• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARKEOLOGI SEBAGAI METODOLOGI PENULISAN SEJARAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ARKEOLOGI SEBAGAI METODOLOGI PENULISAN SEJARAH"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Arkeologi Sebagai Metodologi Penulisan Sejarah

(Disampaikan dalam SEMINAR NASIONAL REKONSTRUKSI SEJARAH ISLAM

NUSANTARA, diselenggarakan oleh Fakultas Adab & Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Kamis, tanggal 12 Juni 2014 di Aula Prof. Dr. Bustami A. Ghani Fakultas Adab

dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Prof DR Budi Sulistiono, M.Hum

Guru Besar Sejarah & Kebudayaan Islam Fakultas Adab & Humaniora

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

A.Muqaddimah

Segala puja dan puji mari kita panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayat, serta taufiqNya kepada kita semua sehingga kita dapat berkumpul di tempat yang penuh bahagia ini.

Saya ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak di Fakultas Adab yang telah memberikan kesempatan untuk partisipasi dalam SEMINAR NASIONAL. Dalam jadwal, tema yang diberikan untuk saya adalah “rkeologi Sebagai Metodologi Penulisan Sejarah , tapi sebelum pentas oleh Panitia saya dihadiahi sebuah buku Fakta Mengejutkan Majapahit Kerajaan Islam, karya Herman Sinung Janutama, Deputi Institut of Philosophy Falsafatuna, Jakarta, diterbitkan oleh Noura Books, Jakarta, April 2014. Nah, Alhamdulillah sekarang saya nyata-nyata disandingkan dengan Yth penulis buku ini. Tentunya, ini sebuah kebanggaan tersendiri buat saya pribadi, semoga saja perjumpaan ini menjadi jalin silaturrahmi yang positif ke depan untuk sharing hasil rekonstruksi jejak Islam Nusantara.

(2)

berdampingan nan damai dengan sejumlah candi : Bajangratu, Wringin Lawang, Bhrahu, Tikus, situs segaran, dan sejumlah peninggalan lainnya.

B.Kondisi Sebelum Berdirinya Majapahit

Jejak dakwah islamiyah pasca wafatnya Rasulullah saw tidak kenal berhenti. Betulkah begitu ? Dalam kesempatan ini saat yang tepat tukar info dan /atau saling memberikan informasi Jalur Perdagangan baik melalui darat mau pun laut, abad ke-13 Masehi. Semoga saja melalui peta ini dapat juga dilacak data jejak Islam pasca Rasulullah saw. Selain itu, seringkali ada informasi hubungan kegiatan perdagangan di Benua Asia, khususnya hubungan antara Cina dan India telah tumbuh sejak awal tarikh Masehi .

Jejak usaha dakwah Khulafaurrasyidin (632- 661 M) berlanjut ke sejumlah Khilafah membentang dari Asia Barat, Afrika, Spanyol, Asia Tengah, Asia Selatan, Asia Tenggara. Khilafah yang dimaksud, antara lain : Umayyah (Damaskus, Syria, 41-132 H / 661-750 M), Abbasiyyah (Baghdad, Iraq,132-656 H / 750-1258 M), Jeumpa (Aceh, 776 M-880 M), Rustamiyyah (Tahart, Aljazair Barat, 160-296 H / 777-909 M), Idrisiyyah (Maroko, 172-314 H / 789-926 M), Aghlabiyyah (Qairawan, Tunis, 800-909 M), Samaniyyah (Khurasan dan Transoxania, 204-395 H / 819-1005 M), Thahiriyyah (Khurasan, 205-259 H / 821-873 M), Peureulak , Aceh Timur (840-1108 M), Shafariyyah (Sistan1, 253-855 H / 867-1480 M), Thuluniyyah (Mesir dan Suriah, 254-292 H / 868-905 M), Zaidiyyah (Yaman, 246-680 H / 860-1281 M), Qaramithah (Arabia timur dan tengah, 281-366 H / 894-977 M), Hamdaniyyah (Syria, 293-394 H / 905-1004 M), Fathimiyyah (Mahdia, Tunis, Afrika Utara), Kairo (Mesir), 297-567 H / 909-1171 M), Ikhsyidiyyah (Mesir dan Suriah, 323-358 H / 935-969 M), Buwaihiyyah (Syiraz, Iran 945 M-1055 M), Ghaznawiyyah (Ghazni, Afghanistan, 962-1186 M), al-Murabitun (Marokko, 448 H/ 1056 M-541 H/1147 M, alMuwahhidun (Sevilla, Spanyol, 1128- 1269 M), alKhawarizmi, (Khwarizmia,1121- 1219 M), Ayyubiyyah (Mesir, 564-866 H / 1169-1462 M), Mariniyyah (Maroko, 592-956 H / 1196-1549 M), Mughal/Moghul (Agra,India,1206-1526 M), Hafshiyyah (Tunisia dan Aljazair Timur, 625-982 H / 1228-1547 M), Mamalik (Mamluk) (Mesir dan Suriah, 648-922 H / 1250-1517 M), Ilkhaniyyah (Tabriz, Iran, 1258 M 1343 M), Samudera Pasai (di Pasai, Aceh, 1267 M).

1

(3)

Andai saja rentetan data ini dapat diaplikasikan dalam peta, kian memperkuat dugaan, bahwa bentangan laut yang lekat dengan sebutan Jalur Sutera , pentas dakwah islamiyah dari alHaramain (Saudi Arabia), Damaskus (Syria), Baghdad (Iraq) telah melempangkan dinamika ekonomi, budaya, agama, dan politik. Banyak sumber menyebutkan bahwa jalan yang ditempuh agar sampai ke tempat tujuan ialah jalan darat atau jalan laut. Dengan kata lain, keterhubungan satu tempat ke tempat lain, dan/ atau satu Negara ke Negara lain secara nyata adalah suasana dinamika antar jalur maritime, dan jalan darat paling banyak digunakan sebagai jalur perdagangan.

Keterhubungan ini tidak akan pernah lahir jika tidak ada daya pikat yang dimiliki oleh satu sama lain. Ambil contoh, kehidupan ekonomi Kesultanan Jeumpa2 (Aceh, 776 M-880 M), Kesultanan Peureulak3, Aceh Timur (840-1108 M), Kesultanan Samudera Pasai (di Pasai, Aceh, 1267 M) menitikberatkan kepada sektor perdagangan. Kenyataan ini karena Kesultanan-Kesultanan tersebut secara geografis terletak di jalur Pelayaran dan Perdagangan Dunia, yaitu Selat Malaka. Perdagangan merupakan sebuah proses kegiatan yang berhubungan dengan menjual dan membeli barang untuk memperoleh sebuah keuntungan. Kegiatan perjalanan mengarungi lautan dari satu tempat ke tempat lain disebut pelayaran. Perdagangan dan pelayaran menjadi kegiatan yang tidak terpisahkan dalam hubungan antarpusat perekonomian dan perdagangan, antarpulau dan antarnegara di masa lalu. Kegiatan perdagangan dan pelayaran tersebut telah membuka jaringan hubungan antar Nusantara dan dunia internasional. Keadaan itu juga sangat mendukung kreativitas masyarakatnya untuk terjun langsung ke bidang perdagangan, hingga diraihlah kekuatan politik-ekonomi . Melalui kekuatan politik ekonomi ummat, telah menghantarkan terwujudnya pemerintahan Kesultanan-Kesultanan itu berkembang sedemikian rupa menjadi Kesultanan yang makmur dan memiliki pertahanan yang sangat kuat.

Rentetan era ini, khusus di sebagian wilayah Nusantara adalah seiring zaman telah hadirnya Buddha dan Hindu. Bukti kehadiran Buddha dan Hindu, antara lain berdirinya kerajaan, misalnya : Raja Sanjaya memerintah di Kerajaan Mataram Kuno pada tahun 732 M. Wilayahnya sekarang ini adalah daerah Yogyakarta. Abad ke-7 M

2

Lokasi Istana Jeumpa di Desa Blang Seupeueng sekarang disebut Cot Cibrek Pinto Ubeut. Masa itu Desa Blang Seupeueng merupakan permukiman yang padat penduduknya dan juga merupakan kota bandar pelabuhan besar, yang terletak di Kuala Jeumpa. Ibukota Kesultanan pernah pindah ke Birueun, Aceh Utara.

3

(4)

atau diperkirakan 671 M Kerajaan Sriwijaya, berdiri yang tumbuh dan berkembang sampai abad dua belas, atau hingga tahun 1409 M4. Pada tahun 1019 Airlangga mendirikan Kerajaan Kahuripan, dengan pusatnya di Kahuripan Sidoarjo, wilayahnya membentang dari Pasuruan di timur hingga Madiun, Jawa Timur.5

C.Kondisi Sezaman Majapahit

Melalui kekuatan politik-ekonomi ummat telah memberikan sumbangan pengalaman yang tidak kecil antara lain dalam pentas-pentas dakwah islamiyah yang tak kenal henti, dan hasilnya dapat dibuktikan dengan munculnya sejumlah khilafah/Kesultanan di berbagai tempat yang lain, antara lain Khilafah Ghuriyyah (Herat, Afghan, 680-1342 H / 1282-1924 M), Utsmaniyah (Istanbul, Turki, 680-1342 H / 1282-1924 M), Timuriyah (Samarkand, Uzbekistan, 1370-1506), Malaka (1402 1511 M), Sulu (1450 M-skrg.). Data-data ini ketika dapat diaplikasikan dalam peta di atas, kian membangun sejumlah asumsi yang diperkokoh sejumlah bukti, antara lain sebelum Islam datang dan berkembang di wilayah Asia Tenggara, Malaysia berada di jalur perdagangan dunia yang menghubungkan kawasan-kawasan di Arab dan India dengan wilayah China, dan dijadikan tempat persinggahan sekaligus pusat perdagangan yang amat penting.6

Karena letaknya yang strategis di jalur lalu lintas perdagangan internasional yang menghubungkan Mediterania, Afrika, Asia Barat, Asia Selatan, dan Cina, maka Malaka berkembang pesat menjadi bandar internasional yang besar dan makmur serta menjadi pusat pertemuan segala bangsa dan kebudayaan. Malaka juga menjadi pusat bermukimnya para saudagar Islam yang ikut berperan dalam penyiaran Islam di Nusantara.

Dari pesisir Aceh-Malaka-Sumatera, Islam kemudian menyebar ke berbagai arah Timur ke daerah-daerah di pantai Utara Jawa seperti Surabaya, Gresik, Tuban,

4

Kerajaan Sriwijaya mulai ditaklukkan oleh berbagai kerajaan di Jawa, pertama oleh kerajaan Singosari (Singhasari). Tahun 1275 Singhasari penerus kerajaan Kediri di Jawa melakukan suatu ekspedisi dalam Pararaton selanjutnya disebut semacam ekspansi dan menaklukan Bhumi Malayu yg dikenal dgn nama Ekspedisi Pamalayu. Penaklukkan dilakukan oleh Kerajaan Majapahit, tahun 1339. Dan sejak itu Srwijaya sudah tidak disebut-sebut lagi dalam pentas politik.

5

Sebelum turun takhta tahun 1042, Airlangga dihadapkan pada masalah persaingan antara kedua putranya. Maka, ia pun membelah wilayah kerajaannya menjadi dua, yaitu Kadiri dan Janggala. Peristiwa ini diberitakan dalam Kitab Nagarakretagama dan Serat Calon Arang, serta diperkuat oleh prasasti Turun Hyang (1044).

6

(5)

kemudian terus ke arah Timur hingga ke sejumlah kepulauan berikutnya, yakni Kalimantan, Sulawesi, Ternate dan Tidore di kepulauan Maluku, Nusatenggara, Bali, Papua. Islam datang di Papua tahun 1360 yang disebarkan oleh muballigh asal Aceh, Abdul Ghaffar. Pendapat ini juga berasal dari sumber lisan yang disampaikan oleh putra bungsu Raja Rumbati ke-16 (Muhamad Sidik Bauw) dan Raja Rumbati ke-17 (H. Ismail Samali Bauw). Abdul Ghafar berdakwah selama 14 tahun (1360-1374 M) di Rumbati dan sekitarnya. Ia kemudian wafat dan dimakamkan di belakang masjid kampung Rumbati tahun 1374.7

Mendasarkan data berupa angka tahun, hingga tahun 1360 M Islam telah datang di Tanah Papua. Data ini semakin memperkuat dugaan bahwa dakwah Islam sudah merambah di hampir pelosok Nusantara. Ingat, di Gresik, Jawa Timur telah ditemukan makam Fatimah binti Maemun bin Hibatallah (wafat, 1086 M). Karenanya, taklah berlebihan untuk dikatakan bahwa keberadaan Majapahit (1293 M-1478 M) di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, adalah nyata-nyata didukung oleh peran aktif masyarakat Muslim yang telah memberikan keteladanan dalam menciptakan kekuatan politik-ekonomi Maritim yang bersinergis dengan realitas Agraris.

Bukti daya dukung itu dapat kita cermati dan seakan menggiring pengingatan kita ke arah keberadaan para Auliya, kasus di Jawa dikenal nama Wali Songo. Menurut tradisi, di antara tokoh Wali Songo datang dari Samarkand8 adalah Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik), atau Makdum Ibrahim As-Samarqandy, yang dalam Babad

Tanah Jawi disebut Makdum Brahim Asmara, dan sesekali disebut Asmarakandi,9

mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarqandy, berubah menjadi Asmarakandi. Dalam buku The History of Java, Stamford Raffles menyatakan bahwa menurut penuturan para penulis lokal, "Mulana Ibrahim, seorang Pandita terkenal berasal dari Arabia, keturunan dari Jenal Abidin, dan sepupu raja Chermen (sebuah negara Sabrang), telah menetap bersama masyarakat Muslim lainnya yang lebih dahulu tinggal di Desa Leran10 di Janggala.11

7

Bambang Budi Utomo. 2011. Atlas Sejarah Indonesia Masa Islam. Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata

8 Kota Samarkand merupakan ibukota propinsi Transoksania (sekarang Uzbekistan). Kota

Samarkand menjadi saksi sejarah kekuasaan Alexander The Great (Iskandar Dzu Al-Qarnain), putra Philip dari Makedonia, ketika berhasil menaklukan Dinasti Achameneids. Kota ini telah melahirkan para Ilmuwan Muslim pada masa Dinasti Saman, seperti: Muhammad Addi As-Samarkandi, Abu Manshur Al-Maturidi, Abu Al-Hasan Maidani, Ahmad ibn Umar, Abu Bakr As-Samarkandi, Muhammad ibn Mas’ud Samarkandi, Alauddin Samarkandi, Najibuddin Samarkandi, dan Abu Al-Qasim Al-Laitsi As-Samarkandi.

9

Babad Tanah Jawi, versi J.J. Meinsma, USA Paris Publication, 1987, h.20 10

(6)

Menurut tradisi, aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Jika upaya membuka warung sebagai salah satu strategi dakwahnya, setidaknya untuk merangkul masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara.

Menurut tradisi, setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim kemudian melakukan kunjungan ke ibukota Kerajaan Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan memberikannya sebidang tanah di pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah yang sekarang dikenal dengan nama desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga mengandung unsur-unsur kebenaran, mengingat saat Maulana Malik Ibrahim hidup, di ibukota Kerajaan Majapahit telah banyak orang Asing termasuk dari Asia Barat, untuk berdagang.

Menurut tradisi, Malik Ibrahim seorang yang ahli pertanian, dan sejak berada di Gresik, hasil pertanian rakyat Gresik12 meningkat tajam. Ia juga dikenal ahli pengobatan, menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Orang-orang yang sakit banyak disembuhkannya dengan daun-daunan tertentu. Sebagai tabib, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Champa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya. Sifat lemah lembutnya, belas kasih dan ramah kepada semua orang, baik sesama muslim atau non muslim membuatnya terkenal sebagai tokoh masyarakat yang disegani dan dihormati. Kepribadiannya yang baik itulah semakin mendapat simpatik dari penduduk setempat sehingga mereka berbondong-bondong dengan suka rela untuk masuk agama Islam dan menjadi pengikut yang setia.

Malik Ibrahim menetap di Gresik , kemudian ia merintis pendirian mesjid dan pesantren untuk mengajarkan agama Islam kepada masyarakat sampai ia wafat. Maulana Malik Ibrahim wafat pada hari Senin, 12 Rabiul Awal 822 H/ 1419 M, dan dimakamkan di Gapura Wetan (Gapurosukolilo), Gresik, Jawa Timur. Pada nisannya terdapat tulisan Arab yang menunjukkan bahwa dia adalah seorang penyebar agama yang cakap dan gigih, asal Kasyan, Iran.

11

Raffles, Sir Thomas Stamford, F.R.S., 1830. The History of Java, from the earliest Traditions till the establisment of Mahomedanism. Published by John Murray, Albemarle-Street. Vol II, 2nd Ed, Chap X, page 122.

12

(7)

Setelah Syekh Maulana Malik Ibrahim wafat, maka Sunan Ampel diangkat sebagai sesepuh Wali Songo, sebagai mufti atau pemimpin agama Islam di Pulau Jawa. Menurut Solichin Salam, Raden Rahmat diperkirakan lahir pada tahun 1401 di Campa (1960:30).13 Menurut Prof. Dr. B.J.O. Schrieke, sebagaimana dikutip oleh Amen Budiman, Makdum Ibrahim, sebagai putra Raden Rahmat lahir paling awal pada tahun 1465.14 Tentang nama Campa ini, menurut Ensiklopaedi Van Nederlandsch-Indie adalah suatu negeri kecil yang terletak di Kamboja (Indocina) yang kemudian dikuasai oleh bangsa Khmer dari Vietnam.15 Menurut Raffles yang dimaksud Campa adalah Jeumpa-Aceh (suatu tempat kini masuk dalam wilayah administrative Jeumpa-Aceh Utara).

Menurut tradisi, Sunan Ampel sangat berpengaruh di kalangan istana Majapahit, bahkan isterinya pun berasal dari kalangan istana, bernama Nyai Ageng Manila putri seorang Adipati di Tuban, bernama Arya Teja. la dikaruniai beberapa putera dan puteri, yaitu: Putri Nyai Ageng Maloka, Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan Syarifah, yang merupakan isteri dari Sunan Kudus. Di antara murid/santri yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Kedekatan Sunan Ampel dengan kalangan istana membuat penyebaran Islam di daerah kekuasaan Majapahit, khususnya di pantai utara Pulau Jawa tidak mendapat hambatan yang berarti, bahkan mendapat restu dari penguasa kerajaan.

Nama asli Sunan Ampel adalah Raden Rahmat, sedangkan sebutan Sunan merupakan gelar kewaliannya, dan nama Ampel atau Ampel Denta, atau Ngampel Denta (menurut Babad Tanah Jawi versi Meinsma), itu dinisbahkan kepada tempat tinggalnya, sebuah nama tempat dekat Surabaya. Di Ampel Denta ini lah ia mendirikan pondok pesantren. Agar pesantren yang didirikan di Ampel Denta yang berawa-rawa - merupakan daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit sebagai tanda simpatik, sejak mula ia merangkul masyarakat sekitarnya.

Pada pertengahan abad ke-15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh. Para pemuda-pemudi Islam dididik sebagai kader, untuk kemudian disebarkan ke berbagai tempat di seluruh Pulau Jawa. Di antara muridnya Raden Paku yang kemudian terkenal dengan sebutan Sunan Giri, Raden Fatah (Raden Fatah, putera Prabu Brawijaya V, Raja Majapahit) yang kemudian menjadi Sultan Pertama Kesultanan Islam di Bintoro Demak (1475 M.), Raden Makdum Ibrahim yang dikenal dengan Sunan Bonang (putera Raden Rahmat), Raden Kosim Syarifuddin yang dikenal dengan Sunan Drajat (putera Raden Rahmat), Maulana Ishak yang pernah diutus ke daerah Blambangan untuk dakwah islamiyah disana, dan banyak lagi

13

Solichin Salam,(1960).Sekitar Walisanga. Kudus : Menara Kudus, hlm.30 14

Amen Budiman, (1978). Semarang Riwayatmu Dulu, Jilid I, Semarang: Tanjung Sari, hlm.88 15

(8)

muballig yang mempunyai andil besar dalam dakwah Islam di Pulau Jawa, dan Madura.

Sunan Ampel turut membidani lahirnya Kesultanan Islam pertama di Pulau Jawa dengan ibukota di Bintoro, Demak, tahun 1477 atau 1479 M. la pula yang menunjuk muridnya Raden Fatah, putra Prabu Brawijaya V Majapahit, menjadi Sultan Demak tahun 1475 M dengan gelar: Sultan Alam Akbar AI Fattah. Kota Demak terletak sekitar 25 km di selatan Kota Kudus. Karenanya, tidaklah berlebihan jika kemudian Sunan Ampel dipandang punya jasa paling besar dalam meletakkan peran politik umat Islam di Nusantara.

Di samping itu, Sunan Ampel juga ikut mendirikan Mesjid Agung Demak pada tahun 1479 M. bersama para wali yang lain. Ketika mendirikan masjid tersebut, para wali mengadakan pembagian tugas. Sunan Ampel diserahi tugas membuat salah satu dari saka guru (tiang kayu raksasa) yang kemudian dipasang di bagian tenggara, hingga sekarang masih diberi nama sesuai dengan yang membuatnya yaitu Sunan Ampel.

Sunan Ampel mendirikan masjid, yang kini dikenal dengan nama Masjid Ampel, dibangun pada tahun 1421, lokasinya di Kelurahan Ampel, Kecamatan Pabean Cantikan, daerah Surabaya utara. Masjid ini didesain dengan arsitektur Jawa kuno, menggunakan atap tumpang tiga, tidak memiliki kubah seperti bangunan Timur Tengah.

Di kampung Ampel, sekitar kompleks Masjid Agung Sunan Ampel, terdapat 5 gapura (sbg simbol Rukun Islam):

1. Gapura Peneksen (Syahadat, bersaksi tiada Tuhan selain Allah SWT) 2. Gapura Madep (Sholat, melaksanakan sholat menghadap kiblat) 3. Gapura Ngamal (Zakat, menunaikan zakat/shodaqoh bagi yg mampu) 4. Gapura Poso (Puasa, puasa seperti di bulan suci Ramadhan)

5. Gapura Munggah (Haji, menunaikan haji bagi yg mampu)

Menurut tradisi, Sunan Ampel dianggap tokoh pertama kali yang menciptakan

Huruf Pegon16 atau tulisan Arab berbunyi bahasa Jawa. Dengan huruf pegon ini, ia dapat

menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada para muridnya.

Generasi pelanjut Sunan Ampel17 adalah Sunan Giri (lahir di Blambangan - nama lama dari daerah Banyuwangi, tahun 1442M). Dalam bahasa Sansekerta, kata giri

(9)

berarti gunung atau bukit . Sejak itulah, ia dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri. Di Perbukitan itulah yang kemudian ditempati untuk mendirikan sebuah pesantren Giri di Desa Sidomukti, Kebomas, Gresik pada tahun Saka nuju tahun Jawi

Sinong milir (1403 Saka). Pesantren ini merupakan pondok pesantren pertama yang ada

di kota Gresik. Zainal Abidin Sultan Ternate (1486 - 1500) adalah salah seorang yang pernah menuntut ilmu di Giri dan menjadi murid Sunan Giri Prabu Satmata.18

Pesantren Giri tidak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Pesantren ini kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa, bahkan pengaruhnya sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sumbawa, Sumba, Flores, Ternate, Sulawesi dan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima. Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke berbagai pulau, seperti Bawean (nama pulau dalam wilayah administrasi Jawa Timur), Kangean (Kepulauan Kangean adalah gugusan pulau yang merupakan bagian paling timur Pulau Madura, Laut Jawa), Madura (dalam wilayah administrative Jawa Timur), Haruku (nama pulau di Maluku Tengah), Ternate (Maluku Utara), hingga Nusa Tenggara19. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan20, Datuk Ri Bandang dan dua sahabatnya, menurut tradisi adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau21. Melalui sejumlah keteladanan para Auliya di bawah kepemimpinan Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri telah membawa suasana pergeseran kekuatan politik dari Kerajaan Majapahit ke Kesultanan Demak 22(Demak, 1478 -1556 M), dalam

17

Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M

18 H.J.de Graaf, “South East Asian Islam to The Eighteenth Century”,

The Cambridge History of Islam, Editor PM Holt, Ann K.S.Lambton, Berbad Lewis, Cambridge at the University Press, 1970, hal.136

19

G. Th. Theodore Pigeaud, H.J. De Graaf, Islamic States In Java 1500-1600,The Hague - Martinus Nijhoff, 1976, hal.15.

20

Dari Sulawesi Islam berkembang ke Nusatenggara (Himpunan pulau antara lain : Lombok, Bima, Sumbawa, Sumba, Timor, Solor Alor, dan lain sebagainya) yang dibawa oleh orang-orang Bugis yang banyak berhubungan dengan Gresik dan Giri.

21

J. Noorduyn, Islamisasi Makasar, Bhratara, Jakarta, 1972, hal. 33 22

(10)

keadaan damai. Suasana damai tetap terjaga andai saja mau mencermati dan mau mengerti untuk kemudian lebih memahami wujud budaya (material, dan non-material) yang sudah mengalami proses akulturasi dapat dicermati, antara lain :

1. Seni Bangunan

Wujud akulturasi dari masjid kuno seperti yang tampak pada ciri, antara lain:

a. Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut dengan Mustaka.

b. Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli Indonesia.

c. Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam.

2. Seni Rupa

Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan. Agar didapat keserasian, di tengah ragam hias suluran terdapat bentuk kera yang distilir. Ukiran ataupun hiasan selain ditemukan di masjid juga ditemukan pada gapura-gapura atau pada pintu dan tiang.

3. Aksara dan Seni Sastra

wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu. Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:

a. Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).

b. Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.

(11)

c. Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.

d. Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.

4. Sistem Pemerintahan

Wujud akulturasi dalam sistem pemerintahan terlihat seperti apa yang pernah diterapkan di Kesultanan Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya. Sistem pemerintahan Kesultanan Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.

Fenomena tersebut di atas juga dapat dilacak di sejumlah peninggalan Kesultanan Nusantara di Ternate, Maluku Utara (1486 - skrg.), Banjar, ( Banjarmasin, Kalimantan Selatan 1490 1595 M), Tidore, Maluku Utara (1495 skrg), Aceh Darussalam (Banda Aceh, 1514-1903 M), Banten, (Banten, 1520- 1808 M), dan seterusnya.

Selanjutnya, keadaan damai tidak harus diartikan MAJAPAHIT KERAJAAN ISLAM, dengan pertimbangan :

1. Lambang Majapahit dikenal dengan istilah Surya Majapahit . Entah dengan alasan apa ada kemiripan Surya Majapahit muncul pada logo yang digunakan oleh Ormas Islam Muhammadiyah (didirikan 1912 M). Logo Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta juga membuat kemiripan dengan Surya Majapahit. Menurut catatan Bapak Herman Sinung Janutama, logo yang berupa delapan sinar matahari terdapat beberapa tulisan “rab, yaitu shifat, asma, ma rifat, “dam, Muhammad, “llah, tauhid dan dzat. Logo UGM mirip Surya Majapahit lengkap dengan tulisan Arab, semoga saja sebagai hasil kreasi & motivasi seiring pendirian UGM, 1950-an, masa awal Kemerdekaan RI. Bandingkan dengan hiasan Surya Majapahit yang ada di Komplek Makam Tujuh, Trowulan, Mojokerto, juga dengan gambar yang serupa ada di dinding atas Mihrab Masjid Demak, Jawa Tengah.

(12)

berbagai bahasa dan akar katanya,23 misalnya pendapat Van der Tuuk, yang menyatakan bahwa 'nisan', bahasa asalnya dari Persia. Dalam arti umum 'nisan' adalah 'tanda'.24 Nisan dapat pula disebut 'maesan' atau 'maejan'. Kata 'maesan', berasal dari kata 'mahisa' - merupakan bahasa Sansekerta yang berarti kerbau. Pendapat tersebut dianalogkan pada tradisi dalam agama Hindu - berupa persembahan untuk kerbau dalam upacara-upacara kematian. Kerbau tersebut diikat pada tiang dan setelah upacara selesai, tiang tersebut dijadikan tanda peringatan bagi si mati.25 Adakalanya dibuat dari batu dan ada pula yang dibuat dari kayu. Sedangkan gaya atau bentuknya bermacam-macam.26

Sekian dan Terima kasih

Wassalam, Tebet, 11-6-2014

23

Damais, L.Ch., (1957), "Etudes Javanaises I, Les Tombes Musulmans datees de Tralaja",

BEFEO, XLVIII, Fase 2, Paris, hlm.353-415 24

Kreemer, J., Atjeh Algemeen Samenvattend Overzicht van Land en Volk van Atjeh en Onderhoorigheden, vol.I,Leiden, E.J.Brill, 1922 :515-516

25

Damais, L.Ch., (1957), "Etudes Javanaises I, Les Tombes Musulmans datees de Tralaja", BEFEO, XLVIII, Fase 2, Paris, hlm.359

26Santoso Azis, Halina Budi, "Catatan tentang Perbandingan Nisan Kubur dari Beberapa

Daerah Indonesia", dalam PIA I, Jakarta: Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional,

Referensi

Dokumen terkait

Karena hanya dengan menggunakan brosur sebagai sarana publikasi belum maksimal dan belum tepat sasaran, maka peneliti menyarankan untuk membuatkan sebuah animasi promosi iklan

Sehubungan dengan Surat Penawaran Saudara pada Paket Pekerjaan Penyediaan Makan Minum Pasien RSUD Kabupaten Nunukan Tahun Anggaran 2014, maka dengan ini kami

CREDIT CARD PAYMENT AUTHORIZATION FORM... MOBILE

Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia nomor 06/Dep/Dep.6/10/2016 Tentang pedoman penilaian kesehatan

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut di atas maka .panitia melakukan penilaian dan memasukkan 5 (lima) perusahaan dengan nilai tertinggi untuk dimasukkan dalam daftar pendek

maupun bersama-sama yang mewakili paling sedikit lebih dari 20% (duapuluh persen) dari jumlah Sukuk Ijarah yang belum dilunasi, namun tidak termasuk Sukuk Ijarah yang dimiliki

berkomunikasi, pendidik dapat mendorong dan menguatkan kapasitas kopsep diri akademik (keyakinan dan upaya) peserta didik (Fathi-Ashtiani, Ejei, Khodapanahi, &

Setelah dilakukan penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Kategori kata dari unsur leksikal bahasa Indonesia yang berinterferensi kedalam bahasa Jawa