Wanprestasi &
Penyelesaian Sengketa di Bidang Kontrak
16 November 2021
Aida Maysriwigati Mustafa S.Pd.,S.H.,M.H.
Dosen Program Studi Hukum Bisnis
Email: aida.mustafa@podomorouniversity.ac.id; HP: 081227608300
Tidak Terpenuhinya Perjanjian 1. Kesalahan debitur
(Wanprestasi):
•
Alpa atau Lalai
•
Kesengajaan (Ingkar janji)
2. Keadaan memaksa
Wanprestasi
Pengertian Wanprestasi
WANPRESTASI adalah tidak melakukan apa yang diperjanjikan.
• Wanprestasi dapat berupa:
1. Tidak melakukan apa yang disanggupinya akan dilakukannya;
2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan;
3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat;
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
Dasar Hukum:
Ps 1238 KUHPerdata
“Si berutang adalah lalai , apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi
perikatannya sendiri jika ini menetapkan,
bahwa si berutang harus dianggap lalai
dengan lewatnya waktu yang ditentukan.”
Klausul Wanprestasi dalam Perjanjian
•
Ditentukan di dalam perjanjian kapan para pihak di dalam suatu perjanjian melakukan wanprestasi atau lalai memenuhi perjanjian.
•
Pelaksanaan prestasi harus lebih dahulu ditagih -> Somasi atau surat peringatan ->
untuk menunjukkan bahwa pihak telah lalai
atau melanggar perjanjian.
Contoh
Contoh:
“Pihak Kedua (debitur) dapat dinyatakan telah melakukan kelalaian atau kealpaan jika………”
atau
“Apabila Pihak Kedua (debitur) tidak menepati janjinya maka Pihak Kedua “Debitur” dapat dituntut ….”
“Pihak Kedua (Debitur) dapat dinyatakn telah melakukan
“kelalaian” apabila telah lewat jangka waktunya hingga
………. “
Akibat Hukum
1. Ganti rugi: membayar kerugian yang diderita oleh kreditur (Ps 1243 KUHPerdata)
2. Apabila perikatan timbal balik -> Kreditur dapat menuntut
Pemutusan/Pembatalan perjanjian melalui Hakim (Ps 1266 KUHPerdata);
3. Perikatan memberikan sesuatu -> Peralihan resiko kepada Debitur sejak wanprestasi
• Pasal 1237 “Dalam hal adanya perikatan untuk memberikan suatu kebendaan tertentu, kebendaan itu semenjak perikatan dilahirkan, adalah atas tanggungan si berpiutang. Jika si berutang lalai akan menyerahkannya, maka semenjak saat kelalaian, kebendaan adalah atas tanggungannya.”
4. Diwajibkan memenuhi perikatan jika masih dapat dilakukan atau pembatalan disertai ganti kerugian (Ps 1267 KUHPerdata)
5. Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di depan hakim dan dinyatakan bersalah.
Unsur-Unsur Kesalahan
•
Perbuatan yang dihindarkan harus dapat dihindarkan
•
Perbuatan tersebut dapat dipersalahkan kepada si pembuat, yaitu bahwa ia dapat menduga tentang akibatnya
•
Suatu akibat itu dapat diduga atau tidak:
–
Obyektif -> apabila menurut manusia normal akibat tsbt dapat diduga
–
Subyektif -> apabila akibat tersebut
menurut keahlian seseorang dapat diduga
Keadaan Memaksa
Keadaan tidak dipenuhinya
prestasi oleh debitur karena terjadi peristiwa yang tidak dapat
diketahui atau tidak dapat diduga akan terjadi ketika membuat
perikatan.
Unsur-Unsur Keadaan Memaksa
Tidak dipenuhi prestasi karena terjadi:
•
peristiwa yang membinasakan/
memusnahkan objek perikatan.
•
peristiwa yang menghalangi debitur untuk berprestasi.
•
Peristiwa yang tidak dapat diketahui
atau diduga akan terjadi pada waktu
membuat perikatan.
Tata Cara Menyatakan Debitur Wanprestasi
1.
Peringatan tertulis dari kreditur kepada debitur secara resmi
melalui Pengadilan Negeri. (Somasi)
2.
Peringatan kreditur kepada debitur
tidak melalui Pengadilan Negeri.
Pengertian Somasi
Teguran dari si kreditur kepada debitur agar dapat memenuhi
prestasi sesuai dengan isi
perjanjian yang telah disepakati
Ps 1238 & Ps 1243 KUHPerdata
Isi Somasi
1.
Teguran kreditur supaya debitur segera melaksanakan prestasi;
2.
Dasar teguran;
3.
Tanggal paling lambat untuk memenuhi prestasi (misalnya tanggal 9 Agustus
2016).
Somasi Tidak Diperlukan
•
Kreditur menolak pemenuhan
•
Debitur mengakui kelalaian
•
Pemenuhan prestasi tidak mungkin dilakukan
•
Pemenuhan prestasi tidak berarti lagi
•
Debitur telah melaksanakan prestasi
sebagaimana mestinya
Jenis Tuntutan Kreditur – Ps 1267
1.
Pemenuhan Perjanjian
2.
Pemenuhan Perjanjian disertai ganti rugi
3.
Ganti rugi saja
4.
Pembatalan perjanjian
5.
Pembatalan perjanjian disertai ganti
rugi
Jenis Pembelaan Debitur
1.
Keadaan Memaksa di Pasal 1244 dan Pasal 1245;
2.
Si Berpiutang sendiri juga telah lalai;
3.
Kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi
•
Ex: mengetahui bahwa barang yang dibeli
sudah cacat dan tetap membeli barang
tersebut.
Jenis Kerugian
• Materiil
• Imateriil
Ganti Rugi - Ps 1243 KUHPerdata
“Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai
diwajibkan, apabila si berutang, setelah
dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan
atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah
dilampaukannya.”
Ganti Rugi
Biaya
• segala pengeluaran yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh salah satu pihak
Rugi
• kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan kreditur yang diakibatkan oleh kelalaian si debitur
Bunga
• Kerugian yang berupa kehilangan
keuntungan yang sudah dibayangkan atau dihitung oleh kreditur
Jenis Bunga Lain
• Bunga yang disepakati para pihak (Ps 1767 KUHPerdata)
• “Ada bunga menurut undang- undang dan ada yang ditetapkan di dalam perjanjian. Bunga menurut UU ditetapkan di dalam UU. Bunga yang diperjanjikan dalam perjanjian boleh melampaui bunga menurut undang-undang dalam segala hal yang tidak dilarang oleh undang-undang. Besarnya bunga yang
diperjanjikan dalam perjanjian harus ditetapkan secara tertulis.”
Konventional
• Semua bunga, diluar bunga yang diperjanjikan
• harus ada kerugian riil atau dianggap ada
Kompensatoir
• Bunga yang terhutang karena Debitur terlambat memenuhi kewajiban membayar sejumlah uang
• tidak perlu dibuktikan adanya kerugian oleh Kreditur
Moratoir
Syarat Ganti Rugi
•
Kerugian yang dapat diduga atau sepatutnya diduga pada saat waktu perikatan dibuat
•
Kerugian yang merupakan akibat
langsung wanprestasi (mempunyai
hubungan kausal)
Pembatasan Kerugian di KUHPerdata
Ps 1246
• “Biaya, rugi dan bunga yang oleh si berpiutang boleh dituntut akan penggantiannya, terdirilah pada umumnya atas rugi yang telah dideritanya dan untung yang sedianya harus dapat dinikmatinya, dengan tak mengurangi pengecualian- pengecualian serta
perubahan-perubahan yang akan disebut di bawah ini.
Ps 1247
• “Si beruntang hanya diwajibkan mengganti biaya, rugi dan bunga yang nyata telah, atau sedianya harus dapat diduganya sewaktu perikatan dilahirkan, kecuali jika hal tidak dipenuhinya perikatan itu disebabkan sesuatu tipu-daya yang dilakukan olehnya.
Ps 1248
• “Bahkan jika hal tidak dipenuhinya perikatan itu disebabkan tipu-daya si berutang, penggantian biaya, rugi dan bunga sekedar mengenai kerugian yang dideritanya oleh si berpiutang dan keuntungan yang terhilang baginya, hanyalah terdiri atas apa yang merupakan akibat langsung dari tak terpenuhinya perikatan.
Ps 1249
• “Jika dalam suatu perikatan ditentukannya bahwa si yang lalai memenuhinya, sebagai ganti-rugi harus membayar suatu jumlah uang tertentu, maka kepada pihak yang lain tak boleh diberikan suatu jumlah yang lebih maupun yang kurang daripada jumlah itu.”
Ps 1250
• “Dalam tiap-tiap perikatan yang semata-mata berhubungan dengan pembayaran sejumlah uang, penggantian biaya, rugi dan bunga sekadar disebabkan terlambatnya pelaksanaan, hanya terdiri atas bunga yang ditentukan oleh undang- undang, dengan tidak mengurangi peraturan-peraturan undang-undang khusus.
• Penggantian biaya, rugi dan bunga tersebut wajib dibayar, dengan tidak usah dibuktikannya sesuatu kerugian oleh si berpiutang.
• Penggantian biaya, rugi dan bunga itu hanya harus dibayar terhitung mulai dari ia diminta di muka Pengadilan, kecuali dalam hal-hal dimana undang-undang menetapkan ia berlaku demi hukum.
Pembatalan Perjanjian
•
Bertujuan membawa kedua belah pihak kembali pada keadaan sebelum perjanjian diadakan -> Perjanjian Ditiadakan
•
Kalau suatu pihak sudah menerima sesuatu dari pihak yang lain, baik uang maupun
barang, maka itu harus dikembalikan.
Syarat Batal
Ps 1266 KUHPerdata -> Pembatalan perjanjian karena kelalaian debitur -> perikatan bersyarat:
“Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan-persetujuan yang bertimbal balik jika salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya.
Dalam hal yang demikian, persetujuan tidak batal demi hukum tetapi pembatalan harus dimintakan kepada Hakim.”
Syarat Batal Tidak dinyataan dalam Perjanjian Jika syarat batal tidak dinyatakan dalam
persetujuan, maka Hakim atas suatu keadaan atau atas permintaan tergugat dapat
memberikan jangka waktu, namun tidak boleh lebih dari satu bulan.
DISCRETIONAIR adalah kekuasaan dari Hakim untuk menilai besar kecilnya kelalaian debitur dibandingkan dengan beratnya akibat pembatalan perjanjian yang mungkin menimpa si debitur.
Keadaan Semula
• Perjanjian dibatalkan -> Kembali kedalam keadaan sebelum
perjanjian diadakan
• Berlaku Surut -> jika hal itu
mungkin dilaksanakan
Peralihan Resiko
Kewajiban untuk memikul kerugian jika terjadi suatu peristiwa diluar kesalahan salah satu pihak yang menimpa barang yang menjadi obyek perjanjian.
• Pasal 1237 KUHPerdata: perikatan untuk memberikan sesuatu kebendaan tertentu,
– kebendaan tertentu semenjak perikatan dilahirkan, adalah atas tanggungan siberpiutang.
– Jika siberpiutang lalai menyerahkannya, maka semenjak saat kelalaian, kebendaan adalah atas tanggungannya.
• Pasal 1460 KUHPerdata :
– Jika kebendaan yang dijual itu berupa suatu barang yang sudah ditentukan, maka barang ini sejak saat pembelian adalah atas tanggungan sipembeli, meskipun penyerahannya belum dilakukan, dan sipenjual berhak menuntut harganya.
Biaya Perkara
Pembayaran ongkos biaya perkara ->
pihak yang dikalahkan diwajibkan
membayar biaya perkara.
Penyelesaian Sengketa
Alternatif Penyelesaian Sengketa
•
Di Luar Pengadilan
– Konsultasi;
– Negosiasi;
– Mediasi;
– Konsiliasi atau Penilaian Ahli;
– ARBITRASE
•
Pengadilan
APS Mengesampingkan Litigasi
‘Sengketa atau beda pendapat perdata
dapat diselesaikan oleh para pihak melalui alternatif penyelesaian sengketa yang
didasarkan pada itikad baik dengan
mengesampingkan penyelesaian secara
litigasi di Pengadilan Negeri’ (Pasal 6 ayat
(1) UU No. 30/1999)
Konsultasi
‘Penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui alternatif penyelesaian sengketa sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diselesaikan dalam
pertemuan langsung oleh para pihak dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari dan hasilnya
dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis’ (Pasal 6 ayat (2) UU No. 30/1999).
n Pertemuan langsung;
n Waktu 14 hari;
n Dituangkan dalam kesepakatan tertulis.
Negosiasi
• Setiap orang mempergunakan negosiasi dalam aktivitas sehari-hari;
– Tawar menawar untuk mencapai kesepakatan bisnis;
– Negosiasi seorang advokat dengan calon kliennya;
– Negosiasi dua orang advokat mewakili kepentingan kliennya masing-masing;
– Dll.
• Negosiasi merupakan cara yang paling dasar untuk mendapatkan apa yang diinginkan dari orang lain;
• Negosiasi adalah jalan penyelesaian sengketa yang paling sederhana dan berbiaya murah.
Kesepakatan dalam Negosiasi
Buat kesepakatan tertulis (Pasal 6 ayat (7) UU No. 30/1999).
Kesepakatan adalah final dan mengikat (final and binding) para pihak untuk dilaksanakan dengan itikad baik serta wajib didaftarkan di Pengadilan
Negeri dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak penandatanganan
Mediasi
• Mediation = mediasi
• ‘suatu proses penyelesaian sengketa antara dua pihak atau lebih melalui perundingan atau cara mufakat
dengan bantuan pihak netral yang tidak memliki
kewenangan memutus’ (Takdir Rahmadi, 2010, p. 12).
– Cara menyelesaikan sengketa;
– Dua pihak atau lebih;
– Melalui perundingan;
– Dengan pendekatan mufakat atau konsensus;
– Melalui bantuan pihak lain yang tidak memihak (mediator);
– Mediator tidak punya kewenangan memutus.
Kekuatan Hukum Mediasi
Pasal 6 Ayat (7) dan (8) UU No. 30/1999
• ‘Kesepakatan penyelesaian sengketa atau beda pendapat secara tertulis adalah final dan mengikat para pihak untuk dilaksanakan dengan itikad baik serta wajib didaftarkan di Pengadilan Negeri dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak penandatanganan’.
• ‘Kesepakatan penyelesaian sengketa atau beda pendapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) wajib selesai
dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 ( tiga puluh) hari sejak pendaftaran’.
Konsiliasi (Penilaian Ahli)
•
Pengertian
“Upaya penyelesaian sengketa dengan cara melibatkan pihak ketiga yang memiliki
kewenangan untuk memaksa para pihak untuk mematuhi dan menjalankan hal yang diputuskan oleh pihak ketiga tersebut” (Jimmy Joses
Sembiring, hal. 46, 2011).
Konsiliasi dalam UU
• Pasal 1 Angka 10 UU No. 30/1999
“Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli”
• Pasal 6 Ayat (3) UU No. 30/1999
“Dalam hal sengketa atau beda pendapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak dapat diselesaikan, maka atas kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau beda pendapat
diselesaikan melalui bantuan seorang atau lebih penasehat ahli maupun melalui seorang mediator”.
• Pasal 6 Ayat (4) UU No. 30/1999
“Apabila para pihak tersebut dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari dengan bantuan seorang atau lebih penasehat ahli maupun melalui seorang mediator tidak
berhasil mencapai kata sepakat, atau mediator tidak berhasil mempertemukan kedua belah pihak, maka para pihak dapat menghubungi sebuah lembaga arbitrase atau lembaga
alternatif penyelesaian sengketa untuk menunjuk seorang mediator”.
Arbitrase
Arbitrase adalah cara penyelesaian sesuatu sengketa perdata di luar
peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara
tertulis oleh para pihak yang
bersengketa (Pasal 1 UU No. 30 Tahun
1999)
Dasar Hukum Arbitrase
• UU No. 5 Tahun 1968 tentang ratifikasi Washington Convention tahun 1965 (ICSID Convention):
Penyelesaian perselisihan antarnegara dan
warganegara asing mengenai penanaman modal.
• Keppres No. 34 Tahun 1981 tentang ratifikasi New York Convention 1958: eksekusi atas putusan
arbitrase yang dibuat di negara asing.
• UU No. 30/1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
Karakteristik Arbitrase
• Arbitrase adalah proses peradilan secara swasta, dimana sengketa diputus oleh seorang hakim
swasta (arbiter).
• Arbitrase dimulai dengan perjanjian arbitrase yang dibuat oleh para pihak.
• Perjanjian arbitrase mengenyampingkan
kewenangan pengadilan untuk mengadili sengketa.
• Para pihak (berdasarkan perjanjian arbitrase)
berhak menentukan sendiri acara arbitrase (party autonomy).
• Sebagaimana halnya putusan pengadilan, putusan arbitrase mengikat para pihak.
Jenis Arbitrase
Ad Hoc
• Arbitrase yang dibentuk khusus untuk menyelesaikan satu
sengketa tertentu.
Institusional
• Arbitrase institusional ada bukan
hanya untuk menyelesaikan satu
sengketa tertentu.
Kelebihan Arbitrase
• Para pihak berkesempatan memilih arbiter yang berkualitas dan integritas.
• Sengketa akan diputus oleh pihak yang netral (dalam sengketa internasional, kalau diselesaikan melalui forum pengadilan, lokasi hearing tidak akan netral)
• ‘hukum acara’ yang dipakai akan fleksibel (lokasi, tatacara pembuktian, bahasa)
• Kecepatan penyelesaian sengketa lebih terjamin karena lamanya penyelesaian sengketa akan disepakati oleh para pihak
• Rahasia dan pribadi (privat). Kalau di pengadilan, pemeriksaan perkara akan dilakukan secara terbuka.
• Fleksibel dalam memilih hukum (sengketa internasional)
• Putusan final dan mengikat dan langsung dapat dieksekusi.
• Dalam sengketa internasional, eksekusi dapat dilakukan di luar jurisdiksi suatu negara
Kekurangan Arbitrase
•
Tidak semua kasus dapat diselesaikan melalui forum arbitrase.
•
Pihak yang berperkara di forum
arbitrase harus siap dengan biaya ekstra (jika mempergunakan arbitrase adhoc, para pihak harus mengeluarkan biaya
ruangan, fasililats sidang, honor arbiter,
sekretaris, penerjemah dll)
Sengketa yang dapat Diselesaikan di Arbitrase
Sengketa dibidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang
bersengketa.
Contoh
•
BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia), BAPMI (Badan Arbitrase Pasar Modal
Indonesia): Indonesia
•
ICC (International Chamber of Commerce),
International Court of Arbitration, London
Court of International Arbitration (LCIA),
Singapore International Arbitration Center
(SIAC): Luar Negeri
Pengaturan Arbitrase
Pasal 1 (3) ‘Perjanjian arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa klausula arbitrase yang
tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak
setelah timbul sengketa’.
• Perjanjian arbitrase bersifat asesor:
Aspek Penting dalam Arbitrase
•
Pengaturan Arbitrase:
– Klausula Arbitrase (sebelum dispute eksis);
– Perjanjian Arbitrase (setelah dispute terjadi) ->
bersifat Assesor
•
Peraturan acara arbitrase dari lembaga arbitrase yang dipilih.
•
Ketentuan undang-undang tentang arbitrase
yang bersifat memaksa.
Standar Klausul Arbitrase
• BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia):
"Semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini, akan diselesaikan dan diputus oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) menurut
peraturan-peraturan prosedur arbitrase BANI, yang keputusannya
mengikat kedua belah pihak yang bersengketa, sebagai keputusan dalam tingkat pertama dan terakhir".
• UNCITRAL (United Nation Comission of International Trade Law):
"Setiap sengketa, pertentangan atau tuntutan yang terjadi atau
sehubungan dengan perjanjian ini, atau wan prestasi, pengakhiran atau sah tidaknya perjanjian akan diselesaikan melalui arbitrase sesuai dengan aturan-aturan UNCITRAL”.
Akibat Hukum Klausul Arbitrase dalam Perjanjian
Pasal 11:
1. Adanya suatu perjanjian arbitrase tertulis
meniadakan hak para pihak untuk mengajukan penyelesaian sengketa atau beda pendapat yang termuat dalam perjanjiannya ke Pengadilan Negeri.
2. Pengadilan Negeri wajib menolak dan tidak akan campur tangan di dalam suatu penyelesaian
sengketa yang telah ditetapkan melalui arbitase, kecuali dalam hal-hal tertentu yang ditetapkan dalam Undang-undang ini.
Putusan Arbitrase
• Putusan provisional (Putusan Sela) - Pasal 32 (1)
– Atas permohonan salah satu pihak, arbiter atau majelis arbitrase
dapat mengambil putusan provisionil atau putusan sela lainnya untuk mengatur ketertiban jalannya pemeriksaan sengketa termasuk
penetapan sita jaminan, memerintahkan penitipan barang kepada pihak ketiga, atau menjual barang yang mudah rusak. (2) Jangka waktu pelaksanaan putusan provisionil atau putusan sela lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dihitung dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48.
• Putusan arbitrase
– Pasal 55: Apabila pemeriksaan sengketa telah selesai, pemeriksaan segera ditutup dan ditetapkan hari sidang untuk mengucapkan
putusan arbitrase.
– Pasal 57: Putusan diucapkan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah pemeriksaan ditutup.
– Pasal 60: Putusan arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak.
Eksekusi Putusan
Pasal 61
• Dalam hal para pihak tidak melaksanakan putusan arbitrase secara sukarela, putusan dilaksanakan berdasarkan perintah Ketua Pengadilan Negeri atas permohonan salah satu pihak yang bersengketa.
Pasal 62
• Perintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 diberikan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah permohonan eksekusi
didaftarkan kepada Panitera Pengadilan Negeri.
Pasal 62 (2)
• Ketua Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sebelum memberikan perintah pelaksanaan, memeriksa terlebih dahulu apakah putusan arbitrase
memenuhi ketentuan Pasal 4 dan Pasal 5, serta tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum.
Pasal 62 (3)
• Dalam hal putusan arbitrase tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Ketua Pengadilan Negeri menolak permohonan pelaksanaan eksekusi dan terhadap putusan Ketua Pengadilan Negeri tersebut tidak terbuka upaya hukum apapun.
Pasal 62 (4)
• Ketua Pengadilan Negeri tidak memeriksa alasan atau pertimbangan dari putusan arbitrase.
Kelebihan Pengadilan
• dalam mengambil alih keputusan dari para pihak, litigasi
sekurang-kurangnya dalam batas tertentu menjamin bahwa kekuasaan tidak dapat mempengaruhi hasil dan dapat
menjamin ketenteraman sosial;
• litigasi sangat baik sekali untuk menemukan berbagai kesalahan dan masalah dalam posisi pihak lawan;
• litigasi memberikan suatu standar bagi prosedur yang adil dan memberikan peluang yang luas kepada para pihak untuk
didengar keterangannya sebelum mengambil keputusan;
• litigasi membawa nilai-nilai masyarakat untuk menyelesaikan sengketa pribadi;
• dalam sistem litigasi para hakim menerapkan nilai-nilai masyarakat yang terkandung dalam hukum untuk
menyelesaikan sengketa.
Kekurangan Pengadilan
• memaksa para pihak pada posisi yang ekstrem;
• memerlukan pembelaan atas setiap maksud yang dapat mempengaruhi putusan;
• litigasi benar-benar mengangkat seluruh persoalan dalam suatu perkara, apakh persoalan materi (substantive) atau prosedur untuk persamaan kepentingan dan mendorong para pihak melakukan
penyelidikan fakta yang ekstrim dan seringkali marginal;
• menyita waktu dan meningkatkan biaya keuangan;
• fakta-fakta yang dapat dibuktikan membentuk kerangka persoalan, para pihak tidak selalu mampu mengungkapkan kekhawatiran
mereka yang sebenarnya;
• litigasi tidak mengupayakan untuk memperbaiki atau memulihkan hubungan para pihak yang bersengketa;
• litigasi tidak cocok untuk sengketa yang bersifat polisentris, yaitu sengketa yang melibatkan banyak pihak, banyak persoalan dan beberapa kemungkinan alternatif penyelesaian.
Alur Acara di Pengadilan
• Gugatan (wajib melakukan upaya perdamaian melalui mediasi), Penggugat;
• Jawaban atas gugatan Penggugat (formalitas dan substansi), Tergugat;
• Replik atau jawaban atas jawaban Tergugat, Penggugat;
• Duplik atau jawaban atas Replik, Tergugat;
• Pembuktian, Penggugat dan Tergugat membuktikan dalil mereka masing-masing:
– Bukti surat;
– Bukti saksi;
• Kesimpulan, masing-masing pihak (Penggugat dan Tergugat menyimpulkan hasil persidangan)
• Putusan (Majelis Hakim).