• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Strategi Persaingan Bisnis (Studi Etnografi tentang Penerapan Strategi Persaingan Bisnis pada Perusahaan Otobus CV. Makmur di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Strategi Persaingan Bisnis (Studi Etnografi tentang Penerapan Strategi Persaingan Bisnis pada Perusahaan Otobus CV. Makmur di Kota Medan)"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Skripsi ini menjelaskan tentang strategi-strategi bisnis yang ada pada

perusahaan jasa transportasi darat, dalam hal ini perusahaan otobus. Skripsi

mengenai strategi perusahaan ini ditulis untuk dapat memahami bagaimana

strategi-strategi itu dibuat dan diterapkan oleh perusahaan transportasi agar

mampu unggul dalam persaingan yang dihadapi sehingga sasaran dan tujuan

perusahaan dapat tercapai. Seperti yang dikatakan Porter, “strategi adalah alat

yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing” (Rangkuti 2004:4).

Selanjutnya Hamel dan Paharalad mendefinisikan strategi “sebagai tindakan yang

bersifat incremental (senantiasa meningkat), terus-menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh pelanggan dimasa

depan” (Rangkuti 2004:4).

Dengan begitu secara umum tulisan tentang stategi perusahaan ini

membahas masalah pengelolaan perusahaan yang erat kaitanya dengan

perkembangan dan persaingan bisnis yang terjadi diantara perusahaan

transportasi. Pengelolaan yang dimaksud adalah strategi-strategi yang digunakan

atau diterapkan oleh suatu perusahaan transportasi agar dapat bertahan dan

mampu unggul dalam persaingan. Dengan mempelajari strategi-strategi tersebut

(2)

perusahaannya. Dengan memahami strategi-strategi itu juga akan dapat di dapat

gambaran bagaimana sesungguhnya persaingan bisnis yang terjadi.

Selanjutnya tulisan ini juga akan memperlihatkan bagaimana implikasi

dari strategi terhadap budaya perusahaan. Dari temuan yang saya dapati selama di

lapangan memperlihatkan adanya implikasi dari terciptanya suatu strategi

terhadap budaya di perusahaan, sebab dalam pengimplementasian strategi-strategi

tersebut ada nilai-nilai yang di-share kepada seluruh karyawan. Tidak hanya itu saja, pengimplementasian dari suatu strategi juga turut membentuk suatu prilaku

organisasi yang baru atau proses kerja yang baru di dalam perusahaan. Seperti

yang yang dikatakan Alwi bahwa “strategi yangterimplementasikan dengan baik

akan mempengaruhiperilaku suatu organisasi” (Alwi 2001:54).

Skripsi ini ditulis dalam lingkup ilmu antropologi yang memfokuskan

kajiannya untuk mempelajari kebudayaan, atau kebiasaan-kebiasan dan aktivitas

yang dilakukan manusia. Kluckhohn dan Kelly mendefenisi kebudayaan sebagai

semua rancangan hidup yang tercipta secara historis baik yang tersirat maupun

tidak tersirat yang ada pada suatu waktu sebagai pedoman yang potensial untuk

perilakunya (Keesing 1999:67). Dalam perkembangan kajian antropologi, budaya

juga digunakan dalam referensi organisasi sebagai metafora untuk memahami cara

kerja suatu kelompok1

1

Deborah D’amico, “Diversity, Inequality and Organizational Culture,” Cross-Cultural Management and Organizational Culture, eds. Tomoko Hamada & Ann Jordan (Virginia: Department of Anthropopolgy College of William and Mary) .

. Budaya sebagai metafora akar untuk studi organisasi yang

(3)

budaya organisasi menggabungkan rangkaian menarik dari suatu gambar tatanan

yang berhubungan antara budaya dan organisasi (Hamada & Jordan 1990:85).

Keberadaan suatu organisasi tidak terlepas dari dinamika yang terjadi

dalam lingkungannya, baik itu internal maupun eksternal. Sehingga setiap

organisasi dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar

dapat bertahan dan mampu unggul dalam persaingan yang dihadapi (Dirgantoro

2001:39). Semua organisasi pasti mempunyai budaya, begitu pula perusahaan

karena perusahaan adalah sebuah organisasi (Deal & Kennedy 1982:4). Suatu

perusahaan dapat dikatakan memiliki budaya perusahaan yang kuat apabila

perusahaan itu antara lain dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain,

sehingga kemampuan bersaing perusahaan tersebut dapat membuat perusahaan itu

tetap bertahan. Seperti yang dikatakan Hofsted, budaya yang kuat dan khas yang

terdapat pada suatu perusahaan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

perusahaan itu sendiri (Mulyono 2003:29). Oleh sebab itu keberadaan budaya

pada suatu perusahaan juga menentukan kemampuan perusahaan tersebut untuk

bersaing.

Semakin majunya perkembangan di dunia industri membuat persaingan

diantara perusahaan semakin jelas terlihat, baik pada perusahaan yang bergerak di

bidang jasa maupun non jasa. Khususnya pada perusahaan jasa karena produk

yang dihasilkan berbentuk layanan jasa, agar dapat unggul perusahaan harus

menciptakan strategi khusus untuk memberikan pelayanan yang lebih agar

konsumen merasa nyaman dan percaya akan layanan jasa yang diberikan. Salah

(4)

jasa transportasi darat. Dalam upayanya untuk bisa tetap bertahan banyak

perusahaan otobus menerapkan berbagai macam strategi, dari mulai strategi

pelayanan kepada konsumen sampai pada pengelolaan tarif. Namun tidak jarang

strategi tersebut malah menjadi bumerang kepada perusahaan itu sendiri karena

pelaksanaannya di lapangan yang kurang tepat. Salah satu contohnya adalah

kerapian para karyawan perusahaan. Dengan memberikan seragam kepada

karyawan, perusahaan bermaksud untuk memperlihatkan kerapian dan

kekompakan karyawannya. Namun apabila kerapian tersebut tidak diikuti dengan

kesopanan para karyawan dalam melayani konsumen malah akan membawa

dampak buruk bagi perusahaan. Tentu ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut

mengapa karyawan bisa bersikap seperti itu. Sangat menarik untuk membahas

masalah pengelolaan perusahaan transportasi khususnya transportasi darat, karena

transportasi darat berbeda dengan transportasi laut dan udara. Jika transportasi

laut dan udara harus memiliki standarisasi keahlian khusus untuk para karyawan

lapangan misalnya; pilot, pramugari, nahkoda kapal, anak buah kapal, namun

pada transportasi darat misalnya perusahaan otobus, tidak ada batasan mengenai

standarisasi keahlian khusus untuk para supir dan kondekturnya, cukup

bermodalkan SIM dan pengalaman maka ia akan diterima.

Transportasi sebagai akses penghubung antara suatu daerah ke daerah lain

menjadi sesuatu hal yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan daerah.

Karena dengan adanya transportasi itu perkembangan dari suatu daerah ke daerah

lain menjadi cepat. Oleh sebab itu pertumbuhan perusahaan jasa transportasi juga

(5)

sumatera bagian utara menjadi titik pertumbuhan transportasi, khususnya

transportasi darat yang menghubungkan Aceh – Medan, Riau – Medan, Sumatera

Barat – Medan, dan Kota lainnya yang ada di Sumatera Utara. Semakin

berkembangnya perusahaan jasa transportasi membuat banyak pilihan bagi

konsumen untuk memilih perusahaan mana yang akan ia gunakan.

Ketertarikan untuk menulis permasalahan tentang strategi perusahaan

transportasi antar provinsi ini diltarbelakangi dua permasalahan yang peneliti

anggap cukup menarik untuk dilihat:

Pertama, pertumbuhan / perkembangan bus dan perusahaan otobus di Indonesia kuhsusnya di kota Medan. Pada tahun 2010 pertumbuhan jumlah armada bus baru

meningkat 2,5% dibandingkan pada tahun 2009. Dikatakan oleh Ketua Umum

Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) Eka Sari

Lorena Soerbakti, perkembangan armada bus penumpang di Indonesia mengalami

kenaikan 2,5% dengan total bus mencapai 3 juta unit. Kenaikan pertumbuhan bus

ini juga dipengaruhi oleh bertambahnya perusahaan-perusahaan otobus yang

melayani jasa transportasi antar kota dan antar provinsi2

No

. Hal ini bisa terlihat dari

tabel berikut:

Tabel 1

Jumlah Bus Antar Provinsi Menurut Provinsi di Sumatera 2006 - 2010

Uraian Satuan 2006 2007 2008 2009 2010

1 Nangroe Aceh Darusalam Unit 509 510 558 544 621

2

Debiariwidawan, “Persaingan sehat antar PO bus berwujud kemajuan bidang transportas,

(6)

2 Sumatera Utara Unit 1,054 1,106 1,112 1,078 1,185

3 Sumatera Barat Unit 770 767 792 770 841

4 Riau Unit 236 233 296 337 367

5 Jambi Unit 423 443 457 470 501

6 Bengkulu Unit 207 221 253 271 301

7 Sumatera Selatan Unit 500 524 545 519 559

8 Lampung Unit 533 536 545 488 565

Jumlah Unit 4,232 4,330 4,558 4,477 4,940

Sumber: Direktorat LLAJ, Ditjen. Hubdat, Desember 2010. (Buku Statistik Dinas Perhubungan 2011)

Tabel 2

Jumlah Perusahaan Bus Antar Provinsi Menurut Provinsi di Sumatera 2006 - 2010

No Uraian Satuan 2006 2007 2008 2009 2010

1 Nangroe Aceh Darusalam Perusahaan 15 14 17 18 18

2 Sumatera Utara Perusahaan 32 34 35 39 41

3 Sumatera Barat Perusahaan 59 59 60 61 61

4 Riau Perusahaan 15 15 19 20 22

5 Jambi Perusahaan 31 31 33 34 35

6 Bengkulu Perusahaan 13 14 15 17 18

7 Sumatera Selatan Perusahaan 27 29 30 32 31

8 Lampung Perusahaan 23 23 25 26 26

Jumlah Perusahaan 202 219 234 247 252

Sumber: Direktorat LLAJ, Ditjen. Hubdat, Desember 2010. (Buku Statistik Dinas Perhubungan 2011)

Dari tabel di atas terlihat kenaikan pertumbuhan jumlah bus dan perusahaan

(7)

Sumatera Utara hingga tahun 2010 setidaknya terdapat 41 perusahaan dengan

1,185 armada bus. Hal serupa juga diungkapkan oleh pihak MBI (PT. Mercedes

Benz Indonesia) selaku vendor3 yang paling diminati untuk pembelian chassis4

dan mesin di Indonesia. Mereka menjelaskan “hingga Juli 2011, penjualan bus

sudah mencapai 1.876 unit, naik ketimbang periode yang sama pada tahun lalu.

Diramalkan, tren ke depannya masih terus meningkat. Pasalnya, banyak

perusahaan otobus yang notabene pasar paling potensial, mulai gencar

meremajakan armadanya”5

Kedua, berkembangnya perusahaan-perusahaan otobus hingga pada saat ini tidak hanya membawa dampak positif bagi dunia transportasi darat, tapi juga

berdampak negatif bagi sebagian pengusaha. Pasalnya banyak pengusahaan

otobus yang gulung tikar akibat tidak mampu bersaing dengan perusahaan lain . Selain membeli bus-bus baru, strategi meremajakan

armada adalah salah satu upaya yang dilakukan pihak perusahaan otobus untuk

tetap menjaga armadanya agar bisa terus beroperasi dan dapat tetap bersaing

dengan armada-armada bus dari perusahaan lain.

6

3

Vendor adalah pihak ketiga yang menjadi produsen material – material perusahaan.

4

Chassis adalah bagian penting dari semua kendaraan yang berfungsi sebagai penopang berat kendaraan , mesin serta penumpang.

.

Ketidak mampuan tersebut terletak pada strategi pelayanan yang pada umumnya

mengharuskan perusahaan mengeluarkan modal yang besar, sehingga banyak

pengusaha dengan modal yang pas-pasan terancam gulung tikar. Di Kota Medan

5

Budi NR, “Pertarungan sengit di ceruk sempit,

6

(8)

sendiri telah banyak perusahaan otobus yang dahulu pernah sukses pada tahun

1980 hingga 1990-an kini harus gulung tikar, seperti: Risma, Martimbang,

Purnama Raya, PMTS (Persatuan Motor Tapanuli Selatan), Bani, Bunga

Setangkai, ABS (Aek Batanggadis Sejati) dan Palansa. Perpecahan bahkan sampai

pada tutupnya suatu perusahaan tidak akan mungkin terjadi jika pengelolaan

perusahaan berjalan dengan baik. Setiap manajemen perusahaan dituntut untuk

mampu mengetahui apa kelemahan dan apa yang menjadi keunggulan dari

perusahaanya agar dapat dibuat suatu strategi untuk megatasi berbagai

permasalahan. Dalam bersaing misalnya pada satu trayek yang banyak di isi oleh

perusahan lain, selain memberikan pelayanan yang baik bisa juga disiasati dengan

mempercepat jadwal keberangkatan atau memberikan snackkepada penumpang. Atas dasar inilah saya tertarik untuk menulis tentang strategi pengelolaan

pada suatu perusahaan transportasi yang dalam hal ini adalah perusahaan otobus.

Hal yang menarik yang ingin saya tunjukan adalah bagaimana suatu strategi

dibuat akibat dari persaingan yang semakin sengit diantara perusahaan otobus.

Kemudian bagiamana strategi-strategi yang dibuat itu mampu membuat

perusahaan unggul dalam persaingan dan bertahan selama puluhan tahun. Karena

setiap perusahaan pastinya mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan

visi dan misi perusahaan.

Dalam skripsi ini peneliti memilih CV. Makmur sebagai perusahaan

otobus yang diteliti. Ketertarikan untuk meneliti CV. Makmur dikarenakan dari

sekian banyak peruahaan otobus yang ada di Kota Medan CV. Makmur adalah

(9)

tersebut dapat dibuktikan dari kemampuan perusahaan membentuk anak

perusahaan baru (CV. Halmahera) yang beridiri di bawah manajemen CV.

Makmur. Selanjutnya jumlah ijin trayek yang sudah dikantongi perusahaan ini

lebih banyak, bahkan sampai dua kali lipat dari perusahaan lain. Dalam sehari

(hingga agustus 2012) CV. Makmur memberangkatkan 35 unit armada bus

dengan tujuan trayek yang berbeda, dan jumlah tersebut akan terus bertambah

mengingat rencana perusahaan yang akan menambah armada bus untuk CV.

Halmahera. Kemudian dari segi tipe-tipe kelas yang disediakan, CV. Makmur

menyediakan sembilan tipe kelas yang dapat dipilih sesuai dengan keinginan

penumpang, namun pada perusahaan paling banyak hanya menyediakan empat

tipe kelas saja.

Pemilihan ini juga didasari atas panjangnya sejarah perusahaan yang telah

berdiri sejak tahun 1958 dengan nama “Subur”, namun sejak tahun 1959 berubah

menjadi “Makmur” dan pada agustus 2011 CV. Halmahera resmi dibuka sebagai

anak dari perusahaan CV. Makmur. Perusahaan ini memiliki seratus sepuluh unit

armada bus.Adapun tipe-tipe kelas yang disediakan bagi penumpang yakni kelas

Economi Class (Non-Toilet), Economi Toile,Economi Lux (Toilet), Royal Class (Ac Toilet), Royal Lux (Ac Toilet), Super VIP, Super Executive,Super Executive (Lux).Sedangkan yang menjadi trayek tujuan dari perusahaan ini adalah dari kota Medan ke sebagian besar daerah di Provinsi Riau seperti Pekanbaru, Dumai, Duri,

Pangkalan Kerinci, Perawang, Sungai Buatan, Bangkinang, Teluk Kuantan,

(10)

Selain itu dalam menjalankan bisnis layanan jasanya manajemen CV.

Makmur menerapkan delapan strategi, kedelapan strategi tersebut adalah: strategi

waralaba, strategi promosi, strategi pelayanan, strategi multikulurisme, strategi

pembentukan perusahaan baru, strategi peremajaan / penambahan armada baru,

strategi sistem ceking, dan strategi jadwal keberangkatan. Hal inilah yang membuat saya tertarik untuk memilih CV. Makmur, hal yang perlu diungkapkan

lebih lanjut ialah mengapa CV. Makmur menerapkan banyak strategi dalam

menjalankan perusahaannya, padahal dari penjelasan yang telah disampaikan CV.

Makmur sudah mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya.

Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu kantor pusat CV. Makmur

yang berada di Jl. Sisingamangaraja Km 6,7 no 12 amplas Medan, dan kantor

perwakilan daerah Perawang di Jl. Raya Km 7 Kecamatan Perawang Kabupaten

Siak Riau. Penelitian di kantor pusat bertujuan untuk memahami bagaimana suatu

strategi dibuat, apa fungsinya, dan atas dasar apa strategi itu dibuat. Sedangkan

penelitian di kantor perwakilan daerah bertujuan untuk melihat apakah

strategi-strategi tersebut benar dilaksanakan samapai kepada kantor perwakilan daerah.

Pemilihan Kota perawang sebagai kantor perwakilan daerah di dasari

pertimbangan peneliti yang melihat perkembangan kantor wilayah ini belum

begitu berkembang, berbeda dengan perwakilan daerah yang lain yang sudah

pernah peneliti jalani sebelumnya seperti Pekanbaru dan Dumai. Karena untuk

trayek Medan – Pekanbaru dan Medan – Dumai dapat dikatakan CV. Makmur

(11)

bus setiap harinya, berbeda dengan trayek Medan – Perawang yang hanya

memberangkatkan 3 unit bus setiap harinya.

1.2. Tinjauan Pustaka

Secara konseptual strategidapat diartikan sebagai suatu pendekatan secara

menyeluruh yang berkaitan dengan pelaksanaa

eksekusi sebuah aktivitas dalam kur7

.Pada mulanya konsep strategi digunakan dalam dunia militer yang dalam bahasa Yunanidisebut

strategosartinya komandan militer. Namun seiring dengan semakin berkembangnya jaman konsep strategi juga digunakan dalam dunia bisnis.

Sehingga pada saat ini banyak definisi-definisi dari strategi yang pada umumnya

lebih berkaitan pada dunia bisnis. Seperti yang dinyatakan oleh Glueck dan Jauch

“strategiadalah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang

menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan

dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan itu

dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi” (Glueck W.F, Jauch

L.R 1994). Selanjutnya Triton menyimpulkan strategi sebagai berikut:

“Strategi adalah sekumpulan pilihan kritis untuk perencanaan dan penerapan serangkaian rencana tindakan dan alokasi sumber daya yang penting dalam mencapai tujuan dasar dan sasaran, dengan memperhatikan keunggulan kompetitif, komparatif, dan sinergis yang ideal berkelanjutan, sebagai arah, cakupan dan perspektif jangka panjang keseluruhan yang ideal dari individu atau organisasi”(Tirton PB, 2007:17).

(12)

Dari kedua definis diatas dapat diambil pengertian bahwa strategi adalah

sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir (sasaran). Tetapi strategi

bukan hanya sekedar suatu rencana, tetapi rencana yang disatukan atau semua

bagian rencana serasi dan berkaitan yang disatukan. Artinya strategi mengikat

seluruh bagian dalam perusahaan menjadi satu. Strategi itu menyeluruh artinya

strategi meliputi semua aspek penting dalam perusahaan dan terpadu.

Sejalan dengan penjelasan diatas, dari sekian banyak definisi strategi

Amstrong membagi pengertian strategi menjadi tiga bagian besar (Triton PB,

2007:16):

• Pertama, strategi merupakan deklarasi maksud yang mendefinisikan cara

untuk mencapai tujuan, dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh

alokasi sumberdaya perusahaan yang penting untuk jangka panjang dan

mencocokkan sumberdaya dan kapabilitas dengan lingkungan eksternal. • Kedua, strategi merupakan perspektif dimana isu kritis atau faktor

keberhasilan dapat dibicarakan, serta keputusan strategis bertujuan untuk

membuat dampak yang besar serta jangka panjang kepada perilaku dan

keberhasilan organisasi.

• Ketiga, strategi pada dasarnya adalah mengenai penetapan tujuan dan

mengalokasikan atau menyesuaikan sumberdaya dan peluang sehingga

dapat mencapai kesesuaian strategis antara tujuan strategis dan basis

sumberdayanya.

Strategi yang berhasil biasanya memiliki empat unsur utama (Grant

(13)

1. Strategi tersebut harus ditunjukan untuk tujuan yang jelas dan dalam

jangka waktu yang panjang.

2. Strategi didasarkan pada paham yang mendalam terhadap lingkungan

eksternal.

3. Strategi didasarkan pada paham yang mendalam mengenai kemampuan

internal individu maupun organisasi.

4. Strategi dilaksanakan dengan resolusi, kordinasi, serta pemanfaatan yang

efektif terhadap kemampuan dan komitmen dari semua anggota organisasi.

Strategi bisnis berbeda dengan perencana bisnis, Kenichi Ohmae

mengatakan perbedaan strategi bisnis dengan perencanaan bisnis terletak pada

kata “keunggulan bersaing”. Tanpa pesaing tidak diperlukan adanya strategi

(Dirgantoro 2001:63). Konsep strategi dalam dunia bisnis biasa digunakan dalam

disiplin ilmu manajemen, yaitu dengan istilah manajemen strategis. Secara

definisi strategi dan manajemen strategi memang berbeda. “Manajemen

strategisadalah kumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan

dan penerapan strategi yang didesain untuk mencapai sasaran organisasi” (Pearce

dan Robinson, 1988). Selanjutnya Glueck dan Jauch mendefinisikan manajemen

strategis sebagai berikut:

(14)

Dari kedua definisi diatas secara sederhana dapat diartikan proses

manajemen strategis ialah cara dengan jalan mana para perencana strategis

menentukan sasaran dan membuat kesimpulan strategi.Manajemen Strategis

sebenarnya lebih banyak berhubungan dengan pengelolaan strategis yang mampu

membaca dan mengantisipasi berbagai kemungkinan di masa mendatang sebagai

dasar untuk merencanakan tujuan secara luas, mengimplementasikan strategi, dan

menyusun serta menetapkan berbagai kebijakan yang tepat. Jika dikaitakan

dengan perencanan tujuan yang luas, maka menjadi kebutuhan mendasar bagi

suatu organisasi untuk senantiasa mengembangkan kompetensinya.

Pengabaian terhadap manajemen strategisdapat berakibat fatal(Glueck

W.F, Jauch L.R 1994:55). Berbagai analisis telah menemukan bagaimana

perencanaan strategi gagal karena melakukan strategi yang salah:Perusahaan akan

gagal apabila perencanaan strategi yang berkuasa menciptakan strategi yang

terlalu berambisi dan kurang berhati-hati yang tidak mengindahkan gejala

lingkungan.

1. Perusahaan akan gagal apabila perencanaan strategi yang berkuasa

menolak merubah strategi lama.

2. Perusahaan akan gagal apabila pimpinan strategi tidak menciptakan

strategi.

3. Perusahaan akan gagal karena perencana strategi menciptakan strategi

yang terlalu berambisi dengan dasar sumber perusahaan yang lemah.

Jika membahas keunggulan dan kemampuan suatu perusahaan tidak hanya

(15)

oleh para manajer sedangkan yang melaksanakannya ialah para karyawan. Oleh

sebab itu memahami para karyawan dengan konsep budaya korporat juga

merupakan hal yang penting untuk menjelaskan bagaimana suatu perusahaan

mampu mencapai keberhasilan.

Sampai saat ini budaya adalah salah satu tema yang tidak pernah habis

untuk didiskusikan, karena budaya itu sendiri adalah hasil ciptaan manusia yang

memiliki karkteristik dan keunikan tersendiri. Dalam perkembangan kajian

antropologi, budaya juga digunakan dalam studi bisnis. Pada saat ini

perkembangan antropologi bisnis efektif dibagi menjadi tiga bidang: 1) organisasi

antropologi (studi kompleks organisasi termasuk budaya mereka, proses bekerja

dan mengubah arahan), 2) antropolog, pemasaran dan perilaku konsumen. 3)

desain (desain produk dan layanan). Semua ini bergantung pada dasar antropologi

metodologi dan teori dan melibatkan mempelajari jenis masalah yang dijelaskan

di atas8

Membahas masalah budaya pada suatu perusahaan sudah tidak asing lagi

dalam ilmu antropologi. Cherrington menyatakan budaya dari perspektif studi

organisasi/korporat, merupakan salah satu karakteristik dari tingkat organisasi,

karakteristik ini adalah perasaan tidak tertulis dan biasanya mewakili nilai-nilai,

keyakinan, dan pemahaman bersama (Jordan 2003:85). Davis mengatakan

“budaya perusahaan adalah keyakinan dan nilai bersama yang memberikan makna

bagi anggota sebuah institusi dan menjadikan keyakinan dan nilai tersebut sebagai

aturan atau pedoman berperilaku dalam organisasi” (Sobirin 2007:131). Demikian .

8

(16)

juga Robbins mengatakan bahwa “budaya korporasi adalah satu sistem nilai-nilai

yang dirasakan maknanya oleh seluruh orang dalam organisasi. Selain dipahami

seluruh jajaran juga meyakini sistem nilai-nilai tersebut sebagai landasan gerak

organisasi” (Moeljono 2003: 18). Dari dua pengertian budaya korporasi di atas

tampak jelas bahwa nilai-nilai yang dipahami dan diyakini sebagai landasan

ataupun pedoman berprilaku dalam suatu perusahaan.

Achmad Sobirin (2007), secara umum membagi konsep budaya organisasi

menjadi tiga sudut pandang yaitu:Ideational school, Adaptationist schooldanRealistschool.

• Pertama – Ideational school lebih melihat budaya sebuah organisasi dari

apa yang di-shared (dipahami, dijiwai dan dipraktikkan bersama) anggota sebuah komunitas / masyarakat.

• Kedua - Adaptationist school melihat budaya dari apa yang bisa

diobservasi baik dari bangunan organisasi seperti arsitektur / tata ruang

bangunan fisik sebuah organisasi maupun dari orang-orang yang terlibat di

dalamnya seperti pola perilaku dan cara mereka berkomunikasi.

• Ketiga - Realist school menegaskan bahwa budaya organisasi merupakan

satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara elemen yang bersifat

Idealistik (nilai-nilai dan kepercayaan) dan behavioral (tingkah laku).

Dari sisi fungsi Molejono (2003:22) mengatakan fungsi budaya korporat

adalah “ sebagai perekat sosial dalam mempersatukan anggota-anggota dalam

mencapai tujuan organisasi berupa ketentuan-ketentuan atau nilai-nilai yang harus

(17)

sebagai kontrol atas perilaku karyawan”. Sejalan dengan Moeljono, Achmad

Sobirin (2007:248-257) mengartikan fungsi budaya organisasi sebagai berikut:

• Budaya sebagai pembeda antara kita dan mereka

Budaya yang telah terbentuk menjadikan suatu organisasi berbeda dengan

organisasi lain. Dengan kata lain budaya membentuk suatu batasan lain

antara “kita dan mereka”.

• Budaya sebagai pembentuk identitas

Pernyataan ICIG (The International Corporate Identy Group) yang dikenal dengan “Strathclyde Statement” menyatakan, setiap perusahaan pasti mempunyai identitas diri. Artikulasi dari identitas tersebut tercermin

dalam etos, tujuan dan nilai-nilai organisasi. Identitas diri menunjukkan

sense of individuality yang bisa membantu organisasi membedakan dirinya dengan organisasi lain dalam lingkup persaingan.

• Budaya sebagai perekat organisasi

Organisasi seolah-olah layaknya sebuah keluarga besar dimana

masing-masing anggota keluarga memiliki tanggung jawab yang sama, saling

peduli diantara mereka, saling berbagi pengalaman, saling mengingatkan

jika ada yang salah dan saling melindungi ketika ada ancaman dari luar. • Budaya sebagai alat kontrol

Organisasi tidak akan bisa berjalan dengan baik jika organisasi tersebut

tidak mempunyai sistem pengendalian yang memadai. Tanpa sistem

(18)

ada yang mengarahkan dan mengkordinasinya. Demikian juga efisiensi

dan efektivitas organisasi sangat bergantung pada berfungsi tidaknya

sistem pengendalian tersebut.

Belakangan ini, studi tentang budaya korporat menjadi perhatian yang

serius. Berbagai kalangan ikut mengambil bagian dan perhatian atas betapa

pentingnya peranan budaya perusahaan dalam meningkatkan daya saing

dankinerja perusahaan9

. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kotter dan Heskett,

menyimpulkan bahwa budaya korporat bisa menimbulkan dampak yang dahsyat

terhadap individu dan kinerja, khususnya dalam lingkungan yang kompetitif,

bahkan dampaknya bisajadi lebih kuat ketimbang faktor-faktor lain, seperti:

strategi, struktur organisasi, sistem manajemen, alat-alat analisis keuangan,

kepemimpinan, dan lain-lain (Kotter dan Heskett, 2006). Di Indonesia, penelitian

yang dilakukan oleh Moeljono di Bank Rakyat Indonesia (BRI) menemukan

bahwa budaya korporat berperan secara sangat siknifikan terhadap keunggulan

korporasi dalam bentuk produktivitas pelayanan. Demikian juga, sebuah studi di

Danar Hadi menunjukkan bahwa budaya keluarga yang professional di dalam

perusahaan menjadi pendorong bagi keunggulan organisasi (Moeljono, 2005).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa budaya korporat dapat menentukan

keunggulan besaing perusahaan. Penelitian lain yang dilakukan Hamilton (Hafner

1999:57-103) yang menceritakan bagaimana kesuksesan perusahaan-perushaan di

Taiwan yang membentuk suatu “kebiasan bisnis” dengan memanfaatkan jaringan

(19)

mengakibatkan persaingan bisnis yang positif, yang menguntungkan

masing-masing pihak (hubungan timbal-balik)10

1. Fasilitas angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap penampilan fasilitas

yang dimiliki perusahaan jasa transportasi

. Oleh sebab itu membahas budaya pada

suatu perushaan tidak hanya membahas apa saja yang terjadi di dalam (internal) perusahaan, tetapi faktor luar (eksternal) juga penting untuk melihat gambaran budaya perusahaan secara kompleks.

Berkaitan dengan penelitian ini, setiap perusahaan jasa berusaha

memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumennya agar mereka merasa puas

terhadap jasa yang mereka rasakan dan mereka mau menjadi pelanggan. Selain

pelayanan, fasilitas dalam usaha jasa harus diperhatikan, terutama yang

berhubungan dengan apa yang dirasakan oleh konsumen. Menurut Ginting

(2005:38) kepuasan terhadap transportasi dapat ditentukan oleh atribut yaitu:

2. Keamanan angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap seberapa baik

keamanan yang diberikan kepada pelanggan.

3. Keramahan petugas adalah persepsi pelanggan terhadap sikap petugas

yang ramah terhadap pelanggan.

4. Tarif angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap tarif yang

diberlakukan.

5. Ketepatan waktu Angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap ketepatan

waktu berangkat dan waktu tiba ditujuan sesuai kebutuhan pelanggan.

10

(20)

6. Image angkutan adalah kesan yang diberikan perusahaan yang pada akhirnya membentuk sikap atau penilaian terhadap perusahaan.

7. Kenyamanan angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap kenyamanan

angkutan.

1.3 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, jika dipersempit maka

yang menjadi rumusan masalah dalam skripsi ini adalah:

1. Mengapa perusahaan otobus yang sudah berkembang seperti CV. Makmur

memerlukan strategi dalam menghadapi persaingan ?

2. Apa yang melatarbelakangi CV. Makmur memilih ke delapan strategi

yang telah diterapkan dalam perusahaannya ?

3. Bagaimana implikasi dari penerapan suatu strategi dengan budaya

perusahaan CV. Makmur ?

1.4 Maksud dan Tujuan Penulisan

Maksud dari penulisan atau pembahasan masalah tentang strategi-strategi

perusahaan trasnportasi ini adalah untuk menjelaskan kepada pembaca bahwa

pentingnya menciptakan suatu strategi yang tepat agar perusahaan mampu unggul

dalam persaingan, dan untuk menjaga pertumbuhan dan keinambunagn

perusahaan. Sementara tujuan dari pembahasan masalah ini adalah untuk

memperlihatkan kepada pembaca bagaimana kebiasan atau aktifitas manusia pada

(21)

1.5 Kerangka Penulisan

Dalam tulisan ini terdapat lima bab pembahasan yang dibagi menjadi dua

bagian, bab II akan dijelaskan bagaimana kondisi perkembangan dan persaingan

perusahaan otobus di Kota Medan dari tahun 1950-an hingga tahun 2010.

Kemudian dari bab III hingga bab VI akan membahas berbagai macam strategi

yang diterapkan oleh CV. Makmur. Masing-masing bab terdiri dari dua strategi

yang berkaitan. Pada bab III saya menjelaskan strategi waralaba dan strategi

promosi yang akan memperlihatkan bentuk perusahaan beserta aturan-atuaran

yang berlaku dalam menjalankan perusahaan. Pada bab IV saya menjelaskan

strategi pelayanan dan strategi penghilangan citra kebatakan, kedua strategi ini

menjelaskan bagaiman usaha yang dilakukan perusahaan agar dapat menjalankan

layanan jasa transportasinya.

Selanjutnya pada bab V saya akan menjelaskan strategi pembentukan

perusahaan baru dan strategi peremajaan / penambahan armada baru. Kedua

strategi saling berkaitan karena sama-sama membahas bagaimana pihak

manajemen menjaga kesinambungan perusahaannya. Terakhir pada bab VI saya

menjelaskan strategi sistem ceking dan strategi jadwal keberangkatan. Dalam pembahasan pada bab ini lebih banyak menjelaskan bagaimana perusahaan

membuat aturan untuk mengatur pemasukan (keuangan) serta kelancaran armada

(22)

1.6 Metode dan Pengalaman Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam lingkup ilmu antropologi, yaitu dengan

menggunakan metode penelitian etnografi11. Ada dua cara yang sering digunakan

dalam penelitian etnografi untuk memperoleh data yaitu melalui observasi

partisipasi (participant observer)12

Sehubungan dengan ini saya juga mendekatkan diri kepada para pimpinan

perusahaan yakni staf direksi CV. Makmur dan kepala perwakilan daerah

perawang. Hal yang pertama sekali yang saya lakukan adalah menyampaikan dan wawancara. Dengan observasi partisipasi

peneliti bisa ikut serta dalam mengamati langsung serangkaian kegiatan para

karyawan, melihat, dan memahami masalah yang menjadi objek dalam

penelitian.Dengan melakukan observasi partisipasi, maka yang saya lakukan

sebagai peneliti yang akan menulis sebuah skripsi adalah tinggal dan ikut

melaksanakan aktivitas para karyawan di lokasi penelitian saya. Hal ini perlu

dilakukan dengan tujuan data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan atau

bahasa ilmiahnya valid. Dengan tinggal dan ikut melaksanakan aktivitatas

bersama karyawan yang diteliti, menjalin komunikasi dan mengakrabkan diri

dengan masyarakat akan menjadi lebih mudah dan akhirnya dari situasi dan

kondisi seperti ini, hubungan yang baik (rapport) dengan karyawan diperusahaan CV. Makmur akan lebih mudah tercapai.

11

Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Istilah “etnografi” digunakan untuk menunjuk aktifitas mempelajari kebudayaan dan dengan produk akhir “sebuah etnografi” (Spradley, 1997:21).

12

(23)

maksud dan tujuan saya melakukan penelitian di perusahaan teersebut secara

mendetail. Menjalin Hubungan baik dan menyampaikan dengan jelas maksud dan

tujuan penelitian penting saya lakukan mengingat masalah penelitian yang saya

bahas mengenai persaingan sangatlah sensitiv, karena menyangkut

strategi-strategi yang diterapkan oleh perusahaan. Namun sepanjang saya melakukan

penelitian di CV. Makmur saya diterima baik oleh pihak manajemen untuk

mendapatkan data-data yang diperlukan. Begitu juga saat saya berada di kantor

perwakilan daerah Perawang saya diterima baik oleh mereka untuk mendapatkan

data-data yang diperlukan.

Setiap penelitian lapangan yang dilakukan tentunya mempunyai

kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pengumpulan data yang dilakukan dan secara

pribadi saya juga menemukan hal itu dalam penelitian proses mengumpulkan data

di lapangan. Terhadap pihak manajemen perusahaan sebenarnya tidak ada kendala

yang begitu berarti karena dari pihak manajemen sendiri sejauh saya menerangkan

dari mana asal saya dan untuk apa maksuda dan tujuan saya meneliti di

perusahaan mereka, saya dapat diterima dengan baik dan sepertinya pihak

manajemen menyambut dengan positif setiap mahasiswa yang datang ke

perusahaan untuk melakukan penelitian. Karena sebelumnya saya telah ada dua

orang mahasiswa Universitas Sumatera Utara dari Fakultas Hukum dan Fakultas

Ekonomi yang melakukan penelitan di CV. Makmur. Diterimanya saya di

perusahaan dengan alasan dari pihak manajemen karena selama ini mereka belum

pernah menerima penelitian dari bidang ilmu sosial, hal ini juga yang membuat

(24)

tersebut bersifat rahasia seperti dokumen proposal model dan rencana pembelian

bus baru. Namun walaupun telah menjalin hubungan baik dengan pihak

manajemen saya juga mengalami kendala saat berada dilapangan untuk

mendapatkan data-data dari para karyawan. Ada beberapa karyawan menganggap

saya adalah orang suruhan menejer untuk mengawasi pekerjaan mereka. Namun

hal itu bisa saya atasi dengan tetap menjalin hubungan yang baik dan menjelaskan

bahwa data-data yang saya peroleh nantinya diperlukan untuk membuat tulisan

tentang bagaimana perusahaan dapat unggul dalam persaingan.

Dalam usaha saya mendapatkan data-data yang valid tentang suatu

permasalahn tentunya kita harus terlebih dahulu diterima dengan baik oleh

kelompok masyarakat yang ingin diteliti. Untuk itu saya juga mendekatkan diri

kepada para karyawan perusahaan agar dengan demikian saya mendapatkan data

yang valid, dan tidak direkayasa oleh mereka. Salah satu cara saya dalam

mendekatkan diri dengan karyawan seperti supir dan kernet CV. Makmur ialah

dengan ikut melakukan perjalanan bersama mereka, serta ikut dalam aktivitas

mereka sehari-hari, baik itu aktivitas selama perjalanan dari Kota Medan ke

Perawang hingga kembali lagi ke Kota Medan.

Hal yang pertama sekali saya lakukan untuk mendekatkan diri kepada

supir dan kernet bus ialah dengan menjumpai salah seorang kernet yang saya

kenal melalui gurp “makmur bus lovers” di situs jejaring sosial Facebook. Melalui dirinya saya diperkenalkan dengan para supir dan kernet bus yang lain yang

berada di pool maupun di kantor pusat CV. Makmur yakni pada sore hari sebelum

(25)

bisa mengakrabkan diri dengan para karyawan lapangan, supir dan kernet bus.

Setelah sebulan mengobservasi dan mengumpulkan data di kantor pusat, akhirnya

saya diperblehkan ikut untuk satu trip perjalanan Medan – Perawang – Medan

dengan potongan ongkos 50%. Selama dalam perjalanan, banyak sekali data yang

saya peroleh mengenai peran para supir dan kernet bus yang turut ambil bagian

dalam persaingan dijalanan sampai kepada menjaga nama baik perusahaan.

Kemudian, setelah sampai di Perawang saya juga terlibat pada aktivitas mereka

sehari-hari dari mulai membersihkan dan mencuci bus, makan, tidur dan

melakukan persiapan untuk kembali berangkat pada malam hari. Saat berada di

Perawang saya juga menyempatkan diri untuk bertemu dengan para karyawan

yang ada di kantor perwakilan tersebut. Pada saat saya ingin mengumpulkan data,

memperkenalkan diri lalu menyampaikan maksud dan tujuan saya, sangat

kebetulan sekali karena yang menjadi kepala kantor perwakilan daerah disana

semarga dengan saya. Hal ini membuat proses pengumpulan data semakin mudah,

dan dari pengumpulan data tersebut saya mendapatkan data-data yang penting

tentang bagaimana kantor perwakilan daerah mengelola kantornya secara mandiri

serta peran vital mereka dalam memberikan promosi serta pelayanan yang baik

kepada konsumen di daerah tersebut.

Kemudian, dalam proses pengumpulan data juga dilakukan wawancara13

yang tentunya diawali dengan membina hubungan baik dengan para informan14

13

Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Burhan Bungin, 2007).

(26)

Informan yang dimaksud di sini adalah semua orang atau semua pihak yang

terlibat di dalam perusahaan, baik itu manajer/staf direksi, karyawan kantor (staf

administrasi, bagian tiket), karyawan lapangan (supir, kernet, satpam), sampai

kepada konsumen dalam hal ini penumpang bus CV. Makmur. Pada penelitian ini

saya tidak membeda-bedakan mana yang termasuk ke dalam informan kunci15,

dan mana yang termasuk ke dalam informan pangkal16

14

Informan adalah orang yang diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari objek penelitian (Burhan Bungin, 2007).

15

Informan kunci adalah orang yang mengetahui secara mendalam suatu informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, karena dengannya-lah data dan informasi yang dibutuhkan akan ditelusuri (Moleong, 2004).

16

Informan pangkal adalah informan yang akan membuka wawancara dengan pengetahuan yang ia ketahui (Moleong, 2004).

. Hal ini saya lakukan

karena pada intinya semua informasi yang didapat adalah penting.Wawancara

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah bentuk wawancara mendalam (deph interview) dengan menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara

(interview guide) yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Alasan saya mewawancarai para informan bahwa mereka sendirilah yang

benar-benar mengetahui seluk-beluk perusahaan, tentang apa yang mereka

lakukan, apa keunggulan dan kelemahan perusahaan tersebut.

Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat manajerial saya tujukan kepada staf direksi dan para

karyawan kantor (bagian administrasi). Sedangkan untuk karyawan lapangan

(supir dan kernet bus) pertanyaan yang diajukan lebih bersifat pribadi tentang

pengalaman, pengetahuan dan pandangan mereka sendiri selama menjadi

(27)

Setelah mendapatkan data-data, saya menganalisi data tersebut dengan

analisis data yang biasa dilakukan dalam penelitian antropologi. Analisis data

dalam penelitian antropologi sebenarnya tidak spesifik harus dilakukan setelah

penelitian lapangan selesai dilaksanakan. Dalam penelitian antropologi yang

menggunakan metode etnografi tidak dilakukan hal di mana data dibawa pulang

dan barulah proses analisis data dilakukan. Melainkan analisis data dilakukan

sejak dari penelitian berlangsung sampai saat penelitian selesai dilaksanakan.

Karena antropologi bermain dengan kekuatan observasi partisipasi dan

wawancara terhadap informan bukan seperti cabang ilmu lainnya yang bermain

dengan kuesioner yang diberikan kepada tiap-tiap responden.

Dalam melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh, saya

mencoba melihat dan menyusun rentetan sebab akibat atas suatu kejadian yang

ditemukan dilapangan. Misalnya seperti berikut, mengapa setiap perusahaan

otobus harus mempunyai strategi dalam menjalankan bisnis jasa transportasinya?

Padahal seperti yang kita ketahui dengan semakin meningkatnya arus mobilisasi

penduduk dari suatu daerah ke daerah lain, tentunya setiap perusahaan otobus

tidak perlu terlalu khawatir apabila mereka harus bersaing untuk mendapatkan

konsumen dalam hal ini penumpang. Maka, saya mencoba menganalisis dari

sebab dekatnya yaitu masalah pelayanan dan kepercayaan. Strategi pelayanan

yang baik akan membuat konsumen percaya dan akhirnya membuat konsumen

menjadi pelanggan tetap pada suatu perusahaan otobus, itulah sebabnya mengapa

setiap perusahaan harus memiliki strategi dalam bersaing. Kemudian berlanjut

(28)

diciptakan dan hal-hal apa yang menjadi landasan terciptanya suatu strategi?

Apakah strategi-strategi itu diciptakan hanya untuk memenangkan persaingan?

Jika setiap perusahaan memiliki strategi, mengapa masih ada perusahaan yang

mengalami perpecah bahkan harus gulung tikar? Ternyata berdasarkan data yang

didapat dari lapangan menyatakan tidak semua strategi membawa dampak positif

bagi perusahaan, strategi yang tepat adalah strategi yang diciptakan melalui

pemahaman akan situasi lingkungan internal (bagaimana keadaan perusahaan,

termasuk keunggulan dan kelemahannya), dan lingkungan eksternal (bagaimana

keadaan pasar termasuk keunggulaan dan kelemahan pesaing).

Begitulah cara saya untuk mengumpulkan data dan sekaligus melakukan

analisis data. Secara umum analisis data yang dilakukan dalam antropologi adalah

secara kualitatif17

17

Analisis data kualitatif mempunyai tujuan yaitu: 1) menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses pemaparan hasil penelitian, 2) menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data, dan proses suatu fenomena

sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan. Analisis data

tidak hanya dilakukan terhadap data-data yang diperoleh di lapangan, melainkan

meliputi juga terhadap data-data dari hasil pemberitaan yang berasal dari hasil

penelitian orang lain dan referensi berbagai sumber yang relefan seperti jurnal,

surat kabar, buletin, artikel, buku-buku, dan media elektronik yang tentunya

berkaitan dengan permasalahan dalam skripsi ini. Pada penerapannya seperti yang

dijelaskan sebelumnya bahwa analisis data dalam antropologi dilakukan sejak

penelitian berlangsung sampai penelitian selesai dilaksanakan. Dengan cara-cara

(29)

perusahaan jasa transportasi (perusahaan oto bus) terkait dengan strategi-strategi

Gambar

Tabel 1
Tabel 2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga kategori kesalahan yang dilakukan oleh para peserta adalah kesalahan morfologi (bound morpheme, noun, verb, adjective, false

tersebut akan menetapkan harga jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga pada saat membeli di pasar perdana, untuk menutupi semua biaya yang telah dikeluarkan dan laba

Tim penjaringan dan penyaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, melaksanakan tugas terhitung sejak tanggal ditetapkannya Keputusan Kepala Desa tentang Pembentukan Tim

PENDAMPING OSPEK MAHASISWA BARU FMIPA UNY TAHUN

Sentosa Sarwa Raharja berencana untuk membuat website perusahaan yang memuat informasi lengkap dan akurat tentang perusahaan, untuk dapat membantu proses transaksi yang

Jika pembeli sudah setuju memilih barang atau menggunakan jasa melalui website tersebut maka pembayaran yang dapat dilakukan adalah dengan system ATM, pembayaran cash,

Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yaitu apakah perilaku konsumen berpengaruh terhadap keputusan pembelian Honda Revo pada CV Lion Kecamatan Jailolo

Berdasarkan permasalah yang terjadi di kelas II SDN Kedungrawan 1 Krembung Sidoarjo dapat digambarkan pada umumnya, khususnya dalam menyelesaikan soal penjumlahan