i ABSTRAK
Minat adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respon terarahkan kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan kepadanya ( satisfiers). Menonton film merupakan salah satu bentuk media hiburan yang bagi sebagian penikmatnya merupakan suatu hal yang wajib. Film tidak hanya memberikan suguhan tontonan para aktor atau aktris kondang baik itu dari dalam negeri atau mancanegara yang saling beradu akting, film juga memberikan suatu pengetahuan dan alur cerita yang menarik sekaligus menghibur.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana minat menonton pada mahasiswa terhadap film-film Indonesia di bioskop?”, tujuan penelitian ini adalah “mengetahui dan menggambarkan minat menonton pada mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung angkatan 2006-2012 terhadap film-film Indonesia di bioskop”. Penelitian ini berdasarkan teori minat. Tipe penelitian dengan cara kualitatif deskriptif digunakan sebagai metode dalam penelitian ini. Data primer dari penelitian ini adalah hasil wawancara dengan tujuh orang informan yang merupakan mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung angkatan 2006-2012, ketujuh informan tersebut didapat berdasarkan teknik sampel purposif yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Hasil penelitian tentang minat menonton menunjukkan bahwa dari tujuh orang informan yang telah diwawancarai, enam orang informan menyatakan sangat berminat menonton film-film Indonesia di bioskop. Pada segi media bioskop, para informan berminat menonton film-film Indonesia di bioskop karena ruang bioskop memiliki tempat yang nyaman dan layar yang lebar sehingga memberikan kepuasan dalam menonton film-film Indonesia di media bioskop. Untuk segi kepuasan, beberapa informan merasa cukup puas karena kualitas film-film Indonesia di bioskop sudah mengalami peningkatan. Salah satu hal yang menjadi perhatian para informan, dalam film perlu ada nya pesan moral yang mendidik penonton terutama untuk generasi muda penerus bangsa.
ii ABSTRACT
Interest is a mental state that produces a response directed to a particular situation or object that is fun and gives satisfaction to him (satisfiers). Watching movies is one form of media entertainment for most of the audience is a mandatory thing. The film not only give treats spectacle famous actors or actresses either domestic or foreign clashing acting, the film also provides a knowledge, the storyline is interesting and entertaining.
Formulation of the problem in this research is "How the interest of students to watch the Indonesian films in the cinema?", The purpose of this study is "to know and describe how student interest in watching the Department of Social Communication University Lampung 2006-2012 force against Indonesian films in cinema ". This study is based on the theory of interest. Type a descriptive qualitative research by used as a method in this study. Primary data from this study is the result of interviews with seven informants who are students of the Department of Social Communication, University of Lampung force 2006-2012, seven informants obtained by purposive sampling technique appropriate to the needs of the research.
Results of research on interest watching shows that of the seven people who have interviewed informants, six informants expressed very interested in watching Indonesian films in theaters. In terms of cinema media, the informants interested in watching Indonesian films in the cinema because cinema halls have a comfortable and wide screen so as to provide satisfaction in watching Indonesian films in cinema media. For terms of satisfaction, some informants felt quite satisfied that the quality of Indonesian films in cinema has increased. One of the things that concern the informants, in his films there should be a moral message that educates the audience, especially for the younger generation successor to the nation.
viii
MOTTO
“PERKOKOHLAH KEIMANAN KARENA SAMUDERA ITU DALAM, PERBANYAKLAH BEKAL KARENA PERJALANAN INI PANJANG, IKHLASKANLAH AMALAN KARENA PENGERITIK ITU SANGAT JELI”
(WASIAT RASULULLAH)
Bekerjalah bagaikan tak butuh uang,
Mencintailah bagaikan tak pernah disakiti,
Menarilah bagaikan tak seorang pun sedang
menonton. ( Mark Twain)
“PUTUS ASA BUKAN JALAN TERAKHIR... JADIKAN HARAPAN ITU SELALU ADA... USAHA DAN KETEKUNAN ADALAH JALAN YANG
HARUS DILAKUKAN UNTUK MENGHADIRKAN APA YANG KAU INGINKAN”
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Rudi Alfianto, dilahirkan di Batanghari pada tanggal 22 Oktober 1988. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda Suwarto Effendi dan Ibunda Partiyah.
Penulis memulai jenjang pendidikannya di TK PERTIWI II Batanghari Lampung Timur pada tahun 1994, yang kemudian dari tahun 1995-2001 dilanjutkan di SDN II Banarjoyo Lampung Timur. Kemudian melanjutkan ke SMPN 1 Metro, lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMAN 3 Bandar Lampung dan lulus di tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas lampung melalui SNMPTN.
vii
Karya sederhana ini
Aku persembahkan untuk
ALLAH SWT
(sumber dari segala kekuatanku, atas izin-Nya semua ini termujud)
The greatest family i have :
Bapak dan ibu tercinta
Who always waiting for this moment...
Erica Putri Hermala (adik)
Thank you for your insinuation, see me now...
Cantika Selawidya Sari (adik)
ix
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’Alamin.
Sujud syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi dengan judul : “Minat Menonton Film-Film Indonesia di Bioskop (Studi Terhadap Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung Angkatan 2006-2012)” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Selama penulisan skripsi ini, penulis dihadapkan pada berbagai kesulitan dan hambatan, namun berkat dorongan, bimbingan, doa dan bantuan dari banyak pihak akhirnya penulis mengatasi segala persoalan dan hambatan yang menjadi kendala dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, dengan hati yang tulus penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Abdul Firman Ashaf, M.Si. selaku Dosen Pembimbing dan Ibu Dr. Tina Kartika M.Si. selaku
Dosen Pembahas, atas kesabaran dan bantuannya selama proses bimbingan.
x
Dengan bekal kemampuan serta pengetahuan yang penulis miliki, tanpa adanya bantuan serta semangat dari berbagai pihak yang terlibat dalam penyusuan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si, Selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Teguh Budi R, M.Si. selaku ketua jurusan Ilmu Komunikasi dan sebagai Dosen Pembahas untuk waktu, segala keramahan, kesabaran serta keiklasannya mendidik dan membantu mahasiswa selama ini.
3. Bapak Dr. Abdul Firman Ashaf, M.Si., selaku Dosen Pembimbing skripsi dan Pembimbing Akademik yang telah meluangkan banyak waktu untuk sabar membimbing dan memberikan penulis banyak ilmu dan pengetahuan baru yang bermanfaat yang akan berguna dikemudian hari.
4. Seluruh jajaran dosen FISIP Universitas Lampung khususnya jurusan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan bermanfaat selama penulis menuntut ilmu di jurusan ini.
5. Seluruh staf administrasi dan karyawan FISIP Universitas Lampung, khususnya jurusan Ilmu Komunikasi. Mas Tur dan Mas Agus yang selalu ramah dan telah membantu kesiapan ruangan seminar dan ujian skripsi penulis.
xi
kerinduan untuk bisa berkumpul, bermain dan bercanda bersama kalian. Kepada keluarga bapak dan Ibu dimanapun kalian berada sekarang, terima kasih
semuanya.
7. Sherlie Dwie Novilen, terima kasih untuk dukungan dan kebersamaan selama ini. Membuat semuanya terasa begitu indah dan berharga, terima kasih karena diberikan kesempatan untuk bisa mengenalmu dan menjadi bagian darimu. 8. Teman-teman seperjuangan satu angkatan Arde, Ari, Roles, Indah, serta
keluarga besar jurusan Ilmu Komunikasi dan HMJ Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung, terima kasih atas kebersamaan yang pernah ada dan hubungan yang terjalin selama ini. Dengan adanya kalian menjadikan satu kenangan untuk saling berbagi cerita di masa depan, terima kasih kalian semuanya.
9. Keluarga komunitas YVMC yang ada di seluruh Indonesia, terima kasih atas kebersamaan disaat senang dan sedih, semoga kita semakin solid dan semakin berjaya.
10. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama menjalani sebagian hidup di Bandar Lampung, semua akan abadi dalam kenangan.
Bandar Lampung, Desember 2014.
Penulis
xii
b. Contoh Film-film Indonesia Di Bioskop ………21
2.2.2. Tinjauan Penggunan Media Bioskop ………...22
2.2.3. Landasan Teori ……….22
xiii
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung ………38
4.2. Sekilas Tentang Jurusan Ilmu Komunikasi ………...42
4.2.1. Sejarah Jurusan ………42
4.2.2. Visi, Misi Dan Tujuan ……….42
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Penyajian Hasil Penelitian ………45
b. Penggunaan Media Bioskop ………51
c. Kepuasan ……….51
5.2. Pembahasan ………52
5.2.1. Minat Menonton ………..52
5.2.2. Penggunaan Media Bioskop ………58
5.2.3. Kepuasan ……….60
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ………...76
6.2. Saran ……….78
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
1. Bagan Kerangka Pikir ………..29
2. Bagan Pembahasan Minat menonton ………...57
3. Bagan Pembahasan Media Bioskop ……….60
4. Bagan kepuasan ………62
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penelitian Terdahulu ………...9
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. Foto Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Yang Sedang Berada Di Depan
Gedung C FISIP Universitas Lampung ………41
2. Foto Informan Pertama ……….47
3. Foto Informan Kedua ………...47
4. Foto Informan Ketiga ………...48
5. Foto Informan Keempat ………...48
6. Foto Informan Kelima ………..49
7. Foto Informan Keenam ………... 49
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Anastasi dan Urbina dalam Ginting (2005:19), minat berhubungan
dengan nilai-nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam hidup
nya. Selanjutnya menurut Mapiarre dalam Ginting (2005:19), minat
merupakan suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran antara
perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut, atau
kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarahkan seeorang kepada suatu pilihan
tertentu. Menurut Semiawan (1986:120), menjelaskan bahwa minat dapat
dilihat dan diukur dari respon yang dihasilkan.
Minat adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarahkan
kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberi
kepuasan kepadanya (satisfiers). Definisi ini menjelaskan bahwa minat
berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan
kegiatan tertentu yang spesifik. Menurut Hutagaol dalam Dimasningtias
(2012:2), minat merupakan faktor psikologis yang mempengaruhi tindakan
2
Pada semua usia, minat memainkan peran penting dalam kehidupan
seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap.
Seseorang bisa menjadi malas, enggan mengerjakan sesuatu ketika ia tidak
berminat terhadap kegiatan tersebut. Pentingnya keberadaan minat pada diri
manusia adalah karena minat merupakan sumber motivasi yang kuat, ia
menjadi faktor pendorong untuk melakukan sesuatu. Minat pada dasarnya
adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di
luar diri. Menurut Djaali dalam Hutagaol (2009:10), minat berhubungan
dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau
berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh
kegiatan itu sendiri. Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang
ditekuni seseorang sehingga akan jauh lebih menyenangkan.
Minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih
sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam
diri seseorang. Minat memiliki hubungan dengan segi kognisi, namun minat
lebih dekat pada perilaku. Salah satu kegiatan yang dapat digerakan oleh
adanya minat yakni menonton film. Menonton sendiri berasal dari kata
“tonton” dan dapat imbuhan “me”, jadi kata menonton sama dengan melihat
atau menyaksikan. Film dalam ensiklopedia bebas didefinisikan sebagai
gambar hidup atau sering disebut movie (semula pelesetan dari perpindahan
gambar). Film secara kolektif sering disebut Sinema. Gambar hidup adalah
bentuk seni, bentuk popular dari hiburan, dan juga bisnis. Menurut McQuail
(1991:14), film merupakan ekspresi dan pernyataan sikap, McQuail
3
untuk menjangkau sekian banyak orang dalam waktu yang cepat dan
kemampuannya memanipulasi kenyataan yang tampak dalam pesan fotografi
tanpa kehilangan kredibilitas merupakan salah satu kekuatan terbesarnya.
Menonton film merupakan salah satu bentuk media hiburan yang bagi
sebagian penikmatnya merupakan suatu hal yang wajib. Film tidak hanya
memberikan suguhan tontonan para aktor atau aktris kondang baik itu dari
dalam negeri atau mancanegara yang saling beradu akting, film juga
memberikan suatu pengetahuan dan alur cerita yang menarik sekaligus
menghibur. Seorang individu mengkonsumsi film dengan tujuan yang
berbeda-beda. Misalnya: untuk mencari hiburan, pendidikan, kepuasan,
pengalihan emosi dan lain sebagainya.
Dunia perfilman di Indonesia sendiri mengalami pasang surut. Indonesia pada
tahun-tahun yang lalu dunia perfilman mengalami penurunan, namun saat ini
dunia perfilman sudah mulai naik lagi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
film layar lebar bertemakan remaja dan cinta maupun horor menjadi menarik
dan menjadi salah satu tema yang relatif bertahan lama.
Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana minat
menonton film-film Indonesia di bioskop terhadap mahasiswa Jurus an Ilmu
Komunikasi FISIP Universitas Lampung angkatan 2006-2012.
Hal yang membuat peneliti tertarik dalam penelitian ini adalah mahasiswa
Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung angkatan 2006-2012
memiliki kedekatan dalam hal akademik kepada peneliti, sehingga lebih
4
Pada Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung sudah memiliki
mata kuliah yang berhubungan dengan dunia perfilman. Para mahasiswa pada
Jurusan tersebut telah mempelajari segala hal yang berkaitan dengan dunia
perfilman meliputi hal teknis dan non teknis, sehingga dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung
memiliki minat untuk mempelajari berbagai jenis-jenis film Indonesia serta
memiliki penilaian yang kritis terhadap suatu film yang mereka tonton.
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung adalah
golongan masyarakat yang memiliki pendidikan yang cukup tinggi, mereka
telah menyelesaikan pendidikan dari sekolah menengah atas dan melanjutkan
keperguruan tinggi. Pada tingkat pendidikan tersebut mereka memiliki
berbagai macam minat yang berhubungan dengan dunia perfilman, contohnya
film-film action¸ percintaan, misteri, olahraga, sejarah dan seni budaya yang
sesuai dengan selera mereka masing-masing.
Berdasarkan pra-riset yang dilakukan peneliti kepada lima orang mahasiswa
Jurusan Ilmu Komunikasi pada berbagai angkatan menghasilkan data bahwa
mereka semua pernah menonton film-film Indonesia di bioskop, dan mereka
memiliki keinginan untuk mendapatkan tontonan film-film Indonesia yang
berkualitas di bioskop agar film-film Indonesia memiliki daya saing terhadap
film-film yang berasal dari luar negeri sehingga membawa harum nama
negara Indonesia di dunia perfilman internasional.
Contoh bioskop yang menjadi rujukan informan dalam penelitian ini salah
5
Central Plaza lantai 2, Jl. Kartini no. 21 Bandar Lampung. Bioskop ini
memiliki 4 teater dan jadwal waktu tayang mulai pukul 11 siang sampai
pukul 10 malam.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah pada penelitan ini adalah:
“Bagaimana minat menonton pada mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi
FISIP Universitas Lampung angkatan 2006-2012 terhadap film-film
Indonesia di Bioskop?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah ”untuk mengetahui dan menggambarkan minat
menonton pada mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas
Lampung angkatan 2006-2012 terhadap film-film Indonesia di Bioskop.”
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini yaitu:
1. Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran di bidang Ilmu komunikasi dan juga diharapkan dapat menjadi
referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan
film-film Indonesia di bioskop.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran, pengetahuan, gambaran dan informasi terhadap faktor-faktor
yang dapat menimbulkan minat menonton pada film-film Indonesia di
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian terdahulu
Pada penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan guna mempermudah penulis dalam menyusun penelitian ini. Menurut Ihsan (1996:53) menyatakan bahwa tinjauan pustaka harus mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan permasalahan penelitian: teori, konsep-konsep, analisa, kesimpulan, kelemahan dan keunggulan pendekatan yang dilakukan orang lain. Menurut Masyhuri (2008:56), peneliti harus belajar dari penelitian lain, untuk menghindari duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama. Adapun penelitian sebelumnya dipakai sebagai acuan dan referensi penulis untuk memudahkan penulis dalam membuat penelitian ini. Penulis telah menganalisis tiga penelitian terdahulu yang berkaitan dengan bahasan di dalam penelitian ini.
7
Masalah yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini, menyangkut respon pemirsa terhadap tayangan komedi OVJ di Trans7. Pada hasil penelitian, ia menjelaskan bahwa tayangan komedi OVJ di Trans7 seperti jargon, perilaku dalang, perilaku wayang, pemilihan cerita yang disajikan dan bintang tamu yang hadir disukai oleh pemirsa televisi. Dalam penelitian ini memiliki keterkaitan dalam faktor-faktor apa saja yang membuat penonton tertarik untuk menyaksikan tayangan tersebut.
Selain itu penelitian tentang “Respon Pemirsa Televisi Terhadap Running Text Di MetroTV”, penelitian ini dibuat oleh Istiana mahasiswi ilmu komunikasi Universitas Lampung tahun 2006. Ia meneliti mengenai bentuk penyajian running text disukai pemirsa, karena berisi informasi dan berita sekaligus dari program acara yang ditonton. Respon ini berisi mengenai bentuk penyajian running textdi MetroTV.
Dalam hal ini mendapatkan hasil yaitu dari beberapa informan memberikan hasil pemirsa mendapat informasi dari acara yang ditonton, menghemat waktu dan tidak tertinggal informasi baik dari dalam maupun luar negeri. Dalam penelitian ini memiliki keterkaitan dalam hal respon pemirsa dalam penyajian tayangan sehingga menimbulkan minat untuk menonton film-film Indonesia di bioskop.
8
masyarakat untuk mengikuti berita politik di MetroTV cukup baik. Minat masyarakat ini mengenai berita politik di televisi.
Dalam hal ini mendapatkan hasil yaitu beberapa informan memberikan hasil isi berita dan penyajian berita politik di MetroTV cukup signifikan. Dalam penelitian ini menunjukkan keterkaitan dalam hal seberapa besar efek dari isi konten yang terkandung dalam tayangan yang menimbulkan minat informan untuk menonton film-film Indonesia di bioskop.
9
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No Nama peneliti Rife Yuriano
(2011)
1.
2.
3.
4.
Judul penelitian
Instrumen data
Teknik analisis
data
Hasil penelitian
Respon pemirsa terhadap tayangan komedi “Opera Van Java” (OVJ) di Trans7.
Respon pemirsa terhadap tayangan komedi “Opera Van Java” (OVJ) di Trans7 ditanggapi positif oleh pemirsa televisi.
Deskriptif kuantitatif
10
Tabel 2. Penelitian Terdahulu
No Nama peneliti Istiana
(2006)
1.
2.
3.
4.
Judul penelitian
Instrumen data
Teknik analisis
data
Hasil penelitian
Respon Pemirsa Televisi Terhadap Running Text Di MetroTV.
Bentuk penyajianrunning textdisukai pemirsa, karena berisi informasi dan berita sekaligus dari program acara yang ditonton.
Analisis deskriptif
11
Tabel 3. Penelitian Terdahulu
No Nama peneliti Feralia iskandar
(2010)
1.
2.
3.
4.
Judul penelitian
Instrumen data
Teknik analisis
data
Hasil penelitian
Minat masyarakat terhadap berita politik di televisi.
Minat masyarakat untuk mengikuti berita politik di MetroTV cukup baik.
Analisa kualitatif
12
2.2. Teoritik
2.2.1. Minat Menonton
Menurut Dimasningtias (2012:2), minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang.
Minat memiliki hubungan dengan segi kognisi, namun minat lebih dekat pada perilaku. Salah satu kegiatan yang dapat digerakan oleh adanya minat yakni menonton film. Menonton sendiri berasal dari kata “tonton” dan dapat imbuhan “me”, jadi kata menonton sama dengan melihat atau menyaksikan.
Film dalam ensiklopedia bebas didefinisikan sebagai gambar hidup atau sering disebut Movie (semula pelesetan dari perpindahan gambar). Film secara kolektif sering disebut Sinema. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk popular dari hiburan, dan juga bisnis. Menurut McQuail (1991:14), Film merupakan ekspresi dan pernyataan sikap.
McQuail menjelaskan bahwa film sebagai sebuah medium mempunyai tiga kemampuan untuk menjangkau sekian banyak orang dalam waktu yang cepat dan kemampuannya memanipulasi kenyataan yang tampak dalam pesan fotografi, tanpa kehilangan kredibilitas merupakan salah satu kekuatan terbesarnya.
13
konsisten dengan rasa senang. Menurut Slameto (2010:180), menyatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang dikarenakan hal tersebut datang dari dalam diri seseorang yang didasarkan rasa suka dan tidak adanya paksaan dari pihak luar. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang memaksa.
Menurut Getels dalam Djamarah (2008:75), seseorang yang berminat terhadap sesuatu yang diminati itu sama sekali tidak akan menghiraukan sesuatu yang lain.
“an interest is a characteristic dispositition, organized trough experience, wich impels an individual to seek out particular object, activies,
understanding, skiil, or goals for attention or acquisition”.
Dengan demikian minat dapat diartikan sebagai kecenderungan sifat yang terorganisir berdasarkan dari pengalaman seseorang, yang mendorong seseorang atau individu untuk mencari keterangan atau fakta-fakta dari sebuah objek, aktivitas atau kegiatan, pemahaman, skill, tujuan perhatian atau murni ingin mahir dalam hal tertentu.
14
dapat mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Minat merupakan alat motivasi yang utama yang dapat membangkitkan kegairahan seseorang dalam rentangan waktu tertentu.
Dari beberapa definisi minat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan individu untuk memusatkan perhatian rasa lebih suka dan rasa ketertarikan terhadap suatu objek atau situasi tertentu.
Banyak ahli yang mengemukakan mengenai jenis-jenis minat. Menurut Dimasningtias (2012:1), minat merupakan salah satu dimensi dari aspek afektif yang banyak berperan dalam kehidupan seseorang. Menurut Stiggins dalam Ginting (2005:19), aspek afektif adalah aspek yang mengidentifikasi dimensi-dimensi perasaan dari kesadaran emosi, disposisi, dan kehendak yang mempengaruhi pikiran dan tindakan seseorang. Selain itu, adanya minat dapat menimbulkan motivasi untuk mewujudkannya.
Menurut Djaali dalam Hutagaol (2009:10), Minat merupakan faktor psikologis yang mempengaruhi tindakan seseorang. Pada semua usia, minat memainkan peran penting dalam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Seseorang bisa menjadi malas, enggan mengerjakan sesuatu ketika ia tidak berminat terhadap kegiatan tersebut.
15
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang sehingga akan jauh lebih menyenangkan.
Menonton film merupakan salah satu bentuk media hiburan yang bagi sebagian penikmatnya merupakan suatu hal yang wajib. Film tidak hanya memberikan suguhan tontonan para aktor atau aktris kondang baik itu dari dalam negeri atau mancanegara yang saling beradu akting, film juga memberikan suatu pengetahuan, alur cerita yang menarik sekaligus menghibur.
Seorang individu mengkonsumsi film dengan tujuan yang berbeda-beda. Misalnya untuk mencari hiburan, pendidikan, kepuasan, pengalihan emosi dan lain sebagainya.
16
film yang sukses jika dilihat dari banyaknya masyarakat yang telah mengkonsumsi film tersebut.
a. Film-film Indonesia Di Bioskop
Menurut Trianton (2013:9), film merupakan karya sinematografi yang dapat berfungsi sebagai alat cultural education atau pendidikan budaya. Meski pada awalnya film diperlakukan sebagai komoditi yang diperjualbelikan sebagai media hiburan, namun pada perkembangan film juga kerap digunakan sebagai media propaganda, alat penerangan bahkan pendidikan. Dengan demikian film juga efektif untuk menyampaikan nilai-nilai budaya.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang secara individu atau kelompok dalam usaha mendewasakan diri melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses pembuatan dan proses pencarian. Sedangkan posisi film dalam bidang pendidikan adalah sebagai media edukatif. Ini merupakan salah satu respon dari tuntutan gerakan reformasi tahun 1998 yaitu diadakannya reformasi dalam bidang politik dan kebudayaan, termasuk dalam bidang perfilman.
17
Paradigma baru inilah yang kemudian mengantarkan film masuk keruang-ruang kelas di sekolah atau perguruan tinggi. Film sebagai karya seni budaya yang terbentuk berdasarkan kaidah sinematografi merupakan fenomena kebudayaan. Oleh karena itu, film menjadi salah satu alternatif media dan model pembelajaran.
Film adalah hasil proses kreatif para sineas yang memadukan berbagai unsur seperti gagasan, sistem nilai, pandangan hidup, keindahan, norma, tingkah laku manusia dan kecanggihan teknologi. Dengan demikian film tidak bebas nilai karena di dalamnya terdapat pesan yang dikembangkan sebagai karya kolektif. Di sini, film menjadi alat pranata sosial.
Film sebagai institusi sosial memiliki kepribadian serta mengusung karakter tertentu dengan visi misi yang akan menentukan kualitas. Ini sangat dipengaruhi oleh kompetensi atau kualifikasi, dedikasi para sineas, kecanggihan teknologi yang digunakan serta sumber daya lainnya. Film sebagai karya seni budaya dan sinematografi dapat dipertunjukkan dengan atau tanpa suara. Ini bermakna bahwa film merupakan media komunikasi massa yang membawa pesan yang berisi gagasan-gagasan penting yang disampaikan kepada masyarakat dalam bentuk tontonan.
18
pembelajaran dalam rangka menanamkan nilai-nilai luhur, pesan moral, unsur didaktif dan lain-lain.
Menurut Trianton (2013:11), Sejarah perfilman Indonesia tidak dapat dilepaskan dari segenap kondisi lingkungan sekitarnya. Setidaknya beberapa insan perfilman Indonesia pernah mengalami masa-masa kritis (suram) dalam sejarah perjalanannya.
J.B. Kristanto, seorang kritis film pengantar buku katalog film untuk edisi 1926-2005 yang bertajuk sepuluh tahun terakhir perfilman Indonesia dalam Katalog Film Indonesia 1926-2005 mengungkapkan bahwa pada pertengahan tahun 1990-an Indonesia mengalami kelesuan produksi nasional. Film dan bioskop pertama di dunia dibuka di Paris, ibukota Perancis yaitu pada tanggal 28 desember 1895. Sedangkan perfilman di Indonesia pertama kali kemunculannya di Betawi atau Batavia yang yang kini menjadi Jakarta, istilah film disebut dengan “gambar idoep” ini tiba di Batavia dan untuk pertama kalinya dipertontonkan pada warga pada tanggal 5 desember 1900, pertunjukan film ini berlangsung di Tanah Abang, kebonjae.
19
Pada kolonial Belanda di Indonesia sudah ada bioskop, Belanda juga yang mendirikannya. Saat itu bioskop dibedakan berdasarkan ras. Bioskop untuk orang-orang eropa hanya memutar film dari kalangan mereka, bioskop untuk orang pribumi dan tionghoa memutar film impor dan film produksi lokal.
Yang unik adalah sebutan untuk bioskop pribumi yaitu bioskop kelas kambing. Hal ini disebabkan karena penonton sangat berisik seperti kambing. Pada tahun 1926 bioskop pribumi diramaikan dengan kemunculan film cerita lokal pertama berjudul “Loetoeng Kasaroeng”. Cerita film ini diangkat dari cerita legenda rakyat jawa barat. Konon, film ini tergolong sukses, bahkan sempat diputar selama satu minggu penuh di Bandung yaitu Antara 31 desember 1926 - 6 januari 1927.
Kemudian pada masa revolusi seorang pemuda bernama Umar Ismail membuat perusahaan film sendiri yang bernama Perfini atau Perusahaan Film Indonesia, film pertama yang dibuat Perfini adalah film berjudul
20
beberapa ratus tahun silam menggunakan media wayang kulit untuk mengajarkan dan menyebarkan ajaran agama islam.
Dengan disempurnakan teknik perfilman yang terbukti keampuhannya sebagai alat penerangan, pendidikan dan kebudayaan maka pemakaian film itu semakin hari semakin bertambah luas.
21
b. Contoh film-film Indonesia di Bioskop
Selama kurun waktu satu tahun penulis melakukan observasi pada waktu
prime time terhadap film-film Indonesia di bioskop, maka didapati beberapa cerita yang menjadi film-film terlaris. Dalam film-film Indonesia yang juga dipromosikan di media massa, media elektronik dan media cetak seperti: Tenggelamnya kapal van der wijck, Mengejar setan, Isyarat, Soekarno: Indonesia merdeka, 99 cahaya langit di eropa, Eyang kubur,
Dead mine, Demi ucok, Sokola rimba, Bukan hanya mata ketiga, Noah
awal semula, Adriana, Taman lawang, Bangkit dari lumpur, Cewek
petualang, Petualangan si adi, Dhaup ageng, Dendam arwah rel bintaro,
Romantini, Manusia setengah salmon, Air mata terakhir bunda, Hati ke
hati, Cahaya kecil, Malam seribu bulan, Rumah angker pondok indah,
Wanita tetap wanita, Kawin kontrak 3, Cinta/mati, Perawan seberang, Get
m4rried, Bismillah aku mencintaimu, Tak sempurna, Petualangan
lollypop, Satu hati sejuta cinta, Leher angsa, Cinta dari wamena, Cinta
dalam kardus, Coboy junior the movie, 308, Honeymoon, Sang kiai, Laura
dan marsha, Pintu harmonika, Setelah 15 tahun, Jangan menangis sinar,
Masih adakah cinta kita, Kembalinya nenek gayung, Cinta brontosaurus,
Yang tidak dibicarakan ketika membicarakan cinta, The legend of trio
macan, Kisah 3 titik, Kerasukan, Mursala, Finding srimulat, Hari ini pasti
menang, Jeritan danau terlarang (situ gintung), Berlian si etty, Belenggu,
Misteri cipularang, Di sini ada yang mati, Rectoverso, Kata hati,
Nightmare side, Tiga, Dream Obama, Sang pialang, Mika, 3 playboy
22
2.2.2. Tinjauan Penggunaan Media Bioskop
Menurut Mardiastika (2012:1), bioskop berasal dari kata ”boscoop” (bahasa Belanda yang juga berasal dari Bahasa Yunani) yang artinya “Gambar Hidup” adalah tempat untuk menonton pertunjukan film dengan menggunakan layar lebar. Gambar film diproyeksikan ke layar menggunakan proyektor.
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia:
a. Cineplex adalah kompleks sinema yang terdapat dalam satu bangunan. b. Bioskop adalah pertunjukan yang diperlihatkan dengan gambar (film) yang
disorot sehingga dapat bergerak (berbicara); film; gedung pertunjukan film cerita.
Cineplex merupakan perkembangan dari bioskop. Keduanya memiliki fungsi yang sama yaitu tempat pertunjukan film. Yang membedakannya adalah jumlah teater tempat pertunjukan filmnya.
Bioskop umumnya hanya memiliki satu teater dalam satu bangunan, tetapi Cineplex memiliki lebih dari satu teater dalam satu bangunan.
Karena memiliki banyak pilihan teater untuk menonton film, maka bioskop kemudian disebut sinema kompleks (Cineplex).
2.2.3. Landasan Teori
23
minat menurut Safran dalam Sukardi (2003:35), yang mengklasifikasikan minat menjadi empat jenis yaitu:
1. Expressed interest, minat yang diekspresikan melalui verbal yang menunjukkan apakah seseorang itu menyukai atau tidak menyukai suatu objek atau aktivitas
2. Manifest interest, minat yang disimpulkan dari keikutsertaan individu pada suatu kegiatan tertentu
3. Tested interest, minat yang disimpulkan dari tes pengetahuan atau keterampilan dalam suatu kegiatan
4. Inventoried interest, minat yang diungkapkan melalui inventori minat atau daftar aktivitas dan kegiatan yang sama dengan pernyataan.
Salah satu kegiatan yang dapat digerakan oleh adanya minat yakni menonton film. Menonton sendiri berasal dari kata “tonton”dan dapat imbuhan “me”, jadi kata menonton sama dengan melihat atau menyaksikan.
Film dalam ensiklopedia bebas didefinisikan sebagai gambar hidup atau sering disebut movie (semula pelesetan dari perpindahan gambar). Menurut McQuail (1991:14), Film merupakan ekspresi dan pernyataan sikap.
24
Menurut Mulyani (2012:51), Melvin L. DeFleur selaku pakar yang menampilkan Teori Kategori Sosial mengatakan bahwa teori ini kadang-kadang tumpang tindih dengan Teori Perbedaan Individual, tetapi berasal dari sumber yang secara disipliner amat berbeda.
Teori Kategori Sosial menyatakan adanya perkumpulan-perkumpulan kebersamaan-kebersamaan atau kategori-kategori sosial pada masyarakat urban-industrial yang perilakunya ketika diterpa perangsang-perangsang tertentu hampir-hampir seragam.
Ciri-cirinya adalah usia, seks, pendapatan, pendidikan, permukiman atau pertalian yang bersifat religious. Sebagai ilustrasi dalam hubungannya dengan komunikasi massa dapat disebut antara lain majalah model yang amat jarang dibeli oleh kaum pria, sebaliknya artikel mengenai permainan catur amat langka dibaca kaum wanita.
Asumsi dasar dari Teori Kategori Sosial ialah teori sosiologis yang menyatakan bahwa meskipun masyarakat modern sifatnya heterogen, penduduk yang memiliki sejumlah ciri yang sama akan mempunyai pola hidup tradisional yang sama.
Persamaan gaya, orientasi dan perilaku akan berkaitan dengan suatu gejala seperti pada media massa dalam perilaku seragam.
25
Teori Kategori Sosial merupakan formula yang lebih bersifat penjelasan daripada pembahasan, tetapi sejauh dapat digunakan sebagai landasan untuk prediksi kasar dan sebagai pedoman untuk penelitian, teori tersebut dapat berfungsi sebagai teori sederhana untuk studi media massa.
Dalam penelitian mengenai minat menonton film-film Indonesia di bioskop, penggunaan suatu media didorong oleh minat-minat tertentu.
Minat dilatarbelakangi oleh berbagai kebutuhan. Ada berbagai kebutuhan yang dipuaskan oleh media, walaupun pada saat yang bersamaaan kebutuhan ini dapat dipuaskan oleh sumber-sumber lain selain media. Minat mendorong khalayak untuk menggunakan media dan bebas untuk menentukan pilihan-pilihan. Dalam hal ini khalayak adalah seorang pelaku aktif yang tidak dengan begitu saja menerima pesan media. Pesan-pesan diseleksi oleh khalayak yang disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhannya hingga didapatkan apa yang dinamakan dengan pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan individu terhadap pesan-pesan media berdasarkan atas asas manfaat dan kepuasan.
26
2.2.4. Kerangka Pikir
Penelitian ini coba melihat apa yang mendorong minat menonton pada mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung angkatan 2006-2012 terhadap film-film Indonesia di bioskop berdasarkan keberadaan minat terhadap objek, subjek atau aktivitas.
Penentuan dalam hal minat ini didasarkan pada reaksi individu (menolak atau menerima). Minat dilatarbelakangi oleh berbagai kebutuhan. Ada berbagai kebutuhan yang dapat dipuaskan oleh media, walaupun pada saat yang sama kebutuhan ini dapat dipuaskan oleh sumber-sumber lain selain media. Minat mendorong khalayak untuk menggunakan media dan bebas untuk menentukan pilihan-pilihan.
Dalam hal ini khalayak adalah seorang pelaku aktif yang tidak dengan begitu saja menerima pesan media. Pesan-pesan diseleksi oleh khalayak yang disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhannya hingga didapatkan apa yang dinamakan dengan kepuasan. Kebutuhan individu terhadap pesan-pesan media berdasarkan atas asas manfaat dan kepuasan.
27
Penelitian ini akan mengambil jenis film-film Indonesia yang pernah ditayangkan di bioskop sebagai fokus penelitian, yaitu film-film Indonesia yang banyak diminati khalayak.
Mengaitkan antara kebutuhan seseorang terhadap minat menonton maka akan terkait pada kebutuhan masyarakat terhadap informasi, hiburan dan interaksi sosial. Peran-peran diseleksi oleh khalayak yang disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhannya sehingga didapatkan apa yang dinamakan dengan kepuasan.
Minat menonton memiliki berbagai indikator sebagai berikut:
1. Film-film Indonesia yang ingin ditonton mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung angkatan 2006-2012
2. Faktor-faktor yang menarik minat menonton mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung angkatan 2006-2012 pada film-film Indonesia di bioskop
3. Kesan mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung angkatan 2006-2012 terhadap film-film Indonesia di bioskop.
4. Frekuensi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung angkatan 2006-2012 menonton tayangan film-film Indonesia di bioskop
Penggunaan media bioskop memiliki indikator sebagai berikut:
28
2. Alasan mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung angkatan 2006-2012 menonton film-film Indonesia di media bioskop. Kepuasan memiliki indikator sebagai berikut:
1. Pengalaman mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung angkatan 2006-2012 saat menonton film-film Indonesia di bioskop
29
Bagan Kerangka Pikir Penelitian
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung angkatan 2006-2012
Minat Menonton Film-Film Indonesia Di Bioskop
Minat Menonton
-Expressed interest
Contoh : Ungkapan, pernyataan, ucapan. -Manifest interest
Contoh : Perbuatan, perilaku -Tested interest
Contoh : Pengujian, tes pengetahuan -Inventoried interest
Contoh : Persamaan ucapan dan perilaku
Penggunaan Media Bioskop
Kepuasan
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode penelitian kualitatif
deskriptif. Menurut Moloeng (1991:2), Penelitian kualitatif adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung
pada manusia dan kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang
tersebut dalam Bahasa dan peristilahannya.
Menurut Nawawi (2002:35), metode penelitian kualitatif dimaksudkan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan
atau melukiskan keadaan suatu subjek ataupun objek penelitian pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Menurut Bagdan dan Taylor (1995:5), penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis/lisan
31
3.2. Fokus Penelitian
Menurut Burhan (2001:41), fokus penelitian dalam penelitian kualitatif
adalah fokus kajian penelitian atau pokok soal yang hendak diteliti,
mengandung penjelasan mengenai dimensi-dimensi apa yang menjadi pusat
perhatian dan hal yang kelak dibahas secara mendalam dan tuntas. Dengan
adanya fokus penelitian maka akan membantu peneliti dalam menjawab
rumusan masalah dalam penelitian ini.
Dalam fokus penelitian terletak pada:
1. Minat menonton
2. penggunaan media bioskop
3. Kepuasan.
3.3. Definisi konsep
Definisi konsep merupakan batasan terhadap masalah-masalah variabel, yang
dijadikan pedoman dalam penelitian sehingga tujuan dan arahnya tidak
menyimpang.
Definisi konsep dalam penelitian ini yaitu:
a. Minat menonton
Minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang
dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu
32
kognisi, namun minat lebih dekat pada perilaku. Menurut Safran dalam
Sukardi (2003:35), mengklasifikasikan minat menjadi empat jenis yaitu:
1. Expressed interest, minat yang diekspresikan melalui verbal yang
menunjukkan apakah seseorang itu menyukai atau tidak menyukai suatu
objek atau aktivitas
2. Manifest interest, minat yang disimpulkan dari keikutsertaan individu
pada suatu kegiatan tertentu
3. Tested interest, minat yang disimpulkan dari tes pengetahuan atau
keterampilan dalam suatu kegiatan
4. Inventoried interest, minat yang diungkapkan melalui inventori minat
atau daftar aktivitas dan kegiatan yang sama dengan pernyataan.
Salah satu kegiatan yang dapat digerakan oleh adanya minat yakni
menonton film. Menonton sendiri berasal dari kata “tonton” dan dapat
imbuhan “me”, jadi kata menonton sama dengan melihat atau
menyaksikan. Film dalam ensiklopedia bebas didefinisikan sebagai
gambar hidup atau sering disebut Movie (semula pelesetan dari
perpindahan gambar). Film secara kolektif sering disebut sinema. Gambar
hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis.
Menurut McQuail (1991:14), Film merupakan ekspresi dan pernyataan
sikap. McQuail menjelaskan bahwa film sebagai sebuah medium
mempunyai tiga kemampuan untuk menjangkau sekian banyak orang
dalam waktu yang cepat dan kemampuannya memanipulasi kenyataan
yang tampak dalam pesan fotografi, tanpa kehilangan kredibilitas
33
Menurut Dimasningtias (2012:3), menonton film merupakan salah satu
bentuk media hiburan yang bagi sebagian penikmatnya merupakan suatu
hal yang wajib.
Film tidak hanya memberikan suguhan tontonan para aktor atau aktris
kondang baik itu dari dalam negeri atau mancanegara yang saling beradu
akting, film juga memberikan suatu pengetahuan, alur cerita yang menarik
sekaligus menghibur.
Seorang individu mengkonsumsi film dengan tujuan yang berbeda-beda,
misalnya untuk mencari hiburan, pendidikan, kepuasan, pengalihan emosi
dan lain sebagainya.
b. Penggunaan Media Bioskop
Media bioskop adalah sebuah media yang berkembang dalam masyarakat,
yang memiliki minat dan tujuan yang sama. Dalam penggunaan media ini
merupakan tempat bagi banyak orang untuk berkumpul dan memenuhi
keinginan mereka sehingga mendapatkan kepuasan.
c. Kepuasan
Minat dilatarbelakangi oleh berbagai kebutuhan. Ada berbagai kebutuhan
yang dipuaskan oleh media, walaupun pada saat yang sama kebutuhan ini
dapat dipuaskan oleh sumber-sumber lain selain media. Minat mendorong
khalayak untuk menggunakan media dan bebas untuk menentukan
pilihan-pilihan. Dalam hal ini khalayak adalah seorang pelaku aktif yang
tidak begitu saja menerima pesan media. Pesan-pesan diseleksi oleh
34
didapatkan apa yang dinamakan dengan kepuasan. Kepuasan terhadap
pesan-pesan media berdasarkan atas asas manfaat dan kepuasan.
3.4. Penentuan Informan
Langkah awal untuk memperoleh informasi dalam penelitian ini adalah
dengan menentukan terlebih dahulu informan penelitian. Sebelum
menentukan informan penelitian, teknik pemilihan informan adalah dengan
teknik purposif (disengaja). Menurut Singarimbun dan Effendi (2000:57),
teknik purposif bersifat tidak acak, subjek dipilih berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Penentuan jumlah informan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
Purposif, yaitu berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan dan ditetapkan
berdasarkan tujuan penelitian. Informan penelitian ini adalah tujuh orang
mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung angkatan
2006-2012.
Pertimbangan yang digunakan dalam penentuan informan penelitian ini
adalah:
a. Subjek yang telah lama dan intensif dengan suatu kegiatan atau aktivitas
yang menjadi sasaran perhatian peneliti. Dalam hal ini yang akan
dijadikan informan adalah mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP
Universitas Lampung angkatan 2006-2012.
b. Subjek yang masih terikat secara penuh dan aktif pada lingkungan atau
35
informan tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP
Universitas Lampung angkatan 2006-2012.
c. Subjek yang mempunyai cukup informasi, banyak waktu dan kesempatan
untuk dimintai keterangan dan data yang dibutuhkan dalam penelitian.
Dalam hal ini yang akan dijadikan informan memiliki banyak informasi
dan memiliki ciri khas sehingga dapat memberikan informasi secara
terperinci pada peneliti terkait dengan data yang dibutuhkan dalam
penelitian.
Berdasarkan kriteria di atas, maka peneliti menentukan informan dalam
penelitian ini yaitu mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas
Lampung angkatan 2006-2012, ketujuh informan tersebut didapat
berdasarkan teknik sampel purposif yangsesuai dengan kebutuhan penelitian.
Informan yang terdiri dari para mahasiswa tersebut disebut dengan informan
primer.
3.5. Sumber data
Menurut Singarimbun (1992:56), sumber data merupakan asal data yang akan
diteliti dan kemudian dianalisa oleh peneliti menjadi sebuah karya ilmiah.
Sumber data ini dapat berupa orang atau dokumen-dokumen resmi yang
dibutuhkan dalam penelitian tersebut.
Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini mencakup:
a. Data primer: data yang diperoleh dengan cara menggali sumber asli secara
36
wawancara mendalam atau indepth, yaitu mahasiswa Jurusan Ilmu
Komunikasi FISIP Universitas Lampung angkatan 2006-2012.
b. Data sekunder: data yang digunakan untuk mendukung data primer,
diperoleh melalui studi pustaka, literatur, artikel dan sumber-sumber lain
yang berhubungan dengan penelitian.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
a. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
Dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebagai panduan pertanyaan secara langsung dan secara mendalam pada
pihak-pihak yang bersangkutan dengan maksud untuk memperoleh
tanggapan atau jawaban dari informan tentang permasalahan dari skripsi
ini.
b. Dokumentasi
Bahan dokumen foto yang diperoleh dari objek penelitian yang
menggambarkan minat menonton film-film Indonesia di bioskop.
c. Studi Kepustakaan
Dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder maka penulis melakukan
serangkaian studi dari berbagai buku, referensi atau informasi lain yang
ada hubungannya dengan penelitian minat menonton film-film Indonesia
37
3.7. Teknik Analisa Data
Analisa data adalah proses mencari dan mengatur catatan lapangan dan
bahan-bahan lainnya yang ditemukan dilapangan. Teknik analisa data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yang berpijak dari
data yang didapat dari hasil wawancara serta hasil dokumentasi. Adapun
teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan dituangkan dalam bentuk laporan
selanjutnya di reduksi, dirangkum, difokuskan pada hal-hal penting. Dicari
tema dan polanya secara sistematis. Data yang direduksi memberikan
gambaran yang tajam tentang hasil pengamatan juga mempermudah
peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh jika diperlukan.
b. Penyajian data (display data)
Untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari
penelitian harus diusahakan membuat bermacam matriks, grafik, jaringan
dan bagian atau bisa pula dalam bentuk naratif saja.
c. Mengambil kesimpulan atau verifikasi data.
Peneliti berusaha mencari arti, pola, tema, penjelas alur sebab akibat dan
sebagainya. Kesimpulan harus senantiasa diuji selama penelitian
38
BAB IV
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung
Definisi mahasiswa diambil dari suku kata pembentuknya. Maha dan Siswa,
atau pelajar yang paling tinggi levelnya. Sebagai seorang pelajar tertinggi,
tentu mahasiswa sudah terpelajar, sebab mereka tinggal menyempurnakan
pembelajarannya hingga menjadi manusia terpelajar yang paripurna.
Apakah yang diharapkan dari seorang mahasiswa?
Memang harapan ini terbagi pada stratanya, yaitu untuk strata S1, seorang
mahasiswa diharapkan mampu memahami suatu konsep, dapat memetakan
permasalahan dan memilih solusi terbaik untuk permasalahan tersebut sesuai
pemahaman mendalam konsep yang telah dipelajari. Untuk strata S2,
mahasiswa diharapkan mampu merumuskan sesuatu yang berguna atau
bernilai lebih untuk bidangnya. Sedangkan S3 diharapkan mampu
menyumbang ilmu baru bagi bidangnya.
Dari semua strata ada hal yang harus terus secara konsisten diperlihatkan oleh
mahasiswa. Yaitu dalam menghadapi permasalahan, seorang mahasiswa
harus melakukan analisa terhadap masalah itu. Mencari bahan pendukung
untuk lebih memahami permasalahan tersebut. Kemudian memunculkan
39
Dan pada akhirnya harus mampu mempresentasikan solusi yang dipilih ke
orang lain untuk mempertanggung jawabkan pemilihan solusi tersebut.
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab VI bagian ke
empat pasal 19 bahwasanya “mahasiswa” itu sebenarnya hanya sebutan
akademis untuk siswa/murid yang telah sampai pada jenjang pendidikan
tertentu dalam masa pembelajarannya. Sedangkan secara harfiyah,
“mahasiswa” terdiri dari dua kata, yaitu ”Maha” yang berarti tinggi dan
”Siswa” yang berarti subyek pembelajar (menurut Bobbi de porter), jadi dari
segi bahasa “mahasiswa” diartikan sebagai pelajar yang tinggi atau seseorang
yang belajar di perguruan tinggi/universitas.
Namun jika kita memaknai “mahasiswa” sebagai subyek pembelajar saja,
amatlah sempit pemikiran kita, sebab meski ia (baca: Mahasiswa) diikat oleh
suatu definisi studi, akan tetapi mengalami perluasan makna mengenai
eksistensi dan peran yang dimainkan dirinya. Kemudian pada perkembangan
selanjutnya, “mahasiswa” tidak lagi diartikan hanya sebatas subyek
pembelajar (study), akan tetapi ikut mengisi definisi learning.
Mahasiswa adalah seorang pembelajar yang tidak hanya duduk di bangku
kuliah kemudian mendengarkan tausiyah dosen, lalu setelah itu pulang dan
menghapal di rumah untuk menghadapi ujian tengah semester atau Ujian
Akhir Semester. “mahasiswa” dituntut untuk menjadi seorang ikon-ikon
40
Mahasiswa adalah pelajar atau seseorang yang menghadiri sebuah institusi
pendidikan. Di beberapa negara, istilah bahasa Inggris (atau kognitif dalam
bahasa lain) adalah diperuntukkan bagi mereka yang menghadiri universitas,
sementara anak sekolah di bawah usia delapan belas disebut murid dalam
bahasa Inggris (atau yang setara dalam bahasa lain). Dalam penggunaannya
luas, mahasiswa digunakan untuk siapa saja yang belajar.
Menonton film merupakan salah satu bentuk media hiburan yang bagi
sebagian penikmatnya merupakan suatu hal yang wajib. Film tidak hanya
memberikan suguhan tontonan para aktor atau aktris kondang baik itu dari
dalam negeri atau manca negara yang saling beradu akting, film juga
memberikan suatu pengetahuan, alur cerita yang menarik sekaligus
menghibur. Seorang individu mengkonsumsi film dengan tujuan yang
berbeda-beda. Misalnya untuk mencari hiburan, pendidikan, kepuasan,
pengalihan emosi dan lain sebagainya.
Dunia perfilman di Indonesia sendiri mengalami pasang surut. Indonesia pada
tahun-tahun yang lalu dunia perfilman mengalami penurunan, namun saat ini,
dunia perfilman sudah mulai naik lagi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
film layar lebar bertemakan remaja dan cinta maupun horor menjadi menarik
dan menjadi salah satu tema yang relatif bertahan lama.
Beberapa contoh film yang diproduksi menunjukkan film juga memiliki
segmen-segmen yang memang dibidik dengan sengaja contohnya mahasiswa.
41
disampaikan dalam film tersebut dapat diterima oleh audience yang dimaksud, termasuk diantaranya ideologi yang terkandung di dalamnya.
Karena mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi memiliki mata kuliah perfilman,
maka mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi memahami bagaimana detail
dalam proses pembuatan suatu film. Mereka memiliki sifat kritis terhadap
kualitas serta pesan moral yang terkandung di dalam suatu film, sehingga
mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi dapat memberikan umpan balik yang
baik terhadap film-film yang tayang di bioskop terutama yang di produksi
dari Indonesia.
42
4.2. Sekilas Tentang Jurusan Ilmu Komunikasi
4.2.1. Sejarah Jurusan
Menurut Wibawa (2004:1), Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP
Universitas Lampung dibuka berdasarkan SK Dirjen Dikti
No.49/DIKTI/Kep/1997 tanggal 18 Maret 1997. Sebagai upaya tindak lanjut,
maka pada tahun yang sama FISIP Universitas Lampung secara resmi
mengoperasionalkan Program Studi Ilmu Komunikasi berdasarkan Surat
Keputusan operasional Nomor SK Izin Operasional 1206/D2.5/2007 tanggal
2 Mei 1997. Pada bulan September 1997 Program Studi Ilmu Komunikasi
telah menerima mahasiswa baru. Pada tahun 2011 Program Studi Ilmu
Komunikasi mendapat peringkat (nilai) Akreditasi A dari Badan Akreditasi
Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Dikti.
4.2.2.Visi, Misi, dan Tujuan
1. Visi: “Pada Tahun 2025 Program studi Ilmu Komunikasi menjadi bagian
dari sepuluh besar Pusat Pengembangan ilmu-ilmu komunikasi terbaik di
Indonesia”.
2. Misi
Misi yang diemban untuk mewujudkan visi tersebut adalah:
- Menyelenggarakan pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu dan
teknologi komunikasi dan mengaplikasikannya kedalam kehidupan
nyata melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat.
- Melakukan pembinaan dan pengembangan manajemen kelembagaan
secara profesional, efektif dan efisien yang didukung oleh sumber daya
43
Menciptakan suasana dan budaya akademik (academic atmosphere) yang kondusif bagi proses pembelajaran yang bermutu tinggi.
- Meningkatkan kompetensi di bidang ilmu komunikasi bagi dosen dan
mahasiswa ilmu komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk
mengantisipasi dan mengelola perubahan yang terjadi dalam
masyarakat. Menciptakan jalinan kerjasama yang sinergis dengan pihak
pemangku kepentingan (stake holders). 3. Tujuan
Tujuan Program Studi Ilmu Komunikasi adalah:
- Menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan konseptual dan
keterampilan teknis sesuai dengan tuntutan lingkungan eksternal,
bukan saja untuk memenuhi permintaan pemangku kepentingan
(pemerintah, BUMN, BUMD, Lembaga Nirlaba dan Lembaga Quasi)
yang membutuhkan tenaga ilmu komunikasi yang memiliki
kompetensi.
- Menghasilkan temuan IPTEK yang berkualitas melalui riset terapan dan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang bermanfaat bagi
pengembangan keilmuan dan mampu memberikan solusi atas
masalah-masalah pembangunan pada lingkup lokal, regional dan nasional
(public service provider).
- Pengembangan manajemen kelembagaan yang berorientasi pada
terciptanya budaya akademik yang kondusif, inovatif dan demokratis.
44
kerjasama yang saling menguntungkan. Terbangunnya jalinan
kerjasama dengan para alumni dan orang tua mahasiswa untuk
mendukung penguatan dan pengembangan kualitas lembaga maupun
mahasiswa dan lulusan.
4. Sasaran
Sasaran Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung adalah:
- Menghasilkan lulusan berkualitas yang menguasai konsep-konsep dan
memiliki kompetensi di bidang ilmu komunikasi yang dibutuhkan oleh
masyarakat, dikuasainya teknik-teknik metodologis ilmu komunikasi
oleh dosen dan mahasiswa salah satunya ilmu yang mempelajari
tentang dunia perfilman. Para mahasiswa dituntut untuk menguasai
secara mendalam untuk menilai, memperbaiki kekurangan pada hasil
karya pada film-film yang sudah ada sebelumnya kemudian
menciptakan karya film yang memiliki kualitas tinggi dan bersaing
dengan film-film buatan luar negeri.
- Meningkatkan kuantitas dan kualitas karya ilmiah yang dihasilkan oleh
dosen maupun mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi. Meningkatkan
kuantitas dan kualitas tersebut dapat dicapai dengan cara memancing
gairah mahasiswa untuk lebih mengenal, mempelajari dan membuat
hasil karya di dunia perfilman sehingga timbul minat pada diri
76
BAB VI
Kesimpulan Dan Saran
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
minat menonton film-film Indonesia di bioskop adalah sebagai berikut:
a. Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung
angkatan 2006-2012 mengetahui dan mengikuti perkembangan perfilman
di Indonesia salah satunya mengetahui film-film Indonesia yang
ditayangkan di bioskop. Dalam hal ini masing-masing informan
mengutarakan pendapatnya tentang film-film Indonesia.
b. Hal-hal yang membuat mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP
Universitas Lampung angkatan 2006-2012 tertarik dan menjadi berminat
terhadap film-film Indonesia di bioskop antara lain karena saat ini kualitas
yang dimiliki oleh film-film buatan Indonesia sudah semakin baik.
c. Untuk penyajian film-film Indonesia di bioskop yang membuat mahasiswa
Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung angkatan
2006-2012 tertarik dan menjadi berminat menonton antara lain karena
menceritakan hal-hal yang berbeda, lebih menghibur, mendidik, up to date
dan mempunyai nilai-nilai budaya. Media bioskop menyajikan film-film
77
seolah-olah nyata dengan kehidupan aslinya, mengangkat cerita fakta
seperti skandal politik, yang melibatkan pejabat negara dan didukung oleh
artis-artis yang berpengalaman. Kemudian suatu film harus ada sebabnya,
apa inti permasalahannya dan juga bagaimana endingnya. Selain itu juga
harus memperhatikan etika dan garis moral sesuai dengan undang-undang
perfilman.
d. Dalam aspek kepuasan secara keseluruhan sudah bagus karena menurut
informan sudah cukup menyentuh. Untuk judul cukup menarik, judul yang
ada pun kadang mampu membuat orang bertanya-tanya dan penasaran.
Selain itu gambar film yang lebih bagus dan eksklusif mampu mendukung
film itu sendiri dan tokoh yang muncul menambah daya tarik dari film
yang diangkat di bioskop apalagi kalau yang sedang menjadi sorotan
publik untuk narasumber dari ide cerita yang diangkat dalam setiap
78
6.2. SARAN
Setelah melakukan penelitian dan membahasnya, maka penulis ingin
memberi saran sebagai berikut:
a. Penulis berharap penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu rujukan
penelitian sejenis untuk menambah wacana kepustakaan bagi Jurusan Ilmu
Komunikasi, dimana membahas minat menonton mahasiswa terhadap
film-film Indonesia di bioskop.
b. Pada kondisi saat ini dengan kemajuan teknologi bisa langsung diterima
dengan cepat oleh para sineas film melalui media masssa khususnya media
elektronik, contohnya proses pembuatan film yang mengambil ide-ide dan
saran dari para pecinta film-film Indonesia yang banyak bermunculan di
media sosial demi hasil yang lebih baik dan berkualitas.
c. Selain itu sebagai masukan bagi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi
lainnya yang ingin meneliti di bidang yang sama, yaitu minat menonton
mahasiswa terhadap film-film Indonesia di bioskop. Mengetahui lebih
dalam lagi tentang faktor-faktor yang menimbulkan minat menonton
terhadap film-film Indonesia yang saat ini sudah cerdas bermedia dan
berfikir kritis terhadap perfilman Indonesia, apalagi terkait hal-hal yang
bersifat negatif.
d. Para penonton bisa mendapatkan informasi film-film Indonesia yang
berkualitas dan ingin mereka tonton tidak hanya dapat diakses melalui satu
media elektronik saja, selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan
bagi media bioskop dalam membaca selera penonton terhadap film-film
DAFTAR PUSTAKA
Semiawan, Conny R. 1986, Perspektif Baru Dalam Pendidikan Guru, Makalah Dalam Pertemuan Konsorsium Ilmu Pendidikan di Bandung.
Djamarah. 2008, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Effendi, Sofian & Masri Singarimbun. 1992, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES.
Ginting, Paham. 2005,Pemasaran Pariwisata, Medan: USU Press.
Ihsan, Fuad. 2005,Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Masyhuri, M. Zainuddin. 2008, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis
dan Aplikatif, Bandung: PT. Refika Aditama.
McQuail, Denis. 1991,Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Erlangga.
Moloeng, Lexy J. 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Bandung: Remaja Rosda karya.
Nawawi, Hadari. 2002, Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada UniversityPress.
Slameto. 2010,Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sukardi. 2003, Metodologi Penelitian Pendidikan,Jakarta: Bumi Aksara.
Surya, M. 2004, Psikolgi Pembelajaran dan Pengajaran, Bandung: Pustaka Bani Quraisy.