• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Self-Regulation Academic Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Angkatan 2007 Universitas "X" di Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Self-Regulation Academic Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Angkatan 2007 Universitas "X" di Jawa Barat."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Maranatha

Universitas “X” di Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survey. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2007 yang kuliah di Universitas “X” Jawa Barat dan berusia minimal 18 tahun. Jumlah mahasiswa yang menjadi responden penelitian ini adalah 120 orang.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner self-regulation academic yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori D.H. Schunk dan B.J. Zimmerman (1998, dalam Boekaerts 2000). Validitas alat ukur diuji dengan menggunakan metode construct validity. Berdasarkan hasil uji validitas, digunakan 73 item dengan r berkisar antara 0,305 - 0,823. Berdasarkan hasil uji reliabilitas, dapat diketahui reliabilitas alat ukur adalah 0,741. Berarti, alat ukur ini memiliki derajat reliabilitas yang tinggi berdasarkan kriteria Guilford.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa jumlah mahasiswa yang mampu maupun kurang mampu melakukan self-regulation academic menunjukkan perbandingan yang hampir sama besar, dimana sebanyak 50,83% mahasiswa berada dalam kategori mampu melakukan self-regulation academic sementara sebanyak 49,17% mahasiswa berada pada kategori kurang mampu melakukan self-regulation academic. Faktor lingkungan fisik yang menunjukkan kecenderungan keterkaitan dengan self-regulation academic adalah jadwal belajar dan jadwal ujian, sedangkan faktor lingkungan sosial yang menunjukkan kecenderungan keterkaitan dengan self-regulation academic adalah dukungan orang tua maupun dosen.

(2)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... v

Daftar Skema ... ix

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 11

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.3.1. Maksud Penelitian ... 11

1.3.2. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Kegunaan Penelitian ... 11

1.4.1. Kegunaan Teoritis ... 11

(3)

Universitas Kristen Maranatha BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Self-Regulation ... 28

2.1.1. Definisi Triadic Self-Regulation ... 28

2.1.2. Struktur dari Sistem Self-Regulation ... 31

A. Fase Forethought ... 32

B. Fase Performance or volitional Control ... 37

C. Fase Self-Reflection ... 41

2.1.3. Pengaruh Sosial dan Lingkungan terhadap Self-Regulation ... 45

2.2. Masa Remaja ... 48

2.2.1. Pengertian Masa Remaja ... 48

2.2.2. Batasan Usia Remaja Akhir ... 48

2.2.3. Tahap-Tahap Perkembangan Masa Remaja Akhir ... 48

a. Perkembangan Kognitif... 48

b. Perkembangan Sosial ... 52

2.2.4. Pentingnya Masa Remaja Dalam Pencapaian Prestasi ... 53

(4)

Universitas Kristen Maranatha

2.3. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ... 57

2.3.1. Pengertian Kompetensi ... 57

2.3.2. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ... 57

2.3.3. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ... 58

2.3.4. Keunggulan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ... 58

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian ... 60

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 61

3.2.1. Variabel Penelitian ... 61

3.2.2. Definisi Operasional ... 61

3.3. Alat Ukur ... 66

3.3.1. Jenis Alat Ukur ... 66

3.3.2. Prosedur Pengisian ... 68

3.3.3. Sistem Penilaian ... 69

3.3.4. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 70

3.3.4.1. Validitas Alat Ukur ... 70

3.3.4.2. Reliabilitas Alat Ukur ... 71

3.3.5 Data Penunjang ... 71

(5)

Universitas Kristen Maranatha

3.5. Teknik Analisis ... 73

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Responden ... 74

4.1.1. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 74

4.2. Hasil Penelitian ... 75

4.3. Pembahasan ... 77

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 105

5.2. Saran ... 107

5.2.1. Saran Teoretis ... 107

5.2.2. Saran Praktis ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109

(6)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR SKEMA

Skema 1.1. Skema Kerangka Pemikiran ... 26

Skema 2.1. Bentuk Triadic Self-Regulation... 30

Skema 2.2. Siklus Fase Self-Regulation ... 32

(7)

Universitas Kristen Maranatha Tabel 1.1. Perbedaan Kurikulum SKS dan Kurikulum KBK ... 2

Tabel 2.1. Struktur Fase dan Sub Proses Pada Self-Regulation ... 33

Tabel 3.1. Pembagian Item Di Dalam Kuesioner Self-Regulation Academic .. 67

Tabel 3.2. Keterangan Skor Item ... 69

Tabel 4.1. Tabel Frekuensi Jenis Kelamin Responden ... 74

Tabel 4.2. Tabel Kemampuan Self-Regulation Academic Secara Umum... 75

Tabel 4.3. Tabel Keterkaitan Antara Self-Regulation Academic Dengan Setiap

(8)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kata Pengantar.

Lampiran 2: Petunjuk Pengisian Kuesioner.

Lampiran 3: Data Penunjang.

Lampiran 4: Kuesioner Self-Regulation Academic.

Lampiran 5: Pembagian Item.

Lampiran 6: Data Mentah Kuesioner Self-Regulation Academic.

Lampiran 7: Keterkaitan Antara Fase-Fase Self-Regulation Academic Dengan

Setiap Aspeknya.

Lampiran 8: Keterkaitan Antara Aspek-Aspek Self-Regulation Academic Dengan

Setiap Subaspeknya.

Lampiran 9: Tabulasi Silang Antara Self-Regulation Academic Dengan Data

Penunjang.

Lampiran 10: Hasil Perhitungan Validitas & Reliabilitas Alat Ukur Self-

Regulation Academic.

Lampiran 11: Pembagian Materi Pada Tahap Sarjana Kedokteran.

(9)

Universitas Kristen Maranatha 1.1. Latar Belakang Masalah

Globalisasi yang terjadi saat ini di negara kita, membawa pengaruh di

semua sektor, tidak terkecuali di dunia kedokteran. Mulai tahun 2010, dokter

asing sebagaimana halnya dokter Indonesia akan bebas untuk mengurus izin

prakteknya di Indonesia. Kondisi Indonesia yang cukup potensial dengan jumlah

penduduk lebih dari 200 juta jiwa menjadi salah satu alasan yang membuat

dokter-dokter asing tersebut tertarik untuk bekerja di Indonesia. Jika tidak

dicermati dengan seksama, fenomena ini bisa menjadi ancaman tersendiri bagi

dokter-dokter lokal karena kecenderungan masyarakat Indonesia yang lebih

percaya dengan kualitas dokter-dokter asing. Seperti yang dikatakan oleh mantan

Menteri Kesehatan Siti Fadillah, “Orang Indonesia itu suka sama buatan luar

negeri, sehingga berobat pun ingin ke luar”. Mengingat hal tersebut maka kualitas

dokter-dokter Indonesia harus semakin ditingkatkan sehingga dokter Indonesia

punya standar yang bertaraf internasional dan siap untuk bersaing dengan

dokter-dokter asing (http://umum.kompasiana.com/2009/05/27/dokter-dokter-asing-vs-lokal/;

http://www.vet-indo.com/; http://www.analisadaily.com/)

Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses

(10)

Universitas Kristen Maranatha dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Salah satu usaha yang

dilakukan pemerintah adalah dengan mulai menerapkan Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) pada setiap jenjang pendidikan baik di SD, SMP, SMA

ataupun Perguruan Tinggi. Dengan KBK diharapkan peserta didik tidak hanya

sekedar mengetahui saja, tetapi dapat menerapkan pengetahuan yang dimilikinya

dalam memecahkan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Fakultas Kedokteran Universitas ‘X’ merupakan salah satu Perguruan

Tinggi yang menggunakan kurikulum KBK. Semenjak berdiri, Fakultas

Kedokteran Universitas “X” menggunakan kurikulum Sistem Kredit Semester

(SKS). Namun, tuntutan perkembangan global mengakibatkan dilakukannya

perubahan terhadap kurikulum yang ada dan mulai tahun ajaran 2007/2008

Fakultas ini menggunakan kurikulum KBK (Pedoman Penyelenggaraan

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran “X”).

Kurikulum KBK ini berbeda dengan kurikulum yang digunakan

sebelumnya. Untuk lebih jelasnya, perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 1.1 Perbedaan Kurikulum SKS dan Kurikulum KBK

Kurikulum SKS Kurikulum KBK

• Orientasi teacher centered learning (pembelajaran berpusat pada pengajar)

• Orientasi student centered learning (pembelajaran berpusat pada siswa) → fungsi

dosen berubah dari pengajar (teacher)

menjadi mitra pembelajaran atau fasilitator

yang memfasilitasi berlangsungnya kegiatan

(11)

Universitas Kristen Maranatha

mahasiswanya untuk belajar.

• Dosen menjelaskan setiap materi pelajaran. • Dosen hanya menjelaskan garis besar materi sementara penjelasan selengkapnya harus

dicari sendiri oleh mahasiswa.

• Metode pembelajaran kurang bervariasi, meliputi: kuliah dan praktikum.

• Metode pembelajaran lebih bervariasi, meliputi: kuliah, praktikum, diskusi

kelompok dan tutorial, keterampilan medik

(skills lab), presentasi kasus (mini

simposium) atau seminar, belajar mandiri

(self-directed learning), pembelajaran luar

kelas (PLK), dan karya ilmiah.

• Beban studi : didasarkan pada sistem SKS (Satuan Kredit Smester).

• Beban studi : didasarkan pada sistem blok dalam satu semester terdapat 3 blok dan

setiap blok memiliki tema dan tujuan

pendidikan yang berbeda. Setiap blok akan

diakhiri dengan ujian blok sehingga dalam

satu semester mahasiswa akan mengalami 3

kali ujian blok dan setiap memasuki blok

yang baru, mahasiswa akan mendapatkan

jadwal dan materi yang baru pula. Setiap blok

disusun secara berurutan, misalnya apabila

mahasiswa telah menyelesaikan blok 1 maka

mahasiswa akan melanjutkan ke blok 2,

begitu seterusnya hingga mahasiswa mampu

menyelesaikan seluruh blok.

• Sistem evaluasi: aspek pengetahuan (knowledge).

• Sistem evaluasi: tidak hanya meliputi aspek pengetahuan (knowledge) saja tetapi juga

aspek keterampilan (psychomotor) dan sikap

(attitude).

• Mahasiswa dapat mengikuti co-ass dengan ketentuan mendapatkan IPK minimal 2,40,

dengan nilai minimal D maksimal 20% dari

keseluruhan total nilai.

Mahasiswa dapat mengikuti co-ass dengan ketentuan mendapatkan IPK minimal 2,75,

nilai TOEFL minimal 450 serta telah

(12)

Universitas Kristen Maranatha

minimal untuk setiap bloknya yaitu C.

Apabila nilai akhir blok yang diperoleh

mahasiswa kurang dari nilai minimal maka

mahasiswa tersebut harus mengikuti remedial

maksimal dua kali untuk setiap bloknya. Jika

tetap tidak lulus maka mahasiswa tersebut

harus mengulang blok yang bersangkutan

pada tahun yang akan datang.

Dengan diberlakukannya kurikulum KBK, dimana pusat pembelajaran

terletak pada diri siswa, maka mahasiswa dituntut untuk lebih bertanggung jawab

dalam kegiatan belajar mereka. Dalam hal ini mahasiswa dituntut untuk lebih

bersikap aktif dan mandiri dalam mengikuti kegiatan perkuliahan karena dosen

hanya memberikan garis besar materi saja sementara penjelasan selengkapnya

mengenai materi tersebut harus dicari sendiri oleh mahasiswa, misalnya

mahasiswa harus aktif dalam mencari bahan kuliah yang akan dipelajarinya dan

mereka pun dituntut untuk lebih memahaminya melalui tugas-tugas kuliah yang

diberikan oleh dosen, baik itu tugas individual ataupun tugas kelompok yang

harus mereka kerjakan di luar jam kuliah. Mereka pun dituntut untuk dapat

mempelajari keseluruhan materi kuliah dalam waktu yang lebih singkat apabila

dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya karena dalam waktu 3,5 tahun (7

semester) mahasiswa diharapkan dapat menyelesaikan studi mereka sebagai

seorang Sarjana Kedokteran dan mampu menguasai seluruh kompetensi yang

dibutuhkan untuk jenjang tersebut agar dapat melanjutkan pendidikan ke tahap

(13)

Universitas Kristen Maranatha Untuk itu mahasiswa harus mampu merencanakan kegiatan belajarnya

dengan baik, misalnya dengan menentukan tujuan akademik yang ingin

dicapainya seperti lulus tepat waktu dengan IPK 2,75 ke atas serta membuat

strategi-strategi belajar yang tepat, misalnya dengan membuat jadwal belajar,

membagi waktu dengan baik ataupun bertanya kepada teman ataupun dosen

apabila ada hal yang belum dimengerti. Mereka pun harus mampu melaksanakan

strategi belajarnya kemudian mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran yang

sudah dicapai sehingga mereka bisa mengetahui sejauh mana perkembangan

akademik mereka dan langkah apa saja yang harus dilakukan selanjutnya agar

mereka dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan lebih baik dan prestasi

mereka pun semakin meningkat. Menurut Zimmerman (dalam Boekaerts, 2000)

kemampuan-kemampuan tersebut termasuk dalam kemampuan self-regulation

academic.

Self-regulation adalah thought (pikiran), feeling (perasaan) dan action

(tindakan) seseorang yang terencana dan secara berulang-ulang diadaptasi untuk

mencapai tujuan pribadi. Self-regulation pada bidang akademik yang ditujukan

untuk mencapai goal akademik yang diinginkan disebut dengan self-regulation

academic. Self-regulation academic adalah thought (pikiran), feeling (perasaan)

dan action (tindakan) seseorang yang terencana dan secara berulang-ulang

diadaptasi untuk mencapai tujuan akademik yang diterapkan melalui

merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan dalam hal akademik.

Mahasiswa yang mampu melakukan self-regulation academic akan

(14)

Universitas Kristen Maranatha dicapainya sehingga dalam proses belajar mereka dapat lebih fokus dan memiliki

arah yang jelas terkait dengan tujuan tersebut. Selanjutnya mereka akan mampu

menyusun strategi belajar yang tepat yang dapat membantu mereka mencapai

tujuan belajar yang telah dibuatnya itu. Kemudian mereka akan melaksanakan

secara konsisten strategi tersebut dan pada akhir pembelajaran mereka pun dapat

mengevaluasi sejauh mana perolehan prestasi yang sudah mereka capai serta

keefektifan strategi yang mereka gunakan, sudah efektif ataukah belum. Hal

tersebut menjadi bahan pertimbangan mereka dalam membuat tujuan ataupun

strategi baru di masa yang akan datang sehingga prestasi belajar yang mereka

peroleh dapat lebih optimal dan mereka pun dapat mencapai tujuan belajar yang

diinginkannya.

Sebaliknya, mahasiswa yang kurang mampu melakukan self-regulation

academic tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas dan spesifik serta merasa

kesulitan dalam membuat strategi belajar yang tepat untuk membantunya

mencapai tujuan belajarnya. Tanpa tujuan yang jelas, mereka pun akan kesulitan

untuk dapat fokus dalam melaksanakan proses belajar mereka. Di akhir

pembelajaran pun, mereka kurang mampu mengevaluasi hasil belajar yang

diperolehnya dan untuk kedepannya mereka tidak berusaha untuk dapat

meningkatkan prestasi akademiknya. Akibatnya mereka kesulitan untuk dapat

mengikuti proses belajar dengan baik dan prestasi akademiknya pun tidak dapat

berkembang dengan optimal.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan salah seorang dosen

(15)

Universitas Kristen Maranatha Universitas “X”, diketahui bahwa masalah yang sering dikeluhkan staff pengajar

terhadap mahasiswa adalah ketidaksiapan mahasiswa pada saat mengikuti

kegiatan diskusi kelompok dan tutorial. Menurut beliau, hal tersebut dikarenakan

kurangnya kesadaran mahasiswa untuk dapat memanfaatkan waktu untuk kegiatan

mandiri dengan baik. Padahal tujuan Fakultas memberikan waktu mandiri adalah

untuk mempermudah mahasiswa dalam mempelajari dan mencari bahan kuliah

ataupun untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah, sehingga pada saat kegiatan

diskusi kelompok dan tutorial berlangsung mahasiswa dapat berpartisipasi secara

aktif dan pada saat ujian pun mahasiswa menjadi tidak terlalu terbebani dengan

banyaknya bahan kuliah yang harus mereka pelajari.

Selain itu, berdasarkan data yang diperoleh dari bagian Tata Usaha

Fakultas Kedokteran Universitas “X” juga didapat keterangan bahwa dari 139

mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2007, sebanyak 103 orang (86%)

mahasiswa mengikuti remedial teori dan 25 orang (21%) mahasiswa mengikuti

remedial praktikum (OSCE). Mahasiswa yang mengikuti remedial tersebut tidak

semuanya dikarenakan nilai mereka di bawah nilai minimal tetapi juga karena

mahasiswa merasa tidak puas dengan nilai yang diperolehnya meskipun

sebenarnya nilai mereka sudah berada di atas nilai minimal yang ditetapkan

Fakultas.

Peneliti pun melakukan survey awal terhadap 15 orang mahasiswa

Fakultas Kedokteran angkatan 2007 Universitas ‘X’ dan diperoleh gambaran

mengenai self-regulation academic yang pelaksanannya terdiri dari 3 fase. Pada

(16)

Universitas Kristen Maranatha target akademik yang ingin dicapainya. Berdasarkan survey awal, diketahui

bahwa 14 orang (93%) mahasiswa mampu menetapkan dengan jelas target

akademik yang ingin dicapai. Mahasiswa menyadari dengan adanya target

tersebut mereka menjadi lebih semangat dan fokus dalam belajar karena mereka

sudah mengetahui dengan jelas tujuan yang ingin dicapainya, IPK yang mereka

peroleh pun meningkat dibandingkan dengan ketika mereka belum mempunyai

target apapun. Sementara itu, 1 orang (7%) mahasiswa lagi tidak mampu

menetapkan target dikarenakan takut merasa kesal jika target tersebut tidak

tercapai.

Selain menetapkan target, mahasiswa pun harus mampu membuat strategi

belajar yang tepat untuk membantu mereka mencapai target akademik yang telah

dibuatnya. Berdasarkan survey awal, diketahui bahwa 10 orang (67%) mahasiswa

mempunyai strategi belajar seperti membuat ringkasan materi, membuat jadwal

belajar, membuat prioritas kegiatan ataupun berusaha memotivasi diri sendiri pada

saat mereka sedang merasa jenuh ataupun malas, sedangkan 5 orang (33%)

mahasiswa lainnya tidak mempunyai strategi belajar apapun. Tanpa adanya

strategi belajar yang jelas, mahasiswa kurang dapat mengerjakan tugas dengan

maksimal dan pada saat ujian pun persiapan mereka kurang matang sehingga nilai

yang mereka peroleh kurang optimal. Mahasiswa yang mampu menetapkan target

dan membuat strategi belajar berarti mahasiswa tersebut dikatakan mampu

melakukan self-regulation academic pada fase forethought sedangkan mahasiswa

(17)

Universitas Kristen Maranatha mahasiswa tersebut kurang mampu melakukan self- regulation academic pada

fase tersebut.

Pada fase kedua, yaitu fase performance/volitional control, mahasiswa

diharapkan mampu melaksanakan strategi belajarnya. Dari 10 orang (67%)

mahasiswa yang mempunyai strategi belajar, pada pelaksanaannya hanya 2 orang

(13%) mahasiswa kedokteran saja yang secara konsisten melaksanakan strategi

belajar yang telah dibuatnya, sedangkan 8 orang (53%) mahasiswa lagi

mengatakan masih belum mampu melaksanakan strategi belajarnya dengan

konsisten dan terkadang lebih memilih untuk melakukan aktivitas lain yang lebih

menarik seperti bermain atau berorganisasi. Akibatnya pada saat kuliah mereka

merasa kurang dapat berkonsentrasi dengan baik karena merasa lelah dan pada

saat tutorial ataupun diskusi mereka lebih banyak diam karena kurang menguasai

materi dan hal ini membuat mereka mendapatkan penilaian yang kurang baik dari

dosen. Mahasiswa yang mampu melaksanakan strategi belajarnya berarti

mahasiswa tersebut mampu melakukan self-regulation academic pada fase

performance/volitional control sedangkan mahasiswa yang tidak mampu

melaksanakan strategi belajarnya berarti mahasiswa tersebut kurang mampu

melakukan self-regulation academic pada fase tersebut.

Setelah mahasiswa melaksanakan strategi belajarnya pada fase kedua tadi,

selanjutnya mahasiswa akan melaksanakan fase yang ketiga, yaitu fase

self-reflection. Pada fase ini, mahasiswa diharapkan mampu mengevaluasi

pelaksanaan strategi belajar maupun hasil belajar yang sudah dicapainya dan

(18)

Universitas Kristen Maranatha (67%) mahasiswa kedokteran yang telah melaksanakan strategi belajarnya,

sebanyak 2 orang (13%) mahasiswa mengatakan bahwa nilai-nilai yang

diperolehnya diperolehnya selalu stabil dan IPK-nya pun sangat memuaskan (cum

laude) setelah mereka melaksanakan strategi belajarnya dengan konsisten, mereka

pun mengatakan sudah merasa puas terhadap prestasi akademik yang diraihnya.

Sementara itu, 8 orang (53%) mahasiswa lagi mengatakan masih belum puas

dengan nilai-nilai yang diperolehnya dikarenakan ketidakmampuan mereka dalam

melaksanakan strategi belajar dengan konsisten, kurang mampu memfokuskan

diri dalam belajar, kurangnya motivasi serta ketidakmampuan mereka untuk dapat

mengatur waktu dengan baik. Akibatnya, mereka harus mengikuti remedial untuk

memperbaiki nilai-nilai akademiknya. Mahasiswa yang mampu mengevaluasi

pelaksanaan strategi belajarnya berarti mahasiswa tersebut mampu melakukan

self-regulation academic pada fase self-reflection, sedangkan mahasiswa yang

kurang mampu mengevaluasi pelaksanaan strategi belajarnya berarti mahasiswa

tersebut kurang mampu melakukan self-regulation academic pada fase tersebut.

Berdasarkan survey awal, dapat diketahui bahwa masih banyak mahasiswa

kedokteran yang kurang mampu melakukan setiap fase dalam self-regulation

academic, dimana self-regulation academic sangat dibutuhkan agar mahasiswa

dapat mencapai prestasi belajar yang optimal. Oleh karena itu, peneliti tertarik

untuk meneliti mengenai self-regulation academic pada mahasiswa Fakultas

(19)

Universitas Kristen Maranatha 1.2. Identifikasi Masalah

Seperti apa gambaran self-regulation academic pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran angkatan 2007 Universitas “X” di Jawa Barat.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai

self-regulation academic pada mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2007

Universitas “X” di Jawa Barat.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai

self-regulation academic pada mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2007

Universitas “X” di Jawa Barat beserta setiap fase, aspek maupun subaspek yang

terkandung di dalamnya.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoretis

• Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi dalam bidang

(20)

Universitas Kristen Maranatha dengan self-regulation academic pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

angkatan 2007 Universitas “X” di Jawa Barat.

• Hasil penelitian juga diharapkan dapat menjadi tambahan referensi

bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan mengenai

self-regulation academic.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Memberikan informasi kepada Fakultas mengenai gambaran

self-regulation academic mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2007

Universitas “X” di Jawa Barat sebagai salah satu bahan pertimbangan

untuk membantu mahasiswa agar semakin mengotimalkan kemampuan

self-regulation academic yang dimilikinya sehingga mahasiswa

mampu mengikuti kegiatan perkuliahan dengan lebih baik serta

mampu mencapai standar kompetensi yang ditetapkan Fakultas.

Memberikan informasi kepada dosen wali mengenai gambaran

self-regulation academic mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2007

Universitas “X” di Jawa Barat sebagai salah satu bahan pertimbangan

pada saat proses bimbingan akademik untuk membantu mahasiswa

agar semakin mengoptimalkan kemampuan self-regulation academic

yang dimilikinya.

Memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai gambaran

(21)

Universitas Kristen Maranatha perkuliahan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai

bahan evaluasi diri dan pengembangan diri terarah pada pencapaian

prestasi belajar yang lebih optimal.

1.5. Kerangka Pemikiran

Setiap individu dalam hidupnya akan melewati berbagai tahapan

perkembangan, salah satunya adalah tahap remaja. Pada masa remaja, prestasi

menjadi hal yang sangat penting dan remaja pun mulai menyadari bahwa pada

saat inilah mereka dituntut untuk mengahadapi kehidupan yang sebenarnya.

Mereka mulai melihat kesuksesan atau kegagalan masa kini untuk meramalkan

keberhasilan di kehidupan mereka nanti sebagai orang dewasa. Oleh karena itu,

kesuksesan dalam bidang akademik menjadi hal yang sangat penting bagi remaja

(Santrock, 2003)

Dalam usahanya mencapai keberhasilan akademik, remaja akan

dihadapkan pada berbagai tuntutan yang harus mereka penuhi. Seperti yang

dialami oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2007 Universitas “X”

yang berusia 19-22 tahun yang saat ini berada pada tahap perkembangan remaja

akhir (Santrock, 2003). Sebagai seorang mahasiswa di suatu perguruan tinggi,

mereka dituntut untuk dapat memenuhi tuntutan yang diberlakukan Fakultas.

Dalam hal ini, dengan diberlakukannya kurikulum baru yaitu Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK), mahasiswa dituntut untuk dapat mencapai standar

(22)

Universitas Kristen Maranatha (knowledge) saja tetapi juga dalam aspek keterampilan (psychomotor) dan sikap

(attitude). Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, dalam KBK ini lama studi

mahasiswa lebih dipersingkat sehingga waktu yang dimiliki mahasiswa untuk

dapat menguasai keseluruhan kompetensi yang dibutuhkan lebih terbatas, dimana

lama studi untuk tahap Sarjana Kedokteran adalah 3,5 tahun (7 semester)

(Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran “X” ).

Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus

dimiliki oleh individu untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai

dengan jenis pekerjaan tertentu (Mulyasa, 2008). Dalam hal ini, kompetensi yang

harus dimiliki oleh lulusan Fakultas Kedokteran Universitas “X” meliputi 7 area

kompetensi yaitu komunikasi efektif, keterampilan klinis, landasan ilmiah ilmu

kedokteran, pengelolaan masalah kesehatan, pengelolaan informasi, mawas diri

dan pengembangan diri serta etika, moral, medikolegal dan profesionalisme serta

keselamatan pasien (Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran “X” ).

Agar mahasiswa dapat mencapai standar kompetensi yang ditetapkan

Fakultas dalam jangka waktu yang telah ditentukan, maka mahasiswa harus

mampu mengatur kegiatan belajarnya misalnya dengan membuat jadwal belajar,

membuat prioritas kegiatan, menyicil belajar dari jauh-jauh hari sebelum ujian

serta membuat ringkasan materi sehingga mahasiswa dapat mengikuti kegiatan

belajar dengan baik dan pada akhirnya dapat mencapai standar kompetensi yang

(23)

Universitas Kristen Maranatha belajarnya dalam mengikuti kegiatan perkuliahan dengan kurikulum KBK disebut

dengan self-regulation academic.

Self-regulation adalah thought (pikiran), feeling (perasaan) dan action

(tindakan) seseorang yang terencana dan secara berulang-ulang diadaptasi untuk

mencapai tujuan pribadi. Self-regulation pada bidang akademik yang ditujukan

untuk mencapai goal akademik yang diinginkan disebut dengan self-regulation

academic. Self-regulation academic adalah thought (pikiran), feeling (perasaan)

dan action (tindakan) seseorang yang terencana dan secara berulang-ulang

diadaptasi untuk mencapai tujuan akademik. Dalam self-regulation academic

terdapat tiga fase, yaitu fase forethought, fase performance/volitional control dan

fase self-reflection (D.H. Schunk & Zimmerman, 1998 dalam Boekaerts,

2000).

Kemampuan kognitif remaja yang semakin berkembang mendukung

mahasiswa untuk dapat melakukan self-regulation academic. Sebagai seorang

remaja, mahasiswa mulai mampu berpikir secara lebih abstrak, mampu

mengambil keputusan secara mandiri serta mampu melakukan evaluasi terhadap

pelaksanaan kegiatan belajarnya dengan adanya konsep diri (self-concept) yang

dimiliki remaja tersebut (Santrock, 2003). Kemampuan berpikir abstrak akan

mendukung mahasiswa dalam melakukan perencanaan terhadap kegiatan

belajarnya atau melakukan fase pertama dalam self-regulation academic yaitu

(24)

Universitas Kristen Maranatha Pada fase forethought terdapat dua bagian yang saling berkaitan erat yaitu

task analysis dan self-motivation beliefs. Bagian pertama adalah task analysis

yang meliputi penetapan tujuan (goal setting) dan perencanaan strategi (strategic

planning). Tujuan yang dibuat oleh mahasiswa kedokteran adalah tujuan jangka

panjang seperti lulus kuliah tepat waktu dengan IPK 2,75 ke atas serta tujuan

jangka pendek seperti lulus blok ataupun mendapatkan nilai tertentu untuk setiap

mata kuliah. Untuk dapat mencapai tujuan belajarnya itu, selanjutnya mahasiswa

akan melakukan strategic planning yaitu merencanakan strategi ataupun metode

belajar yang tepat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan belajar yang

diinginkannya. Strategi yang dipilih secara tepat dapat meningkatkan performance

dengan mengembangkan kognisi, mengontrol affect dan mengarahkan kegiatan

motorik (Pressley & Wolloshyn, 1995 dalam Boekaerts, 2000).Strategi-strategi

belajar yang diterapkan mahasiswa Fakultas Kedokteran itu diantaranya berupa

membuat ringkasan materi, mengulang kembali materi yang telah dipelajari pada

saat kuliah, mempelajari materi yang akan dikuliahkan, membuat prioritas

kegiatan serta bertanya kepada dosen ataupun teman ketika mengalami kesulitan

dalam memahami suatu materi tertentu.

Apabila mahasiswa telah melakukan task analysis, selanjutnya diperlukan

self-motivation beliefs agar mahasiswa Kedokteran dapat semakin termotivasi

untuk dapat menjalankan strategi belajar yang telah dibuatnya dalam usahanya

mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Di dalam self-motivation beliefs terdapat

self-efficacy, outcome expectation, intrinsic interest/valuing serta goal orientation.

(25)

Universitas Kristen Maranatha dirinya mampu mencapai tujuan belajar yang diinginkannya yaitu yakin bahwa

mereka mampu mendapatkan IPK 2,75 ke atas dan dapat lulus kuliah tepat pada

waktunya. Mahasiswa pun akan melakukan outcome expectations yaitu meyakini

adanya manfaat yang akan diperolehnya apabila ia mampu mencapai tujuan

belajarnya, misalnya dengan mendapatkan IPK 2,75 ke atas, hal tersebut akan

mempermudah mahasiswa apabila ia ingin melanjutkan kuliah dan mengambil

spesialisasi dokter sesuai dengan bidang minat yang ia inginkan. Semakin

seseorang yakin dengan kemampuan yang dimilikinya, maka akan semakin tinggi

tujuan yang akan mereka tetapkan dan semakin mantap ia akan bertahan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkannya (Bandura, 1991; Locke & Latham,

1990 dalam Boekaerts, 2000). Selanjutnya, dengan adanya intrinsic

interest/value, mahasiswa akan menunjukkan ketertarikan dalam mengikuti

kegiatan belajarnya dan menyadari tujuan ia belajar di Fakultas Kedokteran tidak

hanya sekedar untuk mendapatkan IPK yang tinggi ataupun lulus kuliah tepat

waktu tetapi untuk menambah pengetahuan mereka dalam bidang kedokteran

yang kemudian akan mereka terapkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah itu, mereka pun akan melakukan goal orientation yaitu berusaha untuk

meningkatkan kemampuannya dan terus memotivasi dirinya bahkan ketika

mereka sedang merasa malas ataupun jenuh sehingga mereka dapat mencapai

tujuan belajar yang diinginkannya.

Kemudian mahasiswa akan melaksanakan fase ke-2 dalam self-regulation

academic yaitu fase performance/volitional control. Seorang mahasiswa mampu

(26)

Universitas Kristen Maranatha mereka dalam mengambil keputusan secara mandiri. Sebagai seorang remaja,

mahasiswa dituntut untuk dapat memutuskan sendiri apakah dalam melakukan

kegiatan belajarnya mereka akan melaksanakan strategi belajar yang sudah

dibuatnya ataukah tidak dan mereka pun dituntut untuk dapat mempertimbangkan

dengan baik mengenai konsekuensi dari keputusannya itu. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa kemampuan pengambilan keputusan remaja, mendukung mereka

untuk dapat melakukan pengontrolan terhadap pelaksanaan strategi belajarnya

sesuai dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya.

Fase performance/volitional control ini terdiri atas dua bentuk utama,

yaitu self-control dan self-observation. Pertama, self-control, dimana

proses-proses dalam self-control ini yang meliputi self-instruction, imagery, attention

focusing dan task strategies akan membantu mahasiwa untuk fokus pada

tugas-tugas yang harus dihadapinya dan mengoptimalkan usaha mereka dalam mencapai

tujuan. Seorang mahasiswa kedokteran dalam usahanya mencapai tujuan belajar

yang diinginkannya akan melakukan self-instruction yaitu mengarahkan dirinya

untuk melaksanakan strategi belajar yang sudah dibuatnya. Lalu mereka akan

melakukan imagery dengan membayangkan keberhasilan pelaksanaan strategi

belajar yang telah direncanakannya sehingga dapat meningkatkan kemampuannya

dalam usahanya mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Setelah itu mahasiswa

akan melakukan attention focusing yaitu memfokuskan perhatian pada

pelaksanaan strategi belajarnya dan mengabaikan hal-hal yang dapat

mengahambat mereka dalam melaksanakan startegi tersebut, misalnya menolak

(27)

Universitas Kristen Maranatha akan melakukan task strategies yaitu melaksanakan strategi belajar yang telah

dibuatnya, misalnya dengan menaati jadwal belajar yang sudah dibuatnya serta

membuat ringkasan dari setiap materi kuliah yang dipelajarinya.

Bentuk yang kedua dari fase performance/volitional control adalah self-

observation. Self-observation mengacu pada penelusuran yang dilakukan oleh

seseorang terhadap aspek-aspek spesifik dari performance mereka, kondisi

sekelilingnya dan dampak yang dihasilkannya (Zimmerman & Paulsen, 1995

dalam Boekaerts, 2000). Self-observation ini terdiri dari recording dan

self-experimentation. Setelah mahasiswa melaksanakan strategi belajarnya (task

strategies), selanjutnya mahasiswa akan melakukan self-recording, yaitu

melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan strategi belajarnya. Kemudian

mahasiswa akan melakukan self-experimentation yaitu memperkirakan hal-hal

apa saja yang dapat mempercepat dan menghambatnya dalam mencapai tujuan

belajar yang diinginkannya.

Selanjutnya mahasisawa akan memasuki fase ke-3 dalam self-regulation

academic, yaitu fase self-reflection yang mengacu pada proses-proses yang terjadi

setelah suatu usaha dilakukan dan pengaruh dari respon individu terhadap

pengalamannya yang kemudian akan mempengaruhi individu dalam melakukan

perencanaan selanjutnya. Kemampuan mahasiswa dalam melakukan fase

self-reflection ini ditunjang oleh konsep diri (self-concept) yang ada dalam diri

mahasiswa tersebut. Konsep diri (self-concept) sendiri merupakan evaluasi

(28)

Universitas Kristen Maranatha

self-reflection ini mahasiswa akan melakukan evaluasi dengan membandingkan

pelaksanaan strategi belajarnya dengan perencanaan yang sudah dibuatnya.

Pada fase reflection, terdapat dua proses yang berkaitan dengan

self-observation, yaitu self-judgment dan self-reaction. Proses yang pertama adalah

judgment meliputi evaluation dan causal attribution. Melalui

self-evaluation mahasiswa kedokteran akan membandingkan pelaksanaan strategi

belajarnya dengan tujuan belajar yang diinginkan, sudah tercapai ataukah belum.

Selanjutnya mahasiswa akan melakukan causal attribution yaitu mengevaluasi

penyebab dari hasil belajar yang diperolehnya, apakah performance yang buruk

disebabkan oleh kemampuan mahasiswa yang terbatas atau usahanya yang kurang

maksimal.

Proses yang kedua adalah self-reactions, yang terdiri dari self-satisfaction

dan adaptive inference. Mahasiswa mempersepsi kepuasan atau ketidakpuasan

terhadap pelaksanaan strategi belajarnya melalui self-satisfaction, dimana tingkat

self-satisfaction seseorang juga tergantung pada nilai intrinsik atau pentingnya

suatu tugas. Selanjutnya mahasiswa akan melakukan adaptive atau defensive

inference yaitu menyimpulkan apakah mahasiwa perlu untuk mengubah

pendekatan self-regulatory pada waktu melakukan usaha selanjutnya. Adaptive

inferences penting untuk mengarahkan seseorang pada pembentukan

self-regulation yang baru dan secara potensial lebih baik, seperti mengubah hirakri

dari goal atau memilih strategi yang lebih efektif (Zimmerman &

(29)

Universitas Kristen Maranatha berguna untuk melindungi mahasiswa dari ketidakpuasan di masa yang akan

datang tetapi dapat juga menghambat keberhasilan dalam penyesuaian diri karena

dapat memunculkan perilaku penundaan, menghindari mengerjakan tugas dan

apatis. Seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menganggap bahwa belajar

merupakan suatu hal yang penting akan lebih merasakan ketidakpuasan apabila ia

mendapatkan nilai yang buruk di akhir kegiatan pembelajaran dibandingkan

dengan mahasiswa yang tidak terlalu menganggap penting kegiatan belajar. Ia pun

akan membuat suatu pola self-regulation yang baru dan lebih potensial seperti

mengubah strategi belajar atapun membuat goal yang lebih terencana lagi di masa

yang akan datang.

Ketiga fase tersebut terus menerus berulang dan membentuk suatu siklus

dalam diri mahasiswa Fakultas Kedokteran, hanya saja derajat kemampuan

mahasiswa dalam melakukan self-regulation academic berbeda-beda. Perbedaan

kemampuan ini dikarenakan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan self-regulation academic yaitu faktor lingkungan fisik dan sosial

yang meliputi peran orang tua, dosen dan teman.

Peran orang tua di sini dapat berupa memberikan model atau contoh

perilaku yang akan mempengaruhi kemampuan self-regulation academic

seseorang (Boekaerts, 2000). Dalam suatu penelitian dikatakan bahwa, individu

yang berprestasi seringkali berasal dari keluarga yang orang tuanya sukses serta

memiliki standar performance yang tinggi (Mach, 1988 dalam Boekaerts 2000).

(30)

Universitas Kristen Maranatha mempunyai standar status karir yang lebih baik akan berusaha mencari status karir

yang lebih tinggi juga meskipun dia berasal dari kalangan berpenghasilan rendah

(Simpson, 1962 dalam Santrock, 2003). Hal tersebut menekankan pentingnya peran orang tua dalam memberikan model atau contoh perilaku yang tepat yang

dapat mendukung mahasiswa dalam menetapkan standar atau target yang ingin

dicapainya. Orang tua pun dapat memberikan feedback kepada mahasiswa.

Dimana feedback yang diberikan orang tua itu akan menjadi dasar penilaian

eveluatif bagi diri seseorang (Boekaerts, 2000). Feedback yang diberikan orang

tua tersebut dapat berupa feedback mengenai prestasi akademik yang sudah

dicapai mahasiswa serta kelebihan maupun kekurangan mahasiswa dalam hal

akademik sehingga di masa yang akan datang mahasiswa diharapkan dapat

mencapai prestasi belajar yang lebih optimal.

Faktor kedua yang mempengaruhi self-regulation academic mahasiswa

adalah peran dosen selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Peran dosen di sini

dapat berupa pemberian feedback (umpan balik) yang selanjutnya akan

berpengaruh terhadap self-regulation academic individu (Boekaerts, 2000).

Umpan balik yang diberikan dosen tersebut dapat berupa umpan balik secara lisan

maupun tertulis, misalnya umpan balik mengenai sejauh mana prestasi yang sudah

mereka capai serta umpan balik mengenai cara pemecahan masalah yang

dilakukan mahasiswa pada saat kegiatan tutorial ataupun diskusi kelompok.

(Winkel, 1987). Dengan adanya umpan balik tersebut mahasiswa dapat mengevaluasi sejauh mana perkembangan (progress) akademik yang sudah

(31)

self-Universitas Kristen Maranatha

regulation academic dengan lebih baik. Jika mahasiswa merasa bahwa prestasi

yang diperolehnya masih kurang optimal maka mereka pun dapat mengetahui

penyebab kegagalannya dan dapat meningkatkan prestasinya misalnya dengan

menyusun strategi belajar baru yang lebih efektif sehingga di masa yang akan

datang mereka dapat meraih prestasi belajar yang lebih optimal.

Faktor yang ketiga adalah teman. Peran teman di sini dapat berupa

pemberian model atau contoh perilaku yang selanjutnya akan mempengaruhi

perkembangan kemampuan self-regulation academic dari individu (Boekaerts,

2000). Sebagai seorang remaja, mahasiswa akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya dan teman sebaya dapat memberikan pengaruh

yang positif atapun negatif pada diri remaja. Selain itu, kelompok teman sebaya

juga merupakan komunitas belajar dimana peran-peran sosial dan standar yang

berkaitan dengan kerja dan prestasi dibentuk. (Santrock, 2003). Bila mahasiswa

berada di lingkungan yang beranggapan bahwa keberhasilan akademik itu

bukanlah suatu hal yang penting maka mahasiswa tersebut akan mempunyai

anggapan yang serupa dan akibatnya mereka tidak akan tergerak untuk dapat

merencanakan kegiatan belajarnya dengan baik. Sebaliknya, bila mahasiswa

tersebut bergaul dengan teman yang mempunyai target akademik yang cukup

tinggi maka mahasiswa tesebut akan terpacu untuk menetapkan target akademik

yang cukup tinggi juga bagi dirinya. Dalam usahanya mencapai target akademik

yang diinginkan, mereka pun akan merencanakan kegiatan belajarnya misalnya

(32)

Universitas Kristen Maranatha dapat mencapai target yang telah dibuatnya itu. Hal ini terkait dengan kemampuan

self-regulation academic yang dimiliki mahasiswa tersebut.

Selain itu, melalui feedback (umpan balik) yang diberikan teman sebaya,

individu akan membentuk standar penilaian evaluatif bagi dirinya (Boekaerts,

2000). Misalnya umpan balik mengenai kelebihan maupun kekurangan yang dimilikinya dalam bidang akademik sehingga mahasiswa dapat mengetahui

penyebab kegagalannya dalam mencapai target akademik yang diinginkan.

Dengan demikian, mahasiswa dapat mengetahui langkah-langkah apa saja yang

harus mereka lakukan selanjutnya agar di masa yang akan datang prestasi mereka

dapat semakin meningkat dan pada akhirnya mereka pun dapat mencapai target

akademik yang diinginkan. Umpan balik yang diberikan teman sebaya ini akan

mempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam melakukan self-regulation

academic.

Faktor yang terakhir adalah lingkungan fisik. Sumber lingkungan fisik,

yang dalam hal ini berupa jadwal, baik itu jadwal kuliah, jadwal ujian ataupun

jadwal belajar, membantu invidu untuk dapat melakukan fase forethought dalam

self-regulation academic (Zimmerman & Risemberg, 1997 dalam Boekaerts,

2000).

Keempat faktor tersebut akan mempengaruhi perkembangan

self-regulation academic mahasiswa Fakultas Kedokteran dan akan menghasilkan

derajat kemampuan self-regulation academic yang berbeda-beda. Mahasiswa

(33)

Universitas Kristen Maranatha apabila ia mampu melakukan ketiga fase self-regulation academic yaitu mampu

menetapkan tujuan belajar dan membuat strategi belajar, mampu melaksanakan

strategi belajar yang telah dibuatnya serta mampu mengevaluasi proses dan hasil

pembelajaran yang sudah dicapainya yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai

bahan pertimbangan mereka dalam merencanakan tujuan ataupun strategi belajar

di masa yang akan datang. Sebaliknya, mahasiswa tersebut dikatakan kurang

mampu melakukan self-regulation academic jika kurang mampu melakukan

ketiga fase yang terdapat dalam self-regulation academic. Untuk lebih jelasnya,

(34)

Universitas Kristen Maranatha Mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2007 Universitas “X” di

(35)

Universitas Kristen Maranatha 1.6. Asumsi

Berdasarkan skema dari Kerangka Pikir dapat diasumsikan bahwa :

1. Kemampuan self-regulation academic pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran angkatan 2007 Universitas “X” di Jawa Barat mencakup fase

forethought, performance/volitional control dan self-reflection.

2. Mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2007 Universitas “X” di Jawa

Barat memiliki kemampuan self-regulation academic yang berbeda-beda.

3. Mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2007 Universitas “X” di Jawa

Barat mampu melakukan self-regulation academic bila mampu

menentukan target akademik dan mampu merencanakan strategi belajar,

mampu melaksanakan strategi belajar yang telah dibuatnya serta mampu

mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran yang sudah dicapainya.

4. Mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2007 Universitas “X” di Jawa

Barat kurang mampu melakukan self-regulation academic bila kurang

mampu melaksanakan ketiga fase dalam self-regulation academic yang

meliputi menentukan tujuan akademik dan merencanakan strategi belajar,

melaksanakan strategi belajar yang telah dibuatnya serta mengevaluasi

proses dan hasil pembelajaran yang sudah dicapainya.

5. Faktor lingkungan fisik dan sosial yang meliputi peran orang tua, dosen

dan teman mempengaruhi self-regulation academic mahasiswa Fakultas

(36)

Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai self-regulation academic pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2007 Universitas ”X” di Jawa Barat

dapat ditarik kesimpulan:

• Sebanyak 61 orang (50,83%) mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan

2007 Universitas ”X” mampu melakukan self-regulation academic

sedangkan sebanyak 59 orang (49,17%) mahasiswa kurang mampu

melakukan self-regulation academic.

• Pada mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2007 Universitas ”X”

yang mampu melakukan self-regulation academic, sebagian besar mampu

melakukan ketiga fase self-regulation academic, yang meliputi fase

forethought (perencanaan), fase performance or volitional control

(pelaksanaan) dan fase self-reflection (evaluasi).

• Pada mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2007 Universitas ”X”

yang kurang mampu melakukan self-regulation academic, sebagian besar

kurang mampu melakukan ketiga fase self-regulation academic, yang

meliputi fase forethought (perencanaan), fase performance or volitional

(37)

Universitas Kristen Maranatha

Kemampuan self-regulation academic mahasiswa Fakultas Kedokteran

angkatan 2007 Universitas ”X” dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisik

dan sosial. Faktor lingkungan fisik yang menunjukkan kecenderungan

keterkaitan dengan self-regulation academic mahasiswa meliputi jadwal

belajar dan jadwal ujian, sedangkan faktor lingkungan sosial yang

menunjukkan kecenderungan keterkaitan dengan self-regulation academic

mahasiswa meliputi dukungan orang tua berupa pemberian model ataupun

contoh dalam menetapkan suatu target akademik tertentu serta dukungan

dosen yang dalam hal ini berupa pemberian feedback mengenai perolehan

prestasi yang sudah dicapai mahasiswa.

• Sementara itu, faktor lingkungan fisik yang kurang menunjukkan

kecenderungan keterkaitan dengan self-regulation academic mahasiswa

meliputi jadwal kuliah, sedangkan faktor lingkungan sosial yang kurang

menunjukkan kecenderungan keterkaitan dengan self-regulation academic

mahasiswa meliputi feedback yang diberikan orang tua, feedback yang

diberikan dosen mengenai cara pemecahan masalah yang dilakukan

mahasiswa pada saat kegiatan tutorial dan diskusi kelompok, pemberian

model ataupun contoh dari teman dalam menetapkan suatu standar

ataupun target akademik tertentu, serta feedback yang diberikan teman

mengenai kelebihan yang dimiliki mahasiswa dalam bidang akademik.

Sementara itu, feedback yang diberikan teman mengenai kekurangan

mahasiswa dalam bidang akademik, tidak menunjukkan kecenderungan

(38)

Universitas Kristen Maranatha 5.2. Saran

5.2.1. Saran Teoretis

Saran teoritis yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah :

• Disarankan kepada peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian

tentang self-regulation academic untuk melakukan penelitian korelasional

mengenai pengaruh faktor lingkungan fisik dan sosial terhadap

self-regulation academic.

5.2.2. Saran Praktis

Saran praktis yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah :

• Bagi Fakultas Kedokteran Universitas “X” disarankan untuk mengadakan

pelatihan self-regulation academic kepada mahasiswa Fakultas

Kedokteran angkatan 2007, terutama pada fase performace or volitional

control, agar mahasiswa mampu melakukan self-regulation academic

dengan lebih baik dalam usahanya mencapai tujuan belajar yang

diinginkan. Dalam mengadakan pelatihan, dapat dilakukan kerjasama

dengan bidang ilmu lain seperti psikologi maupun dengan trainer yang

telah memiliki sertifikasi serta kompeten untuk melakukan pelatihan

self-regulation academic.

• Bagi dosen wali disarankan untuk memantau mahasiswa selama mengikuti

proses pembelajaran serta memotivasi mahasiswanya untuk dapat

(39)

Universitas Kristen Maranatha memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya mengenai

kesulitan yang dihadapi mahasiswa selama mengikuti proses pembelajaran

serta dapat merekomendasikan kepada Fakultas mengenai siapa saja

mahasiswa yang dirasa memerlukan pelatihan self-regulation academic.

• Bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2007 Universitas “X”

disarankan untuk dapat melaksanakan strategi belajar yang telah dibuatnya

dengan konsisten misalnya dengan cara memotivasi diri mereka untuk

dapat melaksanakan strategi belajarnya, membuat kelompok belajar

sehingga antara mahasiswa yang satu dengan yang lainnya dapat saling

memotivasi satu sama lain dalam usahanya mencapai tujuan belajar yang

diinginkan serta memikirkan konsekuensi negatif yang ditimbulkan dari

perbuatannya apabila ia tidak melaksanakan strategi belajarnya, misalnya

mahasiswa akan memperoleh IPK yang tidak memuaskan, tidak dapat

lulus kuliah tepat pada waktunya bahkan mahasiswa tidak dapat mencapai

(40)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Boekaerts, Monique;Pintrich, Paul R;Zeidner, Moshe. 2000. Handbook of Self-Regulation. California, USA: Academic Press.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing : Design, Analysis and Use. Massachusetts: United States of America.

Mulyasa, E. 2008. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Santrock, John. W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sitepu, Nirwana S.K. 1995. Analisis Korelasi. Bandung: Diterbitkan Atas Usaha Unit Pelayanan Statistika Jurusan Statistika FMIPA Universitas Padjajaran.

Sudjana. 2001. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

(41)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Pasaribu, Bontor Manaor. Studi Deskriptif Mengenai Self-Regulation pada Mahasiswa Anggota Aktif Paduan Suara Mahasiswa di Universitas ”X” Kota Bandung. Usulan Penelitian. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran “X”.

www.analisadaily.com, diakses 19 Januari 2010

www.inparametric.com, diakses 2 Mei 2009

www.semipalar.net/artkel/artikel05.html, diakses 20 April 2009

http://tpundiksha.wordpress.com/apakah-tp-itu/tp-bebas/, diakses 18 April 2009

http://umum.kompasiana.com/2009/05/27/dokter-asing-vs-lokal/, diakses 19 Januari 2010

http://www.vet-indo.com/Berita-Umum/Persaingan-Dokter-Global-Bagaimana-dengan-Dokter-Hewan.html, diakses 19 Januari 2010

Gambar

Tabel 1.1 Perbedaan Kurikulum SKS dan Kurikulum KBK

Referensi

Dokumen terkait

Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (ekplisit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implisit).. Dapat mengetahui

Berdasarkan hasil dari rumus Manning, didapatkan suatu fakta bahwa pada kondisi 10% debit maksimum dan 20% debit maksimum nilai faktor gesekan untuk pola penempatan

Faktor Sistem Manajemen Perusahaan dapat meliputi jadwal penerbangan yang telah ditentukan atau diatur oleh perusahaan perusahaan (operator) harus berdasarkan ketentuan

This study analyzes phrase in the utterance is classified into idiomatic expression and their technique transation are found in the Charlaine Harris’s novel “From Dead

JUDUL TUGAS AKHIR : DAMPAK PEMBANGUAN PUSAT PERDAGANGAN JODOH DI KOTA BAT AM TERHADAP KONDISI SO SIAL EKONOMI PEDAGANG.. NAMA :

1) Wajib pajak membuat surat permohonan ijin reklame dengan melampirkan denah lokasi dan data teknis. 2) Untuk perijinan pemasangan reklame kain/umbul-umbul, wajib

Dengan kata lain, bimbingan tentang KIA yang dilakukan oleh dokter dan bidan efektif dalam meningkatkan pengetahuan dukun bayi tentang berbagai aspek pelayanan KIA,

acutatum yang berasal dari berbagai daerah dalam penelitian ini menunjukkan tingkat homologi yang tinggi tetapi memiliki variasi virulensi yang ditunjukkan