PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH U N T U K M E N I N G K A T K A N K E M A M P U A N B E R P I K I R
KREATIF SISWA PADA MATERI PROGRAM LINEAR DI SMK – BM PAB 3 MEDAN ESTATE T.A. 2013/2014
Oleh :
Alice Chulaisyah NIM 4103311005
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah,
rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul ”Penerapan Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa pada Materi Program Linear di SMK – BM PAB 3 Medan Estate
Tahun Ajaran 2013/2014” ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Medan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr.
Mukhtar, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan
bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga disampaikan pada Bapak Drs. H. Banjarnahor, M.Pd, Bapak Dr. Edy Surya,
M.Si dan Ibu Dra. Nerli Khairani, M.Si selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai
selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang selama
ini telah memberikan bimbingan dan saran-saran dalam perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu
Hajar, M.Si, selaku rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai di
rektorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA, Bapak Drs.
Syafari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Zul Amry, M.Si selaku
Ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika, dan seluruh staf pegawai Jurusan
Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. H. Amaluddin, MM selaku Kepala
SMK – BM PAB 3 Medan Estate dan Ibu Asmah Arimbi, S.Pd selaku guru
bidang studi matematika di SMK – BM PAB 3 Medan Estate yang telah banyak
v
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda
Sugito, Ibunda Susilawati dan adikku Fachriza Agung, serta seluruh keluarga
yang terus memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan dukungan demi
keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada sahabat-sahabat terbaik penulis, Rifa Annisa Siregar, Della
Alvyonita, Sisti Nadia Amalia, Dewi Irawaty, Febry Tiffany, Dinda Kartika,
Diniatul Hidayani, Sary Pratiwi, dan teman-teman seperjuangan di Jurusan
Matematika khususnya kelas Ekstensi Matematika 2010 yang telah banyak
membantu penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini,
teman-teman PPLT Tanjung Pura, adik-adik kelas Ekstensi Matematika 2011, beserta
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi
semangat dan bantuan kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari isi
maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi
ini dapat bermanfaat dan memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, Agustus 2014
Penulis,
Alice Chulaisyah
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH U N T U K M E N I N G K A T K A N K E M A M P U A N B E R P I K I R
KREATIF SISWA PADA MATERI PROGRAM LINEAR DI SMK – BM PAB 3 MEDAN ESTATE T.A. 2013/2014
Alice Chulaisyah (NIM 4103311005)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi program linear di SMK – BM PAB 3 Medan Estate tahun ajaran 2013/2014.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, siklus I terdiri dari tiga kali pertemuan dan pada siklus II terdiri dari dua kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate yang berjumlah 34 orang. Objek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi program linier di kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate tahun ajaran 2013/2014.
Berdasarkan hasil analisis data setelah pemberian tindakan diperoleh pada siklus I terdapat 22 orang siswa atau 64,71% yang mencapai nilai 61 dengan nilai rata-rata adalah 56,86 (rendah). Dari 34 orang siswa diperoleh penyebaran tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa, yaitu 3 orang siswa atau 8,82% yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif tinggi, 19 orang siswa atau 55,88% yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif sedang dan 12 orang siswa atau 35,30% yang memiliki tingkat kemampun berpikir kreatif rendah. Pada siklus II terdapat 30 orang siswa atau 88,24% yang mencapai nilai 61 dengan nilai rata-rata adalah 70,26 (sedang). Dari 34 orang siswa diperoleh penyebaran tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa, yaitu 9 orang siswa atau 26,47% yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif tinggi, 21 orang siswa atau 61,77% yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif sedang dan 4 orang siswa atau 11,76% yang memiliki tingkat kemampun berpikir kreatif rendah. Dengan demikian, kelas tersebut telah memenuhi kriteria tingkat kemampuan berpikir kreatif, yaitu terdapat 85% siswa yang mengikuti tes telah mencapai nilai 61 sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi program linear di SMK – BM PAB 3 Medan Estate.
vi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11
2.1. Kerangka Teoritis 11
2.1.1. Pengertian Belajar 11
2.1.2. Pengertian Pembelajaran 12
2.1.3. Pengertian Pembelajaran Matematika 12 2.1.4. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika 13 2.1.4.1. Pengertian Berpikir Kreatif 13 2.1.4.2. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika 19 2.1.5. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 24 2.1.5.1. Pengertian Model Pembelajaran 24 2.1.5.2. Pengertian Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 25 2.1.5.3. Karakteristik Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 27 2.1.5.4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 28 2.1.5.5. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah 30
2.1.6. Materi Program Linear 31
2.1.6.1. Konsep Dasar Program Linear 31 2.1.6.2. Pertidaksamaan Linear Dua Variabel 32 2.1.6.3. Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel 34 2.1.6.4 Model Matematika Program Linear 35 2.1.6.5. Menentukan Fungsi Objektif dan Kendala 35 2.1.6.6. Membuat Model Matematika dari Masalah Program Linear 36 2.1.6.7. Menentukan Nilai Optimum Fungsi Objektif 37 2.1.6.8. Pelaksanaan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dalam
Pembelajaran Matematika 40
2.2. Kerangka Konseptual 43
vii
BAB III METODE PENELITIAN 45
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 56
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 56
4.1.1. Deskripsi Kemampuan Awal Siswa 56 4.1.2. Hasil dan Pembahasan Siklus I 61
4.1.2.1 Permasalahan I 61
4.1.2.2 Tahap Perencanaan Tindakan I 62 4.1.2.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan I 62
4.1.2.4 Analisis Data I 69
4.1.2.5 Refleksi I 79
4.1.3. Hasil dan Pembahasan Siklus II 81
4.1.3.1 Permasalahan II 81
4.1.3.2 Tahap Perencanaan Tindakan II 81 4.1.3.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan II 82
4.1.3.4 Analisis Data II 86
4.1.3.5 Refleksi II 92
4.2. Temuan Penelitian 94
4.3. Pembahasan dan Hasil Penelitian 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 97
5.1. Kesimpulan 97
5.2. Saran 99
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Skema Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 51
Gambar 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
pada Tes Awal 57
Gambar 4.2 Tingkat Kemampuan Siswa pada Indikator Berpikir
Kreatif I pada Siklus I 71
Gambar 4.3 Deskripsi Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif I pada
Siklus I 72
Gambar 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa pada Indikator Berpikir
Kreatif II pada Siklus II 89
Gambar 4.5 Deskripsi Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif II pada
Siklus II 90
Gambar 4.6 Deskripsi Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I) 102
Lampiran 2. Lembar Aktivitas Siswa I 106
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I) 111
Lampiran 4. Lembar Aktivitas Siswa II 115
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Siklus I) 118
Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa III 122
Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (Siklus II) 127
Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa IV 130
Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran V (Siklus II) 134
Lampiran 10. Lembar Aktivitas Siswa V 137
Lampiran 11. Pedoman Penskoran Tes 142
Lampiran 12. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I 143
Lampiran 13. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I 144
Lampiran 14. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I 145
Lampiran 15. Lembar Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I 148
Lampiran 16. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II 151
Lampiran 17. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II 152
Lampiran 18. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II 154
Lampiran 19. Lembar Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II 159
Lampiran 20. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru
Pertemuan I (Siklus I) 162
Lampiran 20. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru
Pertemuan II (Siklus I) 164
Lampiran 20. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru
Pertemuan III (Siklus I) 166
Lampiran 20. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru
xi
Lampiran 20. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru
Pertemuan V (Siklus II) 170
Lampiran 21. Hasil Analisis Tes Awal 172
Lampiran 22. Hasil Analisis TKBK I Kategori I (Kelancaran) 174
Lampiran 23. Hasil Analisis TKBK I Kategori II (Fleksibel) 176
Lampiran 24. Hasil Analisis TKBK I Kategori III (Original) 178
Lampiran 25. Hasil Analisis TKBK I Kategori I, II dan III 180
Lampiran 26. Peringkat TKBK I Siklus I 182
Lampiran 27. Hasil Analisis TKBK II Kategori I (Kelancaran) 183
Lampiran 28. Hasil Analisis TKBK II Kategori II (Fleksibel) 185
Lampiran 29. Hasil Analisis TKBK II Kategori III (Original) 187
Lampiran 30. Hasil Analisis TKBK II Kategori I, II dan III 189
Lampiran 31. Peringkat TKBK II Siklus II 191
Lampiran 32. Daftar Nama Siswa untuk Kelompok Belajar 192
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi
perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa
dan negara. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal
yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.
Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu
terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Seperti yang
dikemukakan Trianto (2010 : 2) yang menyatakan bahwa :
“Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.”
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki
peranan penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari alokasi waktu mata
pelajaran matematika di sekolah lebih banyak dibandingkan mata pelajaran lain.
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan
bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009 : 253) mengemukakan alasan
bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa, karena :
“(1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan,
2
Selanjutnya, Paling (dalam Abdurrahman, 2009 : 252) mengemukakan
bahwa :
“Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara untuk menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan mnggunakan hubungan-hubungan.”
Berbagai alasan tentang pentingnya matematika diajarkan kepada siswa
dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari. Namun demikian, mata pelajaran matematika
masih dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan dan sulit untuk
dipahami. Seperti yang diungkapkan Abdurrahman (2009 : 252) :
“Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar.”
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
menuntut sumber daya manusia memiliki berbagai kemampuan dan keterampilan.
Sebagai negara berkembang, Indonesia sangat membutuhkan individu-individu
kreatif yang mampu memberi sumbangan bermakna pada ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sehubungan dengan ini pendidikan hendaknya tertuju pada
keterampilan berpikir kreatif peserta didik agar mampu menemukan berbagai
kemungkinan solusi dari permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari.
Kemampuan berpikir kreatif merupakan suatu hal yang jarang
diperhatikan dalam pembelajaran matematika. Guru biasanya menempatkan
logika dan kemampuan komputasi (hitung-menghitung) sebagai prioritas utama
dalam pembelajaran matematika dan menganggap kemampuan berpikir kreatif
siswa merupakan hal yang kurang penting. Padahal, kemampuan berpikir kreatif
sangat penting bagi siswa. Begitu pentingnya kemampuan berpikir kreatif bagi
3
mendominasi kelas, kini harus banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengambil peran lebih aktif dan kreatif dalam suasana yang menyenangkan.
Selanjutnya, Munandar (2009: 46) juga mengemukakan alasan bahwa
berpikir kreatif bermakna dalam hidup, yaitu :
“(1) dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya dan perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok manusia, kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya; (2) kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah; (3) bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi individu dan lingkungannya tetapi juga memberikan kepuasaan kepada individu; (4) kreativitas yang memungkinkan seseorang untuk meningkatkan kualitas hidupnya.”
Hal ini menunjukkan dengan kemampuan berpikir kreatif, seseorang
dapat memandang suatu masalah dari berbagai sudut pandang sehingga dapat
menemukan berbagai kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, atau
dengan kata lain kreatif dalam memecahkan masalah yang memungkinkan
seseorang tersebut dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Pentingnya kemampuan berpikir kreatif bagi siswa juga dikemukakan
oleh Kiesswetter (dalam Munandar, 2009 : 48) yang menyatakan bahwa : “Kemampuan berpikir fleksibel yang merupakan salah satu aspek kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.”
Dalam pemecahan masalah matematika, diperlukan pemikiran dan
gagasan yang kreatif dalam membuat (merumuskan) dan menyelesaikan model
matematika serta menafsirkan solusi dari suatu masalah matematika. Pemikiran
dan gagasan yang kreatif tersebut akan muncul dan berkembang jika proses
pembelajaran matematika di dalam kelas menggunakan model pembelajaran yang
tepat.
Namun, kenyataan yang sering dijumpai di sekolah menunjukkan bahwa
sebagian besar pembelajaran matematika masih menerapkan model pembelajaran
konvensional yang didominasi oleh guru. Siswa yang mengikuti pembelajaran di
4
tanpa diiringi kesadaran untuk menambah wawasan maupun keterampilan,
termasuk dalam mengikuti pembelajaran matematika. Siswa hanya berperan
sebagai pendengar dan kurang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
sehingga kurang termotivasi untuk memikirkan sesuatu atau menyampaikan
pendapatnya yang berkaitan dengan materi yang disampaikan. Hal ini dapat
menyebabkan kemampuan berpikirnya tidak kreatif karena hanya mengikuti
langkah-langkah atau petunjuk-petunjuk yang disampaikan guru.
Sejalan dengan kenyataan di atas, Shadiq (2009 : 3) menyatakan :
“Sebagian guru matematika memulai proses pembelajaran dengan membahas definisi, lalu membuktikan atau hanya mengumumkan kepada para siswa rumus-rumus yang berkaitan dengan topik tersebut, diikuti dengan membahas contoh-contoh soal, dan diakhiri dengan meminta para siswanya untuk mengerjakan soal-soal latihan. Dengan pembelajaran seperti itu, para guru akan mengontrol secara penuh materi serta metode penyampaiannya. Akibatnya, proses pembelajaran matematika di kelas di saat itu menjadi proses mengikuti langkah-langkah, aturan-aturan, serta contoh-contoh yang diberikan para guru.”
Dalam pembelajaran konvensional, guru cenderung menghambat keterampilan berpikir kreatif siswa dan menghambat kesediaan atau keberanian peserta didik untuk mengungkapkan kreativitas mereka. Cropley (dalam Munandar, 2009 : 230) mengungkapkan alasan guru dapat menghambat keterampilan berpikir kreatif siswa, yaitu : “(1) penekanan bahwa guru selalu benar; (2) pembelajaran berlebih pada hafalan; dan (3) penekanan secara ketat untuk menyelesaikan pekerjaan daripada proses untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.”
Berdasarkan hasil tes awal yang diberikan di kelas X – Ak 1 SMK – BM
PAB 3 Medan Estate pada saat peneliti melaksanakan observasi, menunjukkan
bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah. Peneliti memberikan
soal-soal berikut untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa :
(1) Tentukan pertidaksamaan linear satu variabel dari grafik selang :
. Soal tersebut merupakan indikator kemampuan
berpikir kreatif siswa yaitu keterampilan berpikir lancar (lancar mengungkapkan
gagasannya untuk menyelesaikan soal) ; (2) Tentukan grafik daerah penyelesaian
5
merupakan salah satu indikator kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu
keterampilan berpikir fleksibel (memberikan bermacam-macam cara yang berbeda
untuk menyelesaikan suatu masalah atau soal) ; (3) Buatlah soal cerita dari
pertidaksamaan linear dua variabel berikut : . Soal tersebut
merupakan salah satu indikator kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu
keterampilan berpikir originalitas (memberikan penyelesaian soal yang
merupakan hasil pemikiran sendiri).
Selain memberikan tes awal, peneliti juga memberikan 3 buah
pertanyaan kepada siswa kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate, yaitu :
(1) Apa yang terlintas di pikiran kamu ketika mendengar Matematika? ; (2)
Menurut kamu, materi apa yang sulit untuk dipahami? ; dan (3) Bagaimana
pembelajaran matematika yang kamu harapkan?. Dari 3 buah pertanyaan yang
diberikan, dapat disimpulkan bahwa siswa menganggap matematika itu sulit untuk
dipahami dan dimengerti karena matematika itu identik dengan rumus-rumus dan
hitung-menghitung. Materi yang dianggap sulit oleh siswa antara lain faktorisasi
aljabar, persamaan dan pertidaksamaan, dan program linear. Pembelajaran
matematika yang diharapkan siswa adalah pembelajaran yang menyajikan materi
pelajaran dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami.
Dari 34 siswa yang mengikuti tes, diperoleh nilai rata-rata siswa adalah
48,69 (rendah). Diperoleh gambaran tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa
pada tingkat berpikir kreatif tinggi 0 orang (0 %) siswa, 5 orang (14,71%) siswa
yang memiliki tingkat berpikir kreatif sedang dan 29 orang (85,29%) siswa yang
memiliki tingkat berpikir kreatif rendah.
Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa juga didukung oleh hasil
wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran matematika di SMK – BM
PAB 3 Medan Estate yang menyatakan bahwa :
6
materi yang akan disampaikan. Namun, model pembelajaran berdasarkan masalah belum pernah diterapkan di sekolah ini. Materi program linear merupakan salah satu materi yang masih sulit dipahami siswa karena siswa masih kesulitan memaknai soal cerita. Padahal materi program linear ini sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam menyelesaikan soal cerita yang diberikan, mereka cenderung harus dibimbing daripada berusaha memahami sendiri soal tersebut. Kebanyakan siswa juga lebih senang materi pembelajaran yang diselesaikan untuk mendapatkan satu hasil saja, seperti materi matriks.”
Dalam proses pembelajaran di sekolah, guru dituntut untuk mendorong
siswa belajar secara aktif sehingga pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa.
Seperti yang dikemukakan Slameto (2010 : 36) bahwa :
“Dalam proses belajar mengajar, guru harus menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, dan intisari dari pelajaran yang disajikan oleh guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/ pengetahuan itu dengan baik.”
Salah satu upaya yang bisa dilakukan guru sebagai pembimbing peserta
didik adalah memilih model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model
pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang paham
terhadap materi yang diajarkan dan akhirnya mengakibatkan kejenuhan dalam
belajar sehingga siswa malas berpikir. Malas berpikir dapat menghambat
munculnya berpikir kritis dan kreatif pada siswa. Freeman (dalam Munandar,
2009 : 229) menyatakan :
“Kebosanan dapat timbul karena cara-cara belajar mengajar yang tidak tepat. Salah satu cara untuk menghindari menurunnya minat dan timbulnya kebosanan ialah dengan meningkatkan motivasi dan menggunakan cara belajar mengajar yang dapat merangsang aktivitas berpikir dan psikomotorik siswa.”
Dengan demikian, diperlukan model pembelajaran yang dapat membuat
siswa lebih berpartisipasi secara aktif dan keleluasaan untuk berpikir kreatif dalam
7
model pembelajaran berdasarkan masalah. Menurut Semiawan (dalam Amir, 2009
: 1) bahwa :
“Masalah-masalah yang dihadapi memerlukan solusi dan dengan pembelajaran berdasarkan masalah akan membiasakan siswa untuk melihat opsi-opsi yang terbuka luas. Dengan memiliki lebih banyak opsi solusi, kemungkinan untuk berhasil mengatasi masalah juga akan semakin besar. Pembelajaran Berdasarkan Masalah bersumber dari dimensi kreatif seseorang dan setiap individu memiliki potensi kreatif yang begitu besar dalam dirinya.”
Dalam model pembelajaran berdasarkan masalah, pembelajaran berfokus
pada penyajian suatu masalah yang nyata kepada siswa, kemudian siswa diminta
mencari pemecahan masalah tersebut melalui serangkaian penelitian/ investigasi
berdasarkan teori atau konsep yang dipelajari dari berbagai bidang ilmu.
Permasalahan menjadi fokus, stimulus dan pemandu proses pembelajaran
sementara guru menjadi fasilitator dan pembimbing. Masalah-masalah yang
diajukan digunakan untuk menarik rasa keingintahuan siswa, merangsang siswa
untuk dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan
masalah sehingga proses pembelajaran dikendalikan masalah.
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu
guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa melainkan
bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan
keterampilan pemecahan masalah, mempelajari peranan orang dewasa dengan
mengalaminya sendiri melalui berbagai situasi nyata dan dengan mencari
penyelesaian terhadap masalah nyata oleh diri sendiri dapat membantu siswa
menjadi pemelajar yang mandiri.
Dengan demikian, pembelajaran berdasarkan masalah dapat
membiasakan siswa untuk mencari dan menemukan berbagai solusi penyelesaian
dari permasalahan nyata yang diajukan sehingga dapat mengembangkan
keterampilan berpikir dan pemecahan masalah. Keterampilan berpikir merupakan
kemampuan siswa untuk memandang suatu permasalahan dari berbagai sudut
pandang sehingga memungkinkan siswa untuk dapat menyelesaikan permasalahan
8
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul : “Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Program Linear di SMK – BM PAB 3 Medan Estate T.A. 2013/ 2014.”
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan
beberapa masalah adalah sebagai berikut :
1. Matematika masih dianggap mata pelajaran yang sulit untuk dipahami bagi
siswa kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate.
2. Proses pembelajaran matematika di SMK – BM PAB 3 Medan Estate
kurang mendukung siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kreatifnya.
3. Model pembelajaran berdasarkan masalah belum pernah diterapkan di
SMK – BM PAB 3 Medan Estate.
4. Materi program linear masih sulit dipahami siswa kelas X – Ak 1 SMK –
BM PAB 3 Medan Estate.
5. Kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3
Medan Estate masih rendah.
1.3Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas, maka
masalah dalam penelitian ini hanya dibatasi pada kemampuan berpikir kreatif
siswa kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate yang masih rendah,
sehingga peneliti menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi program linear di
9
1.4Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan
masalah yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan
dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi program
linear di SMK – BM PAB 3 Medan Estate Tahun Ajaran 2013/2014?
2. Bagaimana penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi program
linear di SMK – BM PAB 3 Medan Estate Tahun Ajaran 2013/2014?
1.5Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran berdasarkan
masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa di SMK –
BM PAB 3 Medan Estate Tahun Ajaran 2013/ 2014.
2. Untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran berdasarkan
masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa di SMK –
BM PAB 3 Medan Estate Tahun Ajaran 2013/ 2014.
1.6Manfaat Penelitian
Setelah dilakukan penelitian, diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat yang berarti, yaitu :
1. Bagi guru, diharapkan dapat menambah variasi model pembelajaran dan
menambah pengetahuan guru mengenai model pembelajaran berdasarkan
masalah sebagai pembelajaran alternatif dalam upaya meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa.
2. Bagi siswa, diharapkan melalui model pembelajaran berdasarkan masalah
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa terutama dalam
10
3. Bagi sekolah, diharapkan dapat memberi manfaat yang positif dalam usaha
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika termasuk dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
4. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan
model pembelajaran matematika melalui pembelajaran berdasarkan
masalah dan untuk bekal peneliti sebagai calon guru mata pelajaran
97 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Bab IV dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa penerapan model
pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal-soal materi program
linear di kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate.
2. Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal ini dapat dilihat :
a. Dari tes awal yang diberikan, diperoleh nilai rata-rata kemampuan
berpikir kreatif siswa adalah 48,69 (rendah). Dari 34 orang siswa
terdapat 5 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan berpikir
kreatif pada tingkat kemampuan sedang dengan nilai 61 sedangkan
29 orang siswa memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif pada
tingkat kemampuan rendah dengan nilai 60. Selanjutnya, diperoleh
penyebaran tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa, yaitu tidak ada
siswa pada tingkat berpikir kreatif tinggi, 5 orang siswa atau 14,71%
yang memiliki tingkat berpikir kreatif sedang dan 29 orang siswa atau
85,29% yang memiliki tingkat berpikir kreatif rendah.
b. Dari tes kemampuan berpikir kreatif I yang diberikan, diperoleh nilai
rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa adalah 56,86 (rendah). Dari
34 orang siswa terdapat 22 orang siswa yang memiliki tingkat
kemampuan berpikir kreatif pada tingkat kemampuan sedang dengan
nilai 61 sedangkan 12 orang siswa memiliki tingkat kemampuan
berpikir kreatif pada tingkat kemampuan rendah dengan nilai 60.
Selanjutnya, diperoleh penyebaran tingkat kemampuan berpikir kreatif
siswa, yaitu 3 orang siswa atau 8,82% yang memiliki tingkat
98
memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif sedang dan 12 orang
siswa atau 35,30% yang memiliki tingkat kemampun berpikir kreatif
rendah.
c. Dari tes kemampuan berpikir kreatif II yang diberikan, diperoleh nilai
rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa adalah 70,26 (sedang). Dari
34 orang siswa terdapat 30 orang siswa yang memiliki tingkat
kemampuan berpikir kreatif pada tingkat tingkat kemampuan sedang
dengan nilai 61 sedangkan 4 orang siswa memiliki tingkat
kemampuan berpikir kreatif pada tingkat kemampuan rendah dengan
nilai 60. Selanjutnya, diperoleh penyebaran tingkat kemampuan
berpikir kreatif siswa, yaitu 9 orang siswa atau 26,47% yang memiliki
tingkat kemampuan berpikir kreatif tinggi, 21 orang siswa atau 61,77%
yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif sedang dan 4 orang
siswa atau 11,76% yang memiliki tingkat kemampun berpikir kreatif
99
5.2Saran
Adapun saran-saran yang dapat diajukan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Kepada guru matematika hendaknya mulai menerapkan model yang
berpusat pada siswa, salah satunya adalah dengan menerapkan model
pembelajaran berdasarkan masalah dan diharapkan selalu mengadakan
evaluasi dan refleksi pada akhir pembelajaran yang telah dilakukan.
2. Kepada guru hendaknya berupaya untuk selalu melibatkan siswa lebih
aktif dalam pembelajaran dan membuat suasana yang menyenangkan
dalam proses belajar mengajar sehingga siswa tertarik dan termotivasi
dalam belajar.
3. Kepada siswa diharapkan agar lebih aktif dalam proses belajar mengajar,
lebih banyak berlatih menyelesaikan soal-soal yang menuntut kemampuan
berpikir kreatif dan lebih berani dalam bertanya ataupun menyampaikan
pendapatnya dalam berdiskusi.
4. Bagi peneliti lanjutan yang ingin melakukan penelitian sejenis, disarankan
untuk memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ada pada peneliti
ii
RIWAYAT HIDUP
Alice Chulaisyah dilahirkan di Medan, pada tanggal 16 Agustus 1991.
Ibu bernama Susilawati dan ayah bernama Sugito, dan merupakan anak pertama
dari dua bersaudara. Pada tahun 1997, penulis masuk TK Tunas Bangsa dan lulus
pada tahun 1998. Pada tahun 1998, penulis melanjutkan sekolah di SD Negeri
060866 Medan dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan
sekolah di SMP Negeri 11 Medan dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007,
penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 3 Medan dan lulus pada tahun 2010.
Pada tahun 2010, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam