• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara konseptual strategi dapat diartikan sebagai suatu pendekatan secara

menyeluruh yang berkaitan dengan pelaksanaan

eksekusi sebuah aktivitas dalam kur7

7

. Pada mulanya konsep strategi digunakan dalam dunia militer yang dalam bahasa Yunani disebut strategos artinya komandan militer. Namun seiring dengan semakin berkembangnya jaman konsep strategi juga digunakan dalam dunia bisnis. Sehingga pada saat ini banyak definisi-definisi dari strategi yang pada umumnya lebih berkaitan pada dunia bisnis. Seperti yang dinyatakan oleh Glueck dan Jauch “strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan itu dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi” (Glueck W.F, Jauch L.R 1994). Selanjutnya Triton menyimpulkan strategi sebagai berikut:

“Strategi adalah sekumpulan pilihan kritis untuk perencanaan dan penerapan serangkaian rencana tindakan dan alokasi sumber daya yang penting dalam mencapai tujuan dasar dan sasaran, dengan memperhatikan keunggulan kompetitif, komparatif, dan sinergis yang ideal berkelanjutan, sebagai arah, cakupan dan perspektif jangka panjang keseluruhan yang ideal dari individu atau organisasi” (Tirton PB, 2007:17).

Dari kedua definis diatas dapat diambil pengertian bahwa strategi adalah sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir (sasaran). Tetapi strategi bukan hanya sekedar suatu rencana, tetapi rencana yang disatukan atau semua bagian rencana serasi dan berkaitan yang disatukan. Artinya strategi mengikat seluruh bagian dalam perusahaan menjadi satu. Strategi itu menyeluruh artinya strategi meliputi semua aspek penting dalam perusahaan dan terpadu.

Sejalan dengan penjelasan diatas, dari sekian banyak definisi strategi Amstrong membagi pengertian strategi menjadi tiga bagian besar (Triton PB, 2007:16):

• Pertama, strategi merupakan deklarasi maksud yang mendefinisikan cara

untuk mencapai tujuan, dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh alokasi sumberdaya perusahaan yang penting untuk jangka panjang dan mencocokkan sumberdaya dan kapabilitas dengan lingkungan eksternal.

• Kedua, strategi merupakan perspektif dimana isu kritis atau faktor

keberhasilan dapat dibicarakan, serta keputusan strategis bertujuan untuk membuat dampak yang besar serta jangka panjang kepada perilaku dan keberhasilan organisasi.

• Ketiga, strategi pada dasarnya adalah mengenai penetapan tujuan dan

mengalokasikan atau menyesuaikan sumberdaya dan peluang sehingga dapat mencapai kesesuaian strategis antara tujuan strategis dan basis sumberdayanya.

Strategi yang berhasil biasanya memiliki empat unsur utama (Grant 1999:26)

1. Strategi tersebut harus ditunjukan untuk tujuan yang jelas dan dalam jangka waktu yang panjang.

2. Strategi didasarkan pada paham yang mendalam terhadap lingkungan eksternal.

3. Strategi didasarkan pada paham yang mendalam mengenai kemampuan internal individu maupun organisasi.

4. Strategi dilaksanakan dengan resolusi, kordinasi, serta pemanfaatan yang efektif terhadap kemampuan dan komitmen dari semua anggota organisasi. Strategi bisnis berbeda dengan perencana bisnis, Kenichi Ohmae mengatakan perbedaan strategi bisnis dengan perencanaan bisnis terletak pada kata “keunggulan bersaing”. Tanpa pesaing tidak diperlukan adanya strategi (Dirgantoro 2001:63). Konsep strategi dalam dunia bisnis biasa digunakan dalam disiplin ilmu manajemen, yaitu dengan istilah manajemen strategis. Secara definisi strategi dan manajemen strategi memang berbeda. “Manajemen strategis adalah kumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan dan penerapan strategi yang didesain untuk mencapai sasaran organisasi” (Pearce dan Robinson, 1988). Selanjutnya Glueck dan Jauch mendefinisikan manajemen strategis sebagai berikut:

“Manajemen strategis adalah arus keputusan dan tindakan yang mengarah pada perkembangan suatu strategi atau strategi-strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasarahn perusahaan. Proses manajemen strategis ialah cara dengan jalan mana para perencana strategis menentukan sasaran dan membuat kesimpulan strategis” (Glueck W.F, Jauch L.R 1994:6).

Dari kedua definisi diatas secara sederhana dapat diartikan proses manajemen strategis ialah cara dengan jalan mana para perencana strategis menentukan sasaran dan membuat kesimpulan strategi. Manajemen Strategis sebenarnya lebih banyak berhubungan dengan pengelolaan strategis yang mampu membaca dan mengantisipasi berbagai kemungkinan di masa mendatang sebagai dasar untuk merencanakan tujuan secara luas, mengimplementasikan strategi, dan menyusun serta menetapkan berbagai kebijakan yang tepat. Jika dikaitakan dengan perencanan tujuan yang luas, maka menjadi kebutuhan mendasar bagi suatu organisasi untuk senantiasa mengembangkan kompetensinya.

Pengabaian terhadap manajemen strategis dapat berakibat fatal (Glueck W.F, Jauch L.R 1994:55). Berbagai analisis telah menemukan bagaimana perencanaan strategi gagal karena melakukan strategi yang salah: Perusahaan akan gagal apabila perencanaan strategi yang berkuasa menciptakan strategi yang terlalu berambisi dan kurang berhati-hati yang tidak mengindahkan gejala lingkungan.

1. Perusahaan akan gagal apabila perencanaan strategi yang berkuasa menolak merubah strategi lama.

2. Perusahaan akan gagal apabila pimpinan strategi tidak menciptakan strategi.

3. Perusahaan akan gagal karena perencana strategi menciptakan strategi yang terlalu berambisi dengan dasar sumber perusahaan yang lemah.

Jika membahas keunggulan dan kemampuan suatu perusahaan tidak hanya membahas masalah strategi yang diterapkan, karena strategi dibuat dan ditetapkan

oleh para manajer sedangkan yang melaksanakannya ialah para karyawan. Oleh sebab itu memahami para karyawan dengan konsep budaya korporat juga merupakan hal yang penting untuk menjelaskan bagaimana suatu perusahaan mampu mencapai keberhasilan.

Sampai saat ini budaya adalah salah satu tema yang tidak pernah habis untuk didiskusikan, karena budaya itu sendiri adalah hasil ciptaan manusia yang memiliki karkteristik dan keunikan tersendiri. Dalam perkembangan kajian antropologi, budaya juga digunakan dalam studi bisnis. Pada saat ini perkembangan antropologi bisnis efektif dibagi menjadi tiga bidang: 1) organisasi antropologi (studi kompleks organisasi termasuk budaya mereka, proses bekerja dan mengubah arahan), 2) antropolog, pemasaran dan perilaku konsumen. 3) desain (desain produk dan layanan). Semua ini bergantung pada dasar antropologi metodologi dan teori dan melibatkan mempelajari jenis masalah yang dijelaskan di atas8

Membahas masalah budaya pada suatu perusahaan sudah tidak asing lagi dalam ilmu antropologi. Cherrington menyatakan budaya dari perspektif studi organisasi/korporat, merupakan salah satu karakteristik dari tingkat organisasi, karakteristik ini adalah perasaan tidak tertulis dan biasanya mewakili nilai-nilai, keyakinan, dan pemahaman bersama (Jordan 2003:85). Davis mengatakan “budaya perusahaan adalah keyakinan dan nilai bersama yang memberikan makna bagi anggota sebuah institusi dan menjadikan keyakinan dan nilai tersebut sebagai aturan atau pedoman berperilaku dalam organisasi” (Sobirin 2007:131). Demikian

.

8

Ann T. Jordan, “The Importance of Business Anthropology: Its Unique Contributions”, International Journal of Business Anthropology Vol. 1 2010 (University of North Texas).

juga Robbins mengatakan bahwa “budaya korporasi adalah satu sistem nilai-nilai yang dirasakan maknanya oleh seluruh orang dalam organisasi. Selain dipahami seluruh jajaran juga meyakini sistem nilai-nilai tersebut sebagai landasan gerak organisasi” (Moeljono 2003: 18). Dari dua pengertian budaya korporasi di atas tampak jelas bahwa nilai-nilai yang dipahami dan diyakini sebagai landasan ataupun pedoman berprilaku dalam suatu perusahaan.

Achmad Sobirin (2007), secara umum membagi konsep budaya organisasi menjadi tiga sudut pandang yaitu: Ideational school, Adaptationist school dan Realist school.

• Pertama – Ideational school lebih melihat budaya sebuah organisasi dari

apa yang di-shared (dipahami, dijiwai dan dipraktikkan bersama) anggota sebuah komunitas / masyarakat.

• Kedua - Adaptationist school melihat budaya dari apa yang bisa

diobservasi baik dari bangunan organisasi seperti arsitektur / tata ruang bangunan fisik sebuah organisasi maupun dari orang-orang yang terlibat di dalamnya seperti pola perilaku dan cara mereka berkomunikasi.

• Ketiga - Realist school menegaskan bahwa budaya organisasi merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara elemen yang bersifat Idealistik (nilai-nilai dan kepercayaan) dan behavioral (tingkah laku).

Dari sisi fungsi Molejono (2003:22) mengatakan fungsi budaya korporat adalah “ sebagai perekat sosial dalam mempersatukan anggota-anggota dalam mencapai tujuan organisasi berupa ketentuan-ketentuan atau nilai-nilai yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan. Hal tersebut dapat berfungsi pula

sebagai kontrol atas perilaku karyawan”. Sejalan dengan Moeljono, Achmad Sobirin (2007:248-257) mengartikan fungsi budaya organisasi sebagai berikut:

• Budaya sebagai pembeda antara kita dan mereka

Budaya yang telah terbentuk menjadikan suatu organisasi berbeda dengan organisasi lain. Dengan kata lain budaya membentuk suatu batasan lain antara “kita dan mereka”.

• Budaya sebagai pembentuk identitas

Pernyataan ICIG (The International Corporate Identy Group) yang dikenal dengan “Strathclyde Statement” menyatakan, setiap perusahaan pasti mempunyai identitas diri. Artikulasi dari identitas tersebut tercermin dalam etos, tujuan dan nilai-nilai organisasi. Identitas diri menunjukkan sense of individuality yang bisa membantu organisasi membedakan dirinya dengan organisasi lain dalam lingkup persaingan.

• Budaya sebagai perekat organisasi

Organisasi seolah-olah layaknya sebuah keluarga besar dimana masing-masing anggota keluarga memiliki tanggung jawab yang sama, saling peduli diantara mereka, saling berbagi pengalaman, saling mengingatkan jika ada yang salah dan saling melindungi ketika ada ancaman dari luar.

• Budaya sebagai alat kontrol

Organisasi tidak akan bisa berjalan dengan baik jika organisasi tersebut tidak mempunyai sistem pengendalian yang memadai. Tanpa sistem pengendalian, aktivitas-aktivitas organisasi berjalan sendiri-sendiri tanpa

ada yang mengarahkan dan mengkordinasinya. Demikian juga efisiensi dan efektivitas organisasi sangat bergantung pada berfungsi tidaknya sistem pengendalian tersebut.

Belakangan ini, studi tentang budaya korporat menjadi perhatian yang serius. Berbagai kalangan ikut mengambil bagian dan perhatian atas betapa pentingnya peranan budaya perusahaan dalam meningkatkan daya saing dan kinerja perusahaan9

9

Ibid. Hal 18

. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kotter dan Heskett, menyimpulkan bahwa budaya korporat bisa menimbulkan dampak yang dahsyat terhadap individu dan kinerja, khususnya dalam lingkungan yang kompetitif, bahkan dampaknya bisa jadi lebih kuat ketimbang faktor-faktor lain, seperti: strategi, struktur organisasi, sistem manajemen, alat-alat analisis keuangan, kepemimpinan, dan lain-lain (Kotter dan Heskett, 2006). Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Moeljono di Bank Rakyat Indonesia (BRI) menemukan bahwa budaya korporat berperan secara sangat siknifikan terhadap keunggulan korporasi dalam bentuk produktivitas pelayanan. Demikian juga, sebuah studi di Danar Hadi menunjukkan bahwa budaya keluarga yang professional di dalam perusahaan menjadi pendorong bagi keunggulan organisasi (Moeljono, 2005). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa budaya korporat dapat menentukan keunggulan besaing perusahaan. Penelitian lain yang dilakukan Hamilton (Hafner 1999:57-103) yang menceritakan bagaimana kesuksesan perusahaan-perushaan di Taiwan yang membentuk suatu “kebiasan bisnis” dengan memanfaatkan jaringan antar perusahaan. Singkatnya jaringan bisnis diantara perusahaan ini

mengakibatkan persaingan bisnis yang positif, yang menguntungkan masing-masing pihak (hubungan timbal-balik)10

1. Fasilitas angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap penampilan fasilitas yang dimiliki perusahaan jasa transportasi

. Oleh sebab itu membahas budaya pada suatu perushaan tidak hanya membahas apa saja yang terjadi di dalam (internal) perusahaan, tetapi faktor luar (eksternal) juga penting untuk melihat gambaran budaya perusahaan secara kompleks.

Berkaitan dengan penelitian ini, setiap perusahaan jasa berusaha memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumennya agar mereka merasa puas terhadap jasa yang mereka rasakan dan mereka mau menjadi pelanggan. Selain pelayanan, fasilitas dalam usaha jasa harus diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan apa yang dirasakan oleh konsumen. Menurut Ginting (2005:38) kepuasan terhadap transportasi dapat ditentukan oleh atribut yaitu:

2. Keamanan angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap seberapa baik keamanan yang diberikan kepada pelanggan.

3. Keramahan petugas adalah persepsi pelanggan terhadap sikap petugas yang ramah terhadap pelanggan.

4. Tarif angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap tarif yang diberlakukan.

5. Ketepatan waktu Angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap ketepatan waktu berangkat dan waktu tiba ditujuan sesuai kebutuhan pelanggan.

10

Di Taiwan perusahaan-perusahaan besar membentuk jaringan dengan perusahaan kecil dan menengah, hal ini menyebabkan pertumbuhan pekonomian Taiwan yang jauh lebih tinggi dibanding Kore dan Jepang.

6. Image angkutan adalah kesan yang diberikan perusahaan yang pada akhirnya membentuk sikap atau penilaian terhadap perusahaan.

7. Kenyamanan angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap kenyamanan angkutan.