• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Tabel 1. 1 Rata-Rata Laba Bersih (dalam jutaan Rupiah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Tabel 1. 1 Rata-Rata Laba Bersih (dalam jutaan Rupiah)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Bursa Efek Indonesia atau Indonesia Stock Exchange merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta dengan Bursa Efek Surabaya. Berdasarkan UU Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 Bursa Efek Indonesia adalah Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. BEI menyediakan infrastruktur bagi terselenggaranya transaksi di pasar modal.

Dari data yang penulis dapatkan dari www.idx.co.id, jumlah perusahaan yang tersedia per Oktober 2017 adalah sebanyak 557 perusahaan. Bursa Efek terbagi atas beberapa sektor, salah satunya adalah sektor tekstil dan garmen yang penulis pilih untuk dijadikan objek penelitian tersebut yang berjumlah 14 dari 18 perusahaan tekstil pada tahun 2016. Alasan penulis memilih sub sektor tekstil dan garmen karena adanya laporan rata-rata laba rugi dari tahun 2011-2016 yang mengalami kerugian terus menerus, kecuali pada tahun 2011 sesuai dengan data berikut ini:

Tabel 1. 1

Rata-Rata Laba Bersih (dalam jutaan Rupiah) Tahun Laba (Rugi) Bersih

2011 38.866

2012 (14.241) 2013 (34.028) 2014 (119.587) 2015 (62.797) 2016 (57.632)

Sumber: data diolah penulis, 2018

Salah satu alasan perusahaan tekstil mengalami kerugian adalah adanya impor baju bekas yang masuk ke Indonesia secara ilegal yang mengalami kerugian sebesar Rp 30 triliun per tahun (https://m.detik.com). Padahal, sektor

(2)

2 industri manufaktur merupakan salah satu penopang perekonomian nasional yang stabil memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dan menjadi salah satu penopang perekonomian negara di tengah ketidakpastian perekonomian dunia dengan tingkat pertumbuhan yang positif (www.okezone.com). Oleh karena itu, perusahaan manufaktur sektor tekstil dijadikan sebagai bahan objek penelitian. Jumlah perusahaan sektor tekstil dan garmen yang dijadikan sebagai penelitian adalah sebanyak 14 (empat belas) perusahaan, yaitu sebagai berikut:

1. Polychem Indonesia Tbk 2. Argo Pantes Tbk

3. Eratex Djaya Tbk 4. Ever Shine Tex Tbk

5. Panasia Indo Resources Tbk 6. Indorama Synthetic Tbk 7. Pan Brothers

8. Asia Pacific Fibers Tbk 9. Ricky Putra Globalindo Tbk 10. Sunson Textile Manufacturer Tbk 11. Star Petrochem Tbk

12. Tifico 13. Trisula

14. Nusantara Inti

1.2 Latar Belakang Penelitian

Berdasarkan era globalisasi, tingkat persaingan di dunia usaha semakin tinggi terutama perusahaan yang bergerak dalam sektor tekstil dan garmen, di mana persaingan tersebut akan semakin ketat, hanya perusahaan yang memiliki kinerja atau performa yang baik yang akan bertahan. Dalam persaingan usaha, suatu perusahaan dituntut untuk melakukan efisiensi pada kegiatan aktivitasnya terlebih kondisi ekonomi di Indonesia memiliki ketidakpastian bahkan mengalami krisis keuangan sehingga merusak segala sektor dari perekonomian, sehingga harus mengoptimalkan sumber daya alam yang sudah ada saat ini (Wayan, 2014).

(3)

3 Berdasaran definisi laba, dapat disimpulkan bahwa laba adalah perbedaan positif sebagai penghasilan baik produk-produk maupun jasa-jasa dengan harga yang lebih tinggi daripada biaya untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut.

Semua perusahaan baik perusahaan besar ataupun kecil, biasanya berusaha meningkatkan laba yang diperolehnya. Banyak cara akan ditempuh untuk mendapatkan laba yang lebih besar. Perolehan laba bersih salah satunya yang dapat digunakan untuk memperoleh laba yang optimal adalah dengan menekan harga pokok produksi dan biaya operasional yang akan dikeluarkan perusahaan.

Upaya peningkatan kualitas bahan baku dilakukan pelaku industri tekstil sebagai respon dari kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) industri golongan I3 dan I4 yang berlaku mulai 1 Mei 2014 lalu. Pasalnya, pemilihan kualitas bahan baku bisa menekan tingkat kerusakan hasil produksi industri tekstil hingga satu persen.

Dimana semakin baik kualitas bahan baku akan semakin rendah tingkat kerusakan hasil produksinya. (http://surabaya.tribunnews.com). Tingginya biaya produksi berdampak pada tingkat penjualan. Secara kuantitas, suatu perusahaan sudah membatasi hasil produksinya dengan menyesuaikan pada biaya produksi yang harus dikeluarkan. Ketika hasil produk secara kuantitas berkurang tentunya juga berdampak pada laba yang diperoleh (Sadayy, 2014).

Selain respon dari Tarif Dasar Listrik, juga memperoleh respon bagaimana menentukan biaya gaji pada pegawai dikarenakan dari tahun 2011-2016 rata-rata UMR (Upah Minimum Rakyat) semakin meningkat secara berturut-turut, yaitu Rp 988.829, Rp 1.088.903, Rp 1.296.908, Rp 1.584.391, Rp 1.790.342, dan Rp 1.997.819 (www.bappenas.go.id). Inilah yang menyebabkan komponen biaya produksi semakin meningkat. Selain karena UMR meningkat, penyebab lainnya adalah melemahnya nilai rupiah sehingga memiliki keputusan yaitu mengurangi output dan relokasi pabrik ke Jawa Tengah dari Jabodetabek dikarenakan UMR Jawa Tengah masih lebih rendah jika dibandingkan dengan Jabodetabek (www.industri.bisnis.com).

Melemahnya nilai rupiah masih bisa berpengaruh pada harga bahan baku karena 70% tekstil di Indonesia merupakan bahan baku impor dari Cina dimana tahun 2016 tercatat sebesar US$ 436,33 juta, atau naik 4,39% dibandingkan tahun

(4)

4 2015 yakni US$ 421,61 juta. Untuk impor pakaian jadi di periode Januari- Februari 2017 sebesar US$ 77,53 juta atau naik 2,39% dibandingkan periode yang sama tahun 2016 sebesar US$ 75,72 juta (www.finance.detik.com).

Pabrik Tekstil masih diperlukan karena merupakan cikal bakal produk pakaian yang sudah merupakan salah satu kebutuhan primer. Sebenarnya produk pakaian bukan sekedar kebutuhan primer saja, namun juga bertujuan untuk gaya hidup, lifestyle, dan sebagainya. Untuk dapat bersaing, maka perusahaan harus memperhatikan kualitas pada produk kain tersebut apakah layak untuk dijadikan beberapa produk seperti pakaian atau bahan tenunan lainnya. Industri tekstil dan garment merupakan salah satu industri yang diprioritaskan untuk dikembangkan karena memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional yaitu sebagai penyumbang devisa negara, menyerap tenaga kerja dalam jumlah cukup besar, dan sebagai industri yang diandalkan untuk memenuhi kebutuhan sandang nasional. Hal ini dapat ditunjukkan melalui perolehan surplus ekspor terhadap impor selama satu dasawarsa terakhir, bahkan saat krisis ekonomi melanda dunia, ITPT Nasional masih dapat mempertahankan surplus perdagangannya dengan nilai tidak kurang dari US$ 5 Milyar, penyerapan tenaga kerja 1,34 juta jiwa, capaian TKDN hingga 63% dan berkontribusi memenuhi kebutuhan domestik sebesar 46%.

Ditinjau dari performa neraca ekspor-impor antara Indonesia dengan beberapa negara produsen TPT Asia untuk produk serat, benang, kain lembaran dan pakaian jadi pada kurun waktu tahun 2008 dan 2009, menunjukkan bahwa ITPT Nasional masih cukup baik. Namun, performa ekspor-impor TPT Nasional yang cukup baik itu belum dapat menjadi jaminan bahwa ke depan industri TPT masih tetap dapat bersaing, mengingat kinerja ekspor selama lima tahun terakhir cenderung melambat, akibat dari kompleksitas berbagai faktor yang dihadapi industri TPT. Sementara industri TPT Nasional memiliki cukup banyak faktor yang potensial berpengaruh melemahkan daya saing, baik faktor internal maupun faktor eksternal, yang perlu segera diselesaikan dengan program kerja yang konkrit, implementatif, terarah, dan sinergis. Dapat disampaikan, bahwa faktor internal yang dihadapi industri TPT adalah kondisi permesinan yang teknologinya

(5)

5 sudah usang dan perlu diremajakan; belum tersedianya industri permesinan tekstil di dalam negeri yang mengakibatkan ketergantungan dengan mesin impor; bahan baku kapas yang masih 99,5% diimpor; bahan penolong seperti zat warna azzo belum tersedia cukup di dalam negeri; terbatasnya SDM yang terampil dan profesional; belum cukupnya dukungan perbankan dalam pemberian kredit modal kerja; dan penggunaan energi yang boros. Sedangkan faktor eksternalnya adalah pasokan energi yang tidak kontinyu; belum adanya prioritas akses pasar yang memadai bagi produk tekstil dalam negeri di pasar modern; kurangnya fasilitasisasi marketing produk TPT di luar negeri; belum memadainya fasilitas sarana dan prasarana transportasi, pelabuhan, serta tidak adanya kepastian waktu penyelesaian restitusi pajak, dan lain sebagainya.

Dengan kondisi tersebut, maka cost structure yang terbentuk menjadi banyak dibebani oleh biaya-biaya yang tidak terkait langsung dengan proses produksi. Bertolak dari kondisi itulah, maka Kementerian Perindustrian mengambil langkah konkrit sebagai upaya peningkatan penguatan daya saing ITPT dengan memaksimalisasikan nilai tambah produk ITPT dalam negeri.

Berdasarkan fenomena yang terjadi, beberapa pabrik Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) memindahkan lokasi pabriknya dari Jawa Barat ke daerah lainnya terutama Jawa Tengah. Kemenprin mencatat nilai investasi tahun 2016 sebesar Rp 7.54 Triliun dengan devisa sebesar 11,87 miliar dolar AS dan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 17,03% dari total tenaga kerja manufaktur.

Tabel 1. 2

Perbandingan Rata-Rata (dalam jutaan Rupiah)

Tahun

Harga Pokok

Produksi Biaya Operasional Penjualan Bersih

Laba Bersih Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Jumlah 2011 2.337.654 95,11% 120.140 4,89% 2.457.830 38.866 2012 1.984.856 95,95% 109.340 5,29% 2.068.615 (14.241) 2013 2.450.393 96,03% 139.235 5,46% 2.551.674 (34.028) 2014 2.373.093 94,91% 228.102 9,12% 2.500.404 (119.587) 2015 2.188.520 90,60% 222.681 9,22% 2.415.709 (62.797) 2016 2.172.916 90,60% 235.396 9,82% 2.398.256 (57.632) Sumber: data diolah penulis, 2018

(6)

6 Seiring dengan berkembangnya industri tekstil, persaingan yang intensif akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan yang bersangkutan, apalagi dengan munculnya perusahaan-perusahaan baru yang merupakan ancaman bagi perusahaan-perusahaan yang telah ada, dan akan menimbulkan penurunan penjualan sehingga pendapatan berkurang dan mengalami kerugian. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak dapat menutup biaya.

Pakaian bekas impor ilegal yang masuk ke Indonesia juga merupakan salah satu penyebab kerugian pada perusahaan tekstil lokal, karena disinyalir dapat menggerus daya saing Industri Kecil Menengah (IKM) tekstil, menciptakan pengangguran, hingga berpotensi merugikan IKM triliunan rupiah (www.antaranews.com, 2015).

Gambar 1. 1

Grafik Rata-Rata Harga Pokok Produksi, Biaya Operasional, Penjualan Bersih, dan Laba Bersih (dalam jutaan Rupiah)

Sumber: data diolah penulis, 2018

Berdasarkan tabel 1.1 dan gambar 1.1, rata-rata harga pokok produksi semakin berkurang secara bertahap kecuali tahun 2013 dimana harga pokok produksi meningkat sebesar 23,45 %, sedangkan biaya operasional setiap tahun meningkat kecuali tahun 2012 dimana biaya tersebut sempat menurun sebesar -8,99% dan 2015 dimana biaya menurun sebesar -2,38 %. Penjualan bersih dari tahun ke tahun menurun kecuali pada tahun 2013 dimana penjualan bersih

-500.000 0 500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 3.000.000

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Harga Pokok Produksi Biaya Operasional Penjualan Bersih Laba Bersih

(7)

7 tersebut meningkat sebesar 23,35 %. Kepala BKPM Franky Sibarani menyatakan, pertemuan ini membahas masalah-masalah yang dihadapi oleh industi tekstil dalam negeri yang juga terkait dengan investasi. Salah satunya yaitu penurunan pangsa pasar domestik pada tahun 2015. (http://bisnis.liputan6.com)

Berdasarkan beberapa penelitian jurnal terdahulu dengan topik yang sama mengenai Pengaruh Harga Pokok Produksi, Biaya Operasional, dan Penjualan Bersih terhadap Laba Bersih sebagai berikut:

1. Fadillah Zainnah Ramadhan, dengan judul “Pengaruh Biaya Produksi dan Biaya Operasional Terhadap Laba Bersih” yang bervariabel biaya produksi, biaya operasional, dan laba bersih. Hasil yang diperoleh adalah bahwa biaya produksi maupun operasional memiliki pengaruh dengan korelasi positif terhadap laba bersih yang artinya berpengaruh secara signifikan.

2. Putu Rustami, dengan judul “Pengaruh Biaya Produksi, Biaya Promosi, dan Volume Penjualan Terhadap Laba Bersih” yang bervariabel biaya produksi, biaya promosi, volume penjualan, dan laba bersih. Hasil yang diperoleh adalah bahwa biaya produksi berpengaruh terhadap laba sebesar 32.4%. secara simultan, asil tersebut menunjukkan bahwa 65,7% merupakan besarnya laba yang diterima dipengaruhi oleh variabel biaya produksi, biaya promosi, dan volume penjualan, sedangkan sisanya sebesar 34,3% dipengaruhi oleh variabel lain.

3. Sayyida, dengan judul “Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Laba Perusahaan”

yang bervariabel biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, dan laba perusahaan. Hasil yang diperoleh adalah bahwa biaya produksi dimana mencakup biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik berpengaruh terhadap laba sebesar 94.8%.

4. Fadhillah Ramadhani Nasution, dengan judul “Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Laba Bersih Pada Bank Swasta Nasional Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011” yang bervariabel biaya operasional meliputi yang meliputi beban bunga, beban administrasi dan umum, beban tenaga kerja, dan laba bersih. Hasil yang diperoleh adalah bahwa biaya

(8)

8 operasional memiliki pengaruh signifikan terhadap laba bersih karena tingkat signifikan mencapai lebih dari 0.05.

1.3 Perumusan Masalah

Seperti yang dijelaskan dan diuraikan pada latar belakang, penulis akan menjelaskan berbagai rumusan masalah yang akan diungkapkan bahwa dari tahun 2011-2016 memiliki profitabilitas rata-rata yang berstatus rugi, kecuali pada tahun 2011 dimana mengalami keuntungan. Fenomena yang diungkapkan adalah fenomena pada periode tahun 2014, karena terjadinya pengurangan biaya produksi sebesar 3,15 %, penambahan pada biaya operasional sebesar 63,83 %, dan penjualan bersih berkurang sebesar 2,01%, namun mengalami kerugian sebesar 251,44 %.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan teori dan penelitian yang mengungkapkan bahwa laba bersih dipengaruhi oleh harga pokok produksi, biaya operasional, dan penjualan bersih, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keadaan harga pokok produksi, biaya operasional, penjualan bersih, dan laba bersih pada perusahaan industri manufaktur sektor tekstil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2016?

2. Bagaimana pengaruh secara simultan antara harga pokok produksi, biaya operasional, dan penjualan bersih terhadap laba bersih pada perusahaan industri manufaktur sektor tekstil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2016?

3. Bagaimana pengaruh secara parsial antara harga pokok produksi terhadap laba bersih pada perusahaan industri manufaktur sektor tekstil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2016?

4. Bagaimana pengaruh secara parsial antara biaya operasional terhadap laba bersih pada perusahaan industri manufaktur sektor tekstil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2016?

5. Bagaimana pengaruh secara parsial antara penjualan bersih terhadap laba bersih pada perusahaan industri manufaktur sektor tekstil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2016?

(9)

9 1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini berdasarkan rumusan masalah diatas, yaitu untuk membuktikan pengaruh biaya produksi dan biaya operasional baik secara parsial maupun simultan terhadap laba bersih pada perusahaan tekstil & garment yang terdapat di BEI.

1.6 Manfaat Penelitian

Peneltian yang penulis lakukan untuk menyelesaikan tugas akhir dapat memberikan manfaat yang terdiri dari dua aspek, yaitu aspek praktis dan aspek teoritis.

1.6.1 Aspek Teoritis

Aspek teoritis terdiri dari beberapa aspek sebagai berikut:

1. Merupakan sarana pembelajaran untuk mengidentifikasikan, menganalisis dan merencanakan masalah yang nyata sehingga akan lebih meningkatkan pengertian dan teori-teori pada mata kuliah.

2. Mengetahui sejauh mana teori yang diperoleh dapat diterapkan dalam praktik.

3. Diharapkan dapat memperluas dan memperkaya pengetahuan di bidang keuangan, khususnya menyangkut tentang laba bersih yang dihasilkan dalam perusahaan tersebut.

1.6.2 Aspek Praktis

Aspek praktis terdiri dari beberapa aspek sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan harga pokok produksi, biaya operasional, dan penjualan bersih bagi perusahaan tekstil & garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Sebagai bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan keuangan agar dapat meningkatkan kinerja dan hasil perusahaan tersebut.

3. Membantu dalam membuat keputusan di masa mendatang.

4. Membantu meningkatkan efektivitas dalam menentukan harga pokok produksi, biaya operasional, dan penjualan.

5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan biaya produksi, biaya operasional,

(10)

10 dan penjualan bersih bagi perusahaan tekstil & garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

6. Sebagai bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan keuangan agar dapat meningkatkan kinerja dan hasil perusahaan tersebut.

7. Membantu dalam membuat keputusan di masa mendatang.

8. Membantu meningkatkan efektivitas dalam menentukan biaya produksi, biaya operasional, dan penjualan.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membatasi ruang lingkup dengan memfokuskan permasalahan yang akan dibahas, yaitu mengenai pengaruh biaya produksi dan operasional terhadap laba bersih.

1.7.1 Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi tempat penelitian yang akan penulis teliti adalah perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan variabel harga pokok produksi, biaya operasional, dan penjualan bersih, serta laba bersihnya.

1.7.2 Waktu dan Periode Penelitian

Metode tahun yang digunakan adalah berupa time series dimana tahun tersebut berbeda-beda namun masih dalam satu sektor beberapa perusahaan, yaitu dari tahun 2011-2016.

1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Pembahasan pada skripsi ini akan dibagi menjadi 5 bab secara runtut untuk mengidentifikasi mana yang merupakan pokok bahasan tersebut agar tidak terjadi kerumitan dalam penyusunan pada tugas akhir ini. Sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN.

Bab tersebut memberikan penjelasan pada gambaran umum, latar belakang, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian tersebut.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU.

Bab ini akan menjelaskan tentang rangkuman teori, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan ruang lingkup penelitian.

3. BAB III METODE PENELITIAN.

(11)

11 Bab ini akan menjelaskan tentang jenis penelitian, variabel operasional penelitian yang digunakan, tahap penelitian, penentuan populasi dan sampel, uji validitas dan uji reabilitas, pengumpulan data, teknik analisis serta teknik pengembangan instrumen.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.

Bab ini berisi tentang deskripsi objek penelitian, analisisi data, dan interpretasi hasil, dan juga menjelaskan keadaan hasil penelitian yang telah diidentifikasi, yaitu menjelaskan pengaruh biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja terhadap profit margin.

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.

Bab yang terakhir ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil yang diperoleh setelah dilakukan penelitian. Selain itu juga disajikan keterbatasan dan saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi penelitian sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat aplikasi untuk memprediksi jumlah anak yang berisiko menderita buta warna menurun yang diturunkan dari gen induk dalam satu

Setelah dibandingkan dengan “Data Antopometri Indonesia” dengan kriteria- kriteria yang disesuaikan dengan hasil pengukuran sampel, hasil diatas tidak memiliki

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Data sekunder yang digunakan diperoleh dari beberapa sumber antara lain dari Bank Sentral Nigeria, Kantor Federal Statistik dan Organisasi Perdagangan Pangan dan

Nilai raw accelerometer yang dihasilkan dimana pada dasarnya memiliki (noise) difilter dengan menggunakan low-pass filter dan nilai raw gyroscope yang dihasilkan memiliki

Metode yang digunakan yaitu metode penelitian kuantitatif dan (one-shot) model yaitu model pendekatan yang menggunakan satu kali pengumpulan data dengan cara

Penelitian ini dengan judul “Pengaruh Biaya Produksi, Biaya Operasional dan Total Hutang terhadap Laba Bersih pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Otomotif dan

Menurut penelitian terdahulu tersebut dapat dikatakan secara simultan, biaya produksi dan biaya pemasaran berpengaruh signifikan terhadap laba bersih pada perusahaan