• Tidak ada hasil yang ditemukan

IR PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IR PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga Berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Keluarga Berencana memiliki dua program, yaitu KEI (Komunikasi, Edukasi, dan Informasi) dan Pelayanan Kontrasepsi.

Menurut Sukardi (2018), komunikasi sebagai suatu proses penyampaian isi pesan dari seseorang kepada pihak lain untuk mendapatkan tanggapan, informasi sebagai data dan fakta untuk diketahui dan dimanfaatkan oleh siapa saja, sementara edukasi didefinisikan sebagai sesuatu kegiatan yang mendorong terjadinya perubahan (pengetahuan, sikap, dan perilaku) seseorang, kelompok dan masyarakat. Pelayanan kontrasepsi adalah pemberian atau pemasangan kontrasepsi maupun tindakan tindakan lain yang berkaitan dengan kontrasepsi kepada calon dan peserta keluarga berencana yang dilakukan dalam fasilitas pelayanan KB.

Berbagai macam pilihan alat kontrasepsi yang disediakan oleh pemerintah khususnya bagi wanita, antara lain: pil, suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim (IUD), implant, tisu KB, tubektomi (MOW), cream, jelly, dan foam. Pemilihan alat kontrasepsi bagi wanita harus menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, penghasilan keluarga, dan kerjasama pasangan.

(2)

Jenis metode kontrasepsi hormonal atau metode jangka pendek menurut Diyah Herowati dan Mugeni Sugihartoada (2019) ada tiga jenis yaitu injeksi (suntik), pil da implant atau susuk yang ditanam untuk periode tertentu. Setiap metode kontrasepsi sangat bermanfaat untuk membantu keluarga dalam mengatur jarak kelahiran dan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan atau membatasi jumlah anak sesuai yang diinginkan, namun disisi lain setiap metode kontrasepsi selalu ada efek samping yang harus diperhatikan setiap calon akseptor. Calon akseptor KB perlu berkonsultasi dengan petugas kesehatan terlebih dahulu, sebelum memutuskan jenis metode KB hormonal yang akan digunakan.

Alat kontrasepsi itu sendiri merupakan alat yang digunakan dengan tujuan untuk menghindari terjadinya konsepsi atau pembuahan yang mengakibatkan kehamilan. Alat kontrasepsi juga digunakan untuk mengatur kehamilan, merencanakan jarak kelahiran dan mencegah kehamilan yang tidak direncanakan.

Hal tersebut dilakukan dalam program pemerintah yang dilaksanakan mulai dari tahun 1970 yaitu keluarga berencana (KB) yang bertujuan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk dan menurunkan angka kelahiran di Indonesia.

Program KB menunjukan keberhasilannya dengan mampu menurukan laju pertumbuhan penduduk dan angka kelahiran total (total fertility rate (TFR)) di Indonesia. Hal ini ditunjukan dengan persentase laju pertumbuhan penduduk Indonesia berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada kurun waktu 2000-2010 yaitu 1,49 % dan menurun pada kurun waktu 2010-2017 menjadi 0,64%. Kabupaten Tuban termasuk berhasil dalam menurunkan TFR karena pada

(3)

kurun waktu 2000-2010 yaitu 2,96 dan menurun pada kurun waktu 2010-2018 menjadi 1,70 (BPS, 2018).

Di tahun 2018, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kabupaten Tuban merilis kecamatan di kabupaten setempat yang peserta KB-nya terbanyak. Hasilnya, Kecamatan Widang mendapat urutan pertama sedangkan Kecamatan Senori menjadi urutan yang terakhir. Di tahun 2020, pelaksanaan program Pelayanan Serentak Sejuta Akseptor Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten Tuban juga mendapat apresiasi dari perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jatim. Radar Jawa Pos (2020). Dimana program Pelayanan Serentak Sejuta Akseptor Keluarga Berencana adalah program untuk memperingati hari keluarga nasional setiap 29 Juni dan program ini hanya dilakukan pada tanggal 29 Juni tersebut.

Jumlah PUS di Indonesia sebanyak 7.929.796. serta jumlah peserta KB hormonal sebanyak 4.902.454. Cakupan peserta KB menurut jenis kontrasepsi hormonal di Indonesia yaitu, implant (692.137), suntik (3.046.942), pil (1.163.375). (BPS Jatim, 2019).

Metode statistik sangat penting dalam menyelesaikan permasalahan di berbagai bidang, salah satunya di bidang kesehatan. Statistik di bidang kesehatan merupakan data atau informasi yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang dapat digunakan untuk kepentingan administratif. Selain itu, dapat digunakan untuk membantu merencanakan program kesehatan, menentukan alternatif untuk memecahkan masalah kesehatan dan melakukan analisis mengenai berbagai masalah kesehatan dalam periode waktu tertentu. Salah satu statistika yang sering

(4)

digunakan dalam melakukan berbagai analisis masalah kesehatan adalah analisis regresi logistik.

Proses analisis yang sering dilakukan salah satunya adalah mencari model hubungan atau pengaruh antar variabel. Mencari model hubungan antar variabel disebut dengan analisis regresi. Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. Regresi memiliki bentuk yang bermacam-macam sesuai dengan tipe dan bentuk data yang digunakan dalam penelitian.

Regresi logistik multinomial merupakan salah satu bentuk analisis regresi yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen yang datanya berskala nominal/ordinal dan bersifat kategorik terhadap variabel dependen yang memiliki lebih dari dua respon yang datanya berskala nominal/ordinal dan bersifat kategorik. Penelitian yang dapat melakukan analisis dengan regresi logistik multinomial harus memiliki variabel dependen yang terdiri data bertipe ordinal atau nominal yang lebih dari dua dan bersifat kategori, contohnya adalah jenis alat kontrasepsi yang digunakan oleh pasangan usia subur (PUS).

Analisis regresi logistik multinomial berfungsi untuk mendapatkan faktor apa saja yang berpengaruh secara signifikan dalam penggunaan alat kontrasepsi.

Jenis-jenis alat kontrasepsi yang dipakai adalah pil, intra uterine devices (IUD), implant, suntik, medis operatif wanita (MOW), medis operatif pria (MOP), dan kondom.

(5)

Alat kontrasepsi itu sendiri merupakan alat yang digunakan dengan tujuan untuk menghindari terjadinya konsepsi atau pembuahan yang mengakibatkan kehamilan. Alat kontrasepsi juga digunakan untuk mengatur kehamilan, merencanakan jarak kelahiran dan mencegah kehamilan yang tidak direncanakan.

Hal tersebut dilakukan dalam program pemerintah yang dilaksanakan mulai dari tahun 1970 yaitu keluarga berencana (KB) yang bertujuan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk dan menurunkan angka kelahiran di Indonesia.

1.2 Identifikasi Masalah

Data tahun 2019 tentang pencapaian peserta KB aktif di Kecamatan Widang ada sebanyak 2.502 pasangan yang tidak mengikut KB. Dimana, jumlah tersebut sangat mengkhawatirkan untuk bisa menjadi momok meningkatnya jumlah kelahiran.

Dimana kasus tersebut sebagian besar disebabkan oleh ekonomi dan pendidikan. Faktor ekonomi masih menjadi masalah, karena sebagian besar pekerjaan masyarakat di desa adalah buruh tani. Untuk faktor pendidikan, dimana untuk golongan orang yang belum bisa menyadari akan pendidikan juga berpengaruh pada tingkat pendidikan yang ditempuh dan pengetahuan yang didapat.

Penggunaan alat kontrasepsi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Berdasarkan hasil penelitian Syukaisih (2015), faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi adalah pendidikan, umur dan pemberian informasi dari tenaga kesehatan. Penelitian sebelumnya terkait penggunaan alat kontrasepsi

(6)

pernah dilakukan oleh Fitrianingsih dan Melaniani (2016) dengan hasil penelitian didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi yaitu umur, pekerjaan, dan paritas.

Berdasarkan hasil dari penelitian yang sudah ada atau penelitian sebelumnya. Oleh karena itu didalam penelitian ini melihat akan mencari faktor faktor yang paling mendominasi untuk mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi hormonal. Diantaranya adalah faktor-faktor yang diteliti meliputi umur, jumlah anak (paritas), tingkat pendidikan, pemberian informasi dari tenaga kesehatan dan jenis pekerjaan.

Umur diduga berpengaruh kuat terhadap penggunaan alat kontrasepsi.

Perilaku seseorang termasuk dalam pemilihan alat kontrasepsi dipengaruhi oleh umur, peluang lebih kecil untuk menggunakan metode kontrasepsi dimiliki oleh wanita usia muda dibandingkan yang tua (Asti Dewi R.F, 2016). Pendidikan dapat berpengaruh terhadap penggunaan alat kontrasepsi, semakin tinggi pendidikan maka semakin luas wawasan mengenai pentingnya KB. Tingkat pendidikan yang tinggi akan memudahkan pengguna KB menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan tentang berbagai macam alat kontrasepsi (Asti Dewi R.F, 2016).

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi tentang hal-hal yang menunjang kesehatan misalnya informasi mengenai KB sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup (Astuti, 2008). Jenis pekerjaan juga diduga berpengaruh dalam penggunaan alat kontrasepsi. Wanita yang bekerja

(7)

cenderung lebih mengutamakan karirnya dibandingkan mengurus anak sehingga keinginan untuk memiliki anak yang cenderung lebih sedikit (Hanifah dkk, 2014).

1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah

Pada penelitian ini terbatas dengan kondisi lingkungan yang mana masih sangat tinggi angka COVID-19 di Kecamatan Widang Kabupaten Tuban.

Sedangkan, data tentang catatan PUS dan peserta KB tersebar di beberapa kader dan pihak PLKB harus merekap data yang peneliti perlukan sebelum diberikan kepada penelitit. Sehingga terhambat oleh waktu untuk mendapatkan data.

Berdasarkan kondisi lapang yang demikian, maka penulis merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik pada sampel yang memakai KB hormonal di Kecamatan Widang?

2. Apakah faktor pendidikan mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi hormonal?

3. Apakah faktor umur mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi hormonal?

4. Apakah faktor jumlah anak mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi hormonal?

5. Apakah faktor pekerjan mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi hormonal?

6. Apakah faktor informasi dari tenaaga kesehatan mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi hormonal?

(8)

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan khusus

1. Menganalisis karakteristik pada pengguna KB hormonal di Kecamatan Widang.

1.4.2 Tujuan Umum

1. Menganalisis pengaruh umur terhadap pemakaian alat kontrasepsi hormonal 2. Menganalisis pengaruh jumlah anak terhadap pemakaian alat kontrasepsi

hormonal

3. Menganalisis pengaruh pekerjan terhadap pemakaian alat kontrasepsi hormonal

4. Menganalisis pengaruh tingkat pendidikan terhadap pemakaian alat kontrasepsi hormonal

5. Menganalisis pengaruh keterpaparan informasi dari tenaga kesehatan terhadap pemakaian alat kontrasepsi hormonal

1.4.2 Manfaat Penelitian

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat di antaranya:

1. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Mampu memberikan tulisan atau referensi yang bermanfaat tentang regresi logistik multinomial.

2. Bagi Pembaca

Mampu menambah wacana ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan dapat dikembangkan ke tingkat yang lebih lanjut serta smemberikan gambaran

(9)

mengenai pemodelan pada faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi.

3. Bagi Kecamatan Widang

Hasil dari faktor faktor penggunaan alat kontrasepsi hormonal ini bisa dijadikan contoh untuk kecamatan yang lain agar pemilihan alat kontrasepsi menjadi lebih tepat dan disesuaikan dengan faktor yang mendukung.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian. Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat di kemudian hari bagi dunia akademis. Dan bagi peneliti berikutnya semoga dapat dijadikan bahan pertimbangan dan sumbangan ide akademis penelitian berikutnya sehingga kerangka penelitian ini dapat disempurnakan.

5. Bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti yakni untuk menyelesaikan tugas akhir perkuliahan.

Selain itu peneliti ingin menerapkan bidang keilmuan yang sudah diberikan oleh kampus dengan melakukan penelitian secara langsung di lapangan dengan mengetahui situasi kerja secara langsung.

(10)

Keaslian Peneltian

Tabel 1.1 Penelitian Sejenis

Pengarang Judul Desain Penelitian

Hasil Perbedaan

Waytherlis Apriani, Desi Fitriani, Sri Lukitanings ih

Hubungan Paritas dan Usia dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas D4 Ketahun

Cross sectional

Terdapat Ada hubungan antara paritas dengan penggunaan kontrasepsi hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas D4 Ketahun dengan kriteria sedang dan terdapat Ada hubungan yang antara usia dengan

penggunaan kontrasepsi hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas D4 Ketahun dengan kriteria sedang

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menganalisis usia dan paritas untuk mempengaru hi mana yang berhubungan terhadap kontrasepsi hormonal

(11)

Sri Winarni, Djoko Nugroho, Ika Rahayu

Hubungan Beberapa Karakteristik Wanita Pasangan Usia Subur (Pus) Peserta Kb Aktif dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Kelurahan Kramas Kecamatan Tembalang Triwulan I Tahun 2013

Cross sectional

ada hubungan pengetahuan tentang KB dan alat kontrasepsi wanita P (p=0.008).

Sedangkan faktor umur wanita PUS (p=1.000), tingkat pendidikan (p=1.000), pekerjaan (p=0.771), paritas(p=0.762) , dukungan suami(p=1.000) tidak

berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi suntik di Kelurahan Kramas.

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menganalisis beberapa karakteristik wanita (PUS) Dimana, karakteristik tersebut adalah umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, paritas, dukungan suami, pengetahuan tentang KB dan alat kontrasepsi dengan pemilihan alat

kontrasepsi suntik.

(12)

Syukaisih Faktor-faktor yang berhubungan

dengan pemilihan kontrasepsi di

Puskesmas Rambah

Samo Kabupaten Rokan Hulu

Cross sectional

Akseptor KB yang memilih MKJP sebanyak

56,2%

Faktor yang berhubungan

dengan pemilihan alat

kontrasepsi adalah pendidikan, pengetahuan,

pemberian informasi

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya

adalah Penelitian ini

meneliti faktor yang berhubungan

dengan pemilihan

alkon

Utami, Dita Dwi

Penerapan Regresi Logistik Multinomial

Terhadap Pemilihan

Alat Kontrasepsi pada Pus di Desa Telaga

Sari Kecamatan

Tanjung Morawa Tahun 2018

Cross sectional

Ada pengaruh yang signifikan

variabel umur responden (p- value < 0,0001)

dan tingkat pengetahuan (p-

value = 0,020) sedangkan variabel rencana

kehamilan, jumlah anak,

tingkat pendidikan dan

dukungan pasangan tidak

ada pengaruh yang signifikan (p-value > 0,05)

terhadap pemilihan alat

kontrasepsi.

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalahPenelit

ian ini meneliti faktor yang berhubungan

dengan pemilihan alkon dan

yang dijadikan

bahan penelitian adalah umur

responden, rencana kehamilan, jumlah anak,

tingkat pendidikan,

tingkat

(13)

dukungan pasangan.

Reva Dwi Yanty

Faktor Yang Mempengaru hi Pemilihan Jenis

Kontrasepsi Pada Wanita Usia Subur

Cross sectional

Yang

mempengaruhi pemilihan jenis alat kontrasepsi adalah pekerjaan dan pengalaman

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah Penelitian ini meneliti faktor yang mempengaru hi pemilihan alat

kontrasepsi pada

pasangan usia subur

Gambar

Tabel 1.1 Penelitian Sejenis

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian langsung yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa sistem penyampaian informasi masih dilakukan dengan cara offline yaitu pencarian informasi

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mempelajari keragaman dan korelasi antar karakter pada 20 genotipa pisang serta hubungan kekerabatan antar genotipa yang

Dan semakin menunjukkan bahwa dalam hal penangguhan upah, DiJjen Binawas KetenagakeJjaan lebih memihak kepada pengusaha, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya

Selain itu juga mempertimbangkan tujuh poin yang akan dimunculkan dalam bahan ajar yaitu: (a) Menghadirkan konteks yang familiaf bagi siswa, (b) Konsep dalam setiap

1) Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur Tengah (negara terjangkit) dalam waktu 14 hari sebelum sakit kecuali ditemukan etiologi/penyebab penyakit lain. 2)

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan pada pemerintah daerah setempat khususnya, supaya meningkatkan perhatian terhadap wanita yang tidak terpenuhi kebutuhan

Tetapi pada umumnya keadaan bidang refleksi tidak horizontal melainkan memiliki sudut kemiringan tertentu akan membentuk kemiringan sehingga pasangan titik tembak

Skenario Pengujian 1: dalam skenario ini akan dilakukan perhitungan nilai accuracy, precision, recall, dan f-measure dengan menggunakan jumlah fitur yang sesuai