ANALISIS SUMBER DAYA ORGANISASI PADA PROGRAM PROMOTIF DAN PREVENTIF DI PUSKESMAS SIBOLANGIT
KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2018
SKRIPSI
Oleh
SHELVIANA NIM : 141000100
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
ANALISIS SUMBER DAYA ORGANISASI PADA PROGRAM PROMOTIF DAN PREVENTIF DI PUSKESMAS SIBOLANGIT
KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh SHELVIANA NIM : 141000100
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Sumber Daya Organisasi pada Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Sibolangit Tahun 2018” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuwan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Oktober 2018
Shelviana
Telah diuji dan dipertahankan Pada tanggal : 26 Juli 2018
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Destanul Aulia SKM., MBA., M.Ec., Ph. D Anggota : 1. Dr. Juanita SE, M. Kes
2. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution SKM, MPH
ABSTRAK
Pelayanan promotif dan preventif menjadi sangat penting karena dengan lemahnya pelayanan ini dalam UKM, diperantarai menjadi salah satu penyebab tingginya morbiditas, meningkatnya faktor risiko kesehatan, dan kerusakan lingkungan. Dalam melaksanakan pelayanan promotif dan preventif tentunya berkaitan erat dengan sumber daya organisasi yang tersedia di Puskesmas.
Sumber daya organisasi adalah salah satu faktor pendukung dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, dan diharapkan mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sumber daya organisasi yang tersedia pada program promotif dan preventif di Puskesmas Sibolangit Tahun 2018. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan desain penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan promotif dan preventif yang sudah dilakukan selama ini belum maksimal dan hal ini dipengaruhi oleh sumber daya organisasinya yang belum memadai seperti: masih terbatasnya jumlah tenaga kesehatan, terbatasnya dana yang diberikan, tidak memadainya peralatan ataupun media yang diperlukan, kondisi demografis yang terpencil dan terlalu luas, tidak memadainya alat transportasi, perencanaan Puskesmas Sibolangit yang belum seutuhnya berlandaskan dari peraturan menteri kesehatan, dan tidak aktifnya masyarakat untuk hadir di kegiatan yang sudah dibuat oleh Puskesmas Sibolangit.
Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan Dinkes Kabupaten Deli Serdang untuk mempertimbangkan penambahan alat transportasi dan jumlah dana yang diturunkan supaya dapat memenuhi kebutuhan para petugas di Puskesmas Sibolangit, dan untuk Puskesmas Sibolangit agar melengkapi peralatan di ruang promosi kesehatan sesuai dengan standar yang ada, serta untuk masyarakat agar lebih berpartisipasi dan memanfaatkan pelayanan promotif dan preventif yang disediakan oleh Puskesmas Sibolangit.
Kata Kunci : Sumber Daya Organisasi, Program, Promotif, Preventif, Puskesmas
ABSTRACT
Promotive and preventive services are very important because with this weak service in public health efforts, brokered into one of the causes of high morbidity, increased health risk factors, and environmental damage. In carrying out promotive and preventive services, it is certainly closely related to the organizational resources available at the Puskesmas. Organizational resources are one of the supporting factors in the provision of quality health services, and are expected to be able to improve public health. The purpose of this study was to describe the available organizational resources in promotive and preventive programs in the Sibolangit Health Center in 2018. This type of research was descriptive using qualitative research designs. Data collection methods used are in-depth interviews and observations. The results showed that the promotive and preventive services that had been carried out so far had not maximized and this was influenced by inadequate organizational resources such as the limited number of health workers, limited funding provided, inadequate equipment or media, demographic conditions remote and too broad, inadequate transportation equipment, planning of Sibolangit PHC which is not completely based on the Minister of Health regulations, and community inactivity to be present at activities that have been made by Sibolangit Health Center. Based on the results of the study, Deli Serdang District Health Office is expected to consider the addition of transportation equipment and the amount of funds disbursed so as to meet the needs of the officers in Sibolangit Health Center, and for Sibolangit Health Center to equip the equipment in the health promotion room in accordance with existing standards, as well as for the community to more participating and utilizing promotive and preventive services provided by Sibolangit Health Center.
Keywords: Organizational Resource, Program, Promotive, Preventive, PHC
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Analisis Sumber Daya Organisasi pada Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun 2018” guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Dalam penyusunan skripsi ini, dari awal hingga akhir selesainya skripsi ini tentunya penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan, dan juga dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan kali ini, dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu S.H., M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina M. Si selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Drs. Zulfendri M. Kes selaku ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Erna Mutiara Ir., M. Kes selaku dosen pembimbing akademik yang telah memperhatikan penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
5. Destanul Aulia SKM., MBA., M.Ec., Ph. D selaku dosen pembimbing dan ketua penguji skripsi yang telah banyak meluangkan waktu untuk
membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini.
6. Dr. Juanita S.E., M. Kes selaku dosen penguji 1 skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan saran dan arahan kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini.
7. Putri Citra Cinta Asyura Nasution SKM., MPH selaku dosen penguji 2 skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan saran dan arahan kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini.
8. Para dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.
9. Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan seluruh pegawai di Puskesmas Sibolangit serta masyarakat diwilayah kerja Puskesmas Sibolangit karena sudah memberi izin dan membantu penulis untuk melakukan penelitian.
10. Teristimewa untuk orang tua penulis, Pelita Cornelius Ginting dan Hesti Barus, dan adik penulis, Rico Ginting yang tidak pernah berhenti mendukung dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Terkhusus kepada Daniel Julianto Tarigan S. Pi., M. Si untuk doa dan semangat yang telah diberikan selama proses penyelesaian skripsi ini.
12. Seluruh sahabat-sahabat penulis yang sudah memberikan semangat, doa dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Oktober 2018
Shelviana
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
DAFTAR ISTILAH xv
RIWAYAT HIDUP xvi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 8
Tujuan Penelitian 8
Tujuan Umum 8
Tujuan Khusus 8
Manfaat Penelitian 9
TINJAUAN PUSTAKA 11
Puskesmas 11
Pengertian Puskesmas 11
Tujuan Puskesmas 11
Fungsi Puskesmas 11
Upaya Kesehatan Masyarakat 12
Upaya Kesehatan Essensial 13
Upaya Kesehatan Pengembangan 14
Pelayanan Promotif dan Preventif 16
Pelayanan Promotif 16
Pengertian Pelayanan Promotif 16
Peluang dan Sasaran Promosi Kesehatan 17
Strategi Promosi Kesehatan 19
Kegiatan Upaya Pelayanan Promosi Kesehatan 20
Pelayanan Preventif 22
Pengertian Pelayanan Preventif 22
Tingkat Pencegahan Penyakit (Preventif) 22 Kegiatan Upaya Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit 25
Sumber Daya Organisasi 25
Jenis Sumber Daya Organisasi 25
Man 26
Money 26
Material 28
Method 28
Machine 29
Market 31
Indikator Keberhasilan 31
Indikator Masukan (input) 32
Indikator Proses (process) 32
Indikator Keluaran (output) 33
Indikator Dampak (outcome) 34
Landasan Teori 34
Kerangka Pikir 35
METODE PENELITIAN 36
Jenis Penelitian 36
Lokasi dan Waktu Penelitian 36
Lokasi Penelitian 36
Waktu Penelitian 36
Informan Penelitian 36
Defenisi Konsep 36
Jenis dan Sumber Data 38
Data Primer 38
Data Sekunder 38
Metode Pengumpulan Data 39
Instrumen Penelitian 39
Triangulasi 40
Metode Analisis Data 40
HASIL DAN PEMBAHASAN 43
Gambaran Umum Puskesmas Sibolangit 43
Gambaran Kegiatan Pelayanan Promotif dan Preventif di Puskesmas
Sibolangit 46
Karakteristik Informan 49
Sumber Daya Organisasi pada Program Promotif dan Preventif di
Puskesmas Sibolangit 50
Respon Informan Terhadap Masukan (Input) 50 Respon Informan Terhadap Ketersediaan Sumber Daya
Manusia pada Program Promotif dan Preventif di
Puskesmas Sibolangit 50
Respon Informan Terhadap Ketersediaan Dana pada
Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Sibolangit 53 Respon Informan Terhadap Ketersediaan Peralatan pada
Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Sibolangit 56
Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Sibolangit 58 Respon Informan Terhadap Metode yang Digunakan pada Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Sibolangit 59 Respon Informan Terhadap Pemerataan Sasaran pada
Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Sibolangit 61 Respon Informan Terhadap Proses (Process) 62 Respon Informan Terhadap Keluaran (Output) 69
KESIMPULAN DAN SARAN 72
Kesimpulan 72
Saran 75
DAFTAR PUSTAKA 76
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1 Kegiatan Upaya Pelayanan Promotif 20
2 Kegiatan Upaya Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 25 3 Jenis Tenaga Kesehatan Puskesmas Rawat Inap Kawasan Pedesaan 26 4 Metode yang Digunakan dalam Pelayanan Promotif dan Preventif
di Puskesmas 29
5 Peralatan dalam Ruangan Promosi Kesehatan Puskesmas 30
6 Daftar Informan 36
7 Jumlah Desa/ Dusun dan Sarana Kesehatan di Wilayah Puskesmas
Sibolangit 43
8 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Sibolangit 44
9 Data Petugas di Puskesmas Sibolangit 46
10 Rencana Pelaksanaan Kegiatan Tahunan (RPK)/ Plan Of Action
(POA) Puskesmas Sibolangit Tahun 2017 46
11 Karakteristik Informan 49
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1 Gambar Kerangka pikir 35
2 Gambar Komponen dalam analisis data (interactive model) 41 3 Gambar Bagan struktur organisasi Puskesmas Sibolangit 45
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1 Pedoman wawancara 79
2 Data Peralatan dalam Ruangan Promosi Kesehatan
Puskesmas Sibolangit 83
3 Kegiatan Upaya Pelayanan Promosi Kesehatan 85 4 Kegiatan Upaya Pelayanan Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit 87
5 Surat Permohonan Izin Penelitian 88
6 Surat Balasan Izin Penelitian 89
7 Surat Telah Melaksanakan Penelitian 90
8 Dokumentasi 91
9 RPK/ POA Tahunan Puskesmas Sibolangit Tahun 2017 94
DAFTAR ISTILAH
UKM Upaya Kesehatan Masyarakat UKP Upaya Kesehatan Perorangan UKS Unit Kesehatan Sekolah JKN Jaminan Kesehatan Nasional BOK Bantuan Operasional Kesehatan
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah KEK Kurang Energi Kronis
KN Kunjungan Neonatal
PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat FKTL Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan FKTP Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Prolanis Program Pengelolaan Penyakit Kronis DM Diabetes Melitus
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Shelviana berumur 22 tahun, dilahirkan di Barus Julu, Kabupaten Karo pada tanggal 17 April 1996. Penulis beragama Kristen Protestan, anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Pelita Cornelius Ginting dan Ibu Hesti Br Barus.
Pendidikan formal dimulai di TK Perguruan Kristen Immanuel Medan tahun 2000. Pendidikan sekolah dasar di SD Perguruan Kristen Immanuel Medan tahun 2002-2008, sekolah menengah pertama di SMP Perguruan Kristen Immanuel Medan tahun 2008-2011, sekolah menengah atas di SMA Perguruan Kristen Immanuel Medan tahun 2011-2014, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Medan, Oktober 2018
Shelviana
Pendahuluan
Latar Belakang
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Kemenkes RI, 2014).
Upaya kesehatan masyarakat (UKM) di Puskesmas, meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan.
Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi: 1) Pelayanan promosi kesehatan;
2) Pelayanan kesehatan lingkungan; 3) Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana; 4) Pelayanan gizi; dan 5) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan meliputi:
1) Pelayanan kesehatan jiwa; 2) Upaya kesehatan gigi masyarakat; 3) Pengobatan tradisional, komplementer, dan alternatif; 4) Unit Kesehatan Sekolah (UKS);
5) Kesehatan indra; 6) Kesehatan lansia; dan 7) Kesehatan kerja dan olahraga (Kemenkes RI, 2014).
Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan, sedangkan pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.
Pelayanan promotif dan preventif menjadi sangat penting terutama untuk mendukung diberlakukannya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), karena dengan lemahnya pelayanan preventif dan promotif dalam Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) diperantarai menjadi salah satu penyebab tingginya angka kesakitan yang berdampak pada tingginya biaya klaim di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL), meningkatnya faktor-faktor risiko kesehatan, dan kerusakan lingkungan. Guna mengurangi dampak kesehatan seperti contoh tersebut, Kementrian Kesehatan pun menyelenggarakan Program Indonesia Sehat sebagai upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang berperilaku sehat, hidup dalam lingkungan sehat, serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Harsono, 2017).
Menurut Juanita (2017) ada peningkatan pelayanan promotif dan preventif setelah diberlakukannya JKN, terutama pelayanan luar gedung seperti home visit dan pemantauan rumah sehat. Selain itu, pelayanan dalam gedung juga semakin bervariasi antara lain adanya Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis); senam Prolanis, edukasi terkait penyakit DM dan Hipertensi. Sumber dana untuk pelayanan promotif dan preventif berasal dari dana kapitasi JKN dan BOK. Dana kapitasi yang dapat digunakan untuk melaksanakan program promosi kesehatan dan beberapa kegiatan promosi kesehatan yang baru dilaksanakan pada saat era JKN menunjukkan bahwa kebijakan JKN berdampak positif terhadap pelaksanaan program promosi kesehatan di puskesmas.
Ditjen Kesehatan Masyarakat menetapkan 6 indikator kinerja dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, yakni;
1)Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF); 2)Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK); 3)Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1); 4)Jumlah kebijakan publik yang berwawasan kesehatan; 5)Persentase kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS; 6)Persentase kabupaten/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan.
Menurut laporan kinerja Kementrian Kesehatan tahun 2015, Sumatera Utara adalah salah satu provinsi yang mempunyai kabupaten/kota dengan kebijakan PHBS terbanyak yakni ada 13 kabupaten/kota dan disusul oleh
Sumatera Barat (12 kabupaten/kota) dan Jawa Timur (11 kabupaten/kota). Namun pada tahun 2016, provinsi yang mempunyai kabupaten/kota yang memiliki
kebijakan PHBS terbanyak adalah Jawa Tengah (34 Kabupaten/Kota), disusul Sulawesi Selatan (19 kabupaten/kota), dan kemudian Jawa Timur (18
kabupaten/kota). Ini menunjukkan bahwa Provinsi Sumatera Utara belum meningkatkan jumlah kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS dalam 1 tahun terakhir.
Adapun persentase rumah tangga di Indonesia yang mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tahun 2016, baru mencapai 55%
dimana terdapat 5 (lima) indikator capaian yang masih berada dibawah angka 80%. Indikator yang menempati posisi terendah secara berurutan yaitu konsumsi buah dan sayur tiap hari (10,7%), memberi ASI eksklusif (38%), cuci tangan dengan benar (47,2%), aktivitas fisik setiap hari (52,8%), serta menimbang balita
(68%). Jika dilihat dari karakteristiknya, proporsi rumah tangga sehat di perkotaan ada sebesar 42,3% dan di pedesaan ada sebesar 22,9%. Proporsi rumah tangga sehat menurut tingkat sosial ekonomi dibedakan atas: tingkat sosial ekonomi teratas 48,3%, menengah atas 41,3%, menengah 35,2%, menengah bawah 24,5%
serta terbawah 9,2%. Capaian PHBS di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2016 adalah 53,46% dari target Kemenkes RI Tahun 2015-2019, yakni 80% pada akhir tahun 2019 (Kemenkes RI, 2017).
Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 25 Kabupaten dan 8 Kota. Salah satu Kabupaten yang mempunyai Puskesmas terbanyak adalah Kabupaten Deli Serdang, yakni 34 Puskesmas dengan capaian PHBS di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2016 ada 68, 40% atau sekitar 213.624 KK dimana indikator capaian yang masih berada dibawah angka 80% adalah jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif (47,1%) atau sekitar 10.355 bayi (Dinkes Sumut, 2017).
Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun 2016, Puskesmas Sibolangit adalah salah satu Puskesmas dengan jumlah rumah tangga yang mempraktikkan PHBS hanya mencapai 1.142 KK (68,38%) dimana jumlah ini tergolong rendah jika dibandingkan dengan Puskesmas lainnya seperti
Puskesmas Sei Semayang yang mencapai 9.965 KK (94,28%) dan Puskesmas Pematang Johar yang mencapai 4.261 KK (81,47%) (Dinkes Deli Serdang, 2017).
Belum tercapainya derajat kesehatan masyarakat di Puskesmas Sibolangit tentu berkaitan dengan pelayanan promotif dan preventif yang belum berjalan dengan maksimal. Hal ini didukung oleh penelitian Kawulur (2014) yang
menyatakan bahwa belum optimalnya kegiatan promosi kesehatan dapat dilihat dari jumlah persentase rumah tangga yang ber-PHBS.
Dalam melaksanakan pelayanan promotif dan preventif tentunya berkaitan erat dengan sumber daya organisasi yang tersedia di Puskesmas. Dengan kata lain, sumber daya organisasi adalah salah satu faktor pendukung dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, dan diharapkan mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila pemenuhan sumber daya tenaga, pembiayaan dan sarana kesehatan dapat memadai dan seimbang dengan kebutuhan (Dinkes Deli Serdang, 2017).
Menurut George. R. Terry dalam Manullang (2004) untuk mencapai tujuan sebuah organisasi, ada 6M yang harus dipenuhi oleh organisasi, dimana tools atau alat manajemen yang digunakan untuk mencapai tujuan disebut juga sebagai sumber daya pokok. Sumber daya pokok yang dimaksud adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan kegiatan manajemen seperti:
man yang merujuk pada sumber daya manusia yang dapat melakukan berbagai aktivitas, money merujuk pada uang yang digunakan untuk mencapai tujuan, material dan machine merujuk pada sarana dan prasarana yang dimanfaatkan dalam mencapai tujuan, method merujuk pada metode yang digunakan dalam mencapai tujuan dan market merujuk pada pasar ataupun sasaran yang harus dicapai oleh suatu organisasi.
Hidayat (2015) menyimpulkan bahwa belum maksimalnya pelayanan kesehatan masyarakat yang diberikan oleh Puskesmas dipengaruhi dari minimnya jumlah sumber daya manusia dalam melayani masyarakat, sarana dan prasarana
yang masih kurang memadai, dan dalam penyaluran sumber dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) masih sering mengalami keterlambatan sehingga mempengaruhi pelaksanaan program di Puskesmas Long Ikis Kabupaten Paser.
Berdasarkan hasil survey pendahuluan melalui wawancara dengan 3 orang pegawai di Puskesmas Sibolangit mengatakan bahwa belum tercapainya
pelayanan promotif dan preventif yang maksimal karena masih adanya petugas kesehatan di beberapa unit pelayanan yang kurang peduli dengan kegiatan promotif dan preventif ini, dikarenakan petugas kesehatan harus double job.
Dana yang dimanfaatkan pada pelayanan promotif dan preventif di Puskesmas Sibolangit adalah dana BOK dan dana kapitasi. Menurut salah satu pegawai di Puskesmas Sibolangit proses pencairan dana ke petugas kesehatan yang berwewenang harus disertai dengan laporan kegiatan promotif dan preventif dari tiap unit pelayanan kesehatan yang sudah selesai dilaksanakan. Hal ini membuat petugas kesehatan merasa terbeban karena harus menggunakan dana pribadi terlebih dahulu.
Selain itu menurut salah seorang pegawai di Puskesmas Sibolangit, pelayanan promotif dan preventif yang maksimal tentu juga dipengaruhi oleh prasarana yang memadai, seperti: kondisi gedung yang layak tentu dapat
mendukung pelayanan promotif dan preventif didalam gedung dan kondisi jalan raya yang rusak dan letak satu desa dengan desa lainnya yang berjauhan tentu menyebabkan terhambatnya pelayanan promotif dan preventif diluar gedung.
Adapun sasaran UKM dalam upaya promotif menurut salah satu pegawai di Puskesmas Sibolangit ditahun 2016 baru anak SD dan lansia, sedangkan dalam upaya preventifnya sasaran yang belum mendapatkan pelayanan ini adalah remaja putri dan metode yang biasa digunakan oleh petugas kesehatan dalam
melaksanakan pelayanan promotif dan preventif adalah konseling dan penyuluhan, dan terkadang juga melakukan kunjungan rumah.
Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Fadillah (2012) di Puskesmas Kampus Palembang menyimpulkan bahwa faktor penghambat dalam
implementasi kegiatan promotif dan preventif di Puskesmas Kampus Palembang yang paling berperan adalah kurangnya biaya, kurangnya petugas kesehatan, kurangnya kerjasama petugas kesehatan, kader dan masyarakat serta belum ada sistem manajemen yang baik dalam menjalankan kegiatan-kegiatan tersebut.
Demikian pula penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Putra (2015) menjelaskan bahwa faktor penghambat pelayanan kesehatan preventif di
Puskesmas Sei Merdeka Kec. Samboja Kab. Kutai Kartanegara adalah (1) kurang aktifnya peran pemerintah setempat seperti kelurahan dalam membantu pihak Puskesmas untuk mempromosikan pelayanan promotif kepada masyarakat, dan (2) banyak jalan rusak di Samboja yang menyebabkan pihak Puskesmas terganggu dalam pelayanan promotif, selain itu jalan rusak juga sangat membahayakan pegawai puskesmas yang melakukan pelayanan.
Sementara menurut penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2016), ketidak ketersediaannya petugas khusus untuk pelayanan promotif di FKTP Kabupaten Jember tentunya mempengaruhi ketidakoptimalan dari pelayanan promotif.
Dimana sebagian besar sasaran dari FKTP Kabupaten Jember yaitu individu dan kelompok dengan menggunakan metode konseling dan ceramah serta mayoritas menggunakan media cetak yaitu leaflet, serta media elektronik LCD, sedangkan tempat pelayanan promotif dilaksanakan di dalam gedung institusi FKTP Kabupaten Jember.
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa sumber daya organisasi di Puskesmas seperti sumber daya manusia (man), dana (money), sarana
(material), peralatan (machine), metode (method) dan sasaran (market) sangat berkaitan dengan pelaksanaan program promotif dan preventif dan sangat mempengaruhi kesuksesan dari program promotif dan preventif.
Sumber daya organisasi di Puskesmas Sibolangit perlu dianalisis untuk mendeskripsikan program promotif dan preventif di Puskesmas. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menganalisis sumber daya organisasi pada program promotif dan preventif di Puskesmas Sibolangit tahun 2018.
Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sumber daya organisasi yang tersedia pada program promotif dan preventif di Puskesmas Sibolangit tahun 2018.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum. Untuk mendeskripsikan sumber daya organisasi yang tersedia pada program promotif dan preventif di Puskesmas Sibolangit Tahun 2018.
Tujuan khusus. Tujuan khusus dalam penelitian ini meliputi:
1. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan sumber daya manusia (man) dalam pelaksanaan kegiatan program promotif dan preventif di Puskesmas Sibolangit Tahun 2018.
2. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan dana (money) dalam pelaksanaan kegiatan program promotif dan preventif di Puskesmas Sibolangit Tahun 2018.
3. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan sarana (material) dalam
pelaksanaan kegiatan program promotif dan preventif di Puskesmas Sibolangit Tahun 2018.
4. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan peralatan (machine) dalam
pelaksanaan kegiatan program promotif dan preventif di Puskesmas Sibolangit Tahun 2018.
5. Untuk mengetahui metode (method) yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan program promotif dan preventif di Puskesmas Sibolangit Tahun 2018.
6. Untuk mengetahui bagaimana sasaran (market) dalam pelaksanaan kegiatan program promotif dan preventif di Puskesmas Sibolangit Tahun 2018.
7. Untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif di Puskesmas Sibolangit Tahun 2018.
8. Untuk mengetahui pelayanan promotif dan preventif yang sudah dilaksanakan di Puskesmas Sibolangit Tahun 2018.
Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti dapat menambah wawasan mengenai ilmu kesehatan masyarakat terutama di bidang administrasi dan kebijakan kesehatan yang terkait dengan sumber daya organisasi pada program promotif dan preventif di Puskesmas.
2. Bagi puskesmas dapat dijadikan sebagai bahan masukan mengenai sumber daya organisasi pada program promotif dan preventif di Puskesmas.
3. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai sumber referensi yang terkait dengan sumber daya organisasi pada program promotif dan preventif di
Puskesmas.
Tinjauan Pustaka
Puskesmas
Pengertian puskesmas. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Kemenkes RI, 2014).
Tujuan puskesmas. Tujuan dari pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas tertulis di Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Pasal 2 Ayat 1 dan 2, adalah mendukung terwujudnya kecamatan sehat dengan mewujudkan masyarakat yang:
1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat.
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu.
3. Hidup dalam lingkungan sehat dan
4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Fungsi puskesmas. Menurut Permenkes RI No. 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas, dalam melaksanakan tugasnya Puskesmas melakukan fungsinya sebagai: 1) upaya kesehatan masyarakat (UKM) tingkat pertama di wilayah kerjanya dan 2) upaya kesehatan perorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor 75 Tahun 2014 Pasal 6 dan Pasal 7 Tentang Puskesmas, dalam melaksanakan fungsi Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) maka Puskesmas berwewenang untuk:
1. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.
2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
3. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
4. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait.
5. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat.
6. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas.
7. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.
8. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan dan
9. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.
Upaya Kesehatan Masyarakat
Upaya Kesehatan Masyarakat merupakan salah satu fungsi dari Puskesmas. Upaya Kesehatan Masyarakat adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. Menurut Peraturan Menteri Nomor 75 Tahun 2014 Tentang
Puskesmas Pasal 36, Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) terbagi dalam upaya kesehatan essensial dan upaya kesehatan pengembangan.
Upaya kesehatan essensial. Upaya kesehatan masyarakat essensial harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan. Upaya kesehatan masyarakat esensial terdiri dari:
1. Pelayanan Promosi Kesehatan
Pelayanan promosi kesehatan adalah suatu kegiatan dan serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.
2. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Pelayanan kesehatan lingkungan adalah upaya yang dilakukan untuk menjadikan lingkungan yang sehat dalam rangka pencegahan terhadap penyakit yang berhubungan dengan lingkungan dan menciptakan lingkungan yang dapat mengoptimalkan penyembuhan suatu penyakit di masyarakat.
3. Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga Berencana
Pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu dalam menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas serta upaya kelangsungan hidup,
pengembangan dan perlindungan bayi, anak dibawah umur 5 tahun (BALITA),
dan anak usia prasekolah dalam proses tumbuh kembang. Sedangkan keluarga berencana adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan pasangan usia subur dalam menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas.
4. Pelayanan Gizi
Pelayanan gizi adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengupayakan peningkatan status gizi masyarakat dengan pengelolaan terkoordinasi dari berbagai profesi kesehatan serta dukungan peran serta aktif masyarakat.
5. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit adalah suatu upaya untuk mencegah agar penyakit menular tidak menyebar didalam masyarakat, yang dilakukan antara lain dengan memberikan kekebalan kepada host melalui kegiatan penyuluhan kesehatan, surveilans, dan imunisasi.
Upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya ini memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan terdiri dari:
1. Pelayanan Kesehatan Jiwa
Pelayanan kesehatan jiwa adalah upaya dalam menjamin setiap orang agar dapat mencapai kualitas hidup yang baik, menikmati kehidupan jiwa yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan dan gangguan jiwa lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.
2. Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat
Upaya kesehatan gigi masyarakat adalah kegiatan untuk mengupayakan mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di desa yang terjangkau.
3. Pengobatan Tradisional, Komplementer dan Alternatif
Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan perawatan dengan cara, obat dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun temurun, dan pendidikan/pelatihan yang diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku didalam masyarakat. Sedangkan yang dimaksud dengan pengobatan komplementer-alternatif adalah pengobatan non-konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan efektifitas yang tinggi yang berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik, yang belum diterima dalam kedokteran konvensional.
4. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
UKS adaalah usaha untuk membina dan mengembangkan kebiasaan dan perilaku hidup sehat pada peserta didik usia sekolah yang dilakukan secara menyeluruh (komprehensif) dan terpadu (integrative).
5. Kesehatan Indra
Kesehatan indra adalah kegiatan dalam meningkatkan derajat kesehatan indra penglihatan di masyarakat.
6. Kesehatan Lansia
Kesehatan Lansia adalah upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang berusia lanjut.
7. Kesehatan Kerja dan Olahraga
Kesehatan kerja adalah upaya perlindungan dan pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan sosial tenaga kerja disemua pekerjaan, pencegahan gangguan kesehatan tenaga kerja. Sedangkan yang dimaksud dengan kesehatan olahraga adalah upaya kesehatan yang memanfaatkan olahraga atau latihan fisik untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Pelayanan Promotif dan Preventif Pelayanan promotif
Pengertian pelayanan promotif. Menurut UU No. 36 Tahun 2009 pelayanan promotif adalah suatu kegiatan dan serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.
Secara operasional, promosi kesehatan di Puskesmas dilakukan agar masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai bentuk pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya, baik masalah-masalah kesehatan yang diderita maupun yang berpotensi mengancam secara mandiri. Di samping itu petugas kesehatan Puskesmas diharapkan mampu menjadi teladan bagi pasien, keluarga, dan masyarakat.
Jika defenisi pelayanan promotif tersebut diterapkan di Puskesmas, maka dapat dibuat rumusan pelayanan promotif di Puskesmas adalah upaya Puskesmas untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok
masyarakat agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan, dan
mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Hartono, 2010).
Peluang dan sasaran promosi kesehatan. Menurut Hartono (2010) banyak sekali tersedia peluang untuk melaksanakan promosi kesehatan oleh puskesmas. Secara umum peluang itu dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Didalam Gedung
Didalam gedung puskesmas, promosi kesehatan dilaksanakan seiring dengan pelayanan yang diselenggarakan puskesmas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa di dalam gedung terdapat peluang-peluang :
a. Promosi kesehatan di tempat pendaftaran, yaitu di tempat pasien/klien harus melapor/mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan Puskesmas.
b. Promosi kesehatan dalam pelayanan medis di poliklinik, di pelayanan KIA &
KB, dan di ruang perawatan (untuk puskesmas dengan tempat perawatan).
c. Promosi Kesehatan dalam pelayanan penunjang medis, yaitu di kamar obat/apotik dan di laboratorium.
d. Promosi kesehatan dalam pelayanan klinik-klinik khusus seperti klinik sanitasi.
e. Promosi kesehatan di tempat pembayaran rawat, yaitu di ruang di mana pasien rawat inap harus menyelesaikan pembayaran biaya rawat inap, sebelum
meninggalkan puskesmas (untuk puskesmas dengan tempat perawatan).
f. Promosi kesehatan di lingkungan puskesmas, yaitu di tempat parkir, halaman, dinding, kantin/kios, tempat ibadah, dan pagar halaman puskesmas.
2. Dimasyarakat
Banyak tatanan di mana puskesmas dapat melakukan promosi kesehatan di masyarakat, yakni :
a. Tatanan rumah tangga, yaitu di pemukiman penduduk misalnya di kompleks- kompleks perumahan, Dasa Wisma, Rukun Tetangga/Rukun Warga dan lain- lain.
b. Tatanan sarana pendidikan, yaitu di sekolah-sekolah, madrasah, pondok pesantren, kursus-kursus, perguruan tinggi dan lain-lain.
c. Tatanan tempat kerja, yaitu di pabrik-pabrik, kantor-kantor, koperasi-koperasi, himpunan petani, pelelangan ikan, komplek pertokoan dan lain-lain.
d. Tatanan tempat umum, yaitu di terminal, stasiun, dermaga/pelabuhan, pasar, restauran, penginapan dan lain-lain (Hartono, 2010).
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan terdapat tiga (3) jenis sasaran, yaitu:
1. Sasaran Primer
Sasaran primer (utama) dalam upaya promosi kesehatan adalah pasien, individu sehat, dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat.
2. Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder dalam upaya promosi kesehatan adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (pemuka adat, pemuka agama, dll) maupun pemuka formal (petugas kesehatan, pejabat pemerintahan, dll), organisasi kemasyarakatan dan media massa.
3. Sasaran Tersier
Sasaran tersier upaya promosi kesehatan adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya.
Strategi promosi kesehatan. Strategi dasar utama promosi kesehatan adalah pemberdayaan masyarakat yang didukung oleh bina suasana dan advokasi serta dijiwai semangat kemitraan.
1. Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah upaya membantu atau memfasilitasi pasien/klien, sehingga ia memiliki pengetahuan, kemauan, dan kemampuan untuk mencegah dan atau mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya (to facilitate problem solving), dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
2. Bina Suasana
Bina Suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan- panutan dalam mengadopsi PHBS dan melestarikannya.
3. Advokasi
Advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi materi maupun non materi.
4. Kemitraan
Kemitraan dikembangkan antara petugas kesehatan dengan sasarannya dalam pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi. Kemitraan ini dikembangkan karena kesadaran bahwa untuk meningkatkan efektivitas promosi kesehatan, petugas-petugas kesehatan harus bekerjasama dengan berbagai pihak terkait seperti: kelompok profesi, LSM, media massa, dll.
Kegiatan upaya pelayanan promosi kesehatan. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan upaya kesehatan masyarakat di bidang promosi kesehatan adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Kegiatan Upaya Pelayanan Promosi Kesehatan
Upaya Kegiatan Puskesmas Kawasan Pedesaan Pelayanan
promosi kesehatan
Penyuluhan Promosi kesehatan di SD
Promosi pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan
Penyuluhan kesehatan jiwa masyarakat dan napza
Penyuluhan kesehatan jiwa bagi ibu hamil dan menyusui
Penyuluhan pada kelompok atau masyarakat tentang perilaku menjaga kebersihan diri Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil, anak balita, anak remaja, dewasa, lansia (pendekatan siklus kehidupan)
Penyuluhan peningkatan kesadaran masyarakat tentang imunisasi
Konseling kesehatan reproduksi pada kelompok anak remaja
Upaya Kegiatan Puskesmas Kawasan Pedesaan Pelayanan
promosi kesehatan
Penyuluhan Konseling tentang Swamedikasi Peningkatan pengetahuan komprehensif masyarakat tentang pencegahan penularan HIV-AIDS dan IMS
Peningkatan pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang penyakit diare, tifoid dan hepatitis
Edukasi dan konseling Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) meliputi ASI dan MP-ASI untuk balita sehat,balita kurang gizi, dan balita gizi buruk rawat jalan
Edukasi dan konseling mengenai pola makan, perilaku makan dan aktifitas fisik bagi anak usia sekolah
Edukasi dan konseling mengenai pola makan, perilaku makan bagi bumil KEK Konseling dietetik
Kegiatan Edukasi dan Penggunaan Obat Pemberdaya
-an
Masyarakat
Memotivasi tokoh masyarakat dalam pembentukan kader kesehatan atau pembentukan kelompok yang peduli terhadap kesehatan
Membentuk jejaring dalam pembentukan PHBS di masyarakat
Penggerakan kelompok masyarakat dalam pemanfaatan Posyandu
Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat untuk Peningkatan Penggunaan Obat Rasional melalui Metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA)
Pelatihan Melatih kader kesehatan tentang perawatan diri dan mempraktikkan PHBS
Melatih kader kesehatan dalam menyampaikan informasi pada kelompok atau masyarakat tentang perawatan diri dan mempraktikkan PHBS didaerah binaan Melatih Kader tentang Swamedikasi dan Penggunaan Obat melalui Metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA)
Advokasi Mengadvokasi masyarakat dan lintas terkait dalam praktik PHBS dan penanggulangan masalah kesehatan tertentu
Advokasi tokoh masyarakat dalam membentuk kelompok swabantu terkait
Pelayanan preventif
Pengertian pelayanan preventif. Menurut UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, pelayanan preventif merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat untuk menghindari atau mengurangi risiko, masalah, dan dampak buruk akibat penyakit.
Upaya pelayanan preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Preventif secara etimologi berasal dari bahasa latin, prevenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, pelayanan preventif diartikan sebagai upaya secara sengaja yang dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat (Effendi, 2009).
Tingkat pencegahan penyakit (preventif). Menurut Leavel and Clark dalam Syarifudin ada 5 (lima) tingkat pencegahan penyakit (preventif) yaitu sebagai berikut:
1. Peningkatan kesehatan (Health Promotion).
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (General and Spesific Protection).
3. Menegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (Early Diagnosis ang Prompt Treatment).
4. Pembatasan kecacatan (Disability Limitation).
5. Penyembuhan kesehatan (Rehabilitation).
Penjabaran upaya pencegahan (preventif) dapat dibagi sebagai berikut :
1. Upaya Pencegahan Primer
a. Upaya pencegahan primer bertujuan meningkatkan taraf kesehatan individu/
keluarga/ kelompok/ masyarakat, misalnya:
1) Penyuluhan kesehatan, perbaikan gizi, penyusunan pola gizi memadai, pengawasan pertumbuhan anak balita dan usia remaja.
2) Perbaikan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan.
3) Kesempatan memperoleh hiburan sehat yang memungkinkan pengembangan kesehatan mental dan sosial.
4) Pendidikan kependudukan, nasihat perkawinan, pendidikan seks, dan sebagainya.
5) Pengendalian faktor lingkungan yang dapat memengaruhi kesehatan.
b. Perlindungan umum dan khusus terhadap kesehatan. Golongan masyarakat tertentu serta keadaan tertentu yang secara langsung atau tidak langsung dapat memengaruhi tingkat kesehatan. Upaya-upaya yang termasuk perlindungan umum dan khusus antara lain:
1) Peningkatan higiene perorangan dan perlindungan terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan.
2) Perlindungan tenaga kerja terhadap setiap kemungkinan timbulnya penyakit akibat kerja.
3) Perlindungan terhadap bahan-bahan beracun, korosif, alergen dan sebagainya.
4) Perlindungan terhadap sumber-sumber pencernaan.
2. Upaya Pencegahan Sekunder. Pada pencegahan sekunder termasuk upaya yang berdifat diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment) meliputi mencari kasus sedini mungkin :
a. Melakukan general check up rutin pada setiap individu.
b. Melakukan berbagai survei (survei sekolah, rumah tangga) dalam rangka pemberantasan penyakit menular.
c. Pengawasan obat-obatan, termasuk obat terlarang yang diperdagangkan bebas, golongan narkotika, psikofarmaka dan obat-obatan bius lainnya.
3. Upaya Pencegahan Tersier. Pencegahan tersier berupa pencegahan terjadinya komplikasi penyakit yang lebih parah. Bertujuan menurunkan angka kejadian cacat fisik maupun mental, meliputi upaya sebagai berikut :
a. Penyempurnaan cara pengobatan serta perawatan lanjut.
b. Rehabilitasi sempurna setelah penyembuhan penyakit (rehabilitasi fisik dan mental).
c. Mengusahakan pengurangan beban sosial penderita, sehingga mencegah kemungkinan terputusnya kelanjutan pengobatan serta kelanjutan rehabilitasi dan sebagainya (Syafrudin, 2009).
Kegiatan upaya pelayanan preventif. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan upaya kesehatan masyarakat di bidang pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit (preventif) adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Kegiatan Upaya Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya Kegiatan Puskesmas Kawasan Pedesaan Pelayanan
pencegahan dan pengendalian penyakit
Pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular
Posbindu PTM
Pencegahan dan pengendalian penyakit menular
Pengendalian filariasis Pengendalian kecacingan Pengendalian infeksi DBD.
Pengendalian malaria Pengendalian zoonosis Pengendalian HIV/AIDS
Pengendalian infeksi menular seksual
Pengendalian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
Sumber Daya Organisasi
Pengertian sumber daya organisasi. Dalam pengertian umum, sumber daya didefenisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi.
Dapat juga dikatakan bahwa sumber daya adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia.
Suhadi dan Rais (2015) mendefinisikan sumber daya dalam organisasi kesehatan sebagai segala sesuatu yang digunakan dalam implementasi program kesehatan, baik yang berupa benda hidup maupun non hidup, termasuk manusia.
Jenis sumber daya organisasi. George R. Terry (dalam Manullang, 2004) mengatakan bahwa ada 6 sumber daya pokok dalam manajemen sebuah
organisasi, yaitu:
Man. Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh
organisasi. Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif adalah semua petugas kesehatan Puskesmas telah melaksanakan
pelayanan kesehatan promotif dan preventif (yaitu penyuluhan, pemberdayaan masyarakat, pelatihan, dan advokasi serta pengendalian dan pencegahan penyakit menular dan tidak menular) (Kemenkes, 2017).
Dalam hal ini, man atau tenaga kesehatan menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Adapun jenis tenaga kesehatan yang dimaksud adalah:
Tabel 3
Jenis Tenaga Kesehatan Puskesmas Rawat Inap Kawasan Pedesaan Jenis Tenaga Kesehatan
Puskesmas Rawat Inap Kawasan Pedesaan
Jumlah Minimal
Dokter atau dokter layanan primer 2 orang
Dokter gigi 1 orang
Perawat 8 orang
Bidan 7 orang
Tenaga kesehatan masyarakat 1 orang
Tenaga kesehatan lingkungan 1 orang
Ahli teknologi laboratorium medik 1 orang
Tenaga gizi 2 orang
Tenaga kefarmasian 1 orang
Sumber : Kemenkes, 2014
Money. Anggaran kesehatan adalah dana/biaya yang dibutuhkan dalam bentuk uang untuk keperluan pembangunan kesehatan yang bersifat fisik dan non fisik, serta pelaksanaan program upaya kesehatan. Oleh karena itu uang
merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk memenuhi sumber daya guna menjalankan program
Sumber anggaran kesehatan dapat diperoleh dari Pemerintah, swasta dan masyarakat maupun sumbangan dari dana luar negri. Menurut Permenkes RI No.
71 Tahun 2016 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2017, sumber biaya pada pelayanan promotif dan preventif, baik dalam upaya kesehatan masyarakat maupun
perorangan adalah Biaya Operasional Kesehatan (BOK). Dana BOK yang tersedia disetiap jenjang dapat dimanfaatkan untuk membiayai setiap kegiatan yang
tercakup dalam menu kegiatan disetiap fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima alokasi dana BOK, meliputi: (1) Transport lokal dalam wilayah desa, kecamatan, kabupaten/kota bagi petugas kesehatan, lintas sektor termasuk kader, (2) Perjalanan dinas atau transport PNS dan non PNS, (3) Pembelian barang pakai habis, (4) Belanja bahan/material untuk mendukung pelayanan promotif dan preventif antara lain penggandaan media, reagen, rapid tes/tes cepat, bahan PMT penyuluhan dan pemulihan berbahan lokal, (5) Belanja cetak dan penggandaan, (6) Belanja makanan dan minuman, (7) Penyelenggaraan rapat-rapat, sosialisasi, pertemuan, dan (8) Honorarium PNS dan non PNS.
Dana BOK tidak dapat dimanfaatkan untuk keperluan belanja tidak langsung (gaji, tunjangan dll) belanja modal, upaya kesehatan kuratif dan rehabilitatif, pembelian obat, vaksin, pemeliharaan gedung, kendaraan, biaya transportasi rujukan.
Dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terjadi perubahan pada sistem pembiayaan puskesmas. Melalui JKN, Pemerintah/Pemerintah Daerah hanya akan bertanggung jawab untuk pemenuhan program upaya kesehatan
masyarakat serta mendanai bantuan iuran bagi penduduk miskin dan tidak mampu, sementara program upaya kesehatan perorangan didukung oleh dana iuran wajib peserta dan kapitasi yang dikelola oleh BPJS. Puskesmas harus siap dan mampu mengelola dana kapitasi tersebut demi pemenuhan kebutuhan dalam melaksanakan upaya-upaya kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan setinggi- tingginya (Kemenkes, 2013).
Material. Material adalah prasarana yang dimanfaatkan dalam proses pelaksanaan pelayanan kesehatan promotif dan preventif, prasarana yang dimaksud adalah gedung Puskesmas, letak geografis dan kondisi jalan raya diwilayah kerja Puskesmas. Untuk melakukan semua pelayanan kesehatan promotif dan preventif yang telah direncanakan, diperlukan tempat untuk
menjalankan pelayanan kesehatan promotif dan preventif didalam gedung karena dengan kesiapan tempat dapat memudahkan pelaksanaannya dengan baik.
Begitupula dengan kondisi jalan yang baik tentunya dapat mempermudah pelaksanaan pelayanan kesehatan promotif dan preventif diluar gedung. Tanpa didukung oleh prasarana yang memadai dan dimanfaatkan dengan maksimal, kemampuan yang baik saja tidak dapat melaksanakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif.
Method. Metode adalah suatu tata cara kerja yang dapat memperlancar jalannya sebuah pelayanan kesehatan. Dengan kata lain metode merupakan cara- cara yang dijalankan atau dilaksanakan oleh Puskesmas atau UKBM untuk mencapai tujuan organisasi atau misi yang ingin dicapai. Karena tanpa metode yang tepat tentunya tujuan akhir bisa tidak tercapai, biaya hilang begitu
saja, sarana dan prasarana yang tersedia terkesan tidak berguna sehingga tidak dapat mengatasi masalah kesehatan. Sesuai dengan Permenkes RI, metode atau cara yang digunakan untuk memperlancar jalannya pelaksanaan pelayanan kesehatan promotif dan preventif adalah sebagai berikut:
Tabel 4
Metode yang digunakan dalam pelayanan promotif dan preventif di Puskesmas Metode
Upaya Pelayanan Promosi Kesehatan Upaya Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Penyuluhan Pencegahan dan pengendalian
penyakit tidak menular Pemberdayaan masyarakat
Pelatihan Pencegahan dan pengendalian
penyakit menular Advokasi
Sumber : Kemenkes RI, 2014
Machine. Mesin adalah sarana kesehatan dalam bentuk alat ataupun media yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan organisasi. Sarana mempunyai peranan penting dalam mencapai target suatu organisasi. Untuk mendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan promotif dan preventif perlu adanya penguatan Puskesmas sebagai salah satu ujung tombaknya. Penguatan tersebut antara lain dilakukan melalui pemenuhan sumber daya khususnya alat yang digunakan seperti LCD, komputer, printer, laptop, papan tulis putih, radio, kamera, dsb serta media-media pendukung seperti alat peraga, gambar-gambar yang mendukung pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif, leaflet, poster, dsb (Ditjen Yankes, 2017).
Adapun jenis peralatan yang sudah ditetapkan oleh Permenkes RI yang mendukung pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif adalah sebagai berikut:
Tabel 5
Peralatan dalam Ruangan Promosi Kesehatan Puskesmas
Jenis Peralatan Jumlah Minimal
Set Promosi Kesehatan Alat peraga cara menyusui yang benar (boneka dan fantom payudara)
1 paket
Alat Permainan Edukatif (APE) 1 paket
Biblioterapi Sesuai kebutuhan
Boneka Bayi 1 buah
Buletin Board / Papan Informasi 1 buah
Cetakan Jamban 1 buah
Cetakan Sumur Gali (Cicin) 1 buah
Komputer dan Printer 1 unit
Fantom Gigi Anak 2 buah
Fantom Gigi Dewasa 2 buah
Fantom Mata Ukuran Asli 1 buah
Fantom Mata Ukuran Besar(Fiberglass) 1 buah
Fantom Panggul Wanita 1 buah
Flip Chart dan Stand 1 buah
Food Model 1 paket
Gambar Anatomi Gigi 1 lembar
Gambar Anatomi Mata 1 lembar
Gambar Anatomi Mata 60 x 90 1 lembar
Gambar Panggul Laki-Laki 1 lembar
Kamera Foto / Handy Camp 1 unit
Laptop 1 unit
Layar ukuran 1 x 1,5 M / Screen 1 buah
Leaflet-Leaflet Sesuai kebutuhan
Megaphone / Public Address System 1 buah
Papan Tulis Putih 1 buah
Poster-Poster Sesuai kebutuhan
Proyektor / LCD Proyektor 1 unit
Radio Kaset/ Tape Recorder 1 unit
Televisi dan Antena 1 unit
VCD/ DVD Player 1 unit
Wireless System / Amplifier & Wireless Microphone 1 unit Bahan Habis Pakai
Cairan Desinfektan Tangan Sesuai kebutuhan
Cairan Desinfektan Ruangan Sesuai kebutuhan
Jenis Peralatan Jumlah Minimal Perlengkapan
Kabel Tambahan, @ 20 m 1 unit
Portable Generator 1 unit
Tempat Sampah Tertutup 2 buah
Lemari alat 1 buah
Kursi kerja 2 buah
Lemari Arsip 1 buah
Lemari Alat-Alat Audiovisual 1 buah
Meja tulis ½ biro 1 buah
Pencatatan dan Pelaporan
Buku register pelayanan Sesuai kebutuhan
Formulir dan Surat Keterangan lain sesuai kebutuhan pelayanan yang diberikan
Sesuai kebutuhan
Kartu Status Pasien Sesuai kebutuhan
Sumber : Kemenkes RI, 2014
Market. Pemasaran dari pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah penyebaran pelayanan kesehatan promotif dan preventif yang merata. Dalam hal ini pelayanan kesehatan promotif dan preventif harus sampai kepada seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali meliputi individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat.
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan perlu dirumuskan untuk keperluan pemantauan dan evaluasi promosi kesehatan Puskesmas. Oleh karena itu, indikator keberhasilan ini cenderung menjadi perhatian dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai pembina Puskesmas. Agar pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan secara paripurna, maka indikator keberhasilan dari pelayanan kesehatan promotif dan preventif mencakup indikator masukan (input), indikator proses, indikator keluaran (output), dan indikator dampak (outcome) (Kemenkes, 2007).
Indikator masukan (input). Masukan perlu yang diperhatikan adalah yang berupa komitmen, sumberdaya manusia, sarana/peralatan dan dana. Oleh karena itu, indikator masukan ini dapat mencakup :
1. Ada/tidaknya komitmen kepala Puskesmas yang tercermin dalam Rencana Umum Pengembangan Promosi Kesehatan Puskesmas.
2. Ada/tidaknya komitmen seluruh jajaran yang tercermin dalam Rencana Operasional Promosi Kesehatan Puskesmas.
3. Ada/tidaknya petugas promosi kesehatan Puskesmas sesuai dengan standar tenaga promosi kesehatan Puskesmas.
4. Ada/tidaknya petugas promosi kesehatan dan petugas-petugas kesehatan lainnya yang sudah dilatih.
5. Ada/tidaknya sarana dan peralatan promosi kesehatan Puskesmas sesuai dengan standar sarana/peralatan promosi kesehatan Puskesmas.
6. Ada/tidaknya dana di Puskesmas yang mencukupi untuk penyelenggaraan promosi kesehatan di Puskesmas.
Indikator proses (process). Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan pelayanan kesehatan promotif dan preventif di puskesmas yang meliputi pelayanan di dalam gedung dan pelayanan di masyarakat. Indikator yang digunakan disini meliputi :
1. Pelaksanaan pelayanan kesehatan promotif dan preventif di dalam gedung (setiap tenaga kesehatan melakukan promosi, pemasangan poster, dll), yaitu sudah atau belum, atau frekuensinya.
2. Kondisi media komunikasi yang digunakan (poster, spanduk, dll), yaitu masih bagus atau sudah rusak.
3. Pelaksanaan pelayanan kesehatan promotif dan preventif di masyarakat
(kunjungan rumah dan pengorganisasian masyarakat), yaitu sudah atau belum.
Indikator keluaran (output). Keluaran yang dipantau adalah keluaran dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, baik secara umum maupun secara khusus. Oleh karena itu, indikator yang digunakan disini adalah berupa cakupan dari kegiatan, misalnya:
1. Apakah semua petugas kesehatan Puskesmas telah melaksanakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif (yaitu penyuluhan, pemberdayaan
masyarakat, pelatihan, dan advokasi serta pengendalian dan pencegahan penyakit menular dan tidak menular).
2. Berapa banyak pasien/klien yang sudah dilayani oleh berbagai kegiatan pelayanan kesehatan promotif dan preventif (denah puskesmas, alur pelayanan,konseling, dll).
3. Berapa banyak keluarga yang telah mendapat kunjungan rumah oleh Puskesmas.
4. Berapa banyak kelompok masyarakat yang sudah digarap Puskesmas dengan pengorganisasian masyarakat.
Indikator dampak (outcome). Indikator dampak mengacu pada tujuan dilaksanakannya pelayanan kesehatan promotif dan preventif Puskesmas, yaitu terciptanya PHBS di masyarakat. Oleh sebab itu, kondisi ini sebaiknya dinilai setelah pelayanan promotif dan preventif di Puskesmas berjalan beberapa lama,
yaitu melalui upaya evaluasi. Tatanan yang dianggap mewakili untuk di evaluasi adalah tatanan rumah tangga.
Landasan Teori
Sebagai acuan dalam menentukan variabel penelitian serta menyusunnya dalam suatu kerangka konseptual, maka keseluruhan teori-teori yang telah dipaparkan diatas dirangkum dalam suatu landasan teori seperti berikut ini.
Dalam meningkatkan status derajat kesehatan masyarakat, Puskesmas harus lebih mengupayakan pelayanan promotif dan preventif. Dalam
melaksanakan pelayanan promotif dan preventif tentunya berkaitan erat dengan sumber daya organisasi yang tersedia di Puskesmas. Dengan kata lain, sumber daya organisasi adalah salah satu faktor pendukung dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, dan diharapkan mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila pemenuhan sumber daya tenaga, pembiayaan dan sarana kesehatan dapat memadai dan seimbang dengan kebutuhan (Dinkes Deli Serdang, 2017).
Menurut George. R. Terry dalam Manullang (2004) untuk mencapai tujuan sebuah organisasi, ada 6M yang harus dipenuhi oleh organisasi, dimana tools atau alat manajemen yang digunakan untuk mencapai tujuan disebut juga sebagai sumber daya pokok. Sumber daya pokok yang dimaksud adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan kegiatan manajemen seperti:
man yang merujuk pada sumber daya manusia yang dapat melakukan berbagai aktivitas, money merujuk pada uang yang digunakan untuk mencapai tujuan, material dan machine merujuk pada sarana dan prasarana yang dimanfaatkan
dalam mencapai tujuan, method merujuk pada metode yang digunakan dalam mencapai tujuan dan market merujuk pada pasar ataupun sasaran yang harus dicapai oleh suatu organisasi.
Tersedianya sumber daya organisasi yang memadai di Puskesmas akan mempengaruhi proses pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif di
Puskesmas sehingga menghasilkan pelayanan promotif dan preventif yang berguna dalam meningkatkan status derajat kesehatan masyarakat.
Kerangka Pikir
Kerangka pikir ini bertujuan untuk melihat bagaimana persediaan dan pemanfaatan sumber daya organisasi pada pelayanan promotif dan preventif di Puskesmas Sibolangit melalui indikator input, process, dan output. Oleh karena itu, kerangka pikir disusun sebagai berikut:
g
Gambar 1. Kerangka pikir Masukan (input):
Sumber Daya Organisasi yang meliputi:
1. Man/sumber daya manusia
2. Money/anggaran 3. Material/
prasarana
4. Machine/peralatan 5. Method/metode 6. Market/sasaran
Proses (process) : Pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM)
Keluaran (output) : Hasil Pelayanan Promotif dan Preventif di Puskesmas Sibolangit
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif agar diketahui secara jelas dan mendalam tentang gambaran sumber daya organisasi pada program promotif dan preventif di Puskesmas Sibolangit tahun 2018.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sibolangit Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.
Waktu penelitian. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2018 - selesai.
Informan Penelitian
Adapun informan dalam penelitian ini adalah Tabel 6
Daftar Informan
Jabatan Kepala Puskesmas Sibolangit
Penanggung jawab Unit Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Penanggung jawab Unit Keluarga Berencana (KB) Penanggung jawab Unit Kesehatan Lingkungan Penanggung jawab Unit Gizi Masyarakat Penanggung jawab Unit Promosi Kesehatan
Penanggung jawab Unit Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular
Dokter/dokter gigi
Kader Upaya Kesehatan Bersumberdaya Manusia (UKBM) Masyarakat
Defenisi Konsep
Berdasarkan kerangka pikir, dapat dirumuskan defenisi konsep sebagai
1. Masukan (input) adalah segala kebutuhan yang dimasukkan dalam pelaksanaan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) sehingga pelaksanaanya dapat berjalan dengan baik, meliputi:
a. Man adalah tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang kesehatan, seperti dokter, dokter gigi, sarjana kesehatan masyarakat, perawat, dan bidan yang dapat melaksanakan pelayanan promotif dan preventif melalui Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM).
b. Money adalah materi dalam bentuk uang yang dapat digunakan untuk melaksanakan pelayanan promotif dan preventif.
c. Material adalah ruangan dan transportasi yang digunakan untuk melaksanakan pelayanan promotif dan preventif dan kondisi akses menuju sasaran yang ditempuh sehingga dapat mendukung pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif.
d. Machine adalah alat atau media yang mendukung dan dapat digunakan dalam melaksanakan pelayanan promotif dan preventif.
e. Method adalah cara yang digunakan untuk memperlancar jalannya pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif seperti: melalui penyuluhan, pemberdayaan masyarakat, advokasi, pelatihan, pengendalian dan pencegahan penyakit tidak menular dan penyakit menular.
f. Market adalah pemasaran ataupun penyebaran pelayanan promotif dan preventif yang harus tersebar secara merata dan adil.
2. Proses (process) adalah serangkaian kegiatan pelayanan promotif dan preventif melalui Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Upaya Kesehatan Masyarakat