• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vol. 4, No. 1 (2021), Hal e-issn : p-issn : URL :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Vol. 4, No. 1 (2021), Hal e-issn : p-issn : URL :"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISA HASIL PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANTARA SISWA YANG TINGGAL DI DALAM DANDI LUAR PONDOK SUNAN AMPEL

PADA SISWA KELAS VIII SMP SUNAN AMPEL JOMBANG

Umi Rosyidah

(STAI Muhammadiyah Paciran Lamongan) umirosyidah@gmail.com

ABSTRAK

Prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisa perbedaan Hasil Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Antara Siswa yang Tinggal di dalam dan di luar Pondok Sunan Ampel pada siswa kelas VIII SMP Sunan Ampel Jombang. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan Hasil Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Antara Siswa yang Tinggal di dalam dan di luar Pondok Sunan Ampel pada siswa kelas VIII SMP Sunan Ampel Jombang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan komparatif (membandingkan). Populasi penelitian ini adalah siswa SMP Sunan Ampel kelas VIII yang berjumlah 127 siswa, sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 64 siswa. Analisis data penelitian menggunakan uji komparasi yang perhitungannya menggunakan uji t. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : (1) Nilai UTS mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa yang tinggal di dalam Pondok Pesantren sebesar 70 dan nilai maksimalnya sebesar 90 dengan rerata sebesar 80,47. (2) siswa yang tinggal di luar Pondok Pesantren Nilai UTS sebesar 70 dan nilai maksimalnya sebesar 90 dengan rerata sebesar 78,59. (3) Hasil nilai uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan hasil Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam antara Siswa yang Tinggal di dalam dan di luar Pondok Sunan Ampel pada siswa kelas VIII SMP Sunan Ampel Jombang. Jadi Ho

yang diajukan diterima.

Kata Kunci : Hasil Prestasi Belajar, Pendidikan Agama Islam, Pondok Pesantren

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan fenomena dalam hidup manusia yang secara fundamental mempunyai sifat membangun dalam kehidupan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” (UU RI No. 20 Tahun 2003, 2009:3) Proses pembelajaran agama Islam dibutuhkan lingkungan yang baik, karena kompetensi yang dituntut berupa aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Terlebih pada pendidikan agama Islam, cakupan pengajaran lebih luas karena terdapat sejumlah ritual ibadah yang perlu diajarkan, seperti tata cara shalat, do’a, dan baca Al-Qur’an. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang mampu mendukung proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang diinginkan secara efektif dan efisen. Salah satu lingkungan belajar yang baik yaitu pondok pesantren. Lingkungan pondok pesantren merupakan

(2)

2

lingkungan sehari-hari yang didalamnya siswa berinteraksi dengan teman, guru, serta komponen yang ada di Pondok ters ebut. Pondok pesantren merupakan tempat tinggal sementara bagi siswa selama menuntut ilmu di sekolah tersebut.

SMP Sunan Ampel Jombang, adalah salah satu sekolah yang berada di tengah kota Jombang. SMP Sunan Ampel memiliki fasilitas Pondok pesantren bagi siswanya yang ingin sekolah sambil tinggal di Pondok Pesantren Sunan Ampel Jombang. Namun pihak sekolah tidak mewajibkan siswanya untuk tinggal di Pondok Pesantren tersebut.

Kondisi tersebut tentunya akan mempengaruhi hasil belajar pendidikan Agama Islam siswanya, sebab kebiasaan siswa-non santri memiliki waktu luang untuk bermain, sedangkan bagi siswa yang tinggal di Pondok Pesantren selain menempuh pendidikan formal, mereka juga harus belajar diniyah. Walaupun demikian antara siswa yang tinggal di pondok pesantren dan siswa yang tidak tinggal di pondok tentu memiliki persamaan dan juga perbedaan baik dari segi proses maupun prestasi belajar. Sebab banyak faktor yang bisa mempengaruhi prestasi belajar pada siswa.

Berdasarkan hasil studi awal di studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Januari 2018 di SMP Sunan Ampel Jombang, dengan melihat hasil prestasi belajar anak, ternyata terdapat anak yang tidak tinggal di pondok pesantren tetapi mendapatkan nilai yang baik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dan ada juga anak yang tinggal di Pondok Pesantren yang mendapat nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

Hasil studi awal tersebut di atas membuat penulis tertarik untuk mengkomparasikan atau membandingkan bagaimana proses dan prestasi belajar dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) antara siswa

yang tinggal di pondok pesantren dan siswa yang tidak tinggal di pondok pesantren di SMP Sunan Ampel Jombang dengan mengambil judul “Analisa Hasil Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Antara Siswa yang Tinggal di dalam dan di luar Pondok Sunan Ampel pada siswa kelas VIII SMP Sunan Ampel Jombang”.

Alasan penulis menulis judul tersebut adalah sebagai berikut:

1. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar adalah lingkungan. Penulis menganggap lingkungan pondok pesantren mampu menciptakan proses dan prestasi belajar mata pelajaran PAI siswa-santri lebih baik.

2. Mata pelajaran PAI sangat penting dijadikan bahan penelitian. Sebab ilmu agama Islam ini sangat berperan untuk perbaikan moral dan akhlak para siswa sekolah yang sekarang ini semakin terkikis oleh pengaruh globalisasi.

Prestasi Belajar

Belajar adalah kegiatan-kegiatan fisik atau badaniah. Hasil yang dicapai adalah berupa perubahan-perubahan dalam fisik itu, misalnya: dapat berlari, mengendarai mobil dan sebagainya. Seseorang yang belajar kelakuannya akan berubah daripada sebelumnya.

Jadi belajar tidak hanya mengenai bidang intelektual, akan tetapi mengenai seluruh pribadi anak. Perubahan kelakuan karena mabuk bukanlah hasil belajar (Ahmadi, 2009:256-267).

Berdasarkan pengertian beberapa ahli tersebut disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Hasil belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Syah (2009:

2016) mendefinisikan hasil belajar peserta didik pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Purwanto (2014:44) Hasil belajar

(3)

3

seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang diajarkan.

Benyamin Bloom (Syah, 2009: 216-2018) mengemukakan secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

a. Ranah kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah: Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi, Analisis, Sintesis, Evaluasi

b. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek.

Kelima aspek dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks sebagai berikut: Reciving/ attending (penerimaan), Responding (jawaban), Valuing (penilaian), Organisasi, Karaakteristik nilai atau internalisasi nilai

c. Ranah Psikomotor

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:

1) gerakan refleks yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar;

2) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar;

3) kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain;

4) kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan;

5) gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks;

6) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah. Hasil belajar yang baik adalah hasil belajar yang memenuhi dan dapat mencapai tujuan belajar serta mencakup tiga ranah kecerdasan peserta didik, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Hasil belajar setiap individu dipengaruhi oleh belajar peserta didik. Syah (2009:

144) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik yaitu faktor internal, eksternal dan pendekatan belajar.

a. Faktor dari dalam yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang berasal dari peserta didik belajar. Faktor dari dalam (internal) meliputi dua aspek, fisiologi dan psikologis.

1) Fisiologi, faktor ini meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi panca indra.

2) Kondisi psikologis, faktor ini meliputi kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif.

(4)

4

b. Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar peserta didik yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.

1) Lingkungan sosial yang dimaksud adalah manusia atau sesama manusia, baik manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar peserta didik ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu rumah, sekolah dan masyarakat.

2) Lingkungan non sosial meliputi keadaan udara, waktu belajar, cuaca, lokasi gedung sekolah dan alat-alat pembelajaran.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yaitu jenis upaya belajar yang meliputi strategi, model dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Pengertian Pondok Pesantren

pondok pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan Islam dimana seorang santri bermukim untuk menuntut ilmu dengan menerapkan moralitas Islam sebagai pedoman hidup dibawah pimpinan pengasuh Pondok Pesantren tersebut. Dengan ciri khas mempunyai sarana dasar anatara lain Masjid sebagai pusat belajar, Rumah Kyai dan keluarganya, Pondok sebagai tempat tinggal santri, ruang belajar santri atau madrasah.

Dalam pondok pesantren juga melaksanakan tiga fungsi kegiatan yang dikenal dengan Tri Darma Pondok Pesantren, yaitu :

a. Peningkatan keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT.

b. Pengembangan keilmuan yang bermanfaat.

c. Pengabdian terhadap agama, masyarakat dan Negara.31

Peranan Pondok Pesantren Dalam Sistem Pendidikan Nasional

pondok pesantren sebagai satuan pendidikan yaitu pendidikan keagamaan dan dalam bentuk materi pelajaran yaitu pendidikan agama tercantum secara eksplisit dalam ketentuan-ketentuan Undang-Undang Sisdiknas. Adapun ketentuan-ketentuan tersebut adalah:

a. Awal dari Undang-Undang menyebutkan dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Presiden Republik Indonesia dan seterusnya, ini berarti bahwa undang-undang ini adalah merupakan perujudan dari Rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Rahmat Tuhan itu sudah pasti berdasarkan nilai agama dan nilai agama dapat ditanamkan kepada setiap warga negara Indonesia melalui pendidikan dan pengajaran agama.

b. Pasal 1 poin 1 menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan seterusnya. Poin ini menunjukkan secara jelas pengertian dari pendidikan yaitu diantaranya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan dan akhlak mulia. Untuk mencapai hal yang demikian dapat ditempuh dengan pendidikan dan pengajaran agama.

c. Pasal 1 poin 2 menyebutkan Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional dan seterusnya. Poin ini menunjukkan bahwa dasar dari pendidikan nasional adalah Pancasila dan UUD 1945 yang bersumber kepada nilai-nilai agama dan kebudayaan nasional.

(Departemen Agama , 2003: 53-54)

Berdasarkan diktum-diktum di atas, pendidikan agama dan pendidikan keagamaan dalam Sistem Pendidikan Nasional dapat dikelompokkan dalam empat jalur diantaranya yaitu:

(5)

5 a. Pendidikan agama dalam keluarga.

b. Pendidikan agama sebagai bagian dari kurikulum semua jenis, jenjang dan jalur pendidikan.

c. Pendidikan agama sebagai ciri khas satuan pendidikan umum, seperti sekolah umum yang diselenggarakan oleh organisasi sosial keagamaan (misalnya : SD Islam, SMP Islam, SMU Islam) dan madrasah yang merupakan pendidikan umum yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan Islam dalam lingkup tugas Departemen Agama, mencakup Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) dan Perguruan Tinggi Islam.

Perbedaan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Antara yang Tinggal di dalam dan di luar Pondok Pesantren

Lingkungan belajar merupakan segala sesuatu yang berada di luar diri seseorang yang berpengaruh terhadap proses belajar mengajar atau hasil belajar (Hutabarat, 1995:203).

Banyak siswa atau peserta didik yang kurang memperhatikan lingkungan belajar, tetapi dalam mencapai keberhasilan belajar, lingkungan belajar mempunyai pengaruh yang cukup besar.

Proses pembelajaran agama Islam dibutuhkan lingkungan yang baik, karena kompetensi yang dituntut berupa aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Terlebih pada pendidikan agama Islam, cakupan pengajaran lebih luas karena terdapat sejumlah ritual ibadah yang perlu diajarkan, seperti tata cara shalat, do’a, dan baca Al-Qur’an. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang mampu mendukung proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang diinginkan secara efektif dan efisen. Salah satu lingkungan belajar yang baik yaitu pondok pesantren. Lingkungan pondok pesantren merupakan lingkungan sehari-hari yang didalamnya siswa berinteraksi dengan teman, guru, serta komponen yang ada di Pondok tersebut. Pondok pesantren merupakan tempat tinggal sementara bagi siswa selama menuntut ilmu di sekolah tersebut.

Menurut Slameto (2010:72), lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap anak/siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Hal ini disebabkan karena Anak/siswa tertarik untuk ikut berbuat seperti yang dilakukan orang- orang di sekitarnya. Jika anak berada pada lingkungan yang kurang mendukung, akibatnya belajarnya terganggu dan bahkan anak/siswa kehilangan semangat belajar karena perhatiannya semula terpusat kepada pelajaran berpindah ke perbuatan-perbuatan yang selalu dilakukan orang-orang di sekitarnya yang tidak baik tadi. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar yang baik-baik, mereka mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya, antusias dengan cita-cita yang luhur akan masa depan anaknya, anak/siswa terpengaruh juga ke hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang lingkungannya, sehingga akan berbuat seperti orang-orang yang ada di lingkungannya.

Pengaruh itu dapat mendorong semangat anak/siswa untuk belajar lebih giat lagi.

Bagi anak yang tinggal di Pondok Pesantren maka aktivitas sehari-hari dari mulai pagi hingga pagi lagi selalu diisi dengan kegiatan keagamaan, baik mengaji Al Qur’an, Shalat wajib maupun sunnah, serta aktivitas keagamaan lainnya, sehingga diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajat agama islam dibandingkan anak yang tinggal di luar pondok pesantren.

Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Sunan Ampel Jombang

Akhirnya hal itu diberitahukan kepada Mahfudz Muda dan Keluarganya. Setelah semuanya setuju, maka dilangsungkanlah pernikahan antara Mahfudz Muda (25 th) dengan Hj. Abidah (9 Th).

Setelah KH. Ma’shum Ali meninggal dunia pada tahun 1933 M (usia 33 Th ), pesantren diserahkan kepada KH. Mahfudz Anwar. Setelah selang 4 Th wafatnya KH.

(6)

6

Ma’shum Ali, Hj. Khoiriyah Hasyim menikah lagi dengan K. Muhaimin (46 Th). K.

Muhaimin langsung pergi ke Tanah Suci Mekkah selama 18 th bersama Hj. Khoiriyah Hasyim sampai akhirnya K. Muhaimin meninggal disana. Setelah meninggalnya KH.

Muhaimin, Hj. Khoiriyah Hasyim kembali ke Tebuireng bersama orang Mekkah yang selalu setia mengabdi kepada Hj. Khoiriyah Hasyim. Orang itu namanya Masykuri.

Setelah itu Hj. Khoiriyah memimpin pondok Seblak bersama dengan Masykuri, keponakan K. Muhaimin ( Muhsin Zuhdi) dan beberapa putra angkatnya yang jumlahnya banyak. Ketika Hj. Khoiriyah kembali ke Seblak itulah, KH. Mahfudz Anwar bersama Hj. Abidah berangkat ke Jombang tepatnya di jalan Jaksa Agung Suprapto no.

14 Jombang.

Data Prestasi belajar Siswa yang tinggal di Pondok Pesantren

Data prestasi belajar siswa dalam penelitian ini menggunakan nilai Ujian Tengah Semester (UTS) semester Genap tahun pelajaran 2017-2018. Adapun data penelitian berdasarkan siswa yang tinggal di Pondok Pesantren Sunan Ampel Jombang adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2. Hasil Nilai UTS Mata PelajaranPendidikan Agama dan Budi Pekerti SMP Sunan Ampel Jombang Yang tinggal di Pondok Pesantren

No Kelas Nama Jenis

Kelamin Nilai UTS

1 VIIIA Abdul Ghofur L 70

2 VIIIA Adilla Sanda Faraday Nikita

Putri P

85

3 VIIIA Ahmad Dani Maulana L 75

4 VIIIA Audy Aprilia P 85

5 VIIIA Bagas Ari Prayogo L 85

6 VIIIA Fifit Rachmad Hariyanto L 80

7 VIIIA Kholifah Andiliyani Mariyama P 85 8 VIIIA Mukhammad Alfis Rokhman R. L 85 9 VIIIB Ana Maratu Khonita Tillah P 85

10 VIIIB Ari Firmansyah L 80

11 VIIIB Luqman Bayu Dharmawan L 80

12 VIIIB Maulidya Annisa P 90

13 VIIIB Mokhammad Samsul Magrofi L 85

14 VIIIB Muhammad Nur Zaini L 80

15 VIIIB Nurul Fania P 70

No Kelas Nama Jenis

Kelamin Nilai UTS

16 VIIIB Rhamadhani Yoga Prasetya L 80

17 VIIIC Abdul Kodir L 85

18 VIIIC Afiatus Solicha P 70

19 VIIIC Fajar Ilham Agustin L 70

20 VIIIC Fresti Asma'Ul Lailah P 75

21 VIIIC Khusniawati P 75

22 VIIIC M. Toyib Afandi L 80

23 VIIIC Mohamat Rojal L 75

(7)

7

24 VIIIC Muhamad Setyo Aji L 70

25 VIIID Agung Pribadi L 80

26 VIIID Michael Regifta Putra Hervindo L 85

27 VIIID Muchamad Alif Saputro L 85

28 VIIID Mukhammad Faiz Wahyu F. L 85

29 VIIID Nailal Izzah P 85

30 VIIID Rifqi Fuad Dharmawan L 85

31 VIIID Siti Nur Syaimah P 85

32 VIIID Yasmine Jauzaa Imtyaas P 85

Nilai Minimal 70

Nilai Maksimal 90

Rerata 80,47

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa nilai UTS mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti di SMP Sunan Ampel pada siswa yang tinggal di dalam Pondok Pesantren sebesar 70 sedangkan nilai maksimalnya sebesar 90 dengan nilai rerata sebesar 80,47. Nilai rerata tersebut menunjukkan bahwa pada siswa yang tinggal di dalam pondok pesantren sudah melampaui nilai ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 75.

Data Prestasi belajar Siswa yang tinggal di Luar Pondok Pesantren

Data penelitian berdasarkan siswa yang tinggal di luar Pondok Pesantren Sunan Ampel Jombang adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3. Hasil Nilai UTS Mata PelajaranPendidikan Agama dan Budi Pekerti SMP Sunan Ampel Jombang pada siswa yang tinggal di Luar Pondok Pesantren

No Kelas Nama Jenis

Kelamin Nilai UTS

1 VIIIA Abi Maulana L 70

2 VIIIA Dewi Setianingsih P 70

3 VIIIA Fani Firmansyah L 70

4 VIIIA Lailatul Jannah P 80

5 VIIIA Mas Syahrul Ramadhan L 80

6 VIIIA Novitasari P 70

7 VIIIA Rahmat Alfandy L 80

8 VIIIA Wahyu Ardiyanto L 80

9 VIIIB Alif Putra Sandyartha L 80

10 VIIIB Alvi Isnaini P 80

11 VIIIB Eko Teguh Satriyo L 80

12 VIIIB Indri Cahya Cholifah P 90

13 VIIIB M. Salman Al Farisi L 80

14 VIIIB Muchamad Yunus L 80

15 VIIIB Panji Gilang Ramadhan L 80

16 VIIIB Siti Fatimah P 80

17 VIIIC Adam Firmansyah L 85

18 VIIIC Anita Febriani Indah Lestari P 80

19 VIIIC Arka Nanta Andika L 80

(8)

8

20 VIIIC Firman Hidayat L 70

21 VIIIC Irma Nur Safitri P 80

22 VIIIC Mega Ayu Marchanda P 80

23 VIIIC Muhammad Fany Ardiansyah L 80

24 VIIIC Rayih Harwindawan Putra L 80

25 VIIID Andik Prasetyo L 75

26 VIIID Bayu Adi Prasetyo L 80

27 VIIID Farhan Syaputra L 85

28 VIIID Indra Karisma L 80

29 VIIID Muchammad Maulidir Rusli L 80

30 VIIID Nur Ajizah Fahma P 80

31 VIIID Salsabila Orny Falah P 80

32 VIIID Tifanny Maulida Innayah P 70

Nilai Minimal 70

Nilai Maksimal 90

Rerata 78,59

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa nilai UTS mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti di SMP Sunan Ampel pada siswa yang tinggal di luar Pondok Pesantren sebesar 70 sedangkan nilai maksimalnya sebesar 90 dengan nilai rerata sebesar 78,59. Nilai rerata tersebut menunjukkan bahwa pada siswa yang tinggal di luar pondok pesantren sudah melampaui nilai ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 75.

Analisis Data Hasil Penelitian

Setelah diketahui nilai terendah dan tertinggi serta rerata masing-masing kelompok pada siswa kelas VIII SMP Sunan Ampel Jombang maka langkah selanjutnya adalah menguji hipotesis penelitian yang diajukan. Analisis data menggunakan uji komparasi dengan uji t-test sebagaimana tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan Hasil Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Antara Siswa yang Tinggal di dalam dan di luar Pondok Sunan Ampel pada siswa kelas VIII SMP Sunan Ampel Jombang. Sedangkan hipotesis yang ingin diuji dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan Hasil Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Antara Siswa yang Tinggal di dalam dan di luar Pondok Sunan Ampel pada siswa kelas VIII SMP Sunan Ampel Jombang.

Berikut ini akan disajikan tabel kerja untuk menghitung perbedaan tersebut.

Tabel 4.4. Tabel Kerja Untuk menghitung perbedaan Hasil Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Antara Siswa yang Tinggal di dalam dan di luar Pondok Sunan Ampel pada siswa kelas VIII SMP Sunan Ampel Jombang

No PP LP d xd (d-Md) x2d

1 70 70 0 -2,19 4,79

2 75 70 5 2,81 7,91

3 85 70 15 12,81 164,16

4 80 80 0 -2,19 4,79

5 85 80 5 2,81 7,91

6 85 70 15 12,81 164,16

(9)

9

7 85 80 5 2,81 7,91

8 85 80 5 2,81 7,91

9 80 80 0 -2,19 4,79

10 80 80 0 -2,19 4,79

11 85 80 5 2,81 7,91

12 80 90 -10 -12,19 148,54

13 80 80 0 -2,19 4,79

14 90 80 10 7,81 61,04

15 70 80 -10 -12,19 148,54

16 85 80 5 2,81 7,91

17 85 85 0 -2,19 4,79

18 70 80 -10 -12,19 148,54

19 80 80 0 -2,19 4,79

20 75 70 5 2,81 7,91

21 85 80 5 2,81 7,91

22 70 80 -10 -12,19 148,54

23 75 80 -5 -7,19 51,66

24 75 80 -5 -7,19 51,66

25 80 75 5 2,81 7,91

26 85 80 5 2,81 7,91

27 85 85 0 -2,19 4,79

28 80 80 0 -2,19 4,79

29 85 80 5 2,81 7,91

30 85 80 5 2,81 7,91

31 85 80 5 2,81 7,91

32 85 70 15 12,81 164,16

Jumlah 2.585 2.515 70 0 1.396,88

Rerata 80,78 78,59 2,19 0,00 43,65

Keterangan:

PP = Tinggal di dalam Pondok Pesantren LP = Tinggal di luar Pondok Pesantren

d = selisih nilai antara yang tinggal di dalam pondok dan di luar pondok

(10)

10

Perhitungan uji t dilakukan dengan menggunakan rumus:

𝑡 = 𝑀𝑑

√ ∑𝑋2𝑑 𝑁(𝑁 − 1) Keterangan

Md = Mean dari perbedaan kelompok 1 dengan kelompok 2 xd = deviasi masing-masing subyek (d-Md)

∑X2d = Jumlah Kuadrat Deviasi N = Subjek pada sampel d.b = ditentukan dengan N-1

Adapun untuk menghitung Mean dari perbedaan kelompok 1 dan 2 menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑀𝑑 = ∑𝑑 𝑁 Keterangan

Md = Mean dari perbedaan kelompok 1 dan 2

∑d = Jumlah perbandingan kelompok 1 dan 2 N = Subjek pada sampel

d.b = ditentukan dengan N-1

Adapun untuk menghitung Jumlah Kuadrat Deviasi menggunakan rumus sebagai berikut :

∑𝑥𝑑2 = ∑𝑑2− (∑𝑑)2 𝑁 Keterangan

∑X2d = Jumlah Kuadrat Deviasi

∑d2 = Jumlah perbandingan kelompok 1 dan 2 kuadrat

∑d = Jumlah perbandingan kelompok 1 dan 2 N = Subjek pada sampel

Berdasarkan tabel kerja tersebut diketahui bahwa : 𝑀𝑑 = ∑𝑑

𝑁 = 70

32= 2,19

∑𝑥𝑑2 = ∑𝑑2− (∑𝑑)2

𝑁 = 1.396,88 − 702

32 = 1.396,8 − 153,13 = 1.243,75 Maka diketahui bahwa

𝑡 = 𝑀𝑑

√ ∑𝑋2𝑑 𝑁(𝑁 − 1)

= 2,19

√ 1.243,75 32 (32 − 1)

= 2,19

√1.243,75 992,00

= 2,19

√1,25= 2,19

1,12= 1,95

Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh hasil nilai uji t sebesar 1,95, sedangkan nilai t tabel untuk db 31 adalah sebesar 2,03951, karena hasil hitung lebih kecil dari nilai t tabel maka dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan hasil Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Antara Siswa yang Tinggal di dalam dan di luar Pondok Sunan Ampel pada siswa kelas VIII SMP Sunan Ampel Jombang.

Jika diperhatikan perbandingan rerata hasil belajar antara yang tinggal di dalam pondok yang sebesar 80,78 dibanding dengan rerata hasil belajar siswa yang tinggal diluar pondok pesantren sebesar 78,593, maka dapat disimpulkan bahwa hasil Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang Tinggal di dalam Pondok Pesantren lebih tinggi dibandingkan dengan siswa tinggal di luar Pondok Sunan Ampel pada siswa kelas VIII SMP Sunan Ampel Jombang, namun perbandaingan tersebut tidak signifikan, sehingga hipotesis (Ho) diterima dan Ha ditolak.

(11)

11 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat berbedaan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang Tinggal di dalam pondok maupun siswa yang tinggal di luar Pondok Sunan Ampel pada siswa kelas VIII SMP Sunan Ampel Jombang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Abbas (2008) yang dipeloleh hasil bahwa Prestasi belajar siswa MTs. PP. Al-Mawaddah yang tinggal di luar pondok pesantren tidak ada bedanya dengan prestasi siswa yang tinggal di dalam pondok pesantren karena dalam pembelajaran tidak ada penanganan yang khusus bagi siswa yang di dalam maupun yang tinggal di luar pondok pesantren. Selain itu prestasi belajar siswa MTs. PP. Al- Mawaddah yang tinggal di dalam dan di luar pondok pesantren tidak ada perbedaannya kecuali dalam hal bahasa, siswa yang tinggal di luar pondok kurang mampu menguasai bahasa karena siswa yang tinggal di dalam pondok pesantren diwajibkan untuk berbahasa Arab dan Inggris. Oleh karena itu siswa yang tinggal di dalam lebih lancar dalam penggunaan bahasanya di bandingkan siswa yang tinggal di luar pondok pesantren. Akan tetapi siswa yang tinggal di luar pondok pesantren mampu mengimbangi prestasi siswa yang ada di dalam pondok pesantren.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan apa yang diperoleh Caswa (2013:81-82) dimana disimpulkan bahwa Perbandingan prestasi belajar siswa asrama dan nonasrama dengan mengunakan uji perbandingan uji T Test dilihat dari uji Kompetensi PAI maupun uji nilai Pendidikan Agama Islam berdasarkan nilai raport hasilnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa Berasrama dengan siswa Nonasrama dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Rohmansyah (2017:74) dengan kesimpulan bahwa dengan menggunakan uji perbandingan dengan menggunakan uji T Test dilihat dari hasil nilai raport siswa dalam mata pelajaran Fikih hasilnya dinyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan anatara siswa yang tinggal diasrama dengan siswa yang tinggal diluar asrama, yang dinyatakan dengan H0 diterima.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan kurang memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa, dimana menurut Slameto (2010:72), lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap anak/siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Hal ini disebabkan karena Anak/siswa tertarik untuk ikut berbuat seperti yang dilakukan orang-orang di sekitarnya. Jika anak berada pada lingkungan yang kurang mendukung, akibatnya belajarnya terganggu dan bahkan anak/siswa kehilangan semangat belajar karena perhatiannya semula terpusat kepada pelajaran berpindah ke perbuatan-perbuatan yang selalu dilakukan orang-orang di sekitarnya yang tidak baik tadi.

Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar yang baik-baik, mereka mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya, antusias dengan cita-cita yang luhur akan masa depan anaknya, anak/siswa terpengaruh juga ke hal-hal yang dilakukan oleh orang- orang lingkungannya, sehingga akan berbuat seperti orang-orang yang ada di lingkungannya. Pengaruh itu dapat mendorong semangat anak/siswa untuk belajar lebih giat lagi.

Bagi anak yang tinggal di Pondok Pesantren maka aktivitas sehari-hari dari mulai pagi hingga pagi lagi selalu diisi dengan kegiatan keagamaan, baik mengaji Al Qur’an, Shalat wajib maupun sunnah, serta aktivitas keagamaan lainnya, namun pada kenyataannya hasil belajar anak lebih dinilai pada aspek kognitifnya sehingga faktor pembiasaan perilaku keagamaan kurang mendapat penilaian.

Menurut Slameto (2010), faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal yang terdiri dari : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan serta faktor

(12)

12

ekstern yang dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

Jadi tidak terbuktinya hasil penelitian ini menurut peneliti disebabkan karena kompleknya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dan faktor lingkungan hanyalah sebagian dari faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut, sebab masih terdapat faktor internal yang lebih berpengaruh seperti motivasi siswa, kepribadian dan sebagainya.

Hal ini menurut peneliti sebagai bagian yang perlu diperbaiki untuk penelitian selanjutnya. Misalnya jika ingin membandingkan antara siswa yang tinggal dipondok dan diluar pondok dapat dilakukan dengan membandingkan kedisiplinan anak, motivasi belajar anak dan sebagainya, sebab jika yang dibandingkan prestasi belajar lebih mengarah pada aspek kognitif. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar juga sangat komplek baik yang berasal dari dalam diri individu maupun yang berasal dari luar diri individu.

Tidak terbuktinya hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa materi ajar yang diberikan di sekolah bisa ditangkap oleh seluruh siswa, hal ini dapat dibuktikan dengan nilai KKM siswa yang baik siswa yang berasal dari dalam pondok maupun yang di luar pondok reratanya sudah diatas nilai minimal yang diharapkan.

Salah satu kelemahan dari penelitian ini adalah peneliti menggunakan sekolah dibawah naungan dinas pendidikan sehingga muatan pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam seminggunya hanya ada 2 jam pelajaran dan pelajaran pendidikan agama Islam tidak dirinci sedetail lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Kementrian Agama yang terdiri dari Fiqh, Aqidah Akhlaq, Qur’an Hadits, SKI dengan masing-masing pelajaran mendapatkan porsi 2 jam pelajaran setiap minggunya.

Penutup

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Nilai UTS mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti di SMP Sunan Ampel pada siswa yang tinggal di di dalam Pondok Pesantren Sunan Ampel sebesar 70 sedangkan nilai maksimalnya sebesar 90 dengan nilai rerata sebesar 80,47. Nilai rerata tersebut menunjukkan bahwa pada siswa yang tinggal di dalam pondok pesantren sudah melampaui nilai ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 75.

2. Nilai UTS mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti di SMP Sunan Ampel pada siswa yang tinggal di luar Pondok Pesantren sebesar 70 sedangkan nilai maksimalnya sebesar 90 dengan nilai rerata sebesar 78,59. Nilai rerata tersebut menunjukkan bahwa pada siswa yang tinggal di luar pondok pesantren sudah melampaui nilai ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 75.

3. Hasil nilai uji t sebesar 1,95, sedangkan nilai t tabel untuk db 31 adalah sebesar 2,03951, karena hasil hitung lebih kecil dari nilai t tabel maka dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan hasil Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Antara Siswa yang Tinggal di dalam dan di luar Pondok Sunan Ampel pada siswa kelas VIII SMP Sunan Ampel Jombang. Jadi hipotesis (Ho) yang diajukan diterima.

Daftar Pustaka

Abas, Rida Pangesti Amalia. (2008). Analisis Perbedaan Prestasi Belajar Siswa MTs. PP. Al- Mawaddah Coper Jetis Ponorogo Antara Yang Tinggal Di Dalam Dan Di Luar Pondok Pesantren. Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (Uin) Malang

(13)

13

Aly, Hery Noer. (1999). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu Arikunto (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Caswa (2013). Perbandingan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Berasrama Dengan Nonasrama Di SMP Kharisma Bangsa Tangerang Selatan. Skripsi. Jakarta : Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Daradjat Zakiah, (1996). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Agama RI. 2003. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Pertumbuhan dan Perkembangannya. Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam.

Djaali. (2014). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Djamarah, Syaiful Bahri. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ensiklopedia Islam 4. 2000. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.

Hamalik, Oemar. (2014). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Hutabarat, EP. (1995). Cara Belajar (Pedoman Praktis untuk Belajar Secara Efesien dan Efektif Bagi Yang Belajar di Perguruan Tinggi). Jakarta: Gunung Mulia.

Majid Abdul dan Andayani Dian, (2006). Pendidikan Agama Islam berbasis Kompetensi,Bandung, PT Remaja Rosdakarya.

Purwanto. (2014). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rohmansyah, Tryas. (2017). Perbandingan Hasil Belajar Mata Pelajaran Fikih Antara Siswa Berasrama Dengan Non Asrama Di MTs Istiqomah Islamiyah Tulang Bawang Barat.

Skripsi. Lampung: Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri (Iain) Raden Intan Lampung

Rois, Mahfud. (2011). Al-Islam Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Erlangga.

Slameto. (2010). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Steenbrink, Karel A. (1994). Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan Islam Dalam Kurun Modern. Jakarta: LP3ES

Sudjana, Nana.( 2005). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru algensindo offset

Syah. Muhibbin. (2009). Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Thoha, Chabib dan Abdul Mu’ti (eds) (1998). PBM Di Sekolah, Eksistensi Dan Proses Belajar- Mengajar Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(14)

14

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Surabaya:

Kirana.

Referensi

Dokumen terkait

Z adalah adanya ungkapan klien mengatakan bahwa ia kurang nafsu makan, Kadang mual, dan muntah ,dan klien hanya mampu menghabiskan ½ porsi makanan yang disediakan

Matakuliah ini membahas tentang hakekat pendidikan dengan seluruh komponen yang ada di dalamnya; hakekat belajar dan pembelajar- an; hakekat kurikulum dan silabus; tugas

Setting arus moment pada hakekatnya untuk mengantisipasi bila terjadi gangguan yang sangat besar pada busbar TM dan dikhawatirkan trafo tenaga tidak tahan terlalu

Hasil penelitian pada MT 2010 pada pengamatan 45 dan 60 HST sistem SRI secara nyata masih menghasilkan pertumbuhan lebih rendah dibandingkan sistem pertanian lainnya,

Dari hasil perhiungan diperoleh variabel Reward (X4) mempunyai nilai t-hitung sebesar -1.775 sedangkan nilai t-tabel sebesar 2.032 ≤ 0 ≤ 2032 karena nilai t-hitung

Dari hasil perhiungan diperoleh variabel Reward (X4) mempunyai nilai t-hitung sebesar -1.775 sedangkan nilai t-tabel sebesar 2.032 ≤ 0 ≤ 2032 karena nilai t-hitung

Apabila mahasiswa tsb ditetapkan dalam status Orang Dalam Pengawasan (ODP) oleh fasyankes dan diminta untuk kembali ke kampus, maka mahasiswa tersebut kembali ke kamar

Adapun nilai t hitung yang diperoleh dari hasil analisis adalah sebesar 2,284 sedangkan nilai t tabel adalah sebesar 1,960 sehingga t hitung > t tabel berarti Ho ditolak,