• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

KONTAMINASI TANAH OLEH SOIL-TRANSMITTED HELMINTH DI LAPANGAN SEI SEMAYANG DESA MULYO REJO, KECAMATAN

SUNGGAL, KABUPATEN DELI SERDANG, TAHUN 2016

Oleh :

MUHAMMAD RIZQI SALEH 130100392

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(2)

KONTAMINASI TANAH OLEH SOIL-TRANSMITTED HELMINTH DI LAPANGAN SEI SEMAYANG DESA MULYO REJO, KECAMATAN

SUNGGAL, KABUPATEN DELI SERDANG, TAHUN 2016

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

MUHAMMAD RIZQI SALEH 130100392

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(3)
(4)

ABSTRAK

Tanah merupakan media perkembangan, penyimpanan dan penularan beberapa jenis cacing, yang biasa disebut dengan Soil-Transmitted Helminths (STH). Infeksi Soil Transmitted Helminths masih merupakan masalah kesehatan mayoritas masyarakat Indonesia, karena kondisi geografi Indonesia yang sesuai untuk perkembangan cacing. Anak-anak terutama anak usia sekolah dasar adalah golongan berisiko tinggi mendapat infeksi. Meskipun jarang menimbulkan kematian, namun akibat infeksi ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan fisik dan intelektual.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase kontaminasi STH sebagai kontaminan tanah di lapangan sepak bola di Desa Mulyo Rejo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, juga untuk mengetahui spesies yang mengkontaminasi tanah di lapangan tersebut.

Jenis penelitian ini adalah dekriptif dengan pendekatan cross sectional. Besar sampel diperoleh 9 sampel tanah, dan 10 sampel tinja. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji laboratorium di laboratorium Parasitologi.

Kontaminasi tanah oleh telur maupun larva STH sebesar 11,1 % dan persentase anak-anak SSB yang terinfeksi oleh STH sebesar 0%. Spesies yang mengkontaminasi tanah di lapangan sepak bola adalah Toxocara sp sebanyak 11,1%.

Kata kunci : Kontaminasi tanah, STH, Kecacingan

(5)

ABSTRACT

Soil is a media of development, storage, and transmission of several types of parasite commonly known as Soil Transmitted Helminth (STH). STH condition is optimum for its growth. Children, including school children are at high risk. Although it rarely causes death, this infection may inhibit physical development and intellectual growth.

The aim of this research is to determine the percentage of STH parasite contamination as soil contaminants in the Football field in Village Mulyo Rejo, Subdistrict Sunggal, Deli Serdang Regency, also to determine the species that contaminate the soil in the field

The study used was observasional descriptive research using cross sectional study. Then a sample is obtained 9 soil samples, and 10 faces samples. The instrument used in this study is a laboratory test in the laboratory of Parasitology.

.

Soil contamination by STH parasite’s egg and is 11,1%, and the percentage of SSB Children that got infected by STH is 0%. Species that contaminates the football field soil are toxocara sp with the percentage of 11,1 %

Keyword : Soil contamination, STH, Worm infection

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur tak henti-henti nya saya panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian dengan judul Kontaminasi tanah oleh Soil-Transmitted Helminths di lapangan Sei Semayang Desa Mulyo Rejo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016 untuk persyaratan dalam kelulusan pendidikan sarjana kedokteran pada program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tepat pada waktunya.

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya juga saya sampaikan kepada seluruh pihak yang turut berperan serta dalam penulisan laporan hasil penelitian ini, yaitu:

1. Kepada Dr. Dr. Aldy Syafruddin Rambe, Sp. S(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Kepada Dr. dr. Imam Budi Putra, Sp. KK selaku Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

3. Kepada dr. Zaimah Z. Tala, Msi Sp. GK, selaku Wakil Dekan II Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

4. Kepada Dr. dr. Dina Keumala Sari, M.Gizi, Sp. GK, selaku Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

5. Kepada dr.Yunilda Andriyani, MKT, Sp. Par.K dan Dr. dr. Rodiah Rahmawati Lubis, Sp. M selaku dosen pembimbing yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis, mulai dari awal penyusunan skripsi hingga selesainya laporan hasil skripsi ini. Juga kepada dr. Dina Arwina D. M.Ked (KK), Sp. KK dan dr. T.Helvi Hardiani, M.Kes selaku dosen penguji atas saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.

6. Kepada dr. Noni Novisari Soeroso. M.Ked (Paru). Sp. P yang telah menjadi dosen penasehat akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan hingga penyelesaian masa studi dan karya ilmiah ini.

8. Laboran parasitologi, bang Dian yang sudah membantu dan membimbing selama

pemeriksaan di laboratorium FK USU.

(7)

9. Kepada kedua orangtua penulis, Ayahanda H. Ir Irwan Saleh dan Ibunda Hj. dr. Linda Irwani Adenin Sp. THT yang senantiasa mencurahkan cinta dan ridhonya, memberikan doa terbaiknya, mendidik dan mengajarkan tentang kehidupan dan memberikan dukungan baik moril maupun materil sejak lahir hingga sekarang dan selalu memberikan semangat , mendukung dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada kedua abang penulis, dr.

Muhammad Fariz Saleh dan Muhammad Hsfiz Saleh S.Ked dalam mendukung dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Kepada sepupu-sepupu penulis, Ivan Revanda Baker,Beiry Baker, Irsa Septiawan, Anirsa F. Saleh, Unityasa Saleh, Tiesa Saleh, yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Kepada sahabat-sahabat penulis, Fahmi Dwika Hafiz, Raja Permata, Abror affan, Rivi Dermawan, Sonya Desfirina, Kania Dareen Ulaya, Farah Haura Hutri, Novy Soraya, Amy Sembiring, Arie Fandy Harahap, Ridho pane, Muhammad Fiqih Hilman S.Ked, Andhika Reza Akbar, yang selama ini sangat membantu penulis selama masa perkuliahan.

13. Kepada Sahabat-sahabat penulis, Kosmas FN, Buge Multra, Rasyid Alamsyah, Rifqi Givari, Indah Sriwulan, Primo Arifky yang selama ini selalu memberikan masukan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Kepada Annisa Rachmadilla selaku teman satu dosen pembimbing yang selalu bersama-sama dalam pembuatan proposal penelitian, melakukan penelitian hingga hasil penelitian

15. Sanak saudara dan teman-teman lainnya yang juga turut mendukung dan membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan, mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi berbagai pihak. Amin.

Medan, 8 Desember 2016

Muhammad Rizqi Saleh

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Soil-Transmitted Helminth ... 5

2.2. Jenis Soil-Transmitted Helminth ... 5

2.3. Ascaris lumbricoides ... 5

2.3.1. Morfologi dan Daur hidup ... 5

2.3.2. Gejala klinis ... 7

2.4. Trichuris Trichiura ... 7

2.4.1. Morfologi dan Daur hidup ... 7

2.4.2. Gejala klinis ... 8

2.5. Ancylostoma ... 9

2.5.1. Morfologi dan Daur hidup ... 9

2.5.2. Gejala klinis ... 10

2.6. Toxocara sp ... 10

2.6.1. Morfologi danDaur Hidup ... 10

2.6.2. Gejala klinis... 12

2.7. Diagnosis STH ... 13

2.8. Pengobatan STH ... 13

2.9. Pencegahan STH ... 14

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP... 15

3.1. Kerangka Teori ... 15

3.2. Kerangka Konsep ... 16

BAB IV METODE PENELITIAN ... 17

4.1. Rancangan Penelitian ... 17

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

4.2.1. Tempat Penelitian ... 17

4.2.2. Waktu Penelitian ... 17

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 17

(9)

4.3.1. Populasi Penelitian ... 17

4.3.2. Sampel Penelitian ... 18

4.3.3. Besar Sampel... 18

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 18

4.4.1. Data Primer ... 18

4.4.2. Titik Pengambilan Contoh Uji Tanah ... 19

4.4.3. Pengambilan Contoh Uji Tanah ... 19

4.4.4. Metode Pemeriksaan Sampel Tanah ... 19

4.4.5. Pengambilan Contoh Uji Tinja ... 20

4.4.6. Metode Pemeriksaan Sampel Tinja ... 21

4.5. Definisi Operasional ... 22

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

5.1. Hasil Penelitian ... 23

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 23

5.1.2. Deskripsi Sample Penelitian ... 23

5.1.3. Hasil Penelitian ... 23

5.2. Pembahasan ... 25

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

6.1. Kesimpulan ... 27

6.2. Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Pemeriksaan Sampel Tanah ... 24

Tabel 2 Hasil Pemeriksaan Sampel Tinja ... 24

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Daur hidup Ascaris Lumbricoides... 6

Gambar 2 Cacing dan telur Ascaris Lumbricoides ... 6

Gambar 3 Daur hidup Trichuris Trichiura ... 8

Gambar 4 Cacing dan telur Trichuris Trichiura ... 8

Gambar 5 Daur hidup Ancylostoma ... 9

Gambar 6 Cacing dan telur Ancylostoma... ... 10

Gambar 7 Daur hidup Toxocara sp... 12

Gambar 8 Cacing dan telur Toxocara sp... 12

Gambar 9 Rumus hitung prevalensi ... 13

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar riwayat hidup

Lampiran 2 Lembar penjelasan kepada calon subyek penelitian Lampiran 3 Inform consent

Lampiran 4 Dokumentasi penelitian

Lampiran 5 Ethical clearance

Lampiran 6 Izin penelitian

(13)

DAFTAR SINGKATAN

SSB Sekolah Sepak Bola

STH Soil-Transmitted Helminth

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Helmintiasis (kecacingan) menurut World Health Organization adalah infestasi satu atau lebih cacing parasit usus yang terdiri dari golongan nematoda usus. Nematoda usus yang ditularkan melalui tanah disebut juga soil transmitted helminths (STH). Berbagai jenis cacing usus masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sering dijumpai di Indonesia. 1

Di dunia lebih dari 1,5 miliyar orang, atau 24% penduduk dunia telah terinfeksi oleh STH.Infeksi tersebar di daerah tropis dan sub tropis. Angka terbesar terjadi di sub-Saharan Afrika, Amerika, China dan Asia timur. 1

Di asia tenggara sendiri angka anak-anak yang terinfeksi STH masih cukup tinggi, yaitu lebih dari 116 juta orang, 2

Di Indonesia anak-anak yang terinfeksi STH menembus angka 59 juta kasus. 2

Beberapa penelitian di Jakarta menunjukkan angka kecacingan masih tinggi terutama di daerah kumuh. Pada tahun 2005, 24,3% murid SD di daerah kumuh Jakarta terinfeksi cacingan dengan 87,6% terinfeksi askariasis. 3 Demikian juga Mardiana yang melakukan penelitianterhadap anak SD di Jakarta didapatkan prevalensiaskariasis sebesar 70-80% dan penderita trikuriasis25,3-68,4%. 4

Di Kota Palu angka kecacingan pada anak SD juga masih tinggi yaitu 31,3%, dengan cacing yang paling banyak yang menginfeksi adalah cacing Ascaris lumbricoides sebanyak 83,4% dan Trichuris trichiura 3,3 % .5

Di daerah Medan marelan ditemukan masih tingginya angka kecacingan khususnya Ascaris lumbricoides. Menurut Riwayati ditemukan 94% telur cacing pada satu gram sample tinja anak, yang didominasi oleh telur Ascaris lumbricoides sebanyak 98%. 6

Cacing usus yang dapat menginfeksi manusia adalah cacing gelang (Ascaris

lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan cacing tambang

(hookworm). 7 Penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing ini tergolong penyakit yang

kurang mendapat perhatian, sebab masih sering dianggap sebagai penyakit yang tidak

menimbulkan wabah maupun kematian. Walaupun demikian, penyakit kecacingan

sebenarnya cukup membuat penderitanya mengalami kerugian, sebab secara perlahan adanya

infestasi cacing di dalam tubuh penderita akan menyebabkan gangguan pada kesehatan mulai

(15)

yang ringan, sedang sampai berat yang ditunjukkan sebagai manifestasi klinis diantaranya berkurangnya nafsu makan, rasa tidak enak di perut, gatal – gatal, alergi, anemia, kekurangan gizi. 8

Kebiasaan hidup kurang higienis menyebabkan angka terjadinya penyakit masih cukup tinggi, seperti tidak mencuci tangan sebelum makan dan tidak menggunakan alas kaki ketika bermain di tanah. 9 Infeksi STH paling sering dijumpai pada anak-anak sekolah dasar karena pada Usia ini anak-anak sering kontak dengan tanah. 10

Jenis cacing yang dapat menembus kulit adalah jenis cacing tambang (hook worm) yaitu Necator americanus & Ancylostoma duodenale dan jenis cacing ini dapat

Infeksi parasit terutama parasit cacing merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini. Penyakit infeksi ini bisa menyebabkan morbiditas. Salah satunya banyak terjadi pada anak usia anak sekolah yang berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan mereka. 9

menghisap 0,1 - 0,2 mililiter darah per ekor per hari. Pada infeksi berat, cacing Ascaris lumbricoides dewasa dapat migran ke organ dalam yangvital seperti jantung, paru-paru, pankreas, usus buntu, bahkan ke otak.Hal ini dapat menimbulkan gangguan fungsi organ dan kematian.

Padastadium larva (Ascaris dan cacing tambang) dapat menembus paru-paru dan menyebabkan kerusakan jaringan alveoli. Infeksi cacing tambang menembus kulit meninggalkan lukayang dapat menjadi pintu infeksi mikroorganisme patogen dan parasit lain. 11

Berdasarkan penelitian Masitha, dkk menunjukkan, masih tingginya prevalensi kontaminasi tanah oleh STH yaitu Ascaris lumbricoides (22%), Hookworm (A. duodenale &

N. americanus) (28%), serta telur dan larva yang tidak terindentifikasi (14%). 11 Prevalensi angka kecacingan di dunia khususnya di Indonesia yang masih tinggi, inilah yang membuat penulis tertarik melakukan penilitian dengan judul “Kontaminasi tanah oleh Soil-Transmitted Helminthes di lapangan Sei Semayang, Desa Mulyo Rejo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Tahun 2016”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran kontaminasi tanah oleh STH di lapangan Sei Semayang, Desa

Mulyo Rejo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang?

(16)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran kontaminasi tanah oleh STH di lapangan Sei Semayang, Desa Mulyo Rejo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang tahun 2016

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui proporsi kontaminasi tanah yang ada di lapangan Sei Semayang, Desa Mulyo Rejo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang

2. Untuk mengetahui jenis STH yang mencemari tanah di lapangan Sei Semayang, desa Mulyo Rejo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

3. Untuk melihat prevalensi kecacingan pada anggota SSB Sei Semayang

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Menambah pengetahuan masyarakat dalam usaha pencegahan infeksi cacing.

2. Sebagai informasi dan bahan masukan dalam usaha pencegahan cacingan bagi dinas kesehatan Kabupaten Deli Serdang

3. Menambah pengetahuan dalam melaksanakan penelitian khususnya tentang hubungan

factor-faktor dan kegiatan manusia sebagai penyebab terjadinya kontaminasi oleh

STHyang meningkatkan prevalensi infeksi cacing.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Soil Transmitted Helminth

Insiden infeksi kecacingan di dunia yang disebabkan oleh STH paling sering ditemukan pada penduduk yang jarang menggunakan alas kaki, seperti di perkebunan serta di pertambangan.Kebiasaan buang feses di tanah serta pemakaian pupuk yang terbuat dari feses juga memperbesar resiko terkena infeksi dari STH. Dan daerah yang mendukung untuk pertumbuhan STH ini yang memiliki tanah hangat dan lembab. 13

WHO mengatakan bahwa kejadian penyakit kecacingan masih tinggi yaitu 800 juta orang terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides, 795 juta orang terinfeksicacing Trichuris trichiura, dan 740 juta orang terinfeksi cacing hookworm. 1

2.2 Jenis Soil Transmitted Helminth

STH adalah cacing yang menginfeksi manusia yang ditularkan melalui tanah.yang termasuk STH adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus). 1

2.3. Ascaris Lumbricoides 2.3.1 Morfologi dan daur hidup

Manusia merupakan hospes definitif cacing ini. Cacing Ascaris lumbricoides berukuran 150-400 mm, pada stadium dewasa cacing ini hidup dirongga usushalus, cacing betina dapat bertelur sampai 200.000 per hari. dan dapatberumur hingga 1 tahun. 10 14

Cacing dewasa hidup di lumen usus halus, cacing betina dapatmenghasilkan 200.000

telur dalam sehari, yang keluar bersama feses. Telur yangtidak dibuahi tidak dapat infektif

ketika tertelan manusia. Telur yang dibuahi dapat menjadi infektif dalam waktu 18 hari

sampai beberapa minggu, tergantung kondisi lingkungan (optimum : lembab dan

hangat).Setelah telur infektif tertelan, lalu larva menetas, lalu larva menyerang mukosa usus

halus, lalu masuk ke sirkulasi darah hingga larva mencapai paru-paru. Larva yang sudah

dewasa menetap di paru-paru selama 10-14 hari. Larva menembus dinding alveolar, lalu naik

ke trachea melalui bronkiolus dan bronkus hingga ke faringdan larva tertelan melalui

(18)

esophagus, dan larva masuk ke usus halus, larva dewasa berkembang menjadi cacing dewasa.

Butuh waktu 2-3 bulan sejak telur infektif berkembang menjadi cacing dewasa. 13

Gambar 1 : Daur hidup ascaris lumbricoides Sumber :http://www.cdc.gov/dpdx/ascariasis/index.html

Gambar 2 : Telur dan cacing Ascaris lumbricoides Sumber :http://www.cdc.gov/parasites/ascariasis/

2.3.2 Gejala klinis

Orang yang mengalami askariasis biasanya tidak bergejala.jika mengalami gejala dapat

ringan maupun berat. Jika mengalami gejala ringan mereka akanmerasakan tidak nyaman di

perut, jika infeksi sudah memburuk maka orang akan merasakan gejala yang berat seperti

penyumbatan di usus (Ileus Obstructive) dan menghambat pertumbuhan anak-anak. Gejala

lain yang dapat dirasakan oleh penderita askariasis ialah batuk yang disebabkan larva yang

bermigrasi dari paru-paru menuju trakea. 13

(19)

2.4Trichuris trichiura

2.4.1 Morfologi dan Daur hidup

Trichuris trichiura mempunyai ukuran panjang tubuh 30-50 mm. Cacing ini hidup di sekum dan kolon asendens dengan bagian ekornya masuk ke mukosa usus. Satu ekor cacing Trichuris trichiura betina dapat menghasilkan 3000-5000 telur dalam sehari. Dan dapat berumur 1,5-2 tahun. 10 14

Telur yang telah dibuahi akan keluar bersama feses. Di tanah telur akan berkembang menjadi tahap pembelahan menjadi 2-sel. Sel membelah lebih lanjut, hingga telur menjadi matang/infektif (berisi larva). Telur menjadi matang dalam waktu 15-30 hari. Setelah telur infektif masuk ke tubuh manusia melalui mulut maka telur akan menetas dan masuk ke usus besar hingga dewasa. Cacing dewasa biasanya berukuran 4 cm yang hidup di kolon asendens dan sekum. Dan cacing dewasa akan menetap di lokasi tersebut dengan cara bagian anterior ekornya masuk ke mukosa usus. Cacing betina dapat bertelur setelah 60-70 hari setelah masuk ke tubuh manusia.Cacing betina dapat bertelur 3000-5000 telur setiap harinya. Dan rentang hidupnya dapat berumur 2 tahun. 13

Gambar 3 : Daur hidup Trichiuris trichiura

Sumber :http://www.cdc.gov/parasites/whipworm/biology.html

(20)

Gambar 4 : Telur dan cacing dewasa Trichuris trichiura Sumber :http://www.cdc.gov/parasites/whipworm/

2.4.2 Gejala klinis

Orang yang terkena infeksi trichiuris dapat mengalami infeksi ringan dan berat. Orang yang mengalami infeksi ringan biasanya tidak merasakan adanyagejala.Orang-orang yang mengalami infeksi berat akan merasakan sakit yanghebat saat BAB dan pada fesesnya terdapat lendir, air, dan darah. Prolapsus rektidapat terjadi. Dan pada anak-anak yang mengalami infeksi yang berat akanmenyebabkan anemia berat, retardasi pertumbuhan, dan terganggunya perkembangan kognitif. 13

2.5. Ancylostoma

2.5.1 Morfologi dan daur hidup

Cacing tambang dapat dibagi dua, yaitu : Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Dan hidupnya di usus halus manusia. Cacing Necatoramericanus betina dapat bertelur sebanyak 9000-10.000 telur per hari dengan panjang badan 7-13 mm. Sedangkan cacing Ancylostoma duodenale dewasa dapat bertelur 25.000-30.000 telur per hari dengan panjang tubuh 8-13 ml. 10 14

Telur yang dibuahi akan keluar bersama feses. Dan dalam kondisi Lingkungan yang

menguntungkan (tanah lembab dan hangat) telur akan menetas dalam waktu 1-2 hari. lalu

telur tersebut menetas dan menjadi larva rhabditiform. Dan setelah 5-10 hari larva tersebut

akan berkembang menjadi larva filariform (larva yang sudah infektif). Larva filariform ini

dapat bertahan hidup 3-4 minggu jika kondisi lingkungan menguntungkan. Kemudian ketika

larva kontak dengan manusia, larva akan menembus kulit manusia dan masuk ke sirkulasi

darah dan dibawa ke jantung lalu ke paru-paru. Larva menembus dinding alveolar, kemudian

naik ke percabangan bronkus melalui bronkiolus hingga ke faring, dan larva tertelan melalui

esophagus dan masuk ke usus halus, kemudian larva akan menempel di dinding usus halus

yang mengakibatkan host (inang) kekurangan darah . Umur cacing ini dapat mencapai 2

tahun. 13

(21)

Gambar 5 : Daur hidup Ancylostoma

Sumber :http://www.cdc.gov/parasites/hookworm/biology.html

Gambar 6 : Cacing dan telur Ancylostoma

Sumber :http://www.cdc.gov/parasites/hookworm/index.html

2.5.2 Gejala klinis

Gejala klinis yang paling serius anemia yang berkelanjutan serta defisiensi protein yang

disebabkan oleh hilangnya darah dilokasi cacing yang menempel dimukosa usus. Ketika

anak-anak terus terinfeksi maka akan hilangnya zat besi danprotein yang akan menyebabkan

terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan mental. Kita dapat memeriksa telur cacing

pada feses dengan pemeiksaan dibawah mikroskop. 14

(22)

2. 6 Toxocara sp

2.6.1 Morfologi dan daur hidup

Toxocariasis merupakan salah satu jenis penyakit cacing yang bersifat zoonosis yang disebabkan oleh nematoda dari genus Toxocara sp. Toxocariasis pada manusia disebut human toxocariasis yang merupakan hasil infeksi dari Toxocara canis dan Toxocara cati.

Hospes definitif cacing Toxocara canis adalah anjing jantan dewasa dan anak anjing.

Sedangkan hospes definitif cacing Toxocara cati adalah kucing jantan dewasa dan anak kucing. Manusia adalah hospes paratenik dari cacing Toxocara canis dimana larva tidak akan berkembang menjadi cacing dewasa. 15 Cacing jantan berukuran 3-7 cm, dan cacing betina berukuran 4-12 cm, dan telur cacing berukuran 65-75 mikron. 16

Toxocara canis menyelesaikan siklus hidupnya pada anjing, dengan manusia memperoleh infeksi secara tidak disengaja. telur yang belum dibuahi banyak terdapat di tinja.

. Telur menjadi infektif di lingkungan yang menguntungkan. Setelah telur infektif dan tertelan oleh anjing, kemudian telur infektif menetas, kemudian larva menembus dinding usus anjing. Pada anjing muda, larva bermigrasi melalui paru-paru, bronkus, dan kerongkongan, dan berkembang menjadi cacing dewasa dan bertelur pada usus halus. Pada anjing dewasa, infeksi serupa juga dapat terjadi, tetapi kista larva dalam jaringan lebih sering terjadi. tahap kista diaktifkan kembali pada anjing betina selama akhir kehamilan dan menginfeksi melalui rute transplasenta dan transmammary anak anjing, dan di usus kecil anak anjing tersebut cacing berkembang menjadi cacing dewasa. Anak anjing merupakan sumber utama dari kontaminasi telur pada lingkungan. Toxocara canis juga dapat ditularkan melalui hospes paratenik ; telur tertelan oleh Mamalia kecil (misalnya kelinci) menetas dan larva menembus dinding usus dan bermigrasi ke berbagai jaringan di mana mereka berubah menjadi bentuk kista, kemudian siklus hidup selesai ketika anjing memakan paratenic host tersebut. larva berkembang menjadi cacing dewasa dan bertelur di usus kecil. Manusia terkena infeksi oleh karena menelan telur infektif di Tanah yang Terkontaminasi atau memakan hospes paratenik.

Setelah menelan, telur menetas dan larva menembus dinding usus dan Dibawa oleh sirkulasi

ke berbagai jaringan ( hati, jantung, paru-paru, otak, otot, mata). Ketika larva tersebut sudah

tidak berkembang lagi mereka dapat menyebabkan gejala lokal yang parah yang merupakan

gejala toxocariasis. Dua gejala klinis toxocariasis adalah migrasi larva pada organ viseral dan

migrasi larva pada bagian mata. Diagnosis dapat ditegakkan dengan cara temuan larva di

biopsi atau spesimen otopsi. 13

(23)

Gambar 7 : Daur hidup Toxocara sp

Sumber :https://www.cdc.gov/parasites/toxocariasis/biology.html

Gambar 8 : Cacing dan telur Toxocara sp Sumber : https://www.cdc.gov/parasites/toxocariasis/

2.6.2 Gejala klinis

Kebanyakan orang yang terinfeksi Toxocara tidak memiliki gejala apapun. Ada dua gejala utama dari toxocariasis, yaitu visceral toxocariasis (VT) , juga disebut visceral larva migrans (VLM), dan okular toxocariasis (OT), juga disebut lokular larva migrans (OLM).

Sindrom VLM dan OLM dapat juga disebabkan oleh infeksi yang disebabkan migrasi dari

jenis parasit lain yang menyebabkan gejala yang mirip dengan yang disebabkan oleh migrasi

larva Toxocara. Dalam beberapa orang yang terinfeksi jumlah larva Toxocara yang tinggi

atau memiliki infeksi berulang, larva dapat bermigrasi ke bagian tubuh seperti hati, paru-

paru, atau sistem saraf pusat dan menyebabkan gejala seperti demam, batuk, pembesaran hati

atau pneumonia. Bentuk toxocariasis itu disebut toxocariasis visceral (VT). Larva juga dapat

bermigrasi ke mata dan menyebabkan toxocariasis okular (OT). Toxocariasis okular terjadi

ketika larva memasuki mata dan menyebabkan peradangan dan jaringan parut pada retina.

(24)

OT biasanya hanya terjadi pada satu mata dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen. 13

2.7 Diagnosis STH

Metode standard untuk mendiagnosis kecacingan ialah dengan caramelihat telur yang diambil dari sampel tinja menggunakan mikroskop. 13

2.8 Pengobatan STH

Terapi infeksi kecacingan menggunakan Anthelmintic seperti Albendazole dan Mebendazole. Dan umumnya infeksi diterapi obat selama 3 hari dengan dosis tunggal 400 mg (Albendazole) dan 100 mg 2 kali sehari (Mebendazole) dan anak diberi makan sebelum minum obat . Penyedia jasa kesehatan dapat memutuskan untuk pemeriksaan tinja setelah terapi obat. Suplemen zat besi juga dapat diresepkan jika orang yang terinfeksi mengalami anemia. 13 17

Dan dapat juga diberikan pengobatan massal, dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan tinja. Jika hasil pemeriksaan tinja menunjukkan prevalensi 50%maka dilakukan pemberian obat kepada seluruh anak siswa SD/Sederajat di Kabupaten/Kota sebanyak 2 kali dalam setahun. Jika prevalensi 20% dan <50% maka diberikan obat sebanyak 1 kali dalam setahun.Jika penderita cacingan demam ataupun hamil trimester 1 maka pemberian obat dapat ditunda. 17

Cara menghitung prevalensi kecacingan dapat menggunakan rumus dibawah ini :

Gambar 9 : Rumus hitung prevalensi

Sumber : Pedoman pengendalian kecacingan. Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jendral PP dan PL, 2012

2.9 Pencegahan STH

Tindakan yaitu dengan meliputi pengendalian faktor resiko, yang meliputikebersihan

lingkungan, kebersihan perorangan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat,

penyediaan air bersih yang cukup, semenisasi lantai rumah, pembuatan dan penggunaan

jamban yang memadai, menjaga kebersihan makanan,untuk anak sekolah dasar dan sederajat

melalui pendidikan kesehatan disekolah, baik untuk guru maupun murid. 17

(25)

BAB III

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka teori penelitian

(26)

3.2 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penilitian ini adalah :

(27)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan penelitian

Penelitian ini merupakan studi cross-sectional deskriptif, yang menggambarkan jenis (spesies) STH yang mengkontaminasi tanah di lapangan Sei Semayang, Desa Mulyo Rejo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Tempat Penelitian Penelitian

Dilakukan di lapangan Sei Semayang, Desa Mulyo Rejo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, dengan alasan tempat tersebut merupakan daerah yang higiene dan sanitasi penduduknya masih kurang. Langkah pertama yang diambil adalah memilih secara acak kecamatan yang menjadi tempat penelitian, yaitu Kecamatan Sunggal. Setelah itu, tempat penelitian diperkecil lagi menjadi lapangan Sei Semayang.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak pencarian dan penentuan judul (bulan maret) hingga pembuatan laporan hasil penelitian (bulan November). Selama pembuatan proposal dan laporan hasil penelitian, telah dilakukan beberapa kali proses bimbingan. Pengumpulan data penelitian dilakukan sejak bulan Agustus – November tahun 2016.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah tanah di lapangan Sei Semayang, Desa MulyoRejo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, dan anak-anak anggota sekolah sepak bola (SSB) di lapangan Sei Semayang.

4.3.2 Sampel

Sampel tanah yang diambil di 5 titik lapangan yaitu di setiap sudut lapangan dan di

tengah lapangan.

(28)

Sampel tinja yang diambil adalah subyek dari anggota SSB Sei Semayang yang rutin berlatih di lapangan tersebut.Selain itu, sampel yang akan diambil harus memenuhi kriteria inklusi serta tidak termasuk kriteria eksklusi.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam pemilihan sample penelitian ini adalah : 1. Kriteria Inklusi :

a. Anak-anak yang tergabung di sekolah sepak bola b. Hadir dalam pelaksanaan penelitian

c. Bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian 2. Kriteria Eksklusi :

a. Tidak rutin latihan

b. Menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian

c. Tidak memberikan sampel tinja pada hari pengumpulan sampel

4.3.3 Besar Sampel

Sampel pada penelitian ini menggunakan rumus consecutive sampling pada anak anggota SSB Sei Semayang.

4.4 Teknik Pengumpulan data 4.4.1 Data primer

Meliputi data tentang identifikasi pencemaran tanah oleh STH melalui pengambilan contoh uji tanah pada lapangan Sei Semayang di Desa Mulyo Rejo, Kabupaten Deli Serdang untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan metode Suzuki dan data tentang identifikasi infeksi STH pada tinja anak-anak yang bermain di lapangan Sei Semayang, Desa Mulyo Rejo, Kabupaten Deli Serdang untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan metode modifikasi Kato-katz.

4.4.2 Titik pengambilan contoh uji tanah

Di 5 titik lapangan bermain sepak bola yaitu disetiap sudut lapangan dan ditengah lapangan, lokasi yang diambil contoh uji tanahnya disebut satu contoh uji.

4.4.3 Pengambilan contoh uji tanah

Contoh uji tanah yang dimaksud adalah tanah permukaan. Tanah permukaan adalah

bagian dari tanah yang berada pada permukaan. Hal ini penting diketahui karena telur STH

yang tersebar pada tanah adalah berada pada permukaan tanah.Bagian tanah ini diambil

(29)

dengan cara melakukan pengerokan pada permukaan tanah dengan skrap sebanyak > 2 gram, kemudian di letakkan di pot 20cc.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengambilan contoh uji tanah : 1. Pada tanah liat diambil lapisan permukaan tanah

2. Pada tanah humus dilapisan lebih dalam

3. Pada tanah pasir dilapisan lebih dalam dari tanah humus

4.4.4 Metode pemeriksaan sampel tanah Peralatan:

1. Skrap

2. Kantong plastik 3. Spidol

Dilakukan dengan metode Suzuki :

1. Dua gram dari tiap sampel dilarutkan dengan 10 ml air 2. Saring dengan saringan kawat kasa

3. Sentrifuge selama 2 menit dengan kecepatan 2000 rpm 4. Cairan supernatan dibuang hati-hati

5. Pada sedimen, ditambahkan 10 MgSO 4

6. Kocok dengan baik

7. Sentrifuge 5 menit 2500 rpm

8. Tambahkan MgSO 4 dengan hati-hati sampai dengan penuh tanpa melimpah 9. Tutup dengan cover glass selama 15-20 menit

10. Angkat cover glass dan letakkan pada objek glass.

11. Periksa di bawah mikroskop Alat dan peralatan :

1. Sendok 2. Sentrifuge

3. Tabung sentrifuge 4. Object glass 5. Gelas ukur

6. Saringan kawat kasa

7. Hydrometer (pengukur berat jenis)

8. Mikroskop

(30)

9. Batang pengaduk 10. Corong

11. Timbangan 12. Rak tabung

4.4.5 Pengambilan contoh uji tinja

Sampel feses diambil dari anak-anak berusia 10-14 tahun yang tinggal di daerah tersebut Tinja ditampung dalam plastik penampung yang telah diberi kode. Berat tinja minimal yang didapatkan adalah 30 mg per sampel. Pemeriksaan laboratorium akan dilakukan sebelum 12 jam setelah sampel diambil.

4.4.6 Metode pemeriksaan sampel tinja Peralatan :

1. Wadah penampung tinja.

Dilakukan dengan metode modifikasi Kato-katz :

1. Sebelum pemakaian, pita selophane di masukkan ke dalam larutan melachite green selama kurang lebih 24 jam.

2. Di atas kertas minyak, ditaruh tinja sebesar butir kacang, selanjutnya di atas tinja tersebut ditumpangi dengan kawat saringan dan ditekan-tekan sehingga didapatkan tinja yang kasar tertinggal di bawah kawat dan tinja yang halus keluar di atas penyaring.

3. Dengan lidi, tinja yang sudah halus tersebut di ambil di atas kawat penyaring kurang lebih 30mg, dengan menggunakan cetakan karton yang berlubang di letakkan di objek glass yang bersih.

4. Selanjutnya ditutup dengan pita selophane dengan meratakan tinja di seluruh permukaan pita sampai sama tebal, dengan bantuan gelas preparat yang lain.

5. Dibiarkan dengan temperatur kamar selama 30-60 menit supaya menjadi transparan.

6. Seluruh permukaan di periksa dengan menghitung jumlah semua telur yang ditemukan dengan perbesaran lemah (10x dan 40x).

Alat dan peralatan :

1. Gelas preparat

2. Lembar selofan

(31)

3. Kawat saring

4. Batang aplikator bambu 5. Kertas minyak dan mikroskop

4.5. Definisi Operasional 1. STH :

a. Definisi : Cacing yang menginfeksi manusia melalui tanah. Yang terdiri dari Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan

hookworm

b. Cara ukur : Sample diambil dari tanah dan diperiksa menggunakan metode Suzuki

c. Alat ukur : Mikroskop d. Kategori : Nominal

e. Skala pengukuran : Nominal 2.Larva :

a. Definisi : Larva cacing merupakan stadium dari cacing sebelum menjadi cacing dewasa yang ditemukan pada tanah b. Cara ukur : Sample diambil dari tanah dan diperiksa menggunakan

metode suzuki c. Alat ukur : Mikroskop d. Kategori : Nominal

e. Skala pengukuran : Nominal 3. Telur :

a. Definisi : Telur cacing adalah bentuk dari cacing sebelum menetas menjadi larva.

b. Cara ukur : Sample diambil dari tanah dan diperiksa menggunakan metode Suzuki

c. Alat ukur : Mikroskop d. Kategori : Nominal

e. Skala pengukuran : Nominal

(32)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan dengan cara deskriptif potong lintang (cross sectional). Proses pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai November 2016 dengan pengambilan tanah sebanyak 9 sampel di lapangan sepak bola Desa Mulyo Rejo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, serta 10 sampel tinja anak-anak sekolah sepak bola (SSB) sampel diperiksa di Laboratoriun Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah lapangan sepak bola Desa Mulyo Rejo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Kegiatan yang rutin digunakan di lapangan tersebut adalah latihan sepak bola oleh SSB oleh karena itu dilakukan pemeriksaan tanah untuk melihat kontaminasi telur STH yang dapat menjadi sumber infeksi cacing pada anak-anak SSB tersebut.

5.1.2. Deskripsi Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah tanah di lapangan sepak bola di Desa Mulyo Rejo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Sampel tanah berjumlah 9 sampel dan diambil dari beberapa titik di lapangan sepak bola. Dan tinja anak-anak SSB dengan kisaran umur 10 – 14 tahun dengan latihan setiap dua kali seminggu, sebanyak 10 sampel. Sampel tinja hanya terkumpul 10 sampel dikarenakan ada anak-anak yang tidak mendapat izin dari orang tua dan juga ada anak-anak yang tidak hadir pada hari pengumpulan sampel.

5.1.3. Kontaminasi STH

Berdasarkan hasil pemeriksaan di Laboratorium Parasitologi, Fakultas Kedokteran,

Universitas Sumatera Utara, terhadap identifikasi kontaminasi tanah oleh STH yang

dilakukan pada tanah lapangan sepak bola dan tinja anak-anak SSB adalah :

(33)

Tabel 1 sampel tanah lapangan bola

Sampel A. Lumbricoides Trichuris

Hookworm Toxocara sp Trichiura

1 - - - -

2 - - - -

3 - - - -

4 - - - -

5 - - - -

6 - - - -

7 - - - -

8 - - - -

9 - - - +

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa ditemukan kontaminasi oleh STH sebesar 11,1% oleh toxocara sp

Keterangan sampel :

Sampel 1 dan 7 berasal dari pojok kanan bawah dan atas lapangan, sampel 3 dan 9 berasal dari pojok kiri bawah dan atas lapangan, sampel 2 dan 8 berasal dari tengah bawah dan atas lapangan, sampel 5 berasal dari tengah-tengah lapangan, sampel 4 dan 6 berasal dari tengah kanan dan kirik lapangan.

Tabel 2 : Sampel tinja anak SSB

Sampel A. Lumbricoides Trichuris

Hookworm Toxocara sp Trichiura

Anak A - - - -

Anak B - - - -

Anak C - - - -

Anak D - - - -

Anak E - - - -

Anak F - - - -

Anak G - - - -

Anak H - - - -

Anak I - - - -

Anak J - - - -

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa tidak satupun anak yang terinfeksi oleh STH 5.2. Pembahasan

Penelitian tersebut di atas membuktikan bahwa kontaminasi oleh STH ternyata tidak cukup tinggi di lapangan bola, Desa Mulyo Rejo, akan tetapi ditemukan telur Toxocara sp.

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan gambaran kontaminasi tanah oleh STH di

Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung oleh Mardiana dengan Ascaris lumbricoides di desa

(34)

tersebut ternyata cukup tinggi 18 . Penelitian Tjitra E menyatakan prevalensi STH di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah ke daerah lain yaitu 1-100% dan prevalensi tertinggi adalah askariasis 19 . Penelitian Darlan yang dilakukan di Kelurahan Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan menyatakan masih tingginya kontaminasi STH pada tanah dengan distribusi STH sebagai berikut : telur Ascaris lumbricoides (22 %), Telur dan larva cacing tambang (34 %)dan jenis lain yang tidak terinfeksi (14 % telur dan 14 % larva) 12 .

Kecacingan paling banyak menyerang anak balita dan anak usia sekolah dasar 21 . Hal ini dikarenakan infestasi cacing ditularkan melalui tanah yang tercemar telur cacing, tempat tinggal yang tidak bersih dan cara hidup yang tidak bersih 20 22 dari hasil penelitian ini, ternyata tidak ada satupun anak yang terkena infeksi kecacingan. Kemungkinan hal ini disebabkan anak-anak yang bermain bola di lapangan tersebut menggunakan alas kaki ketika bermain bola, serta menjaga higienitas dengan baik.

Memakai alas kaki ketika bermain bola akan menyulitkan terkena infeksi STH terutama yang penularannya melalui larva yang dapat menembus kulit. Keadaan tanah di sekitar lapangan sepak bola tersebut yang sedikit kering. Begitu juga dengan warga sekitar yang sudah memiliki jamban di rumah masing-masing sehingga menyebabkan kecilnya kontaminasi tanah oleh STH.

Dengan ditemukannya telur Toxocara sp yang diperkirakan berasal dari kotoran kucing atau anjing, menandakan kemungkinan tanah tersebut tercemar oleh kotoran kucing. Dari pengamatan peneliti memang terlihat cukup banyak kucing dan anjing yang berkeliaran bebas di lapangan sepak bola tersebut.

Dari keterangan-keterangan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kontaminasi tanah

oleh telur cacing maupun larva cacing yang dapat menginfeksi manusia tidak cukup tinggi

oleh karena sudah tidak adanya warga sekitar yang buang air besar sembarangan pada

lapangan tersebut dan kondisi tanah yang kurang mendukung untuk perkembangan STH.

(35)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Jumlah sample tanah yang diperiksa sebanyak 9 sample dengan hasil 11,1%

terkontaminasi oleh STH.

2. Jumlah sample tinja yang diperiksa sebanyak 10 sample dengan hasil 0% terinfeksi STH

6.2. Saran

1. Agar dilakukan penyuluhan kesehatan secara berkesinambungan kepada masyarakat terutama yang menyangkut kegiatan dan penyebab berjangkitnya infeksi cacing karena kebiasaan-kebiasaan tertentu.

2. Bagi pihak Puskesmas agar melakukan penyuluhan kepada masyarakat sehingga pencegahan infeksi kecacingan dapat dilakukan tidak hanya mempehatikan kontaminasi melalui tanah tetapi juga air, makanan dan minuman serta pentingnya penggunaan fasilitas sanitasi.

3. Agar dilakukan perhatian terhadap hewan - hewan seperti kucing yang dibiarkan bebas

oleh dinasterkait. Karena dapat menjadi sumber infeksi dan menimbulkan penyakit pada

manusia.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organisation.Soil-transmitted helminth infection. World Health Organisation; 2016

2. World Health Organisation. Global Health Observatory (GHO) data Soil-transmitted Helminth. World Health Organisation; 2016

3. Winata R, Mulyati, et al. Upaya pemberantasan kecacingan di sekolah dasar. Makara Kesehatan. 2012 Desember:16(2):65-67

4. Mardiana, Djarismawati. Prevalensi cacing usus pada murid sekolah dasar wajib belajar pelayanan gerakan terpadu pengentasan kemiskinan daerah kumuh di wilayah DKI Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2008 Agustus:7(2):769-774

5. Chadijah, Sumolang, et al. Hubungan Pengetahuan, Prilaku, dan Sanitasi lingkungan dengan angka kecacingan pada anak sekolah dasar di kota Palu. Media Litbangkes. 2014 Maret:24(1):50-56

6. Riwayati. Prevalensi kecacingan Ascaris lumbricoides pada anak sekolah dasar di desa Nelayan Indah, Kecamatan Medan Labuhan. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera. 2013 Juni:11(21):29-34

7. Hairani B, Juhairiyah, et al. Prevalensi soil transmitted helminth (sth) pada anak sekolah dasardi Kecamatan Malinau Kota Kabupaten Malinau Provinsi KalimantanTimur. Jurnal Buski. 2014 Juni:5(1):43-48

8. Pulgundadi BU, Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kecacingan yang disebabkan oleh Soil-transmitted Helminth di Indonesia. 2010 Desember. Available from medline:

http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/Vol%20Edisi%20Khusus%20Desember%2 02010/FAKTOR%20YANG%20MEMPENGRUHI%20KEJADIAN%20KECACINGAN .pdf

9. Yuliyanto E, Hubungan higinesanitasi dengan kejadian penyakit cacingan pada siswa sekolah Dasar negeri Rowosari 01 Kecamatan Tembelang kota Surabaya Tahun ajaran 2006-2007. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat UNNES. 2007

10. Ching CW. Kontaminasi Tanaholeh Soil Transmitted Helminthes di Dusun II, Desa Sidomulyo, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara Tahun 2010. Skripsi.

Fakultas Kedokteran USU. 2013

(37)

11. Sayono. Infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah pada anak sekolah dasar di perkotaan dan pedesaan di wilayah kerja puskesmas ungaran 1. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2003 Maret:1(1):8-14

12. Darlan, Siahaan L, et al. Pencemaran tanah oleh soil-transmitted helminth di kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan. Karya ilmiah. Fakultas Kedokteran USU. 2003

13. Center of desease control and prevention. Parasites-Ascariasis. . Center of desease control and prevention; 2013

14. Suriptiastuti, Infeksi soil-transmitted helminth : Ascariasis, Trichiuriasis, dan cacing tambang. Universa medica, 2006 Juni. 25(2):85-93

15. Laula, Koesdarto S, Atik M. Karakterisasi protein excretory secretory larva stadium kedua dorman terhadap antibodianti-larva stadium kedua Toxocara canis dengan teknik Western blot. Jurnal online Fakultas Kedokteran Hewan Univeritas Airlangga. 2007. Juli Available Form :

16. Hubner, J., M. Leissova. 2001. Diagnosis of the early phase of larval toxocariasis using IgGavidity. Epidemol Mikrobiol Imunol. Apr; 50(2); 67-70

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/16.%20Toxocara%20canis.pdf

17. Kemenkes RI direktorat jendral PP dan PL. Pedoman pengendalian kecacingan.

Kemenkes RI direktorat jendral PP dan PL; 2012

18. Mardiana L, Agustina, N. Riris, Djarismawati, et al.. Telur Ascaris lumbricoides pada Tinja dan Kuku Anak Balita serta Tanah di Kecamatan Paseh, Kabepaten Bandung, Jawa Barat. Maj. Parasitol Ind. 2000:13(1-2): 28-32.

19. Tjitra E., Penelitian-penelitian "Soil-Transmitted Helminth." di Indonesia. 1991.

Available from scribd:

http://www.scribd.com/doc/29835171/Cdk-072-Sanitasi-DanKesehatan

20. Fitri J, Saam, Hamidy, et al. Analisis faktor-faktor resiko infeksi kecacingan murid sekolah dasar di Kecamatan Angkola Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan. Jurnal Ilmu Lingkungan. 2012:6 (2).

.

21. Sofiana L. Hubungan perilaku dengan infeksi soil-transmitted helminth pada anak sekolah dasarmi asas islam Kalibening , Salatiga. Jurnal Kesmas Uad. 2010 Juni 4(2):76 – 143

22. Andini A, Suarsini E, Rahayu SE. Pevalensi kecacingan soil transmitted helminth (sth)

pada siswa sdn 1 kromengan, Kabupaten Malang. Jurnal online Universitas Negri

Malang.

(38)

Available from :

.

http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel960DE0C44A7C9D5D0F24

CCD873D1268A.pdf

(39)

LAMPIRAN 1

CURRICULUM VITAE

Nama : Muhammad Rizqi Saleh

Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 19 September 1995

Agama : Islam

Alamat : Jalan Dolok Sanggul No 1, Medan Nomor Telepon : 081262947683

Nama Orang Tua

Ayah : H. Ir Irwan saleh

Ibu : Hj. Dr. Linda Irwani Adenin Sp. THT-KL Alamat Orang Tua : Jalan Dolok Sanggul No 1, Medan

Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar Swasta Harapan 1 Medan 2001-2007 2. Sekolah Menengah Pertama Swasta Harapan1 Medan 2007-2010 3. Sekolah Menengah Atas Swasta Harapan 1 Medan 2010-2011 4. Sekolah Menengah Atas Swasta Shafiyyatul Amaliyyah Medan 2011-2013 5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2013- sekarang Riwayat Pelatihan :

1. Peserta PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) FK USU Tahun 2013 2. Peserta MMB (Manajemen Mahasiswa Baru) FK USU Tahun 2013

3. Peserta LKMM Lokal PEMA FK USU Tahun 2013

4. Peserta Seminar Dokter Keluarga dan Workshop Sirkumsisi

SCOPH PEMA FK USU Tahun 2013

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Divisi Minat dan Bakat PEMA FK USU 2014

(40)

2. Anggota Divisi Infokom dan Eksternal PEMA FK USU 2015

3. Anggota Divisi Dana dan Usaha SCOPH PEMA FK USU 2015-2016

4. Anggota Divisi Wirausaha PEMA FK USU 2016

(41)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

Assalamualaikum Wr Wb/Salam Sejahtera Dengan Hormat,

Nama Saya Muhammad Rizqi Saleh sedang menjalani pendidikan Kedokteran di Program S1 Ilmu Kedokteran FK USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Kontaminasi tanah oleh Soil-Transmitted Helminthes di lapangan Sei Semayang, Desa Mulyo Rejo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Tahun 2016”.

Helmintiasis (kecacingan) menurut World Health Organization adalah infestasi satu atau lebih cacing parasit usus yang terdiri dari golongan nematoda usus. Nematoda usus yang ditularkan melalui tanah disebut juga soil transmitted helminths (STH) Berbagai jenis cacing usus masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sering dijumpai di Indonesia.

Di dunia lebih dari 1,5 miliyar orang, atau 24% penduduk dunia, telah terinfeksi oleh STH.

Infeksi tersebar di daerah tropis dan sub tropis. Angka terbesar terjadi di sub-Saharan Africa, Amerika, China dan Asia timur. Di Indonesia sendiri anak-anak yang terinfeksi soil transmited helminth (STH) menembus angka 59 juta kasus. Penelitian di daerah Medan marelan menemukan masih tingginya angka kecacingan khususnya Ascaris lumbricoides.

Ditemukan 94% telur cacing pada satu gram sample tinja anak, yang didominasi oleh telur Ascaris lumbricoides sebanyak 98%

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kontaminasi tanah oleh Soil- Transmitted Helminths di lapangan Sei Semayang, Desa Mulyo Rejo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang tahun 2016. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah menambah pengetahuan masyarakat dalam usaha pencegahan infeksi cacing, sebagai informasi dan bahan masukan dalam usaha pencegahan cacingan bagi dinas kesehatan Kabupaten Deli Serdang, dan menambah pengetahuan dalam melaksanakan penelitian khususnya tentang hubungan factor-faktor dan kegiatan manusia sebagai penyebab terjadinya kontaminasi oleh Soil-Transsmited Helminth yang meningkatkan prevalensi infeksi cacing.

Saya akan melakukan pengambilan sample tinja pada anak-anak anggota SSB Sei Semayang.

Pengambilan sample akan dilakukan sekitar 1 hari. Petugas pengambilan sample adalah peneliti.

Partisipasi adik-adik bersifat sukarela dan tanpa paksaan dan dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Untuk penelitian ini adik-adik tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila adik-adik membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi Saya:

Nama : Muhammad Rizqi Saleh

Alamat: Jalan Dolok Sanggul No 1

(42)

No. HP.: 081262947683

Terima kasih saya ucapkan kepada adik-adik yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan adik-adik dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan adik-adik mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.

Medan, 2016

Peneliti

(Muhammad Rizqi Saleh)

(43)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Nama Orang Tua :

Umur :

Alamat :

Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang Penelitian “Kontaminasi tanah oleh Soil- Transmitted Helminthes di lapangan Sei Semayang, Desa Mulyo Rejo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Tahun 2016”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut. Dan dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, ...2016

(44)

LAMPIRAN 4

(45)
(46)

Lampiran 5

(47)

Lampiran 6

Gambar

Gambar 1 : Daur hidup ascaris lumbricoides  Sumber :http://www.cdc.gov/dpdx/ascariasis/index.html
Gambar 3 : Daur hidup Trichiuris trichiura
Gambar 4 : Telur dan cacing dewasa Trichuris trichiura  Sumber :http://www.cdc.gov/parasites/whipworm/
Gambar 5 : Daur hidup Ancylostoma
+2

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena isteri-isteri Manteb dari yang pertama hingga yang ke empat kalinya tidak mau diajak pulang ke rumah orangtuanya, maka perkawinannya pun tidak bertahan lama. Memang

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa (1) wacana gaguritan Aji palayon berbentuk puisi yang bersifat naratif dan masing-masing pupuh diikat oleh pada lingsa,

Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Peningkatan Kedisiplinan Shalat Berjama’ah di Sekolah Samarddee Witya Pattani Thailand Berdasarkan hasil interview pada tanggal 23 July

Sistem informasi gizi balita yang ada di Dinas Kesehatan Kota Semarang saat ini belum bisa menampilkan wilayah mana saja yang memiliki permasalahan gizi

Kunci untuk membuat perbedaan terletak pada pemakaian data yang tersimpan Proses untuk menguraikan penemuan pengetahuan di dalam database seperti yang dilakukan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan kajian tentang pengaruh brand image , kualitas produk dan inovasi produk terhadap keputusan

Telah dibuat neraca digital untuk mengukur massa material penyusun alloy menggunakan load cell berbasis strain gauge yang memiliki jangkauan ukur maksimal 1 kg.. Jenis