• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH PUSAT REHABILITASI YAKKUM YOGYAKARTA TAHUN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SEJARAH PUSAT REHABILITASI YAKKUM YOGYAKARTA TAHUN SKRIPSI"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH PUSAT REHABILITASI YAKKUM YOGYAKARTA TAHUN 1982-2004

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora

Program Studi Sejarah

Oleh:

Gregorius Aditya Wicaksana NIM 144314001

PROGRAM STUDI SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2020

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO

I think each of the failures i had to face provided me with the opportunity of starting again and trying something new.

Harland David Sanders

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada Orangtua saya dan ketiga kakak saya yang tidak pernah lelah untuk mendukung saya. Skripsi ini juga saya persembahkan untuk penulisan sejarah mengenai instansi kesehatan disabilitas di Yogykarta.

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

Gregorius Aditya Wicaksana, Sejarah Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta 1982-2004. Skripsi. Yogyakarta. Program Studi Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. 2019.

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti sejarah rehabilitasi penyandang cacat fisik remaja di Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta yang datanya diambil dari tahun 1982-2004. Penelitian ini akan menjawab dua pertanyaan, pertama, jenis lembaga apa yang akan membantu merehabilitasi penyandang cacat fisik remaja di Yogyakarta, dan pertanyaan kedua, bagaimana peran dan cara lembaga tersebut merehabilitasi penyandang cacat fisik remaja di Yogyakarta.

Penilitian ini menggunakan metode sejarah, yaitu: mengumpulkan, mengkritik, menginterpretasi atau menganalisa sumber data kemudian disajikannya dalam bentuk tulisan. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode dokumentasi dan wawancara. Sumber data utama adalah laporan tahunan Pusat RehabilitasiYakkum dari tahun 1982 sampai tahun 2004, sedangkan data sekunder adalah data yang memeliki keterkaitan dengan data utama.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pusat Rehabilitasi Yakkum merupakan lembaga swasta yang bertujuan untuk merehabilitasi penyandang cacat fisik remaja di Yogyakarta. Lembaga ini didirikan oleh Collin Mclennan (Selandia Baru) pada tahun 1982. Pusat Rehabilitasi Yakkum berada dibawah naungan YAKKUM (Yayasan Kristen Kesehatan Umum); (2) Pusat Rehabilitasi Yakkum dalam merehabilitasi penyandang cacat fisik remaja memiliki beberapa program, seperti program medis, pendidikan, kursus ketrampilan, psikososial, bantuan modal usaha, mental workshop dan program prosthesis dan orthosis; (3) Pusat Rehabilitasi Yakkum memiliki Community Based Rehabilitation (CBR), yaitu program rehabilitasi untuk masyarakat yang berada di desa Wukirharjo, Prambanan, Yogyakarta.

Kata kunci: Pusat Rehabilitasi Yakkum, Penyandang Cacat, CBR

(9)

ix

ABSTRACT

Gregorius Aditya Wicaksana, Sejarah Pusat Rehabilitasi Yakkum Tahun 1982-2004. An Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Departement of History, Faculty of Letters, Sanata Dharma University,2019.

This reasearch aims to investigate the history of rehabilitation of physical retarded adolescent of Yakkum Rehabilitation Central in Yogyakarta which its time range is from 1982-2004. This reseach will respond two questions. Firstly, what kinds of institution which will have vitality in supporting the rehabilitation of physical retarded adolescent in Yogyakarta. Secondly, how well that institution will rehabilitate and take care of physical retarded adolescent in Yogyakarta.

This reseach applies a historiographical method that is compilling, criticizing, interpreting or analizing the sorces of the data and finally transcribing.

The data were collected by applying documentation and questionnaire method.

The main data were annually reports of Yakkum Rehabilitation Central in Yogyakarta from 1982 to 2004, whereas the secondary data were the data which are relatively related to the main data.

The results of the research indicate that: (1) Yakkum Rehabilitation Central is a private institution which its aims is to rehabilitate physical retarded adolescents in Yogyakarta. This private institution was established in 1982 by Collin Mclennan (New Zealand). Yakkum Rehabilitation Central is covered by YAKKUM (Public Health run by Christian Institution); (2) Yakkum Rehabilitation Central in rehabilitating physical retarded adolescent has some programs like: medical, educational, special skills programs and psychological cources, business capital support and some workshops like prosthesis and orthosis; (3) Yakkum Rehabilitation Central has Community Based Rehabilitation (CBR) program for community in Wukirharjo village in Prambanan, Centra Java.

Keywords: Yakkum Rehabilitation Central, physical retarded adolescent, Community Based Rehabilitation (CBR)

(10)

x

KATA PENGANTAR

Ucapan syukur dan terima kasih saya ucapkan kepada:

1. Dosen prodi sejarah, Pak Yerry, Pak Rio, Pak Herry (alm), Bu Ning(alm), Mas Heri, Romo Baskara, Romo Banar, Pak Purwanta, dan Pak Sandiwan yang telah banyak membimbing dan mendukung saya sejak awal masuk kuliah hingga saat ini.

2. Kedua orang tua dan kakak saya yang telah mendukung saya selama ini.

3. Mas Doni sebagai sekretaris Prodi Sejarah yang telah membantu saya dalam hal administrasi kampus.

4. Teman-teman sejarah Angkatan 2014 Vendi, Omi, Hendi, Tiur, Edut, Rosma, Bimo, Ara, Fajar, Ageng yang tidak pernah lelah mendukung saya.

5. Sahabat sejati saya yang selalu menemani saya Wayang Ayu.

6. Teman-teman Psikologi yang tidak pernah lelah membantu saya dalam pengerjaan skripsi ini.

7. Flash All Stars yang merupakan tim cheerleader saya tempat untuk mendapatkan ilmu cheers dll.

8. Staf-staf dari Pusat Rehabilitasi Yakkum yang tidak pernah lelah membantu saya dalam membantu saya mencari dokumen-dokumen.

9. Kepada teman-teman lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu memberikan informasi dan mendukung saya selama mengerjakan skripsi ini.

(11)

xi

Saya sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian saya ini. Sehingga perlu adanya saran-saran dalam penelitian saya.

Yogyakarta, 10 Oktober 2019 Penulis

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN...ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN...v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...vii

ABSTRAK...viii

ABSTRACT...ix

KATA PENGANTAR...x

DAFTAR ISI……….xii

DAFTAR GAMBAR... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah...8

C. Pembatasan Masalah...8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian...9

E. Kajian Pustaka... 9

F. Landasan Teori... 13

G. Metode Penelitian... 14

H. Sistematika Penulisan... 15

BAB II COLLIN MCLENNAN DAN PROYEK REHABILITASI BETHESDA ...16

A. Sejarah Yayasan Kesehatan Kristen Untuk Umum (Yakkum)...16

1. Berdirinya Proyek Rehabilitasi Bethesda... 20

2. Colin Mc Lennan Pendiri Proyek Rehabilitasi Bethesda...22

3. Perkembangan Proyek Rehabilitasi Bethesda...27

a. Pengembangan Gedung Baru... 27

b. Program Pelayanan dan Kesehatan Proyek Rehabilitasi Yakkum... 30

BAB III PERAN PUSAT REHABILITASI YAKKUM DI YOGYAKARTA……….………. 33

A .Pusat Rehabilitasi Yakkum 1991-2004...33

(13)

xiii

1. Dari Proyek Rehabilitasi Bethesda menjadi Pusat Rehabilitasi Yakkum. 33

2. Sejarah Yakkum Craft... 36

B. Program dan Pelayanan Pusat Rehabilitasi Yakkum... 39

1. Medis... 40

2. Pendidikan... 41

3. Kursus Ketrampilan...44

4. Psikososial... 45

5. Bantuan Modal Usaha... 46

6. Metal Workshop dan Prosthesis dan Orthosis Workshop (P&O)... 47

C. Peran Pusat Rehabilitasi Yakkum bagi Penyandang Cacat di Kabupaten Sleman...48

BAB IV DIREKTUR PUSAT REHABILITASI YAKKUM 1991-2004...52

A. Direktur Pusat Rehabilitasi Yakkum...52

1. dr.Andu Sufyan (1991-1999)... 54

2. dr. Istianto Kuncoro (1999 – 2004)...57

B. Perkembangan Pelayanan Organisasi Pusat Rehabilitasi Yakkum 2000-2004...62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...70

A. Kesimpulan...70

B. Saran...71

DAFTAR PUSTAKA 73

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penyandang Cacat di Proyek Rehabilitasi Bethesda………20 Gambar 2. Gambar 2. Collin Mclennan……….23 Gambar 3. Proyek Rehabilitasi Bethesda Tahun 1987………...28

Gambar 4. Prasasti Peresmian Gedung oleh Sri Paduka Paku Alam VIII ……… ……….29

Gambar 5. Prasasti Peresmian Gedung ditandatangani oleh Bupati Sleman…34

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyandang cacat1 merupakan kelompok minoritas yang terpinggirkan dalam berbagai aspek kehidupan di Indonesia. Usaha untuk membantu penyandang cacat salah satunya adalah dibidang pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan ini dalam bentuk kegiatan rehabilitasi.

Usaha perhatian pemerintah dan masyarakat untuk merehabilitasi penyandang cacat pertama kali hadir pada masa revolusi fisik di Indonesia.2 Pada awalnya usaha ini mulai dilakukan oleh pemerintah secara langsung pada tahun 1945 melalui Kementerian Pertahanan yang mempunyai Jawatan Sosial khusus mengurus penderita cacat tentara.3 Hal itu kemudian berubah pada tahun 1948 dimana penyandang cacat tentara diserahkan kepada Departemen Sosial sehingga menjadi satu dengan penderita cacat rakyat.

Perhatian masyarakat Indonesia untuk membantu penderita cacat fisik hadir pertama kali sekitar tahun 1946 di Surakarta dalam bentuk pembuatan

1 Pada penulisan ini kata penyandang cacat akan digunakan karena menyesuaikan dengan tahun penulisan yaitu tahun 1982- 2004. Alasan penggunaan penyandang cacat digunakan karena pernah secara resmi digunakan sebagai istilah Undang-Undang Penyandang Cacat Nomor 4 Tahun 1997. Alasan kedua adalah istilah penyandang cacat digunakan oleh dokumen-dokumen sebelum dan sesudah tahun 1997.

2 Soedjadi Dibjohardjono dkk, Sejarah Perkembangan Pekerjaan Sosial di Indonesia, Jogjakarta: Departemen Sosial Republik Indonesia, 1968, hal. 64.

3 Pada tahun 1948 urusan penderita cacat tentara diserahkan kepada jawatan sosial Ibid.,hal.11.

(16)

protese (pemasangan bagian anggota tubuh palsu).4 Pada tahun 1946 dimulailah percobaan pertama untuk pembuatan protese di Rumah Sakit di Surakarta.

Percobaan ini bawah pimpinan Dr. R. Soeharso dan Soeroto Reksopranoto.

Percobaan pertama dalam pembuatan protese dapat dikatakan seadanya karena keterbatasan dana, tidak adanya ahli dalam pembuatan protese, tidak adanya buku panduan pembuatan, dan tidak adanya bahan untuk membuat bahan tersebut dikarenakan situasi pada masa revolusi. Dengan situasi tersebut maka dibuatlah protese pertama kali yang dibuat dengan dan bahan seadanya. Bahan yang digunakan menggunakan besi yang terbuat dari rosokan5 mobil dan sepeda, serta ditambahkan kayu waru dan kulit kambing.6

Protese pertama yang dibuat masih dalam bentuk sederhana dan tidak memenuhi standar. Kehadiran protese tersebut disambut baik oleh penderita cacat.

Maka, segeralah dikumpulkan dana untuk pembuatan bengkel protese yang kemudian dibangunlah bengkel untuk pembuatan protese di Surakarta dengan nama Usaha Protese Surakarta pada tahun 1946.7

4 Soeharso. Research di Indonesia 1945-1965 bidang kesehatan. Jakarta: Balai Pustaka. 1965. Hlm., 654-657

5 Ibid

6Ibid.,hlm.656

7 Bengkel ini berada di rumah sakit Surakarta. Ruangan yang dipakai pada awalnya adalah garasi mobil rumah sakit. ibid

(17)

Pembuatan awal protese oleh bengkel Usaha Protese Surakarta pada tahun 1946 sebanyak empat protese untuk amputasi atas lutut dan sembilan protese untuk amputasi bawah lutut. Satu tahun berikutnya protese yang dibuat semakin bertambah sebanyak 69 protese kaki dan 33 protese lengan. Pada tahun 1948 bengkel ini diambil alih oleh pemerintah melalui kementerian kesehatan, sehingga dana untuk pembuatan protese ditanggung oleh pemerintah serta pemberian protese bagi penyandang cacat diberikan secara cuma-cuma.

Keberhasilan pembuatan protese tersebut melahirkan masalah sosial bagi penderita cacat yang mana para penderita cacat harus menunggu lama sehingga tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari. Masalah tersebut kemudian dapat diatasi dengan memberikan pendidikan dan keterampilan kerja. Tujuan diadakan kegiatan agar para penyandang cacat dapat bekerja secara mandiri serta menjadi satu dengan masyarakat tetapi hal itu gagal karena pada waktu itu masyarakat masih menganggap penyandang cacat belum mampu bekerja sesuai yang diharapkan.

Setelah selesainya masa revolusi di Indonesia, permasalahan penyandang cacat menjadi multikompleks.8 Persoalan yang dihadapi sebelumnya hanya berkutat pada bidang jasmani dan kedokteran saja tapi aspek sosial, psikologis pendidikan,

8 Setelah berakhirnya masa revolusi maka pemerintah Indonesia menghapus blokade musuh sehingga pengetahuan ortopedi di luar negeri dapat dipelajari. Buku–buku mengenai pembedahan ortopedi, protese, psikologi penderita cacat, latihan dan penempatan penderita cacat dalam pekerjaan, perundang-undangan yang menyangkut penderita cacat. Sehingga buku-buku yang menyangkut penyandang cacat dapat dipelajari serta memberikan jawaban pada berbagai segi persoalan yang kompleks. Ibid

(18)

ekonomi, legislatif dan politis kurang diperhatikan. Aspek-aspek tersebut kemudian dipelajari dan ditemukan jawabanya bahwa penyandang cacat dengan semua permasalahan harus dikoordinasikan menjadi satu proses dengan satu tujuan yaitu pemulihan rasa harga diri dari sipenyandang sebagai orang yang mandiri dan berguna bagi masyarakat dan negara.

Untuk memenuhi kebutuhan penyandang cacat yang kompleks maka dibuatlah program nasional bagi penyandang cacat tubuh dengan nama Rehabilitation of the Physically Handicapped. Program ini dibuat oleh Dokter Soeharso pada tahun 1949.9 Program ini berisi pertolongan bagi penyandang cacat akibat perang, penyakit, kecelakaan di dalam atau di luar pekerjaan dan cacat sejak lahir.

Untuk melaksanakan program rehabilitasi diperlukan kesadaran dan dukungan pemerintah serta masyarakat. Hal itu diperlukan karena tujuan akhir dari rehabilitasi penyandang cacat adalah pengembalian kembali ke masyarakat. Maka langkah yang pertama adalah melakukan edukasi kepada pejabat pusat maupun di daerah serta kepada masyarakat. Langkah tersebut ternyata berhasil dengan didirikanya Balai Pembangunan Penderita Cacat pada tahun 1951.10

9 Program yang dibuat oleh Dokter Soeharso ini diberikan juga kepada pemerintah melalui kementerian kesehatan, sosial, pertahanan, perburuhan dan pendidikan. Ibid

10 Pada tahun 1957 Balai Pembangunan Penderita Cacat berganti nama menjadi Lembaga Rehabilitasi Penderita Cacat. Ibid., hlm. 660.

(19)

Sekitar tahun 1955 berdirilah rehabilitasi cacat yang dikelola oleh swasta yaitu Yayasan Sheltered Worshop Dokter Soeharso dan Yayasan Pemeliharaan Anak-anak Cacat. . Badan swasta tersebut masih dalam pengawasan Lembaga Rehabilitasi Penderita Cacat yang berpusat di Surakarta. Berdirinya lembaga swasta ini semakin memudahkan penyandang cacat dalam bidang kesehatan

Yayasan Sheltered Workshop Dr Soeharso terletak di Surakarta. Yayasan ini dibangun pada tahun 1952 dengan maksud memberikan tempat kerja bagi penderita cacat yang telah didik. Yayasan ini memiliki semboyan yaitu “mencari untung menolong” yang artinya yayasan ini merupakan tempat bagi penyadang cacat yang belum memiliki kepercayaan di mata masyarakat.11

Rehabilitasi bagi penyandang cacat pada tahun 1950-1955 mengalami perubahan di mana penyandang cacat anak-anak mulai diperhatikan.12Perhatian akan penyandang cacat anak-anak dimulai pada tahun 1953 dengan berdirinya Jajasan Pemeliharaan Anak-anak Tjatjat (JPAT). Gagasan berdirinya JPAT ini adalah banyaknya jumlah penyandang cacat anak-anak yang datang untuk meminta pertolongan di Balai Pembangunan Penderita Cacat di Solo. Selain itu bahwa rehabilitasi bagi penyandang cacat anak-anak mempunyai segi khusus antara lain perawatan dan sifat pendidikan.

11Ibid.

12Ibid.,hlm 70-71

(20)

Jajasan Pemeliharaan Anak-anak Tjatjat memfokuskan pada penyandang cacat anak-anak pada umur 2 -14 tahun yang memiliki penyakit polio. Pertolongan yang diberikan bersifat kedokteran, pendidikan dan sosial. Pertolongan pada bidang kedokteran ditujudkan untuk menghilangkan atau mengurangi cacat sedemikian rupa sehingga dapat mengikuti pendidikan, dan melakukan aktivitas sehari –hari seperti anak-anak yang tidak cacat.

Bidang pendidikan juga diberikan JPAT dengan alasan membantu anak-anak penyandang cacat yang memiliki kesulitan belajar di dalam sekolah biasa. Ada beberapa pertimbangan pertama adalah kesulitan yang dihadapi penyandang cacat anak dalam mobilitas kegiatan sehari-hari di sekolah seperti berjalan dan menulis menggunakan tangan. Kedua, penyandang cacat anak yang tidak bersekolah karena orangtua yang malu. Ketiga, pergaulan anak-anak yang tidak cacat juga membawa soal-soal psikologis.

Pada awalnya gedung JPAT terletak di salah satu bangsal di Balai Pembangunan Penderita Cacat kemudian pada tanggal 8 Agustus 1954 yayasan ini pindah ke gedung baru di Jalan Slamet Riyadi atas pemberian dari Departemen Sosial.

JPAT diketuai oleh ibu Padmonegoro dengan sekretaris ibu Soeharso. Dari berkembangan tersebut JPAT memiliki cabang yang tersebar di wilayah Indonesia seperti Medan, Bandung, Malang, Surabaya,Jember, Pangkalpinang, Palembang, dan Ternate.

(21)

Yayasan ini memiliki usaha-usaha dalam pemberian pelayanan kesehatan bagi penderita cacat anak-anak yang berupa, pemberian perawatan medis, pemberian pendidikan dan pengajaran, pemberian pertolongan sosial. Dalam bidang medis JPAT membuka pelatihan kesehatan, hal ini dilakukan karena untuk pemenuhan intern kebutuhan medis agar dapat dikirim ke cabang JPAT. Pada bidang pendidikan dan sosial JPAT menyelenggarakan pendidikan mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Dasar kelas 4. Tenaga pendidik pada bidang ini merupakan guru-guru lulusan sekolah guru dasar dan anak-anak.

Jajasan Pemeliharaan Anak-anak Tjatjat memperoleh bantuan berupa bantuan dana, dan ilmu yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Bantuan dalam negeri didapatkan dari pemerintah Indonesia melalui Departemen Sosial, Departemen Kesehatan dan Departemen Penerangan berupa dana yang disebut dana anak-anak cacat. Sedangkan bantuan dari luar negeri berasal dari negara Finlandia, Australia.

Bantuan dari kedua negara ini adalah bantuan tenaga ahli dalam bidang medis (orthopedicnurse)

Pemerintah Indonesia mulai mengembangkan usaha-usaha dibidang kesejahteraan sosial dan rehabilitasi dituangkan dalam M.P.R.S. No II/ 1960. Hal ini merupakan langkah pemerintah Indonesia dalam mensejahterakan rakyatnya terutama penyandang cacat karena perlunya penempatan program rehabilitasi dalam rencana Pembangunan Nasional Semesta Berencana. Tugas-tugas program rehabilitasi ini dituangkan dalam surat keputusan presiden yang dikenal dengan Proyek

(22)

Kesejahteraan Sosial dan Rehabilitasi Penderita Cacat yang masuk pada bidang Departemen Sosial.13

Departemen Sosial dalam melaksanakan proyek rehabilitasi penderita cacat merinci kegiatan seperti, menyempurnakan Lembaga Rehabilitasi Penderita Cacat (LRPT) di Solo, menyelenggarakan/menyempurnakan LRPT cabang Makassar, usaha perawatan dan keberlanjutan terhadap penderita cacat Rehabilitation Center di Solo, mempersiapkan berdirinya cabang di Palembang, usaha penambahan tenaga-tenaga ahli rehabilitasi untuk kelangsungan pekerjaan rehabilitasi penderita cacat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan permasalahan yang telah dipilih maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Lembaga apa yang hadir untuk membantu penyandang cacat dalam bentuk rehabilitasi di Yogyakarta?

2. Bagaimana cara lembaga tersebut dalam membantu penyandang cacat fisik di Yogyakarta?

C. Pembatasan Masalah

Penelitian mengenai rehabilitasi penyandang cacat di Yogyakarta dilakukan pada tahun 1982-2004. Pembatasan tahun dilakukan karena melihat tahun awal yaitu tahun 1982 dimana lahirnya rehabilitasi penyandang cacat di Yogyakarta sampai

13Proyek ini dituangkan dalam Surat Keputusan Presiden no 107 th. 1961 tanggal 28 Maret tahun 1961 Proyek No.314/I

(23)

tahun 2004 dimana program yang dilakukan rehabilitasi mulai berubah menjadi tidak terpusat melainkan fokus terhadap masyarakat.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan pertama dari penelitian ini adalah menambah khazanah sejarah kesehatan di Indonesia dalam lingkup pelayanan kesehatan disabilitas. Sedangkan manfaat penelitian ini berguna bagi masyarakat umum dan kaum disabilitas bahwa Pusat Rebilitasi Yakkum ini membantu para disabilitas agar dapat kembali produktif sebagai manusia normal pada umumnya.

E. Kajian Pustaka

Sampai penulisan ini dilakukan, tidak ada sebuah buku atau hasil penelitian yang menuliskan tentang “Sejarah Pusat Rehabilitasi Yakkum 1982-2004” meski ada banyak kajian sejenis yang dilakukan oleh para peneliti sejarah mengenai sejarah penanganan disabiiltas di Indonesia seperti buku atau hasil penelitian yang berkaitan dengan Sejarah Rumah Sakit yang menangani disabilitas di Indonesia.

Tulisan pertama adalah makalah dengan judul Habis Sakti, Terbitlah Sakit:

Berbagai Macam Konsepsi Difabel di Jawa.14 Makalah ini ditulis oleh Slamet Thorarif, beliau merupakan Sekretaris Pusat Studi dan Layanan Disabilitas, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Makalah ini berisi tentang bagaimana disabilitas dipandang melalui sudut pandang orang Jawa, Islam, dan Kesehatan.

14 Slamet Thohari. Habis Sakti, “Terbitlah Sakit:Berbagai Macam Konsepsi Difabel di Jawa”. Untuk diskusi Yang Normal;Yang Terabai.11 Juli 2012. hlm 3-4.

(24)

Dalam pandangan orang Jawa bahwa orang disabilitas merupakan orang yang memiliki kesaktian. Hal ini dibuktikan dalam cerita pewayangan melalui lakon Durgandini atau Dewi Lara Amis. Dalam ceritanya Durgandini adalah seorang difabel dengan keanehan tubuh, kulitnya mengelupas dan bau anyir sehingga ia diasingkan ke Sungai Gangga. Setelah diasingkan ia ditolong oleh seorang pertapa sehingga menjadi sakti.

Selanjutnya disabilitas dalam agama Islam ditempatkan dalam posisi yang sama sebagaimana dengan yang lainya. Hal ini dibuktikan dalam Alquran terdapat kata Muhalaqoh dan Ghairu Muhalaqoh secara harafiah dalam bahasa Arab kata-kata itu diartkan secara sempurna dan tidak sempurna. Dalam pandangan medis melihat disabilitas merupakan sesuatu yang perlu ditata agar dapat menyesuaikan dengan kehidupan normal. Penataan itu dilakukan oleh lembaga yan mengurusi disabilitas seperti rumah sakit dan SLB (Sekolah Luar Biasa).Makalah ini membantu dalam melihat disabilitas melalui tiga aspek yaitu kebudayaan, agama dan Islam.

Tulisan kedua berjudul “Nasionalisasi Rumah Sakit Zending di Yogyakarta dan Jawa Tengah tahun 1946-1950: Sebuah Perbandingan” yang ditulis oleh Baha’uddin.15 Beliau merupakan dosen sejarah di fakultas ilmu Budaya Universitas Gajah Mada. Tulisan ini membahas peran zending dalam pembangunan jaringan

15 Bahauddin.“Nasionalisasi Rumah Sakit Zending di Yogyakarta dan Jawa Tengah tahun 1946-1950: Sebuah Perbandingan” Jurnal Lembaran Sejarah. Vol 8 No 2. 2005. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya Univesitas Gajah Mada.hlm.132.

(25)

kesehatan. Jaringan kesehatan yang dibuat melalui pembangunan rumah sakit yang tersebar di pulau Jawa dan beberapa di luar pulau Jawa.

Tulisan ini membantu dalam proses penulisan karena melihat awal peran zending dalam bidang kesehatan di Indonesia. Dari awal mula didirikan rumah sakit zending ini kemudian muncul Yakkum pada tahun 1950. Yakkum ini merupakan yayasan yang bergerak di bidang kesehatan. Selanjutnya, kemunculan Yakkum ini menandai berdirinya Yayasan Rehabilitasi Yakkum di Yogyakarta.

Tulisan ketiga berjudul “Mengikat Makna Diskriminasi: Penyandang Cacat, Difabel, dan Penyandang Disabilitas. Tulisan ini ditulis oleh Arif Maftuhin yang merupakan dosen dari Universitas Islam Sunan Kalijaga. Dalam tulisan ini menjelaskan mengenai makna dari kata difabel, penyandang disalibitas, penyandang cacat. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data online dan menganalisanya dalam tiga aspek; tren penggunaan istilah; popularitas di dunia berita daring; dan penggunaan di dunia akademik.

Arti penyandang cacat sendiri adalah setiap orang yang memiliki kelainan fisik dan mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan selayaknya yang terdiri dari penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental, penyandang cacat fisik dan mental.16 Dalam tulisan beliau bahwa penyandang cacat sendiri memiliki makna dari sudut medis dan model sosial.

Sudut pandang medis melihat penyandang cacat adalah bersumber pada kecacatan

16Undang-undang No 4 Tahun 1997 mengenai Penyandang Cacat.

(26)

yang diakibatkan oleh suatu kerusakan fisik atau penyakit. Jadi, seperti dokter menangani pasienya sehingga perlu melakukan treatment dan rehabilitasi. Sedangkan model sosial melihat penyandang cacat merupakan sesuatu yang berbeda dengan masyarakat karena berbeda itu munculkan diskriminasi.

Istilah difabel dilihat dari akronim istilah differently abled yang artinya orang yang memiliki kemampuan berbeda. Istilah difabel bermakna bahwa orang penyandang cacat tidak dapat melakukan kegiatan dengan normal contohnya seperti berjalan yang mana orang normal biasanya berjalan menggunakan kakinya sedangkan orang difabel berjalan dengan dibantu kursi roda.

Penyandang disabilitas adalah orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan sensorik dalam jangka waktu yang lama dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainya berdasarkan persamaan hak.17 Arti penyandang disabilitas ini dibahas dalam artikel Laporan Komnas HAM tahun 2011. Dalam laporan tersebut ada beberapa alasan pemilihan penyandang cacat seperti mendeskripsikan fakta nyata, tidak mengandung unsur negatif, istilah ini belum digunakan pihak lain untuk mencegah kerancuan istilah, bukan istilah yang mengandung kekerasan bahasa atau mengandung unsur pemanis, menggambarkan kesamaan dan kesetaraan.

17 Undang-Undang No 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Pasal 1

(27)

F.

Landasan Teori

Masalah teori dan metodologi merupakan bagian pokok ilmu sejarah yang mulai diketengahkan ketika bertujuan menerangkan kejadian dengan mengkaji sebab-sebabnya, kondisi lingkungannya, konteks sosiolkulturnya, pendeknya, secara mendalam hendak diadakan analisis tentang faktor-faktor kausal, kondisional, kontekstual, serta unsur-unsur merupakan komponen dan eksponen dari proses sejarah yang dikaji.18

Dalam melakukan analisis penelitian memerlukan alat-alat yang dibutuhkan untuk memudahkan analisis itu. Alat-alat analisis itu harus memenuhi syarat sehingga dapat berfungsi secara operasional sehingga relevan dan cocok dengna objek yang dianalisis itu.

Langkah terpenting dalam membuat analisis sejarah dalam menyediakan suatu kerangka pemikiran atau kerangka referensi yang mencangkup berbagai konsep dan teori yang akan dipakai dalam membuat analisis.

Michael Foucault dengan konsep govermentality yang berintikan pendisiplinan, kontrol agar menciptakan kota yang normal.19 Arti dari kota yang normal ini yaitu kota yang rapi, mudah, dan simplikasi serta adanya kepatuhan. Dari

18 SartonoKartodirjo.Pendekatan ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah.

Jakarta :Gramedia Pustaka. 1992, hlm.2.

19 Graham Burchell, Collin Gordon, Peter Millier (edt). The Foucault Effect Studies in Govermentality. Amerika Serikat : University Of Chicago Press. 1991. hlm. 82.

(28)

maksud ini tubuh para disabilitas perlu ditata agar menciptkan arti “kota yang normal”.

Penampungan bagi disabilitas ibarat kerangkeng20penyucian agar para difabel bisa bersih dari penyakit atau aib yang mereka derita. Oleh karena itu disabilitas perlu keahlian khusus seperti menjahit, sol sepatu, pijat berijazah. Melalui keahlian tersebut para disabilitas dapat menyesuaikan dengan kehidupan normal. Dengan begitu penampungan bagi disabilitas merupakan wilayah penertiban, pendisiplinan dan penggondokan untuk orang disabilitas agar mereka mampu mengikuti kehidupan dengan standar kenormalan.

G. Metode Penelitian

Untuk merekonstruksi Sejarah Pusat Rehabilitasi Yakkum Tahun 1982 – 2004, menggunakan metode penelitian sejarah yang dibagi dalam empat tahap, pemilihan topik, pengumpulan sumber (Heuristik), kritik (ekstern dan intern) analisis dan sintesis (interpretasi), kemudian penulisan (historiografi).21

Sumber acuan peneliti dibedakan menjadi dua yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber yang berasal dari pelaku ataupun saksi dari sebuah kejadian peristiwa sedangkan sumber sekunder adalah merupakan

20Kerangkeng yang di maksud adalah penjara, sehingga dipisahkan dari masyarakat.ibid.,hlm 84.

21Lois Gottschalk, Mengerti Sejarah Pengantar Metode Sejarah, Jakarta: Universitas Indonesia. 1969. hlm. 32 -34.

(29)

fakta sejarah yang didapat melalui perantara atau bukan orang yang mengalami kejadian langsung.22Penelitian ini menggunakan heuristik sumber primer wawancara dengan kepala Pusat Rehabilitasi Yakkum, dokter, para pegawai Pusat Rehabilitasi Yakkum, arsip – arsip dari Pusat Rehabilitasi Yakkum, iklan dan pemberitaan di surat kabar, dan foto gedung maupun foto aktifitas yang ada di Pusat Rehabilitasi Yakkum.

Sumber sekunder diambil dari studi pustaka dari buku, artikel, skripsi, atau jurnal yang membahas tentang Pusat Rehabilitasi Yakkum. Lokasi penelitian dilakukan di Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, Pusat Rehabilitasi Yakkum, Perpustakaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Pusat Arsip Daerah Kota Yogyakarta.

H. Sistematika Penulisan

Pada bab 1 menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, dan metode penelitian. Pada bab 2 menjelaskan mengenai rehabilitasi penyandang cacat di Kabupaten Sleman. Bagian ini menjelaskan lahirnya Proyek Rehabilitasi Betesdha yang dimulai dari tahun 1976 sampai tahun 1991. Bab 3 akan menjelaskan peran Proyek rehabilitasi Betesdha terhadap penyadang cacat di Yogyakarta serta perubahan nama Proyek Rehabilitasi Betesdha menjadi Pusat Rehabilitasi Yakkum yang dimulai dari tahu 1991 sampai 2004. Bab 4 akan membahas mengenai profil dokter yang bekerja di Pusat Rehabilitasi Yakkum. Bab 5 merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

22 ibid., hlm.35 -37.

(30)

16

BAB II

COLLIN MCLENNAN DAN PUSAT REHABILITASI BETHESDA

A. Sejarah Yayasan Kesehatan Kristen Untuk Umum (Yakkum)

Berdirinya Yayasan Kesehatan Kristen Untuk Umum (Yakkum) merupakan sarana pelayanan kesehatan yang didirikan oleh Sinode Gereja-gereja Kristen Jawa (GKJ Jateng) pada tanggal 1 Februari 1950. Sarana pelayanan kesehatan ini melanjutkan dari yayasan rumah sakit Kristen di Jawa Tengah yang dirilis oleh Zending Gereja-Gereja Gereformeerde Belanda yang memulai misinya di Hindia Belanda pada tahun 1899.

Yakkum sendiri mulai berdiri pada tahun 1950 tetapi sebelumnya unit rumah sakit sudah melakukan tugas pelayanan kesehatan kepada pasien dan masyarakat oleh zending (Badan pekabaran injil dari Belanda). Seluruh pembiayaan layanan, termasuk tenaga dokter dan perawat disediakan dan dibiayai oleh badan tersebut. Rumah sakit tertua yang dimiliki badan tersebut adalah rumah RS Bethesda Yogyakarta yang dulu bernama RS Petronella.

Pada masa revolusi fisik, RS yang dikelola oleh badan ini diteruskan oleh Sinode Gereja Kristen Jawa (GKJ) dan Sinode Gereja Kristen Indonesia Wilayah Jawa Tengah (GKI Wilayah Jateng). Untuk kepentingan legalitas hukum kemudian kedua sinode ini membentuk Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum (Yakkum).

(31)

Pendirian legalitas Yakkum menggunakan jasa notaris Tan A Sioe di Semarang.1 Yakkum berdiri hari rabu, tanggal 1 Februari 1950 dengan modal awal sebesar Rp.1000.2 Pengesahan legalitas yayasan ini diatur dalam anggaran dasar yang mencantumkan 14 pasal.3 Dalam pembuatan akte pendirian ini disaksikan oleh Soenosmo Prawirohoesodo, Basoeki Probowinoto, The Tjiauw Bian, Tan Kiem Long.

Yakkum sebagai suatu organisasi memiliki tujuan yang tertera dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yakkum4

“Tujuan pendirian yayasan ini adalah menyatakan kasih Tuhan Yesus kepada orang yang menderita sakit, dengan jalan bekerja lapangan pengobatan dalam arti yang seluas-luasnya dengan menyelenggarakan rumah-rumah sakit, rumah sakit pembantu, balai-balai pengobatan, rumah-rumah untuk bersalin, balai-balai penerangan bagi bayi hamil, untuk segala orang dengan tiada membeda-bedakan bahasa dan agama.”

Untuk mencapai tujuannya Yakkum melakukan usaha pelayanan di bidang kesehatan umum dan bersifat menyeluruh, utuh, terpadu, dan berkesinambungan yang meliputi upaya pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan dan pendidikan.

Pada awal pembentukan yayasan dibentuklah pengurus harian. Pengurus harian berkewajiban mengurus pekerjaan umum sehari-hari dan bertanggung jawab

1 Tan A Sioe. Akte pembuatan organisasi Yakkum. Kantor Notaris Tan A Sioe.

Semarang.1950. hlm 1.

2Ibid.

3Ibid.

4Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yakkum Tahun 1997.hlm 3

(32)

penuh terhadap pengurus lainya lengkap dengan segala usahanya.5 Pengurus harian terdiri dari ketua, wakil ketua, sektretaris, dan bendahara. Pada awal berdirinya yayasan Yakkum jabatan ketua dipegang oleh Basoeki Probowinoto, wakil ketua dipegang oleh Soenoesmo Prawirohoesodo, sektretaris dipegang oleh Tan Kiem Liong, sedangkan bendahara dijabat oleh The Tjiauw Bian.6

Pada awal periodisasi kepengurusan Yayasan, memiliki tantangan internal yang dihadapi yaitu pemenuhan ketentuan Undang-Undang untuk legalitas kepemilikan rumah sakit dalam badan hukum Yayasan selain tantangan yang dihadapi adalah konsolidasi dengan rumah sakit.

Sejak awal berdirinya Kantor Yakkum di Solo dipimpin langsung oleh sekretaris pengurus. Jumlah staf dan karyawan pada waktu itu hanya 2 orang saja.

Bahkan Sekretaris Pengurus yang disebut Sekretaris Umum pernah dipimpin oleh direktur rumah sakit yaitu dr. Gunawan yang pada waktu itu menjabat direktur RS Panti Waluyo Solo. Setelah itu, Sekretaris Umum dijabat oleh tenaga purna waktu, yaitu dr. Soetidjap Ngarso dan dr. Adi Sucipto, SKM.

Perkembangan fungsi dan peran organisasi Yakkum mulai diperjelas pada tahun 1980 dimana sekretaris umum dibantu oleh biro-biro. Pekerjaan utama biro- biro ini adalah membantu secara administrasi tugas-tugas Sekretaris Umum. Biro-biro

5 Diatur dalam anggaran dasar pasal IV mengenai Pengurus. Op.cit.,hlm. 2

6 ibid .

(33)

tersebut meliputi biro umum, keuangan, perencanaan dan pengembangan, personalia, dan hukum dan harta milik.

Sekretaris Umum memiliki fungsi dan peran yang cukup dominan yaitu memimpin Yakkum keseharian atas nama pengurus, mengeksekusi kebijakan Yakkum, dan memimpin sekretariat. Pada awal berdirinya pada tahun 1950-1990 pengelolaan organisasi belum dilakukan dengan baik. Dalam anggaran dasar disebutkan bahwa Sekretaris Umum bertanggung jawab kepada pengurus, akan tetapi forum untuk pertanggung jawaban sangat terbatas. Semua komunikasi pada waktu itu masih dilakukan secara manual yaitu bertemu secara langsung (tatap muka atau rapat), surat, telepon, faksimili. Sementara domisili fungsionaris pengurus menyebar di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Memasuki tahun 2000-an penataan organisasi Yakkum terus dilakukan.

Dalam hal ini ada dua hal yang menonjol yaitu keterlibatan sinode gereja dalam pemilihan pengurus dan pemisahan fungsi dan peran dalam mengambil kebijkan dan pengeksekusi. Struktur organisasi pengurus disederhanakan menjadi ketua I, ketua II, Sekretaris I, Sektetaris II, Bendahara I, Bendahara II dan anggota-anggota. Penataan juga dilaksanakan terhadap struktur di Kantor Yakkum yang diorientasikan kepada layanan kepada unit, disamping administrasi yang sudah dilaksanakan sebelumnya.

Eksekusi kebijakan pengurus dipimpin oleh direktur Pelaksanaan di Kantor Yakkum.

(34)

A. Berdirinya Proyek Rehabilitasi Bethesda

Rehabilitasi bagi penyandang cacat fisik remaja di Yogyakarta hadir melalui Proyek Rehabilitasi Bethesda pada tanggal 16 November 1982 di Yogyakarta. Proyek Rehabilitasi Bethesda (PRB) merupakan proyek yang dibantu oleh Yakkum untuk membantu para penyandang cacat fisik khususnya anak-anak dan remaja. Pendirian lembaga ini pada waktu itu masih dibawah pengawasan Rumah Sakit Bethesda.

Pemrakarsa PRB adalah Collin F.A. Mclennan yang berasal dari Selandia Baru.

Pada awal berdirinya PRB terletak di jalan Kaliurang km 6.6, Gang Timor- Timur D05. Bangunan tersebut adalah rumah sederhana yang disewa PRB yang digunakan untuk banyak keperluan seperti, kantor, rumah pemimpin proyek, tempat tinggal jangka pendek untuk anak-anak yang berasal dari luar provinsi yang membutuhkan tindakan medis dan mengikuti kebutuhan ketrampilan kerja.

Foto 1. Penyandang Cacat di Proyek Rehabilitasi Bethesda

Sumber: Dokumen pribadi Endang (mantan pegawai Pusat Rehabilitasi Yakkum)

(35)

PRB sebagai salah satu tempat rehabilitasi penyandang cacat remaja memiliki tujuan yaitu membantu merehabilitasi anak penyandang cacat dalam berbagai cara untuk menjadikan mereka dapat bekerja mandiri dan berguna secara ekonomi bagi masyarakatnya. Sesuai dengan tujuanya PRB mengadakan berbagai kursus bagi penyandang cacat seperti menjahit, kerajinan kulit, membuat sepatu, membuat mainan anak, reparasi TV dan radio.

PRB selaku lembaga yang berfokus terhadap penyandang cacat fisik remaja membutuhkan pekerja lapangan (field worker) yang berfungsi untuk mendata anak- anak penyandang cacat fisik di Pulau Jawa dan Bali untuk direhabilitasi di PRB. Pada tahun 1982-1985 PRB memiliki dua field worker, Kedua field worker tersebut merupakan penyandang cacat fisik.

Untuk menjaring remaja penyandang cacat fisik para field worker tidak sembarangan dalam menjaring, butuh pendekatan khusus yang dilakukan. Seorang pekerja lapangan mengunjungi rumah penyandang cacat untuk memperoleh informasi latar belakang yang diperlukan serta membicarakan bersama keluarganya mengenai permintaan dan kebutuhannya. Sekembalinya dari kunjungan tersebut para staf membicarakan permintaan tersebut dan menentukan bantuan yang paling tepat.

Setelah mengetahui informasi penyandang cacat tersebut kemudian mengusahakan bantuan medis seperti bedah pembetulan, menyediakan alat-alat bantu, sekolah, kursus ketrampilan. Setiap bertugas para pekerja lapangan ini harus memberikan nasihat dan dorongan pada orangtua dan keluarga agar anaknya dapat dirawat.

(36)

Penyandang remaja yang dirawat berumur 8-20 tahun. Alasan PRB memilih penyandang remaja karena fase umur tersebut merupakan fase dimana seorang anak perlu melihat dan belajar akan dirinya sendiri serta lingkunganya. Untuk itu PRB memiliki program-program kursus dibidang pendidikan, latihan ketrampilan kerja, pengobatan, pemberian modal, konseling/ pemberian nasihat.

B. Colin Mc Lennan Pendiri Proyek Rehabilitasi Bethesda

Berdirinya Proyek Rahabilitasi Yakkum tidak lepas dari perjuangan Colin McLennan dalam memperhatikan penyandang cacat. Beliau merupakan warga negara Selandia Baru yang lahir pada tanggal 20 September 1934. Beliau lahir di kota Paraparaumu sekitar 50 km Selatan dari Wellington, ibukota Selandia Baru. Dalam kehidupanya ia berada di lingkungan gereja kristen dan kepanduan. Di lingkungan gereja beliau aktif menjadi anggota Persekutuan Gereja Presbyterian dan Methodist di Selandia Baru. Semasa remaja beliau tertarik kegiatan kepanduan di negaranya.7 Alasan ia mengikuti kegiatan kepanduan itu adalah kepanduan mengajarkan cara hidup mandiri dan menanamkan nilai kerjasama, serta tolong menolong.

7 Wawancara dengan Ibu Mundarsih.tanggal 31 Januari 2019 di Pusat Rehabilitasi Yakkum

(37)

Gambar 2. Collin McLennan (sebelah kiri)

Sumber: Dokumen pribadi Endang (mantan pegawai Pusat Rehabilitasi Yakkum)

Peristiwa pertama kali beliau bertemu dengan penyandang cacat ketika mendampingi kemah kepanduan di panti rehabilitasi penyandang cacat di Selandia Baru.8Pada acara tersebut ia mengajarkan anak-anak penyandang cacat bagaimana ia bertahan hidup di alam dengan keterbatasan fisik yang dimiliki. Pada acara kemah tersebut anak-anak penyandang cacat diajarkan untuk dapat mengatasi kekurangan yang dimiliki dengan cara yang berbeda. Salah satunya adalah dimana anak yang menggunakan kursi roda diajarkan untuk mengambil air di bawah perbukitan daerah Wellington, dengan cara membuat simpul tali yang dipasangkan ke ember. Ember tersebut kemudian diturunkan menggunakan tali sehingga anak-anak dapat mengambil air dengan menggunakan ember tersebut.

8 Wawancara dengan Bapak Sasongko pada bulan September 2018 di Gereja Sawo Kembar Yogyakarta.

(38)

Perhatian beliau terhadap penyandang cacat kemudian hadir ketika ia datang ke Indonesia tepatnya di Jakarta.9 Pada waktu beliau sedang berjalan ia melihat seorang anak penyandang cacat yang sedang meminta-minta. Melihat anak tersebut beliau heran kenapa seorang anak penyandang cacat tidak dirawat/ direhabilitasi seperti yang ada di negaranya. Kemudian ia mengajak anak tersebut ke rumah sakit terdekat untuk dibersihkan luka-lukanya.10Peristiwa inilah yang kemudian membuat semangat Colin McLennan untuk membuat rehabilitasi penyandang cacat remaja di Indonesia.

Pada waktu ia ingin mendirikan rehabilitasi penyandang cacat di Indonesia beliau mengalami kendala dalam hal perizinan. Perizinan sangat sulit dilakukan karena warga negara asing tidak boleh mendirikan usaha/lembaga sendiri harus dibawah yayasan milik pemerintah/swasta Indonesia. Kemudian ia menghubungi Gereja Presbyterian dan Methodist di Selandia Baru untuk meminta tolong bantuan.

Akhirnya Presbyterian dan Methodist memberikan jawaban bahwa jika ingin mendirikan rehabilitasi dapat bekerja sama dengan Yakkum.11

Pada akhir tahun 1980 beliau kembali ke Indonesia untuk bertemu dengan pimpinan Yakkum dengan tujuan bekerja sama untuk membangun rehabilitasi penyandang cacat remaja di Indonesia. Maksud baik beliau akhirnya ditanggapi baik

9 Ibid.

10 Ibid.

11Wawancara dengan bu Mundarsih..Loc.cit.

(39)

oleh pimpinan Yakkum pada waktu itu. Kemudian pada tahun 1982 berdirilah rehabilitasi penyandang cacat remaja di Yogyakarta dengan nama Proyek Rehabilitasi Bethesda.12 Bangunan awal yang digunakan PRB pada tahun 1982-1987 adalah rumah sewa. Rumah tersebut merupakan rumah milik salah satu pendeta yang mengajar di Universitas Kristen Duta Wacana. Kemudian pada tahun 1987 PRB kemudian berpindah ke desa Besi tepatnya di Jalan Kaliurang km 13,5.

Untuk mendirikan PRB dibutuhkan dana yang besar untuk itu Colin McLennan mencari donatur untuk mendirikan serta membiayai operasional PRB.

Akhirnya beliau berhasil menggaet donatur utama yaitu Presbyterian and Methodist di Selandia Baru. Donatur paling banyak adalah donatur berasal dari luar negeri seperti Bread for the World (Jerman), Danchurchaid (Denmark), Danish Scout and Guide Aid Agency (Denmark), I.C.C.O (Belanda), OXFAM (Amerika Serikat), Rehabilim Trust (New Zealand), Stichting Liliane Fonds (Belanda).13Para donatur ini terikat kontrak dengan PRB kurang lebih 10 tahun.14

Pada tahun 1982-1986 Colin McLennan menjabat sebagai project leader dimana ini bertanggung jawab akan jalannya PRB. Pada tahun 1987 beliau dimudahkan dengan adanya assisten project leader. Assisten project leader tersebut

12 Alasan rehabilitasi ini ditempatkan di Yogyakarta karena Yogyakarta basis kekuatan dari Yakkum karena disana terdapat Rumah Sakit Bethesda yang memiliki fasilitas dan alat kesehatan yang mewadahi.

13 Book Report Rehabilitasi Yakkum tahun 1982-1987. Yogyakarta: Proyek Rehabilitasi Yakkum.

14 Wawancara dengan Ibu Mundarsih. loc.cit

(40)

dijabat oleh Drs. Sasangka Rahardjo. Tugas assisten project leader adalah menemani beliau ketika mencari pasien atau mencari donatur selain itu bertugas sebagai wakil dari Colin McLennan bila beliau sedang keluar kota/negeri.

Selama beliau menjabat sebagai project leader dari tahun 1982-1993 ia menanamkan pada setiap pegawai untuk selalu disiplin dalam bekerja. Salah satunya ia terapkan pada bagian keuangan dimana pencacatan harus dilakukan secara sistematis dan benar.15 Beliau juga tidak segan untuk menegur karyawan yang tidak disiplin. Hal itu membuat semua orang yang bekerja di PRB merasa sangat tertantang dengan sistem yang dijalankan oleh Colin McLennan.

Pada tahun 1993 beliau sudah pensiun dari Pusat Rehabilitasi Yakkum karena pimpinan Yakkum menunjuk dr. Andu untuk menggantikan Colin McLennan.

Kemudian pada tahun 1990-1998 Colin McLennan mendirikan rehabilitasi penyandang cacat seperti Pusat Rehabilitasi Yakkum di negara Kamboja. Dengan semangat kerja yang tinggi hal itu berakibat buruk pada kondisi fisiknya. Pada tahun 1992 beliau sempat dirawat di Rumah Sakit Bethesda karena menderita serangan jantung ringan. Para karyawan PRY pun khawatir dengan kondisi yang dialami tetapi beliau tidak terlalu menanggapi penyakitnya dengan serius.16 Kemudian pada tanggal 28 Juni 2008 Colin McLennan menghembuskan napas terakhirnya dengan penyakit

15Wawancara dengan Ibu Endang. Pada bulan November 2018 di Pusat Rehabilitasi Yakkum.

16 Loc.cit. Mundarasih

(41)

jantung yang dimilikinya. Meninggalnya beliau membuat semua karyawan PRY merasa kehilangan sosok pendiri dan pemimpin.

C. Perkembangan Proyek Rehabilitasi Bethesda

1. Pembangunan Gedung Baru

Pada tahun 1982-1987 bangunan yang ditempati oleh Proyek Rehabilitasi Bethesda masih sangat sederhana. Sejak berdiri dari tahun 1982-1987 PRB telah menangani lebih dari 500 orang penyandang cacat remaja yang direhabilitasi.17Selain itu untuk memaksimalkan program dan kursus yang dilakukan PRB diperlukan ruangan yang luas. Untuk itu diperlukannya lahan yang luas untuk memaksimalkan program yang dijalankan PRB.

Pada tanggal 16 Juni tahun 1987 PRB memiliki Gedung Baru yang terletak di Desa Besi, jalan Kaliurang Km 13,5. Luas tanah PRB adalah 2500m2. Gedung baru ini diresmikan langsung oleh Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Sri Paduka Paku Alam VIII. Selain itu pembangunan gedung ini tidak lepas dari bantuan dana yang berasal dari EZE.18

17 Book report Proyek Rehabilitasi Betesdha. Yogyakarta:Proyek Rehabilitasi Betesdha.1987.

18Ibid.

(42)

Foto 3. Proyek Rehabilitasi Bethesda Tahun 1987

Sumber: Dokumen pribadi Endang

(43)

Foto 4.Prasasti Peresmian Gedung yang ditandatangani oleh Sri Paduka Paku Alam VIII

Sumber: Dokumen Pribadi Pusat Rehabilitasi Yakkum

Pada awal peresmian gedung baru lahan yang digunakan belum dibangun secara menyeluruh. Pembangunan pertama adalah pembangunan gedung serba guna, asrama laki-laki dan wanita, ruang kelas (1), ruang administrasi (1), ruang perawatan (1), bengkel.

Dengan dibangunnya gedung baru ini maka fasilitas dan program di PRB semakin berkembang. Penyandang cacat yang dirawat tidak perlu khawatir karena

(44)

fasilitas kesehatan sudah memadai sehingga tidak perlu dirujuk ke Rumah Sakit Bethesda. 19 Ruangan bengkel orthotic dan prosthetic semakin diperluas sehingga dapat memaksimalkan hasil protese yang dibuat.

Pembangunan gedung baru berdampak positif dalam menjalin hubungan kerjasama PRB dengan pemerintah Indonesia dan luar negeri. Kerjasama yang dilakukan PRB dengan pemerintah Indonesia adalah pembuatan sandal kulit hasil produksi dari PRB, pembuatan sandal ini akan dibantu oleh departemen tenaga kerja dan sosial Republik Indonesia. Pemerintah India dan Selandia Baru juga tertarik mengadakan kerjasama dengan pihak PRB. Pemerintah India mengundang dua orang staff PRB ke India untuk mengikuti kursus pembuatan dan penggunaan kaki karet.

Kursus yang ditempuh selama 2 bulan. Sedangkan kerjasama dengan Pemerintah Selandia Baru dibidang kesehatan dengan mendatangkan dokter fisioterapis dari Selandia Baru. Kedatangan dokter ini sangat membantu pelayanan kesehatan ortopedi penyandang cacat di RPB.

2. Program Pelayanan dan Kesehatan Proyek Rehabilitasi Yakkum

Proyek Rehabilitasi Bethesda memberikan pelayanan kepada anak-anak atau remaja yang menderita cacat badan dan mempunyai pendekatan non panti.

Pendekatan non panti ini dilakukan mulai tahun 1982-1987.20 PRB ini memberikan

19Hal ini terkecuali bila dilakukan operasi maka penyandang cacat tetap dirawat di Rumah Sakit Bethesda.

20 Wawancara dengan Ibu Mundarsih. Loc.cit

(45)

bimbingan dan sarana kepada orang tua, keluarga untuk menolong penyandang cacat memberikan perhatian yang layak serta memungkinkan anak atau remaja dapat hidup mandiri di kemudian hari tanpa harus ada rasa rendah diri. Pelayanan yang dilakukan oleh Proyek Rehabilitasi Yakkum pada tahun 1982-1987 meliputi, pendidikan, latihan ketrampilan berkala, pengobatan, pemberian modal, konseling/ pemberian nasihat.

Pada program dibidang pendidikan PRB mengirimkan anak-anak penyandang cacat untuk disekolahkan. Anak-anak yang dikirim tidak dikenai biaya karena semua biaya sekolah,buku-buku, pakaian seragam sekolah, biaya perjalanan semuanya ditanggung oleh PRB.21Pada tahun 1985 PRB membantu 26 anak cacat untuk belajar di sekolah dengan memenuhi biaya sekolah, seragam, buku-buku dll. Dalam hal ini tidak semua anak dimasukkan ke dalam sekolah biasa beberapa anak juga mendapatkan pendidikan di dalam PRB yang dilakukan oleh guru “part time”, selain itu beberapa anak juga dimasukkan ke dalam sekolah luar biasa.

Program latihan ketrampilan kerja merupakan salah satu program yang dilakukan oleh PRB. Ada dua jenis kursus yang diadakan oleh PRB pertama ketrampilan yang memampukan seseorang untuk bekerja ditengah masyarakat dengan mendirikan usaha sendiri seperti menjahit/memotong pakaian, reparasi sepeda motor, reparasi radio. Yang kedua adalah pengajaran kerajinan khusus seperti kerajinan kulit, membuat sandal, menjahit tusuk silang dan membuat mainan anak yang mengarah

21 Wawancara dengan Pak Jaimun pada bulan Maret 2018 di Pusat Rehabilitasi Yakkum.

(46)

untuk menolong kasus huna membuat barang-barang di rumah mereka sendiri yang kemudian dipasarkan oleh PRB. Program ini berfungsi sebagai melatih para penyandang cacat agar dapat berguna bagi lingkungan sekitar. Latihan ketrampilan/kursus yang diajarkan meliputi bengkel pembuatan protese, perbaikan radio, kerajianan kulit dan kain, dan menjahit. Para penyadang cacat yang mengikuti kursus diwajibkan untuk membayar setengah atau seluruh biaya kursus.

Program medis (pengobatan) dilakukan oleh PRB dengan mengirim penyandang cacat yang membutuhkan perawatan salah satunya amputasi. Para penyandang cacat yang dirawat dikirim ke rumah sakit betesda atau rumah sakit ortopedi di Solo. Biaya pengobatan ditangguhkan kepada pihak PRB dengan membayar separuh atau keseluruhnya. PRB sendiri juga memberikan peralatan ortopedi seperti kruk, kaki palsu, kursi roda untuk menunjang pengobatan.

Pada program pemberian modal masih berkaitan dengan latihan ketrampilan kerja dimana para penyadang yang telah selesai menyelasaikan kursus diberi modal dalam bentuk peralatan. Peralatan yang diberikan disesuaikan dengan kursus yang diikuti oleh peserta. Pemberian peralatan yang paling banyak diberikan pada tahun 1985 adalah peralatan jahit. Jumlah peserta yang selesai mengikuti kursus pada tahun tersebut sebanyak 34 orang.

Konseling/pemberian nasihat merupakan program baru yang dilakukan oleh PRB. Pada waktu tahun 1982-1985 pemberian konseling dilakukan oleh guru, filed worker, dan pemimpin proyek. Waktu itu belum adanya psikolog untuk menangani

(47)

masalah konseling. Guru adalah sosok langsung yang bertemu dengan murid langsung untuk itu guru lah yang mengerti keadaan murid. Pemberian nasihat masih berupa nasihat untuk memotivasi penyandang cacat dalam mengahadapi dunia luar setelah menyelesaikan perawatan/kursus di PRB.

(48)

33

BAB III

PERAN PUSAT REHABILITASI YAKKUM DI YOGYAKARTA

A. Pusat Rehabilitasi Yakkum 1991-2004

1. Dari Proyek Rehabilitasi Bethesda menjadi Pusat Rehabilitasi Yakkum

Pada tahun 1991 merupakan tahun penting bagi Proyek Rehabilitasi Bethesda karena terjadi empat keputusan penting yang diambil. Pertama, perubahan nama Proyek Rehabilitasi Betesdha menjadi Pusat Rehabilitasi Yakkum. Perubahan ini dilakukan karena atas pertimbangan dewan pengurus Yakkum yang mana PRB secara langsung di bawah pengawasan dari Yakkum pusat.1 Kedua, ditunjuknya dr. Andu Sofyan yang menjabat sebagai direktur oleh dewan pengurus Yakkum.2 Ketiga adalah didirikanlah Yakkum Craft sebagai lembaga profit yang didapatkan dari produksi dan pemasaran kerajinan. Keempat adalah penambahan fasilitas kesehatan dan program Pusat Rehabilitasi Yakkum.

1Pada tahun 1982-1990 Proyek Rehabilitasi Bethesda dibawah pengawasan dari Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

2 Alasan dr. Andu Sofyan ditunjuk sebagai direktur PRY karena sebelum beliau ditunjuk beliau bekerja bersama Collin Mclennan dan menjadi orang kepercayaan beliau.

Sehingga beliau mengerti benar cara mengelola PRY dengan mengikuti semangat kerja yang diajarkan oleh Collin Mclennan.

(49)

Proyek Rehabilitasi Bethesda mulai berganti nama menjadi Pusat Rehabilitasi Yakkum (PRY) pada tahun 1991. Perubahan tersebut dilakukan dengan alasan Proyek Rehabilitasi Betesdha yang awalnya merupakan proyek yang diawasi oleh rumah sakit Bethesda dirubah yang mana Yakkum mengawasi secara langsung sehingga nama Proyek diganti menjadi Pusat. Keputusan perubahan ini disetujui langsung oleh pimpinan pusat pada waktu itu yaitu Dr.

Guno Samekto. Pemerintah daerah juga meresmikan nama baru PRY melalui Bupati Sleman Bapak Drs. H. Arifin Ilyas pada tanggal 12 Januari 1991.3

Foto 5. Prasasti Peresmian Gedung ditandatangani oleh Bupati Sleman

Sumber: Pusat Rehabilitasi Yakkum

(50)

Perubahan nama yang terjadi juga merubah kepengurusan pada Pusat Rehabilitasi Yakkum. Pada tahun 1991 dewan pengurus Yakkum menunjuk dr.

Andu Sufyan menjadi Direktur, jabatan wakil direktur atau asisten pimpinan proyek adalah Drs. Sasangka Rahardjo. Selain direktur dan wakil direktur terdapat pula panita penasehat berjumlah 10 orang yaitu dr. R. Noegroho Hadi Poerwowidadgo (Ketua Penasihat), dr. Adi Sutjipto,SKM, dr. Guno Samekto, Pdt.

dr. S.H. Widyapranawa, Ibu Soegiyono, Pdt. Martha Inawati Tioso. S.Th, Pdt.

Jakub Santosa. M.Th, Drs Sugiyanto Wiryoputro (Sekretaris), dr. Fonali Lahagu, dr. Soetidjap Ngarso.4

Panitia penasihat bertugas memantau Pusat Rehabilitasi Yakkum seperti pelayanan, program, kesehatan, pendidikan, keuangan, keagamaan. Pada tahun 1994 panitia penasehat mulai dikurangi menjadi satu yang dijabat oleh Dr.

R.Noegroho Hadi Poerwowidagdo dengan dibantu Dr. Adi Sucipto sebagai ex officio. Mulai tahun 1999 jabatan ex officio dihilangkan dan dirubah menjadi Sekretaris Umum Yakkum. Posisi Sekretaris Umum Yakkum dijabat oleh Hadi Purnomo,SH.

Jabatan wakil direktur yang semula dijabat oleh Drs. Sasangka Rahardjo, mulai digantikan oleh Dra. Mundarsih pada tahun 1995.5 Alasan digantinya Drs.

Sasangka Rahardjo karena beliau sudah menjabat sebagai direktur Yayasan

4 Laporan Singkat Pusat Rehabilitasi Yakkum Tahun 1991. Yogyakarta. Pusat Rehabilitasi Yakkum. Tahun 1991. Hlm. 6.

5Book Report Pusat Rehabilitasi Yakkum tahun 1995.

(51)

Yakkum Craft. Pergantian ini merupakan keputusan dari panitia penasihat dan direktur Pusat Rehabilitasi Yakkum.

Pada tahun 1999 PRY menyeleksi seorang calon direktur untuk menggantikan dr. Andu Sufyan yang akan pensiun tahun 2000. Kemudian PRY menunjuk dr. Istianto Kuncoro untuk menggantikan dr. Andu Sufyan. Pada tanggal 1 September tahun 1999 dr. Istianto Kuncoro mulai menjalani masa percobaan kerja di PRY. Pada tahun 2000 dokter Istianto mulai ditunjuk menjadi direktur untuk menggantikan dr. Andu Sufyan. Jabatan wakil direktur masih dijabat oleh Dra. Mundarsih sampai tahun 2002.

2. Sejarah Yakkum Craft

Seiring dengan perubahan nama dan status dari Proyek Rehabilitasi Bethesda menjadi Pusat Rehabilitasi Yakkum maka didirikanlah Yayasan Yakkum Craft (YYC) pada tahun 1991. Yayasan Yakkum Craft dan Pusat Rehabilitasi Yakkum dipisah secara kelembagaan. YYC sendiri bertempat di dalam kompleks Pusat Rehabilitasi Yakkum.6 YYC dengan PRY memiliki perbedaan YYC lebih berfokus pada money oriented pada kegiatan produksi dan barang kerajinan sedangkan PRY berfokus pada rehabilitasi penyandang disabilitas.

Baik PRY maupun YYC tetap menggunakan fasilitas sama di Jalan Kaliurang 13.5, besi, Yogyakarta. Hal itu dilakukan atas dasar konsep awal didirikanya YYC yang merupakan sisi lain dari satu mata uang. Konsep tersebut

6 Mengenai perbedaan antara Yayasan Yakkum Craft dengan Pusat Rehabilitasi Yakkum tercantum dalam perjanjian mengenai batas-batas

(52)

tercemin dalam perancangan perluasan bangunan yang mulai dilakukan pada tahun 1991 dan selesai tahun 1992.

Pada tahun 1991 PRY dan YYC terpisah secara finansial meskipun kegiatan YYC masih berada dibawah manajemen PRY masuk pada tahun 1994 Dewan Pengurus Yakkum memutuskan YYC resmi memiliki manajemen sendiri.

Pada tahun 2001 direktur PRY dan direktur yayasan yakkum craft mengadakan perjanjian mengenai lahan yang dipakai oleh kedua lembaga ini. Terdapat 14 pasal dalam kesepakatan.

Yakkum Craft memiliki visi dan misi. Visi Yakkum Craft adalah pemberdayaan penyandang cacat sedangkan misi yaitu memberikan kesepakatan pekerjaan pada penyandang cacat agar mereka secara mandiri secra ekonomi dalam keluarga dan masyarakat. Tujuan Yakkum Craft didirikan adalah menghasilkan laba. Laba yang diperoleh dipergunakan untuk kegiatan Yakkum Craft dan kontribusi ke Pusat Rehabilitasi Yakkum.

Yakkum Craft memiliki pengrajin disabilitas yang semuanya pernah mengikuti kursus ketrampilan di Pusat Rehabilitasi Yakkum. Yakkum Craft menampung para lulusan tersebut untuk menyalurkan bakat yang telah mereka miliki. Rata-rata umur yang bekerja di Yakkum Craft adalah umur 20 tahun keatas. Para pengrajin di YYC ini diawasi oleh supervisor dan manajemen dari YYC dengan tujuan agar hasil kerajian tangan yang dibuat sesuai dengan yang diharapkan.

(53)

Kerajinan yang dibuat di YYC adalah kerajinan tangan yang terbuat dari bahan kulit, benang, kayu. Dari bahan tersebut menghasilkan barang berupa mainan kayu, sandal kulit, patung. Barang-barang yang dihasilkan tersebut kemudian di pasarkan dengan nama Rehab Craft.7 Kemudian barang-barang tersebut didistribusikan ke hotel yang berada di Jawa, Bali dan Lombok seperti Hotel Century (Yogyakarta), Grand Hyatt Bali dan Hotel Pantai Intan Laguna (Lombok). Dengan cara mempromosikan barang kerajinan ke hotel-hotel, YYC mendapatkan pesanan yang berasal dari luar negeri seperti Eropa, Asia, Australia dan Amerika. Pesanan yang dibuat disesuaikan dengan permintaan pelanggan yang ingin memesan kerajinan tangan dari YYC.

Yakkum Craft yang berdiri pada bulan September 1991 memerlukan sosok direktur untuk memimpin. Pada awalnya dibentuk direktur YYC merangkap menjadi direktur PRY yang dijabat oleh dr. Andu Sofyan. Posisi penasihat diisi oleh Colin McLennan, jabatan sekretaris Dra. Mundarsih, bendahara yaitu Ahmad Zaeni sedangkan yang menjabat menjadi manajer operasional adalah I Nengah Latra.

Sejak tahun 1991-1993 jabatan direktur YYC adalah dr. Andu Sofyan.

Pada tahun 1991 YC mendapatkan permintaan untuk pembuatan mainan kayu dan jigsaw puzzle dari Inggris.8 Mulai bulan September 1994 jabatan direktur YYC adalah Drs. Sasangka Rahardja. Penunjukan tersebut merupakan

7 Wawancara dengan Fonali Lahagu pada tanggal 11 Juli 2019 di Pusat Rehabilitasi Yakkum.

` 8Book report Pusat Rehabilitasi Yakkum tahun 1991.

(54)

pertimbangan dari PRY. Pengurus dan pegawai YYC sebagian besar adalah bekas pengurus dan karyawan yang bekerja di PRY sehingga penunjukan YYC sendiri pada waktu itu mengikuti pertimbangan dari PRY.

YYC memiliki kendala yang dihadapi yaitu kurangnya modal untuk membeli peralatan baru dan bahan utama untuk meningkatkan kapasitas produksi.

Banyak pesanan yang diperoleh dari dalam negeri dan luar negeri sehingga permintaan terhambat sehingga mempengaruhi tanggal pengiriman. Untuk itu pada tahun 1992 YYC membuka sumbangan kepada donatur dalam dan luar negeri untuk dapat menambah modal mereka.9

B.

Program dan pelayanan Pusat Rehabilitasi Yakkum

Pusat Rehabilitasi Yakkum adalah yayasan sosial Kristen non pemerintah dibawah naunagan Yayasan Kristen untuk Kesehatan Umum (Yakkum) yang berdiri sejak 1982. Tujuan dari PRY adalah membantu dalam usaha merehabilitasi anak dan remaja penyandang cacat dengan segala cara sehingga mereka mampu mandiri dan menjadi manusia yang berguna secara ekonomi, baik bagi keluarga maupun masyarakat.

Agar tujuan PRY dapat berjalan maka diperlukan pelayanan dan program baik agar sesuai dengan tujuan PRY. Program yang tersedia di PRY yaitu

9Rapat kerja Yayasan Yakkum tahun 1999-2004. Hlm 296.

(55)

pelayanan medis, Alat bantu, klinik, physiotherapi, sekolah, psikologi sosial kursus ketrampilan, pelatihan, bantuan modal usaha.10

1. Medis

Pada pelayanan dibidang medis penanganan yang dilakukan berupa pemeriksaan dokter dan operasi. PRY akan menanggung sebagain atau keseluruhan biaya yang dikeluarkan dan dilakukan di rumah sakit Yogyakarta maupun Surakarta. Pada tahun 1997-1999 biaya operasi berkisar Rp.2000-3000.

Operasi yang dilakukan adalah operasi biasa dan operasi bedah plastik.

Pelayanan medis lainya adalah pembuatan dan reparasi alat bantu gerak.

PRY sendiri memiliki unit kerja Prostetic dan Orthotic yang memiliki tugas untuk merawat dan melatih penyandang cacat menggunakan alat bantu seperti protese, penyangga kaki, kursiroda, sepatu orthopedi, stump sock, rubber tip, kafo dan general. Selain itu unit ini juga memberikan pemberian alat bantu dan reparasi alat bantu. Jumlah pegawai yang ada di unit ini berjumlah 14 orang.

Klinik merupakan salah satu pelayanan medis yang dijalankan oleh PRY.

Terdapat dua macam klinik yang beroperasi yaitu klinik umum dan klinik gigi.

Klinik umum di PRY hanya melayani penangan sebelum dan sesudah operasi dan penanganan yang bersifat darurat. Klinik umum PRY buka setiap hari selama dua jam perharinya dan dibantu oleh seorang dokter dan tiga orang perawat. Setiap hari menangani 25-30 pasien. Penggunaan obat-obatan di klinik kebanyakan adalah: antibiotik, anti inflamasi, analgesik dan betadine. Sedangkan klinik gigi

10Program yang ada di Yakkum ini adalah program dari tahun 1991-2004

(56)

buka selama seminggu dua kali setiap hari Rabu dan Jumat. Memberikan penanganan perawatan gigi dan gusi. Klinik gigi dibantu oleh seorang tenaga dokter gigi dan satu orang perawat.

Pelayanan kesehatan lainya adalah fisioterapi. PRY sendiri memiliki dua orang terapis pada tahun 1996-1999.11 Fisioterapis yang bekerja di PRY merupakan lulusan dari akademi fisiotherapi di Surakarta. Unit ini memberikan pelayanan konsultasi untuk menentukan tindakan selajutnya, memberikan pelayanan khususnya pengangan sebelum dan sesudah operasi. Untuk meningkat pelayanan di bidang fisiotherapi maka PRY membuat peraturan baru yang mana pendidikan terakhir fisotherapi harus D4. Pelayanan fisioterapis tidak hanya dilakukan dalam sentra saja, tetapi juga pelayanan kunjungan rumah untuk memonitor perkembangan para penyandnag cacat untuk melakukan latihan sendiri.

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam program yang dilakukan oleh PRY. Program pendidikan yang dilakukan PRY adalah memberikan kesempatan penyandang cacat untuk bersekolah di sekolah umum dan mengajarkan baca dan tulis pada pasien yang terlambat sekolah.12

11 Pada tahun 2003 fisioterapis yang bekerja hanya 1 orang dikarenakan pasien yang datang setiap harinya hanya 15 orang saja sehingga cukup ditangani cukup 1 orang sedangkan untuk 1 orang fisiotherapis dipindahkan ke bagian pekerja lapangan. Laporan Pertanggung Jawaban direktur Masa Bakti 2000-2004. Pusat Rehabilitasi Yakkum.Yogyakarta: Pusat Rehabilitasi Yakkum. 2000.hlm. 14.

12 Sebelum tahun 1995 banyak pasien yang berusia diatas 14 tahun yang buta huruf sehingga PRY memfokuskan pada pasien yang butu huruf namun pada tahun 2000

(57)

Pendidikan di PRY terbagi dua yaitu pendidikan di dalam dan diluar.

Pendidikan di dalam sentra biasa disebut sebagai sekolah di dalam sentra.

Pendidikan di dalam sentra dilaksanakan secara kelompok maupun individu yang disesuaikan dengan kemampuan anak dikarenakan sebagian besar anak belum pernah mengenal baca tulis dan hitung. Melihat hal tersebut maka pendidikan di dalam sentra dibagi menjadi 4 tingkat yang meliputi, kelompok pengenalan huruf dan angka, kelompok baca tulis awal dan program transfer, kelompok persiapan mengikuti kersus ketrampilan dan kelompok persiapan mengikuti ujian sekolah dasar. Keempat tingkatan ini disesuaikan dengan program pendidikan yang oleh PRY dibagi menjadi 2 jenis pendidikan yaitu formal dengan tujuan untuk mengembangakan aspek intelektual, dengan memberikan bekal ketrampilan dasar dan bimbingan konseling sedangkan informal dengan tujuan untuk mengembangkan kreatifitas, sosialiasi, kemandirian dan kepercayaan diri.

Pendidikan di luar sentra merupakan pendidikan yang dilakukan PRY dalam bentuk pengawasan dan pengembangan terhadap penyandang cacat yang sedang menempuh pendidikan di sekolah umum di DIY. Pada tahun 2001 ada 38 penyandang cacat yang mengikuti program ini.13 Dari 38 tersebut penyandang cacat Sekolah Dasar berjumlah 2 anak, Sekolah Menengah Pertama sebanyak 16 anak, Sekolah Menengah Atas 17 anak, serta perguruan tinggi ada 3 anak. Semua peserta yang mengikuti program ini semua biaya ditanggung oleh PRY seperti program ini digantikan dengan pendidikan yang berkaitan dengan dengan kehidupan anak di masyarakat. Ibid.,hlm.11.

13 Book Report 2001 Pusat Rehabilitasi Yakkum. Hlm.5

Gambar

Gambar 1. Penyandang Cacat di Proyek Rehabilitasi Bethesda……………20 Gambar 2. Gambar 2. Collin Mclennan…………………………………….23 Gambar 3
Foto 1. Penyandang Cacat di Proyek Rehabilitasi Bethesda
Gambar 2. Collin McLennan (sebelah kiri)
Foto 3. Proyek Rehabilitasi Bethesda Tahun 1987
+3

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang akan diselesaikan pada rancangan Pusat Rehabilitasi Bagi Pengguna Narkoba di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah rancangan Pusat Rehabilitasi Bagi

Menggunakan pendekatan psikologis penggunna pada tata ruang dalam dan tata ruang luar diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat mengenai pusat rehabilitasi narkoba

PUSAT PEMBERDAYAAN KAUM DIFABEL DI BANTUL (REDESAIN YAYASAN PENYANDANG CACAT MANDIRI).. DENGAN PENDEKATAN ERGONOMIC

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pendidikan dan pola asuh yang diterapkan bagi anak-anak penyandang cacat di Pusat Rehabilitasi Harapan Jaya di

Sebagaimana pokok masalah yang diangkat dalam penelitian ini tentang Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba pada Pusat Yayasan Rehabilitasi Narkoba Ar-Rahman

Sedangkan perbedaan antara kedua yayasan tersebut di antaranya adalah: (a) Yaketunis lebih banyak memberdayakan difabel netra saja sedangkan Yakkum memberdayakan beragam difabel;

Kesimpulan: Ada hubungan antara persepsi klien tentang kualitas pelayanan kesehatan dengan tingkat kepuasan pasien dalam pemenuhan kebutuhan dasar di Pusat Rehabilitasi

Berada di bawah naungan Kongregasi Bruderan FC Yogyakarta, rehabilitasi tersebut membutuhkan pengembangan terpadu demi memberi pencerahan dan cinta kasih kepada