• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Hakikat Bimbingan dan Konseling

Bimbingan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan sebagai suatu sistem. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang bahwa proses pendidikan adalah proses interaksi antara masukan alat dan masukan mentah.

Masukan mentah adalah peserta didik, sedangkankan masukan alat adalah tujuan pendidikan, kerangka, tujuan dan materi kurikulum, fasilitas dan media pendidikan, system administrasi dan supervisi pendidikan, sistem penyampaian, tenaga pengajar, sistem evaluasi serta bimbingan konseling (Hendrarno, Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 2007: 58).

Dalam Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling tersirat bahwa suatu sistem layanan bimbingan dan konseling berbasis kompetensi tidak mungkin akan tercipta dan tercapai dengan baik apabila tidak memiliki sistem pengelolaan yang bermutu. Artinya, hal itu perlu dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Untuk itu diperlukan guru pembimbing yang profesional dalam mengelola kegiatan Bimbingan Konseling berbasis kompetensi di sekolah dasar.

Dalam konteks pemberian layanan bimbingan konseling, Prayitno (1997:

35-36) mengatakan bahwa pemberian layanan bimbingan konseling meliputi

layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran,

konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.

(2)

2

Sukardi dkk (2007: 14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan konseling yaitu:

a. Fungsi penyaluran ( distributif )

Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan siswa-siswa dalam memilih program-program pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah sambungan ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri kepribadiannya. Di samping itu fungsi ini meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah antara lain membantu menempatkan anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain.

b. Fungsi penyesuaian (adjustif )

Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal.

c. Fungsi adaptasi ( adaptif )

Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf

sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri

khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing

menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan serta

kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk

merencanakan pengalaman belajar bagi para siswanya. Sehingga para siswa

(3)

3

memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat.

Dalam Andi Mapiere, (2009: 32-33) mendefinisikan tentang bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma- norma yang berlaku. Dalam pengertian tersebut tersimpul hal-hal pokok bahwa:

a. Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan

b. Pelayanan Bimbingan dan konseling dilakukan melalui kegiatan secara perorangan dan kelompok

c. Arah kegiatan Bimbingan dan konseling adalah membantu peserta didik untuk dapat melaksanakan kehidupan sehari-hari secara mandiri dan berkembang secara optimal

d. Ada empat bidang bimbingan yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir.

e. Pelayanan Bimbingan dan konseling dilaksanakan melalui jenis-jenis layanan tertentu, ditunjang sejumlah kegiatan pendukung

f. Pelayanan Bimbingan dan konseling harus didasarkan pada norma-norma yang berlaku

1 Pengertian Bimbingan

Jika ditelaah dari berbagai sumber akan dijumpai pengertian-pengertian

yang berbeda mengenai bimbingan, tergantung dari jenis sumbernya dan yang

(4)

4

merumuskan pengertian tersebut. Perbedaan tersebut disebabkan kelainan pandangan dan titik tolak, tetapi perbedaan itu hanyalah perbedaan tekanan atau dari sudut mana melihatnya.

Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin. Dengan demikian bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut.

M. Surya (2008: 12) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian atau layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.

Bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya (Oemar Hamalik, 2008: 193).

Bimbingan adalah suatu proses yang terus-menerus untuk membantu perkembangan individu dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 2008: 11).

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa

bimbingan dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan

kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin,

(5)

5

dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self realization).

Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang melatarbelangi perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural dan aspek psikologis. Secara umum, latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu:

meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut sudah barang tentu perlu mengintegrasikan seluruh komponen yang ada dalam pendidikan, salah satunya komponen bimbingan. Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatar belakangi perlunya proses bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga berdampak disetiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan relatif menetap.

Menurut Tim MKDK IKIP Semarang (2008: 5-9) ada lima hal yang melatarbelakangi perlunya layanan bimbingan di sekolah yakni:

(1) masalah perkembangan individu,

(2) masalah perbedaan individual,

(6)

6 (3) masalah kebutuhan individu,

(4) masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, dan (5) masalah belajar

2 Pengertian Konseling

Bagi siapa yang mematuhi undang-undang pasti mengakui, setidak- tidaknya menjadi tahu bahwa konselor adalah pendidik. Kalau konselor itu pendidik, haruslah diakui bahwa termasuk tugas konselor adalah merencanakan proses pembelajaran dan menilai hasil pembela- jaran, seperti juga guru, dosen,

dan pendidik lainnya. Konselor menggunakan kegiatan pembelajaran dalam melaksanakan layanannya. Bukankah ketika seorang konselor melaksanakan layanan orientasi, informasi, konseling perorangan, dan lain-lain layanan, ia sedang membelajarkan klien? Dalam layanan-layanan tersebut digunakan materi pembelajaran tertentu (yaitu materi layanan konseling) untuk membelajarkan klien sehingga ia mampu mengentaskan masalahnya. Bagaimana klien mampu mengentas- kan masalahnya atau menjadi mandiri kalau ia tidak belajar? Apa kemampuan mengentaskan masalah atau kemandirian klien itu datang dari langit, atau disuapkan oleh konselor? Ketahuilah bahwa konselor harus mampu membelajarkan klien kalau ia (konselor) hendak memberikan pelayanan yang benar- benar professional.

Perlu diketahui juga bahwa tugas pembelajaran oleh konselor memang

berbeda dibandingkan guru (konteks tugas konselor dan guru). Konteks tugas

pembelajaran yang dilakukan guru adalah mata pelajaran bidang studi, seperti

mata pelajaran Matematika, IPA, IPS, dan sebagainya, sedangkan konteks tugas

(7)

7

konselor adalah kondisi pribadi klien misalnya penyesuaian diri, sikap dan kebiasaan belajar, informasi dan pilihan karir, dan sebagainya. Bukankah mata pelajaran bidang studi dan kondisi pribadi klien itu berbeda? Begitulah caranya

membedakan ekspektasi tugas konselor dan tugas guru. Semua pendidik melakukan pembe- lajaran terhadap peserta didik dengan konteks tugas yang berbeda-beda. Guru, konteks tugasnya apa, konselor apa, dosen apa, widyaiswara apa, dan sebagainya. Modus pembelajarannya pun berbeda-beda. Guru dengan modus pengajaran mata pelajaran bidang studi sedangkan konselor dengan modus pelayanan konseling dan kegiatan pendu- kungnya. Dengan konteks tugas yang berbeda-beda itu, semua pendidik melaksanakan pembelajaran dengan modus pembelajaran yang berbeda-beda pula.

Konseling adalah proses pemberian yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien (Prayitno, 2007: 106).

Konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada seseorang supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang (Eddy Wibowo, 2010: 39).

Dari pengertin tersebut, dapat penulis sampaikan ciri-ciri pokok konseling, yaitu:

1) adanya bantuan dari seorang ahli,

2) proses pemberian bantuan dilakukan dengan wawancara konseling,

(8)

8

3) bantuan diberikan kepada individu yang mengalami masalah agar memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam mengatasi masalah guna memperbaiki tingkah lakunya di masa yang akan datang.

B. Fungsi, Prinsip dan Asas Bimbingan dan Konseling

Dalam Blog pada WordPress.com.Akhmad Sudrajad tentang pendidikan dikatakan bahwa fungsi bimbingan dan konseling adalah:

1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

2. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli.

Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya:

bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop

out, dan pergaulan bebas (free sex).

(9)

9

3. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.

4. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.

5. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.

6. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan,

kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk

(10)

10

menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.

7. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

8. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.

9. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.

10. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk

membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi

kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi

(11)

11

konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli.

Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi pelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep- konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan, baik di Sekolah/Madrasah maupun di luar Sekolah/Madrasah. Prinsip-prinsip itu adalah:

1. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).

2. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut.

Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah

konseli, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik

kelompok.

(12)

12

3. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada konseli yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.

4. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru- guru dan kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing- masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.

5. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli

agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan konseli diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi konseli untuk memper-timbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat.

Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan

bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama

(13)

13

bimbingan adalah mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.

6. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya

berlangsung di Sekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.

Dalam Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Sukardi, 2010: 30-34) dikatakan bahwa keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas berikut.

1. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.

2. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang

menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan konseli (konseli)

mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlu-kan baginya. Dalam

hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan

kesukarelaan tersebut.

(14)

14

3. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli (konseli). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar konseli dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.

4. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan.

Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong konseli untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.

5. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk

pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: konseli (konseli)

sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi

konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri

sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan

serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu

(15)

15

mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseli.

6. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli (konseli) dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.

7. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.

8. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

9. Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang

menghendaki agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan

(16)

16

konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan konseli (konseli) memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.

10. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

11. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang

menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan

pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu

permasalahan konseli (konseli) mengalihtangankan permasalahan itu

kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih

tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain ; dan demikian

(17)

17

pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain.

C. Kegiatan Pokok Bimbingan dan Konseling 1 Program Bimbingan dan Konseling

1) Program Bimbingan dan Konseling di sekolah yang perlu disusun adalah

program tahunan yang mencakup program semesteran dan laporan bulanan.

Laporan bulanan mencakup rekap agenda mingguan yang selanjutnya dijabarkan menjadi agenda kegiatan harian.

2) Unsur-unsur Program Bimbingan dan Konseling meliputi kebutuhan peserta

didik, jumlah siswa yang menjadi tanggung jawab guru pembimbing, bidang- bidang bimbingan, jenis layanan dan kegiatan pendukung, volume dan frekuensi layanan, waktu (kapan dan lamanya) kegiatan serta perkiraan penggunaan dana/ prasarana

3) Tahap-tahap pelaksanaan program adalah tahap perencanaan, pelaksanaan,

penilaian, analisis hasil penilaian, dan tindak lanjut.

2 Muatan Pendidikan Budi Pekerti Pendidikan Nilai-nilai dalam Bimbingan dan Konseling

Secara langsung pelayanan Bimbingan dan Konseling memuat materi pendidikan budi pekerti:

1) Budi pekerti diperlukan dalam semua bidang kehidupan, yaitu kehidupan

pribadi, social, bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan beragama

(18)

18

2) Program Bimbingan dan Konseling mengadopsi materi pendidikan budi

pekerti. Sebagaimana dituntut dalam pencapaian tugas-tugas perkembangan peserta didik.

3) Setiap layanan bimbingan dan konseling mengintegrasikan di dalamnya

materi pendidikan budi pekerti, berupa suasana yang menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan dan suasana normatif dalam proses pelayanan. Di samping itu layanan tertentu dalam bimbingan dan konseling dapat dimuati secara khusus materi pendidikan budi pekerti yang dikehendaki. Lebih jauh,pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah harus menjadi teladan bagi peserta didiknya.

3 Pengelolaan Bimbingan dan Konseling di Pendidikan

1) Manajemen bimbingan dan konseling di sekolah diselenggarakan oleh

suatu organisasi dengan guru pembimbing (di SMP dan SMA) dan guru kelas (di SD) sebagai pelaksana utamanya. Dalam organisasi tersebut selain ada guru pembimbing / guru kelas, ada pula pimpinan sekolah, koordinator bimbingan dan konseling, guru mata pelajaran/praktik, wali kelas, dan staf administrasi yang masing-masing memiliki perannya sendiri.

2) Pengelolaan bimbingan dan konseling dilengkapi fasilitas yang

diperlukan, yaitu ruang kerja, peralatan instrumentasi, peralatan

administrasi dan sarana pendukung lainnya.

(19)

19

3) Karena bimbingan dan konseling merupakan sumber / bank data yang

mendukung semua kegiatan pembelajaran di sekolah, maka dapat didukung dengan tenaga administratif.

4) Dalam pengelolaan bimbingan dan konseling, kegiatan kepengawasan

secara khusus diselenggarakan oleh pengawas sekolah bidang bimbingan dan konseling

5) Pengelolaan yang efektif diarahkan kepada terwujudnya akuntabilitas

yang tinggi dari kegiatan bimbingan dan konseling secara menyeluruh dan pengembangannya.

D. Arah kegiatan Bimbingan dan Konseling 1 Kegiatan Bimbingan dan Konseling

Kegiatan Bimbingan dan konseling diarahkan kepada:

a) Terpenuhinya tugas-tugas perkembangan peserta didik di setiap tahap perkembangan mereka

b) Dalam upaya mewujudkan tugas-tugas perkembangan itu, kegiatan bimbingan dan konseling mendorong peserta didik mengenal diri dan lingkungan, mengembangkan diri dan sikap positif mengembangkan arah karir dan masa depan.

c) Kegiatan bimbingan dan konseling meliputi bimbingan pribadi, sosial, belajar,

dan karir

(20)

20

2 Pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah

Secara konkrit diarahkan kepada pengembangan berbagai kompetensi peserta didik. Kompetensi yang akan dikembangkan itu dirumuskan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a) Tugas Perkembangan

b) Bimbingan Pribadi, sosial, belajar, dan karir c) Kompetensi

d) Materi bimbingan dan konseling

e) Kegiatan bimbingan dan konseling, meliputi : layanan, pendukung, penilaian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi massa karbon sekam padi pada perlakuan blender, sonifikasi, dan blender+sonifikasi menggunakan blender

Empat kelompok pengguna (user groups) yang di identifikasi dalam gambar, juga mengindikasikan berbagai jenis sistem yang paling sesuai bagi masing-masing tingkat pengguna.Termasuk

Model I-S yang dibangun berdasar penilaian konsumen tentang tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan terhadap kualitas layanan telekomunikasi seluler menempatkan 2

Secara praktis penelitian ini memberikan kontribusi berupa pemahaman bahwa pada TPI yang ada di Kabupaten Batang harus bisa memberikan kualitas layanan, citra TPI yang

penangkar benih, tata cara budidaya yang tepat, dalam tata cara budidaya. teknik aeroponik yaitu dapat dilakukan sepanjang tahun

Paper Ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Yang Diampu Ibu

DEPARTE[IEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA.. FAKUITAS ILMU

Hasil yang dari pengabdian ini adalah optimalisasi potensi wisata dengan dibuatnya penunjuk arah menuju tempat wisata, penambahan spot untuk swafoto di Air Terjun