iii Universitas Kristen Maranatha setiap pusat perbelanjaan atau mall hampir dipastikan memiliki tempat hiburan ini. Sepuluh tahun belakangan, bioskop di tanah air tidak lagi dikuasai oleh film-film impor saja, satu persatu film produksi dalam negeri turut menghiasi teater-teater yang ada di bioskop Indonesia. Walaupun demikian film Indonesia masih kekurangan peminat, bahkan film Indonesia memiliki citra yang buruk di masyarakat Indonesia sendiri, sehingga masyarakat Indonesia lebih menyukai film-film impor.
Maka dari itu tujuan perancangan ini adalah sebagai berikut; menumbuhkan minat masyarakat Indonesia untuk menonton film Indonesia sebagai bentuk kecintaan terhadap film dalam negeri, mengurangi pemikiran negatif sebagian orang bahwa semua film Indonesia dianggap tidak layak dan tidak berkualitas, dan menumbuhkan rasa menghargai akan film hasil produksi tanah air sebagai bentuk dukungan terhadap sineas lokal dalam membuat karya film yang berkualitas.
Metode yang digunakan ialah dengan merancang kampanye dengan tahap conditioning,
informing, dan reminding dengan menggunakan teknik fotografi yang dibuat seperti poster bioskop serta didukung oleh media berupa poster, iklan bioskop, rollbanner, website, media sosial, web banner, stand, gimmick (pin, kaos, voucher, dan popcorn), flyer, baliho, umbul-umbul, dan backdrop.
iv Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
“CINTA FILM DALAM NEGERI” CAMPAIGN DESIGN
Submitted by Yoel Yustinus Hova
NRP 0964112
In Indonesia, the cinema has become one of the place which is as a reflextion of modern life and the lifestyle of urban people in big cities. Almost in every shopping centers and malls, they will provide us with the entertaiment venue. For the next ten years, the domestic cinema will be no longer dominated by foreign movies. One by one the domestic movie production will enliven the theaters in Indonesia’s cinemas. Nevertheless, the domestic film still gets lack for enthusiasm and it has a second-rate image by the Indonesian people, and so that, people rather watch the foreign movie than domestic movie itself.
That is why the purposes of this following plan are; to emerge the Indonesian people’s interest of watching domestic movies as a way to show the love for domestic movies, and not only to reduce some people’s stigma of Indonesian movies are unworthy and not qualified, but also to arise the sense of appreciating domestic movie productions as a way to support the domestic movie makers to create the best quality movies work.
The method is to devise the campaign with the steps of conditioning, informing, and reminding by using not only the photography technique like the movie posters, but also it must be supported by the media such as posters, cinema advertising, roll banners, website, social media, web banners, booth, gimmicks (pins, t-shirts, voucher, and popcorn), flyer, billboard, banners, and backdrop.
ix Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... v
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR ISTILAH ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Masalah dan Ruang Lingkup ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 4
1.5 Skema Penelitian ... 6
BAB II : LANDASAN TEORI 2.1 Teori Kampanye ... 7
2.1.1 Pengertian Kampanye ... 7
2.1.2 Fungsi Kampanye ... 8
x Universitas Kristen Maranatha
2.1.4 Strategi Komunikasi Kampanye ... 11
2.1.5 Teori dan Isi Kampanye ... 13
BAB III : LANDASAN TEORI 3.1 Data dan Fakta ... 23
3.1.1 Lembaga Terkait Dinas Pariwisata dan Kebudayaan ... 23
3.1.2 Hasil Observasi ... 25
3.1.3 Data Film Indonesia ... 27
3.1.4 Hasil Wawancara ... 28
3.1.5 Hasil Kuesioner ... 34
3.1.6 Tinjauan Karya Serupa ... 39
3.2 Analisis Terhadap Permasalahan Berdasarkan Data dan Fakta ... 40
3.2.1 Segmentation, Targeting, dan Positioning ... 40
3.2.2 Strength, Weakness, Opportunities, dan Threats ... 41
xi Universitas Kristen Maranatha
4.4 Hasil Karya ... 52
4.4.1 Logo Kampanye ... 52
4.4.2 Poster ... 54
4.4.3 Poster Event ... 64
4.4.4 Iklan Bioskop ... 65
4.4.5 Roll Banner ... 68
4.4.6 Flyer Event ... 70
4.4.7 Baliho Event ... 71
4.4.8 Umbul-Umbul Event ... 72
4.4.9 Backdrop Event ... 74
4.4.10 Stand Event ... 74
4.4.11 Website ... 75
4.4.12 Media Sosial ... 78
4.4.13 Web Banner ... 79
4.4.14 Gimmick ... 79
4.5 Timeline Media Kampanye ... 81
4.6 Budgeting Media ... 82
BAB V : PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 88
5.2 Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 90
DATA PENULIS ... 92
UCAPAN TERIMA LASIH ... 93
xii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISTILAH
Cinta : sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap suatu objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membatu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut.
Kampanye : suatu tindakan bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok. Logogram : bagian logo berupa gambar, stilasi, dan lain-lain
yang berupa huruf/tulisan. Logotype : bagian logo berupa huruf/tulisan. Tahap Conditioning : tahap pengkondisian.
Tahap Informing : tahap pemberian informasi.
xiii Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.1 Logo Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat... 23
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat ... 24
Gambar 3.3 Koleksi Tiket Partisipan Pertama ... 25
Gambar 3.4 Koleksi Tiket Partisipan Kedua ... 26
Gambar 3.5 Koleksi Tiket Partisipan Ketiga ... 26
Gambar 3.6 Hasil Kuesioner 1... 34
Gambar 3.14 Art and Craft Indonesia 2009 Campaign ... 39
Gambar 4.1 Logo Gambar Gerak Indonesia ... 52
Gambar 4.2 Font CAC Moose ... 53
Gambar 4.3 Warna Logo Kampanye ... 53
Gambar 4.4 Tipografi Body Text ... 54
Gambar 4.5 Poster Conditioning Seri 1 ... 55
Gambar 4.6 Tipografi Poster Conditioning Seri 1 ... 56
Gambar 4.7 Poster Conditioning Seri 2 ... 56
Gambar 4.8 Tipografi Poster Conditioning Seri 2 ... 57
xiv Universitas Kristen Maranatha
Gambar 4.10 Tipografi Poster Informing Seri 1 ... 59
Gambar 4.11 Poster Informing Seri 2 ... 59
Gambar 4.12 Tipografi Poster Informing Seri 2 ... 60
Gambar 4.13 Poster Informing Seri 3 ... 60
Gambar 4.14 Tipografi Poster Informing Seri 3 ... 61
Gambar 4.15 Poster Reminding Seri 1 ... 62
Gambar 4.16 Tipografi Poster Reminding Seri 1... 62
Gambar 4.17 Poster Reminding Seri 2 ... 63
Gambar 4.18 Tipografi Poster Reminding Seri 2... 63
Gambar 4.19 Poster Event ... 64
Gambar 4.20 Tipografi Poster Event ... 65
Gambar 4.21 Iklan Bioskop Informing Seri 3 ... 65
Gambar 4.22 Iklan Bioskop Reminding Seri 1 ... 66
Gambar 4.23 Iklan Bioskop Reminding Seri 2 ... 66
Gambar 4.24 Iklan Bioskop Penawaran Gimmick Seri 1 ... 67
Gambar 4.25 Iklan Bioskop Penawaran Gimmick Seri 2 ... 67
Gambar 4.26 Iklan Bioskop Event ... 68
Gambar 4.32 Aplikasi Umbul-Umbul Event ... 73
Gambar 4.33 Backdrop Event ... 74
Gambar 4.39 Halaman Comtributors ... 77
Gambar 4.40 Facebook ... 78
xv Universitas Kristen Maranatha
Gambar 4.42 Web Banner... 79
Gambar 4.43 Voucher ... 80
Gambar 4.44 Popcorn ... 80
Gambar 4.45 Pin ... 81
Gambar 4.46 Kaos ... 81
xvi Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, bioskop adalah
(1) pertunjukan yang diperlihatkan dengan gambar (film) yang disorot
sehingga dapat bergerak (berbicara); (2) gedung pertunjukan film cerita. Di
Indonesia sendiri, bioskop sudah menjadi salah satu tempat cerminan dari
kehidupan masa kini dan telah menjadi gaya hidup banyak orang khususnya di
perkotaan atau kota besar. Di setiap pusat perbelanjaan atau mall hampir
dipastikan memiliki tempat hiburan ini. Bioskop sebagai tempat pemutaran
film-film terbaru ini biasanya dikuasai oleh deretan judul-judul film impor.
Tetapi sepuluh tahun belakangan, bioskop di tanah air tidak lagi dikuasai oleh
film-film impor saja, satu persatu film produksi dalam negeri turut menghiasi
teater-teater yang ada di bioskop Indonesia. (www.kapanlagi.com) - 31/08/13
Sejauh manakah masyarakat Indonesia menyukai film buatan dalam
negeri? Dari hasil wawancara sederhana dengan 20 orang partisipan, penulis
mendapatkan bahwa tidak sedikit mereka yang beranggapan bahwa film buatan
dalam negeri tidak layak untuk dinikmati dengan berbagai alasan sehingga
mereka enggan menonton film hasil produksi dalam negeri di bioskop.
Beberapa dari mereka mengatakan tidak worthed menonton film di bioskop.
Menurut Titien Wattimena sebagai seseorang yang bergelut di dunia pefilman
Indonesia, masyarakat Indonesia lebih menyukai film Hollywood. Begitu juga
genre film yang disukai masyarakat sifatnya musiman, ada masa dimana
masyarakat menyukai film remaja, kemudian film religi, berganti kepada film “from zero to hero”,satu masa yang cukup panjang masyarakat menyukai film horor, dan terakhir yang membuat bangku bioskop penuh adalah film drama
Universitas Kristen Maranatha 2
Fakta lain dengan menanggapi pernyataan mengenai “sebagian besar
pecinta film di Indonesia memiliki persepsi bahwa rata-rata film Indonesia
tidak layak ditonton (tanpa membuktikannya dengan cara menonton film
tersebut di bioskop). Hal tersebut muncul akibat dari kekecewaan akan
film-film Indonesia sebelumnya yang seakan-akan dibuat tanpa persiapan yang matang sehingga tidak menampilkan film yang berkualitas dan bermutu.” 77 dari 100 orang responden setuju dengan hal tersebut dan kembali Titien
Wattimena mengatakan bahwa masyarakat kita memiliki “kuping yang tipis”,
mendengar pendapat orang lain atau baca status orang di social media yang
mengatakan bahwa film A jelek, langsung yakin bahwa film yang
bersangkutan memang jelek. Begitupun dengan yang sudah menonton senang
sekali berkicau di social media dengan mengatakan bahwa film yang sudah
ditonton jelek. Padahal film merupakan masalah selera dan selera setiap orang
berbeda-beda.
Intinya banyak film Indonesia yang booming yang menurut sebagian
orang bagus, tetapi tetap tidak disaksikan oleh sebagian pecinta film karena
menurut mereka film Indonesia tidak layak untuk dinikmati. Sebagian orang
beranggapan bahwa semua film produksi dalam negeri itu tidak layak ditonton
dan tidak berkualitas. Hal tersebut sepertinya muncul akibat dari kegagalan
beberapa film dalam memberikan hiburan yang kurang berkualitas dimana
pada saat itu perfilman Indonesia sedang mengalami keterpurukan beberapa
waktu silam. Titien Wattimena menyatakan bahwa terpurukan perfilman
Indonesia tidak hanya dirasakan beberapa waktu silam saja tetapi sampai pada
detik ini. Film-film Indonesia yang booming membuat bioskop penuh sejenak,
kemudian di tahun berikutnya peminatnya berkurang drastis. Padahal industri
yang sehat adalah industri yang tidak mengenal kata sejenak, harus konsisten,
dan berkesinambungan. Sebagai contoh beberapa tahun terakhir banyak
bermunculan film horor buatan tanah air yang dibumbui oleh adegan erotis dan
kebanyakan film tersebut dianggap sebagai hasil produksi yang asal-asalan
tanpa adanya konsep dan cerita yang baik dibelakangnya. Menurut 55 orang
Universitas Kristen Maranatha 3 Di lihat dari perkembangan film di Indonesia, jatuhnya perfilman
Indonesia pada tahun 1990-an dan beberapa waktu yang silam disebabkan oleh
hal yang sama, yaitu film yang berbumbui adegan-adegan erotis dan vulgar.
Rata-rata film yang dibumbui adegan erotis merupakan film horor untuk
beberapa tahun terakhir ini. Menurut Faozan Rizal, seorang ahli sinematografi
senior mengatakan bahwa produser terlalu memaksakan seleranya terhadap
penonton, pada era film seks Indonesia bisa kita lihat siapa produsernya dan
film seperti apa yang ia produksi hingga sekarang. Pada kala itu sebagian besar
film memang menjual paha dan belahan dada akhirnya dari genre komedi pun
harus dibumbui adegan erotis tersebut. “Atau memang saat itu bangsa ini baru mengalami puber kedua?” Tidak berbeda jauh dengan pandangan Muhhamad Hafiz Husni sebagai pecinta film yang menganggap bahwa penyebab
keterpurukan tersebut salah satunya dikarenakan produksi dalam negeri yang
tidak memenuhi selera umum masyarakat, karena pada saat itu cenderung memproduksi “film panas”.
Menurut Titien Wattimena pembuat-pembuat film pun kerap kehilangan
semangatnya membuat film yang baik. Bukan sekedar karena merasa “ah gak ada yang nonton juga” tapi lebih kepada kebinggungan membuat film seperti apa agar mengembalikan minat penonton ke bioskop. Akhirnya pembuat film
mencoba membaca selera pasar yang sebenarnya belum ada. Film Indonesia
belum punya pasar di negerinya sendiri. Jika dilihat dari kacamata bisnis, terjadilah apa yang biasa disebut “hubungan telur dan ayam”. Pembuat film merasa penonton minim, tidak menguntungkan, jadi mencari cara membuat
film semurah mungkin hingga mutu kerap dilupakan. Sementara penonton
selalu beralasan karena film Indonesia tidak ada yang bermutu. Makanya
mereka tidak mau menonton film Indonesia.
Sehubungan dengan fenomena yang telah dijabarkan penulis di atas,
untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan seperti kampanye cinta film dalam negeri
agar masyarakat Indonesia sadar bahwa tidak semua film Indonesia itu tidak
Universitas Kristen Maranatha 4
1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup
Bagaimana merancang kampanye cinta film dalam negeri yang efektif
dan dapat memberikan pengaruh yang positif nantinya terhadap masyarakat
Indonesia yang menjadi target kampanyenya?
1.3 Tujuan Perancangan
Berdasarkan fenomena yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah di
atas, berikut ini akan dipaparkan hasil yang ingin dicapai penulis terhadap
setiap permasalahan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:
1) Menumbuhkan minat masyarakat Indonesia untuk menonton film Indonesia
sebagai bentuk kecintaan terhadap film dalam negeri.
2) Mengurangi pemikiran negatif sebagian orang bahwa semua film Indonesia
dianggap tidak layak dan tidak berkualitas.
3) Menumbuhkan rasa menghargai akan film hasil produksi tanah air sebagai
bentuk dukungan terhadap sineas lokal dalam membuat karya film yang
berkualitas.
1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam kegiatan penelitian, pengamatan langsung, serta pembuatan karya
desain diperlukan data yang cukup memadai untuk dijadikan dasar pemikiran
dan arahan konsep perancangan karya. Pengumpulan data tersebut akan
dilakukan penulis dengan cara sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan secara
langsung ke lapangan pada objek yang diteliti. Observasi dilakukan ke
beberapa partisipan dengan mengamati hasil koleksi tiket nonton yang
dimiliki oleh partisipan.
2. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur merupakan kegiatan tanya jwab yang
Universitas Kristen Maranatha 5 permasalahan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan
pewawancara sebelumnya. Wawancara dilakukan terhadap orang yang
berkompeten di dunia perfilman di Indonesia untuk mengetahui tentang
perfilman di Indonesia saat ini serta mendapatkan saran, usulan, dan
pendapat mengenai perancangan kampanye cinta film dalam negeri yang
efektif dan menarik bagi target serta berdampak baik nantinya. Selain itu
dilakukannya juga wawancara terhadap pecinta film dan orang yang
berkompeten di bidang psikologi untuk mengetahui dampak dari menonton
film yang berbau pornografi.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mencari dan menambah pengetahuan,
informasi, dan data yang berkaitan dengan judul dan data-data lain yang
diperlukan dengan sumber yang berasal dari buku dan internet.
4. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan tertulis dalam benyuk
daftar pertanyaan kepada responden yang menjadi anggota sampel.
Penyebaran kuesioner dilakukan dengan membagikannya kepada 100
Universitas Kristen Maranatha 6
1.5 Skema Perancangan
Universitas Kristen Maranatha 88
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari data dan fakta yang didapatkan penulis sebelumnya mengenai kurang minatnya masyarakat Indonesia untuk menonton film buatan dalam negeri, maka diperlukan upaya penyampaian informasi beserta solusi
dari masalah tersebut dengan menggunakan media-media penyampaian pesan yang tepat sehingga mendapatkan tanggapan dan tindakan lebih lanjut dari masyarakat, khususnya anak muda untuk dapat menghargai dan mencintai film lokal sebagai bentuk dukungan terhadap insan perfilman dalam membuat karya yang lebih berkualitas lagi.
Dalam menanggapi permasalahan tersebut, dirancanglah sebuah kampanye bertahap. Pada tahap awal, sasaran diajak untuk masuk ke dalam situasi dan kondisi perfilman di Indonesia di mana perfilman Indonesia kehilangan penikmatnya, dengan kata lain film Indonesia tidak menjadi tuan rumah bagi negerinya sendiri. Tetapi dalam keadaan demikian, para pembuat film tetap terus berkarya dan berjuang agar karya mereka akan disukai. Tahap selanjutnya target sasaran diberi informasi berisi hal-hal yang perlu dilakukan sasaran untuk menonton sebuah film, yang akhirnya target sasaran diajak untuk membuktikan kualitas dilm lokal dengan cara menontonnya di bioskop. Setelah diajak untuk menonton, pada tahap akhir target sasaran diajak untuk menghargai dan mencintai film Indonesia.
Cara yang paling efektif untuk mengajak target sasaran untuk menonton, menghargai, dan mencintai film dalam negeri adalah dengan
Universitas Kristen Maranatha 89 melalukan tindakan seperti yang diharapkan dari Kampanye Cinta Film Dalam Negeri.
5.2 Saran
Berdasarkan pada hasil analisis kesimpulan yang ada, penulis mencoba untuk memberikan masukan dan saran yang mungkin dapat bermanfaat dalam pengadaan kampanye, yaitu riset dilakukan sebanyak-banyaknya dan selengkap-lengkapnya, membuat kerangka pikir, dan menyusun timeline
kampanye yang jelas untuk mendukung kelancaran dari sebuah kampanye yang akan diadakan. Di samping hal tersebut, dibutuhkan juga pemilihan media yang efektif bagi target sasaran yang dituju agar dapat menjangkau target sasaran serta dapat berdampak besar terhadap keberhasilan suatu kampanye kemudiannya.
Dalam kampanye yang dirancang penulis untuk mengajak target sasaran untuk menonton, menghargai, dan mencintai film lokal, yaitu anak
muda diperlukan cara yang tepat untuk menggugah rasa ingin tahu dan menarik perhatian target sasaran, dengan cara menyampaikan informasi yang mengajak
Universitas Kristen Maranatha 90
DAFTAR PUSTAKA
http://www.filmindonesia.or.id
http://www.tutor2u..net
http://library.binus.ac.id
http://lib.ui.ac.id
http://perpustakaan.upi.edu/
http://kamusbahasaindonesia.org
http://www.slideshare.net
Arthur, Rene. Desain Grafis: Dari Mata Turun ke Hati. Bandung: Kelir, 2007
Ruslan, Rosady. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations Edisi Revisi. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2002
Rakhmat, Jalaluddin. (1999), Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Rumini, Sri, M. Dimyati Mahmud, Siti Sundari H.S., Danuri, R.Suharno,
Nurbani Yusuf S., D. Tiala, & Yulia Ayriza. (1993), Psikologi Pendidikan, FIP
UNY, Yogyakarta.
Soeprapto Soedjono, “Desain Grafis: Teori, Kinerja, dan Prospeknya”, Makalah
Open House Yogya Design School, Yogyakarta, 25 September 1993.
Effendy, Onong Uchjana. (2005), Ilmu Komunikasi , Teori dan Praktek, PT.
Universitas Kristen Maranatha 91 Setianti, Yanti. (2007), “Kampanye Dalam Merubah Sikap Khalayak”, Makalah
Ilmiah, Bandung
Sutawan, I Kadek Dwi. (2011), “Desain Komunikasi Visual Sebagai Sarana
Kampanye Pelestarian Gamelan Gong Saron di Desa Singapadu Gianyar”,