iv
STATUS HUKUM PENGGARAP TANAH YANG BELUM DIGANTI KERUGIAN OLEH PEMEGANG HAK GUNA USAHA (HGU) YANG HAK
GUNA USAHANYA TELAH BERALIH KEPEMILIKAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN
DASAR POKOK-POKOK AGRARIA
ABSTRAK
Monica Ekananda 110110100190
Permasalahan mengenai tanah begitu banyak karena tanah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang menyebabkan kebutuhan akan tanah semakin meningkat, sedangkan persediaan akan tanah itu sendiri semakin lama semakin berkurang. Salah satu masalahnya yaitu mengenai ganti kerugian yang dituntut oleh penggarap terhadap pemegang hak guna usaha yang terjadi di Desa Lunjuk, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu sebagai akibat adanya pengalihan Hak Guna Usaha dari PT Way Sebayur kepada PT Sandabi Indah Lestari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hak penggarap dalam meminta ganti kerugian serta perlindungan hukum yang di dapat terhadap para penggarap yang tanah garapannya belum diganti rugi.
Penelitian ini dilakukan dengan metode pendekatan yuridis normatif, dengan spesifikasi penelitian menggunakan metode deskriptif analitis. Penelitian ini dilakukan dengan penelitian kepustakaan yang ditunjang dengan penelitian lapangan dengan menggunakan data primer dan data sekunder yang selanjutnya di analisis dengan metode kualitatif.
Berdasarkan penelitian yang diperoleh dari penulisan ini, disimpulkan bahwa hak garap tidak diatur di dalam UUPA. Penggarap di Desa Lunjuk memiliki hak untuk menuntut kompensasi kepada PT Way Sebayur, namun terhadap tuntutannya tidak dapat terpenuhi dikarenakan telah beralihnya HGU kepada PT Sandabi Indah Lestari. Hukum kebiasaan yang berlaku dan berkembang di Indonesia, pemberian ganti kerugian tetap perlu dilakukan dengan di dasari itikad baik untuk menjaga hubungan baik antara PT Sandabi Indah Lestari dengan masyarakat. Upaya perlindungan hukum terhadap penggarap dapat dilakukan diantaranya adalah dengan musyawarah yang dilakukan antara PT Sandabi Indah Lestari dengan masyarakat Desa Lunjuk untuk mencapai kesepakatan bersama, perlunya peran serta Pemerintah Daerah untuk memfasilitasi penyelesaian masalah ini, serta perlu adanya pengakuan mengenai hak garap dan peraturan yang mengaturnya agar jelas mengenai hak-hak penggarap dan terciptanya kepastian hukum.