11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan untuk mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis.
Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.
Penelitian Dita Clariesta Kristina Br Ginting dengan judul Analisis Kriminologi Terhadap Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika dan Pembinaan Terhadap Warga Binaan Disibolangit Centre Rehabilitation For Drug Addict tahun 2018. Hasil penelitian itu penyebutkan bahwa faktor penyebab penyalahgunaan narkotika dan pembinaan terhadap warga binaan di Centre Rehabilitation For Drug Addict antara lain :
Faktor-faktor dominan yang menjadi penyebab penyalahgunaan narkotika dan pembinaan terhadap warga binaan di Centre Rehabilitation For Drug Addict pada tahun 2018 adalah :
a. Penyalahgunaan narkotika dikarenakan lingkungan.
b. Penyalahgunaan narkotika dikarenakan pekerjaan.
c. Penyalahgunaan narkotika dikarenakan masalah keluarga.
12
d. Penyalahgunaan narkotika dikarenakan lingkungan kebanyakan dimulai dengan rasa penasaran sehingga ada rasa ingin mencoba sehingga membuat kecanduan terhadap jenis narkotika.
Penelitian Laurensia Enny Pantjalina, Muh. Syafar, Sudirman Natsir dengan judul Faktor Mempengaruhi Perilaku Pecandu Penyalahgunaan Napza pada Masa Pemulihan Di Rumah Sakit Jiwa Daerah ATMA Husada Mahakam Samarinda tahun 2012. Hasil penelitian itu menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pecandu penyalahgunaan napza antara lain :
Faktor Penyebab:
a. Dikarenakan lingkungan pergaulan yang negatif.
b. Dikarenakan permasalahan pada keluarga yang dihadapi sehingga mendorong mereka memiliki keinginan untuk mencoba.
Dampak yang dirasakan:
a. Sakit pada seluruh badan.
b. Stamina kurang fit.
c. Pola pikir yang tidak sehat.
d. Tidak memiliki tujuan hidup.
Penelitian Dwi Agustina, Firganefi, Tri Andrisman dengan judul Analisis
Terhadap Faktor-faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika Yang
Dilakukan oleh Wanita (Studi pada Lembaga Pemasyarakatan Wanita
Bandar Lampung) tahun 2013. Hasil penelitian itu menyebutkan bahwa
faktor-faktor penyebab wanita penyalahgunaan narkotika antara lain:
13
1. Faktor intrinsik meliputi faktor agama, faktor keluarga, faktor intelegensia. Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi faktor pergaulan/pengaruh lingkungan, faktor pendidikan dan faktor ekonomi. Faktor paling dominan adalah faktor keluarga.
2. Faktor yang menjadi penghambat dalam penanggulangan penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh wanita pada Lembaga Pemasyarakatan Wanita Bandar Lampung yaitu faktor hukum itu sendiri, faktor penegak hukum, faktor sarana dan prasarana, dan faktor lingkungan/ masyarakat.
Penelitian Wahyudi dengan judul Dampak Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang (Studi kasus SMA Negeri 6 Takalar) pada tahun 2018. Hasil penelitian itu menyebutkan bahwa beberapa faktor dan dampak penyalahgunaan obat-obatan terlarang pada siswa di SMA Negeri 6 Takalar antara lain :
1. Faktor Internal diantaranya: kurangnya kontrol diri yang kemudian didukung oleh, Faktor Eksternal diantaranya: Faktor sosial dan agama sebagai salah satu kontrol sosial, faktor ekonomi, faktor keluarga, dan faktor pendidikan.
2. Dampak Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang oleh siswa di
SMA Negeri 6 Takalar yaitu: Dampak positif diantaranya; tidak
ada sama sekali karena dalam jangka waktu yang lebih lama akan
berdampak burul bagi diri dan orang lain, Dampak Negatif
diantaranya; dampak terhadap kesehatan, dampak terhadap psikis,
dan dampak terhadap lingkungan sosial.
14
Penelitian Lia Khikmatul Maula, Ari Yuniastuti dengan judul Analisis FaktorYang Mempengaruhi Penyalahgunaan dan Adiksi Alkohol pada Remaja di Kabupaten Pati. UniversitasNegeri Semarang, Indonesia. pada tahun 2017. Hasil penelitian itu menyebutkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan dan adiksi alkohol antara lain:
- Rasa kurang percaya diri, rasa ingin tahu atau coba-coba, pelarian dari masalah, pengetahuan yang kurang, keluarga yang buruk, lingkungan yang buruk, signifikan meningkatkan adiksi
Tabel 2.1
Perbedaan penelitian terdahulu :
No. Nama Judul Hasil Perbedaan
1. Dita Clariesta Kristina Br Ginting (2008)
Analisis Kriminologi Terhadap Faktor Penyebab
Penyalahgunaan Narkotika dan Pembinaan
Terhadap Warga Binaan Disibolangit Centre
Rehabilitation For Drug Addict
Faktor-faktor dominan yang
menjadi penyebab
penyalahgunaan narkotika dan pembinaan terhadap warga binaan di Centre Rehabilitation For Drug Addict pada tahun 2018 adalah :
a. Penyalahgunaan
narkotika dikarenakan lingkungan.
b. Penyalahgunaan
Perbedaan dari peneliti ini dengan judul yang diangkat oleh peneliti yaitu penelitian ini berfokus pada penyebab dan pola pembinaan
residen pada
penyalahgunaan napz
sedangkan pada
penelitian saya berfokus
pada apa faktor yang
menyebabkan dan
15
narkotika dikarenakan pekerjaan.
c. Penyalahgunaan
narkotika dikarenakan masalah keluarga.
Penyalahgunaan narkotika dikarenakan lingkungan kebanyakan dimulai dengan rasa penasaran sehingga ada rasa ingin mencoba
sehingga membuat
kecanduan terhadap jenis narkotika.
bagaimana dampak dari penyalahgunaan napza.
2. Laurensia Enny Pantjalina, Muh.
Syafar, Sudirman Natsir.
(2012)
Faktor
Mempengaruhi Perilaku Pecandu Penyalahgunaan Napza pada Masa Pemulihan Di Rumah Sakit Jiwa Daerah ATMA Husada Mahakam Samarinda.
Faktor Penyebab:
c. Dikarenakan lingkungan pergaulan yang negatif.
d.Dikarenakan permasalahan pada keluarga yang dihadapi sehingga mendorong mereka memiliki keinginan untuk mencoba.
Dampak yang dirasakan:
Perbedaan dari peneliti
ini dengan judul yang
diangkat oleh peneliti
yaitu penelitian ini juga
berfokus pada peram
RSJ dan juga perbedaan
tempat penelitian
bertempat di RSJ
daerah Samarinda
sedangkan pada
16
e. Sakit pada seluruh badan.
f. Stamina kurang fit.
g.Pola pikir yang tidak sehat.
h.Tidak memiliki tujuan hidup.
penelitian saya berada di IPWL Bahrul Maghfiro Malang.
3. Dwi Agustina, Firganefi, Tri Andrisma n (2013)
Analisis Terhadap Faktor-faktor
Penyebab
Penyalahgunaan Narkotika Yang Dilakukan oleh Wanita.
Hasil penelitian itu menyebutkan bahwa faktor- faktor penyebab wanita penyalahgunaan narkotika antara lain:
1. Faktor intrinsik meliputi faktor agama, faktor
keluarga, faktor
intelegensia. Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi faktor pergaulan/pengaruh lingkungan, faktor pendidikan dan faktor ekonomi. Faktor paling dominan adalah faktor keluarga.
Faktor yang menjadi
Perbedaan dari peneliti ini dengan judul yang diangkat oleh penelitian saya yaitu subjek penelitian ini berfokus
pada wanita
penyalahgunaan napza
sedangkan pada
penelitian saya berfokus
pada laki-laki.
17
penghambat dalam
penanggulangan
penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh wanita
pada Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Bandar Lampung yaitu faktor hukum itu sendiri, faktor penegak hukum, faktor sarana dan prasarana, dan faktor lingkungan/
masyarakat.
4. Wahyudi (2018)
Dampak
Penyalahgunaan Obat-obatan
terlarang (Studi kasus SMA Negeri 6 Takalar)
1. Faktor Internal diantaranya:
kurangnya kontrol diri yang kemudian didukung oleh, Faktor Eksternal diantaranya:
Faktor sosial dan agama sebagai salah satu kontrol sosial, faktor ekonomi, faktor keluarga, dan
Perbedaan dari peneliti
ini dengan judul yang
diangkat oleh peneliti
yaitu tempat yang
diteliti penelitian ini
berbeda dengan
penelitian yang saya
buat. Penelitian di
bertempat di SMA
Negeri 6 Takalar
sedangkan pada
18
faktor pendidikan.
Dampak Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang oleh siswa di SMA Negeri 6 Takalar yaitu: Dampak positif diantaranya; tidak ada sama sekali karena dalam jangka waktu yang lebih lama akan berdampak burul bagi diri dan orang lain, Dampak Negatif diantaranya; dampak terhadap kesehatan, dampak terhadap psikis, dan dampak terhadap lingkungan sosial.
penelitian saya berada di IPWL Bahrul Maghfiro Malang.
5. Lia
Khikmatul Maula, Ari Yuniastuti (2017)
Analisis FaktorYang Mempengaruhi Penyalahgunaan dan Adiksi Alkohol pada
Remaja di
Kabupaten Pati.
UniversitasNegeri Semarang,
Hasil penelitian beberapa faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan dan Adiksi Alkohol pada remaja antara lain :
Rasa kurang percaya diri, rasa ingin tahu atau coba- coba, pelarian dari masalah,
Perbedaan dari peneliti
ini dengan judul yang
diangkat oleh peneliti
yaitu penelitian ini
menggunakan metode
penelitian kuantitatif
sedangkan penelitian
saya menggunakan
19
Indonesia. pengetahuan yang kurang, keluarga yang buruk, lingkungan yang buruk, signifikan meningkatkan adiksi (kecanduan) alkohol pada remaja dan faktor pendidikan rendah kurang signifikan meningkatkan adiksi pada alkohol pada remaja.
metode penelitian kualitatif.
B. Konsep Remaja
1). Pengertian Remaja
Masa Remaja disebut juga sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual (Kartono. 1995).
Masa Remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis. Masa remaja, yakni usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa.
(Widyastuti, Rahmawati, Purmaningrum,2009).
20
Menurut beberapa pernyataan di atas dapat ditarik bahwa dalam masa usia dari anak-anak ke remaja peralihan itu cenderung ingin mengenali hal-hal baru sehingga rasa ingin mencoba timbul dan pergaulan sangat mempengaruhi untuk mencoba hal baru seperti penggunaan narkotika.
2) Karakteristik Pada Masa Remaja
Menurut Hurlock (1990). Membagi fase remaja menjadi masa remaja awal dengan usia antara 13-17 tahun dan masa remaja akhir usia antara 17-18 tahun.
Masa remaja awal dan akhir menurut Hurlock memiliki karakteristik yang berbeda dikarenakan pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih dewasa.
Desmita (2011) masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik
penting yang meliputi pencapaian hubungan yang matang dengan teman sebaya,
dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang
dijunjung tinggi oleh masyarakat, menerima keadaan fisik dan mampu
menggunakannya secara efektif, mencapai kemandirian emosional dari orang tua
dan orang dewasa lainnya, memilih dan mempersiapkan karir di masa depan
sesuai dengan minat dan kemampuannya, dan mengembangkan sikap positif
terhadap keluarga dan memiliki anak, mengembangkan keterampilan intelektual
dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara dan mencapai tingkah
laku yang bertanggung jawab secara sosial dan memperoleh seperangkat nilai dan
sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
21
3) Kenakalan Remaja
Menurut Sumiati (2009), Kenakalan Remaja adalah suatu perilaku yang dilakukan oleh remaja dengan mengabaikan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dan norma-norma, hukum yang dilakukan oleh remaja. Perilaku ini dapat merugikan dirinya sendiri dan orang-orang sekitarnya.
Hurlock (1999), Menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat membuat seseorang atau remaja yang melakukannya masuk kedalam penjara.
4). Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja
Menurut Gunarso (2004), bentuk-bentuk kenakalan remaja dibagi menjadi dua yaitu :
a. Kenakalan bersifat amoral dan asosial yang tidak diatur dalam undang-undang, sehingga sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum.
b. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan hukum bila dilakukan pada orang dewasa.
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, Kenakalan remaja yang muncul
saat ini merupakan sosok yang beda dari kenakalan remaja pada umumnya yang
cenderung lebih variatif dan rentan dengan mudah melakukan suatu tindakan
serta berani melanggar norma-norma, hukum yang berlaku dan sangat
menghawatirkan bagi masyarakat. Kenakalan remaja saat ini sudah berbeda pada
umumnya sehingga menjerumus dalam bentuk tindakan kriminal sehingga sangat
meresahkan banyak masyarakat sehingga dapat memberikan ancaman
22
keselamatan masyarakat. Bentuk Kenakalan remaja saat ini seperti tindak pidana penyalahgunaan napza.
C. Napza ( Narkotika Alkohol Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya ) 1) Pengertian Napza
NAPZA adalah singkatan dari Narkotika Alkohol Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (BNN Surat ederan No. SE/03/IV/2002) dalam. Kalau dijabarkan satu prsatu maka narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semu sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
2) Penggolongan Napza
Menurut Partodiharjo (2008), Napza dibagi menjadi 3 jenis, yaitu narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Tiap jenis dibagi-bagi lagi ke dalam beberapa kelompok.
a) Narkotika.
Menurut Hari Sasangka (2003:35), Narkotika secara etimologis berasal dari bahasa Inggris narcose atau narcois yang berarti menidurkan dan pembiusan. Kata narkotika berasal dari Bahasa Yunani yaitu narke yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa.
Berdasarkan Undang-undang No.35 tahun 2009, jenis narkotika dibagi ke dalam 3 kelompok yaitu :
a. Golongan I yaitu : Narkotika yang paling berbahaya dan daya
adiktifnya sangat tinggi sehingga golongan narkotika jenis ini tidak
23
diperbolehkan untuk kepentingan apapun mengingat bahayanya, dikecuali untuk penelitian dan juga sebagai ilmu pengetahuan.
Contohnya : Opium, Ganja, Morfin, Kokain dan lain-lain.
b. Golongan II yaitu : Narkotika yang memiliki daya adiktif yang kuat, akan tetapi jenis golongan itu juga bermanfaat untuk penelitian dan juga pengobatan. Tetapi hanya medis yang diperbolehkan. Contohnya : Benzetidin, betametadol, dan lain-lain.
c. Golongan III yaitu : Narkotika yang memilik daya adiktif yang ringan, akan tetapi juga bermanfaat untuk penelitian dan pengobatan. Contohnya : Kodein dan lain-lain.
b) Psikotropika.
Menurut Hari Sasangka, (2003: 63) Psikotropika yaitu obat yang bekerja atau mempengaruhi fungsi psikis, pengalaman dan kelakukan.
Berdasarkan Undang-Undang No.5 Tahun 1997, Psikotropika ini dibedakan menjadi beberapa golongan sebagai berikut :
a. Golongan I yaitu : Psikotropika daya adiktif yang sangat kuat, dan juga belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan. Contohnya : Ektasi, LSD dan lain-lain.
b. Golongan II yaitu : Psikotropika daya adiktif kuat dan juga berguna untuk penelitian dan pengobatan. Contohnya : metakualon, metamfetamin dan lain-lain.
c. Golongan III yaitu : Psikotropika daya adiktif sedang dan juga
berguna untuk penelitian dan pengobatan. Contohnya :
Buprenorsina, lumibal dan lain-lain.
24
d. Golongan IV yaitu : Psikotropika daya adiktif ringan dan juga berguna untuk penelitian dan pengobatan. Contohnya : Diazepam, Nitrazepam dan lain-lain.
c) Bahan Adiktif .
Bahan adiktif merupakan zat atau bahan selain narkotika dan psikotropika yang dapat membuat orang ingin menggunakannya terus menerus. Contohnya : Rokok, minuman beralkohol dan lain-lain.
Berdasarkan beberapa penjelasan terkait napza diatas bisa disimpulkan bahwa Napza terdiri dari beberapa zat atau bahan yang dapat mempengaruhi penurunan, perubahan kesadaran fisik, mental dan juga psikis. Napza juga dapat memperburuk kondisi sosial seseorang itu sehingga dirinya merasa frustasi tersingkirkan dari lingkungan sosialnya dan memilih bergaul dengan orang-orang yang sama sepertinya.
D. Kajian Tentang Penyalahgunaan Napza 1). Pengertian Penyalahgunaan Napza
Penyalahgunaan narkotika merupakan jenis kejahatan yang
mempunyai atau berpotensi dampak sosial yang sangat luas dan kompleks,
lebih lebih ketika yang melakukan adalah anak-anak. Dampak sosial
penyalahgunaan narkotika yang dilakukan anak-anak itu bukan hanya
disebabkan oleh karena akibat yang ditimbulkan akan melahirkan
penderitaan dan kehancuran baik fisik maupun mental yang teramat
panjang, tetapi juga oleh karena kompleksitas di dalam
penanggulangannya terutama ketika pilihan jatuh pada penggunaan hukum
pidana sebagai sarananya.
25
Korban penyalahgunaan Napza merupakan pelaku penyalahguna dan menggunakan narkoba itu sendiri. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.22 tahun 1997, pengertian pecandu narkoba adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunaakan narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik fisik maupun psikis.
Sebagaimana yang diamanatkan dalam konsideran Undang-Undang Narkotika, bahwa ketersediaan narkotika jenis tertentu yang sangat dibutuhkan sebagai obat dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, namun disisi lain mengingat dampak yang dapat ditimbulkan dan tingkat bahaya yang ada apabila digunakan tanpa pengawasan dokter secara tepat dan ketat maa harus dilakukan tindak pencegahan dan pemberantasan terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.
Dadang Hawari menyatakan bahwa ancaman dan bahayan pemakaian narkotika secara terus menerus dan tidak terawasi dan jika tidak segera dilakukan pengobatan serta pencegahan akan menimbulkan efek keterantungan baik fisik maupun psikis yang sangat kuat terhadap pemakainya. Maka dari itu, secara sederhana dapat disebutkan bahwa penyalahgunaan narkotika adalah pola penggunaan narkotika yang patologik sehingga mengakibatkan hambatan dalam fungsi sosial.
Hambatan fungsi sosial dapat berupa kegagalan untuk memenuhi
tugasnya bagi keluarga atau teman-temannya akibat perilaku yang tidak
wajar dan ekspresi perasaan agresif yang tidak wajar, dapat pula membawa
26
akibat hukum karena kecelakaan lalu lintas akibat mabuk atau tindak kriminal demi mendapatkan uang untuk membeli narkotika.
Menurut Dadang Hawari (2004:147), penyalahgunaan narkoba adalah seorang yang mengalami gangguan kejiwaan, orang yang sakit, seorang pasien, yang memerlukan pertolongan, terapi bukannya hukum.
Adapun perbuatan penyalahgunaan narkoba dengan segala dampaknya itu (kriminalitas, amoral, antisosial) adalah merupakan perkembangan lanjut dari gangguan kejiwaannya.
Menurut penjelasan diatas bahwa orang penyalahgunaan napza merupakan orang yang memiliki kondisi psikis, fisik yang kurang baik sehingga orang tersebut menyalahgunakan napza dan kondisi atau keadaan sosial itu yang memaksa untuk melakukannya sehingga seseorang tesebut cenderung tertutup kepada lingkungannya.
2). Penggolongan Penyalahgunaan Napza
Menurut Dadang Hawari (2004:148) secara umum penyalahguna narkoba dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:
1) Ketergantungan Primer, ditandai dengan adanya kecemasan depresi, yang pada umumnya terdapat pada orang dengan kepribadian yang tidak stabil.
2) Ketergantungan Simtomatis, yaitu penyalagunaan narkoba sebagai
sala satu gejala dari tipe kepribadian yang mendasarinya, pada umumnya
terjadi pada orang dengan kepribadian psikopatik (antisosial), criminal,
dan pemakaian narkoba untuk kesenangan semata.
27
3) Ketergantungan Reaktif, yaitu (terutama) terdapat pada remaja karena dorongan ingin tau, pengaruh lingkungan dan tekanan teman kelompok sebaya (peer group preassure).
1). Menurut penjelasan diatas ada beberapa yang menyebabkan seseorang memiliki rasa ketergantungan kepada Napza seperti tekanan pada kondisi sosial, pergaulan yang bebas, pengaruh lingkungan yang buruk sehingga melakukan tindakan kriminal.
E. Konsep Kesejahteraan Sosial 1. Pengertian Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial adalah sebuah kondisi yang ditandai dengan terpenuhinya kebutuhan fisik, psikis, sosial, intelektual, spiritual dan kemampuan mengembangkan diri sehingga dapat menunjang pencapaian hidup yang berkualitas dan bermartabat sesuai dengan nilai-nilai dan norma dalam kehidupan kemasyarakatan (Sugeng pujileksono 2016:3).
Menurut Kolle (dalam Sugeng Pujileksono 2016:11) menyebutkan bahwa kesejahteraan dapat diukur dari beberapa aspek kehidupan, yaitu:
a. Dengan melihat kualitas hidup dari segi materi, seperti kualitas rumah, bahan pangan dan sebagainya.
b. Dengan melihat kualitas fisik seperti kesehatan tubuh, lingkungan alam dan sebagainya.
c. Dengan melihat dari segi mental, seperti fasilitas pendidikan, lingkungan budaya dan sebagainya.
d. Dengan melihat kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral,
etika, keserasian penyesuaian dan sebagainya.
28
2. Fungsi Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial memiliki tujuan untuk menghilangkan atau mengurangi tekanan, yang ditimbulkan dari segi ekonomi, sosial, budaya dan juga untuk menghindarkan konsekuensi-konsekuensi sosial yang negatif terhadap pembangunan serta untuk menciptakan kondisi yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat (Sugeng Pujileksono 2016:30). Berikut fungsi kesejahteraan dibagi menjadi empat yaitu :
a. Fungsi Penyembuhan (curative)
Fungsi ini memiliki tujuan untuk menyembuhkan permasalahan untuk menghilangkan kondisi-kondisi ketidakmampuan fisik, emosional dan sosial untuk mengembalikan disfungsi sosial didalam keluarga dan masyarakat.
b. Fungsi Pencegahan (preventive)
Fungsi ini bertujuan untuk mempererat keluarga, kelompok dan kesatuan masyarakat agar tidak timbul permasalahan- permasalahan yang baru.
c. Fungsi Pengembangan (development)
Untuk memberikan sumbangan langsung dalam proses pembangunan masyarakat dan sebagai suatu unsur pelaksanaan perubahan (change agent).
d. Fungsi Penunjang (supportive)
29
Fungsi Penunjang digunakan dalam membantu mencapai sektor lain seperti kebijakan pemerintah dan sebagainya.
F. Penyebab Penyalahgunaan Napza
Berdasarkan penelitian Dadang Hawari (Hawari,2004:149) bahwa faktor yang berperan terhadap penyalahgunaan Napza adalah :
1) Factor kepribadian (antisosial atau psikopatik) 2) Kondisi kejiwaan, kecemasan atau depresi
3) Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga, kesibukan orang tua, dan hubungan antar orang tua dan anak.
4) Kelompok teman sebaya
5) Narkoba itu sendiri, mudah diperoleh dan tersedia di pasaran baik resmi maupun tidak resmi (easy availability).
Faktor-faktor menurut beberapa ahli yang mempengaruhi seseorang menyalahgunakan napza dibedakan menjadi dua antara lain :
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor internal yang dapat mempengaruhi seseorang menyalahgunakan zat psikotropika antara lain faktor keluarga, ekonomi, dan kepribadian ( Handoyo, 2004:23 ) Jadi fungsi dari faktor itu sendiri mengungkapkan apa yang menjadi penyebab penyalahgunaan napza dari sudut keluarga, ekonomi dan kepribadian.
a) Keluarga
Jika hubungan seseorang dengan keluarga kurang harmonis
(broken home), maka seseorang akan lebih mudah merasa putus
asa dan frustasi. Akibat lebih jauh, orang itu akhirnya mencari
30
kompensasi di luar rumah dengan menjadi konsumen narkoba ( Handoyo, 2004:23 ).
b) Ekonomi
Untuk dapat memperoleh narkoba harus mengeluarkan banyak uang, karena harga yang cukup mahal. Seseorang yang secara ekonomi cukup mampu, tetapi kurang memperoleh perhatian yang cukup dari keluarga atau masuk dalam lingkungan pergaulan yang salah, akan lebih mudah terjerumus menjadi pengguna narkoba ( Handoyo 2004:23 )
c) Kepribadian
Kepribadian seseorang sangat berpengaruh terhadap tingkah
laku orang tersebut. Apabila kepribadian seseorang kurang baik,
labil dan mudah terpengaruh orang lain, maka akan lebih mudah
terjerumus ke dalam jurang narkoba. Beberapa hal yang dapat
menyeret orang yang kepribadiannya lemah ke dalam lembah
narkoba antara lain : adanya kepercayaan bahwa narkoba dapat
mengatasi semua persoalan, harapan dapat memperoleh
kenikmatan dari efek narkoba yang ada untuk menghilangkan rasa
sakit atau ketidaknyamanan yang dirasakan, rasa coba-coba ingin
tahu dan juga kemampuan untuk menolak ajakan negatif masih
rendah ( Handoyo, 2004: 23-24 )
31
2. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Faktor eksternal dapat kita lihat kondisi negara Indonesia saat ini yang dapat mempengaruhi seseorang menyalahgunakan napza antara lain faktor pergaulan, kurangnya pengertian dari tujuan pembuatan undang-undang narkotika.
a. Pergaulan
Jika seseorang bergaul sembarangan, artinya masuk ke dalam pergaulan anak-anak yang menjadi pengguna narkoba bisa berakibat fatal. Terlebih bagi seorang yang memiliki mental dan kepribadian yang cukup lemah akan lebih mudah terjerumus ( Handoyo, 2004:24 )
b. Orang lain
Adanya pengaruh dari orang lain dapat mempengaruhi
seseorang untuk menggunakan narkoba. Bentuk pengaruh obat lain
itu dapat bervariasi, mulai dari bujuk rayu, paksaan, rasa setia
kawan, sampai ke tipu daya. Akibat pengaruh adanya paksaan,
banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkoba karena
dipaksa oleh sekawanan atau seseorang yang mengancam akan
mencelakainya. Banyak pelajar atau mahasiswa mengawali
kebiasaan memakai narkoba dari keadaan terpaksa, terkadang
melalui proses diancam oleh sekawanan preman yang menghadang
di tengah jalan. Karena hal itulah tidak menutup kemungkinan yang
32
berasak dari keluarga harmonis juga terjerumus untuk pemakaian narkoba (Subagyo Partodiharjo, Hal 79)
c. Tujuan Undang-Undang Narkotika
Tujuan pengaturan narkotika dan psykotropika berdasarkan pasal 3, UU No 22/1997 dan pasal 3, UU No 5/1997 sebagai berikut :
a) Menjamin ketersediaan narkotika dan psikotropika untuk kepentingan pelayanan
b) Mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
c) Memberantas peredaran gelap narkotika dan psikotropika ( Handoyo, 2004: 9-10 )
Menurut beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang menyalahgunaan napza diatas bahwa faktor dari dalam sosial dan juga pengaruh dari luar sangat besar sehingga seseorang terdorong untuk melakukannya.
G. Dampak Penyalahgunaan Napza
Menurut Agus Dariyo (2002:33) dampak yang ditimbulkan dari penyalahgunaan Napza,yaitu:
1. Kepribadian adiksi (addiction personality)
Individu yang mengalami kepribadian adiksi ditandai dengan suka
menyembunyikan tindakan atau motif perilaku, berpura-pura, berbohong,
menipu, ingkar janji. Secara intelektual, individu akan mudah lupa, tidak
33
dapat berkonsentrasi, sehingga menimbulkan penurunan kapasitas berpikir dan penurunan kemampuan mengambil keputusan dalam hidupnya, memang memiliki masalah dengan obat-obatan dan alcohol, yakni baik fisik, mental, emosional, maupun spiritual.
2. Gangguan kesehatan tubuh
Gangguan kesehatan tubuh yang dialami penyalahguna narkoba yaitu: adiksi (ketergantungan), infeksi paru-paru, infeksi jantung, penularan penyakithepatitis C,B, dan AIDS atau HIV, Impotensi, kecacatan pada bayi, kematian karena overdosis, dan infeksi
Sedangkan gangguan yang dialami pecandu narkoba menurut Isep Zainal (2009:170) meliputi :
a) Kerusakan fisik dengan munculnya berbagai kelainan fisik hingga timbulnyua berbagai penyakit fisik dari yang ringan sampai yang berat dan menular
b) Kerusakan psikologis dengan munculnya berbagai gangguan jiwa hingga penyakit jiwa (neurotic-psikotik).
c) Kerusakan sosial dengan munculnya berbagai pattern of social behavior yang abnormal yang mengganggu dirinya, keluarganya dan lingkungan sosialnya.
d) Kerusakan spiritual dengan munculnya kehampaan dan krisis spiritual 3. Karakteristik Korban penyalagunaan Napza
Agus Dariyo (2002:3) menyebutkan bahwa para penyalaguna napza meliputi :
1. Meghindar, meingisolasi diri sendiri dan menolak tanggung jawab
34
2. Mengendalikan pihak lain, termasuk perilaku manipuilatif bahkan kekerasan.
3. Menyakiti diri, mulai dari melukai hingga usaha nunuh diri.
4. Mengorbankan pihak lain, dilakukan sebagai usaha memenuhi kebutuhan akan napza.
5. Menipu, ditujukan untuk terus mendapatkan narkoba menyelubungi perilaku ketergantungan.
6. Sulit beradaptasi dengan lingkungan, termanifestasi kedalam perilakuperilaku beresiko, misalnya kekacauan rumah tangga, melakukan aksi kekerasan terhadap anak sehingga menyisakan problem emosional berkepanjangan, kinerja yang buruk di sekolah maupun tempat kerja, melanggar aturan lalu lintas dan sebagainya
Berdasarkan penjelasan bisa disimpulkan dampak dari obat-obatan sangat
beragam dan bergantung pada beberapa faktor yaitu usia, jenis zat yang
digunakan, cara menggunakan dan juga lama dalam penggunaan. Dampak
obat-obatan beragam karena zat di dalam obat tersebut menggandung zat
yang berbeda-beda memiliki efek dan dampak dari masing-masing
terhadap bagian atau organ tubuh dan susunan syaraf kita dan
ketidaktahuan kita sebagai orang awan tentang bahaya napza adalah awal
pemakaian yang dapat merubah sifat pemakainya. Banyak penyalahgunaan
napza yang tidak tahu bahwa yang dikonsumsinya adalah zat atau bahan
yang sangat berbahaya. Pedagang, pengedar dan bandar narkotika
memiliki strategi pemasaran yang sangat bagus sehingga masyarakat
mudah masuk perangkap bandar-bandar ini.
35
H. Kerangka Teori
a. Teori Kesempatan
Teori kesempatan berangkat dari asumsi dasar, bahwa terdapat hubungan yang kuat antar lingkungan kehidupan remaja, struktur ekonomi dan pilihan perilaku yang diperbuat selanjutnya. Di dalam karyanya yang terkenal, Richard A Cloward dan Lloyd E.Ohlin, Delinquency and Opportunity, berpendapat bahwa munculnya sub-kultur delikuen dan bentuk-bentuk perilaku yang muncul dari itu, tergantung pada kesempatan, baik kesempatan patuh norma maupun kesempatan penyimpangan norma.
Apabila kelompok remaja (dengan status ekonomi dan lingkungannya itu) terblokir oleh kesempatan patuh norma dalam rangka mencapai sukses hidupnya, mereka akan mengalami frustasi (status frustation), tanggapan mereka dalam menangani frustasi statusnya, sangat tergantung pada terbukanya struktur kesempatan yang ada dihadapan mereka.
Secara singkat, Cloward & Ohlin memandang delikuensi wilayah perkotaan, merupakan fungsi dari perbedaan kesempatan kelompok remaja untuk memperoleh tujuan baik yang patuh norma maupun yang menyimpang. Bilamana kesempatan hukum patuh terblokir, kecenderungan munculnya perilaku delikuensipun besar.
Pada dasarnya, teori Differential Opportunity berorientasi dan
membahas penyimpangan di wilayah perkotaan. Penyimpangan tersebut
merupakan fungsi perbedaan kesempatan yang dimiliki anak-anak untuk
36
mencapai tujuan legal maupun ilegal. Untuk itu, Cloward dan Ohlin mengemukakan 3 tipe gang kenakalan Sub-culture, yaitu :
1. Criminal Sub-culture, bilamana masyarakat secara penuh berintegrasi, gang akan berlaku sebagai kelompok para remaja yang belajar dari orang dewasa. Aspek itu berkorelasi dengan organisasi kriminal. Kriminal sub- culture menekankan aktivitas yang menghasilkan keuntungan materi, uang atau harta benda dan berusaha menghindari penggunaan kekerasan.
2. Retreatist Sub-Culture, dimana remaja tidak memiliki struktur kesempatan dan lebih banyak melakukan perilaku menyimpang (mabuk-mabukan, penyalahgunaan narkotika dan lain sebagainya).
3. Conflict Sub-Culture, terdapat dalam suatu masyarakat yang tidak
terintegrasi, sehingga suatu organisasi menjadi lemah. Gang sub-culture
demikian ini cenderung memperlihatkan perilaku yang bebas. Ciri khas
gang ini seperti adanya kekerasan, perampasan harta benda dan perilaku
menyimpang lainnya.
37
Bagan 2.1
Kerangka teori
Teori Sub-culture - Kenakalan remaja - Perkembangan tipe geng
Teori Delinquen Sub-culture
Perilaku menyimpang dikalangan remaja karena ketidakpastian terhadap norma dan nilai kelompok kalangan kelas menengah yang mendominasi.
Teori Differential
Mempertajam teori anomie yang mengatakan adanya kesempatan yang tidak sah.
Status Frustasi Tipe gang :
1. Criminal Sub-culture 2.
Retreatist Sub-Culture 3. Conflict Sub-Culture
Perilaku Menyimpang :1. Anak laki-laki yang nakal.
2. Pecandu Narkoba.
3. Kekerasan kolektif.
4. Tekanan hidup.