• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anggaran. Bab IV Ketentuan Perpajakan. Buku 1B. Pedoman Administrasi Keuangan 37

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Anggaran. Bab IV Ketentuan Perpajakan. Buku 1B. Pedoman Administrasi Keuangan 37"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Bab IV

Ketentuan Perpajakan

(2)

BAB IV

KETENTUAN PERPAJAKAN

Bendahara Pengeluaran adalah salah satu ujung tombak dalam menghimpun penerimaan negara dari sektor perpajakan. Tata cara perpajakan berkembang menyesuaikan dengan perubahan peraturan perpajakan nasional. Agar pengenaan pajak atas setiap transaksi keuangan dapat dilakukan dengan benar, maka Bendahara Pengeluaran perlu : a. memahami ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan;

b. menjalin komunikasi secara mandiri kepada Account Representative Kantor Pelayanan Pajak di wilayah masing-masing;

c. bertanya langsung pada Kring Pajak 1500200;

d. memastikan bahwa penyedia barang/jasa berstatus Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Secara umum pengenaan pajak dapat diuraikan sebagai berikut :

4.1 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pemungutan PPN merupakan pelunasan pajak yang dikenakan atas setiap transaksi pembelian barang atau perolehan jasa dari penyedia barang/jasa, misalnya pembelian alat tulis kantor, pembelian perlengkapan petugas, perolehan jasa akomodasi dan konsumsi, dan perolehan barang/jasa lainnya.

Setiap transaksi pembelian barang dan perolehan jasa dari penyedia barang/jasa yang dibayar oleh Bendahara Pengeluaran harus dipungut PPN. Tarif PPN adalah 10% dari dasar pengenaan pajak.

Namun demikian, beberapa transaksi pembelian barang dan perolehan jasa dari pihak ketiga yang tidak perlu dipungut PPN oleh Bendahara Pengeluaran yaitu :

a. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp1.000.000,- (satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;

b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;

c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas Pajak Pertambahan Nilai tidak dipungut dan/atau dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai;

d. Pembayaran atas penyerahan Bahan Bakar Minyak dan Bukan Bahan Bakar Minyak

(3)

4.2 Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPH Pasal 21)

Pengenaan PPh Pasal 21 adalah cara pelunasan pajak dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan. Bendahara Pengeluaran yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya sehubungan dengan pekerjaan/ jasa/kegiatan wajib melakukan pemotongan PPh Pasal 21.

Pembayaran penghasilan yang wajib dipotong PPh Pasal 21 meliputi pembayaran honor, upah, uang saku dan pembayaran lainnya (tidak termasuk pembayaran biaya perjalanan dinas), baik kepada pegawai maupun bukan pegawai.

No. Wajib Pajak Honor/Upah Yang Dipotong Tarif PPh Pasal 21

1. PNS Akun 521213

(Honor Output Kegiatan) -Penanggung Jawab Provinsi -Penanggung Jawab Kabupaten -Honor Innas/Inda

-Honor Camat -Honor Lurah

-Honor Ketua/Pengurus SLS (PNS) -Uang Saku Pelatihan

Akun 522151

(Belanja Jasa Profesi) -Honor Narasumber (PNS)

Gol IV Gol III Gol II/I

15% x UB 5% x UB 0% x UB

2. Pegawai Tidak Tetap/

Tenaga Kerja Lepas a. Mitra PNS - PCL - Kortim

- Petugas Pengo- lah Data

- Petugas Task Force

Akun 521213

(Honor Output Kegiatan) -Honor Pendataan -Honor Kortim

-Honor Pengolahan Data

Gol IV Gol III Gol II/I

15% x UB 5% x UB 0% x UB

(4)

No. Wajib Pajak Honor/Upah Yang Dipotong Tarif PPh Pasal 21 b. Mitra Non

PNS -PCL-Kortim -Pengolahan Data-Petugas Task Force

Akun 521213

(Honor Output Kegiatan) -Honor Pendataan -Honor Kortim

-Honor Petugas Pengolahan Data

NPWPTNPWP 5% x (UB-PTKP) 6% x (UB-PTKP) Jika UB<PTKP, maka tidak dikenakan pajak 3. Bukan Pegawai

(Menerima honor sehubungan dengan

pekerjaan, jasa, ataukegiatan), seperti : Guber- nur, Walikota, Kepala Desa, Ketua/Pengurus SLS, Penunjuk Jalan,

Narasumber.

Akun 521213

(Honor Output Kegiatan) -Honor Gubernur/Walikota -Honor Kepala Desa

-Honor Ketua/Pengurus SLS (non PNS)-Honor Penunjuk Jalan

Akun 522151 (Belanja Jasa Profesi)

-Honor Narasumber (non PNS)

NPWPTNPWP 5% x 50%

x UB6% x 50%

x UB

4. Peserta kegiatan (menerima uang saku karena kei- kutsertaan da- lam kepanitiaan, pelatihan, rapat, dan pertemuan sejenisnya.

Akun 524114 dan 524119

-Uang Saku Pelatihan NPWP

TNPWP Gol IV Gol III Gol II

5% X UB 6% X UB 15% X UB 5% X UB 0% X UB

Keterangan : 1. PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) = Rp4.500.000,- /bulan 2. UB : Upah Bruto

3. NPWP : Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak

(5)

pembayaran atas pembelian barang seperti : ATK, komputer supplies, perlengkapan Ratekda/Ratek KSK, perlengkapan petugas, dan barang lainnya oleh Pejabat/Panitia Pengadaan.

Tarif PPh Pasal 22 adalah 1,5% tidak termasuk PPN. Apabila Wajib Pajak penerima penghasilan (penyedia barang/jasa) tidak memiliki NPWP maka tarifnya 100% lebih tinggi dari tarif sebenarnya atau menjadi 3% atau (1,5% x 200%).

Transaksi/pembayaran atas pembelian barang yang tidak dikenakan PPh Pasal 22 adalah:

a. pembelian barang dengan nilai maksimal pembelian Rp2.000.000,- dengan tidak dipecah-pecah dalam beberapa faktur;

b. pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM dan benda- benda pos; dan

c. pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

4.4 Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPH Pasal 23)

Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 atau PPh Pasal 23 adalah cara pelunasan pajak dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang dibayarkan oleh BP kepada pihak lain disebabkan karena penyerahan jasa.

Penghasilan yang dibayarkan tersebut antara lain:

a. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, royalti, hadiah/

penghargaan.

b. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan dan jasa lain.

Jasa lain tersebut yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23 diantaranya adalah:

1. jasa sehubungan dengan software computer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan;

2. jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, alat transportasi/kendaraan dan/atau bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;

3. jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;

4. jasa pengepakan;

5. jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa, media luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi;

6. jasa kebersihan atau cleaning service;

7. jasa catering atau tata boga.

8. jasa-jasa lain yang pembayarannya dibebankan pada APBN dan APBD.

Tarif PPh Pasal 23 adalah 2%. Apabila Wajib Pajak penerima penghasilan (penyedia barang/jasa) tidak memiliki NPWP maka tarifnya 100% lebih tinggi dari tarif sebenarnya atau menjadi 4% atau (2% x 200%).

(6)

4.5 Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2

Pemotongan atau pemungutan PPh Pasal 4 ayat (2) adalah cara pelunasan pajak dalam tahun berjalan antara lain melalui pemotongan atau pemungutan pajak yang bersifat final atas penghasilan tertentu.

Obyek PPh Pasal 4 ayat (2) adalah sewa tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, pertokoan, gedung pertemuan termasuk bagian-bagiannya, rumah kantor, rumah toko, gudang, dan bangunan industri.

Tarif PPh Pasal 4 ayat (2) adalah 10% dari jumlah bruto nilai persewaan, baik yang menyewakan perorangan (wajib pajak orang pribadi) maupun badan (perusahaan).

4.6 Bea Materai

Bea meterai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen yang menurut ketentuan menjadi objek Bea Meterai. Dokumen yang dikenai bea meterai antara lain adalah dokumen yang berbentuk surat yang memuat jumlah uang, dokumen yang bersifat perdata, dan dokumen yang dapat digunakan di muka pengadilan misalnya dokumen surat perjanjian kerja pengadaan barang/jasa, dokumen kontrak pengadaan jasa akomodasi pelatihan petugas dan dokumen surat perjanjian kerja lainnya.

Dalam setiap pembuatan bukti pembayaran, BP sebagai pihak penerima kuitansi terutang bea meterai sebesar:

a. Rp3.000,- di setiap bukti pembayaran/kuitansi yang nilai transaksinya di antara Rp250.000,- s.d. Rp1.000.000,-

b. Rp6.000,- di setiap bukti pembayaran/kuitansi yang nilai transaksinya di atas Rp1.000.000,-

4.7 Simulasi Pengenaan PPN dan PPH

a. Belanja Bahan

1. Rahman Sahala staf BPS Provinsi Sumatera Utara membeli secara tunai makanan siap saji dan kudapan dari sebuah restoran untuk keperluan rapat persiapan SP2020 seharga Rp800.000,-

Pembelian makanan siap saji di restoran pada dasarnya harus dipungut PPh Pasal 22 akan tetapi karena nilai pembeliannya di bawah Rp2.000.000,- maka atas pembelian tersebut tidak dipungut PPh Pasal 22. Sehingga apabila nilai

(7)

2. BPS Provinsi Sulawesi Barat menunjuk CV. Sedap Mantab yang bergerak di bidang catering untuk menyediakan konsumsi penyelenggaraan rapat teknis daerah. SPK disepakati sebesar Rp69.000.000,-. Bagaimana pengenaan PPh Pasal 23 dan PPN-nya?

Terhadap tagihan bruto sebesar Rp69.000.000,- atas jasa catering CV. Sedap Mantab dalam rangka penyediaan konsumsi rapat teknis daerah dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar 2% x Rp69.000.000,- = Rp1.380.000,- Bendahara tidak perlu mengenakan PPN karena jasa catering tidak dikenakan PPN.

b. Belanja Barang Persediaan Barang Konsumsi

1. Uneng Sumarni membeli secara tunai alat-alat tulis kantor untuk mendukung pelaksanaan SP2020 di BPS Kabupaten Klungkung senilai Rp1.100.000,- dan block note bergaris senilai Rp1.500.000,- dari toko buku PERWIRA yang mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak/Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak 06.325.456.3-529.000.

Pembelian alat-alat tulis kantor senilai Rp1.100.000,- dan block note bergaris senilai Rp1.500.000,- dari toko PERWIRA dipungut PPh Pasal 22 karena total pembelian tersebut telah melebihi nilai Rp2.000.000,- dan dipungut PPN karena total pembelian telah melebihi Rp1.000.000,- Sehingga pengenaan pajaknya adalah:

PPh Pasal 22 ( 1,5% x Rp2.600.000,- ) = Rp39.000,- PPN (10% x Rp2.600.100,-) = Rp260.000,-

2. BPS Kota Semarang membeli komputer supplies untuk keperluan SP2020 seharga Rp2.200.000,- (harga sudah termasuk PPN).

Maka PPh Pasal 22 dan PPN yang harus dipotong adalah:

- Nilai pembelian sudah termasuk PPN Rp2.200.000,-

- PPh Pasal 22 : 1,5% x [(100/110 x Rp2.200.000,-)] Rp30.000,- - PPN : 10% x [(100/110 x Rp2.200.000,-)] Rp200.000,-

c. Belanja Honor Terkait Output Kegiatan

1. BPS Kabupaten Bobonaro membentuk Tim Penanggungjawab SP2020 Kabupaten Bobonaro anggotanya terdiri dari :

Nama Golongan Jabatan Honor (OB) Rp

Rifki Zain IV/b Ketua 350.000,-

Dody III/c Wakil Ketua 300.000,-

Heri III/d Anggota 250.000,-

Hasrun II/a Anggota 250.000,-

(8)

Maka pengenaan PPh Pasal 21 adalah : Nama Honor Bruto

(Rp) PPh Pasal 21 (Rp) Honor Netto (Rp) Rifki Zain 350.000,- 1,5% x HB 52.500,- 297.500,- Dody 300.000,- 5% x HB 150.000,- 285.000,- Heri 250.000,- 5% x HB 125.000,- 237.000,-

Hasrun 250.000,- 0% x HB 0,- 250.000,-

2. Pujiharti Mulyani mitra statistik mengikuti kegiatan SP2020 di BPS Provinsi Bali dengan sistem kontrak/borongan dengan upah sebesar Rp 3.760.000,- dan jadwal pencacahan selama 1 (satu) bulan.

Maka PPh Pasal 21 yang dipungut adalah sbb:

Upah borongan sebulan (sesuai jadwal) Rp 3.760.000,- PTKP sebulan Rp 4.500.000,- Penghasilan Kena Pajak Rp 0,- Karena honor lebih kecil dari PTKP, maka tidak dikenakan pajak.

3. BPS Kabupaten Purworejo memberi honor kepala desa sebesar Rp 550.000 kepada Yudha Isverianto, Kepala Desa Buntit Kecamatan Gintungan Kabupaten Purworejo.

Penghitungan PPh Pasal 21 atas honorarium yang diterima oleh Yudha Isverianto adalah :

5% x 50% x Rp 550.000,- = Rp 13.750,-

Jika Yudha Isverianto tidak mempunyai NPWP maka penghitungan PPh Pasal 21 terutang atas honor menjadi :

6% x 50% x Rp 550.000,- = Rp 16.500,- d. Belanja Jasa Profesi

1. Untuk melaksanakan kegiatan SP2020, BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat mengadakan publisitas SP2020 dengan mengundang Jason Pasaribu, NPWP:

06.575.248.8-122.000 seorang ahli komunikasi masyarakat bidang pelayanan publik (bukan PNS) dengan honor sebesar Rp5.000.000,-

Penghitungan PPh Pasal 21 atas honorarium yang diterima oleh Jason Pasaribu sebagai berikut: Penghitungan PPh Pasal 21 atas honorarium tersebut yaitu :

(9)

e. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota

1. BPS Provinsi Sulawesi Utara menunjuk Hotel Sahid sebagai tempat pelaksanaan pelatihan petugas SP2020. Nilai SPK kegiatan tersebut adalah Rp225.000.000,- Bagaimana pengenaan PPh dan PPN-nya?

Nilai kontrak sudah termasuk PPN = Rp 225.000.000,- PPh Pasal 23 = 2% x (100/110 x 225.000.000) = 4.090.909 PPN = 10% x (100/110 x 225.500.000) = 20.454.545

2. Amelia Mahdali mitra statistik BPS Kota Gorontalo mengikuti pelatihan petugas pencacah SP2020 di Wisma LPMP. Amelia menerima uang saku sebesar Rp250.000,-. Amelia tidak mempunyai NPWP. Bagaimana pengenaan PPh Pasal 21 atas penerimaan uang saku tersebut?

Pengenaan PPh Pasal 21 atas uang saku Amelia Mahdali adalah sebagai berikut :

6% x (50% x Rp250.000,-) = Rp7.500,- f. Belanja Sewa

1. BPS Kabupaten Manokwari harus mencarter pesawat untuk pendataan SP2020 di daerah sulit. Besar biaya sewa carter yang dikeluarkan sebesar Rp33.000.000,- (harga sudah termasuk PPN). Bagaimanakan pengenaan PPh Pasal 23-nya ?

Pengenaan PPh Pasal 23 biaya carter pesawat sesuai kasus tersebut adalah:

2% x (100/110 x Rp33.000.000,-) = Rp600.000,- Pengenaan PPN adalah:

10% x (100/110 x Rp33.000.000,-) = Rp3.000.000,-

2. BPS Kabupaten Bandung menyewa gedung pertemuan Saung Sunda untuk menyelenggarakan sosialisasi SP2020. Harga sewa disepakati sebesar Rp5.000.000,- Bagaimana pengenaan PPh dan PPN-nya ?

Atas sewa gedung pertemuan (bukan hotel) ini dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2 (final) sebesar : 10% x Rp5.000.000,-= Rp500.000,- dan

PPN sebesar : 10% x Rp5.000.000,- = Rp500.000,-

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian mengenai pengaruh penetrasi sosial perempuan lesbian terhadap sikap pertemanan; (studi survei eksplanasi perempuan lesbian di Organisasi Perempuan

b) Faktor psikologis : minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif. Namun, terkait dalam penelitian ini, faktor yang ingin diungkap atau dijadikan

PPh Pasal 23 adalah pajak penghasilan dalam tahun berjalan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha

Sistem ini berfungsi sebagai jemuran pakaian yang bekerja secara otomatis sesuai sengan output dari sensor cahaya (LDR) dan sensor hujan dimana output dari sensor akan

bahwa dalam rangka efektifitas pemberian hibah berupa Pembangunan Unit Gedung Baru (UGB), Rehabilitasi Gedung Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pembangunan

Usman S.,SP (PPL Desa Katumbangan) 3.. Mahmudi,SP (PPL

Hal ini disebabkan waktu panen yang lebih cepat karena pada tahun ke-2 pohon ganitri asal okulasi (biasa disebut “ganitri super”) sedangkan tanaman yang berasal

Kemajuan yang dicapai pada masa al walid itu, telah mrmberi dukungan besar untuk  Kemajuan yang dicapai pada masa al walid itu, telah mrmberi dukungan besar untuk