• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemberian pupuk organik cair air kelapa muda (Cocos nucifera L.) terhadap pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max L.) varietas gamasugen 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pemberian pupuk organik cair air kelapa muda (Cocos nucifera L.) terhadap pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max L.) varietas gamasugen 2"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR AIR KELAPA MUDA (Coccos nucifera L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS GAMASUGEN 2

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh : Aileen Felicia NIM : 121434017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Let Go ... Let God ...

Karya ini kupersembahkan kepada :

Tuhan Yesus Kristus

Orangtua dan adik-adikku

Sahabatku

(5)
(6)
(7)

vii ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR AIR KELAPA MUDA (Coccos nucifera L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS GAMASUGEN 2

Aileen Felicia

Universitas Sanata Dharma

Peningkatan jumlah penduduk dalam kurun waktu 2010-2015 berpengaruh pada meningkatnya permintaan kedelai lokal sebesar 1,38 % setiap tahunnya. Permintaan kedelai tinggi namun produktivitasnya rendah. Hal ini menyebabkan pemerintah tidak dapat memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi kedelai adalah dengan pemenuhan unsur hara dengan cara pemberian pupuk organik cair. Air kelapa muda mengandung hormon auksin dan sitokinin yang berperan dalam pemanjangan sel dan pembentukan daun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian pupuk organik cair air kelapa muda serta konsentrasi yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman kedelai Varietas Gamasugen 2.

Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 macam konsentrasi perlakuan (25 %, 50 %, 75 %) dan kontrol. Setiap perlakuan terdiri dari 8 tanaman ulangan. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah daun. Hasil data diuji dengan one way ANOVA.

Hasil yang didapat menunjukkan bahwa pemberian POC sebesar 25% memberikan hasil yang baik terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai, sedangkan konsentrasi 75 % memberikan hasil yang baik bagi jumlah daun. Namun perhitungan statistik menunjukkan pemberian POC air kelapa muda tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk organik cair air kelapa muda tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kedelai Varietas Gamasugen 2.

(8)

viii ABSTRACT

THE INFLUENCE OF LIQUID ORGANIC FERTILIZER MADE FROM COCONUT WATER (Cocos nucifera L.) TO THE GROWTH OF

SOYBEAN (Glycine max L.) VARIETY OF GAMASUGEN 2

Aileen Felicia

Universitas Sanata Dharma

The increase of population in the period of 2010-2015 contributed to the increased demand for local soybean by 1.38% every year. Soybean demand is high but productivity is low. This is causing the government can not filling up the needs of the domestic soybean. One way to improve productivity of soybean is the fulfillment of nutrients by providing a organic liquid fertilizer. Coconut water containing auxin and cytokinin hormone that plays a role in cell elongation and leaf formation. This research aim to know the influence of liquid organic fertilizer made from coconut water as well as the concentration of the most good for the growth of soybean.

The method used was complete random design (CRD) with three concentrations of treatment (25 %, 50 %, 75 %) and control. Each treatment consisted of 8 replications plants. Parameters measured were plant height and number of leaves. Yield data was tested by one-way ANOVA.

The results showed that the POC of 25 % gives good results against the increase of soybean plant height, whereas the concentration of 75 % gives good results for the number of leaves. However, statistical calculations showed award POC coconut water did not significantly affect the growth of soybean. It could be can concluded that the organic liquid fertilizer made from coconut water had no effect on Variety Gamasugen 2 soybean growth.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik tidak terlepas dari dorongan pihak-pihak yang

membantu penulis dari penyusunan proposal sampai penyusunan skripsi ini. Oleh

karena itu secara khusus penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Catarina Retno Herrani Setyati, M.Biotech, selaku dosen pembimbing yang

dengan sabar meluangkan waktu, memberi saran, dan motivasi selama

penyusunan skripsi.

2. Seluruh dosen, staff, karyawan Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma.

3. Orangtuaku yang memberikan dukungan secara moril dan materil serta selalu

mendoakan yang terbaik untuk kehidupanku. Adikku tercinta : Alm.

Vincentius Budiman, dan Angel Clarissa yang selalu mengingatkan aku untuk

selalu bersyukur dan berdoa.

4. Sahabat karibku : Budi Wirnani, Siska Monika H., dan M.Rety Fitriana yang

selalu menyemangatiku tanpa lelah. Sahabat seperjuanganku Agni Harjono

Putri untuk setiap masukan dan kritik selama penyusunan skripsi ini.

5. Kakak dan teman rohaniku : Oktavia Hanny Sinaga, Fani Permata, Christine

P.U, Erlin Purumbawa, Tirza yang tidak pernah berhenti mengingatkan bahwa

segala sesuatu akan indah pada waktuNya.

6. UKM NATAS, BEM USD, dan BEM FKIP USD, terimakasih untuk dinamika

(10)

x

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Terimakasih

atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama proses

penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh

karena itu, penulis menghahrapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, 10 Februari 2017

Penulis

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

KATA PENGANTAR... vii

ABSTRAK... ix

ABSTRACT... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A.Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C.Tujuan Penelitian... 5

D.Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

A. Coccos nucifera L... 7

1. Klasifikasi... 7

2. Morfologi... 7

3. Manfaat Kelapa... 11

4. Kandungan air kelapa... 12

B. Glycine max L. ... 13

1. Klasifikasi... 13

2. Morfologi... 13

3. Stadia Pertumbuhan... 18

4. Faktor Eksternal... 19

5. Faktor Internal... 22

6. Kedelai Varietas Unggul Genjah Gamasugen 2... 23

C. Pupuk... 24

1. JenisPupuk... 24

2. Mekanisme Pemupukan... 26

D. Penelitian yang Relevan... 28

E. Kerangka Berpikir... 29

F. Hipotesis... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 32

A. Jenis Penelitian... 32

(12)

xii

C. Desain Penelitian... 33

D. Alat dan Bahan... 33

E. Prosedur Penelitian... 34

F. Metode Analisis Data... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 38

1. Pertambahan Tinggi Tanaman Kedelai... 38

2. Pertambahan Jumlah Daun... 41

3. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan... 43

4. Keterbatasan Penelitian... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 53

A. Kesimpulan... 53

B. Saran... 53

BAB VI IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN... 55

A. Kompetensi Inti... 56

B. Kompetensi Dasar... 56

DAFTAR PUSTAKA... 58

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data luas panen, produksi, dan produktifitas kedelai (dalam juta)... 2 Tabel 2.1 Kandungan gizi buah kelapa berdasarkan usia dan air kelapa

per 100 gram... 12 Tabel 2.2 Kandungan air kelapa dalam per 100 gram... 12 Tabel 4.1 Rerata pertumbuhan tinggi tanaman kedelai Var. Gamasugen 2... 39 Tabel 4.2 Hasil uji one way ANOVA tinggi tanaman kedelai

Var. Gamasugen 2... 40 Tabel 4.3 Rerata pertumbuhan jumlah daun tanaman kedelai

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Akar kelapa... 8

Gambar 2.2 Batang pohon kelapa... 8

Gambar 2.3 Daun kelapa... 9

Gambar 2.4 Bunga kelapa... 9

Gambar 2.5 Buah kelapa... 10

Gambar 2.6 Pemanfaatan tanaman kelapa... 11

Gambar 2.7 Akar tanaman kedelai... 14

Gambar 2.8 Batang tanaman kedelai... 15

Gambar 2.9 Daun tanaman kedelai... 16

Gambar 2.10 Bunga tanaman kedelai... 16

Gambar 2.11 Polong tanaman kedelai... 17

Gambar 2.12 Biji kedelai... 17

Gambar 2.13 Stadia pertumbuhan tanaman kedelai... 19

Gambar 2.14 Kerangka berpikir... 30

Gambar 4.1 Grafik rerata tinggi tanaman kedelai Var. Gamasugen 2... 38

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus pembelajaran Biologi... 62

Lampiran 2 Rencana Pembelajaran Pembelajaran... 67

Lampiran 3 LKS I... 79

Lampiran 4 LKS II... 81

Lampiran 5 Instrumen Penilaian Kognitif... 83

Lampiran 6 Instrumen Penilaian Psikomotorik... 90

Lampiran 7 Instrumen Penilaian Sikap... 93

Lampiran 8 Penilaian Laporan Tertulis... 96

Lampiran 9 Data Pengukuran Tinggi dan Pertambahan Tinggi Tanaman Kedelai... 100

Lampiran 10 Data Jumlah Daun dan Pertambahan Daun Tanaman Kedelai... 104

Lampiran 11 Hasil Uji Statistik... 108

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Glycine max (L.) Merill atau kedelai merupakan salah satu komoditas

pangan penghasil protein nabati yang cukup populer bagi masyarakat

Indonesia. Kandungan protein nabati pada kedelai mencapai 35 %, sedangkan

pada kedelai varietas unggul dapat mencapai 40–43 % (Pringgohandoko dan

Padmini, 1999). Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (2015),

permintaan kedelai dalam negeri mengalami peningkatan bersamaan dengan

bertambahnya jumlah penduduk setiap tahunnya. Peningkatan konsumsi

kedelai mencapai 1,38 % per tahun dalam kurun waktu 2010–2015. Kedelai

banyak dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk olahan, antara lain tempe,

tahu, susu, kecap, dan tauco. Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian

Pertanian mencatat pada tahun 2012, total kebutuhan kedelai nasional

diperkirakan mencapai 2,2 juta ton. Jumlah ini diserap untuk produsen tahu dan

tempe sebesar 83,7 % (1.849.843 ton) ; industri kecap, tauco, dan lainnya

sebesar 14,7 % (325.220 ton) ; benih sebesar 1,2 % (25.843 ton) ; dan untuk

pakan sekitar 0,4 % (8.319 ton).

Walaupun demikian, meningkatnya permintaan kedelai tidak sejalan

dengan jumlah produksi kedelai di dalam negeri. Kapasitas produksi nasional

tahun 2013 hanya mampu menghasilkan 780 ribu ton dari areal panen kedelai

(17)

dipenuhi melalui kebijakan impor (Pusdatin Kementerian Pertanian, 2015).

Pada tahun 2014 kedelai impor yang dipasok ke Indonesia berjumlah 1,96 juta

ton. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 1,78 ton

(Kementrian Pertanian, 2015). Kenaikan jumlah impor kedelai disebabkan oleh

meningkatnya konsumsi produk olahan kedelai terutama tahu dan tempe.

Berdasarkan data yang diperoleh dari ARAM I (Angka Ramalan I) tahun 2015,

Indonesia diperkirakan masih akan mengalami defisit kedelai pada tahun

2015-2019 sebesar 9,86 % per tahun. Berdasarkan uraian di atas dapat diprediksi

bahwa Indonesia akan tetap mengambil kebijakan impor untuk memenuhi

kebutuhan kedelai di dalam negeri. Luas panen, produksi, dan produktivitas

kedelai ditunjukkan pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Data Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai (dalam juta)

Sumber : Badan Pusat Statistik (2015)

Penurunan produksi kedelai disebabkan karena berkurangnya luas lahan

tanam kedelai dan kondisi iklim di Indonesia yang kurang mendukung bagi

pertumbuhan kedelai (Irwan, 2006). Untuk memperoleh produktivitas kedelai

yang baik dan memuaskan, pertumbuhan tanaman perlu diperhatikan terutama

kebutuhan akan unsur hara. Pemenuhan unsur hara dapat dilakukan melalui

penambahan pupuk, khususnya pupuk organik yang dapat berbentuk padat

(18)

maupun cair. Pemenuhan unsur hara yang cukup serta perawatan tanaman yang

teratur dapat meningkatkan produktivitas tanaman kedelai.

Kelapa (Coccus nucifera L.) dikenal sebagai “Tree of Life” yang seluruh

bagian tubuhnya dapat dimanfaatkan. Akar pohon kelapa mampu menangkal

banjir karena mampu menyerap air dalam jumlah yang banyak, sedangkan

batangnya dimanfaatkan sebagai pilar bangunan, langit – langit, bahkan pintu

masuk atau gerbang. Bunganya dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional

dan kerajinan tangan, sedangkan daunnya biasanya digunakan untuk membuat

sapu lidi dan sebagai bahan anyaman. Buah kelapa tersusun atas 3 lapisan yang

masing – masing memiliki manfaat yang berbeda, yaitu : (1) mesokarp, berupa

serat yang biasa dijadikan sabut, (2) endokarp, bagian kelapa yang keras atau

biasa disebut batok atau tempurung, biasanya dimanfaatkan sebagai bahan

bakar berupa arang, dan (3) endosperm, bagian dari buah kelapa berupa cairan

dan mengandung banyak enzim, cairan ini akan memadat seiring bertambahnya

usia kelapa dan dapat dikonsumsi sebagai panganan (daging kelapa yang masih

muda) atau dijadikan sebagai bahan dasar minyak kelapa dan santan (daging

kelapa yang sudah tua).

Menurut Kristina dan Syahid (2012), setiap 100 ml air kelapa mengandung

mineral yang meliputi nitrat 43,00 mg, fosfor 13,17 mg, kalium 14,11 mg,

magnesium 9,11 mg, besi 0,25 mg, natrium 21,07 mg, zinc 1,05 mg, dan

kalsium 24,67 mg. Selain mengandung vitamin dan mineral, air kelapa

mengandung hormon auksin dan sitokinin yang berperan dalam pertumbuhan

(19)

Sujarwati dkk (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Air

Kelapa untuk Meningkatkan Perkecambahan dan Pertumbuhan Palem Putri (Veitchia merrilli)” menyatakan bahwa pemberian air kelapa konsentrasi 75%

merupakan konsentrasi paling baik untuk mengaktifkan sitokinin yang terdapat

dalam biji palem putri. Menurut penelitian Sri Hayanti dkk mengenai

“Produktivitas kedelai (Glycine max (L) Merril var. Lokon) yang diperlakukan

dengan pupuk organik cair lengkap pada dosis dan waktu pemupukan yang berbeda” menyatakan bahwa metode penyiraman pupuk organik cair (POC)

secara langsung melalui daun efektif meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal

ini disebabkan karena kandungan dalam POC dapat langsung terserap melalui

stomata daun.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka

air kelapa muda dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik

cair, sedangkan penyiraman pupuk melalui daun dapat dijadikan salah satu cara

untuk memberikan pengaruh yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Dengan

demikian pada penelitian ini, peneliti mengaplikasikan POC berbahan dasar air

(20)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka dapat dibuat rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Apakah pupuk organik cair air kelapa muda (Coccos nucifera L.)

berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max L.)

Varietas Gamasugen 2 ?

2. Berapakah konsentrasi pupuk organik cair air kelapa muda (Coccos nucifera

L.) yang paling baik meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine

max L.) Varietas Gamasugen 2 ?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pupuk organik cair (POC) air

kelapa muda (Coccos nucifera L.) terhadap pertumbuhan tanaman kedelai

(Glycine max L.) Varietas Gamasugen 2.

2. Membandingkan pada konsentrasi berapa, pupuk organik cair (POC) air

kelapa muda (Coccos nucifera L.) yang paling baik meningkatkan

(21)

D.Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa

a. Menambah wawasan dalam bidang pertanian, khususnya dalam budidaya

tanaman kedelai.

b. Mendorong mahasiswa untuk melakukan inovasi baru dalam pembuatan

pupuk organik yang ramah lingkungan.

c. Mendorong mahasiswa untuk melakukan penelitian yang lebih dalam

mengenai air kelapa, seperti varietas yang cocok untuk dijadikan sebagai

bahan dasar pembuatan pupuk organik cair (POC).

2. Bagi Dunia Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran bagi

siswa SMA kelas XII semester 1 pada materi pertumbuhan dan

perkembangan tumbuhan yang merupakan penjabaran dari Kompetensi

Dasar 3.1 menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal

dengan proses pertumbuhan dan perkembangan pada mahluk hidup

berdasarkan hasil percobaan dan 4.1 Merencanakan dan melaksanakan

percobaan tentang faktor luar yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan

perkembangan tumbuhan dan melaporkan secara tertulis dengan

menggunakan tatacara penulisan ilmiah yang benar.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana informasi kepada

(22)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Tanaman Kelapa (Coccos nucifera L.)

1. Klasifikasi

Menurut Setyamidjaya (1991), kelapa atau Coccos nucifera

diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Arecales

Familia : Arecaceae

Genus : Cocos

Spesies : Cocos nucifera L.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kelapa muda yang masih

dalam 1 pohon yang sama, tidak menggunakan jenis kelapa muda tertentu.

2. Morfologi

Kelapa digolongkan dalam famili Arecaceae atau suku

pinang-pinangan. Semua bagian kelapa dimanfaatkan, mulai dari akar, batang,

bunga, daun, dan buah (Mahmud dan Fery, 2005). Berikut bagian morfologi

(23)

a) Akar

Pada awal perkembangannya, kelapa memiliki sistem perakaran akar

tunggang. Seiring dengan pertumbuhannya, akar-akar kelapa tumbuh

dengan cepat dan bertumpuk sehingga membentuk sistem perakaran akar

serabut. Akar serabut (gambar 2.1) bentuk akar bercabang dan memiliki

rambut akar yang berfungsi sebagai penyerap unsur hara.

Gambar 2.1 Akar kelapa

Sumber : kaskus.co.id (2011)

b) Batang

Batang pohon kelapa (gambar 2.2) merupakan batang tunggal yang

tumbuh lurus ke atas, tetapi ada yang tumbuh bercabang dan melengkung

mengikuti sinar matahari dan lingkungan tumbuhnya seperti di pinggir

sungai atau tebing.

Gambar 2.2 Batang pohon kelapa

(24)

c) Daun

Daun kelapa tersusun majemuk, menyirip sejajar tunggal, berwarna

kekuningan saat masih muda dan berwarna hijau saat sudah tua. Kelapa

digolongkan sebagai tumbuhan berdaun lengkap karena memiliki

pelepah, tangkai, dan helaian daun (gambar 2.3).

Gambar 2.3 Daun kelapa

Sumber : kaskus.co.id (2011)

d) Bunga

Pohon kelapa mulai berbunga pada usia 3-8 tahun, tergantung

jenisnya. Bunga mulai tumbuh dari ketiak daun yang bagian luarnya

diselubungi oleh seludang yang disebut spatha (gambar 2.4) yang

berfungsi sebagai pelindung calon bunga buah kelapa.

Sumber : petanihebat.com (2013)

(25)

e) Buah

Bunga betina yang telah dibuahi akan berkembang menjadi buah,

kira-kira 3-4 minggu setelah manggar (putik bunga kelapa) terbuka.

Tidak semua buah yang terbentuk dapat dipetik, sekitar 1/3 – 2/3 buah

kelapa yang masih muda gugur karena pohon tidak bisa

membesarkannya. Buah kelapa (gambar 2.5) terdiri dari 3 bagian, yaitu :

1) Epicarp, yaitu kulit bagian luar yang permukaannya licin. Agak keras,

dan tebalnya sekitar 1-7 mm.

2) Mesocarp, yaitu kulit bagian tengah yang disebut sabut. Terdiri dari

serat – serat keras, tebalnya sekitar 3-5 cm.

3) Endocarp, yaitu bagian tempurung yang keras. Tebalnya sekitar 3-6

mm. Bagian ini melekat pada kulit luar dari biji yang disebut

endosperm.

4) Endosperm, disebut sebagai putih lembaga yang tebalnya mencapai 8

– 10 mm. Di dalam buah terdapat organ khusus yang disebut

haustorium, yaitu bakal tunas kelapa.

Gambar 2.5 Buah kelapa

(26)

3. Manfaat Kelapa

Kelapa disebut sebagai “Tree of Life” karena setiap bagian tubuhnya

(lihat gambar 2.6) dapat dimanfaatkan oleh manusia, di antaranya :

a. Sabut, biasa dijadikan sapu dan sebagai bahan pembuat spring bed dan

matras.

b. Tempurung, dapat dijadikan sebagai karbon aktif, arang, dan kerajinan

tangan.

c. Daging buah, dapat dijadikan sebagai minyak kelapa, kopra, dan santan.

d. Air kelapa, dapat dijadikan sebagai nata de coco, pupuk organik, dan

cuka.

e. Daun kelapa, dapat dijadikan sebagai barang anyaman dan sapu lidi.

f. Nira kelapa dijadikan sebagai gula merah.

Gambar 2.6 Beberapa pemanfaatan tanaman kelapa

a. Kelapa muda sebagai minuman ; b. Tempurung kelapa sebagai bahan dasar arang ; c. Bahan dasar pembuatan santan ; d. Pilar bangunan

Sumber : google.com/image (2016)

a b

(27)

4. Kandungan Air Kelapa

Usia buah kelapa berpengaruh pada kandungan gizinya, semakin tua

buah kelapa kandungan lemak, kalsium, fosfor, zat besi, dan kalorinya akan

semakin tinggi tetapi jumlah airnya berkurang. Air kelapa mengandung

makronutrien dan mikronutrien seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin,

dan mineral. Menurut Peddy (2013) dalam Daftar Analisis Makanan FKUI

pada tabel 2.1, kandungan kelapa terdiri dari :

Tabel 2.1 Kandungan gizi buah kelapa berdasarkan usia dan air kelapa per 100 gram

Sedangkan menurut Sutandi (2004) kandungan air kelapa per 100 gram

dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Kandungan air kelapa dalam per 100 gram

Kandungan Jumlah

Folate Acid 0,003 mg/l

Nicotinate Acid 0,64 mg/l

Panthotenate Acid 0,52 mg/l

Biotin 0,02 mg/l

(28)

B.Kedelai (Glycine max L.)

1. Klasifikasi

Menurut Cambaba (2014), kedelai diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicothyledoneae

Ordo : Rosales

Familia : Leguminoceae

Genus : Glycine

Giberelat Acid Very Little

Auxins 0,07 mg/l

Sitokinin 0,44 mg/l

1.3-difenilurea 5,80 mg/l

M-inositol 0,01 mg/l

Silo-inositol 0,05 mg/l

(29)

fase, yaitu fase vegetatif dan reproduktif. Berikut bagian morfologi tanaman

kedelai, diantaranya :

a. Akar

Tanaman kedelai memiliki 2 sistem perakaran yaitu akar tunggang

(radix primaria) dan akar sekunder berupa akar serabut (radix lateralis)

yang tumbuh dari akar tunggang. Tanaman kedelai seringkali membentuk

akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil, hal ini

disebabkan terjadi cekaman tertentu seperti kadar air tanah yang terlalu

tinggi (Adisarwanto, 2006). Pada umumnya akar tunggang hanya dapat

tumbuh menembus kedalaman lapisan tanah sekitar 30–50 cm,

sedangkan akar serabut dapat menembus lapisan kedalaman tanah sekitar

20–30 cm. Akar serabut tumbuh di dekat ujung akar tunggang sekitar 3-4

hari setelah berkecambah (gambar 2.7).

Gambar 2.7 Akar tanaman kedelai

Sumber : google.com/image (2016)

b. Batang dan Cabang

Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu tipe

determinate dan ideterminate. Menurut AAK (2012), kedelai dengan

(30)

denngan rangkaian bunga, cabang–cabang batangnya tumbuh tanpa

melilit tetapi lurus tegak keatas. Sedangkan pertumbuhan batang

ideteminate tidak berakhir dengan rangkaian bunga dan cabang-cabang

batangnya tumbuh melilit (gambar 2.8.).

Gambar 2.8 Batang tanaman kedelai

Sumber : google.com/image (2016) c. Daun

Tanaman kedelai memiliki 2 bentuk daun yang dominan, yaitu stadia

kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan

dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang

tumbuh setelah masa pertumbuhan. Pada umumnya daun memiliki bulu

dengan warna cerah dan jumlahnya bervariasi. Panjang bulu dapat

mencapai 1 mm dan lebar 0,0025 mm. Lebat dan tipis bulu pada daun

kedelai berhubungan dengan tingkat toleransi varietas kedelai terhadap

serangan jenis hama tertentu, misalnya hama penggerek polong yang

jarang menyerang kedelai yang berbulu lebat. Gambar daun kedelai dapat

(31)

Gambar 2.9 Daun tanaman kedelai

Sumber : google.com/image (2016)

d. Bunga

Tanaman kacang-kacangan, termasuk tanaman kedelai memiliki 2

fase pertumbuhan, yaitu fase vegetatif dan reproduktif. Fase vegetatif

dimulai pada saat tanaman berkecambah sampai berbunga, sedangkan

fase reproduktif ditandai dengan pembentukan bunga sampai pemasakan

biji.

Bunga kedelai merupakan bunga sempurna, artinya setiap bunga

memiliki alat kelamin jantan dan betina. Letak bunga ada pada ruas –

ruas batang, berwarna violet atau putih (gambar 2.10). Sekitar 60 %

bunga gugur sebelum membentuk polong (Pijoto, 2003). Periode

berbunga pada tanaman kedelai cukup lama, yaitu sekitar 3-5 minggu

pada daerah subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik.

Gambar 2.10 Bunga tanaman kedelai

(32)

e. Polong dan Biji

Polong kedelai (gambar 2.11) pertama kali terbentuk sekitar 7-10

hari setelah munculnya bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1

cm. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat

beragam, antara 1-10 buah dalam setiap kelompok. Kecepatan

pembentukan polong dan pembesaran biji akan semakin cepat setelah

proses pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan bentuk polong menjadi

maksimal pada saat awal periode pemasakan biji, hal ini diikuti dengan

perubahan warna polong yang berwarna hijau menjadi kuning kecoklatan

saat masak.

Biji kedelai (gambar 2.12) terbagi menjadi 2 bagian utama, yaitu

kulit biji dan embrio. Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut hilum

yang berwarna kecoklatan, hitam, atau putih. Pada ujung hilum terdapat

mikrofil, berupa lubang kecil yang terbentuk pada saat proses

pembentukan biji. Biji kedelai tidak mengalami masa dormansi, sehingga

biji kedelai dapat langsung ditanam.

Gambar 2.11 dan 2.12 Polong tanaman kedelai dan Biji kedelai a. Polong kedelai ; b. Biji kedelai

Sumber : google.com/image (2016) a

(33)

3. Stadia Pertumbuhan Kedelai

Pengetahuan mengenai stadia pertumbuhan tanaman kedelai merupakan

hal yang sangat penting untuk dipelajari, karena hal ini berkaitan dengan

pengambilan keputusan untuk optimalisasi produktivitas kedelai, misalnya

waktu pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, serta

penentuan waktu panen. Berikut stadi pertumbuhan tanaman kedelai

menurut Adisarwanto (2007) :

a. Stadia Pertumbuhan Vegetatif

Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman mulai muncul

ke permukaan tanah sampai mulai berbunga. Stadi perkecambahan

dicirikan dengan adanya kotiledon, sedangkan penandaan stadia

pertumbuhan vegetatif dihitung dari jumlah buku yang terbentuk pada

batang utama. Stadia vegetatif umumnya dimulai pada buku ketiga.

b. Stadia Pertumbuhan Reproduktif

Stadia pertumbuhan reproduktif (generatif) dihitung sejak tanaman

kedelai mulai berbunga sampai pembentukan polong, perkembangan biji,

(34)

Gambar 2.13 Stadia pertumbuhan tanaman kedelai

Sumber : University of Illionis, 1992 Keterangan :

VE : Stadia kecambah awal R1 : Stadia reproduktif awal VC : Stadia kecambah akhir R3 : Stadia reproduktif V1 : Stadia vegetatif 1 R5 : Stadia pembentukan

polong V2 : Stadia vegetatif 2 R8 : Senesens V3 : Stadia vegetatif 3

4. Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman Kedelai

Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kedelai

adalah sebagai berikut :

a. Tanah

Tanaman kedelai dapat tumbuh di semua jenis tanah, tetapi untuk

mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal, kedelai

harus ditanam pada jenis tanah berstruktur lempung berpasir atau liat

berpasir. Pada kondisi lahan yang kurang subur dan asam, kedelai tetap

dapat tumbuh dengan baik asal tidak tergenang air karena genangan air

mengakibatkan akar menjadi busuk. Toleransi pH pada tanaman kedelai

antara 5,8-7 (Rukmana, 2012). Faktor lain yang mempengaruhi

keberhasilan penanaman kedelai adalah kedalaman tanah sebagai media

(35)

pertumbuhan akar sehingga akar tunggang yang terbentuk semakin

kokoh dan dalam.

b. Iklim

Tanaman kedelai merupakan tanaman yang peka terhadap perubahan

faktor lingkungan tumbuh, khususnya tanah dan iklim. Kebutuhan air

sangat tergantung pada pola curah hujan yang turun selama masa

pertumbuhan, pengelolaan tanaman, serta umur varietas yang ditanam

(Wawan, 2006). Faktor-faktor iklim yang berpengaruh yaitu :

1) Suhu

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam.

Suhu tanah yang optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30ºC.

Menurut Pracaya dan Kahono (2010) temperatur optimum dalam

pertumbuhan kedelai adalah 28ºC. Apabila suhu rendah (<15ºC)

proses perkecambahan melambat, dapat mencapai 2 minggu. Hal ini

dikarenakan biji tertekan oleh kelembaban tanah yang tinggi.

Sedangkan suhu yang tinggi (>30ºC), biji kedelai akan mati karena

respirasi air di dalam biji yang terlalu cepat.

Selain suhu tanah, suhu lingkungan juga berpengaruh pada

perkembangan kedelai. Suhu lingkungan sekitar 40ºC saat berbunga

mengakibatkan kerontokan bunga yang akan berpengaruh pada jumlah

polong dan biji kedelai yang terbentuk. Suhu yang rendah (10ºC)

seperti pada lingkungan subtropik, dapat menghambat proses

(36)

optimal untuk pembungaan bunga yaitu 24-25ºC (Pracaya dan

Kahono, 2010).

2) Panjang hari (photoperiode)

Kedelai merupakan “tanaman hari pendek” yaitu tanaman yang

pembungaannya lebih dipengaruhi oleh panjang hari atau lama

penyinaran sinar matahari. Batas kritis tanaman kedelai terhadap lama

penyinaran matahari adalah 15 jam, apabila >15 jam tanaman kedelai

tidak akan berbunga (Sastra, 2015). Oleh karena itu, bila varietas yang

bereproduksi tinggi di daerah subtropik dengan panjang hari 14-16

jam ditanam di daerah tropis yang rata-rata panjang harinya jam maka

varietas tersebut akan mengalami penurunan produksi. Hal ini

disebabkan oleh masa bunga yang lebih pendek, yaitu dari umur 50-60

hari menjadi 35-40 hari setelah tanam, batang tanaman menjadi lebih

pendek dengan ukuran buku subur yang lebih pendek (Wawan, 2006).

3) Curah hujan

Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan kebusukan polong

akibat kelembaban udara yang tinggi. Air menjadi faktor yang penting

selama perkecambahan karena akan berpengaruh pada proses

pertumbuhan tanaman kedelai. Kebutuhan air pada tanaman kedelai

akan meningkat seiring dengan pertumbuhan tanaman, terutama pada

saat tanaman kedelai memasuki masa berbunga dan pengisian polong

(37)

5. Faktor Internal yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman Kedelai

Pertumbuhan tanaman biji diawali dengan perkecambahan.

Ketersediaan air yang cukup dalam media pertumbuhan akan diserap dan

digunakan untuk memacu aktivitas enzim-enzim metabolisme

perkecambahan (Agustina, 2008). Penyerapan air oleh biji disebut sebagai

proses imbibisi yang menyebabkan pecahnya kulit pembungkus biji

sehingga memicu pertumbuhan metabolik pada embrio. Perubahan

metabolik meliputi proses hidrolisis cadangan makanan yang disimpan

dalam kotiledon yang merupakan aktivitas dari enzim α-amilase dan β

-amilase, aktivitas metabolik dikendalikan oleh gen – gen yang terdapat

dalam tanaman.

Hormon merupakan salah satu komponen yang penting dalam

pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Berikut merupakan hormon

yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, yaitu :

1) Auksin, berperan dalam memacu proses pemanjangan sel

2) Gliberelin, berperan dalam merangsang perkembangan dan

perkecambahan embrio

3) Etilen, berperan dalam proses pematangan buah dan kerontokan daun

4) Asam abisat, berperan dalam proses penuaan dan gugurnya daun

5) Traumalin, berperan dalam regenerasi sel apabila tumbuhan mengalami

kerusakan jaringan

6) Kalin, berperan dalam proses regenerasi sel apabila tumbuhan mengalami

(38)

7) Sitokinin, berperan dalam pembelahan sel

Pemupukan merupakan faktor yang menentukan perolehan hara yang

didapat tanaman dalam memenuhi kebutuhannya. Apabila pasokan unsur

hara nitrogen dan nutrisi yang lain terpenuhi dengan baik akan memberikan

pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan tanaman kedelai. Penggunaan

pupuk nitrogen yang terlalu banyak akan menekan jumlah dan ukuran bintil

akar sehingga mengurangi kemampuan pengikatan nitrogen dari atmosfer.

6. Kedelai Varietas Unggul Genjah Gamasugen 2

Kedelai varietas unggul Gamasugen 2 merupakan tanaman kedelai hasil

pemuliaan tanaman Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang

diperkenalkan secara resmi oleh Kementrian RI pada tanggal 17 Juni 2013

yang berasal dari galur Q-298. Tanaman kedelai ini dikategorikan sebagai

tanaman kedelai genjah karena umur panennya yang pendek, yaitu sektitar

66-68 hari dengan rata – rata bobot panen 1,5 ton per hektar (Kementrian

Pertanian, 2014). Keterangan lebih lanjut mengenai kedelai Varietas

Gamasugen 2 adalah sebagai berikut (Badan Penyuluhan dan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, 2014) :

Nomor Galur : 4-Psj

Asal : Radiasi Varietas Tidar dosis 200 gray

Tipe tumbuh : Determinit

Umur berbunga : 30 hari

Umur masak : 68 hari

(39)

Warna bunga : Ungu

Warna bulu : Putih kecoklatan

Warna kulit polong : Coklat

Warna kulit biji : Kuning Cerah

Warna biji : Kuning

Ketahanan hama : Tahan terhadap penyakit karat daun (phakospora),

tahan terhadap penyakit bercak daun coklat

C.Pupuk

1. Jenis Pupuk

Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk

menyediakan unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008).

Pupuk digolongkan menjadi 2 macam, yaitu pupuk organik dan pupuk

anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau

seluruhnya terdiri dari atas bahan organik yang berasal dari tanaman atau

hewan yang telah melalui proses. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau

cair yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan organik untuk

memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Balai Besar Litbang

Sumberdaya Lahan Pertanian, 2006). Salah satu kelebihan pupuk organik

adalah dapat mengatasi defisiensi unsur hara serta tidak merusak tanah

(Purwendro dan Nurhidayat, 2006). Pupuk organik mengandung unsur hara

yang lebih lengkap apabila dibandingkan dengan pupuk kimia, walaupun

(40)

Pupuk organik mengandung berbagai mineral dan zat esensial yang

dibutuhkan tanah dan tanaman, serta hormon pertumbuhan tanaman. Pupuk

organik yang bersifat cair memiliki kemampuan lebih baik dalam

merangsang pertumbuhan dan efektif meningkatkan kapasitas tukar kation

pada tanah apabila dibandingkan dengan pupuk kimia (Sutanto, 2002).

Kapasitas tukar kation adalah kemampuan tanah untuk meningkatkan

interaksi antara ion – ion di dalam tanah sehingga mampu menyediakan

berbagai unsur yang dibutuhkan tanaman (Lakitan, 1993).

Pupuk organik cair merupakan larutan dari hasil pembusukan bahan –

bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, sisa makanan,

dsb yang mengandung lebih dari satu unsur hara. Bahan dasar pupuk

organik cair (POC) mampu mengurai unsur hara yang terikat oleh mineral

tanah sehingga semakin banyak unsur hara yang tersedia bagi tanaman

(Novrizan, 2005). Menurut Hadisuwito (2008), pupuk organik cair

umumnya tidak merusak tanah serta dapat mengatasi defisiensi hara dengan

cepat.

Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2002),

berdasarkan jumlah unsur hara, pupuk dibedakan menjadi pupuk tunggal

dan majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan 1 jenis unsur hara saja, walaupun di dalamnya

terdapat beberapa unsur hara lainnya sebagai ikatan. Sedangkan pupuk

majemuk adalah kombinasi campuran secara fisik atau formulasi pupuk

(41)

merupakan pupuk majemuk, karena terdapat beberapa unsur penting bagi

pertumbuhan tanaman seperti phospor, kalium, sulfur, mangan, dan

sebagainya. Tetapi penelitian hanya dibatasi sampai peranan auksin dan

sitokinin dalam pertumbuhan kedelai.

2. Mekanisme Pemupukan

Pemupukan merupakan usaha yang dilakukan untuk menambahkan

unsur hara pada tanaman. Pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhn

nutrisi yang dibutuhkan tanaman agar tanaman dapat tumbuh optimal dan

menghasilkan produk dengan mutu yang baik (Saraswati, 2007).

Pemupukan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pemupukan melalui akar

tanaman dan pemupukan melalui daun (spraying).

Pemupukan melalui akar dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :

a. Disebar (broad casting), pupuk disebar merata pada tanah di sekitar

tanaman atau pada saat pembajakan lahan. Biasanya metode ini

digunakan untuk tanaman padi dan kacang – kacangan yang memiliki

jarak tanam yang rapat.

b. Larikan atau barisan, pupuk ditabur diantara larikan tanaman dan

kemudian ditutup kembali dengan tanah. Biasanya metode ini digunakan

pada tanah yang kurang subur dengan jarak antar tanaman yang tidak

terlalu dekat.

c. Lubang, pupuk dibenamkan ke dalam lubang di samping batang sejauh ±

10 cm dan ditutup dengan tanah. Biasanya metode ini digunakan pada

(42)

Pemupukan melalui daun dilakukan dengan cara melarutkan terlebih

dahulu pupuk yang digunakan, kemudian disemprotkan langsung pada daun

dengan alat penyemprot biasa (hand sprayer). Pemberian pupuk daun dapat

dilakukan bersamaan dengan pestisida jika diperlukan, tetapi perlu

diperhatikan kalau pestisida yang digunakan bebas bahan perekat. Hal ini

dikarenakan pupuk dapat merekat di permukaan daun sehingga tidak

terserap oleh tanaman, kemungkinan terburuk yang dapat terjadi pupuk

dapat menyerap air pada daun sehingga daun kekeringan dan rusak seperti

terbakar (Lingga, 2007).

Penyemprotan pupuk daun lebih baik dilakukan pada saat pagi atau sore

hari, hal ini dikarenakan mulut daun (stomata) membuka optimal pada saat

matahari tidak terlalu terik yang bertujuan untuk mengurangi penguapan.

Penyemprotan sebaiknya tidak dilakukan pada saat musim hujan,

dikarenakan pupuk dapat terbawa air hujan sehingga tidak diserap oleh

tanaman. Sebaiknya penyemprotan dilakukan di bagian bawah daun karena

stomata lebih banyak berada di bagian bawah daun. Kelebihan menerapkan

pupuk daun adalah respon tanaman yang sangat cepat karena dapat langsung

dimanfaatkan oleh tanaman (Lingga, 2007).

Faktor yang mempengaruhi efektivitas pemupukan adalah faktor cuaca

dan suhu. Cuaca yang buruk seperti hujan berkepanjangan akan

berpengaruh pada efektivitas penyerapan pupuk, sedangkan suhu udara

panas menyebabkan daun terbakar karena konsentrasi larutan pupuk yang

(43)

D.Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian Nana dan Salamah (2014) dalam jurnal penelitian yang

berjudul “Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah (Allium cepa L.) dengan

Penyiraman Air Kelapa (Coccos nucifera L.) Sebagai Sumber Belajar Biologi SMA Kelas XII” menjelaskan bahwa perlakuan air kelapa dengan konsentrasi

75 % memberikan pengaruh yang baik bagi pertumbuhan bawang merah.

Bawang merah memberikan respon baik karena terpenuhinya unsur hara serta

adanya hormon sitokinin dan auksin yang berperan dalam pertumbuhan

tanaman. Pada perlakuan air biasa, pertumbuhan bawang merah cenderung

lamban dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini dikarenakan unsur

hara yang dibutuhkan bawang merah tidak terpenuhi maksimal. Sedangkan

pada perlakuan 100 % pupuk organik cair air kelapa, bawang merah

mengalami penurunan pertumbuhan karena konsentrasi air kelapa terlalu tinggi

yang menyebabkan rusaknya jaringan seperti pecahnya dinding sel.

Hasil penelitian Tiwery (2014) yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Air

Kelapa (Cocos nucifera L.) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brasicca juncea L.)”memperlihatkan bahwa air kelapa memberikan pengaruh yang baik

terhadap pertumbuhan tinggi dan jumlah daun tanaman sawi. Air kelapa

dengan volume 250 ml memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan

tinggi dan jumlah daun tanaman sawi dibandingan kontrol dan 3 perlakuan

lainnya (100 ml, 150 ml, 200 ml, dan 250 ml). Menurut Rini, hal ini

(44)

Kandungan auksin dan sitokinin memiliki peranan penting dalam proses

pembelahan sel sehingga membantu pembentukan tunas dan pemanjangan

batang. Air kelapa juga mengandung nutrisi lain yang dibutuhkan oleh tanaman

seperti kalium (K) dan kalsium (Ca). Kalium berperan dalam mempercapat

pertumbuhan tanaman, sedangkan kalsium berperan dalam proses pembelahan

dan pemanjangan sel sehingga tanaman lebih tinggi.

E.Kerangka Berpikir

Selama 5 tahun (2010–2015) terakhir, kedelai mengalami penurunan produktivitas yang cukup signifikan. Hal ini terjadi karena berkurangnya luas

lahan tanam dan kondisi iklim yang kurang mendukung pertumbuhan kedelai

di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembalikan produktivitas

kedelai adalah memperhatikan pemenuhan unsur hara dan cara yang tepat

dalam merawat tanaman. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan unsur hara adalah dengan penambahan pupuk organik,

khususnya pupuk organik cair.

Pupuk organik cair merupakan larutan dari hasil pembusukan bahan –

bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, sisa makanan,

dsb yang mengandung lebih dari satu unsur hara. Bahan dasar yang digunakan

untuk membuat pupuk organik cair mampu mengurai unsur hara yang terikat

oleh mineral tanah.

Air kelapa muda merupakan bahan alami yang disediakan oleh alam yang

(45)

kelapa muda mengandung 2 hormon penting yaitu auksin dan sitokinin yang

berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanama

dalam pertumbuhan tanaman yaitu auksin dan sitokinin.

Secara umum, kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada

gambar 2.14.

Gambar 2.14 Kerangka Berpikir Produksi Kedelai

Ekstensifikasi

Intensifikasi

Berkurangnya luas lahan tanam kedelai

Iklim yang tidak sesuai

Produktivitas menurun

Diperlukan upaya untuk mengembalikan

produktivitas kedelai

Pemenuhan unsur hara Pemupukan

Pupuk Organik Cair Air Kelapa

Auksin dan Sitokinin

(46)

F. Hipotesis

1. Pupuk organik cair (POC) air kelapa muda (Coccos nucifera L.)

berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max L.)

Varietas Gamasugen 2.

2. Pupuk organik cair (POC) air kelapa muda (Coccos nucifera L.) konsentrasi

75 % paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai

(47)

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang bertujuan untuk

mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel lain (terikat). Variabel

penelitian yang digunakan, diantaranya :

Variabel bebas : Konsentrasi pupuk organik cair air kelapa (Coccus

nucifera L.), yaitu konsentrasi 25 %, 50 %, dan 75 %.

Variabel terikat : Pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max L.) varietas

unggul genjah Gamasugen 2 yang meliputi tinggi tanaman

dan jumlah daun.

Variabel Kontrol : Volume air untuk penyiraman, interval pemupukan, dan

jenis tanah.

B.Batasan Masalah

Batasan permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Air kelapa yang digunakan merupakan air kelapa muda yang berasal dari 1

tandan buah yang sama. Air kelapa dibeli dari penjual kelapa muda di

daerah babarsari.

2. Kedelai yang digunakan sebagai bahan percobaan merupakan kedelai

(48)

3. Parameter pertumbuhan yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah

daun. Tinggi tanaman diukur mulai dari kotiledon sampai batas cabang

tertinggi, sedangkan jumlah daun yang dihitung merupakan daun yang

membuka sempurna.

C.Desain Penelitian

Design penelitian dilakukan dengan model Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang dilakukan sebanyak 8 kali ulangan dengan 3 macam perlakuan dan

kontrol negatif (tanpa pupuk), yang terdiri dari :

1. Kontrol (K) : 100 ml air

2. Perlakuan 1 (A) : 25 ml POC air kelapa muda + 75 ml air

3. Perlakuan 2 (B) : 50 ml POC air kelapa muda + 50 ml air

4. Perlakuan 3 (C) : 75 ml POC air kelapa muda + 25 ml air

D.Alat dan Bahan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa alat dan bahan yang

memiliki peranan penting dalam penelitian, yaitu :

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggaris mika ukuran

30 cm, cangkul, sekop, gelas ukur, higrometer,semprotan tanaman, plastisin,

polybag ukuran 35 cm x 35 cm, 1 m selang transparan diameter 0,5cm, dan

(49)

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kedelai Varietas

Gamasugen 2, gula merah, EM4, dan air kelapa muda.

E.Prosedur Penelitian

Adapun prosedur yang peneliti lakukan selama penelitian, diantaranya :

1. Persiapan Lahan

Lahan dibersihkan dari rumput dan gulma, kemudian luas lahan diukur

menggunakan meteran. Penanaman kedelai menggunakan polybag ukuran

30 x 30 cm yang diatur dengan jarak masing-masing ulangan 20 cm..

2. Pemilihan benih

Biji kedelai yang peneliti gunakan bukan biji yang tersertifikasi karena

peneliti membelinya di pasar Stan yang berada di Timur stadion

Maguwoharjo. Peneliti tidak menggunakan biji yang tersertifikasi karena

pada saat pengambilan data sudah bukan musim tanam kedelai, sehingga

kesulitan dalam mencari biji yang tersertifikasi. Biji yang sudah didapat

kemudian direndam air selama 1 malam untuk mengangkat kotoran dan biji

yang hampa (Rukmana, 2012).

3. Penanaman

Biji kedelai disemai langsung dalam polybag ukuran 30 x 30 cm, dalam

(50)

4. Pembuatan pupuk

Adapun langkah – langkah dalam pembuatan pupuk organik cair (POC)

air kelapa muda, yaitu :

a. Air kelapa sebanyak 1500 ml diambil langsung dari buah kelapa dari satu

tandan yang sama.

b. 100 gram gula merah dilarutkan ke dalam 50 ml EM 4.

c. Larutan EM4 yang sudah diberi gula merah, dituang perlahan kedalam

1500 ml air kelapa.

d. Air kelapa diaduk perlahan hingga menyatu dengan larutan EM4,

kemudian dimasukkan ke dalam botol kaca.

e. Selang transparan ukuran 1 meter dimasukan ke dalam botol kaca,

kemudian ditutup rapat menggunakan plastisin.

f. Ujung selang dimasukkan ke dalam wadah terpisah berisi air, bertujuan

sebagai pembuangan gas selama proses pematangan pupuk.

g. Pupuk organik cair disimpan selama 7-10 hari. Pupuk organik yang

sudah matang dan siap pakai akan beraroma seperti tape.

h. Sebelum diaplikasikan pada tanaman, pupuk organik cair disaring

terlebih dahulu untuk memisahkan antara cairan dan ampas pupuk.

5. Pemeliharaan

a. Penyiraman

Tanaman disiram oleh air biasa setiap hari sebanyak 1 hari sekali di

pagi hari untuk menjaga kelembaban tanah. Apabila hujan atau tanah

(51)

dilakukan pada pagi hari sebanyak 100 ml setiap tanaman yang dilakukan

1 minggu sekali, dan diberikan sebanyak 4 kali. Pupuk disemprotkan

pada semua daun, terutama pada bagian bawah daun.

b. Penyiangan

Penyiangan dilakukan selama masa penanaman sampai selesai

pengambilan data yang dilakukan tiga hari sekali bersamaan dengan

jadwal pengambilan data. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut

gulma yang tumbuh di sekitar tanaman dan membuang hama yang

menggangu tanaman.

6. Pengumpulan Data

a. Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan setiap 3 hari sekali selama 1 bulan. Ada

8 kali pengambilan data.

b. Pengukuran

Adapun parameter yang diukur selama pengambilan data, di antaranya :

1) Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur menggunakan penggaris mika ukuran 30

cm yang dimulai pada saat tanaman berusia 2 minggu setelah tanam.

Tinggi tanaman diukur mulai dari kotiledon sampai batas cabang

tertinggi.

2) Jumlah daun (helai)

Jumlah daun dihitung bersamaan dengan tinggi tanaman yaitu

(52)

tanaman yang dihitung adalah daun yang terbuka sempurna. Daun

yang berlubang sebesar ½ luas bidang daun tidak dimasukkan ke

dalam data pengamatan.

F. Metode Analisis Data

Data tinggi tanaman dan jumlah daun yang telah diperoleh diuji

menggunakan program SPSS versi 16.0 dengan menggunakan uji normalitas,

homogenitas, dan Analysis of Variance (ANOVA) dengan tingkat signifikansi

0,05 (α = 0,05). Uji normalitas menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov yang

bertujuan untuk memperlihatkan bahwa data yang diperoleh terdistribusi

normal. Uji homogenitas menggunakan uji Levenne yang bertujuan untuk

memperlihatkan bahwa data berasal dari populasi yang memiliki varian yang

sama. sedangkan uji one way ANOVA bertujuan menguji perbedaan mean

(rata-rata) pada data yang lebih dari dua kelompok. Data dinyatakan

terdistribusi normal dan homogen apabila nilai signifikansi lebih besar dari α,

apabila nilai signifikansi lebih kecil dari α maka data dinyatakan tidak

terdistribusi nomal dan tidak homogen. Hasil uji ANOVA dinyatakan

signifikan apabila nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari α,

sedangkan nilai signifikansi yang diperoleh lebih dari α maka data yang

diperoleh tidak signifikan (Suparno, 2011). Berdasarkan uraian di atas dapat

diketahui bahwa hipotesis dari masing-masing uji adalah sebagai berikut :

 Uji Normalitas dan Homogenitas : H0 = < ,05 ; Hi = > ,05

(53)

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pertambahan Tinggi Tanaman Kedelai Varietas Gamasugen 2

Pertambahan tinggi tanaman Kedelai Varietas Gamasugen 2 sampai usia

tanam 36 hari ditunjukkan pada grafik di bawah ini :

Gambar 4.1 Rerata Tinggi Tanaman Kedelai Varietas Gamasugen 2

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa tanaman kedelai yang tidak

diberikan pupuk organik cair air kelapa memiliki tinggi tanaman terendah

dibandingkan dengan semua tanaman perlakuan. Hal ini disebabkan oleh

tanaman kedelai kontrol tidak mendapatkan unsur hara tambahan serta

hormon-hormon yang terkandung di dalam POC air kelapa sehingga

pertumbuhan tinggi tanaman kedelai lebih lambat. Sedangkan tanaman kedelai

yang diberikan konsentrasi pupuk sebesar 50 % mengalami penurunan

(54)

dimaksudkan disini adalah laju pertambahan tinggi yang lebih lambat

dibandingkan dengan pengamatan sebelumnya. Menurut Pamungkas (2007) hal

ini bisa terjadi karena homon auksin akan meningkatkan pertumbuhan sampai

pada konsentrasi yang optimal. Apabila konsentrasi yang diberikan melebihi

konsentrasi optimal, maka akan menganggu metabolisme dan perkembangan

tumbuhan sehingga dapat menurunkan pertumbuhan. Hal ini juga semakin

diperkuat dengan rata-rata tinggi antara tanaman A (25 %) dan B (50 %) yang

tidak jauh berbeda serta rendahnya pertumbuhan tinggi tanaman kedelai yang

diberi POC dengan konsentrasi 75 %.

Tabel 4.1 Rerata Pertambahan Tinggi Tanaman Kedelai Varietas Gamasugen 2

diberikan konsentrasi pupuk 25 % memiliki rerata pertambahan tinggi

tertinggi, sedangkan tanaman kontrol memiliki rerata pertambahan tinggi

terendah. Apabila dilihat dari rerata tinggi dan pertambahan tinggi antara

tanaman perlakuan dan tanaman kontrol, secara umum dapat dilihat bahwa

rerata tinggi tanaman dan pertambahan tinggi antara masing-masing perlakuan

tidak jauh berbeda. Hal ini dibuktikan dengan uji statistik menggunakan uji

(55)

Data yang diperoleh selama penelitian diproses, kemudian data tinggi

tanaman dan jumlah daun diolah menggunakan uji statistik dengan bantuan

program SPSS. Data terlebih dahulu diuji menggunakan uji

Kolmogrov-Smirnov (normalitas) dan uji Levenne (homogenitas). Uji normalitas dilakukan

untuk melihat apakah data terdistribusi normal, sedangkan uji homogenitas

bertujuan untuk melihat apakah kelompok data sampel memiliki variasi yang

sama. Setelah itu data diuji dengan uji One way ANOVA untuk melihat apakah

ada pengaruh nyata terhadap pemberian pupuk organik cair air kelapa muda

terhadap pertumbuhan tanaman kedelai Varietas Gamasugen 2. Hasil uji

statistik lengkap ada ada lampiran 11.

Berdasarkan uji Kolmogrof-Smirnov data tinggi tanaman terdistribusi

normal dengan nilai signifikansi lebih dari 0,05, yaitu sebesar 0,461.

Sedangkan berdasarkan uji Levenne menyatakan data tinggi tanaman memiliki

variasi yang sama dengan nilai signifikansi lebih dari 0,05, yaitu 0,059. Setelah

data terbukti terdistribusi normal dan homogen, langkah selanjutnya adalah uji

ANOVA. Berdasarkan uji ANOVA pada tabel 4.2 terlihat bahwa nilai

signifikansi lebih dari 0,05, yaitu sebesar 0,510. Hal ini menunjukkan bahwa

data tinggi tanaman yang diperoleh tidak signifikan atau dengan kata lain

Tabel 4.2 Hasil Uji One way ANOVA Tinggi Tanaman Kedelai ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

TinggiTanaman Between Groups 5.086 3 1.695 .790 .510

Within Groups 60.094 28 2.146

(56)

pemberian pupuk organik cair air kelapa muda tidak berpengaruh secara nyata

terhadap pertumbuhan tanaman kedelai Varietas Gamasugen 2. Berdasarkan uji

ini dapat disimpulkan bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan

tinggi tanaman kedelai sehingga POC yang diberikan tidak berpengaruh secara

nyata.

2. Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Kedelai

Pertambahan jumlah daun tanaman kedelai varietas Gamasugen 2 sampai

usia 36 hari ditunjukkan pada grafik di bawah ini :

Gambar 4.2 Rerata Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Kedelai

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa tanaman yang diberikan

konsentrasi pupuk sebesar 75 % memiliki rerata jumlah daun paling banyak

dibandingkan dengan tanaman perlakuan lain. Hal ini dapat disebabkan oleh

kandungan hormon sitokinin yang ada dalam air kelapa muda. Pernyataan ini

sejalan dengan hasil penelitian Nana dan Salamah (2014) bahwa dalam air

kelapa mengandung hormon sitokinin yang berperan dalam pembentukan daun.

(57)

tabel 4.3 yang mana tanaman yang diberi perlakuan konsentrasi POC 75 %

memiliki rerata pertambahan jumlah daun paling tinggi dibandingkan dengan

tanaman perlakuan lain. Tanaman kontrol yang tidak diberikan pupuk organik

cair air kelapa muda memiliki jumlah daun yang paling sedikit dibandingkan

dengan tanaman perlakuan. Hal ini dapat disebabkan oleh tanaman kontrol

tidak mendapatkan unsur hara tambahan terutama hormon sitokinin yang

didapat dari POC air kelapa muda sehingga pertumbuhan daunnya jauh lebih

sedikit.

Tabel 4.3 Rerata Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Kedelai Varietas Gamasugen 2

Perlakuan

Ulangan

R

1 2 3 4 5 6 7 8

A (25 %) 11 9 9 2 12 8 10 9 8,75

B (50 %) 6 10 13 10 8 9 9 12 9,62

C (75 %) 11 9 11 9 11 10 12 11 10,5

K (0 %) 6 12 10 8 12 7 12 7 9,25

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa tanaman kedelai yang diberikan

konsentrasi pupuk sebesar 75 % memiliki rerata pertambahan jumlah daun

paling tinggi yaitu 11 helai. Tanaman kedelai yang diberikan konsentrasi POC

sebesar 25 % memiliki rerata pertambahan jumlah daun terendah dibandingkan

dengan tanaman kedelai yang diberikan POC. Hal ini dapat disebabkan oleh

konsentrasi hormon sitokinin yang lebih rendah di dalam POC konsentrasi 25

% dibandingkan dengan perlakuan B dan C sehingga jumlah daun yang

(58)

Berdasarkan uji Kolmogrof-Smirnov data tinggi tanaman terdistribusi

normal dengan nilai signifikansi lebih dari 0,05, yaitu sebesar 0,396.

Sedangkan berdasarkan uji Levenne menyatakan data tinggi tanaman memiliki

variasi yang sama dengan nilai signifikansi lebih dari 0,05, yaitu 0,271. Setelah

data terbukti terdistribusi normal dan homogen, langkah selanjutnya adalah uji

ANOVA. Berdasarkan uji ANOVA pada tabel 4.4 terlihat bahwa nilai

signifikansi lebih dari 0,05, yaitu sebesar 0,499. Hal ini menunjukkan bahwa

data jumlah daun yang diperoleh tidak signifikan atau dengan kata lain

pemberian pupuk organik cair air kelapa muda tidak berpengaruh secara nyata

terhadap pertumbuhan tanaman kedelai Varietas Gamasugen 2. Berdasarkan uji

ini dapat disimpulkan bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan

jumlah daun tanaman kedelai sehingga POC yang diberikan tidak berpengaruh

secara nyata.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Kedelai Varietas Gamasugen 2

Proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman dibagi menjadi 2, yaitu

fase vegetatif dan generatif. Fase vegetatif ditandai dengan pertambahan

volume, jumlah, bentuk, dan ukuran organ vegetatif seperti akar, batang, dan

Tabel 4.4 Hasil Uji One Way ANOVA Jumlah Daun Tanaman Kedelai ANOVA

Sum of

Squares df

Mean Squ

are F Sig.

Jumlah Daun Between Groups 13.094 3 4.365 .810 .499

Within Groups 150.875 28 5.388

(59)

daun. Fase vegetatif dimulai pada saat pembentukan daun pada proses

perkecambahan hingga awal terbentuknya organ generatif, sedangkan fase

generatif dimulai pada saat terbentuknya primordia (bakal bunga) hingga buah

masak (Solikin, 2013). Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Adisarwanto

(2007) bahwa fase vegetatif tanaman kedelai dimulai pada saat tanaman

menembus permukaan tanah hingga berbunga. Fase vegetatif dan generatif

juga dapat dilihat dari pertumbuhan tanaman baik tinggi maupun jumlah

daunnya. Pada fase vegetatif pertumbuhan cenderung cepat karena pada fase

ini pembelahan sel berlangsung cepat sehingga mempengaruhi laju

pembentukan daun dan tinggi tanaman. Pada fase generatif laju pertumbuhan

daun dan tinggi tanaman akan lebih lambat karena pertumbuhan berfokus pada

pembentukan organ generatif, seperti pembentukan bunga, biji, buah, atau

pengisian polong. Pernyataan ini dibuktikan dengan hasil data yang didapat

selama penelitian. 3 minggu pertama yang terhitung pada saat kedelai

menembus permukaan tanah sampai awal terbentuknya promordia (hari ke 10

sampai 30) pertumbuhan tinggi dan jumlah daun relatif cepat. Sedangkan dari

hari ke 30 sampai 36 pertumbuhan tinggi lebih stabil, dan daun mengalami

kerontokan. Maksudnya pertumbuhan yang stabil disini adalah pertambahan

tinggi tanaman kedelai tidak sepesat di fase vegetatif dan hanya beberapa

tanaman ulangan saja yang pertambahan tingginya lebih dari 1 cm.

Berkurangnya jumlah daun selama penelitian disebabkan oleh 3 hal, yaitu

puncak pertumbuhan fase vegetatif, serangan hama, dan stress. Seperti yang

(60)

pertumbuhan tanaman lebih berfokus pada pembentukan organ generatif.

Unsur hara makro seperti N,P, dan K yang diserap tanaman dari tanah maupun

yang diambil melalui pupuk daun konsentrasinya lebih banyak digunakan

untuk perkembangan organ generatif. Hal ini menyebabkan adanya persaingan

untuk mendapatkan unsur hara antara organ generatif dan vegetatif khusunya

daun. Saat daun kekurangan unsur hara, pembentukan dan pertambahan daun

melambat. Untuk mengantisipasi hal ini daun muda yang membutuhkan unsur

hara lebih banyak untuk fotosintesis akan mengambil unsur hara yang

digunakan oleh daun yang lebih tua, hal ini yang menyebabkan daun tua

menjadi rontok karena defisiensi unsur hara serta kemampuannya untuk

fotosintesis terganggu.

Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan terhadap tinggi tanaman dan

jumlah daun tanaman kedelai dinyatakan bahwa pemberian pupuk organik cair

air kelapa muda tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan

jumlah daun tanaman kedelai Varietas Gamasugen 2. Hal ini menunjukkan

adanya faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kedelai,

khususnya tinggi tanaman dan jumlah daun. Faktor-faktor ini terdiri dari faktor

internal dan eksternal. Faktor internal adalah tanaman kedelai itu sendiri.

Sedangkan faktor eksternal meliputi : serangan hama, waktu penyemprotan,

curah hujan, intensitas cahaya matahari, media tanam, fisiologi cekaman, dan

human error.

(61)

merupakan tanaman kedelai hasil pemuliaan tanaman dari galur Q-298 yang

dikeluarkan pada 17 Juni 2013. Kedelai ini tergolong baru di pasaran sehingga

informasi mengenai karakteristik optimal untuk pertumbuhan varietas kedelai

ini sangat sedikit bahkan tidak ada. Alasan peneliti menggunakan varietas

kedelai ini adalah kurangnya informasi yang peneliti dapatkan dalam mencari

biji atau bibit kedelai yang resmi. Maksudnya resmi disini adalah memiliki

label nama varietas yang jelas sehingga dapat diketahui ciri khusus serta cara

menanamnya untuk mendapatkan hasil yang optimal. Peneliti mencoba

mencari benih kedelai di beberapa toko pertanian yang biasanya menjual benih

tanaman tetapi peneliti disarankan untuk mencari di pasar. Beberapa pasar

yang sudah peneliti kunjungi tidak mengetahui kedelai varietas apa yang dijual,

tetapi salah satu penjual di Pasar Stan mengetahui bahwa salah satu kedelai

yang dijual merupakan Varietas Gamasugen 2 sehingga peneliti membeli

kedelai di tempat tersebut. Hal ini menjadi salah satu kendala selama penelitian

dan kemungkingan menjadi faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan

tinggi dan jumlah daun tanaman kedelai. Setiap tanaman berasal dari biji yang

akan berkecambah dan menjadi tanaman baru hingga akhirnya menghasilkan

biji lagi untuk melestarikan spesiesnya. Tanaman kedelai merupakan tanaman

musiman yang idealnya ditanam saat musim kemarau atau di puncak musim

penghujan oleh petani di Indonesia, tetapi prinsip ini menjadi terganggu karena

global warming yang menyebabkan perubahan musim yang tidak pasti. Hal ini

dapat mempengaruhi kualitas biji kedelai yang dipanen. Varietas Gamasugen 2

Gambar

Tabel 2.2 Kandungan air kelapa dalam per 100 gram..........................................
Tabel 1.1 Data Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai (dalam juta)
Gambar 2.1 Akar kelapa Sumber : kaskus.co.id (2011)
Gambar 2.3 Daun kelapa Sumber : kaskus.co.id (2011)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data hasil penilaian terhadap penggunaan produk pengembangan modul pembelajaran matematika terhadap tes kelas yang yang digunakan sebagai penelitian dengan kelas

Use send() to send your request... The server usually returns data to Ajax requests... Ajax is server-agnostic... Use a callback function to work with data the server returns... Get

KATA PENGANTAR ……….. Latar Belakang Masalah ……….. Tujuan Penelitian ………. Sistematika Skripsi ……….. Landasan Teori ………. Tujuan Pengukuran Kinerja ………..

pemasaran dari perusahaan, bauran pemasaran, dan alokasi pemasaran (Amstrong dan Kotler, 1999).Strategi pemasaran dapat dinyatakan sebagai dasar tindakan yang

1.7 Dari Abu Jurayz (jabir) bin Sulaiman ra. Saya bertanya: Siapakah orang itu ? Para sahabat menjawab: itu adalah Rasulullah saw.? Saya mengucapkan: ALAIKASSALAAMU YAA RASU-

a. Mahasiswa tidak diikutsertakan dalam kegiatan yang diadakan oleh Balai Pengembangan Multimedia Pendidikan dan Kebudayaan sehingga kurangnya program

Sebagai sebuah kawasan wisata alam, Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan Singingi semenjak tahun 2000 mulai menata kawasan ini dengan membuat beberapa unsur

Hambatan yang ditemui terletak pada variabel sumberdaya karena kurang dukungan tenaga pearwat dan portir, sarana dan prasarana medis dan nonmedis serta ketersediaan dokumen,