juga mulai mengalami
perubahan dari yang menggunakan merek Chevrolet dan Dodge untuk melewati
jalan Lintas Barat dan Tengah, kini menggunakan Mercedez Benz. Penyedian
armada bus Mercedez Benz tidak serumit Chevrolet dan Dodge karena hanya
mesin dan chasis saja yang di impor sedangkan body bus dirakit di Indonesia.
Dengan demikian jumlah armada bus yang dimiliki oleh tiap perusahaan juga
semakin meningkat begitu juga dengan pertumbuhan perusahaan-perusahaan
otobus yang baru. Mulai pada saat itulah perkembangan perusahaan otobus di
Kota Medan terus mengalami pertumbuhan yang dimulai dari akhir tahun 1980-an
hingga akhir 1990-an, trayak tujuannyapun bukan hanya di Pulau Sumatera tapi
juga sampai ke Pulau Jawa (Jakarta – Solo - Jogjakarta). Adapun dari beberapa
perusahaan otobus AKAP yang pernah berjaya di masa itu adalah PMH,
Sibualbuali, PMTS, Sampagul, Batang Pane, ALS, ABS, Makmur, Bramun,
Bintang Utara, Medan Jaya, Palansa, PMTOH dan Rapi.
Memasuki akhir tahun 1990-an Indonesia dilanda krisis ekonomi yang
turut berdampak pada perkembangan perusahaan otobus. Dampak yang paling
terasa ialah pada naiknya harga satu unit armada bus baru yang mengakibatkan
berlangsung hingga memasuki awal tahun 2000-an. Pada tahun 2003 kondisi
diperparah dengan kalah bersaingnya perusahaan otobus dengan maskapai
penerbangan yang mematok tiket nyaris sama dengan harga karcis bus kelas
eksekutif21
Geliat perkembangan perusahaan otobus kembali muncul sekitar tahun
2006. Karena trayek menuju ke Pulau Jawa sudah ditiadakan, pada saat itu
sebagian besar perusahaan otobus di Kota Medan hanya berkonsentrasi pada
layanan transportasi dengan jarak yang tidak terlalu jauh seperti, Medan – Aceh,
Medan – Riau, Medan – Sumatera Barat, dan Medan – Jambi. Perkembangan itu
jelas terlihat dari semakin bertambahnya jumlah armada bus baru yang dimiliki
masing-masing perusahaan, muculnya perusahaan otobus yang baru, serta
dibukanya trayek-trayek baru yang dahulu hanya berpusat pada ibukota provinsi
sekarang menyebar ke kabupaten kota bahkan hingga ke kecamatan. Kembali
bangkitnya perusahan-perusahaan otobus tersebut juga berkaitan dengan masalah
pelayanan. Karena kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi membuat
pemilihan jasa layanan bus sebagai alternatif transportasi tidak hanya dilihat dari . Hal ini sangat berpengaruh untuk bus yang bertujuan ke Pulau Jawa.
Penyusutan penumpang terjadi hingga 60%, karena alasan waktu tempuh dan
harga yang hampir sama penumpang lebih memilih menggunakan pesawat
terbang dari pada menggunakan bus. Akibatnya hampir seluruh perusahaan otobus
yang memiliki trayek Medan – Pulau Jawa memilih untuk menutup trayeknya.
Alhasil, kondisi ini mengakibatkan belasan perusahaan otobus yang ada di kota
Medan terancam gulung tikar.
21