i
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF ARTICULATE STORYLINE PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VII
SMP NEGERI 13 MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
SYAWALUL RAHMAN 105311106116
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020
ii
iii
iv
v
vi
vii
`MOTTO
“Janganlah kamu berduka cita sesungguhnya allah selalu bersama kita”. Ketika menghadapi suatu ujian, tak perlu bersedih hati kebahagian dan kesedihan terkadang silih berganti tergantung bagaimana kita menghadapinya dan mengambil pelajaran darinya. Kembalikan segalanya kepada sang pecipta bahwa segala yang terjadi adalah ketetapan yang terbaik dari Nya (QS. At Taubah : 40)
Persembahan
“Tugas akhir ini saya persembahkan kepada orang tua, keluarga, guru, sahabat, teman dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu kalian adalah kunci setiap langkahku”
vi ABSTRAK
Syawalul Rahman.2020. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Multimedia Interaktif Articulate Storyline pada Mata Pelajaran IPA Kelas VII 1 SMP 13 Makassar. Skripsi, jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Andi Sukri Syamsuri dan pembimbing II Akram.
Ketidaktidaktersediaan bahan ajar di sekolah serta banyaknya peserta didik yang tidak tuntas dalam pembelajaran IPA menjadi permasalahan di SMP Negeri 13 Makassar. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Multimedia Interaktif Articulate Storyline.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar berbasis multimedia interaktif articulate storyline pada mata pelajaran ipa kelas VII 1 SMP Negeri 13 Makassar. Media dikembangkan dengan aplikasi, articulate storyline yaitu salah satu aplikasi yang digunakan untuk membuat bahan ajar. Subjek uji coba yang diambil adalah 35 orang siswa Kelas VII 1 SMP Negeri 13 Makassar. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan dengan model pengembangan 4-D yang dimodifikasi menjadi 3-D yang terdiri dari pendefinisian (define), perancangan (design), dan pengembangan (develop).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengembangkan bahan ajar berbasis multimedia interaktif articulate storyline yang dikembangkan pada penelitian ini memiliki kualitas baik dari aspek kualitas isi, penyajian, dan bahasa serta efektif, praktis dan teknis menurut para ahli materi, ahli media, para peserta didik dan pendidik. Dari keseluruhan penilaian, bahan ajar ini termasuk baik untuk digunakan di dalam pembelajaran IPA kelas VII 1.
Kata Kunci : Pengembangan Bahan Ajar, Articulate Storyline, Klasifikasi Materi dan Perubahannya, Model Pengembangan 3-D, Multimedia Interaktif.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia, nikmat, kemudahan, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat dan salam senantiasa kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa mengikuti ajarannya sampai akhir zaman.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas, namun berkat do‟a, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Segala usaha dan upaya telah dilakukan oleh penulis dalam rangka menyelesaikan skripsi ini dengan semaksimal mungkin. Namun, sebagai manusia biasa penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Akan tetapi, penulis tak pernah menyerah karena penulis yakin ada Allah SWT yang senantiasa mengirimkan bantuan-Nya dan dukungan dari segala pihak.
Segala rasa hormat, penulis secara istimewa berterima kasih kepada keluarga terutama kedua orang tuaku tercinta bapak Ahyudin dan ibu Saliamah yang telah memberikan kasih sayang, jerih payah, cucuran keringat, semangat dan doa yang selalu mengiringi langkah penulis, sungguh semua itu tak mampu penulis gantikan, dan semoga Allah memberikan balasan yang terbaik kepada mereka di dunia maupun di akhirat.
vi
Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. H.
Ambo Asse, M.ag. Rektor Universitas Muhammdiyah Makassar, bapak Erwin Akib, S.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, bapak Dr. Muhammad Nawir, M. Pd., Ketua Prodi Teknologi Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Nasir, S.Pd., M.Pd Sekretaris Prodi Teknologi Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, bapak Bapak Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum selaku Dosen Pembimbing I, Akram, S.Pd, M.Pd Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, dan memberikan petunjuk sehingga skripsi ini dapat selesai, bapak Drs. Ramli, M.Pd. selaku kepala sekolah SMP Negeri 13 makassar, bapak H. Syamsuddin S. S.Pd sealaku guru pengampu mata pelajaran IPA kelas VII 1, bapak/Ibu dosen Jurusan Teknologi Pendidikan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, peserta didik kelas VII khususnya VII 1 SMP Negeri 13 Makassar, yang bersedia tekpen 16 c yang selalu menemani dan memberikan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungannya.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengaharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tiada akan berarti tanpa adanya kritikan.
Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca terutama bagi diri pribadi penulis. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan Teknologi Pendidikan pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Demikianlah skripsi ini disusun dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih banyak ditemui kekurangan dan kelemahan.
vi
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat dibutuhkan penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya baik kepada penulis maupun pembaca.
Makassar, Oktober 2020 Penulis
Syawalul Rahman
vii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN... iii
SURAT PERNYATAAN ... iv
SURAT PERJANJIAN... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Pengembangan... 8
D. Spesifikasi Produk Yang Diharapkan ... 9
E. Pentingnya Pengembangan ... 10
F. Asumsi Dan Keterbatasan Pengembangan ... 10
G. Devinisi Operasional Variabel ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
A. Kajian Teori ... 12
1. Pengertian Pengembangan ... 12
2. Pengertian Bahan Ajar ... 13
3. Peran Bahan Ajar ... 14
4. Karakteristik Bahan Ajar ... 16
5. Jenis – Jenis Bahan Ajar ... 18
6. Fungsi Bahan Ajar ... 23
7. Multimedia Interaktif ... 24
viii
8. Articulate Storyline ... 25
9. Mata Pelajaran IPA ... 27
10. Penelitian Relevan ... 28
B. Kerangka Fikir ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
A. Model Pengembangan ... 32
B. Prosedur Pengembangan ... 34
C. Data dan Sumber Data ... 40
D. Instrument Penelitian ... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ... 43
F. Teknik Analisis Data ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN ... 50
A. Deskripsi Hasil Pengembangan ... 50
B. Deskripsi dan Analisis Hasil Uji Coba ... 58
C. Pembahasan ... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 81
A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN ... -LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vi DAFTAR TABEL
Nama Tabel Halaman
3.1 Skor Kriteria Penilaian Validasi ...45
3.2 Skor Kriteria Penilaian Respon ...46
3.3 Analisis Aktivitas Peserta Didik ...47
3.4 Analisis Aktivitas Pendidik ...48
3.5 Skor Kriteria Penilaian Keaktifan...49
4.1 Validasi Materi ...58
4.2 Validasi Media ...61
4.3 Analisis Respon Peserta Didik ...62
4.4 Analisis Respon Pendidik ...64
4.5 Aktivitas Peserta Didik ...64
4.6 Aktivitas Pendidik Mengelola Pembelajaran ...65
vi
DAFTAR GAMBAR
Nama Gambar Halaman
2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 31
3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan ... 32
3.2 Prosedur Penelitian Pendefinisian ... 35
3.3 Prosedur Perancangan ... 37
3.3 Prosedur Pengembangan ... 39
4.1 Tampilan Opening Media Interaktif ... 55
4.2 Tampilan Sampul Depan ... 55
4.3 Tampilan Menu Utama Media ... 55
4.4 Tampilan Info Media ... 56
4.5 Tampilan Standar Kompetensi ... 56
4.6 Tampilan Pendahuluan ... 56
4.7 Tampilan Materi Pembelajaran ... 56
4.8 Tampilan Soal ... 57
4.9 Tampilan Sampul Media ... 75
4. 10 Tampilan Menu Utama Media ... 76
4. 11 Tampilan Info Media ... 76
vii
4. 12 Tampilan Standar Kompetensi ... 77
4. 13 Tampilan Pendahuluan ... 77
4. 14 Tampilan Materi Pelajaran ... 77
4. 15 Tampilan Soal ... 78
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Format Angket Validasi Ahli Materi ... 81
Lampiran 2 Format Angket Validasi Ahli Media ... 85
Lampiran 3 Format Lembar Aktivitas Peserta Didik ... 91
Lampiran 4 Format Lembar Aktivitas Pendidik Mengelola Pembelajaran ... 93
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 96
Lampiran 6 Hasil Wawancara Dengan Guru ... 104
Lampiran 7 Hasil Wawancara Dengan Siswa ... 106
Lampiran 8 Format Angket Respon Pserta Didik ... 108
Lampiran 9 Format Angket Respon Pendidik ... 120
Lampiran 10 Hasil Perhitungan Validasi Ahli Materi ... 125
Lampiran 11 Hasil Perhitungan Validasi Ahli Media ... 127
Lampiran 12 Hasil Perhitungan Angket Respon Peserta Didik ... 129
Lampiran 13 Hasil Perhitungan Angket Pendidik ... 132
Lampiran 14 Hasil Analisi Data Aktivitas Peserta Didik ... 134
Lampiran 15 Hasil Analisi Data Aktivitas Guru Mengelola Pembelajaran ... 135
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses pemberdayaan, yang diharapkan mampu memberdayakan peserta didik menjadi manusia cerdas, manusia berilmu dan berpengetahuan, serta manusia terdidik. Pemberdayaan siswa, misalnya dilakukan melalui proses belajar, proses latihan, proses memperoleh pengalaman, atau melalui kegiatan lainnya. Melalui proses belajar mereka diharapkan memperoleh pengalaman memecahkan masalah, pengalaman etos kerja, dan ketuntasan bekerja dengan hasil yang baik. Melalui proses belajar, mereka juga diharapkan memperoleh pengalaman mengembangkan potensi mereka serta melakukan pekerjaan dengan baik, dan mampu bekerja sama dalam kemandiriannya (Hamzah, 2016)
Dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 secara jelas disebutkan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2 Berdasarkan uraian diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan merupakan salah satu proses mempersiapkan peserta didik dalam menjalani kehidupan sosial kemasyarakatan, dimana pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat membantu perkembangan anak-anak dalam menentukan masa depannya sehingga semua aspek yang terkandung dalam pendidikan haruslah mencakup informasi- informasi akademik yang inspiratif sehingga berguna bagi peserta didik. Tentu didalam pendidikan itu sendiri terdiri dari berbagai aspek pendukung seperti sarana dan prasarana yang bersifat mendukung prosesnya seperti bahan ajar, media ajar, dan perangkat-perangkat lainnya.
Perjalanan pendidikan di Indonesia terus mengalami perbaikan dan perubahan, yang di tandai oleh terus meningkatnya arus globalisasi dan karakter peserta didik yang semakin beragam dengan cara belajarnya yang beragam pula. Sebagai pendidik yang profesional, maka ini merupakan faktor yang membuat tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik juga terus meningkat. Perubahan global mempengaruhi posisi pendidik yang awalnya sebagai sumber informasi utama dalam proses belajar berubah fungsi menjadi wadah dan sarana bagi peserta didik dalam memahami pembelajaran dengan bahan ajar tertentu. (Mbulu,2004)
Pengembangan bahan ajar digunakan sebagai cara untuk mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi isi dan strategi pembelajaran. Pengembangan bahan ajar sebagai pemahaman tentang desain pernbelajaran. Selain itu, pengembangan bahan ajar mempertimbangkan sifat materi ajar, jumlah peserta didik, dan ketersediaan materi. Pengembangan bahan ajar mengunakan prinsip luwes. Prinsip luwes artinya
3 dapat menerima hal-hal baru yang belum tercakup dalam isi mata pelajaran pada saat pengimplementasiannya (Mbulu,2004)
Prinsip luwes peserta didik mampu menerima hal-hal baru dalam isi mata pelajaran yang belum tercakup pada bahan ajar yang disampaikan oleh pendidik.
Pengembangan bahan ajar yang menyenangkan dan menanamkan nilai-nilai moral untuk peserta didik sangat diperlukan. Hal ini untuk meningkatkan kualitas peserta didik dalam ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang menjadi inti dalam kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 yang berbasis teks, dijadikan pendidik untuk mengembangkan dan menyusun bahan ajar yang berkualitas, bervariasi, dan tetap mempertahankan aspek-aspek dasar dalam kurikulum 2013. Berbasis teks, peserta didik dituntut untuk aktif mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Teks tersebut digunakan oleh pendidik untuk mengembangkan bahan ajar yang berkualitas serta mampu menanamkan nilai- nilai moral yang baik. Bahan ajar sebagai komponen dalam kurikulum yang akan disampaikan kepada siswa. Komponen yang berperan sebagai materi pembelajaran, ketika proses pembelajaran.
Materi pembelajaran tersebut disusun dalam silabus untuk memper mudah pelaksanaan pembelajaran. Materi pembelajaran terlebih duhulu dikembangkan, sehingga lengkap dan siap digunakan sebagai bahan ajar. Pendidik ketika menyampaikan pembelajaran, terlebih dahulu menguasai tentang cara menyampaikan materi dengan baik. Supaya materi pembelajaran dipahami peserta didik, maka pendidik melakukan organisasi materi pembelajaran sebelum melaksanakan pembelajaran di
4 kelas. Sebagai pendidik yang profesional, guna bahan individu mempersiapkan metode, media, dan materi pembelajaran difokuskan untuk kepentingan proses belajar mengajar.
Ketika proses belajar mengajar, pendidik mengarahkan dan membimbing peserta didik supaya aktif, sehingga tercipta interaksi yang baik antara pendidik dengan peserta didik maupun peserta didik dengan peserta didik.
Manfaat arahan dan pembelajaran yang disampaikan oleh pendidik kepada peserta didik untuk menguasai materi, juga memberi pemahaman dan penguasaan kepada peserta didik tentang tema. Manfaat bimbingan pembelajaran agar siswa mampu menyelesaikan masalah. Masalah yang sering dihadapi oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran, memilih bahan ajar, menentukan bahan ajar, dan materi pembelajaran yang sesuai dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam mencapai kompetensi,kurikulum atau silabus dan materi bahan ajar hanya dituliskan secara garis besar dalam bentuk materi pokok. Tugas pendidik untuk menjabarkan materi pokok tersebut, sehingga menjadi bahan ajar yang lengkap. Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditentukan oleh pendidik yang profesional, input yang baik, dan fasilitas, fasilitas seperti gedung sekolah, alat-alat pengajaran, dan perpustakaan. Pemilihan bahan ajar yang tepat dan berkualitas sangat penting. Sebagai seorang pendidik memilih bahan ajar yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Bahan ajar dapat dibedakan atas: (1) bagi pendidik antara lain menghemat waktu, merubah guru menjadi
5 fasilitator, mengefektifkan pembelajaran, sebagai pedoman dan alat evaluasi, (2) bagi peserta didik dapat digunakan kapan dan dimanapun, belajar sesuai kecepatan, menggali potensi peserta didik, dan pedoman untuk mengarahkan aktivitas dalam pembelajaran, (3) bagi strategi pembelajaran bahan ajar dapat berfungsi sebagai pembelajaran klasikal, individual dan kelompok (Prastowo, 2011).
Salah satu kompetensi yang perlu dimiliki seorang guru dalam melaksanakan tugasnya adalah mengembangkan bahan ajar. Pengembangan bahan ajar penting dilakukan pendidik agar pembelajaran lebih efektif, efisien, dan tidak melenceng dari kompetensi yang ingin dicapainya. Kompetensi mengembangkan bahan ajar idealnya telah dikuasai pendidik secara baik, namun pada kenyataannya masih banyak pendidik yang belum menguasainya, sehingga dalam melakukan proses pembelajaran masih banyak yang bersifat konvensional. Dampak dari pembelajaran konvensional ini antara lain aktivitas pendidik lebih dominan dan sebaliknya peserta didik kurang aktif karena lebih cenderung menjadi pendengar. (Carey, 2005).
Pengembangan bahan ajar harus bertujuan pada apa yang peserta didik butuh untuk dipelajari. pendidik harus berani berinovasi untuk mendesain bahan ajar yang lebih efektif dan komunikatif. Bahan ajar yang disajikan akan sangat berpengaruh pada tingkat bahkan pola berpikir peserta didik, khususnya pada jenjang sekolah dasar, dan menengah. Bahan ajar tidak hanya bermanfaat untuk peserta didik tetapi juga untuk pendidik dalam mengembangkan kompetesinya. Jika bukan tuntutan, setidaknya memenuhi kebutuhan peserta didik, serta untuk mengubah pola pembelajaran konvensional agar menjadi lebih variatif dan menarik sehingga meningkatkan minat belajar peserta didik dan juga menjawab permasalahan perbedaan karakter belajar
6 mereka. Salah satu contohnya adalah munculnya media pembelajaran interaktif yang didalamnya terdiri dari berbagai sumber belajar dan disusun dengan tujuan memancing respon peserta didik dalam proses belajar.
Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 13 Makassar diketahui rendahnya pembelajaran siswa disebabkan oleh faktor pendidik yang kurang menggunakan bahan ajar berbasis multimedia interaktif atau bahan ajar yang berbasis non cetak di dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik merasa bosan dan pasif dalam proses pembelajaran, serta proses pembelajarannya masih monoton, proses belajar mengajar terlalu konvensional dimana peserta didik lebih cenderung mendengarkan pendidik menjelaskan sedangkan kurikulum yang diterapkan pada sekolah tersebut yaitu kurikulum 13 yang dimana peserta didik harus lebih cenderung aktif dari pada pendidik, dan bahan ajar yang pendidik gunakan di sekolah tersebut yaitu bahan ajar yang berbentuk cetak salah satunya yaitu buku paket yang dapat di jangkau atau yang mudah di dapat. Pendidik lebih cenderung menggunakan metode ceramah menjelaskan isi materi dari pada menggunakan bahan ajar berbasis multimedia interaktif. Seharusnya pendidik berperan bukan hanya sekedar memindahkan pengetahuan kepada peserta didik atau sekedar memberi tugas. Pendidik sebagai fasilitator, yang dimana memiliki kreatifitas dalam memberikan materi pembelajaran.
Terlihat dari setiap pertemuan pembelajaran siswa merasa bosan, sehingga peserta didik dalam kelas tersebut tidak terlalu memperhatikan dalam proses belajar berlangsung melainkan peserta didik banyak beraktifitas dalam kelas dengan teman sebangku dan kurang memperhatikan penjelasan pendidik. Akibatnya hasil belajar peserta didik relatif rendah dan tidak mengalami peningkatan. Dalam proses belajar
7 peserta didik tidak hanya mendengar penjelasan pendidik saja, akan tetapi dengan menerapkan bahan ajar berbasis multimedia interaktif menuntut peserta didik untuk melihat langsung memunculkan keaktifan peserta didik. Pendidik sebagai fasilitator dapat menyaijikan bahan ajar berbasis multimedia interaktif yang kreatif dengan harapan mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang akhirnya mampu sejalan dengan meningkatnya hasil belajar peserta didik. Harapan dalam penelitian ini yaitu dimana pendidik dapat menerapkan bahan ajar yang bervariasi/perubahan dalam proses belajar dan mengajar agar peserta didik tidak jenuh dan tidak bosan dalam pembelajaran itu dengan diadanya bahan ajar peserta didik tidak harus berfokus pada pendidik melainkan peserta didik dapat melakukan proses pembelajaran dengan berbagai sumber-sumber belajar itu sendiri salah satunya bahan ajar berbasis multimedia interaktif articulate storyline yang dikembangkan oleh peneliti dan dapat membantu pendidik dalam menerapkan bahan ajar serta peserta didik dapat mempelajarinya tersebut.
Multimedia interaktif dapat diartikan sebagai suatu penyampaian materi menggunakan video, film, animasi, gambar, dan suara menggunakan bantuan komputer yang juga direspon secara aktif oleh peserta didik sehingga terjadinya interaksi antara peserta didik dengan peserta didik maupun peserta didik dengan pendidik. Salah satu bahan ajar interaktif yang dapat mendukung pembelajaran interaktif yaitu, multimedia interaktif berbasis Articulate Storyline yang merupakan kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunanya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah atau perilaku alami dari suatu presentasi.
Kombinasi beberapa media yang penggunaannya dimanipulasi oleh pengguna dalam hal
8 perintah atau perilaku. Jika media interaktif digunakan dalam suatu pembelajaran, maka media pembelajaran interaktif ini merupakan suatu media pembelajaran yang menjadikan pendidik, peserta didik, dan media yang digunakan saling terkait dan berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jadi, media pembelajaran interktif adalah suatu media pembelajaran yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran interaktif harus memperhatikan karakteristik komponen lain, seperti: tujuan, materi, pendekatan dan juga evaluasi pembelajaran.
Dewasa ini, salah satu media yang memiliki perkembangan paling pesat dan diminati oleh hampir seluruh peserta didik adalah media elektronik. Salah satu contohnya adalah penggunaan media pembelajaran animasi, video scribe, audio visual, dan lain sebagainya. Penggunaan media seperti ini mampu meningkatkan minat peserta didik sebab isinya yang sangat bervariasi tidak hanya sebatas tampilan materi, tetapi juga menampilkan video dan ilustrasi yang sesuai dengan materinya. Salah satu contohnya adalah media Articulate Storyline yang penggunaannya sangat mudah namun dapat mencakup banyak pembelajaran.
Oleh karena itu penggunaannya yang memudahkan peserta didik, dan tampilannya yang menarik maka sudah tentu wajib bagi para pendidik menghadirkan pembelajaran dengan menggunakan media sebagai pendukung dalam proses pembelajarannya. Berkaitaan dengan itu, maka penulis menaruh perhatian penuh pada proses pembelajaran yang menggunakan media didalamnya, dengan mengangkat judul
9 penelitian “Pengembangan bahan ajar berbasis multimedia interaktif Articulate Storyline pada mata pelajaran IPA kelas VII SMP Negeri 13 Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana langkah-langkah pengembangan bahan ajar berbasis multimedia interaktif Articulate Storyline Pada Mata Pelajaran IPA kelas VII 1 SMP Negeri 13 Makassar?
2. Bagaimana respon peserta didik dan pendidik SMP Negeri 13 Makassar terhadap bahan ajar berbasis multimedia interaktif Articulate Storyline pada mata pelajaran kelas VII 1 SMP Negeri 13 Makassar yang telah di kembangkan?
3. Seberapa efektif dan praktis pengembangan bahan ajar berbasis multimedia interaktif Articulate Storyline Pada mata pelajaran IPA kelas VII 1 SMP Negeri 13 Makassar?
C. Tujuan Pengembangan
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian pengembangan ini adalah:
1. Untuk mengetahui langkah-langkah pengembangan bahan ajar berbasis multimedia interaktif Articulate Storyline Pada mata pelajaran IPA kelas VII 1 SMP Negeri 13 Makassar
2. respon peserta didik dan pendidik SMP Negeri 13 Makassar terhadap bahan ajar berbasis multimedia interaktif Articulate Storyline pada mata pelajaran kelas VII 1 SMP Negeri 13 Makassar yang telah di kembangkan
10 3. Untuk mengetahui seberapa efektif dan praktis bahan ajar berbasis multimedia interaktif Articulate Storyline Pada mata pelajaran IPA kelas VII 1 SMP Negeri 13 Makassar
D. Spesifikasi Produk yang diharapkan
Articulate Storyline merupakan aplikasi yang sering digunakan untuk membuat MPI walaupun di kalangan pendidikan belum banyak digunakan ketimbang Microsoft Power Point. Namun dalam perancangannya, articulate storyline memiliki navigasi sehingga membantu kita dalam membuat link (koneksi) antar slide dengan tepat.
Articulate Storyline adalah sebuah perangkat lunak yang dapat digunakan untuk membuat presentasi. Memiliki fungsi yang sama dengan Microsoft Power Point, Articulate Storyline memiliki beberapa kelebihan sehingga dapat menghasilkan presentasi yang lebih komprehensif dan kreatif. Software ini juga mempunyai fitur-fitur seperti timeline, movie, picture, character dan lain-lain yang mudah digunakan.
Berbagai macam template yang menarik sudah tersedia dengan lengkap di dalam program Articulate Storyline ini. Bahkan dengan program ini kita dapat membuat sebuah template baru yang sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tampilan antarmuka yang sederhana dari aplikasi ini membuat kita sebagai pengguna pemula dapat mengerti dengan cukup mudah. Articulate storyline ini cukup mudah dipelajari bagi para pemula yang telah memiliki dasar membuat media menggunakan Ms PowerPoint, karena fitur Articulate Storyline ini sangat mirip dengan fitur yang ada pada Ms Power Point.
Sedangkan bagi pengguna yang sudah expert, bisa berkreasi menciptakan media yang lebih interaktif dan powerful. (Chiasson, 2015)
11 E. Pentingnya Pengembangan
Penelitian untuk mengembangkan produk yang telah ada, membuat produk dan menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian Pendidikan dan pengembangan (R&D) adalah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Langkah-langkah dari proses ini biasanya disebut sebagai siklus R&D, yang terdiri dari mempelajari temuan penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan ini, bidang pengujian dalam pengaturan di mana ia akan digunakan akhirnya, dan merevisinya untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam tahap mengajukan pengujian.
F. Asumsi Dan Keterbatasan Pengembangan
Keterbatasan, kemampuan sesorang dalam membuat bahan ajar menggunakan multimedia interaktif, kesulitan dan tantangan yang harus dihadapi peneliti ialah dengan mengkaji dan memberikan pahaman peserta didik dalam pelajaran IPA untuk memahami mata pelajaran tersebut dengan menggunakan bahan ajar berbasis multimedia interkatif Articulate Storyline.
G. Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini, yang menjadi variabelnya adalah media Articulate Storyline yang di gunakan dan dikembangkan dengan tujuan agar pendidik dan peserta didik dapat mempelajarinya. Penelitian akan dilaksanakan untuk memecahkan masalah pada proses pembelajaran dengan kesesuaian kurikulum pada sekolah tersebut. Bahan ajar dibutuhkan untuk mengatasi hambatan belajar dan mendukung kelancaran pembelajaran. Mengingat pentingnya bahan ajar yang dapat digunakan oleh pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran.
12 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori
1. Pengertian Pengembangan
Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, kopseptual, dan moral sesuai dengan kebutuhan melalui pendidikan dan latihan. Pengembangan adalah suatu proses mendesain pembelajaran secara logis, dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar dengan memperhatikan potensi dan komptetensi peserta didik (Majid, 2005)
Maka pengembangan pembelajaran lebih realistic, bukan sekedar idealism pendidikan yang sulit di terapkan dalam kehidupan. Pengembangan pembelajaran adalah suatu usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran, baik secara materi maupun metode dan subsitusinya. Secara materi, artinya dari aspek bahan ajar yang disesuaikan dengan perkembangan pengetahuan, secara metodologis dan substansinya berkaitan dengan pengembangan strategi pembelajaran, baik secara teoritis maupun praktis (Hamdani, 2013).
Menurut Sugiyono (2011) Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Sedangkan menurut Sujadi (2003) Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru, atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggung
13
jawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak (software), seperti program komputer untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi, manajemen, dan lain-lain.
Berdasarkan pengertian pengembangan yang telah diuraikan yang dimaksud dengan pengembangan adalah suatu proses untuk menjadikan potensi yang ada menjadi sesuatu yang lebih baik dan berguna sedangkan penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangan suatu produk atau menyempurnakan produk yang telah ada menjadi produk yang dapat di pertanggung jawabkan.
2. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau sub kompetensi dengan segala kompleksitasnya (Lestari, 2013).
Menurut Hamdani (2015) Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan. Melalui bahan ajar ini, pendidik akan lebih mudah membantu mengajar peserta didik agar tercapai nya suatu pelajaran serta peserta didik akan lebih terbantu dan mudah dalam proses belajar tersenut. Berikut beberapa pengertian mengenai bahan ajar:
14
a. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan (bahan tertulis atau bahan tidak tertulis) yang digunakan oleh pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar- mengajar di kelas.
b. Bahan ajar merupakan informasi, alat atau teks yang diperlukan untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran
c. Bahan ajar adalah seperangkat atau substansi pembelajaran yang disusun secara sistematis menampilkan sosok utuh dari kompetensi akan dikuasai peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Pengertian ini menjelaskan bahwa suatu bahan ajar haruslah dirancang dan ditulis dengan kaidah instruksional karena akan digunakan oleh pendidik untuk membantu dan menunjang proses pembelajaran. Bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah “isi” dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/sub topik dan rinciannya (Ruhimat, 2011).
Melihat penjelasan di atas, dapat kita ketahui bahwa peran seorang pendidik dalam merancang ataupun menyusun bahan ajar sangatlah menentukan keberhasilan proses belajar dan pembelajaran melalui sebuah bahan ajar. Bahan ajar dapat juga diartikan sebagai segala bentuk bahan yang disusun secara sistematis yang memungkinkan peserta didik dapat belajar secara mandiri dan dirancang sesuai kurikulum yang berlaku.
3. Peran Bahan Ajar
Pemanfaatan bahan ajar dalam proses pembelajaran memiliki peran penting. Peran tersebut menurut Belawati (2003) meliputi peran bagi pendidik,
15
peserta didik, dalam pembelajaran klasikal, individual, maupun kelompok. Agar diperoleh pemahaman yang lebih jelas akan dijelaskan masing-masing peran sebagai berikut:
a. Bagi Pendidik; bahan ajar bagi pendidik memiliki peran yaitu:
(1) Menghemat waktu pendidik dalam mengajar. Adanya bahan ajar, peserta didik dapat ditugasi mempelajari terlebih dahulu topik atau materi yang akan dipelajarinya, sehingga pendidik tidak perlu menjelaskan secara rinci lagi. (2) Mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator.
Adanya bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran maka pendidik lebih bersifat memfasilitasi peserta didik dari pada penyampai materi pelajaran. (3) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif.
Adanya bahan ajar maka pembelajaran akan lebih efektif karena pendidik memiliki banyak waktu untuk membimbing peserta didiknya dalam memahami suatu topik pembelajaran, dan juga metode yang digunakannya lebih variatif dan interaktif karena pendidik tidak cenderung berceramah.
b. Bagi Peserta didik; bahan ajar bagi peserta didik memiliki peran yakni:
(1) Peserta didik dapat belajar tanpa kehadiran/harus ada pendidik sehingga meraka lebih mandiri. (2) peserta didik dapat belajar kapan saja dan dimana saja dikehendaki. (3) Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan sendiri. (4) peserta didik dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri. (5) Membantu potensi untuk menjadi pelajar mandiri.
16
c. Dalam Pembelajaran Klasikal; bahan ajar memiliki peran yakni:
(1) Dapat dijadikan sebagai bahan yang tak terpisahkan dari buku utama. (2) Dapat dijadikan pelengkap/suplemen buku utama. (3) Dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. (4) Dapat dijadikan sebagai bahan yang mengandung penjelasan tentang bagaimana mencari penerapan, hubungan, serta keterkaitan antara satu topik dengan topik lainnya.
d. Dalam Pembelajaran Individual; bahan ajar memiliki peran yakni:
(1) Sebagai media utama dalam proses pembelajaran. (2) Alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses siswa memperoleh informasi. (3) Penunjang media pembelajaran individual lainnya.
e. Dalam Pembelajaran Kelompok; bahan ajar memiliki peran yakni:
(1) Sebagai bahan terintegrasi dengan proses belajar dalam kelompok.
(2) Sebagai bahan pendukung bahan belajar utama (Belawati, 2003).
4. Karakteristik Bahan Ajar
Ada beragam bentuk buku, baik yang digunakan untuk sekolah maupun perguruan tinggi, contohnya buku referensi, modul ajar, buku praktikum, bahan ajar, dan buku teks pelajaran. Jenis-jenis buku tersebut tentunya digunakan untuk mempermudah peserta didik untuk memahami materi ajar yang ada di dalamnya. Sesuai dengan penulisan modul yang dikeluarkan oleh Direktorat Guruan Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2003, bahan ajar memiliki
17
beberapa karakteristik, yaitu self instructional, self contained, stand alone, adaptive, dan user friendly (Lestari, 2013).
a. Self Instructional yaitu bahan ajar dapat membuat peserta didik mampu membelajarkan diri sendiri dengan bahan ajar yang dikembangkan. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka di dalam bahan ajar harus terdapat tujuan yang dirumuskan dengan jelas, baik tujuan akhir maupun tujuan antara. Selain itu, dengan bahan ajar akan memudahkan peserta didik belajar secara tuntas dengan memberikan materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit atau kegiatan yang lebih spesifik.
b. Self Contained yaitu seluruh materi pelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu bahan ajar secara utuh.
Jadi sebuah bahan ajar haruslah memuat seluruh bagian-bagiannya dalam satu buku secara utuh untuk memudahkan pembaca mempelajari bahan ajar tersebut.
c. Stand Alone (berdiri sendiri) yaitu bahan ajar yang dikembangkan tidak tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain. Artinya sebuah bahan ajar dapat digunakan sendiri tanpa bergantung dengan bahan ajar lain.
d. Adaptive yaitu bahan ajar hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Bahan ajar harus memuat materi- materi yang sekiranya dapat menambah pengetahuan pembaca terkait perkembangan zaman atau lebih khususnya perkembangan ilmu dan teknologi.
18
e. User Friendly yaitu setiap intruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan. Jadi bahan ajar selayaknya hadir untuk memudahkan pembaca untuk mendapat informasi dengan sejelas-jelasnya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bahan ajar yang mampu membuat peserta didik untuk belajar mandiri dan memperoleh ketuntasan dalam proses pembelajaran sebagai berikut :
a. Memberikan contoh-contoh dan ilustrasi yang menarik dalam rangka mendukung pemaparan materi pembelajaran.
b. Memberikan kemungkinan bagi peserta didik untuk memberikan umpan balik atau mengukur penguasaannya terhadap materi yang diberikan dengan memberikan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya.
c. Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan peserta didik.
d. Bahasa yang digunakan cukup sederhana karena peserta didik hanya berhadapan dengan bahan ajar ketika belajar secara mandiri.
(Lestari, 2013)
5. Jenis - Jenis Bahan Ajar
Bahan ajar memiliki beragam jenis, ada yang cetak maupun non cetak.
Bahan ajar cetak yang sering dijumpai antara lain berupa handout, buku, modul, brosur, dan lembar kerja peserta didik. Di bawah ini akan diuraikan penjelasan terkait jenis-jenis bahan ajar.
19
a. Jenis Bahan Ajar Cetak : a) Handout
Handout adalah “segala sesuatu” yang diberikan kepada peserta didik ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Kemudian, ada juga yang yang mengartikan handout sebagai bahan tertulis yang disiapkan untuk memperkaya pengetahuan peserta didik (Lestari, 2013). Pendidik dapat membuat handout dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan kompetensi dasar yang akan dicapai oleh peserta didik. Saat ini handout dapat diperoleh melalui download di internet atau menyadur dari berbagai buku dan sumber lainnya.
b) Buku
Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis. Buku disusun dengan menggunakan bahasa sederhana, menarik, dilengkapi gambar, keterangan, isi buku, dan daftar pustaka. Buku akan sangat membantu pendidik dan peserta didik dalam mendalami ilmu pengetahuan sesuai dengan mata pelajaran masing-masing. Secara umum, buku dibedakan menjadi empat jenis (Lestari, 2013) yaitu sebagai berikut.
1) Buku sumber, yaitu buku yang dapat dijadikan rujukan, referensi, dan sumber untuk kajian ilmu tertentu, biasanya berisi suatu kajian ilmu yang lengkap.
2) Buku bacaan, yaitu buku yang hanya berfungsi untuk bahan bacaan saja, misalnya cerita, legenda, novel, dan lain sebagainya.
20
3) Buku pegangan, yaitu buku yang bisa dijadikan pegangan pendidik atau pengajar dalam melaksanakan proses pengajaran.
4) Buku bahan ajar atau buku teks, yaitu buku yang disusun untuk proses pembelajaran dan berisi bahan-bahan atau materi pembelajaran yang akan diajarkan.
c) Modul
Modul merupakan bahan ajar yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan pendidik.
Oleh karena itu, modul harus berisi tentang petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi materi pelajaran, informasi pendukung, latihan soal, petunjuk kerja, evaluasi, dan balikan terhadap evaluasi. Dengan pemberian modul, peserta didik dapat belajar mandiri tanpa harus dibantu oleh pendidik. (Prastowo, 2012)
d) Lembar Kerja peserta didik (LKPD)
Lembar kerja peserta didik (LKPD) adalah materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga peserta didik diharapkan dapat materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam lembar kerja peserta didik, peserta didik akan mendapat materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. LKPD biasanya berupa petunjuk, langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. Trianto (2008 :148) Mendefinisikan bahwa lembar kerja peserta didik adalah panduan peserta
21
didik yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan dan pemecahan masalah (Depdiknas; 2004;18).
e) Buku Ajar
Buku ajar adalah buku yang digunakan sebagai buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang merupakan buku standar yang disusun oleh pakar dalam bidangnya untuk maksud dan tujuan instruktisional yang dilengkapi dengan sarana belajar yang bisa digunakan di sekolah-sekolah dan di perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran dan pengertian moderen dan yang umum dipahami. (Suhardjono,2001)
f) Buku Teks
Buku teks juga dapat didefinisikan sebagai buku pelajaran dalam bidang studi tertentu, yang merupakan buku standar yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu buat maksud dan tujuan-tujuan instruksional yang dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran. (Lestari, 2013).
b. Bahan Ajar Non Cetak
Pannen (1995) dalam Setiawan (2007) menjelaskan jenis bahan ajar noncetak untuk keperluan pembelajaran tersedia di pasaran dalam jumlah yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Diantara jenis bahan ajar noncetak ini di antaranya adalah bahan ajar berbentuk program audio, bahan ajar display, model, overhead transparencies (OHT), video dan bahan ajar berbantuan computer. Jenis dari bahan ajar cetak yaitu :
22
a) OHT (Overalhead Transparancies) Media transparansi adalah media visual proyeksi yang dibuat diatas bahan transparan, biasanya film acetace atau plastik berukuran 8,5” x 11”. Sebagai perangkat lunak, bahan transparansi yang berisi pesan-pesan instruksional tersebut memerlukan alat khusus yang memproyeksikan di atas layar (scream).
Alat untuk memproyeksi transparansi disebut Overhead Projector (OHP).
OHP adalah alat untuk memproyeksikan benda-benda transparan (tembus cahaya) ke permukaan layar.
b) Audio adalah alat media yang isi pesannya hanya diterima melalui indera pendengaran saja. Pada penggalan ini berturut-turut dibahas Media Dengar yaitu Radio Rekaman Suara (Audio Cassete Tape Recorder).
media pembelajaran, adalah suara-suara ataupun bunyi yang berkaitan dengan materi pembelajaran direkam dengan menggunakan alat perekam suara, kemudian hasil perekaman tersebut diperdengarkan kembali kepada peserta didik dengan menggunakan sebuah alat pemutarnya.
c) Video Menurut Heinich, Molenda, Russel dalam Rusman dkk 2011:218) video dapat diartikan sebagai berikut:
“The primary meaning of video is the display of pictures on a television type screen (the latin word video literally means “I see” Any media format that employs a chatode-ray screen to present the picture portion of the massege can be reffered to as video.” Apabila diterjemahkan dapat diartikan sebagai tampilan dari berbagai gambar dalam sebuah televisi atau sejenis layar. Dalam bahasa latin video diartikan sebagai “Saya lihat
23
(I see)”. Setiap format media yang menggunakan sinar katoda untuk menampilkan bagian gambar dari sebuah pesan dapat dikategorikan sebagai video. Jadi disimpulkan video adalah gambar gerak yang terdapat seragkaian alur dan menampilkan pesan dari bagian sebuah gambar untuk tercapainya tujuan pembelajaran.
d) Slide merupakan media pembelajaran yang diaplikasikan dengan program komputer Microsoft Power Point, yang kemudian ditampilkan melalui slide presentasi dengan alat bantu liquid crystal display (LCD) Proyektor (Daryanto,2010)
e) Multimedia Interaktif yaitu Multimedia dalam konteks komputer menurut Hofstetter (2001) adalah: pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, video, dengan menggunakan tool yang memungkinkan pemakai berinteraksi, berkreasi, dan berkomunikasi.
6. Fungsi Bahan Ajar
Menurut Prastowo dalam Lestari (2013) Secara garis besar, fungsi bahan ajar bagi pendidik adalah untuk mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik. Fungsi bahan ajar bagi peserta didik untuk menjadi pedoman dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari.
Bahan ajar juga berfungsi sebagai alat evaluasi pencapaiana hasil pembelajaran. Bahan ajar yang baik sekurang-kurangnya mencakup petunjuk
24
belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi pelajaran, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja, evaluasi dan respon terhadap hasil evaluasi (Lestari, 2013). Karakteristik siswa yang berbeda berbagai latar belakangnya akan sangat terbantu dengan adanya kehadiran bahan ajar. karena dapat dipelajari sesuai dengan kemampuan yang dimilki sekaligus sebagai alat evaluasi penguasaan hasil belajar karena setiap hasil belajar dalam bahan ajar akan selalu dilengkapi dengan sebuah evaluasi guna mengukur penguasaan kompetensi.
Berdasarkan strategi pembelajaran yang digunakan, fungsi bahan ajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu fungsi dalam pembelajaran klasikal, pembelajaran individual, dan pembelajaran kelompok (Lestari, 2013).
7. Multimedia Interaktif
Secara sederhana, Multimedia berarti “multiple media” or “a combination of media. The media can be still graphics and photographs, sound, motion video, animation, and or text items combined in a product whose purpose is to communicate information in multiple ways. (Doering 2010). Definisi senada dinyatakan Tay dalam Pramono (2007) bahwa “Multimedia adalah kombinasi teks, grafik, suara, animasi dan video. Bila pengguna mendapatkan keleluasaan dalam mengontrol maka disebut multimedia interaktif”
Uraian dari ahli diatas dapat kita simpulkan bahwa multimedia merupakan sekumpulan kombinasi dari beberapa media yang digunakan untuk menyampaikan dan menyebarkan informasi. Multimedia dalam pendidikan juga dapat kita artikan sebagai sarana penyampaian informasi akademis kepada
25
peserta didik. Media pembelajaran berkembang jauh lebih hebat lagi, dimana tidak hanya berisi informasi akademis melainkan peserta didik dapat mengakses sendiri informasi-informasi itu secara menyeluruh dan lebih luas lagi.
Perkembangan media ini kemudian dikenal sebagai multimedia interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian Mayer & McCarthy dan Walton dalam Sidhu (2010) pemanfaatan multimedia interaktif dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar 56% lebih besar. konsisten dalam belajar 50-60%
lebih baik dan ketahanan dalam memori 25-50% lebih tinggi. Sutopo (2003) mengemukakan bahwa sistem multimedia interakif mempunyai beberapa keuntungan, yaitu: (1) mengurangi waktu dan ruang yang digunakan untuk menyimpan dan menampilkan dokumen dalam bentuk elektronik dibanding dalam bentuk kertas; (2) meningkatkan produktivitas dengan menghindari hilangnya file; (3) memberi akses dokumen dalam waktu bersamaan dan ditampilkan dalam layar; (4) memberi informasi multidimensi dalam organisasi;
(5) mengurangi waktu dan biaya dalam pembuatan foto; dan (6) memberikan fasilitas kecepatan infomasi yang diperlukan dengan interaksi visual. Selain itu, manfaat multimedia adalah memungkinkan dialog, meningkatkan kreativitas, memfasilitasi kolaborasi, memperkaya pengalaman, dan meningkatkan keterampilan.
8. Articulate Storyline
Storyline is a powerful standalone tool with unparalleled interactivity features that will help you build dynamic, engaging content—including
26
simulations, screen recordings, drag-and-drop interactions, click-and-reveal activities, quizzes and assessments, and much more. (Chiasson, 2015)
Articulate Storyline merupakan salah satu aplikasi yang digunakan dalam mempresentasikan informasi dengan tujuan tertentu. Keahlian dalam membuat presentasi terakait dengan kemampuan teknis dengan kemampuan seni, dan kolaborasi dari dua kemampuan ini dapat menghasilkan presentasi yang menarik, sehingga dapat menarik pula peserta yang mengikuti presentasi tersebut. (Chiasson, 2015)
Perangkat lunak (Software) presentasi tidak hanya dapat di buat didalam Articulate Storyline, namun software lainnya juga dapat digabungkan dengan articulate storyline, diantaranya yaitu: (1) Audio (2) Vidio (3) Flash presentation (menggunakan macromedia flash) (4) projector presentation (menggunakan macromedia projector) (5) flash banner (menggunakan flash banner creator) (6) Camtasia, dan (7) Power poin dan sebagainya (Kurniawan, 2012)
Berbagai macam template yang menarik sudah tersedia dengan lengkap di dalam program Articulate ini. Bahkan dengan program ini kita dapat membuat sebuah template baru yang sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tampilan antarmuka yang sederhana dari aplikasi ini membuat kita sebagai pengguna pemula dapat mengerti dengan cukup mudah. Articulate storyline ini cukup mudah dipelajari bagi para pemula yang telah memiliki dasar membuat media menggunakan Ms Power Point, karena fitur Articulate Storyline ini sangat mirip dengan fitur yang ada pada Ms Power Point. Sedangkan bagi pengguna yang
27
sudah expert, bisa berkreasi menciptakan media yang lebih interaktif dan powerful Untuk membuat media pembelajaran dengan menggunakan aplikasi Articulate Storyline. (Chiasson, 2015)
9. Mata Pelajaran IPA
Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip- prinsip saja, melainkan juga merupakan suatu proses penemuan. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA adalah ilmu untuk mencari tahu, memahami alam semesta secara sistematik dan mengembangkan pemahaman ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip, dan hukum yang teruji kebenarannya.
Akan tetapi IPA bukan hanya merupakan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip, melainkan juga suatu proses penemuan dan pengembangan. Oleh karena itu untuk mendapatkan pengetahuan harus melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah serta menuntut sikap ilmiah.
Pendidikan IPA atau pembelajaran IPA pada sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari oleh Srini M. iskandar (1997 : 2)
Mata pelajaran IPA dibutuhkan dalam penelitian kali ini dalam mengembangkan sebuah bahan ajar berbasis non-cetak. Pada mata pelajaran ipa kali ini akan di bahas mengenai materi klasifikasi materi dan perubahannya.
28
Materi karakteristik/klasifikasi materi dan perubahannya yakni terbagi menjadi 2 materi yakni. 1) Klasifikasi Materi dan Perubahannya dan 2) Unsur Senyawa dan Campuran.
10. Penelitian Relevan
a. Anugrah. 2014. Pengaruh Penerapan Articulate Storyline Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Rancang Bangun Jaringan. Universitas Pendidikan Indonesia. Metode penelitian yang digunakan peneliti yaitu non- equivalent control group design. Dengan metode ini maka ada satu kelompok yang diberikan perlakuan dengan Articulate Storyline dan kelompok kedua tidak diberi perlakuan khusus. Penelitian ini memfokuskan untuk melihat pengaruh pada ranah psikomotor peserta didik. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu:
1) Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada domain psikomotor aspek menirukan (P1) antara yang menggunakan media Presentasi berbasis Articulate Storyline dengan yang menggunakan media Power Point yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis Articulate Storyline lebih baik dalam mata pelajaran Rancang Bangun Jaringan di Sekolah Menengah Kejuruan.
2) Terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang signifikan pada domain psikomotor aspek memanipulasi (P2) antara yang menggunakan media Presentasi berbasis Articulate Storyline dengan yang menggunakan media Power Point yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis
29
Articulate Storyline lebih baik dalam mata pelajaran Rancang Bangun Jaringan di Sekolah Menengah Kejuruan.
3) Terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang signifikan pada domain psikomotor aspek pengalamiahan (P3) antara yang menggunakan media Presentasi berbasis Articulate Storyline dengan yang menggunakan media Power Point yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis Articulate Storyline lebih baik dalam mata pelajaran Rancang Bangun Jaringan di Sekolah Menengah Kejuruan.
b. Arditama. 2015. Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif (MPI) Materi Permainan Bola Voli untuk kelas 5 di SD Tlogororejo 3 Demak. Pada penelitian tersebut peneliti mengembangkan medianya menggunakan Adobe Flash CS4. Hasil dari penelitian tersebut sebagai berikut.
1) Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif (MPI) materi permainan bola voli untuk kelas V di SD Tlogorejo 3 Demak telah memenuhi kriteria dan standar penilaian baik dalam aspek tampilan maupun pembelajaran sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilaksanakan berdasarkan pada hasil penilaian media oleh ahli materi dan ahli media.
2) Berdasarkan hasil pengamatan pada saat uji coba, produk multimedia pembelajaran interaktif dapat membantu pendidik dalam proses pembelajaran dan terdapat peningkatan.
Berdasarkan kajian teori diatas, maka dapat peneliti tarik beberapa kesimpulan terkait belajar dan mengajar yang menggunakan media
30
didalamnya. Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi memberikan pengaruh juga pada proses pembelajaran dewasa ini.
Perubahan dari teacher center menjadi student center mengharuskan posisi pendidik yang awalnya sebagai sumber belajar berubah menjadi fasilitator yang membantu peserta didik menemukan sendiri jawaban dari masalah yang diperhatikannya dalam proses belajar. Hal ini didukung pula oleh perkembangan media belajar yang bersifat interaktif yang dikembangkan menjadi multimedia dimana berbagai jenis media digunakan dan digabungkan menjadi satu bagian pembelajaran. Jadi perbedaan penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini yaitu dalam penerapan bahan ajar dalam pembelajaran pada mata pelajaran IPA sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penelitian terdahulu atau relevan ini yaitu mencari hasil belajar pada mata pelajaran Rancang Bangun Jaringan.
B. Kerangka Pikir
Berdasarkan analisis lapangan dan materi ajar, serta analisis kebutuhan dan keberagaman gaya belajar peserta didik maka di kembangkanlah pengembangan bahan ajar berbasis multimedia interaktif Articulate Storyline pada mata pelajaran IPA kelas VII SMP Negeri 13 Makassar, setelah melakukan analisis dan pengembangan selanjutnya dilakukan study kelayakan multimedia interaktif Articulate Storyline apakah media yang di terapkan dan di kembangkan layak atau tidak layak. Selanjutnya melakukan perbaikan dan penyesuaian lebih lanjut terhadap produk yang telah di buat.
31
Sebelum melakukan uji coba dan hasil akhir (Penerapan media dalam pembelajaran) media yang digunakan. Secara singkat dapat di gambarkan berdasarkan bagan berikut:
Kerangka Pikir yang akan diterapan dalam penelitian di SMP Negeri 13 Makassar
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Analisis Lapangan dan
Materi Ajar
Pengembangan bahan ajar berbasis multimedia interaktif Articulate Storyline pada mata pelajaran IPA
kelas VII SMP Negeri 13 Makassar
Analisis kebutuhan dan keberagaman gaya belajar peserta didik
Layak
Studi Kelayakan Multimedia Interaktif Articulate Storyline
Perbaikan Pengembangan
Uji Coba Penerapan Media
Kondisi akhir untuk Penerapan dalam menggunakan alat peraga Tidak
layak Kondisi
Awal
Pendidik : Belum Menggunakan
alat Peraga
Tindakan
32 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Model Pengembangan
Desain penelitian menurut Zuriah (2007) adalah “rancang bangun atau rencana dan struktur penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya”. Sejalan dengan pendapat tersebut, maka peneliti menentukan desain untuk penelitian ini yaitu penelitian Research and Development dengan menggunakan model pengembangan Thiagarajan (1974) mengemukakan bahwa, langkah-langkah penelitian dan pengembangan disingkat dengan 4D, yang merupakan kepanjangan dari Define, Design, Development, and Dissemination. Hal ini dapat di gambarkan seperti tertera pada gambar berikut.
Gambar. 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Menurut Thiagaranjan (1974)
Berdasarkan gambar 3.1 tersebut dapat diberikan penjelasan sebagai berikut.
Define (Pendefinisian), berisi kegiatan untuk menetapkan produk apa yang akan di kembangkan, beserta spesifikasinya. Tahap ini merupakan kegiatan analisis kebutuhan, yang dilakukan melalui penelitian dan studi dan studi literature. Design (peranacangan), berisi kegiatan untuk membuat rancangan terhadap produk yang telah ditetapkan.
Development (pengembangan) berisi kegiatan membuat rancangan menjadi produk dan menguji validitas produk secara berulang-ulang sampai di hasilkan produk sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Dissemination (diseminasi) berisi kegiatan
DESIGN DEVELOPMENT
DEFINE DISSEMINATION
33
menyebarluaskan produk yang telah teruji untuk dimanfaatkan orang lain. Model pengembangan pembelajaran Thiagaranjan yang terdiri dari 4D yang kemudian dalam pelaksanaannya dimodifikasi menjadi 3D seperti yang dikemukakan oleh Ranum Saputri dalam penelitiannya pengembangan bahan ajar kimia berbasis Project Based Learning pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Dan penelitipun mengikuti penelitian yang sama seperti Ranum Sauputri dengan mengambil 3D dan alasan mengambil 3D yaitu jika ingin dilakukan penyebaran maka pada setiap kelas harus memiliki karakteristik yang sama contoh pada kelas A dan B memiliki karakteristik sesuai dengan analisis dan kebutuhan maka akan bisa dilakukan penyebaraluasan produk yang telah di kembangkan dan jika karakteristik dari setiap kelas tersebut tidak sesuai dengan analisis dan kebutuhannya maka produk tidak dapat disebarkan.
Adapun model pengembangan 3D ini terdiri dari 3 tahap utama, yaitu (1) Define (pendefinisian), (2) Design (perancangan), dan (3) Develop (pengembangan). Namun pada penelitian ini hanya sampai tahap pengembangan. Secara garis besar tahapan dalam model 3D adalah sebagai berikut:
1. Tahap I: Define (Pendefinisian)
Tahap define adalah tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran. Tahap define ini mencakup lima langkah pokok, yaitu analisis ujung depan (front-end analysis), analisis peserta didik (learner analysis), analisis tugas (task analysis), analisis konsep (concept analysis) dan perumusan tujuan pembelajaran (specifying instructional objectives).
34
2. Tahap II: Design (Perancangan)
Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran. Empat langkah yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu: (1) penyusunan standar tes (criterion-test construction), (2) pemilihan media (media selection) yang sesuai dengan karakteristik materi dan tujuan pembelajaran, (3) pemilihan format (format selection), yakni mengkaji format-format bahan ajar yang ada dan menetapkan format bahan ajar yang akan dikembangkan, (4) membuat rancangan awal (initial design) sesuai format yang dipilih.
3. Tahap III: Develop (Pengembangan)
Tahap pengembangan adalah tahap untuk menghasilkan produk pengembangan yang dilakukan melalui dua langkah, yakni: (1) penilaian ahli (expert appraisal) yang diikuti dengan revisi, (2) uji coba pengembangan (developmental testing). Tujuan tahap pengembangan ini adalah untuk menghasilkan bentuk akhir perangkat pembelajaran setelah melalui revisi berdasarkan masukan para pakar ahli/praktisi dan data hasil ujicoba.
B. Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan terdiri dari 3 poin tahap yaitu define, design, dan develop. 3 tahap ini mencakup keseluruhan proses pengembangan media berbasis multimedia interaktif dengan menggunakan articulate storyline mulai dari tahap analisis awal sampai pada produk akhir yang dihasilkan. Untuk lebih jelasnya dapat kita perhatikan diagram berikut:
35
Gambar. 3.2 Prosedur Penelitian Pendefinisian (Sumber: Sugiyono, 2017)
Tahap I: Define (Pendefinisian)
Tahap define adalah tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat- syarat pembelajaran. Tahap define ini mencakup lima langkah pokok, yaitu analisis ujung depan (front-end analysis), analisis peserta didik (learner analysis), analisis tugas (task analysis), analisis konsep (concept analysis) dan perumusan tujuan pembelajaran (specifying instructional objectives). Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data awal keadaan belajar mengajar adalah lembar observasi dan wawancara langsung kepada pendidik terkait masalah-masalah yang dialami selama kegiatan belajar dan keragaman gaya belajar peserta didik. Hasil pengamatan awal ini, nantinya akan menjadi ukuran peneliti dalam mengembangkan bahan ajar berbasis multimedia interaktif dengan menggunakan articulate storyline.
Analisi Ujung Depan
Analisis Siswa
Analisis Tugas Akhir
Analisis Konsep Akhir
Perumusan Tujuan Pendefinisian
36
a. Analisis Ujung Depan (front-end analysis)
Analisis ujung depan bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran, sehingga diperlukan suatu pengembangan bahan ajar. Dengan analisis ini akan didapatkan gambaran fakta, harapan dan alternatif penyelesaian masalah dasar, yang memudahkan dalam penentuan atau pemilihan bahan ajar yang dikembangkan. Analisis awal-akhir bertujuan untuk menentukan masalah mendasar yang dihadapi dan perlu diangkat dalam pengembangan bahan ajar. Dalam penelitian ini, materi diperdalam sesuai dengan kurikulum.
b. Analisis Peserta Didik (learner analysis)
Analisis peserta didik ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik peserta didik.
Dalam hal ini sangat diperlukan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang dialami peserta didik dalam belajar. Karakteristik peserta didik yang dimaksud adalah:
(1) kompetensi awal dan latar belakang kemampuan, (2) sikap/cara berpikir secara umum terhadap topik pembelajaran, dan (3) pemilihan media, format, dan bahasa. Hasil analisis ini menentukan cara penyajian produk hasil pengembangan.
c. Analisis Konsep (concept analysis)
Analisis konsep dilakukan untuk mengidentifikasi konsep pokok yang akan diajarkan, menyusunnya dalam bentuk hirarki, dan merinci konsep-konsep individu ke dalam hal yang kritis dan yang tidak relevan. Analisis akan membantu mengidentifikasi dan mengantar ke tahap pengembangan. Analisis konsep sangat diperlukan guna mengidentifikasi pengetahuan-pengetahuan deklaratif atau prosedural pada mata pelajaran IPA dalam materi klasifikasi materi dan perubahannya yang akan dikembangkan. Analisis konsep merupakan satu langkah penting untuk memenuhi