• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN INTERAKSI EDUKATIF DI KELAS V SD NEGERI 101846 KUTALIMBARU T.A 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN INTERAKSI EDUKATIF DI KELAS V SD NEGERI 101846 KUTALIMBARU T.A 2012/2013."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA

PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

DENGAN MENGGUNAKAN INTERAKSI

EDUKATIF DI KELAS V SD NEGERI

NO 101846 KUTALIMBARU

T.A 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

SARI RAMADHANY TARIGAN

NIM : 108313316

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

iv ABSTRAK

SARI RAMADHANY TARIGAN. NIM. 108313316. Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Dengan Menggunakan Interaksi Edukatif di Kelas V SD Negeri 101846 Kutalimbaru T.A 2012/2013.

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 101846 Kutalimbaru yang berlokasi di jalan besar Kutalimbaru, Kecamatan Kutalimbaru. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan interaksi edukatif di kelas V SD Negeri 101846 Kutalimbaru.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD 101846 dengan jumlah siswa 30 orang tahun ajaran 2012/2013.

Penelitian ini menggunakan Interaksi Edukatif untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada materi memperhatikan persoalan dalam kehidupan sehari- hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa observasi keterampilan berbicara siswa pada saat siklus I pertemuan I dengan rata-rata 66% jumlah siswa yang aktif pada setiap indikator menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa masih sangat rendah Pada siklus I pertemuan II skor keterampilan berbicara siswa dengan rata-rata 69% juga dalam kategori rendah tapi sudah mengalami peningkatan Sedangkan pada siklus II pertemuan I secara keseluruhan 93% dan pada siklus II pertemuan II secara keseluruhan mencapai 97% . Maka dapat dikatakan bahwa pada siklus II keterampilan berbicara siswa mengalami peningkatan dibandingkan kodisi pada siklus I.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan pendekatan Interaksi Edukatif dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran bahasa indonesia materi pokok memperhatikan persoalan dalam kehidupan sehari-hari di SD Negeri 101846 kec. Kutalimbaru T.A 2012/2013. Hal ini berarti bahwa Interaksi Edukatif dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

(6)

i

2.1.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 8

2.1.2 Interaksi Edukatif Dalam Pembelajaran ... 10

a. Pengertian Interaksi Edukatif... 10

(7)

ii

c. Kelebihan Dan Kekurangan Interaksi Edukatif ... 16

d. Ciri- ciri Interaksi Edukatif... 17

2.1.3. Keterampilan Berbicara ... 17

BAB III METODELOGI PENELITIAN... 24

(8)

iii

3.10 Jadwal Penelitian...38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN...42

4.1 Hasil Penelitian ...42

4.1.1Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I...42

4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ...56

4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II...67

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ...69

4.4 Temuan Penelitian...71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...74

5.1 Kesimpulan ...74

5.2 Saran...75

(9)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Penilaian Keterampilan Berbicara

Tabel 2 : Contoh Cara Penilaian Indikator Keterampilan Berbicara Tabel 3 : Jadwal Rencana Pelaksanaan Penelitian

Tabel 4 : Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I

Tabel 5 : Hasil Observasi Persentase Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I

Tabel 6 : Skor Aktifitas Guru

Tabel 7 : Hasil Observasi Kegiatan Siswa

Tabel 8 : Skor Aktivitas Guru

Tabel 9 : Hasil Observasi Kegiatan Siswa

Tabel 10 : Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Siklus II

Tabel 11 : Hasil Observasi Persentase Keterampilan Berbicara Siswa Siklus II Tabel 12 : Skor Aktifitas Guru Pada Pertemuan I Siklus II

Tabel 13 : Hasil Observasi Kegiatan Siswa

Tabel 14 : Skor Aktivitas Guru

Tabel 15 : Hasil Observasi Kegiatan Siswa

(10)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Skema PTK Kemmis dan Taggart... 28

Gambar 2 : Grafik Persentase Keterampilan Siswa Siklus I...70

Gambar 3 : Grafik Persentase Keterampilan Siswa Siklus II ...70

Gambar 4 : Grafik Persentase Pada Siklus I dan II...70

(11)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Penelitian Siklus I

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Penelitian Siklus II

Lampiran 3 : Observasi Kegiatan Guru Saat Mengajar

Lampiran 4 : Observasi Kegiatan Siswa Pada Saat Pembelajaran

Lampiran 5 : Aspek Penilaian Keterampilan Berbicara

Lampiran 6 : Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I

Lampiran 7 : Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Siklus II

Lampiran 8 : Skor Aktifitas Guru Pertemuan I Siklus I

Lampiran 9 : Skor Aktifitas Guru Pertemuan II Siklus II

Lampiran 10: Skor Aktifitas Guru Pertemuan I Siklus II

Lamiran 11 : Skor Aktifitas Guru Pertemuan I Siklus II

Lampiran 12 : Observasi Kegiatan Siswa Pertemuan I Siklus I

Lampiran 13 : Observasi Kegiatan Siswa Pertemuan II Siklus I

Lampiran 14 : Observasi Kegiatan Siswa Pertemuan I Siklus II

Lampiran 15 : Observasi Kegiatan Siswa Pertemuan I Siklus II

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahasa Indonesia terintegrasi dalam 4 (empat) kemampuan yang harus

dikuasai siswa dalam berkomunikasi secara lisan, yaitu: mendengarkan,berbicara,

membaca dan menulis. Salah satu keterampilan berbicara dalam Bahasa Indonesia

dengan baik dan benar. Keterampilan berbicara sangat penting dikuasai oleh siswa

karena melalui berbicara siswa dapat mengekspresikan dan menyampaikan

pikiran atau gagasan terhadap orang lain. Tarigan (1981:15) menyatakan

“Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi (hasil bunyi

dari proses gerakan alat ucap manusia) atau kata-kata untuk mengekspresikan,

menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan”. Jadi melalui

berbicara seseorang dapat berbagi kepada orang lain dan berkomunikasi satu

dengan yang lain.

Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat

penting peranannya dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas,

kritis, kreatif dan berbudaya. Tidak dapat disangkal bahwa berbicara merupakan

peranan social yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Berbicara bukan

hanya berkaitan dengan ujaran dan kosa kata yang dipakai melainkan sebuah

proses untuk mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan-

gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sang

(13)

2

telah diketahui. Lebih dari itu berbicara dapat membantu memahami tentang apa

yang telah diketahui.Berbicara dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan

keberanian siswa dalam mengekspresikan dan menyatakan pikirannya. Oleh

karena itu, permasalahan rendahnya kemampuan berbicara siswa haruslah

mendapat perhatian yang serius untuk segera diselesaikan.

Keterampilan berbicara diperlukan dalam kegiatan belajar. Anak yang

memiliki keterampilan berbicara rendah akan memiliki kesulitan untuk

mempelajari materi belajar yang lainnya. Dengan demikian dapat dinyatakan

bahwa keterampilan berbicara sangat penting untuk dimiliki setiap orang terutama

bagi peserta didik. Oleh sebab itu, perlu ditekankan kepada setiap peserta didik

agar menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan Ejaan

Yang Di sempurnakan (EYD). Dengan menguasai keterampilan berbicara, peserta

didik akan mampu mengekpresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai

situasi pada saat dia sedang berbicara. Keterampilan berbicara juga akan

melahirkan tuturan atau ujaran yang komulatif, jelas, runtun dan mudah dipahami.

Berdasarkan wawancara penulis dengan guru kelas V SD Negeri No

101846 Kutalimbaru menunjukkan 38 % siswa kelas IV yang naik ke kelas V

memiliki keterampilan berbicara sangat baik. Sebagian lagi, yaitu sekitar 47 %

siswa kurang berani untuk berbicara dan siswa takut dimarahi guru. Selebihnya,

sebesar 15 % berbicara sangat lambat dan tersendat- sendat. Indikator yang

digunakan untuk mengukur keterampilan siswa dalam berbicara, diantaranya

kelancaran berbicara kosa kata, intonasi berbicara, urutan kata yang sistematis dan

(14)

3

kemampuan dan pengetahuan bagaimana cara menyampaikan pendapatnya atau

apa yang diungkapkannya.

Peneliti pernah melakukan test observasi ketika melaksanakan wawancara

dengan guru di SD Negeri No 101846 menunjukkan sebesar 16 siswa kelas V SD

Negeri No 101846 Kutalimbaru memiliki keterampilan berbicara yang baik.

Sebesar 17 siswa kurang berani berbicara dan siswa takut dimarahi guru dan

sebesar 7 berbicaranya masih tersendat- sendat dan terbata- bata. Menurut

pengamatan peneliti di SD ditemukan bahwa pengajaran Bahasa Indonesia telah

menyimpang jauh dari misi sebenarnya. Guru lebih banyak berbicara tentang

bahasa (Talk About The Langguage) dari pada melatih menggunakan bahasa

(Using Langguage). Dengan kata lain, yang ditekankan adalah penguasaan

tentang bahasa (From Fokus ).

Selama ini, guru kelas V SD Negeri No 101846 Kutalimbaru

melaksanakan pembelajaran berbicara hanya dengan menjelaskan apa itu

berbicara tanpa langsung memperaktekkannya kepada siswa atau mengajak siswa

berkomunikasi langsung dengan guru atau antar siswa sehingga kebanyakan siswa

hanya terdiam dan pengunaan kosa kata yang digunakan salah. Jika kondisi

seperti itu dibiarkan berlarut- larut, bukan tidak mungkin keterampilan berbicara

di kalangan siswa SD akan terus berada pada arah yang rendah.Para siswa akan

terus- menerus mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dan

perasaannya secara lancar, memilih kata yang tepat, menyusun struktur kalimat

yang efektif, membangun pola penalaran yg masuk akal dan interaktif pada saat

(15)

4

Penelitian ini akan difokuskan pada upaya untuk mengatasi factor- factor

yang diduga menjadi penyebab rendahnya tingkat kemampuan berbicara siswa

kelas V SD dalam berbicara, yaitu kurangnya kemampuan guru dalam

menggunakan pendekatan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran

keterampilan berbicara berlangsung monoton dan membosankan.Guru harus

menciptakan berbagai kegiatan belajar berbicara agar siswa dapat berbicara.

Tanpa adanya latihan tidak mungkin keterampilan berbicara dapat dikuasai. Salah

satu pendekatan pembelajaran yang diduga mampu mewujudkan situasi

pembelajaran yang kondusif, aktif, kreatif,efektif, dan menyanangkan adalah

Interaksi Edukatif.

Melalui interaksi edukatif, siswa dituntut untuk lebih aktif dalam

menerapkan prinsip pemakaian bahasa secara komprehensif. Dalam interaksi

edukatif guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan keterampilan berbahasa di dalam konteks nyata dan situasi yang

kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui

pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam

situasi dan konteks komunikasi alamiah senyatanya.

Berdasarkan uraian diatas dapat dinyatakan bahwa penggunaan interaksi

edukatif diperkirakan dapat mengatasi ketidaklancaran siswa dalam berbicara.

Penelitian ini mencoba mengkaji tentang pendekatan pembelajaran dalam

berbicara. Peneliti ingin mengkaji bagaimana penggunaan interaksi edukatif untuk

(16)

5

Dengan demikian peneliti tertarik melakukan penelitian tindakan kelas

untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam pelajaran Bahasa

Indonesia, maka peneliti mengambil judul : “ Meningkatkan Keterampilan

Berbicara Siswa Pada Mata Pelejaran Bahasa Indonesia Dengan

Menggunakan Interaksi Edukatif Di Kelas V SD Negeri No 101846

Kutalimbaru, Tahun Ajaran 2012/ 2013”.

1.2.Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah maka dapat di identifikasi beberapa

masalah dalam penelitian yang berkaitan dengan hasil berkaitan dengan hasil

belajar peserta didik adalah :

a. Kurangnya kemampuan guru dalam menggunakan pendekatan yang

bervariasi sehingga kegiatan pembelajan berlangsung monoton dan

membosankan

b. Keberanian berbicara siswa dalam mengeluarkan pendapat di depan

kelas masih rendah karena siswa takut dimarahi guru apabila salah

menjawab pertanyaan dari guru.

c. Kurangnya rasa antusias peserta didik dalam mengikuti pelajaran.

(17)

6

1.3.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka yang menjadi pembatasan

masalah dalam penelitian ini adalah “ Meningkatkan Keterampilan

Berbicara Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Dengan

Menggunakan Interaksi Edukatif Di Kelas V SD Negeri No 101846

Kutalimbaru TA 2012/ 2013”.

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah ada, maka masalah yang akan

dibahas dalam penelitian ini adalah : “Apakah dengan menggunakan interaksi

edukatif dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri No

101846 tahun ajaran 2012/ 2013 Kutalimbaru?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian Tindakan kelas ini adalah : Untuk mengetahui apakah

dengan menggunakan interaksi edukatif dapat meningkatkan ketermpilan

berbicara siswa pada materi pokok mengomentari persoalan dalam kehidupan

sehari-hari di kelas V SD Negeri No 101846 Kutalimbaru T.A 2012/2013,

(18)

7

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memperbaiki pembelajaran. Secara

khusus pembelajaran ini bermanfaat bagi :

a. Bagi siswa, meningkatnya keterampilan berbicara siswa dengan

menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan EYD.

b. Bagi Guru, menambah wawasan langkah- langkah dengan menggunakan

interaksi edukatif dalam pembelajaran keterampilan berbicara khususnya

bagi siswa SD.

c. Bagi Sekolah, sebagai masukan bagi Kepala Sekolah dalam melatih

guru- guru agar guru mampu memilih dan menggunakan pendekatan

yang tepat guna meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

d. Bagi Peneliti, menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti dan

merupakan pengalaman yg berharga untuk melaksanakan tugas di masa

(19)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan,maka hasil penelitian dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Rancangan pembelajaran dengan

penggunaan interaksi edukatif dalam pembelajarann Bahasa Indonesia

terlaksana dengan baik sesuai dengan langkah-langkah interaksi

edukatif : mengembangkan pemikiran anak dengan cara bekerja

sendiri.

2. Penggunaan interaksi edukatif dalam

meningkatkan keterampilan berbicara dapat dijadikan alternative untuk

meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia bagi siswa kelas V SD Negeri No 101846 Kutalimbaru.

Hasil penelitian tersebut : pada siklus pertama dilaksanakan sebanyak

2 kali pertemuan dengan hasil katerampilan belajar siswa didapat

76,7%. Hasil ini dianggap belum maksimal karena belum mencapai

rata-rata ketuntasan sebesar 85 Maka untuk mencapai tingkat

ketuntasan belajar tersebut dilakukan perbaikan- perbaikan pengajaran

pada siklus kedua yang pada akhirnya menghasilkan nilai rata-rata

(20)

434 4

3. Penerapan interaksi edukatif mampu

meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada pelajaran Bahasa

Indonesia materi pokok memperhatikan persoalan dalam kehidupan

sehari- hari di kelas V SD Negeri No 101846 Kutalimbaru secara

individu dan klasikal seperti yang diharapkan.

5.2 Saran

hasil- hasil penelitian dan kesimpulan di atas maka penelitian mengajukan

beberapa saran berikut :

1. Bagi guru khususnya guru bahasa

Indonesia diharapkan untuk menerapkan interaksi edukatif untuk

meningkatkan kualitas keterampilan berbicara siswa karena dengan interaksi

edukatif ini akan menjadikan siswa lebih aktif untuk mengungkapkan ide

pikirannya dan lebih mudah mengingat materi yang sedang dipelajari dengan

mengalami langsung pembelajaran dan tidak hanya hafalan.

2. Bagi siswa sendiri, diharapkan agar siswa

leboh semangat dalam belajar dan disarankan untuk tidak malu, bosan atau

enggan bertanya kepada guru jika ada hal- hal yang masih kurang dimengerti.

3. Bagi peneliti, disarankan untuk

melakukan penelitian yang sejenis pada materi materi dan sekolah lainnya,

agar diperoleh hasil yang lebih menyeluruh sehingga hasil penelitian ini

bermanfaat sebagai riset teori maupun sebagai reformasi terhadap dunia

(21)

444 4

(22)

77

DAFTAR PUSTAKA

Bahri Syaiful. 2010. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta

Dewi, Rosmala. 2010. Profesionalisasi Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Medan: UNIMED.

Kunandar. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Rajawali Pers.

Kunandar. 2010. Guru Profesional Dalam Implementasi Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan( KTSP ). Jakarta : PT Rajawali Pers.

Malik A. 2006. Bahasa Kita Bahasa Indonesia Untuk Kelas V. 2006. Jakarta : Erlangga.

Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sentosa Puji. 2006. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta : Universitas terbuka.

Tim Dosen. 2009. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Di Kelas

Gambar

Gambar 1 : Skema PTK Kemmis dan Taggart....................................................................28

Referensi

Dokumen terkait

produksi biomassa di bagian timur Kabupaten Natuna berdasarkan Peraturan. Pemerintah Nomor 150

Shigella merupakan bakteri yang tidak dapat menggunakan sitrat sebagai sumber karbonnya (Madigan et al. 2009), tetapi berdasarkan Dodd & Jones 1982 ada beberapa

Kesalahan yang dilakukan tidak hanya bersumber dari kemampuan siswa yang kurang, tetapi ada faktor yang turut menentukan keberhasilan siswa dalam belajar matematika yaitu

Hubungan antara Pengetahuan tentang Keluarga Berencana dengan Keinginan untuk Menjadi Akseptor pada Calon Pengantin Laki-Laki di Kota Surakarta.. Fakultas

Salep merupakan sediaan yang paling cocok untuk pengobatan luka bakar karena salep berfungsi sebagai pembawa substansi obat untuk penggunaan pada kulit, sebagai pelumas dan

Konsumsi budaya berkaitan dengan pemaknaan individu akan pola yang ingin ia bentuk sebagai identitas diri, dan di tengah padatnya lalu lintas budaya saat ini, beredar

Kitosan larut asam yang digunakan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan kedelai selama awal fase generatif, tetapi memberikan pengaruh yang

Untuk mengetahui indeks keberlanjutan dari masing-masing dimensi serta atribut yang sensitif mempengaruhi keberlanjutan usahatani hortikultura sayuran pada lahan berlereng