• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan utama pada balita di Indonesia dan juga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan utama pada balita di Indonesia dan juga"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan utama pada balita di Indonesia dan juga merupakan masalah kesehatan paling banyak terjadi pada balita yang berkunjung di IGD Rumah Sakit U mum D aerah R uteng s etiap tahun. B erbagai upa ya pe nanganan, seperti p enyuluhan tentang kebersihan lingkungan, penyuluhan tentang pemilahan sampah dan lain-lain yang selalu dilakukan saat jadwal posyandu serta program kerja bakti dari dinas kesehatan terus dilakukan, namun upaya-upaya tersebut masih belum memberikan hasil yang memuaskan. Angka kematian yang tinggi akibat diare akan berdampak negatif pada kualitas pelayanan kesehatan karena angka kematian a nak ( AKA) m erupakan s alah s atu i ndikator unt uk m enilai derajat kesehatan y ang optimal, kurang berhasilnya usaha dalam proses pencegahan diare merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan karena jika upaya pencegahan tidak ditangggulangi dengan baik, maka peningkatan penyakit diare pada balita akan semakin meningkat (Depkes, 2010). Faktor-faktor penyebab di are a kut pa da ba lita i ni a dalah f aktor l ingkungan, t ingkat pe ngetahuan i bu, s osial ekonomi masyarakat, dan makanan atau minuman yang di konsumsi (Rusepno, 2008). Menurut penelitian H azel ( 2013) , faktor-faktor r isiko te rjadinya d iare p ersisten yaitu : bayi be rusia kurang a tau be rat ba dan l ahir r endah ( bayi at au an ak d engan m alnutrisi, anak-anak d engan gangguan imunitas), riwayat infeksi saluran nafas, ibu berusia muda dengan p engalaman yang terbatas dalam merawat bayi,tingkat pendidikan da n pe ngetahuan i bu m engenai hi gienis, kesehatan dan gizi, baik menyangkut ibu sendiri ataupun bayi, pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam pemberian ASI serta makanan pendamping ASI, pengenalan susu non ASI/ penggunaan

(2)

susu botol dan pengobatan pada diare akut yang tidak tuntas. Seseorang dapat menjadi sehat atau sakit akibat dari kebiasaan atau perilaku yang dilakukannya. Kebiasaan yang tidak sehat dapat menunjang t erjadinya p enyakit, s edangkan k ebiasaan yang s ehat d apat m embantu m encegah penyakit (Soemirat, 2004).

Perilaku b aru terbentuk, t erutama p ada o rang d ewasa d imulai p ada d omain k ognitif, subjek t ahu t erlebih da hulu t erhadap s timulus yang be rupa m ateri a tau obj ek di l uarnya sehinggga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut, dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahui itu, akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan tindakan terhadap s timulus a tau objek t ersebut ( Notoatmodjo, 201 2). S eseorang mengabsorpsi pe rilaku (berperilaku baru), pada awalnya ia harus tahu terlebih dahulu tahu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Berdasarkan pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang di dasari oleh pe ngetahuan a kan lebih l anggeng da ripada pe rilaku yang t idak didasari ol eh pe ngetahuan. S elanjutnya da ri p engetahuan t ersebut m enimbulkan r espon ba tin dalam be ntuk s ikap s ubjek t erhadap obj ek yang di ketahui i tu. M enurut Beckler d an W iggins yang dikutip ol eh A zwar ( 2005) s ikap yang di peroleh l ewat pe ngalaman a kan m enimbulkan pengaruh langsung terhadap perilaku berikutnya. Rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan di sadari s epenuhnya t ersebut a kan m enimbulkan t indakan t erhadap s timulus a tau o bjek tersebut s ehingga t erbentuk s uatu pe rilaku hi dup i ndividu ( Notoatmodjo, 201 2). P erilaku i bu yang meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan menentukan dalam pemilihan makanan bergizi, serta m enyusun m enu s eimbang s esuai ke butuhan da n s elera k eluarga. Sehingga pe menuhan kebutuha g izi ba lita t ergantung pa da pe rilaku ibu ( Popularita , 2010). P erilaku i bu da lam pemenuhan ke butuhan gizi be rpengaruh t erhadap s tatus g izi a nak, s tatus gizi yang ba ik da pat

(3)

mencegah t erjadinya b erbagai m acam p enyakit t ermasuk j uga d iare ( Budiarti, W ahjurini, &

Suryawati, 2011).

Kebersihan d alam k ehidupan s ehari-hari m erupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan seseorang. Seseorang mengalami sakit, b iasanya m asalah k ebersihan k urang d iperhatikan, h al i ni t erjadi k arena m enganggap bahwa masalah kebersihan diri adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan dapat mempengaruhi kasehatan secara umum bisa menyebabkan penyakit seperti diare (Tarwoto dan Wartonah, 2008) . K ebersihan l ingkungan p ada ha kekatnya adalah k ondisi a tau ke adaan lingkungan y ang opt imum s ehingga be rpengaruh pos itif t erhadap s tatus ke sehatan yang optimum. Ruang lingkup kebersihan lingkungan antara lain mencakup : perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), r umah he wan ternak ( kandang) da n s ebagainya ( Anwar, 2003) . Lingkungan yang sanitasinya bu ruk da pat menjadi s umber be rbagai pe nyakit yang d apat menganggu ke sehatan manusia p ada ak hirnya j ika k esehatan t erganggu , m aka k esejahteraan juga akan b erkurang, upaya kebersihan lingkungan menjadi penting dalam meningkatkan kesehatan (Setiawan, 2008).

Dua f aktor yang d ominan yang m empengaruhi t erjadinya d iare yaitu: sarana ai r b ersih d an pembuangan tinja, kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare (Azwar, 2006). Tingkat pengetahuan yang rendah tentang diare, seorang ibu c enderung k esulitan unt uk m elindungi da n m encegah balitanya dari pe nularan di are.

Pengetahuan yang r endah i ni m enyebabkan m asyarakat m empunyai pa ndangan t ersendiri da n berbeda t erhadap p enyakit d iare. P engetahuan yang r endah t entang d iare, p encegahan d an

(4)

tindakan b ila an ak m engalami d iare. P ersonal h igiene atau k ebersihan d iri ad alah u paya seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis (Wahit Iqbal, 2008). Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah buang ai r b esar m erupakan k ebiasaan yang d apat m embahayakan b alita t erutama k etika b alita hendak makan.

Rumah S akit U mum D aerah R uteng a dalah r umah s akit r ujukan unt uk t iga k abupaten yaitu k abupaten M anggarai, Kabupaten M anggarai Barat d an k abupaten M anggarai T imur.

Rumah Sakit Umum R uteng s ebagai R umah S akit rujukan b anyak m enerima p asien d engan berbagai penyakit salah satunya adalah diare. IGD merupakan pintu masuk atau garda terdepan dalan suatu unit rumah sakit dengan tingkat kesibukan dan aktivitas dari petugas kesehatan dan para m edis yang s angat t inggi, s ehingga d alam m elayani s emua p asien yang d atang p etugas kesehatan d alam h al i ni p erawat t entu ak an b anyak m enjalankan b erbagai p erannya dalam melayani dan menangani pasien. Peran yang penting dari perawat adalah sebagai edukator atau pendidik, artinya perawat tidak hanya menjalankan tugas sebagai kolaborasi dengan profesi lain tetapi juga dapat menjadi pendidik pasien ataupun keluarga dalam mencegah terjadinya diare.

Data dari Depkes RI (2013), Insiden dan period prevalence diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia a dalah 3,5 pe rsen da n 7,0 pe rsen. Lima pr ovinsi de ngan i nsiden m aupun period p revalen d iare t ertinggi ad alah P apua, S ulawesi S elatan, A ceh, S ulawesi B arat, d an Sulawesi T engah. Insiden di are pa da ke lompok us ia ba lita di I ndonesia a dalah 10,2 pe rsen.

Sementara d ata d i IGD R SUD R uteng Flores adalah k unjungan p asien b alita d engan d iare selama 5 t ahun m enunjukan j umlah kasus yaitu t ahun 2010 s ebanyak 420 kasus, t ahun 2011 sebanyak 580 ka sus, tahun 2012 s ebanyak 534 kasus, t ahun 2013 sebanyak 578 kasus,

(5)

sedangkan pa da t ahun 2014 t erhitung bul an J anuari s ampai S eptember 2014 di temukan 593 kasus, lebih detail lihat di tabel 1.

Tabel 1.1 Penyakit terbesar pada balita di RSUD Ruteng (Januari- September 2014)

No Jenis penyakit 2010 2011 2012 2013 2014

1. ISPA 427 595 560 580 580

2. Diare 420 580 534 578 593

Sumber : (Rekam Medis RSUD Ruteng, 2014)

Adisasmito (2007), melakukan systematic review terkait faktor diare pada bayi dan balita, yang dilakukan terhadap 18 penelitian akademik di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia pa da t ahun 2 000-2005 yang di lakukan t erhadap 3884 ( 65-500) s ubyek pe nelitian.

Tujuan penelitian tersebut adalah melihat faktor risiko diare pada bayi dan balita di Indonesia.

Hasil p enelitian d apat d isampaikan b ahwa f aktor r isiko yang s ering d iteliti a dalah f aktor lingkungan yaitu sarana air bersih dan jamban. Faktor risiko diare dari faktor ibu yang bermakna adalah pengetahuan, perilaku dan kebersihan ibu sedangkan faktor risiko diare dari faktor anak yaitu status gizi dan p emberian ASI ekslusif. F aktor l ingkungan be rdasarkan s arana air be rsih (SAB) yang lebih banyak diteliti adalah jenis SAB ( rerata OR=3,19), risiko pencemaran S AB (rerata O R=7,89), d an s arana j amban ( rerata O R=17,25). P enelitian l ain t erkait k ejadian d iare adalah pe nelitian yang dilakukan ol eh W arouw ( 2002) yang m elakukan pe nelitian t entang hubungan factor lingkungan dan sosial ekonomi dengan morbiditas keluhan diare dan ISPA. Dari hasil pe nelitian t ersebut di dapatkan gambaran prevalensi ke luhan di are di Indonesia s ebesar 3,3% di mana t idak a da perbedaan p revalensi di are antara di kot a de ngan di de sa. D ari ha sil analisis multivariat diketahui bahwa factor risiko terjadinya diare yaitu penghuni rumah yang ber alokasi di da erah r awan ba njir s ebesar 43 ka li ( 95% C I:1,15 – 1,79) be risiko t erhadap di are, kondisi f isik r umah yang t idak ba ik be risiko sebesar 1,23 ka li ( 95%CI:1,03-1,46) t erhadap

(6)

(95%CI:0,071-0,98) t erhadap t erjadinya di are. P enelitian yang di lakukan ol eh W inlar ( 2002) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak usia 0-2 tahun di kelurahan Turangga menyebutkan ba hwa a da empat f aktor yang mempengaruhi. F aktor-faktor t ersebut adalah s tatus s osial e konomi yang r endah s ebesar 61,54% , kur angnya p engetahuan o rang t ua tentang c uci t angan yang be nar s ebesar 54,7% , k ebiasaan i bu m emberikan b erbagai m acam makanan selingan atau snack sebesar 53,5% dan kebiasaan buruk pada kehidupan anak sebesar 61,87%.

Beberapa f aktor yang menyebabkan k ejadian diare p ada b alita yaitu i nfeksi yang disebabkan ba kteri, vi rus a tau parasit, ad anya gangguan p enyerapan makanan at au d isebut malabsorbsi, al ergi, k eracunan b ahan k imia at au r acun yang t erkandung d alam m akanan, imunodefisiensi yaitu ke kebalan t ubuh yang menurun s erta pe nyebab l ain ( Haikin, 2012) . Penyebab l ain d ari d iare b isa ka rena kondi si l ingkungan bur uk yang menjadi ha bitat da ri patogen, s anitasi d an k ebersihan r umah t angga yang bur uk, kur ang m inum a ir yang aman, pajanan p ada s ampah yang p adat s erta m usim kemarau k arena p atogen d i s aluran ai r yang bertambah ( Adisasmito, 2011). H al-hal t ersebut di a tas t entu pe rlu unt uk di pe rhatikan ol eh berbagai pihak sehingga dapat mengurangi insiden atau kejadian diare dan mengurangi jumlah kunjungan pasien b alita yang t erus be rtambah di R umah S akit U mum D aerah R uteng yang menunjukan peningkatan yang cukup tinggi setiap tahunnya. Bila diare tidak ditangani dengan baik dan tepat maka penderita akan mengalami dehidrasi dengan derajat seperti, derajat ringan kehilangan yaitu kehilangan cairan 2-5% dari berat badan, dehidrasi sedang kehilangan cairan 5- 8% dari berat badan, dehidrasi berat kehilangan cairan 8-18% dari berat badan penderita bahkan bila penanganannya terlambat bisa menyebabkan kematian (Ngastiyah, 2012).

(7)

Pembangunan ke sehatan m erupakan ba gian yang t idak t erpisahkan da ri pe mbangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah. Tujuan pokok pembangunan kesehatan salah satunya adalah pe ningkatan ke mampuan m asyarakat unt uk hi dup s ehat da n m engatasi s endiri m asalah kesehatan sederhana terutama melalui upaya peningkatan, pencegahan dan penyembuhan. Hal ini sesuai dengan prilaku masyarakat yang di harapkan dalam Indonesia Sehat 2010 yaitu: bersifat proaktif unt uk m emelihara da n m eningkatkan ke sehatan, m encegah r esiko t erjadinya pe nyakit dan m elindungi da ri ancaman pe nyakit s erta berpartisipasi ak tif d alam g erakan k esehatan masyarakat ( Sudayasa, 2010). T ujuan i tu a kan di capai a ntara l ain m elalui pe ningkatan da n pemantapan up aya ke sehatan. H idup s ehat m erupakan ke butuhan da n t untutan yang s emakin meningkat, walaupun pada kenyataannya derajat kesehatan masyarakat Indonesia masih belum sesuai dengan harapan. Pemerintah telah mencanangkan Indonesia Sehat 2010, yang merupakan paradigma baru yaitu paradigma sehat, yang salah satunya menekankan pendekatan promotif dan preventif dalam mengatasi permasalahan kesehatan di masyarakat (Sudayasa, 2010). Terjadinya pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan dari model medikal yang menitik beratkan pada pelayanan pada diagnosis dan pengobatan ke paradigma sehat yang lebih holistik yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996). P erubahan p aradigma i ni m enempatkan perawat pa da pos isi kunc i da lam pe ran d an fungsinya. Hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit m aupun t atanan p elayanan k esehatan yang l ain di lakukan ol eh p erawat ( Cohen, 1996) . Perubahan paradigma pelayanan kesehatan dari kuratif ke arah promotif dan preventif ini telah direspon o leh ah li t eori k eperawatan N ola. J P ender d engan m enghasilkan s ebuah ka rya fenomenal t entang “Health Promotion Model “ atau m odel p romosi ke sehatan. M odel i ni menggabungkan 2 t eori yaitu t eori ni lai ha rapan ( expectancy value) da n t eori kog nitif s osial

(8)

(social cognitive theory) yang kons isten de ngan s emua t eori yang m emandang pe ntingnya promosi kesehatan dan pencegahan p enyakit adalah suatu yang hal l ogis dan ekonomis. T eori HPM ini juga dipakai pada penelitian dengan judul analisis perilaku ibu rumah tangga tentang pap s mear be rdasarkan t eori he alth pr omotion m odel N ola J . P ender di Pakis G unung r w 04 Kecamatan S awahan S urabaya o leh Layli S ulaiha, m ahasiswa F KP U NAIR p rogram A t ahun 2012 dan j uga pa da pe nelitian de ngan j udul analisis f aktor p enghambat mo tivasi b erhenti merokok berdasarkan health belief model pada mahasiswa fakultas teknik Universitas Brawijaya Malang oleh Kumboyono program studi ilmu keperawatan Universitas Brawijaya Malang tahun 2011.

HPM m embantu pe rawat m emahami d eterminan pe rilaku ke sehatan individu, yang menjadi da sar Intervensi/konseling perilaku unt uk m eningkatkan gaya hi dup s ehat ( Pender, 2011). Perilaku s ebelumnya, f aktor pe rsonal, m anfaat t indakan, hambatan, kemampuan di ri, komitmen, sikap y ang be rhubungan dengan a ktivitas, pengaruh s ituasi, pe rilaku pr omosi kesehatan s angat m empengaruhi d an s aling b erkaitan t erhadap t erjadinya d iare. Teori N ola J . Pender menjelaskan b ahwa semua f aktor d i a tas m empengaruhi p erilaku s eseorang d alam mencapai status kesehatan yang optimal, sehingga diharapkan dengan pendekatan teori Nola J.

Pender dapat mencapai atau terhindarnya balita dari terjadinya diare.

1.2 Identifikasi Masalah Faktor yang mempengaruhi:

1. Pengetahuan ibu 2. Manfaat tindakan 3. Hambatan

4. Kemampuan diri

5. Sikap yang berhubungan dengan aktifitas 6. kebersihan lingkungan

7. Kemampuan berkompetisi 8. Komitmen

Kejadian diare di IGD RSUD Ruteng : Tahun 2010 515 kasus Tahun 2011 342 kasus Tahun 2012 342 kasus Tahun 2013 340 kasus Januari – September thn 2014 835 kasus

(9)

Gambar 1.1 Identifikasi m asalah f aktor-faktor yang be rhubungan de ngan ke jadian di are pa da balita be rdasarkan p endekatan t eori N ola J . P ender di IGD R umah S akit U mum Daerah Ruteng

1.3 Rumusan Masalah

Apakah f aktor yang berhubungan d engan kejadian d iare p ada b alita b erdasarkan pendekatan teori Nola J. Pender di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah Ruteng?

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Menganalisis f aktor yang b erhubungan de ngan kejadian di are p ada ba lita be rdasarkan pendekatan t eori N ola J . P ender di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit U mum D aerah Ruteng.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita.

2. Mengidentifikasi hubungan manfaat tindakan dengan kejadian diare pada balita.

3. Mengidentifikasi hubungan hambatan manfaat tindakan dengan kejadian diare pada balita 4. Mengidentifikasi hubungan kemampuan diri dengan kejadian diare pada balita.

5. Mengidentifikasi hubungan sikap yang berhubungan dengan aktifitas dengan kejadian d iare pada balita.

6. Mengidentifikasi hubungan kebersihan lingkungan dengan kejadian diare pada balita.

7. Mengidentifikasi hubungan kemampuan berkompetisi dengan kejadian diare pada balita.

8. Mengidentifikasi hubungankomitmen dengan kejadian diare pada balita.

(10)

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dalam bidang keperawatan, khususnya pada bidang yang berhubungan dengan penyakit diare yang sering terjadi di masyarakat terutama dalam hal pemberian asuhan keperawatan dan dapat menjadikan ilmu keperawatan di Indonesia semakin berkembang.

1.5.2 Manfaat praktis 1. IGD RSUD Ruteng

Memberi i nformasi t entang f aktor yang be rhubungan de ngan ke jadian diare p ada b alita di Instalasi G awat Darurat Rumah S akit U mum R uteng b erdasarkan p endekatan t eori N ola J . Pender, sehingga Instalasi Gawat Darurat menjadi tempat untuk memberikan penkes kepada masyarakat tentang upaya pencegahan terjadinya diare.

2. Perawat

Perawat d apat meningkatkan p eran ak tif d alam melakukan pe ran s ebagai pe ndidik ke pada pasien dalam mencegah dan menangani diare.

3. Peneliti selanjutnya

Dapat menjadi bahan rujukan d alam m elakukan pengembangan penelitian selanjutnya yang terkait dengan pencegahan dan penanganan diare pada balita.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa terdapat hubungan antara tinggi badan ibu dengan kejadian stunting, hal ini sejalan dengan penelitian yang menyebutkan bahwa tinggi

Hasil dari penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa minyak dedak padi yang memiliki nilai viskositas yang tinggi bisa diturunkan dengan dicampurkan

Berdasarkan dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan maka dapat dilihat bahwa ada beberapa pertanyaan, pelanggan merasa bahwa kualitas pelayanan yang

Setelah pengimplementasian pembelajaran melalui pendekatan scientific dalam pembelajaran matematika pada materi trigonometri di kelas X.3 SMA Negeri 10

Sifat-sifat dasar operator akan disajikan sebagai dasar untuk pengembangan lanjutan, yang sebelumnya sebagian sudah disajikan di dalam beberapa tulisan antara

Agresifitas pajak dipengaruhi oleh likuiditas dan leverage menurut Likuiditas menurut Subramanyam (2013) adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dalam

Untuk meningkatkan kinerja manajerial maka pihak yang terkait dalam pusat pendapatan dan pusat biaya dalam instansi/organisasi perlu mengetahui bahwa struktur dan

3. Menjalankan, memindah tangankan atau menjual serta menyerahkan kepada siapa saja termasuk kepada yang diberi kuasa dengan harga pasaran yang layak dan