• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

- 1 -

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

NOMOR 44 TAHUN 2013

TENTANG

SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PENYELENGGARAAN PELELANGAN HASIL PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 6 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kabupaten Kotawaringin Barat maka dipandang perlu untuk membentuk Susunan Organisasi dan Tata Cara Penyelenggaraan Pelelangan Hasil Perikanan;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Penyelenggaraan Pelelangan Hasil Perikanan.

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang – Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat 11 di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang – Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820);

2. Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok – Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok – Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);

3. Undang – Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

4. Undang – Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009

(2)

Tentang Perubahan atas Undang – Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);

5. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang – undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5121);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 197, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4018), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang

Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4738);

(3)

14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Tahun 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah.

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 694);

18. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pokok – Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2007 Nomor 32) ;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 14 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008, Nomor 14).

20. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 6 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2008 Nomor 6);

21. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 18 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2008 Nomor 18, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 3);

22. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 4 Tahun 2009 tentang Penangkapan Ikan (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2009 Nomor 4);

23. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 12 Tahun 2013 tentang Retribusi Tempat Pelelangan Ikan (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2012 Nomor 13 Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 37).

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PENYELENGGARAAN PELELANGAN HASIL PERIKANAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Kotawaringin Barat

(4)

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan unsur Perangkat Daerah sebagai penyelenggara pemerintahan daerah;

3. Bupati adalah Bupati Kotawaringin Barat;

4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat;

5. Dinas adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kotawaringin Barat;

6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kotawaringin Barat;

7. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) adalah Unit Pelaksana Teknis Daerah yang merupakan kumpulan berbagai kegiatan menyangkut administrasi, keuangan, kepegawaian, keamanan, pengaturan kapal yang tambat/labuh di dermaga, tempat pelelangan ikan, penyediaan air tawar, bahan bakar, es keperluan laut, kamar dingin dan paket kegiatan yang dibutuhkan nelayan dalam kelancaran usahanya;

8. Pengelola Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) adalah Pejabat Daerah dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kotawaringin Barat yang diangkat sesuai dengan pangkat/golongan/eselon jabatannya dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kotawaringin Barat;

9. Tempat Pelelangan Ikan adalah tempat yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk melakukan pelelangan ikan termasuk jasa pelelangan lainnya yang disediakan ditempat pelelangan termasuk dalam pengertian tempat pelelangan adalah tempat yang dikontrak oleh Pemerintah Daerah dari Pihak lain untuk dipakai sebagai tempat pelelangan;

10. Retribusi Tempat Pelelangan Ikan yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa usaha penggunaan Tempat Pelelangan Ikan beserta sarana dan prasarana yang disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan;

11. Bakul/ Pedagang ikan adalah orang yang pekerjaan sehari harinya membeli ikan hasil tangkapan dari nelayan membeli ikan hasil tangkapan dari nelayan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI);

12. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan;

13. Petani ikan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan;

14. Usaha Perikanan adalah semua usaha perorangan atau berbadan hukum untuk menangkap ikan atau membudidayakan ikan, termasuk antara lain kegiatan memuat, menampung, menyimpan, mengolah, mendinginkan, mengawetkan dan mengangkat ikan untuk tujuan komersial;

15. Usaha Penangkapan Ikan adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan di perairan dalam keadaan tidak dibudidayakan dengan alat atau cara yang legal, termasuk kegiatan menggunakan kapal, untuk memuat, menampung, menyimpan, mengolah, mendinginkan, mengawetkan dan mengangkat ikan untuk tujuan komersial;

16. Kapal Perikanan adalah kapal atau perahu atau alat apung lainnya yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan termasuk untuk melakukan survei atau eksplorasi Perikanan;

17. Kapal Penangkap Ikan adalah kapal yang secara khusus dipergunakan

untuk menangkap, ikan termasuk memuat, menampung, menyimpan,

mendinginkan atau mengawetkan;

(5)

18. Dermaga adalah tempat tambat/labuh kapal dan bongkar muatan ikan;

BAB II

PEMBENTUKAN DAN KEDUDUKAN

Bagian Kesatu Pembentukan

Pasal 2

Dengan Peraturan Bupati ini dibentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Penyelenggaraan Pelelangan Hasil Perikanan Pada Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kumai Dinas Perikanan dan Kelautan.

Bagian Kedua Kedudukan

Pasal 3

Penyelenggaraan Pelelangan Hasil Perikanan dipimpin oleh seorang Pimpinan Pelelangan yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan melalui Kepala Pangkalan Pendaratan Ikan.

BAB III

TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Pasal 4

Penyelenggaraan pelelangan Hasil Perikanan mempunyai Tugas Pokok : a. Menyelenggarakan penjualan hasil Perikanan dengan cara lelang dalam

rangka membantu nelayan memasarkan hasilnya.

b. Membina masyarakat/nelayan/organisasi nelayan khususnya yang menyangkut segi usaha yang diarahkan kepada tercapainya suatu iklim produksi dan pemasaran yang tetap, serta mampu meningkatkan pendapatan nelayan dan melancarkan arus pemasaran ikan.

BAB IV

SUSUNAN ORGANISASI

Pasal 5

(1) Susunan Organisasi Penyelenggaraan Pelelangan Hasil Perikanan terdiri dari :

a. Pimpinan Pelelangan b. Juru Timbang c. Juru Tawar/ Lelang

d. Juru Tulis (Juru Tulis TPI, Juru Tulis Juragan dan Juru Tulis Bakul)

e. Kasir

(6)

(2) Bagan Susunan Organisasi Penyelenggaraan Pelelangan Hasil Perikanan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

BAB V

PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PENYELENGGARAAN PELELANGAN

Pasal 6

Pengangkatan dan Pemberhentian Pimpinan Penyelenggara Pelelangan Hasil Perikanan dilakukan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan atas usul Kepala Pangkalan Pendaratan Ikan.

BAB VI

PEMBIDANGAN TUGAS

Pasal 7

(1) Pimpinan Penyelenggaraan Pelelangan hasil Perikanan mempunyai tugas pokok:

a. memimpin dan mengoordinir semua pekerjaan pelelangan maupun administrasi.

b. Menyelenggarakan pengelolaan administrasi keuangan secara tertib dan teratur.

c. Menyediakan dan mengawasi penggunaan fasilitas – fasilitas pelelangan serta peralatannya.

d. Menyelenggarakan dan mengawasi kebersihan (sanitasi) dalam pelelangan serta peralatannya.

e. Secara periodik memberikan laporan lengkap tentang aktivitas penyelenggaraan pelelangan hasil Perikanan kepada Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kotawaringin Barat.

f. Dalam menjalankan tugasnya pemimpin pelelangan hasil Perikanan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kotawaringin Barat.

(2) Juru Timbang mempunyai tugas pokok :

a. Menimbang ikan dari nelayan/petani ikan secara teliti dan jujur.

b. Dalam tugas menimbang terlebih dahulu harus mengetahui beratnya tempat (keranjang) dan lain – lain.

c. Setelah ditimbang diberi catatan yang menunjukkan nama pemilik ikan, berat ikan sesungguhnya (netto) dan diberi nomor urut.

(3) Juru Tawar/ Lelang mempunyai Tugas :

a. Sebelum melakukan pelelangan terlebih dahulu harus mengetahui berat dan jenis ikan untuk diumumkan, menyebutkan nama pemilik (juragan dan alamatnya; juru tulis bakul dan juru tulis juragan).

b. Dalam cara melelang harus mengetahui penawaran yang tertinggi.

c. Setelah sampai kepada penawar yang terakhir (sudah tidak ada yang

menawar lagi) juru lelang mengulangi penawaran terakhir tersebut

selama tiga kali.

(7)

d. Apabila tidak ada lagi penawaran yang lebih tinggi, maka juru lelang mengumumkan harga penawaran terakhir dan nama penawar/pembelinya. Juru tulis akan mencatat dalam buku karcis, buku juragan dan buku bakul.

(4) Juru Tulis terdiri dari :

a. Juru Tulis TPI mempunyai tugas pokok:

1. Bertanggung jawab penuh atas karcis lelang, terutama nomor karcis sejak mulai sampai dengan sesudah lelang.

2. Harus memperhatikan benar – benar pengumuman juru lelang dan mencatat nama pemilik/juragan, berat ikan, macam ikan, besarnya harga lelang, nama bakul dan mengisi kolom buku karcis yang sudah tersedia.

b. Juru Tulis Juragan mempunyai tugas melakukan kegiatan pencatatan nama pemilik kapal, ikan yang akan dilelang menurut jenis ikan berat ikan dan retribusi yang harus dibayar oleh pemilik ikan dan memberikan karcis lelang tersebut kepada pemilik kapal/ikan untuk menyelesaikan keuangannya kepada kasir yang telah ditunjuk.

c. Juru Tulis Bakul mempunyai tugas pokok melakukan kegiatan pencatatan nama – nama pedagang yang turut melelang ikan, harga ikan lelang berdasarkan karcis lelang tersebut kepada kasir untuk melakukan penagihan kepada pedagang ikan (bakul/pembeli ikan).

(5) Kasir mempunyai tugas pokok :

a. Menerima uang dari bakul menurut jumlah yang terdapat dalam karcis yang telah diperhitungkan oleh juru tulis.

b. Semua karcis dari bakul supaya dibundel untuk bahan pengecekan dari bakul – bakul.

c. Sebagai pengganti karcis kepada bakul diberikan kuitansi.

d. Membayar kepada juragan/pemilik atas dasar bukti strook karcis yang diterima dari pemilik/juragan (setelah dibukukan dalam buku juragan).

e. Untuk menghindari bila terdapat kesalahan, maka sebelum membayar harus diteliti lebih dahulu.

f. Setelah lelang selesai dan semua pembayaran kepada pemilik/juragan telah dicocokkan maka buku kasir ditutup, sisa uang dihitung dan dibundel dan selanjutnya disetorkan kepada pemimpin pelelangan.

BAB VII

TATA CARA PENYELENGGARAAN PELELANGAN

Pasal 8

Penyelenggaraan Pelelangan dilaksanakan dengan tata cara sebagai berikut : a. Pelelangan hasil Perikanan diselenggarakan setiap saat secara terbuka di

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kumai.

b. Kapal nelayan yang masuk di Pangkalan Pendaratan Ikan melapor kepada petugas PPI untuk pemeriksaan dan mendapat nomor urut kemudian berlabuh.

c. Ikan kemudian dibongkar oleh para nelayan ABK dan disortir sesuai

mutu maupun jenisnya kemudian ditimbang dan diberikan karcis

Timbang.

(8)

d. Ikan yang telah ditimbang sebagaimana dimaksud ayat (2) kemudian ditempatkan di TPI untuk dilelang.

e. Peserta lelang adalah bakul yang telah terdaftar di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kotawaringin Barat dan telah mendaftar sebagai peserta lelang.

f. Sebelum mengikuti pelelangan, peserta lelang wajib menyerahkan uang jaminan paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari perkiraan nilai lelang kepada Petugas TPI.

g. Sebelum pelelangan dimulai, juru tawar/lelang memberi kesempatan kepada calon pembeli atau peserta lelang untuk melihat keadaan ikan yang akan dilelang.

h. Penjualan dilakukan dengan cara lelang oleh juru tawar/lelang atau wakilnya yang ditunjuk oleh pimpinan pelelangan.

i. Dengan menyebutkan nama pemilik atau keterangan lainnya, macam/jenis ikan, oleh juru tawar/lelang dapat dimulai pelelangan ikan.

j. Penawaran yang dengan harga yang meningkat atau naik.

k. Penawar yang tertinggi ialah penawar yang penawarannya setelah 3 (tiga) kali diumumkan oleh juru tawar/lelang tidak mendapat saingan penawar lain.

l. Setelah pelelangan dilakukan dan harga yang tertinggi selaku pemenang, maka juru tawar/lelang menyebut nama bakul, harga ikan yang telah dilelang dan dicatat oleh juru tulis lelang.

m. Penawaran tertinggi memperoleh prioritas untuk membeli ikan yang telah ditawar dan diwajibkan membayar dengan tunai. Pembayaran dilakukan setelah diperhitungkan dengan biaya lelang.

n. Juru tulis lelang mencatat karcis yang telah tersedia sesuai dengan apa yang disebut oleh juru tawar/lelang dan menyerahkan karcis tersebut kepada pemilik/juragan dan penawar tertinggi yang berisi macam/jenis, berat serta harga ikan tersebut.

o. Peserta lelang dengan penawaran tertinggi ditetapkan sebagai pemenang lelang oleh Juru Lelang dan diberi karcis lelang.

p. Jika ada perselisihan di pelelangan diputuskan oleh pimpinan pelelangan dan keputusan tersebut adalah mutlak.

q. Pemenang lelang sebagaimana dimaksud ayat (6) mengambil ikan hasil pelelangan setelah membayar secara tunai harga lelang dan Retribusi TPI di Loket TPI dengan menunjukkan karcis lelang.

r. Nelayan/juragan menerima uang dari kasir setelah dipotong 3 % (tiga perseratus) dari jumlah lelangannya sebagai Retribusi Tempat Pelelangan Ikan.

s. Bakul membayar kepada kasir dengan ditambah 2 % (dua perseratus) dari nilai hasil pelelangan sebagai Retribusi Tempat Pelelangan Ikan.

t. Setelah semua kegiatan lelang selesai, uang dihitung kemudian disetorkan kepada pemimpin pelelangan.

u. Semua transaksi/ kegiatan pelelangan ikan setiap, hari tercatat dan

dibukukan menggunakan administrasi TPI.

(9)

BAB VIII

PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

Pasal 9

Pengendalian dan Pengawasan Peraturan Bupati ini dapat dibentuk Tim yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 10

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Bupati ini akan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan.

Pasal 11

Peraturan Bupati ini berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.

Ditetapkan di Pangkalan Bun pada tanggal 6 November 2013

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT ttd

UJANG ISKANDAR Diundangkan di Pangkalan Bun

pada tanggal 6 November 2013 Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

ttd MASRADIN

BERITA DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN 2013 NOMOR: 44

Referensi

Dokumen terkait

a) Escapism atau pelarian diri adalah usaha dari individu untuk menghindari atau melarikan diri dari situasi stres yang dihadapinya. Perilaku menghindari masalah

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suhaeni (2016) yang mengemukakan bahwa cara yang digunakan siwa berjenis kelamin laki-laki berkemampuan tinggi dalam

Adanya perbedaan tingkat pemangsaan terhadap karang dan hubungan positif antara kelimpahan ikan kepe-kepe (Chaetodon octofasciatus) dengan persentase karang hidup serta didukung

Dalam PP 24/1997 pada Pasal 32 ayat 2 dinyatakan bahwa: Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara sah atas nama orang atau badan hukum yang

 jelek, jenis jenis kelam kelamin in laki-laki laki-laki atau atau perempua perempuan, n, tempat tempat tinggal didesa atau dikota dan lain-lain, maka metode tinggal

Biaya Operasi yang Dapat Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 139, Tambahan

Daya paling besar diperoleh dari motor bensin 4 langkah dengan penggunaan koil yang memiliki panjang kabel busi 25 % dari panjang kabel busi mula mula yaitu 8,0 Hp pada 7750

Pengendalian hama kumbang tanduk (O.rhinoceros) yang dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida pada bagian pucuk atau pupus kelapa sawit hingga pelepah sawit hingga