SEJARAH
KURIKULUM SD
Roda-roda dalam “weker” kita belum semuanya berputa
Sistem pendidikan itu ibarat weker yang berfungsi dengan lancar dan efektif jika semua rodanya berputar untuk menggerakkan jarum jam. Salah satu kelemahan strategis yang selalu terulang dalam pembenahan sistem pendidikan Indonesia dan peningkatan mutu pendidikan adalah dibenahinya “roda-roda” tertentu tetapi dilalaikan perbaikan “roda-roda” yang lain. Kita membenahi “roda” kurikulum. “roda” pengadaan jumlah guru yang memadai, “roda” pembangunan gedung dan prasarana sekolah lainnya, serta “roda”
pengadaan alat peraga dan alat praktikum. Namun, kita melalaikan perbaikan “roda” pengembangan
kemampuan profesional guru, kepala sekolah, dan pengawas, “roda” pendanaan kebutuhan proses
belajarmengajar, “roda” kesejahteraan guru, “”roda” peningkatan mutu lembaga pendidikan guru.
SEJARA H KURIKU LU M S D
1
SEJARAH KURIKULUM SD
Menengok pendidikan pada zaman penjajahan Belanda yang berciri diskriminatif dan eksploitatif, membedakan-bedakan sistem persekolahan dan anak-anak sesuai dengan garis keturunan sesuai dengan strategi penjajah untuk melanggengkan kekuasaan di tanah jajahan melalui politik divide et impera. Pada masa pendudukan Jepang, walaupun singkat sistem persekolahan disederhanakan dan sistem sekolah dasar dijadikan satu dengan lama belajar 6 tahun. Di alam kemerdekaan, sistem pendidikan terus diperbaiki dan diperbaharui. Dari segi kurikulum telah dilakukan pergantian kurikulum dalam kurun waktu yang berbeda; ada yang panjang dan ada yang amat singkat.
Perubahan kurikulum tampaknya ditentukan oleh faktor perubahan politik (khususnya yang bersifat ideologis), faktor pembangunan dan ekonomi, faktor perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan dan kebutuhan masyarakat, faktor adaptasi dengan tuntutan baru, dan faktor perlunya menerapkan hasil-hasil pembaharuan atau inovasi.
Dari segi jumlah mata pelajaran secara sepintas tampak ada pengurangan jumlah mata pelajaran dari Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 2013 karena diterapkannya desain bidang studi atau broad fields of subject matters. Namun, jika dilihat dari keluasan dan kedalaman isi berbagai mata pelajaran tampaknya ada kecenderungan bertambahnya beban belajar bagi siswa.
Kurikulum 1975 menandainya melonjaknya beban belajar per mata pelajaran dibandingkan dengan isi Kurikulum 1947, 1964, dan 1968 yang relatif sesuai dengan kemampuan “pikul” siswa SD. Prinsip beban belajar yang tidak terlalu berat bagi siswa yang dipertahankan pada tiga kurikulum terdahulu ternyata “jebol” pada Kurikulum 1975. Salah satu faktor yang mungkin menjadi penyebab adalah kurangnya antisipasi dan perkiraan para pengembang kurikulum waktu menyusun pokok dan subpokok bahasan yang berciri judul atau topik tanpa rincian. Faktor penyebab lainnya adalah perasaan para pengembang seolah-olah “wajib” memasukkan materi yang telah ada pada buku-buku pelajaran yang telah terbit selama Repelita I dalam kurun waktu pelaksanaan Kurikulum 1968.
Sejarah perkembangan kurikulum memperlihatkan bahwa perubahan dan tuntutan zaman
mengakibatkan meningkatnya materi yang diajarkan kepada siswa. Walaupun telah ditempuh kiat
penerapan desain broad-fields, penerapan pendekatan tematik pada kelas I s.d. III, penekanan
kegiatan belajar dan kompetensi, materi pelajaran cenderung masih banyak, mengakibatkan
semakin padatnya materi. Walaupun materi tampak berkurang pada Kurikulum 2004 dan 2006
serta 2013, terlihat kecenderungan masih padatnya kompetensi yang harus dikembangkan dalam
diri siswa. Kecenderungan ini menuntut hal-hal yang melebihi kapasitas belajar siswa, dan
membebani siswa secara berlebihan. Masalah ini melanggar hak asasi anak untuk beristirahat,
bermain, berekreasi, dan berkarya seni budaya.
SEJARA H KURIKU LU M S D
2
Non multa sed multum.
(Yang lebih penting adalah mutu belajar, bukan banyaknya materi yang dipelajari.) Dalam mengembangkan kurikulum sebaiknya berani memangkas materi pelajaran dan kompetensi yang tak terlalu urgen dan relevan. Sepertinya dalam pengembangan kurikulum masih menganut pandangan, bahwa semakin banyak dan semakin sering anak belajar semakin cerdas anak. Pandangan ini bertolak belakang dengan hasil riset, terutama tes internasional, yang menandaskan bahwa semakin lama anak belajar ternyata anak tidak semakin cerdas. Prestasi anak dalam belajar ternyata tergantung dari ketepatan metode mengajar atau kegiatan belajar yang diterapkan. Seperti diketahui kompetensi siswa yang beranekaragam tak mungkin bertumbuh-kembang dalam diri siswa melalui pola mengajar satu arah yang didominasi ceramah, pengerjaan soal, dan tes tertulis. Kompetensi siswa yang beranekaragam hanya dapat dicapai melalui penerapan belajar aktif. Karenanya perlu dikembangkan belajar yang membuat Siswa Aktif.
Pada kenyataannya pendekatan belajar aktif yang dilakukan oleh guru selalu terkendala oleh masih dominannya penerapan bentuk tes tertulis, terutama pilihan ganda (multiple choice test) yang diterapkan dalam pelaksanaan Kurikulum 1975 dan sejak tengah 1980-an dalam EBTANAS dan diteruskan sampai dengan Ujian Nasional. Selama 40 tahun lebih kita berpilihan ganda ria tanpa menyadari bahwa faktor inilah yang memerosotkan mutu pendidikan kita. Guru- guru di seluruh dunia cenderung menganut prinsip kerja teaching to test (mengajar sesuai dengan tuntutan tes, tuntutan ujian nasional). Jika kita tidak menggunakan faktor penggertak (trigger factor) melalui penerapan alat penilaian praktik unjuk kerja dan alat penilaian karya (hasil kerja) siswa, misalnya English conversation, berpidato, memimpin lagu, percobaan / eksperimen IPA, penulisan karya ilmiah, problem-solving dalam matematika, dan portofolio dalam ujian nasional, upaya “raksasa” membina guru menerapkan belajar aktif sama seperti menggantang asap.
Usulan penghapusan ujian nasional oleh para penentang ujian nasional, akan membuat guru-
guru, terutama guru berstatus PNS akan “tidur”, dan mimpi kita meningkatkan mutu pendidikan
hanyalah tinggal mimpi untuk 50 tahun ke depan.
SEJARA H KURIKU LU M S D
3
Bila dilihat dari segi landasan hukum pengembangan kurikulum dapat disimpulkan seperti berikut.
• Landasan hukum perubahan kurikulum cenderung mengacu kepada Pancasila dan UUD 1945, kecuali pada Kurikulum 1964 yang amat dipengaruhi pandangan politik Nasakom dan Manipol Usdek pada masa itu. Namun, kemudian terjadi koreksi pada Kurikulum 1968 dan dimantapkan pada Kurikulum 1975 dan kurikulum-kurikulum selanjutnya.
• Kurikulum 1947 lahir melalui instruksi menteri, namun Kurikulum 1964 dan 1968 hanya melalui kata pengantar. Kurikulum 1975, 1984, dan 1994 lahir melalui keputusan menteri, namun Kurikulum 2004 lahir melalui kata pengantar. Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 lahir melalui keputusan menteri.
• Kurikulum 1984 dan 2004 lahir atas tuntutan baru dalam undang-undang pendidikan yang baru.
• Kurikulum 1994, 2004, 2006, dan 2013 mengacu juga kepada peraturan pemerintah, di samping mengacu pula kepada undang-undang.
• Dalam sejarah kurikulum tampaknya landasan hukum dari konstitusi s.d keputusan menteri cenderung semakin lengkap.
• Perubahan kurikulum merupakan keputusan politik karena kurikulum dipandang sebagai salah satu wahana strategis untuk merealisasi keputusan politik.
UNSUR KEGIATAN
BELAJAR
• KURIKULUM 1947, 1964, 1968, 1984 dan 1994
UNSUR TUJUAN
• KURIKULUM 1975, 2004, 2006, DAN 2013
PENDEKATAN PENGEMBANGAN
DAN UNSUR
KURIKULUM
SEJARA H KURIKU LU M S D
4
KRONOLOGI PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA.
Tahun Kurikulum
1947 Rencana Pelajaran Kurikulum pertama di Indonesia setelah kemerdekaan. Pada dasarnya masih ada kemiripan dengan kurikulum HIS. Istilah kurikulum masih belum digunakan. Sementara istilah yang digunakan adalah Rencana Pelajaran
1954 Rencana Pelajaran
1954 Masih sama dengan kurikulum sebelumnya, yaitu Rencana Pelajaran 1947 1964 Rencana Pendidikan
1964 Dasar pendidikan nasional: Pancasila & Manipol Usdek dan introduksi sistem Pancawardhana
1968 Kurikulum 1968 Kurikulum terintegrasi pertama di Indonesia. Beberapa mata pelajaran, seperti Sejarah, Ilmu Bumi, dan beberapa cabang ilmu sosial mengalami fusi menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial. Beberapa mata pelajaran, seperti Ilmu Hayat, Ilmu Alam, dan sebagainya mengalami fusi menjadi Ilmu Pengetahun Alam (IPA) atau yang terkadang disebut Sains.
1975 Kurikulum 1975 Kurikulum ini disusun dengan kolom-kolom yang sangat rinci.
1984 Kurikulum 1984 Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975 1994 Kurikulum 1994 Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1984 2004 Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK)
Kurikulum ini belum diterapkan di seluruh sekolah di Indonesia. Beberapa sekolah telah dijadikan uji coba dalam rangka proses pengembangan kurikulum ini.
2006 Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
KBK sering disebut sebagai jiwa KTSP, karena KTSP sesungguhnya mengadopsi KBK.
Kurikukulum ini dikembangkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan).
2013 Kurikulum 2013 Kurikulum ini merupakan penyempurnaan Kurikulum 2006 dengan penguatan pendidikan karakter dan literasi. Pelaksanaannya didahului di sekolah sasaran yang ditunjuk pemerintah
(Sumber: Rosita Oktaviani pada http://rositaoktavianirusma.blogdetik.com/2009/11/07/sejarah-
kurikulumindonesia/)
SEJARA H KURIKU LU M S D
5
Dengan menelaah berbagai aspek kurikulum, dapatlah disimpulkan tentang kronologi
perkembangan kurikulum di Indonesia, dalam hal ini kurikulum SD sebagai fokus bahasan, yaitu tentang pengembang dan ciri-ciri kurikulum.
PENGEMBANGAN/PENYUSUNAN KURIKULUM DI INDONESIA Tahun Kurikulum
1947 Rencana Pelajaran Panitia Penyelidik Pengajaran (Ketua Menteri Ki Hadjar Dewantara dan sekretaris Soeganda Poerbakawatja). Anggota: para ahli pendidikan, pejabat Kementerian PP dan K, guru berpengalaman, wakil perguruan swasta, PGRI, dan lembaga pemerintah lainnya. Jumlah 50 orang. Hampir semuanya tokoh pendidikan di Yogyakarta, kecuali beberapa tokoh dari Jakarta, a.l. Prof Sarwono dan Prof Soepomo. Dalam pelaksanaan tugas panitia ini terdiri dari 2 komisi, yaitu Komisi Penyelidik dan Komisi Pekerja yang anggotanya tumpah tindih, bisa pada kedua komisi.
1954 Rencana Pelajaran
1954 Tak disebut di sini karena belum ditemukan dokumen pendukung.
1964 Rencana Pendidikan
1964 Bagian Isi Pendidikan pada Direktorat Pendidikan Prasekolah, Sekolah Dasar, dan Sekolah Luar Biasa sebagai koordinator memanfaatkan lembaga-lembaga struktural Departemen Pendidikan Dasar dan Kebudayaan. Untuk mengintegrasikan semua bahan kurikulum yang disusun dibentuk satu kelompok kerja beranggota sekitar 30 orang yang anggotanya mewakili lembaga yang bersangkutan dan secara ex officio diketuai Kepala Bagian Isi Pendidikan. Turut dilibatkan pula Inspeksi Pendidikan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar dari provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, beberapa Kepala Inspeksi TK/SD kabupaten yang berpengalaman dalam pembaharuan pendidikan keterampilan di daerah percontohan kewajiban belajar (Pasuruan dan Tasikmalaya), Departemen Olahraga, Direktorat Pendidikan Kesenian, dan Departemen Agama.
1968 Kurikulum 1968 Direktorat Pendidikan Prasekolah, Sekolah Dasar, dan Sekolah Luar Biasa, dalam hal ini Dinas Pendidikan Sekolah Dasar. Untuk pengolahan menjadi draft terakhir dibentuk kelompok kerja yang sebagian besar anggotanya terdiri dari mantan anggota kelompok kerja penyusun Rencana Pendidikan 1964.
1975 Kurikulum 1975 Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan BP3K (Balitbang Dikbud) Depdikbud.
Dibentuk Tim Penyusunan Kurikulum (sekitar 50 orang) yang terdiri dari 3 komponen, yaitu Tim Pengarah, Tim Pengembang Bidang Studi, dan Tim Sanctioning.
1984 Kurikulum 1984 Pengembangan Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Balitbang Dikbud Depdikbud
1994 Kurikulum 1994 Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Balitbang Dikbud Depdikbud
2004 Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas
2006 Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang pada dasarnya sama dengan KBK 2004; hanya membuat perbaikan / perubahan seperlunya.
2013 Kurikulum 2013 Pengarahan oleh tim yang dibentuk menteri. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang Kemendikbud bertugas mengelola pengembangan kurikulum.