• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PROGRAM LINEAR DI SMK - BM PAB 3 MEDAN ESTATE T.A 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PROGRAM LINEAR DI SMK - BM PAB 3 MEDAN ESTATE T.A 2013/2014."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH U N T U K M E N I N G K A T K A N K E M A M P U A N B E R P I K I R

KREATIF SISWA PADA MATERI PROGRAM LINEAR DI SMK – BM PAB 3 MEDAN ESTATE T.A. 2013/2014

Oleh :

Alice Chulaisyah NIM 4103311005

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah,

rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul ”Penerapan Model

Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir

Kreatif Siswa pada Materi Program Linear di SMK – BM PAB 3 Medan Estate

Tahun Ajaran 2013/2014” ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun

untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Negeri Medan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai

pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr.

Mukhtar, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan

bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih

juga disampaikan pada Bapak Drs. H. Banjarnahor, M.Pd, Bapak Dr. Edy Surya,

M.Si dan Ibu Dra. Nerli Khairani, M.Si selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai

selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada

Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang selama

ini telah memberikan bimbingan dan saran-saran dalam perkuliahan.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu

Hajar, M.Si, selaku rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai di

rektorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA, Bapak Drs.

Syafari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Zul Amry, M.Si selaku

Ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku

Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika, dan seluruh staf pegawai Jurusan

Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. H. Amaluddin, MM selaku Kepala

SMK – BM PAB 3 Medan Estate dan Ibu Asmah Arimbi, S.Pd selaku guru

bidang studi matematika di SMK – BM PAB 3 Medan Estate yang telah banyak

(4)

v

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda

Sugito, Ibunda Susilawati dan adikku Fachriza Agung, serta seluruh keluarga

yang terus memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan dukungan demi

keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada sahabat-sahabat terbaik penulis, Rifa Annisa Siregar, Della

Alvyonita, Sisti Nadia Amalia, Dewi Irawaty, Febry Tiffany, Dinda Kartika,

Diniatul Hidayani, Sary Pratiwi, dan teman-teman seperjuangan di Jurusan

Matematika khususnya kelas Ekstensi Matematika 2010 yang telah banyak

membantu penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini,

teman-teman PPLT Tanjung Pura, adik-adik kelas Ekstensi Matematika 2011, beserta

semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi

semangat dan bantuan kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan

skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari isi

maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi

ini dapat bermanfaat dan memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, Agustus 2014

Penulis,

Alice Chulaisyah

(5)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH U N T U K M E N I N G K A T K A N K E M A M P U A N B E R P I K I R

KREATIF SISWA PADA MATERI PROGRAM LINEAR DI SMK – BM PAB 3 MEDAN ESTATE T.A. 2013/2014

Alice Chulaisyah (NIM 4103311005)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi program linear di SMK – BM PAB 3 Medan Estate tahun ajaran 2013/2014.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, siklus I terdiri dari tiga kali pertemuan dan pada siklus II terdiri dari dua kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate yang berjumlah 34 orang. Objek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi program linier di kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate tahun ajaran 2013/2014.

Berdasarkan hasil analisis data setelah pemberian tindakan diperoleh pada siklus I terdapat 22 orang siswa atau 64,71% yang mencapai nilai 61 dengan nilai rata-rata adalah 56,86 (rendah). Dari 34 orang siswa diperoleh penyebaran tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa, yaitu 3 orang siswa atau 8,82% yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif tinggi, 19 orang siswa atau 55,88% yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif sedang dan 12 orang siswa atau 35,30% yang memiliki tingkat kemampun berpikir kreatif rendah. Pada siklus II terdapat 30 orang siswa atau 88,24% yang mencapai nilai 61 dengan nilai rata-rata adalah 70,26 (sedang). Dari 34 orang siswa diperoleh penyebaran tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa, yaitu 9 orang siswa atau 26,47% yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif tinggi, 21 orang siswa atau 61,77% yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif sedang dan 4 orang siswa atau 11,76% yang memiliki tingkat kemampun berpikir kreatif rendah. Dengan demikian, kelas tersebut telah memenuhi kriteria tingkat kemampuan berpikir kreatif, yaitu terdapat 85% siswa yang mengikuti tes telah mencapai nilai 61 sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi program linear di SMK – BM PAB 3 Medan Estate.

(6)

vi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11

2.1. Kerangka Teoritis 11

2.1.1. Pengertian Belajar 11

2.1.2. Pengertian Pembelajaran 12

2.1.3. Pengertian Pembelajaran Matematika 12 2.1.4. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika 13 2.1.4.1. Pengertian Berpikir Kreatif 13 2.1.4.2. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika 19 2.1.5. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 24 2.1.5.1. Pengertian Model Pembelajaran 24 2.1.5.2. Pengertian Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 25 2.1.5.3. Karakteristik Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 27 2.1.5.4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 28 2.1.5.5. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berdasarkan

Masalah 30

2.1.6. Materi Program Linear 31

2.1.6.1. Konsep Dasar Program Linear 31 2.1.6.2. Pertidaksamaan Linear Dua Variabel 32 2.1.6.3. Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel 34 2.1.6.4 Model Matematika Program Linear 35 2.1.6.5. Menentukan Fungsi Objektif dan Kendala 35 2.1.6.6. Membuat Model Matematika dari Masalah Program Linear 36 2.1.6.7. Menentukan Nilai Optimum Fungsi Objektif 37 2.1.6.8. Pelaksanaan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dalam

Pembelajaran Matematika 40

2.2. Kerangka Konseptual 43

(7)

vii

BAB III METODE PENELITIAN 45

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 56

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 56

4.1.1. Deskripsi Kemampuan Awal Siswa 56 4.1.2. Hasil dan Pembahasan Siklus I 61

4.1.2.1 Permasalahan I 61

4.1.2.2 Tahap Perencanaan Tindakan I 62 4.1.2.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan I 62

4.1.2.4 Analisis Data I 69

4.1.2.5 Refleksi I 79

4.1.3. Hasil dan Pembahasan Siklus II 81

4.1.3.1 Permasalahan II 81

4.1.3.2 Tahap Perencanaan Tindakan II 81 4.1.3.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan II 82

4.1.3.4 Analisis Data II 86

4.1.3.5 Refleksi II 92

4.2. Temuan Penelitian 94

4.3. Pembahasan dan Hasil Penelitian 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 97

5.1. Kesimpulan 97

5.2. Saran 99

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Skema Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 51

Gambar 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

pada Tes Awal 57

Gambar 4.2 Tingkat Kemampuan Siswa pada Indikator Berpikir

Kreatif I pada Siklus I 71

Gambar 4.3 Deskripsi Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif I pada

Siklus I 72

Gambar 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa pada Indikator Berpikir

Kreatif II pada Siklus II 89

Gambar 4.5 Deskripsi Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif II pada

Siklus II 90

Gambar 4.6 Deskripsi Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

(9)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I) 102

Lampiran 2. Lembar Aktivitas Siswa I 106

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I) 111

Lampiran 4. Lembar Aktivitas Siswa II 115

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Siklus I) 118

Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa III 122

Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (Siklus II) 127

Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa IV 130

Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran V (Siklus II) 134

Lampiran 10. Lembar Aktivitas Siswa V 137

Lampiran 11. Pedoman Penskoran Tes 142

Lampiran 12. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I 143

Lampiran 13. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I 144

Lampiran 14. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I 145

Lampiran 15. Lembar Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I 148

Lampiran 16. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II 151

Lampiran 17. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II 152

Lampiran 18. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II 154

Lampiran 19. Lembar Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II 159

Lampiran 20. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru

Pertemuan I (Siklus I) 162

Lampiran 20. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru

Pertemuan II (Siklus I) 164

Lampiran 20. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru

Pertemuan III (Siklus I) 166

Lampiran 20. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru

(10)

xi

Lampiran 20. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru

Pertemuan V (Siklus II) 170

Lampiran 21. Hasil Analisis Tes Awal 172

Lampiran 22. Hasil Analisis TKBK I Kategori I (Kelancaran) 174

Lampiran 23. Hasil Analisis TKBK I Kategori II (Fleksibel) 176

Lampiran 24. Hasil Analisis TKBK I Kategori III (Original) 178

Lampiran 25. Hasil Analisis TKBK I Kategori I, II dan III 180

Lampiran 26. Peringkat TKBK I Siklus I 182

Lampiran 27. Hasil Analisis TKBK II Kategori I (Kelancaran) 183

Lampiran 28. Hasil Analisis TKBK II Kategori II (Fleksibel) 185

Lampiran 29. Hasil Analisis TKBK II Kategori III (Original) 187

Lampiran 30. Hasil Analisis TKBK II Kategori I, II dan III 189

Lampiran 31. Peringkat TKBK II Siklus II 191

Lampiran 32. Daftar Nama Siswa untuk Kelompok Belajar 192

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi

perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa

dan negara. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal

yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu

terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Seperti yang

dikemukakan Trianto (2010 : 2) yang menyatakan bahwa :

“Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.”

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki

peranan penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari alokasi waktu mata

pelajaran matematika di sekolah lebih banyak dibandingkan mata pelajaran lain.

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan untuk membekali peserta didik dengan

kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan

bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki

kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk

bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009 : 253) mengemukakan alasan

bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa, karena :

“(1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan,

(12)

2

Selanjutnya, Paling (dalam Abdurrahman, 2009 : 252) mengemukakan

bahwa :

“Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara untuk menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan mnggunakan hubungan-hubungan.”

Berbagai alasan tentang pentingnya matematika diajarkan kepada siswa

dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan sarana untuk memecahkan

masalah kehidupan sehari-hari. Namun demikian, mata pelajaran matematika

masih dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan dan sulit untuk

dipahami. Seperti yang diungkapkan Abdurrahman (2009 : 252) :

“Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar.”

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

menuntut sumber daya manusia memiliki berbagai kemampuan dan keterampilan.

Sebagai negara berkembang, Indonesia sangat membutuhkan individu-individu

kreatif yang mampu memberi sumbangan bermakna pada ilmu pengetahuan dan

teknologi. Sehubungan dengan ini pendidikan hendaknya tertuju pada

keterampilan berpikir kreatif peserta didik agar mampu menemukan berbagai

kemungkinan solusi dari permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan

sehari-hari.

Kemampuan berpikir kreatif merupakan suatu hal yang jarang

diperhatikan dalam pembelajaran matematika. Guru biasanya menempatkan

logika dan kemampuan komputasi (hitung-menghitung) sebagai prioritas utama

dalam pembelajaran matematika dan menganggap kemampuan berpikir kreatif

siswa merupakan hal yang kurang penting. Padahal, kemampuan berpikir kreatif

sangat penting bagi siswa. Begitu pentingnya kemampuan berpikir kreatif bagi

(13)

3

mendominasi kelas, kini harus banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengambil peran lebih aktif dan kreatif dalam suasana yang menyenangkan.

Selanjutnya, Munandar (2009: 46) juga mengemukakan alasan bahwa

berpikir kreatif bermakna dalam hidup, yaitu :

“(1) dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya dan perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok manusia, kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya; (2) kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah; (3) bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi individu dan lingkungannya tetapi juga memberikan kepuasaan kepada individu; (4) kreativitas yang memungkinkan seseorang untuk meningkatkan kualitas hidupnya.”

Hal ini menunjukkan dengan kemampuan berpikir kreatif, seseorang

dapat memandang suatu masalah dari berbagai sudut pandang sehingga dapat

menemukan berbagai kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, atau

dengan kata lain kreatif dalam memecahkan masalah yang memungkinkan

seseorang tersebut dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Pentingnya kemampuan berpikir kreatif bagi siswa juga dikemukakan

oleh Kiesswetter (dalam Munandar, 2009 : 48) yang menyatakan bahwa : “Kemampuan berpikir fleksibel yang merupakan salah satu aspek kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.”

Dalam pemecahan masalah matematika, diperlukan pemikiran dan

gagasan yang kreatif dalam membuat (merumuskan) dan menyelesaikan model

matematika serta menafsirkan solusi dari suatu masalah matematika. Pemikiran

dan gagasan yang kreatif tersebut akan muncul dan berkembang jika proses

pembelajaran matematika di dalam kelas menggunakan model pembelajaran yang

tepat.

Namun, kenyataan yang sering dijumpai di sekolah menunjukkan bahwa

sebagian besar pembelajaran matematika masih menerapkan model pembelajaran

konvensional yang didominasi oleh guru. Siswa yang mengikuti pembelajaran di

(14)

4

tanpa diiringi kesadaran untuk menambah wawasan maupun keterampilan,

termasuk dalam mengikuti pembelajaran matematika. Siswa hanya berperan

sebagai pendengar dan kurang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran

sehingga kurang termotivasi untuk memikirkan sesuatu atau menyampaikan

pendapatnya yang berkaitan dengan materi yang disampaikan. Hal ini dapat

menyebabkan kemampuan berpikirnya tidak kreatif karena hanya mengikuti

langkah-langkah atau petunjuk-petunjuk yang disampaikan guru.

Sejalan dengan kenyataan di atas, Shadiq (2009 : 3) menyatakan :

“Sebagian guru matematika memulai proses pembelajaran dengan membahas definisi, lalu membuktikan atau hanya mengumumkan kepada para siswa rumus-rumus yang berkaitan dengan topik tersebut, diikuti dengan membahas contoh-contoh soal, dan diakhiri dengan meminta para siswanya untuk mengerjakan soal-soal latihan. Dengan pembelajaran seperti itu, para guru akan mengontrol secara penuh materi serta metode penyampaiannya. Akibatnya, proses pembelajaran matematika di kelas di saat itu menjadi proses mengikuti langkah-langkah, aturan-aturan, serta contoh-contoh yang diberikan para guru.”

Dalam pembelajaran konvensional, guru cenderung menghambat keterampilan berpikir kreatif siswa dan menghambat kesediaan atau keberanian peserta didik untuk mengungkapkan kreativitas mereka. Cropley (dalam Munandar, 2009 : 230) mengungkapkan alasan guru dapat menghambat keterampilan berpikir kreatif siswa, yaitu : “(1) penekanan bahwa guru selalu benar; (2) pembelajaran berlebih pada hafalan; dan (3) penekanan secara ketat untuk menyelesaikan pekerjaan daripada proses untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.”

Berdasarkan hasil tes awal yang diberikan di kelas X – Ak 1 SMK – BM

PAB 3 Medan Estate pada saat peneliti melaksanakan observasi, menunjukkan

bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah. Peneliti memberikan

soal-soal berikut untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa :

(1) Tentukan pertidaksamaan linear satu variabel dari grafik selang :

. Soal tersebut merupakan indikator kemampuan

berpikir kreatif siswa yaitu keterampilan berpikir lancar (lancar mengungkapkan

gagasannya untuk menyelesaikan soal) ; (2) Tentukan grafik daerah penyelesaian

(15)

5

merupakan salah satu indikator kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu

keterampilan berpikir fleksibel (memberikan bermacam-macam cara yang berbeda

untuk menyelesaikan suatu masalah atau soal) ; (3) Buatlah soal cerita dari

pertidaksamaan linear dua variabel berikut : . Soal tersebut

merupakan salah satu indikator kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu

keterampilan berpikir originalitas (memberikan penyelesaian soal yang

merupakan hasil pemikiran sendiri).

Selain memberikan tes awal, peneliti juga memberikan 3 buah

pertanyaan kepada siswa kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate, yaitu :

(1) Apa yang terlintas di pikiran kamu ketika mendengar Matematika? ; (2)

Menurut kamu, materi apa yang sulit untuk dipahami? ; dan (3) Bagaimana

pembelajaran matematika yang kamu harapkan?. Dari 3 buah pertanyaan yang

diberikan, dapat disimpulkan bahwa siswa menganggap matematika itu sulit untuk

dipahami dan dimengerti karena matematika itu identik dengan rumus-rumus dan

hitung-menghitung. Materi yang dianggap sulit oleh siswa antara lain faktorisasi

aljabar, persamaan dan pertidaksamaan, dan program linear. Pembelajaran

matematika yang diharapkan siswa adalah pembelajaran yang menyajikan materi

pelajaran dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami.

Dari 34 siswa yang mengikuti tes, diperoleh nilai rata-rata siswa adalah

48,69 (rendah). Diperoleh gambaran tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa

pada tingkat berpikir kreatif tinggi 0 orang (0 %) siswa, 5 orang (14,71%) siswa

yang memiliki tingkat berpikir kreatif sedang dan 29 orang (85,29%) siswa yang

memiliki tingkat berpikir kreatif rendah.

Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa juga didukung oleh hasil

wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran matematika di SMK – BM

PAB 3 Medan Estate yang menyatakan bahwa :

(16)

6

materi yang akan disampaikan. Namun, model pembelajaran berdasarkan masalah belum pernah diterapkan di sekolah ini. Materi program linear merupakan salah satu materi yang masih sulit dipahami siswa karena siswa masih kesulitan memaknai soal cerita. Padahal materi program linear ini sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam menyelesaikan soal cerita yang diberikan, mereka cenderung harus dibimbing daripada berusaha memahami sendiri soal tersebut. Kebanyakan siswa juga lebih senang materi pembelajaran yang diselesaikan untuk mendapatkan satu hasil saja, seperti materi matriks.”

Dalam proses pembelajaran di sekolah, guru dituntut untuk mendorong

siswa belajar secara aktif sehingga pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa.

Seperti yang dikemukakan Slameto (2010 : 36) bahwa :

“Dalam proses belajar mengajar, guru harus menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, dan intisari dari pelajaran yang disajikan oleh guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/ pengetahuan itu dengan baik.”

Salah satu upaya yang bisa dilakukan guru sebagai pembimbing peserta

didik adalah memilih model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model

pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang paham

terhadap materi yang diajarkan dan akhirnya mengakibatkan kejenuhan dalam

belajar sehingga siswa malas berpikir. Malas berpikir dapat menghambat

munculnya berpikir kritis dan kreatif pada siswa. Freeman (dalam Munandar,

2009 : 229) menyatakan :

“Kebosanan dapat timbul karena cara-cara belajar mengajar yang tidak tepat. Salah satu cara untuk menghindari menurunnya minat dan timbulnya kebosanan ialah dengan meningkatkan motivasi dan menggunakan cara belajar mengajar yang dapat merangsang aktivitas berpikir dan psikomotorik siswa.”

Dengan demikian, diperlukan model pembelajaran yang dapat membuat

siswa lebih berpartisipasi secara aktif dan keleluasaan untuk berpikir kreatif dalam

(17)

7

model pembelajaran berdasarkan masalah. Menurut Semiawan (dalam Amir, 2009

: 1) bahwa :

“Masalah-masalah yang dihadapi memerlukan solusi dan dengan pembelajaran berdasarkan masalah akan membiasakan siswa untuk melihat opsi-opsi yang terbuka luas. Dengan memiliki lebih banyak opsi solusi, kemungkinan untuk berhasil mengatasi masalah juga akan semakin besar. Pembelajaran Berdasarkan Masalah bersumber dari dimensi kreatif seseorang dan setiap individu memiliki potensi kreatif yang begitu besar dalam dirinya.”

Dalam model pembelajaran berdasarkan masalah, pembelajaran berfokus

pada penyajian suatu masalah yang nyata kepada siswa, kemudian siswa diminta

mencari pemecahan masalah tersebut melalui serangkaian penelitian/ investigasi

berdasarkan teori atau konsep yang dipelajari dari berbagai bidang ilmu.

Permasalahan menjadi fokus, stimulus dan pemandu proses pembelajaran

sementara guru menjadi fasilitator dan pembimbing. Masalah-masalah yang

diajukan digunakan untuk menarik rasa keingintahuan siswa, merangsang siswa

untuk dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan

masalah sehingga proses pembelajaran dikendalikan masalah.

Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu

guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa melainkan

bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan

keterampilan pemecahan masalah, mempelajari peranan orang dewasa dengan

mengalaminya sendiri melalui berbagai situasi nyata dan dengan mencari

penyelesaian terhadap masalah nyata oleh diri sendiri dapat membantu siswa

menjadi pemelajar yang mandiri.

Dengan demikian, pembelajaran berdasarkan masalah dapat

membiasakan siswa untuk mencari dan menemukan berbagai solusi penyelesaian

dari permasalahan nyata yang diajukan sehingga dapat mengembangkan

keterampilan berpikir dan pemecahan masalah. Keterampilan berpikir merupakan

kemampuan siswa untuk memandang suatu permasalahan dari berbagai sudut

pandang sehingga memungkinkan siswa untuk dapat menyelesaikan permasalahan

(18)

8

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul : “Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Program Linear di SMK – BM PAB 3 Medan Estate T.A. 2013/ 2014.”

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan

beberapa masalah adalah sebagai berikut :

1. Matematika masih dianggap mata pelajaran yang sulit untuk dipahami bagi

siswa kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate.

2. Proses pembelajaran matematika di SMK – BM PAB 3 Medan Estate

kurang mendukung siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir

kreatifnya.

3. Model pembelajaran berdasarkan masalah belum pernah diterapkan di

SMK – BM PAB 3 Medan Estate.

4. Materi program linear masih sulit dipahami siswa kelas X – Ak 1 SMK –

BM PAB 3 Medan Estate.

5. Kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3

Medan Estate masih rendah.

1.3Batasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas, maka

masalah dalam penelitian ini hanya dibatasi pada kemampuan berpikir kreatif

siswa kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate yang masih rendah,

sehingga peneliti menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi program linear di

(19)

9

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan

masalah yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan

dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi program

linear di SMK – BM PAB 3 Medan Estate Tahun Ajaran 2013/2014?

2. Bagaimana penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi program

linear di SMK – BM PAB 3 Medan Estate Tahun Ajaran 2013/2014?

1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran berdasarkan

masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa di SMK

BM PAB 3 Medan Estate Tahun Ajaran 2013/ 2014.

2. Untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran berdasarkan

masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa di SMK –

BM PAB 3 Medan Estate Tahun Ajaran 2013/ 2014.

1.6Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian, diharapkan hasil penelitian ini dapat

memberikan manfaat yang berarti, yaitu :

1. Bagi guru, diharapkan dapat menambah variasi model pembelajaran dan

menambah pengetahuan guru mengenai model pembelajaran berdasarkan

masalah sebagai pembelajaran alternatif dalam upaya meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif siswa.

2. Bagi siswa, diharapkan melalui model pembelajaran berdasarkan masalah

dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa terutama dalam

(20)

10

3. Bagi sekolah, diharapkan dapat memberi manfaat yang positif dalam usaha

meningkatkan kualitas pembelajaran matematika termasuk dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

4. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan

model pembelajaran matematika melalui pembelajaran berdasarkan

masalah dan untuk bekal peneliti sebagai calon guru mata pelajaran

(21)

97 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Bab IV dapat diambil

kesimpulan bahwa :

1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa penerapan model

pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal-soal materi program

linear di kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate.

2. Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal ini dapat dilihat :

a. Dari tes awal yang diberikan, diperoleh nilai rata-rata kemampuan

berpikir kreatif siswa adalah 48,69 (rendah). Dari 34 orang siswa

terdapat 5 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan berpikir

kreatif pada tingkat kemampuan sedang dengan nilai 61 sedangkan

29 orang siswa memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif pada

tingkat kemampuan rendah dengan nilai 60. Selanjutnya, diperoleh

penyebaran tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa, yaitu tidak ada

siswa pada tingkat berpikir kreatif tinggi, 5 orang siswa atau 14,71%

yang memiliki tingkat berpikir kreatif sedang dan 29 orang siswa atau

85,29% yang memiliki tingkat berpikir kreatif rendah.

b. Dari tes kemampuan berpikir kreatif I yang diberikan, diperoleh nilai

rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa adalah 56,86 (rendah). Dari

34 orang siswa terdapat 22 orang siswa yang memiliki tingkat

kemampuan berpikir kreatif pada tingkat kemampuan sedang dengan

nilai 61 sedangkan 12 orang siswa memiliki tingkat kemampuan

berpikir kreatif pada tingkat kemampuan rendah dengan nilai 60.

Selanjutnya, diperoleh penyebaran tingkat kemampuan berpikir kreatif

siswa, yaitu 3 orang siswa atau 8,82% yang memiliki tingkat

(22)

98

memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif sedang dan 12 orang

siswa atau 35,30% yang memiliki tingkat kemampun berpikir kreatif

rendah.

c. Dari tes kemampuan berpikir kreatif II yang diberikan, diperoleh nilai

rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa adalah 70,26 (sedang). Dari

34 orang siswa terdapat 30 orang siswa yang memiliki tingkat

kemampuan berpikir kreatif pada tingkat tingkat kemampuan sedang

dengan nilai 61 sedangkan 4 orang siswa memiliki tingkat

kemampuan berpikir kreatif pada tingkat kemampuan rendah dengan

nilai 60. Selanjutnya, diperoleh penyebaran tingkat kemampuan

berpikir kreatif siswa, yaitu 9 orang siswa atau 26,47% yang memiliki

tingkat kemampuan berpikir kreatif tinggi, 21 orang siswa atau 61,77%

yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif sedang dan 4 orang

siswa atau 11,76% yang memiliki tingkat kemampun berpikir kreatif

(23)

99

5.2Saran

Adapun saran-saran yang dapat diajukan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Kepada guru matematika hendaknya mulai menerapkan model yang

berpusat pada siswa, salah satunya adalah dengan menerapkan model

pembelajaran berdasarkan masalah dan diharapkan selalu mengadakan

evaluasi dan refleksi pada akhir pembelajaran yang telah dilakukan.

2. Kepada guru hendaknya berupaya untuk selalu melibatkan siswa lebih

aktif dalam pembelajaran dan membuat suasana yang menyenangkan

dalam proses belajar mengajar sehingga siswa tertarik dan termotivasi

dalam belajar.

3. Kepada siswa diharapkan agar lebih aktif dalam proses belajar mengajar,

lebih banyak berlatih menyelesaikan soal-soal yang menuntut kemampuan

berpikir kreatif dan lebih berani dalam bertanya ataupun menyampaikan

pendapatnya dalam berdiskusi.

4. Bagi peneliti lanjutan yang ingin melakukan penelitian sejenis, disarankan

untuk memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ada pada peneliti

(24)

ii

RIWAYAT HIDUP

Alice Chulaisyah dilahirkan di Medan, pada tanggal 16 Agustus 1991.

Ibu bernama Susilawati dan ayah bernama Sugito, dan merupakan anak pertama

dari dua bersaudara. Pada tahun 1997, penulis masuk TK Tunas Bangsa dan lulus

pada tahun 1998. Pada tahun 1998, penulis melanjutkan sekolah di SD Negeri

060866 Medan dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan

sekolah di SMP Negeri 11 Medan dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007,

penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 3 Medan dan lulus pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Gambar

Gambar 3.1

Referensi

Dokumen terkait

• KOLOM KUNCI  Kolom yang mempunyai nilai pada baris fungsi tujuan yang bernilai NEGATIF TERBESAR (dalam tabel terletak pada kolom.. X 2 dengan nilai pada baris persamaan

Mengingat pentingnya acara ini, diharapkan yang hadir Direktur atau yang namanya tercantum di dalam Akte Pendirian Perusahaan serta perubahannya. Apabila di

Lampiran daftar paket Pemilihan Langsung dan Pelelangan Sederhana Pascakualifikasi Pengadaan Barang / Jasa Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kerinci Tahun

Hasil penelitian sebagai berikut: (1) Perkembangan produksi, produktivitas, dan luas lahan komoditas jagung di Kabupaten Jember pada masa mendatang

perawatan gigi pada tempat praktek di Kecamatan Medan Baru Periode 2016.. xi +

Asosiasi antara PAM dengan Kemampuan Berpikir Kritis Uji Homogenitas Varians Populasi Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berdasarkan PAM Siswa dan Model

syuf’ah padanya dikarenakan benda tersebut benda yang tidak bisa dibagi, dengan keadaan tersebut kita selaku warga muslim yang sudah mengetahui bahwa persepsi

8 Kegiatan Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja 39,304,000 PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN. TAHUN 2017 KEGIATAN