BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Skripsi ini menjelaskan tentang strategi-strategi bisnis yang ada pada
perusahaan jasa transportasi darat, dalam hal ini perusahaan otobus. Skripsi
mengenai strategi perusahaan ini ditulis untuk dapat memahami bagaimana
strategi-strategi itu dibuat dan diterapkan oleh perusahaan transportasi agar
mampu unggul dalam persaingan yang dihadapi sehingga sasaran dan tujuan
perusahaan dapat tercapai. Seperti yang dikatakan Porter, “strategi adalah alat
yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing” (Rangkuti 2004:4).
Selanjutnya Hamel dan Paharalad mendefinisikan strategi “sebagai tindakan yang
bersifat incremental (senantiasa meningkat), terus-menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh pelanggan dimasa
depan” (Rangkuti 2004:4).
Dengan begitu secara umum tulisan tentang stategi perusahaan ini
membahas masalah pengelolaan perusahaan yang erat kaitanya dengan
perkembangan dan persaingan bisnis yang terjadi diantara perusahaan
transportasi. Pengelolaan yang dimaksud adalah strategi-strategi yang digunakan
atau diterapkan oleh suatu perusahaan transportasi agar dapat bertahan dan
mampu unggul dalam persaingan. Dengan mempelajari strategi-strategi tersebut
perusahaannya. Dengan memahami strategi-strategi itu juga akan dapat di dapat
gambaran bagaimana sesungguhnya persaingan bisnis yang terjadi.
Selanjutnya tulisan ini juga akan memperlihatkan bagaimana implikasi
dari strategi terhadap budaya perusahaan. Dari temuan yang saya dapati selama di
lapangan memperlihatkan adanya implikasi dari terciptanya suatu strategi
terhadap budaya di perusahaan, sebab dalam pengimplementasian strategi-strategi
tersebut ada nilai-nilai yang di-share kepada seluruh karyawan. Tidak hanya itu saja, pengimplementasian dari suatu strategi juga turut membentuk suatu prilaku
organisasi yang baru atau proses kerja yang baru di dalam perusahaan. Seperti
yang yang dikatakan Alwi bahwa “strategi yangterimplementasikan dengan baik
akan mempengaruhiperilaku suatu organisasi” (Alwi 2001:54).
Skripsi ini ditulis dalam lingkup ilmu antropologi yang memfokuskan
kajiannya untuk mempelajari kebudayaan, atau kebiasaan-kebiasan dan aktivitas
yang dilakukan manusia. Kluckhohn dan Kelly mendefenisi kebudayaan sebagai
semua rancangan hidup yang tercipta secara historis baik yang tersirat maupun
tidak tersirat yang ada pada suatu waktu sebagai pedoman yang potensial untuk
perilakunya (Keesing 1999:67). Dalam perkembangan kajian antropologi, budaya
juga digunakan dalam referensi organisasi sebagai metafora untuk memahami cara
kerja suatu kelompok1
1
Deborah D’amico, “Diversity, Inequality and Organizational Culture,” Cross-Cultural Management and Organizational Culture, eds. Tomoko Hamada & Ann Jordan (Virginia: Department of Anthropopolgy College of William and Mary) .
. Budaya sebagai metafora akar untuk studi organisasi yang
budaya organisasi menggabungkan rangkaian menarik dari suatu gambar tatanan
yang berhubungan antara budaya dan organisasi (Hamada & Jordan 1990:85).
Keberadaan suatu organisasi tidak terlepas dari dinamika yang terjadi
dalam lingkungannya, baik itu internal maupun eksternal. Sehingga setiap
organisasi dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar
dapat bertahan dan mampu unggul dalam persaingan yang dihadapi (Dirgantoro
2001:39). Semua organisasi pasti mempunyai budaya, begitu pula perusahaan
karena perusahaan adalah sebuah organisasi (Deal & Kennedy 1982:4). Suatu
perusahaan dapat dikatakan memiliki budaya perusahaan yang kuat apabila
perusahaan itu antara lain dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain,
sehingga kemampuan bersaing perusahaan tersebut dapat membuat perusahaan itu
tetap bertahan. Seperti yang dikatakan Hofsted, budaya yang kuat dan khas yang
terdapat pada suatu perusahaan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
perusahaan itu sendiri (Mulyono 2003:29). Oleh sebab itu keberadaan budaya
pada suatu perusahaan juga menentukan kemampuan perusahaan tersebut untuk
bersaing.
Semakin majunya perkembangan di dunia industri membuat persaingan
diantara perusahaan semakin jelas terlihat, baik pada perusahaan yang bergerak di
bidang jasa maupun non jasa. Khususnya pada perusahaan jasa karena produk
yang dihasilkan berbentuk layanan jasa, agar dapat unggul perusahaan harus
menciptakan strategi khusus untuk memberikan pelayanan yang lebih agar
konsumen merasa nyaman dan percaya akan layanan jasa yang diberikan. Salah
jasa transportasi darat. Dalam upayanya untuk bisa tetap bertahan banyak
perusahaan otobus menerapkan berbagai macam strategi, dari mulai strategi
pelayanan kepada konsumen sampai pada pengelolaan tarif. Namun tidak jarang
strategi tersebut malah menjadi bumerang kepada perusahaan itu sendiri karena
pelaksanaannya di lapangan yang kurang tepat. Salah satu contohnya adalah
kerapian para karyawan perusahaan. Dengan memberikan seragam kepada
karyawan, perusahaan bermaksud untuk memperlihatkan kerapian dan
kekompakan karyawannya. Namun apabila kerapian tersebut tidak diikuti dengan
kesopanan para karyawan dalam melayani konsumen malah akan membawa
dampak buruk bagi perusahaan. Tentu ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut
mengapa karyawan bisa bersikap seperti itu. Sangat menarik untuk membahas
masalah pengelolaan perusahaan transportasi khususnya transportasi darat, karena
transportasi darat berbeda dengan transportasi laut dan udara. Jika transportasi
laut dan udara harus memiliki standarisasi keahlian khusus untuk para karyawan
lapangan misalnya; pilot, pramugari, nahkoda kapal, anak buah kapal, namun
pada transportasi darat misalnya perusahaan otobus, tidak ada batasan mengenai
standarisasi keahlian khusus untuk para supir dan kondekturnya, cukup
bermodalkan SIM dan pengalaman maka ia akan diterima.
Transportasi sebagai akses penghubung antara suatu daerah ke daerah lain
menjadi sesuatu hal yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan daerah.
Karena dengan adanya transportasi itu perkembangan dari suatu daerah ke daerah
lain menjadi cepat. Oleh sebab itu pertumbuhan perusahaan jasa transportasi juga
sumatera bagian utara menjadi titik pertumbuhan transportasi, khususnya
transportasi darat yang menghubungkan Aceh – Medan, Riau – Medan, Sumatera
Barat – Medan, dan Kota lainnya yang ada di Sumatera Utara. Semakin
berkembangnya perusahaan jasa transportasi membuat banyak pilihan bagi
konsumen untuk memilih perusahaan mana yang akan ia gunakan.
Ketertarikan untuk menulis permasalahan tentang strategi perusahaan
transportasi antar provinsi ini diltarbelakangi dua permasalahan yang peneliti
anggap cukup menarik untuk dilihat:
Pertama, pertumbuhan / perkembangan bus dan perusahaan otobus di Indonesia kuhsusnya di kota Medan. Pada tahun 2010 pertumbuhan jumlah armada bus baru
meningkat 2,5% dibandingkan pada tahun 2009. Dikatakan oleh Ketua Umum
Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) Eka Sari
Lorena Soerbakti, perkembangan armada bus penumpang di Indonesia mengalami
kenaikan 2,5% dengan total bus mencapai 3 juta unit. Kenaikan pertumbuhan bus
ini juga dipengaruhi oleh bertambahnya perusahaan-perusahaan otobus yang
melayani jasa transportasi antar kota dan antar provinsi2
No
. Hal ini bisa terlihat dari
tabel berikut:
Tabel 1
Jumlah Bus Antar Provinsi Menurut Provinsi di Sumatera 2006 - 2010
Uraian Satuan 2006 2007 2008 2009 2010
1 Nangroe Aceh Darusalam Unit 509 510 558 544 621
2
Debiariwidawan, “Persaingan sehat antar PO bus berwujud kemajuan bidang transportas,
2 Sumatera Utara Unit 1,054 1,106 1,112 1,078 1,185
3 Sumatera Barat Unit 770 767 792 770 841
4 Riau Unit 236 233 296 337 367
5 Jambi Unit 423 443 457 470 501
6 Bengkulu Unit 207 221 253 271 301
7 Sumatera Selatan Unit 500 524 545 519 559
8 Lampung Unit 533 536 545 488 565
Jumlah Unit 4,232 4,330 4,558 4,477 4,940
Sumber: Direktorat LLAJ, Ditjen. Hubdat, Desember 2010. (Buku Statistik Dinas Perhubungan 2011)
Tabel 2
Jumlah Perusahaan Bus Antar Provinsi Menurut Provinsi di Sumatera 2006 - 2010
No Uraian Satuan 2006 2007 2008 2009 2010
1 Nangroe Aceh Darusalam Perusahaan 15 14 17 18 18
2 Sumatera Utara Perusahaan 32 34 35 39 41
3 Sumatera Barat Perusahaan 59 59 60 61 61
4 Riau Perusahaan 15 15 19 20 22
5 Jambi Perusahaan 31 31 33 34 35
6 Bengkulu Perusahaan 13 14 15 17 18
7 Sumatera Selatan Perusahaan 27 29 30 32 31
8 Lampung Perusahaan 23 23 25 26 26
Jumlah Perusahaan 202 219 234 247 252
Sumber: Direktorat LLAJ, Ditjen. Hubdat, Desember 2010. (Buku Statistik Dinas Perhubungan 2011)
Dari tabel di atas terlihat kenaikan pertumbuhan jumlah bus dan perusahaan
Sumatera Utara hingga tahun 2010 setidaknya terdapat 41 perusahaan dengan
1,185 armada bus. Hal serupa juga diungkapkan oleh pihak MBI (PT. Mercedes
Benz Indonesia) selaku vendor3 yang paling diminati untuk pembelian chassis4
dan mesin di Indonesia. Mereka menjelaskan “hingga Juli 2011, penjualan bus
sudah mencapai 1.876 unit, naik ketimbang periode yang sama pada tahun lalu.
Diramalkan, tren ke depannya masih terus meningkat. Pasalnya, banyak
perusahaan otobus yang notabene pasar paling potensial, mulai gencar
meremajakan armadanya”5
Kedua, berkembangnya perusahaan-perusahaan otobus hingga pada saat ini tidak hanya membawa dampak positif bagi dunia transportasi darat, tapi juga
berdampak negatif bagi sebagian pengusaha. Pasalnya banyak pengusahaan
otobus yang gulung tikar akibat tidak mampu bersaing dengan perusahaan lain . Selain membeli bus-bus baru, strategi meremajakan
armada adalah salah satu upaya yang dilakukan pihak perusahaan otobus untuk
tetap menjaga armadanya agar bisa terus beroperasi dan dapat tetap bersaing
dengan armada-armada bus dari perusahaan lain.
6
3
Vendor adalah pihak ketiga yang menjadi produsen material – material perusahaan.
4
Chassis adalah bagian penting dari semua kendaraan yang berfungsi sebagai penopang berat kendaraan , mesin serta penumpang.
.
Ketidak mampuan tersebut terletak pada strategi pelayanan yang pada umumnya
mengharuskan perusahaan mengeluarkan modal yang besar, sehingga banyak
pengusaha dengan modal yang pas-pasan terancam gulung tikar. Di Kota Medan
5
Budi NR, “Pertarungan sengit di ceruk sempit,
6
sendiri telah banyak perusahaan otobus yang dahulu pernah sukses pada tahun
1980 hingga 1990-an kini harus gulung tikar, seperti: Risma, Martimbang,
Purnama Raya, PMTS (Persatuan Motor Tapanuli Selatan), Bani, Bunga
Setangkai, ABS (Aek Batanggadis Sejati) dan Palansa. Perpecahan bahkan sampai
pada tutupnya suatu perusahaan tidak akan mungkin terjadi jika pengelolaan
perusahaan berjalan dengan baik. Setiap manajemen perusahaan dituntut untuk
mampu mengetahui apa kelemahan dan apa yang menjadi keunggulan dari
perusahaanya agar dapat dibuat suatu strategi untuk megatasi berbagai
permasalahan. Dalam bersaing misalnya pada satu trayek yang banyak di isi oleh
perusahan lain, selain memberikan pelayanan yang baik bisa juga disiasati dengan
mempercepat jadwal keberangkatan atau memberikan snackkepada penumpang. Atas dasar inilah saya tertarik untuk menulis tentang strategi pengelolaan
pada suatu perusahaan transportasi yang dalam hal ini adalah perusahaan otobus.
Hal yang menarik yang ingin saya tunjukan adalah bagaimana suatu strategi
dibuat akibat dari persaingan yang semakin sengit diantara perusahaan otobus.
Kemudian bagiamana strategi-strategi yang dibuat itu mampu membuat
perusahaan unggul dalam persaingan dan bertahan selama puluhan tahun. Karena
setiap perusahaan pastinya mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan
visi dan misi perusahaan.
Dalam skripsi ini peneliti memilih CV. Makmur sebagai perusahaan
otobus yang diteliti. Ketertarikan untuk meneliti CV. Makmur dikarenakan dari
sekian banyak peruahaan otobus yang ada di Kota Medan CV. Makmur adalah
tersebut dapat dibuktikan dari kemampuan perusahaan membentuk anak
perusahaan baru (CV. Halmahera) yang beridiri di bawah manajemen CV.
Makmur. Selanjutnya jumlah ijin trayek yang sudah dikantongi perusahaan ini
lebih banyak, bahkan sampai dua kali lipat dari perusahaan lain. Dalam sehari
(hingga agustus 2012) CV. Makmur memberangkatkan 35 unit armada bus
dengan tujuan trayek yang berbeda, dan jumlah tersebut akan terus bertambah
mengingat rencana perusahaan yang akan menambah armada bus untuk CV.
Halmahera. Kemudian dari segi tipe-tipe kelas yang disediakan, CV. Makmur
menyediakan sembilan tipe kelas yang dapat dipilih sesuai dengan keinginan
penumpang, namun pada perusahaan paling banyak hanya menyediakan empat
tipe kelas saja.
Pemilihan ini juga didasari atas panjangnya sejarah perusahaan yang telah
berdiri sejak tahun 1958 dengan nama “Subur”, namun sejak tahun 1959 berubah
menjadi “Makmur” dan pada agustus 2011 CV. Halmahera resmi dibuka sebagai
anak dari perusahaan CV. Makmur. Perusahaan ini memiliki seratus sepuluh unit
armada bus.Adapun tipe-tipe kelas yang disediakan bagi penumpang yakni kelas
Economi Class (Non-Toilet), Economi Toile,Economi Lux (Toilet), Royal Class (Ac Toilet), Royal Lux (Ac Toilet), Super VIP, Super Executive,Super Executive (Lux).Sedangkan yang menjadi trayek tujuan dari perusahaan ini adalah dari kota Medan ke sebagian besar daerah di Provinsi Riau seperti Pekanbaru, Dumai, Duri,
Pangkalan Kerinci, Perawang, Sungai Buatan, Bangkinang, Teluk Kuantan,
Selain itu dalam menjalankan bisnis layanan jasanya manajemen CV.
Makmur menerapkan delapan strategi, kedelapan strategi tersebut adalah: strategi
waralaba, strategi promosi, strategi pelayanan, strategi multikulurisme, strategi
pembentukan perusahaan baru, strategi peremajaan / penambahan armada baru,
strategi sistem ceking, dan strategi jadwal keberangkatan. Hal inilah yang membuat saya tertarik untuk memilih CV. Makmur, hal yang perlu diungkapkan
lebih lanjut ialah mengapa CV. Makmur menerapkan banyak strategi dalam
menjalankan perusahaannya, padahal dari penjelasan yang telah disampaikan CV.
Makmur sudah mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya.
Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu kantor pusat CV. Makmur
yang berada di Jl. Sisingamangaraja Km 6,7 no 12 amplas Medan, dan kantor
perwakilan daerah Perawang di Jl. Raya Km 7 Kecamatan Perawang Kabupaten
Siak Riau. Penelitian di kantor pusat bertujuan untuk memahami bagaimana suatu
strategi dibuat, apa fungsinya, dan atas dasar apa strategi itu dibuat. Sedangkan
penelitian di kantor perwakilan daerah bertujuan untuk melihat apakah
strategi-strategi tersebut benar dilaksanakan samapai kepada kantor perwakilan daerah.
Pemilihan Kota perawang sebagai kantor perwakilan daerah di dasari
pertimbangan peneliti yang melihat perkembangan kantor wilayah ini belum
begitu berkembang, berbeda dengan perwakilan daerah yang lain yang sudah
pernah peneliti jalani sebelumnya seperti Pekanbaru dan Dumai. Karena untuk
trayek Medan – Pekanbaru dan Medan – Dumai dapat dikatakan CV. Makmur
bus setiap harinya, berbeda dengan trayek Medan – Perawang yang hanya
memberangkatkan 3 unit bus setiap harinya.
1.2. Tinjauan Pustaka
Secara konseptual strategidapat diartikan sebagai suatu pendekatan secara
menyeluruh yang berkaitan dengan pelaksanaa
eksekusi sebuah aktivitas dalam kur7
.Pada mulanya konsep strategi digunakan dalam dunia militer yang dalam bahasa Yunanidisebut
strategosartinya komandan militer. Namun seiring dengan semakin berkembangnya jaman konsep strategi juga digunakan dalam dunia bisnis.
Sehingga pada saat ini banyak definisi-definisi dari strategi yang pada umumnya
lebih berkaitan pada dunia bisnis. Seperti yang dinyatakan oleh Glueck dan Jauch
“strategiadalah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang
menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan
dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan itu
dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi” (Glueck W.F, Jauch
L.R 1994). Selanjutnya Triton menyimpulkan strategi sebagai berikut:
“Strategi adalah sekumpulan pilihan kritis untuk perencanaan dan penerapan serangkaian rencana tindakan dan alokasi sumber daya yang penting dalam mencapai tujuan dasar dan sasaran, dengan memperhatikan keunggulan kompetitif, komparatif, dan sinergis yang ideal berkelanjutan, sebagai arah, cakupan dan perspektif jangka panjang keseluruhan yang ideal dari individu atau organisasi”(Tirton PB, 2007:17).
Dari kedua definis diatas dapat diambil pengertian bahwa strategi adalah
sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir (sasaran). Tetapi strategi
bukan hanya sekedar suatu rencana, tetapi rencana yang disatukan atau semua
bagian rencana serasi dan berkaitan yang disatukan. Artinya strategi mengikat
seluruh bagian dalam perusahaan menjadi satu. Strategi itu menyeluruh artinya
strategi meliputi semua aspek penting dalam perusahaan dan terpadu.
Sejalan dengan penjelasan diatas, dari sekian banyak definisi strategi
Amstrong membagi pengertian strategi menjadi tiga bagian besar (Triton PB,
2007:16):
• Pertama, strategi merupakan deklarasi maksud yang mendefinisikan cara
untuk mencapai tujuan, dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh
alokasi sumberdaya perusahaan yang penting untuk jangka panjang dan
mencocokkan sumberdaya dan kapabilitas dengan lingkungan eksternal. • Kedua, strategi merupakan perspektif dimana isu kritis atau faktor
keberhasilan dapat dibicarakan, serta keputusan strategis bertujuan untuk
membuat dampak yang besar serta jangka panjang kepada perilaku dan
keberhasilan organisasi.
• Ketiga, strategi pada dasarnya adalah mengenai penetapan tujuan dan
mengalokasikan atau menyesuaikan sumberdaya dan peluang sehingga
dapat mencapai kesesuaian strategis antara tujuan strategis dan basis
sumberdayanya.
Strategi yang berhasil biasanya memiliki empat unsur utama (Grant
1. Strategi tersebut harus ditunjukan untuk tujuan yang jelas dan dalam
jangka waktu yang panjang.
2. Strategi didasarkan pada paham yang mendalam terhadap lingkungan
eksternal.
3. Strategi didasarkan pada paham yang mendalam mengenai kemampuan
internal individu maupun organisasi.
4. Strategi dilaksanakan dengan resolusi, kordinasi, serta pemanfaatan yang
efektif terhadap kemampuan dan komitmen dari semua anggota organisasi.
Strategi bisnis berbeda dengan perencana bisnis, Kenichi Ohmae
mengatakan perbedaan strategi bisnis dengan perencanaan bisnis terletak pada
kata “keunggulan bersaing”. Tanpa pesaing tidak diperlukan adanya strategi
(Dirgantoro 2001:63). Konsep strategi dalam dunia bisnis biasa digunakan dalam
disiplin ilmu manajemen, yaitu dengan istilah manajemen strategis. Secara
definisi strategi dan manajemen strategi memang berbeda. “Manajemen
strategisadalah kumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan
dan penerapan strategi yang didesain untuk mencapai sasaran organisasi” (Pearce
dan Robinson, 1988). Selanjutnya Glueck dan Jauch mendefinisikan manajemen
strategis sebagai berikut:
Dari kedua definisi diatas secara sederhana dapat diartikan proses
manajemen strategis ialah cara dengan jalan mana para perencana strategis
menentukan sasaran dan membuat kesimpulan strategi.Manajemen Strategis
sebenarnya lebih banyak berhubungan dengan pengelolaan strategis yang mampu
membaca dan mengantisipasi berbagai kemungkinan di masa mendatang sebagai
dasar untuk merencanakan tujuan secara luas, mengimplementasikan strategi, dan
menyusun serta menetapkan berbagai kebijakan yang tepat. Jika dikaitakan
dengan perencanan tujuan yang luas, maka menjadi kebutuhan mendasar bagi
suatu organisasi untuk senantiasa mengembangkan kompetensinya.
Pengabaian terhadap manajemen strategisdapat berakibat fatal(Glueck
W.F, Jauch L.R 1994:55). Berbagai analisis telah menemukan bagaimana
perencanaan strategi gagal karena melakukan strategi yang salah:Perusahaan akan
gagal apabila perencanaan strategi yang berkuasa menciptakan strategi yang
terlalu berambisi dan kurang berhati-hati yang tidak mengindahkan gejala
lingkungan.
1. Perusahaan akan gagal apabila perencanaan strategi yang berkuasa
menolak merubah strategi lama.
2. Perusahaan akan gagal apabila pimpinan strategi tidak menciptakan
strategi.
3. Perusahaan akan gagal karena perencana strategi menciptakan strategi
yang terlalu berambisi dengan dasar sumber perusahaan yang lemah.
Jika membahas keunggulan dan kemampuan suatu perusahaan tidak hanya
oleh para manajer sedangkan yang melaksanakannya ialah para karyawan. Oleh
sebab itu memahami para karyawan dengan konsep budaya korporat juga
merupakan hal yang penting untuk menjelaskan bagaimana suatu perusahaan
mampu mencapai keberhasilan.
Sampai saat ini budaya adalah salah satu tema yang tidak pernah habis
untuk didiskusikan, karena budaya itu sendiri adalah hasil ciptaan manusia yang
memiliki karkteristik dan keunikan tersendiri. Dalam perkembangan kajian
antropologi, budaya juga digunakan dalam studi bisnis. Pada saat ini
perkembangan antropologi bisnis efektif dibagi menjadi tiga bidang: 1) organisasi
antropologi (studi kompleks organisasi termasuk budaya mereka, proses bekerja
dan mengubah arahan), 2) antropolog, pemasaran dan perilaku konsumen. 3)
desain (desain produk dan layanan). Semua ini bergantung pada dasar antropologi
metodologi dan teori dan melibatkan mempelajari jenis masalah yang dijelaskan
di atas8
Membahas masalah budaya pada suatu perusahaan sudah tidak asing lagi
dalam ilmu antropologi. Cherrington menyatakan budaya dari perspektif studi
organisasi/korporat, merupakan salah satu karakteristik dari tingkat organisasi,
karakteristik ini adalah perasaan tidak tertulis dan biasanya mewakili nilai-nilai,
keyakinan, dan pemahaman bersama (Jordan 2003:85). Davis mengatakan
“budaya perusahaan adalah keyakinan dan nilai bersama yang memberikan makna
bagi anggota sebuah institusi dan menjadikan keyakinan dan nilai tersebut sebagai
aturan atau pedoman berperilaku dalam organisasi” (Sobirin 2007:131). Demikian .
8
juga Robbins mengatakan bahwa “budaya korporasi adalah satu sistem nilai-nilai
yang dirasakan maknanya oleh seluruh orang dalam organisasi. Selain dipahami
seluruh jajaran juga meyakini sistem nilai-nilai tersebut sebagai landasan gerak
organisasi” (Moeljono 2003: 18). Dari dua pengertian budaya korporasi di atas
tampak jelas bahwa nilai-nilai yang dipahami dan diyakini sebagai landasan
ataupun pedoman berprilaku dalam suatu perusahaan.
Achmad Sobirin (2007), secara umum membagi konsep budaya organisasi
menjadi tiga sudut pandang yaitu:Ideational school, Adaptationist schooldanRealistschool.
• Pertama – Ideational school lebih melihat budaya sebuah organisasi dari
apa yang di-shared (dipahami, dijiwai dan dipraktikkan bersama) anggota sebuah komunitas / masyarakat.
• Kedua - Adaptationist school melihat budaya dari apa yang bisa
diobservasi baik dari bangunan organisasi seperti arsitektur / tata ruang
bangunan fisik sebuah organisasi maupun dari orang-orang yang terlibat di
dalamnya seperti pola perilaku dan cara mereka berkomunikasi.
• Ketiga - Realist school menegaskan bahwa budaya organisasi merupakan
satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara elemen yang bersifat
Idealistik (nilai-nilai dan kepercayaan) dan behavioral (tingkah laku).
Dari sisi fungsi Molejono (2003:22) mengatakan fungsi budaya korporat
adalah “ sebagai perekat sosial dalam mempersatukan anggota-anggota dalam
mencapai tujuan organisasi berupa ketentuan-ketentuan atau nilai-nilai yang harus
sebagai kontrol atas perilaku karyawan”. Sejalan dengan Moeljono, Achmad
Sobirin (2007:248-257) mengartikan fungsi budaya organisasi sebagai berikut:
• Budaya sebagai pembeda antara kita dan mereka
Budaya yang telah terbentuk menjadikan suatu organisasi berbeda dengan
organisasi lain. Dengan kata lain budaya membentuk suatu batasan lain
antara “kita dan mereka”.
• Budaya sebagai pembentuk identitas
Pernyataan ICIG (The International Corporate Identy Group) yang dikenal dengan “Strathclyde Statement” menyatakan, setiap perusahaan pasti mempunyai identitas diri. Artikulasi dari identitas tersebut tercermin
dalam etos, tujuan dan nilai-nilai organisasi. Identitas diri menunjukkan
sense of individuality yang bisa membantu organisasi membedakan dirinya dengan organisasi lain dalam lingkup persaingan.
• Budaya sebagai perekat organisasi
Organisasi seolah-olah layaknya sebuah keluarga besar dimana
masing-masing anggota keluarga memiliki tanggung jawab yang sama, saling
peduli diantara mereka, saling berbagi pengalaman, saling mengingatkan
jika ada yang salah dan saling melindungi ketika ada ancaman dari luar. • Budaya sebagai alat kontrol
Organisasi tidak akan bisa berjalan dengan baik jika organisasi tersebut
tidak mempunyai sistem pengendalian yang memadai. Tanpa sistem
ada yang mengarahkan dan mengkordinasinya. Demikian juga efisiensi
dan efektivitas organisasi sangat bergantung pada berfungsi tidaknya
sistem pengendalian tersebut.
Belakangan ini, studi tentang budaya korporat menjadi perhatian yang
serius. Berbagai kalangan ikut mengambil bagian dan perhatian atas betapa
pentingnya peranan budaya perusahaan dalam meningkatkan daya saing
dankinerja perusahaan9
. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kotter dan Heskett,
menyimpulkan bahwa budaya korporat bisa menimbulkan dampak yang dahsyat
terhadap individu dan kinerja, khususnya dalam lingkungan yang kompetitif,
bahkan dampaknya bisajadi lebih kuat ketimbang faktor-faktor lain, seperti:
strategi, struktur organisasi, sistem manajemen, alat-alat analisis keuangan,
kepemimpinan, dan lain-lain (Kotter dan Heskett, 2006). Di Indonesia, penelitian
yang dilakukan oleh Moeljono di Bank Rakyat Indonesia (BRI) menemukan
bahwa budaya korporat berperan secara sangat siknifikan terhadap keunggulan
korporasi dalam bentuk produktivitas pelayanan. Demikian juga, sebuah studi di
Danar Hadi menunjukkan bahwa budaya keluarga yang professional di dalam
perusahaan menjadi pendorong bagi keunggulan organisasi (Moeljono, 2005).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa budaya korporat dapat menentukan
keunggulan besaing perusahaan. Penelitian lain yang dilakukan Hamilton (Hafner
1999:57-103) yang menceritakan bagaimana kesuksesan perusahaan-perushaan di
Taiwan yang membentuk suatu “kebiasan bisnis” dengan memanfaatkan jaringan
mengakibatkan persaingan bisnis yang positif, yang menguntungkan
masing-masing pihak (hubungan timbal-balik)10
1. Fasilitas angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap penampilan fasilitas
yang dimiliki perusahaan jasa transportasi
. Oleh sebab itu membahas budaya pada
suatu perushaan tidak hanya membahas apa saja yang terjadi di dalam (internal) perusahaan, tetapi faktor luar (eksternal) juga penting untuk melihat gambaran budaya perusahaan secara kompleks.
Berkaitan dengan penelitian ini, setiap perusahaan jasa berusaha
memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumennya agar mereka merasa puas
terhadap jasa yang mereka rasakan dan mereka mau menjadi pelanggan. Selain
pelayanan, fasilitas dalam usaha jasa harus diperhatikan, terutama yang
berhubungan dengan apa yang dirasakan oleh konsumen. Menurut Ginting
(2005:38) kepuasan terhadap transportasi dapat ditentukan oleh atribut yaitu:
2. Keamanan angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap seberapa baik
keamanan yang diberikan kepada pelanggan.
3. Keramahan petugas adalah persepsi pelanggan terhadap sikap petugas
yang ramah terhadap pelanggan.
4. Tarif angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap tarif yang
diberlakukan.
5. Ketepatan waktu Angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap ketepatan
waktu berangkat dan waktu tiba ditujuan sesuai kebutuhan pelanggan.
10
6. Image angkutan adalah kesan yang diberikan perusahaan yang pada akhirnya membentuk sikap atau penilaian terhadap perusahaan.
7. Kenyamanan angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap kenyamanan
angkutan.
1.3 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, jika dipersempit maka
yang menjadi rumusan masalah dalam skripsi ini adalah:
1. Mengapa perusahaan otobus yang sudah berkembang seperti CV. Makmur
memerlukan strategi dalam menghadapi persaingan ?
2. Apa yang melatarbelakangi CV. Makmur memilih ke delapan strategi
yang telah diterapkan dalam perusahaannya ?
3. Bagaimana implikasi dari penerapan suatu strategi dengan budaya
perusahaan CV. Makmur ?
1.4 Maksud dan Tujuan Penulisan
Maksud dari penulisan atau pembahasan masalah tentang strategi-strategi
perusahaan trasnportasi ini adalah untuk menjelaskan kepada pembaca bahwa
pentingnya menciptakan suatu strategi yang tepat agar perusahaan mampu unggul
dalam persaingan, dan untuk menjaga pertumbuhan dan keinambunagn
perusahaan. Sementara tujuan dari pembahasan masalah ini adalah untuk
memperlihatkan kepada pembaca bagaimana kebiasan atau aktifitas manusia pada
1.5 Kerangka Penulisan
Dalam tulisan ini terdapat lima bab pembahasan yang dibagi menjadi dua
bagian, bab II akan dijelaskan bagaimana kondisi perkembangan dan persaingan
perusahaan otobus di Kota Medan dari tahun 1950-an hingga tahun 2010.
Kemudian dari bab III hingga bab VI akan membahas berbagai macam strategi
yang diterapkan oleh CV. Makmur. Masing-masing bab terdiri dari dua strategi
yang berkaitan. Pada bab III saya menjelaskan strategi waralaba dan strategi
promosi yang akan memperlihatkan bentuk perusahaan beserta aturan-atuaran
yang berlaku dalam menjalankan perusahaan. Pada bab IV saya menjelaskan
strategi pelayanan dan strategi penghilangan citra kebatakan, kedua strategi ini
menjelaskan bagaiman usaha yang dilakukan perusahaan agar dapat menjalankan
layanan jasa transportasinya.
Selanjutnya pada bab V saya akan menjelaskan strategi pembentukan
perusahaan baru dan strategi peremajaan / penambahan armada baru. Kedua
strategi saling berkaitan karena sama-sama membahas bagaimana pihak
manajemen menjaga kesinambungan perusahaannya. Terakhir pada bab VI saya
menjelaskan strategi sistem ceking dan strategi jadwal keberangkatan. Dalam pembahasan pada bab ini lebih banyak menjelaskan bagaimana perusahaan
membuat aturan untuk mengatur pemasukan (keuangan) serta kelancaran armada
1.6 Metode dan Pengalaman Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam lingkup ilmu antropologi, yaitu dengan
menggunakan metode penelitian etnografi11. Ada dua cara yang sering digunakan
dalam penelitian etnografi untuk memperoleh data yaitu melalui observasi
partisipasi (participant observer)12
Sehubungan dengan ini saya juga mendekatkan diri kepada para pimpinan
perusahaan yakni staf direksi CV. Makmur dan kepala perwakilan daerah
perawang. Hal yang pertama sekali yang saya lakukan adalah menyampaikan dan wawancara. Dengan observasi partisipasi
peneliti bisa ikut serta dalam mengamati langsung serangkaian kegiatan para
karyawan, melihat, dan memahami masalah yang menjadi objek dalam
penelitian.Dengan melakukan observasi partisipasi, maka yang saya lakukan
sebagai peneliti yang akan menulis sebuah skripsi adalah tinggal dan ikut
melaksanakan aktivitas para karyawan di lokasi penelitian saya. Hal ini perlu
dilakukan dengan tujuan data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan atau
bahasa ilmiahnya valid. Dengan tinggal dan ikut melaksanakan aktivitatas
bersama karyawan yang diteliti, menjalin komunikasi dan mengakrabkan diri
dengan masyarakat akan menjadi lebih mudah dan akhirnya dari situasi dan
kondisi seperti ini, hubungan yang baik (rapport) dengan karyawan diperusahaan CV. Makmur akan lebih mudah tercapai.
11
Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Istilah “etnografi” digunakan untuk menunjuk aktifitas mempelajari kebudayaan dan dengan produk akhir “sebuah etnografi” (Spradley, 1997:21).
12
maksud dan tujuan saya melakukan penelitian di perusahaan teersebut secara
mendetail. Menjalin Hubungan baik dan menyampaikan dengan jelas maksud dan
tujuan penelitian penting saya lakukan mengingat masalah penelitian yang saya
bahas mengenai persaingan sangatlah sensitiv, karena menyangkut
strategi-strategi yang diterapkan oleh perusahaan. Namun sepanjang saya melakukan
penelitian di CV. Makmur saya diterima baik oleh pihak manajemen untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan. Begitu juga saat saya berada di kantor
perwakilan daerah Perawang saya diterima baik oleh mereka untuk mendapatkan
data-data yang diperlukan.
Setiap penelitian lapangan yang dilakukan tentunya mempunyai
kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pengumpulan data yang dilakukan dan secara
pribadi saya juga menemukan hal itu dalam penelitian proses mengumpulkan data
di lapangan. Terhadap pihak manajemen perusahaan sebenarnya tidak ada kendala
yang begitu berarti karena dari pihak manajemen sendiri sejauh saya menerangkan
dari mana asal saya dan untuk apa maksuda dan tujuan saya meneliti di
perusahaan mereka, saya dapat diterima dengan baik dan sepertinya pihak
manajemen menyambut dengan positif setiap mahasiswa yang datang ke
perusahaan untuk melakukan penelitian. Karena sebelumnya saya telah ada dua
orang mahasiswa Universitas Sumatera Utara dari Fakultas Hukum dan Fakultas
Ekonomi yang melakukan penelitan di CV. Makmur. Diterimanya saya di
perusahaan dengan alasan dari pihak manajemen karena selama ini mereka belum
pernah menerima penelitian dari bidang ilmu sosial, hal ini juga yang membuat
tersebut bersifat rahasia seperti dokumen proposal model dan rencana pembelian
bus baru. Namun walaupun telah menjalin hubungan baik dengan pihak
manajemen saya juga mengalami kendala saat berada dilapangan untuk
mendapatkan data-data dari para karyawan. Ada beberapa karyawan menganggap
saya adalah orang suruhan menejer untuk mengawasi pekerjaan mereka. Namun
hal itu bisa saya atasi dengan tetap menjalin hubungan yang baik dan menjelaskan
bahwa data-data yang saya peroleh nantinya diperlukan untuk membuat tulisan
tentang bagaimana perusahaan dapat unggul dalam persaingan.
Dalam usaha saya mendapatkan data-data yang valid tentang suatu
permasalahn tentunya kita harus terlebih dahulu diterima dengan baik oleh
kelompok masyarakat yang ingin diteliti. Untuk itu saya juga mendekatkan diri
kepada para karyawan perusahaan agar dengan demikian saya mendapatkan data
yang valid, dan tidak direkayasa oleh mereka. Salah satu cara saya dalam
mendekatkan diri dengan karyawan seperti supir dan kernet CV. Makmur ialah
dengan ikut melakukan perjalanan bersama mereka, serta ikut dalam aktivitas
mereka sehari-hari, baik itu aktivitas selama perjalanan dari Kota Medan ke
Perawang hingga kembali lagi ke Kota Medan.
Hal yang pertama sekali saya lakukan untuk mendekatkan diri kepada
supir dan kernet bus ialah dengan menjumpai salah seorang kernet yang saya
kenal melalui gurp “makmur bus lovers” di situs jejaring sosial Facebook. Melalui dirinya saya diperkenalkan dengan para supir dan kernet bus yang lain yang
berada di pool maupun di kantor pusat CV. Makmur yakni pada sore hari sebelum
bisa mengakrabkan diri dengan para karyawan lapangan, supir dan kernet bus.
Setelah sebulan mengobservasi dan mengumpulkan data di kantor pusat, akhirnya
saya diperblehkan ikut untuk satu trip perjalanan Medan – Perawang – Medan
dengan potongan ongkos 50%. Selama dalam perjalanan, banyak sekali data yang
saya peroleh mengenai peran para supir dan kernet bus yang turut ambil bagian
dalam persaingan dijalanan sampai kepada menjaga nama baik perusahaan.
Kemudian, setelah sampai di Perawang saya juga terlibat pada aktivitas mereka
sehari-hari dari mulai membersihkan dan mencuci bus, makan, tidur dan
melakukan persiapan untuk kembali berangkat pada malam hari. Saat berada di
Perawang saya juga menyempatkan diri untuk bertemu dengan para karyawan
yang ada di kantor perwakilan tersebut. Pada saat saya ingin mengumpulkan data,
memperkenalkan diri lalu menyampaikan maksud dan tujuan saya, sangat
kebetulan sekali karena yang menjadi kepala kantor perwakilan daerah disana
semarga dengan saya. Hal ini membuat proses pengumpulan data semakin mudah,
dan dari pengumpulan data tersebut saya mendapatkan data-data yang penting
tentang bagaimana kantor perwakilan daerah mengelola kantornya secara mandiri
serta peran vital mereka dalam memberikan promosi serta pelayanan yang baik
kepada konsumen di daerah tersebut.
Kemudian, dalam proses pengumpulan data juga dilakukan wawancara13
yang tentunya diawali dengan membina hubungan baik dengan para informan14
13
Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Burhan Bungin, 2007).
Informan yang dimaksud di sini adalah semua orang atau semua pihak yang
terlibat di dalam perusahaan, baik itu manajer/staf direksi, karyawan kantor (staf
administrasi, bagian tiket), karyawan lapangan (supir, kernet, satpam), sampai
kepada konsumen dalam hal ini penumpang bus CV. Makmur. Pada penelitian ini
saya tidak membeda-bedakan mana yang termasuk ke dalam informan kunci15,
dan mana yang termasuk ke dalam informan pangkal16
14
Informan adalah orang yang diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari objek penelitian (Burhan Bungin, 2007).
15
Informan kunci adalah orang yang mengetahui secara mendalam suatu informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, karena dengannya-lah data dan informasi yang dibutuhkan akan ditelusuri (Moleong, 2004).
16
Informan pangkal adalah informan yang akan membuka wawancara dengan pengetahuan yang ia ketahui (Moleong, 2004).
. Hal ini saya lakukan
karena pada intinya semua informasi yang didapat adalah penting.Wawancara
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah bentuk wawancara mendalam (deph interview) dengan menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara
(interview guide) yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Alasan saya mewawancarai para informan bahwa mereka sendirilah yang
benar-benar mengetahui seluk-beluk perusahaan, tentang apa yang mereka
lakukan, apa keunggulan dan kelemahan perusahaan tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat manajerial saya tujukan kepada staf direksi dan para
karyawan kantor (bagian administrasi). Sedangkan untuk karyawan lapangan
(supir dan kernet bus) pertanyaan yang diajukan lebih bersifat pribadi tentang
pengalaman, pengetahuan dan pandangan mereka sendiri selama menjadi
Setelah mendapatkan data-data, saya menganalisi data tersebut dengan
analisis data yang biasa dilakukan dalam penelitian antropologi. Analisis data
dalam penelitian antropologi sebenarnya tidak spesifik harus dilakukan setelah
penelitian lapangan selesai dilaksanakan. Dalam penelitian antropologi yang
menggunakan metode etnografi tidak dilakukan hal di mana data dibawa pulang
dan barulah proses analisis data dilakukan. Melainkan analisis data dilakukan
sejak dari penelitian berlangsung sampai saat penelitian selesai dilaksanakan.
Karena antropologi bermain dengan kekuatan observasi partisipasi dan
wawancara terhadap informan bukan seperti cabang ilmu lainnya yang bermain
dengan kuesioner yang diberikan kepada tiap-tiap responden.
Dalam melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh, saya
mencoba melihat dan menyusun rentetan sebab akibat atas suatu kejadian yang
ditemukan dilapangan. Misalnya seperti berikut, mengapa setiap perusahaan
otobus harus mempunyai strategi dalam menjalankan bisnis jasa transportasinya?
Padahal seperti yang kita ketahui dengan semakin meningkatnya arus mobilisasi
penduduk dari suatu daerah ke daerah lain, tentunya setiap perusahaan otobus
tidak perlu terlalu khawatir apabila mereka harus bersaing untuk mendapatkan
konsumen dalam hal ini penumpang. Maka, saya mencoba menganalisis dari
sebab dekatnya yaitu masalah pelayanan dan kepercayaan. Strategi pelayanan
yang baik akan membuat konsumen percaya dan akhirnya membuat konsumen
menjadi pelanggan tetap pada suatu perusahaan otobus, itulah sebabnya mengapa
setiap perusahaan harus memiliki strategi dalam bersaing. Kemudian berlanjut
diciptakan dan hal-hal apa yang menjadi landasan terciptanya suatu strategi?
Apakah strategi-strategi itu diciptakan hanya untuk memenangkan persaingan?
Jika setiap perusahaan memiliki strategi, mengapa masih ada perusahaan yang
mengalami perpecah bahkan harus gulung tikar? Ternyata berdasarkan data yang
didapat dari lapangan menyatakan tidak semua strategi membawa dampak positif
bagi perusahaan, strategi yang tepat adalah strategi yang diciptakan melalui
pemahaman akan situasi lingkungan internal (bagaimana keadaan perusahaan,
termasuk keunggulan dan kelemahannya), dan lingkungan eksternal (bagaimana
keadaan pasar termasuk keunggulaan dan kelemahan pesaing).
Begitulah cara saya untuk mengumpulkan data dan sekaligus melakukan
analisis data. Secara umum analisis data yang dilakukan dalam antropologi adalah
secara kualitatif17
17
Analisis data kualitatif mempunyai tujuan yaitu: 1) menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses pemaparan hasil penelitian, 2) menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data, dan proses suatu fenomena
sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan. Analisis data
tidak hanya dilakukan terhadap data-data yang diperoleh di lapangan, melainkan
meliputi juga terhadap data-data dari hasil pemberitaan yang berasal dari hasil
penelitian orang lain dan referensi berbagai sumber yang relefan seperti jurnal,
surat kabar, buletin, artikel, buku-buku, dan media elektronik yang tentunya
berkaitan dengan permasalahan dalam skripsi ini. Pada penerapannya seperti yang
dijelaskan sebelumnya bahwa analisis data dalam antropologi dilakukan sejak
penelitian berlangsung sampai penelitian selesai dilaksanakan. Dengan cara-cara
perusahaan jasa transportasi (perusahaan oto bus) terkait dengan strategi-strategi