• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR

NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG

RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya memajukan sektor Pertanian dan Perikanan dan Kelautan serta dalam rangka meningkatkart produksi komoditas pertanian, perkebunan dan perikanan perlu adanya usaha pengembangan benih unggul yang pengadaannya dilakukan oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur urituk dijual kepada masyarakat yang membutuhkan ;

b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan huruf a, dan meningkatkan pendapatan petani, perlu menetapkan kembali penjualan produksi usaha Daerah dan menuangkan ketentuan-ketentuannya dalam suatu Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Timur juncto Undang-undang Nomor 18 Tahun 1950 Peraturan tentang Mengadakan Perubahan dalam Undang-undang Tahun 1950 Nomor 2 dari hal Pembentukan Propinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 32);

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

3. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3299);

4. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanarnan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);

5. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan

Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000

Nomor 240, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

(2)

6. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

7. Peraturan Pemerintah Nornor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahuri 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negr.ra Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4022);

10. Peraturan Pemerintah Nornor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139);

11. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Dan Bentuk Rancangan Undang- undang, Rancangan Peraturan Pemerintah Dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70);

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Siptl di lingkungan Pemerintah Propinsi;

13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah ;

14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah ;

15. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 803/Kpts/OT.210/7/97 tentang Sertifikasi Dan Pengawasan Mutu Benih Bina ;

16. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 26/Kpts/OT.210/1/98 tentang Pedoman Pengembangan Perbenihan Nasional;

17. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 119 Tahun 1998 tentang Ruang Lingkup dan Jenis-jenis Retribusi Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II;

18. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 1986 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Propinsi Daerah Tingkat Jawa Timur;

19. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 31 Tahun 2000 tentang Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur;

20. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 34 Tahun 2000 tentang Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur;

21. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 36 Tahun 2000 tentang

Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur.

(3)

Menetapkan :

Dengan persetujuan,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI JAWATIMUR

MEMUTUSKAN :

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :

1. Pemerintah Propinsi, adalah Pemerintah Propinsi Jawa Timur;

2. Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur;

3. Badan, adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan badan usaha lainnya;

4. Retribusi Jasa Usaha, adalah Retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Propinsi dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta ;

5. Retribusi Penjualan Produksi Daerah yang selarijutnya dapat disebut Retribusi, adalah pembayarari atas penjualan hasil produksi Usaha Daerah ;

6. Benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan ;

7. Kelas Benih, adalah hasil benih pemuliaan tanaman dan tingkatan hasil penangkarannya ;

8. Benih Bina, adalah Benih dari varietas unggul yang telah dilepas, yang diproduksikan dan peredarannya diawasi, berupa benih dasar, benih pokok dan benih sebar;

9. Benih Dasar, adalah keturunan pertama dari benih penjenis yang memenuhi standart mutu kelas benih dasar;

10. Benih Pokok, adalah keturunan pertama dari benih dasar atau benih penjenis yang memenuhi standard mutu kelas benih pokok;

11. Benih Sebar, adalah keturunan pertama dari benih pokok, benih dasar atau benih penjenis, yang memenuhi standard mutu kelas benih sebar;

12. Ikan, adalah semua jenis ikan termasuk biota perairan lainnya ;

(4)

13. Benih Ikan, adalah ikan dalam umur, bentuk dan ukuran tertentu yang belum dewasa, termasuk telur, larva dan bukan murni alga ;

14. Induk Ikan, adalah ikan pada umur dan ukuran tertentu yang telah dewasa dan digunakan untuk menghasilkan benih ;

15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SKRD, adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang ;

16. Pemeriksaan, adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengelola data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi Daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah ;

17. Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Retribusi Daerah, adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI

Pasal 2

Dengan nama Retribusi Penjualan Produksi Daerah Bidang Pertanian, Perkebunan dan Perikanan dipungut retribusi sebagai penjualan atas penjualan hasil produksi usaha Daerah di Bidang Pertanian, Perkebunan dan Perikanan.

Pasal 3

Obyek Retribusi, adalah Penjualan Produksi Usaha Daerah Bidang Pertanian, Perkebunan dan Perikanan, yang meliputi:

a. Benih;

b. Benih Bina;

c. Benih Dasar;

d. Benih Pokok;

e. Benih Sebar;

f. Benih ikan ; g. Induk Ikan ;

h. Hasil Produksi lainnya.

Pasal 4

Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang membeli hasil

produksi usaha Daerah.

(5)

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 5

Retribusi Penjualan Produksi Daerah Bidang Pertanian, Perkebunan dan Perikanan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.

BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan volume, jenis, mutu dan ukuran hasil produksi yang dijual.

BAB V

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR

Pasal 7

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif berdasarkan pada tujuan untuk mendapat keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

BAB VI

BESARNYA TARIP DASAR RETRIBUSI

Pasal 8

(1) Struktur tarip dasar retribusi digolongkan berdasarkan Volume, jenis, mutu dan ukuran hasil produksi yang dijual;

(2) Besarnya tarip dasar retribusi ditetapkan berdasarkan harga pasar yang berlaku di wilayah daerah atau sekitarnya ;

(3) Dalam hal harga pasar yang berlaku sulit ditentukan maka tarip dasar ditetapkan berdasarkan:

a. unsur biaya pokok ;

b. unsur keuntungan yang diperhitungkan per - satuan jasa ;

(6)

(4) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi : biaya operasional langsung, biaya tidak langsung, biaya modal yang berkaitan dengan tersedianya aktiva tetap dan aktiva lainnya serta biaya-biaya lainnya ;

(5) Keuntungan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b ditetapkan dalam persentase tertentu dari total biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan dari modal;

(6) Struktur dan besarnya tarip dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3) ditetapkan lebih lanjut oleh Gubernur.

BAB VII

WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 9

Retribusi yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat penjualan dilakukan.

BAB VIII

SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 10

Saat retribusi terutang adalah pada saat ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB IX

TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 11

(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan ;

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB X

TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 12

(1) Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus dimuka ;

(7)

(2) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Keputusan Gubernur.

BAB XI

PENGURANGAN KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 13

(1) Gubernur atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan keringanan retribusi penjualan produksi usaha Daerah ;

(2) Tata cara pemberian keringanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan lebih lanjut oleh Gubernur.

BAB XII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 14

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang;

(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XIII PENYIDIKAN

Pasal 15

Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Propinsi diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikari tindak pidana di bidang retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ;

Pasal 16

(1) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 adalah : a. menerirna, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau

laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas

;

(8)

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah ;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah ;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen- dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah ;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta, melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan teriaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah ;

g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah ;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan;

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang- undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 17

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, Peraturan Daerah Propinsi

Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 7 Tahun 1990 tentang Penggantian

Biaya Pengadaan Benih Unggul dan Peraturan Propinsi Daerah Tingkat I

Jawa Timur Nomor 12 Tahun 1991 tentang Pengadaan dan Pemanfaatan

Bibit dan Benih Unggul Komoditas Perkebunan serta Peraturan Daerah

Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 13 Tahun 1998 tentang

Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah Bidang Perikanan dinyatakan

tidak berlaku.

(9)

Pasal 18

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan ditetapkan lebih lanjut oleh Gubernur.

Pasal 19

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur.

Ditetapkan di Surabaya pada tanggal 30 Mei 2002 GUBERNUR JAWA TIMUR

ttd.

IMAM UTOMO. S

(10)

Diundangkan di Surabaya Pada tanggal 30 Mei 2002 SEKRETARIS DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR

ttd.

Drs. SOENARJO, Msi

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2002

NOMOR 2 TAHUN 2002 SERI C.

(11)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2002

TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH

I. PENJELASAN UMUM

Bahwa dalam rangka usaha pengembangan benih unggul, murni dan bermutu tinggi sebagai pendukung program peningkatan produksi tanaman dan hasil produksi perikanan di Jawa Timur, diperlukan pengadaan dan pemanfaatan benih tersebut. Untuk melaksanakan kegiatan dimaksud dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat khususnya petani dalam memenuhi kebutuhan bibit unggul diharapkan dapai tercapai dengan sebaik-baiknya apabila didukung dengan penerimaan Daereh, lebih-lebih bila diingat bahwa Sumber Penerimaan Daerah pada umumnya masih sangat terbatas dibanding dengan kebutuhan pembiayaan yang makin meningkat, maka perlu msninjau kembali Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 7 Tahun 1990 tentang Penggantian Biaya Pengadaan Benih Unggul, Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 12 Tahun 1991 tentang Pengadaan dan Pemanfaatan Bibit dan Benih Unggul Komoditas Perkebunan dan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 13 Tahun 1998 tentang Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah Bidang Perikanan.

Sehubuhgan dengan hal tersebut diatas, maka dalam Peraturan Daerah ini msngatur kembali jenis pelayanan yang diberikan kepada masyarakat khususnya petani dengan tetap memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam penyelenggaraan pemungutan retribusi sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 dan 2 :

Pasal 3 huruf a sampai

dengan g :

huruf h :

Pasal 4 dan 5 :

Pasal 6 ayat (1) sampai dengan ayat (3) :

Cukup jelas.

Cukup jelas.

hasil perikanan lainnya meliputi hasil produksi yang merupakan hasil samping/ikutan yang diperoleh dari uji coba kapal penangkap ikan, budidaya tambak, budidaya kolam dan lain sebagainya.

Cukup Jelas.

Cukup Jelas.

(12)

ayat (4) :

ayat (5) :

ayat (6) :

Pasal 7 sampai

dengan 19 :

biaya operasi langsung meliputi pegawai, belanja barang, belanja pemeliharaan, sewa tanah dan bangunan, biaya listrik dan semua biaya rutin/priodik lainnya yang berkaitan langsung dengan penyediaan jasa.

biaya tidak langsung meliputi biaya administrasi umum dan biaya lainnya yang mendukung penyediaan jasa.

biaya modal yang berkaitan dengan tersedianya aktiva tetap dan aktiva lainnya meliputi angsuran dan bunga pinjaman, nilai sewa tanah dan bangunan dan penyusutan aset.

biaya-biaya lainnya meliputi bunga atas pinjaman jangka pendek berhubungan dengan penyediaan jasa.

Cukup jelas.

Gubernur dalam menetapkan tarif wajib memberitahukan kepada DPRD Propinsi Jawa Timur.

Cukup jelas

Referensi

Dokumen terkait

Dasar Hukum Hak cipta di Indonesia dasar perlindungan hukumnya adalah Undang-undang Hak Cipta (UUHC) Hak cipta dipahami dengan banyak versi dan bahkan menjadi

Sistem Prosedur Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di DPPKAD Kota Gorontalo sudah sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 yang

Dari penelitian yang dilakukan skenario terbaik dalam perancangan sistem prediksi kedalaman laut ini ada pada struktur dengan hidden layer 3 dengan banyaknya neuron [ 20 15 25 ],

Alokasi waktu ditetapkan pada setiap mata pelajaran pada sistem paket sebagaimana telah tertera dalam struktur kurikulum. Penulis dapat simpulkan, bahwa alokasi

Kedua, kemampuan menulis teks drama sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa kelas XI SMA Negeri 1 Gunung Talang diperoleh nilai rata-rata

Hal ini dibuktikan pula dari hasil koefisian determinan R square hanya sebesar 0.8% menunjukkan rendahnya kemampuan varibel terikat dalam menjelaskan variabel

Anda dapat menggunakan HP Elite x3 sebagai Panel Sentuh untuk menggulir dan melakukan gerakan satu dan dua jari pada layar stasiun penyambungan laptop.. Untuk mengaktifkan fungsi

Telah disepakati pengertian keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan