commit to user
FORMULASI DAN STUDI EFEKTIVITAS ANTIJAMUR (Candida albicans)
SALEP DARI MINYAK BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi
Disusun Oleh : Megariaswaty B
M3508047
PROGRAM DIPLOMA 3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau dan / atau dicabut.
Surakarta, 31 Januari 2012
commit to user
iv
FORMULASI DAN STUDI EFEKTIVITAS ANTIJAMUR (Candida albicans)
SALEP DARI MINYAK BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)
INTISARI
Minyak biji jarak pagar (Jatropha carca ss .L) mengandung kursin alkaloid, dan saponin. Secara empiris minyak jarak pagar (Jatropha curcas .L) ini bermanfaat untuk pemakaian luar yaitu untuk gatal-gatal, jamur pada kulit, jerawat, obat perut, dan lain-lain.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas formulasi sediaan salep dari minyak jarak pagar dengan konsentrasi 1% dan 5%. Uji yang dilakukan untuk memeriksa mutu fisik salep yaitu meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji daya sebar, uji lengket, uji pH, dan uji iritasi, serta efektifitas antijamurnya terhadap Candida albicans menggunakan metode difusi lubang/ perforasi dengan eksperimental desain post test only control group design.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan formulasi salep berpengaruh terhadap viskositas, pH, dan daya sebar, serta tidak berpengaruh terhadap homogenitas, organoleptis, uji iritasi, dan daya lekat. Sedangkan menurut perbedaan konsentrasi minyak jarak pagar dalam formulasi berpengaruh pada pH dan viskositas. Pada penelitian antijamur, salep minyak jarak dengan konsentrasi 5% dapat menghambat jamur dengan DDH sebesar 1,16 mm.
commit to user
v
FORMULATION AND STUDY EFFECTIVENESS ANTI FUNGI
(Candida Albicans) OF OINTMENT
FROM SEED OIL (Jatropha Curcas L.)
Abstract
Seed oil / castor oil (Jatropha Curcas L.) has a content of curcin, alkaloid, and saponin. Empirically, castor oil can be useful for external drug, such as pruritis, fungi, acnes, stomacache, and etc.
This research done to know the effectiveness of ointment formulation from castor oil with containing in 1% and 5% concentration. The physical stability test series which consisted of the organoleptic, the homegeneity, the dispersiveness, the adhesiveness, the viscosity, and the acidity level (pH) also the effectiveness anti fungi (Candida albicans) with eksperiment post test only control group design.
Results of the research indicate that different ointment formulation having an effect for viscocity, pH, and dispersiveness, and haven’t effect for homegenity, organoleptic, irritation, and adhesiveness. According to the different concentration, the ointment having effect for pH and viscocity. Research for anti fungi, 5% castor oil can inhibit the growth of Candida albicans with 1,16mm zone inibibition.
commit to user
vi MOTTO
Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain). Dan hanya
kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Q.S Al-insyirah: 6-8)
The only thing i have to do in life is die everything else is a choice….including breathing.
(GDragon – BigBang)
Smile is like a magical virus, when you see a stranger smile, your naturally smile too, I always smile because I hope other will smile too.
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karyaku ini untuk :
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan. Penyusunan Tugas
Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi di
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret.
Penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh sebab itu penulis mengucapkan
terima kasih yang setulusnya kepada:
1. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., PhD. selaku Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
2. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt. selaku Ketua Prodi Program D3 Farmasi
Universitas Sebelas Maret.
3. Anif Nur Artanti, S.Farm., Apt selaku pembimbing Tugas Akhir atas kesabaran
dan bimbingan yang diberikan dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
4. Nestri Handayani, M, Si., Apt. selaku Pembimbing Akademik atas kesabaran
dan petunjuk yang diberikan kepada penulis selama penulis menempuh studi di
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret.
5. Bapak/Ibu Dosen Program Studi D3 Farmasi yang telah memberikan ilmu
kepada penulis selama di bangku kuliah.
6. Orangtua tercinta, terima kasih atas segala doa, kasih sayang dan dukungan baik
commit to user
ix
7. Adik-adikku tersayang Reza dan Sandy yang selalu memberikan motivasi.
8. Sahabat-sahabatku Mery, Nindy, Tya, dan Kartika atas persahabatan yang telah
terjalin selama ini.
9. Teman-teman Kost Embun Pagi Iis eonni, Mbak Mita, Mbak Desi, Isma eonni,
atas motivasi, kebersamaan, keceriaan dan semangatnya.
10.Teman-teman seperjuangan D3 Farmasi angkatan 2008.
11.Semua pihak yang telah membantu dalam persiapan ujian tugas akhir.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, namun dengan
segala kerendahan hati atas kekurangan itu, penulis menerima kritik dan saran dalam
rangka perbaikan tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi perkembangan
ilmu kefarmasian khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya.
Surakarta, 31 Januari 2012
commit to user
x DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ……….. iii
INTISARI ……… iv
ABSTRACT ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ……… ix
DAFTAR TABEL ……… x
DAFTAR GAMBAR ………... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
DAFTAR SINGKATAN ………. xiii
BAB I PENDAHULUAN ……… xiv
1.1Latar Belakang ……… 1
1.2Perumusan Masalah ……… 3
1.3Tujuan Penelitian ……… 3
1.4Manfaat Penelitian ……….. 4
commit to user
xi
2.1.1. Sistematika Tumbuhan ………... 5
2.1.2. Nama Lain ……….. 5
2.1.3. Morfologi Tanaman ……… 6
2.1.4. Kegunaan Tanaman ……… 6
2.1.5. Kandungan Minyak Jarak ………... 7
2.1.6. Pengepresan Minyak Biji Jarak Pagar ……… 8
2.2. Salep ……….. 9
2.2.1. Pengertian Salep ………. 10
2.2.2. Aturan Umum ……… 11
2.2.3. Bahan Salep ……… 13
2.2.4. Metode Pembuatan Salep ……… . 13
2.2.5. Syarat Salep ……… 14
2.2.6. Faktor-faktor Pelepasan Obat dari Salep …………. 15
2.3. Metode Pengujian Aktivitas Anti Bakteri dan Anti Jamur …. 16
2.4. Kulit ……….. 18
2.4.1. Pengertian Kulit ……….. 18
2.5. Candida Albicans ………... 20
2.6. Kerangka Pemikiran ……….. 22
2.7. Hipotesis ……… 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat ……….. 25
commit to user
xii
3.1.2. Alat ……….. 25
3.3. Waktu dan Tempat Penelitian ……… 26
3.2. Variabel Penelitian ……… 26
3.4. Cara Kerja Penelitian ……… 27
3.4.1. Pembuatan Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas .L) ... 27
3.4.2. Penentuan Bobot Jenis Minyak Jarak Pagar …………. 27
3.4.3. Perhitungan Rendemen Minyak Jarak Pagar ………… 28
3.4.4. Formulasi Salep Basis Serap ……… 28
3.4.5. Pembuatan Salep Minyak Jarak Pagar ………... 28
3.4.6. Uji Stabilitas Fisik ………... 29
3.5. Uji Anti Jamur ……… 31
3.6. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ……… 33
3.7. Diagram Alir Kerja ……… 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40
BAB V PENUTUP 5.1.Kesimpulan ... 54
5.2.Saran ... 54
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Kandungan Asam Lemak Minyak Jarak ……… 8
Tabel II. Formulasi Salep Minyak Jarak Pagar ………. 28
Tabel III. Homogenitas Salep Minyak Jarak Pagar Selama 8 Minggu …….. 40
Tabel IV. Hasil Uji pH Salep Selama 8 Minggu ……… 41
Tabel V. Hasil Uji Daya Sebar Salep ……… 44
Tabel VI. Hasil Daya Lekat ……….. 46
Tabel VII. Hasil Uji Iritasi ……… 48
Tabe; VIII. Hasil Uji Organoleptis Selama 8 Minggu ……….. 49
Tabel IX. Hasil Uji Viskositas Salep Selama 8 Minggu ……… 50
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur Kulit Manusia ……… 18
Gambar 2. Candida albicans……… 20
Gambar 3. Ekstraksi Minyak Jarak Pagar ………. 34
Gambar 4. Diagram pembuatan salep serap minyak jarak formula I ... 35
Gambar 5. Diagram pembuatan salep serap minyak jarak formula II ... 35
Gambar 6. Diagram pembuatan salep serap minyak jarak formula III.. 36
Gambar 7. Diagram pembuatan salep serap minyak jarak formula IV... 36
Gambar 8. Diagram Uji sifat fisik salep minyak jarak pagar …………... 37
Gambar 9. Diagram Uji iritasi salep minyak jarak pagar ………. 37
Gambar 10. Diagram pembuatan agar miring ………... 38
Gambar 11. Diagram pembuatan biakan jamur ………... 38
Gambar 12. Diagram Uji Anti Jamur …..……… 39
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Determinasi Tanaman Jarak Pagar ……… 59
Lampiran 2. Hasil Berat Jenis dan Rendemen Minyak Jarak Pagar ... 60
Lampiran 3. Perhitungan Penimbangan ... 61
Lampiran 4. Hasil Uji Homogenitas ………. 62
Lampiran 5. Hasil Uji pH ……….. 63
Lampiran 6. Hasil Uji Statistik pH ……… 64
Lampiran 7. Hasil Uji Daya Sebar…………..……….. 67
Lampiran 8. Hasil Uji Statistik Uji Daya Sebar ………...……. 68
Lampiran 9. Hasil Uji Daya Lekat Salep ……….. 71
Lampiran 10. Hasil Uji Statistik Daya Lekat ……….…... 72
Lampiran 11. Hasil Uji Viskositas ……… 75
Lampiran 12. Hasil Hasil Uji Statistik Viskositas ………. 76
Lampiran 13. Hasil Uji Iritasi ………... 79
Lampiran 14. Hasil Uji Penampakan Iritasi ……….. 80
Lampiran 15. Hasil Uji Organoleptis ……… 81
Lampiran 16. Hasil Uji Aktivitas Hambat Antijamur ………... 82
Lampiran 17. Gambar Hasil Uji Anti Jamur ………. 83
Lampiran 18. Penampakan Salep ……….. 84
commit to user
xvi
DAFTAR SINGKATAN
TBC : Tuberchulosis
PEG : Poly Ethilen Glicol
KHM : Konsentrasi Hambat Minimum
TBS : Triptic Soy Broth
NaCl : Natrium Clorida
DDH : Diameter Daya Hambat
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora, beberapa
diantaranya telah dibudidayakan untuk diambil sebagai bahan baku. Prospek
pengembangan tumbuhan obat cukup cerah dilihat dari aspek perkembangan
industri obat tradisional, kosmetik dan pengembangan obat modern. Kini
masyarakat semakin gencar memanfaatkan bahan alami bagi kesehatan dan
terbukti efektif, efisien, aman, dan ekonomis (Wijayakusuma, 2000).
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) ini banyak digunakan untuk
pemakaian luar yaitu untuk bengkak, gatal-gatal, jamur pada kulit, jerawat,
kerion (penyakit pada bagian kulit yang berambut), penyubur rambut, reumatik,
borok yang tidak sembuh-sembuh (chroniculcer), obat cacing, oobat perut,
kembung, obat luka, obat diare, antiseptik (Anonim, 1989;2000). Selain itu jarak
pagar dapat juga digunakan sebagai obat keseleo, dan radang vagina, (Wijaya
kusuma, 2008).
Semua bagian tanaman jarak pagar telah digunakan sejak lama dalam
pengobatan tradisional. Minyaknya digunakan sebagai pembersih perut
(pencahar), mengobati penyakit kulit, dan untuk mengobati rematik. Saripati
cairan rebusan daunnya digunakan sebagai obat batuk dan antiseptik pasca
melahirkan. Bahan yang berfungsi meredakan luka dan peradangan juga telah
commit to user
2
jarak pagar menunjukkan sifat antimoluska, antiserangga, dan antijamur. Proses
bioteknologi yang berhubungan dengan pemanfaatan jarak pagar, antaralain
perbaikan genetika tanaman, pengendalian pestisida biologis, ekstraksi minyak
dengan enzim, fermentasi anaerob dari bungkil, pengisolasian bahan
antiperadangan, dan enzim pereda luka. Di India, Afrika, dan Amerika Latin
berbagai bagian dari tanaman jarak pagar digunakan sebagai anthelmintic dan
pencuci perut (purgative). Sementara itu daunnya sebagai pembeku atau
penstabil darah (haemostatic). Di Mali, daunnya digunakan untuk pengobatan
malaria (Alamsyah, 2005).
Hasil studi dimasyarakat, jarak pagar biasa digunakan pada bagian daun
sebagai obat penyakit koreng dan gatal-gatal, bagian biji digunakan untuk
mengurangi kesulitan buang air besar, mengobati kanker mulut rahim, obat
kulit, bisul, dan infeksi jamur (Zulkifli, 2005). Biji jarak mengandung senyawa
saponin, alkaloida, terpenoid, steroid dan cardenolide (Ejelonu et al, 2010).
Saponin mempunyai kegunaan sebagai racun dan antimikroba (jamur, bakteri,
virus). Saponin ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dalam air
aglikonnya, saponin ada dua, yaitu steroid dan triterpenoid (Harborne, 1973).
Penelitian lain yang dilakukan terhadap minyak biji jarak pagar dengan
konsentrasi 10 mgml-1 dalam larutan etanol terbukti dapat menghambat Candida
albicans sebesar ±18 mm (Igbinosa, 2010).
Setelah melihat efektifitasnya, maka dalam penelitian ini akan dilakukan
commit to user
3
mengkaji kemampuannya sebagai anti jamur Candida albicans. Candida
albicans dapat ditemukan dimana-mana sebagai mikroorganisme yang menetap
didalam saluran yang berhubungan dengan lingkungan luar manusia (rectum,
rongga mulut dan vagina). Prevalensi infeksi Ca ndida albicans pada manusia
dihubungkan dengan kekebalan tubuh yang menurun, sehingga infasi dapat
terjadi. Meningkatnya prevalensi Candida albicans dihubungkan dengan
kelompok penderita dengan gangguan sistem imunitas seperti pada penderita
AIDS, penderita yang menjalani transpalantasi organ dan kemoterapi
antimaligna. Sebanyak 79% kasus ditemukan disebabkan oleh spesies Candida.
B. Perumusan Masalah
a. Apakah minyak biji jarak pagar (Jatropha curcass .L) konsentrasi
minyak 1% dan 5% dapat diformulasikan dalam sediaan topikal
berupa salep dengan perbedaan formulasi basis salep serap?
b. Apakah salep serap minyak biji jarak pagar 1% dan 5% memiliki sifat
fisik yang baik?
c. Apakah salep minyak biji jarak pagar dengan konsentrasi 1% dan 5%
dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans?
C. Tujuan Penelitian
a. Dapat membuat formulasi salep dari minyak jarak pagar (Jatropha
curcass .L) pada konsentrasi 1% dan 5% sebagai sediaan topikal
dengan menggunakan basis serap tanpa penambahan air dan dengan
commit to user
4
b. Mengetahui kemampuan salep minyak biji jarak pagar pada
konsentrasi 1% dan 5% dalam menghambat pertumbuhan jamur
Candida albicans.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah, dapat memberikan manfaat serta
informasi mengenai pemanfaatan tanaman jarak pagar sebagai obat jamur..
Melalui penelitian ini akan diperoleh informasi mengenai formulasi sediaan
salep minyak biji jarak pagar yang baik dan dapat dimanfaatkan sebagai obat
anti jamur, serta akan diperoleh informasi mengenai kemampuan minyak biji
commit to user
5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Jarak Pagar
2.1.1. Sistematika Tumbuhan
Sistematika tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) adalah sebagai
berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Species : Jatropha curcas L. (Anonim, 2000).
2.1.2. Nama Lain
Sinonim atau nama ilmiah dari tanaman jarak pagar ini adalah Curcas
purgas. Nama umum atau dagang adalah jarak pagar atau jarak kosta. Nama
daerah adalah nawaih nawas (aceh), jarak kosta (melayu), jirak (minangkabau),
jarak kusta (sunda), jarak cina (jawa tengah), kalele (madura), jarak pager (bali),
kuman nema (alor), lulunan (Roti), paku kase (timor), bintalo (gorontalo),
bindalo (buol), tondoutemene (bare), tanggang-tanggang kali (Makasar), malate
commit to user
6
2.1.3. Morfologi Tanaman
Tanaman jarak pagar merupakan tanaman perdu atau pohon kecil tinggi 2
-5m, bisa ditanam sebagai tanaman pagar, kadang-kadang liar, tumbuh baik
ditempat yang tanahnya tidak subur dan beriklim panas, dari dataran rendah
sampai 300 meter dari permukaan laut dan termasuk tanamn beracun yang
berasal dari Amerika tropis. Berbuah bulat dengan diameter 3-4 cm, bila masak
berwarna kuning, bila kering akan retak-retak, tanaman ini menghasilkan biji
yang berkhasiat sebagai pencahar dan toksik. Dikembangkan dengan biji dan
stek batang (Supriadi dkk, 2001).
Buah tanaman jarak pagar berupa buah berbentuk bulat telur dengan
diameter 2 - 4 cm. Panjang buah 2cm dengan ketebalan sekitar 1cm. Buah
berwarna hijau ketika muda, serta abu-abu kecoklatan atau kehitaman ketika
masak. Buah jarak terbagi menjadi 3 ruang berisi 1 biji sehingga dalam setiap
buah terdapat 3 biji. Biji berbentuk bulat lonjong dan berwarna cokelat
kehitaman. Biji inilah yang banyak mengandung minyak dengan rendemen
sekitar 35-45% dan beracun yaitu curcin (Hambali dkk, 2006).
2.1.4. Kegunaan Tanaman
Biji dan minyak jarak pagar digunakan untuk mengatasi kesulitan buang
air besar (konstipasi) dan kesulitan melahirkan Selain itu minyaknya sering
digunakan sebagai penyubur rambut. Hasil penelitian pada hewan percobaan
memberikan efek anti radang, pencahar, dan efek antineoplastik dari minyak
commit to user
7
rahim dan kanker kulit, TBC kelenjar, bisul, koreng, kudis dan infeksi jamur
(Sinaga, 2006).
Minyak biji jarak pagar juga dapat dikembangkan menjadi larvasida
nyamuk Aedes aegypti (Riyadhi, 2008).
2.1.5. Kandungan Minyak Jarak
Minyak jarak pagar (Jathropha curcas L.) terdiri dari gliserida-gliseria,
asam palmitat, stearat dan kurkanolat. Minyak yang diambil dari pengepresan
biji masih mengandung protein racun yang disebut krusin, alkaoid dan saponin.
Minyak biji jarak pagar sangat beracun, berwarna kuning, kental dan tidak
berbau (Astuti, 2010).
Minyak jarak pagar mengandung asam lemak, asam risinoleat, asam
linoleat, saponin dan alkaloid. Minyak jarak berkhasiat sebagai obat udem, obat
luka, obat borok, obat gosok, laksan dan penyubur rambut (Supriadi, 2001).
Pada biji jarak terkandung senyawa saponnin, alkaloida, terpenoid,
steroid dan cardenolide (Ejelonu et al, 2010). Saponin adalah senyawa aktif yang
menimbulkan busa jika dikocok kuat dalam air dan pada konsentrasi rendah
sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Saponin bersifat seperti sabun
karena kemampuannya dalam membentuk busa. Saponin larut dalam air dan
etanol tapi tidak larut dalam eter, sehingga paling cocok di ekstraksi dari
tumbuhan menggunakan etanol atau methanol panas 10-900 persen (Robinson,
1995). Alkaloid berfungsi sebagai antiiritan dan dapat menstimulasi sirkulasi
commit to user
8
2.1.6. Pengepresan Minyak Biji Jarak Pagar
Tanaman jarak pagar menghasilkan biji yang terdiri dari 60% berat
kernel (daging biji) dan 40% berat kulit. Inti biji (kernel) jarak pagar
mengandung sekitar 40 – 45 % minyak sehingga dapat di ekstrak menjadi
minyak jarak dengan cara mekanis ataupun ekstraksi dengan pelarut heksana.
Minyak jarak pagar merupakan jenis minyak yang memiliki komposisi
trigliserida yang mirip dengan minyak kacang tanah. Komponen terbesar
minyak jarak adalah trigliserida yang mengandung asam lemak oleat dan
linoleat (Hambali dkk, 2006).
Tabel 1. Kandungan Asam Lemak Minyak Jarak
Asam Lemak Komposisi (%-berat)
Asam oleat 43,2
Asam linoleat 34,3
Asam palmitat 14,2
Asam stearat 6,9
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan minyak atau
atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak adalah rendering,
teknik pngepresan mekanis (mechanical expression), dan menggunakan pelarut
(solvent extraction). Pengepresan mekanis merupakan cara pemisahan minyak
dari bahan yang berupa biji-bijian. Cara ini paling sesuai untuk memisahkan
minyak dari bahan yang kadar minyaknya tinggi, yaitu sekitar 30 – 70%.
Minyak jarak pagar terkandung dalam bahan yang berbentuk biji dengan
kandungan minyak sekitar 35 – 45%. Dengan demikian, metode ekstraksi yang
paling sesuai untuk biji jarak yaitu teknik pengepresan mekanis.
commit to user
9
yaitu pengepresan hidrolik (hydraulic pressing) dan pengepresan berulir
(expeller pressing) (Hambali, dkk. 2006).
Pengepresan hidrolik adalah pengepresan dengan menggunakan tekanan.
Tekanan yang dapat digunakan sekitar 140,6kg/cm. Besarnya tekanan akan
mempengaruhi minyak jarak yang dihasilkan. Pada teknik pengepresan hidrolik,
sebelum dilakukan pengepresan. Biji jarak diberi perlakuan pendahuluan berupa
pemberian suhu panas atau pemasakan. Pemasakan dapat dilakukan dengan cara
pemanasan di oven ataupun pengukusan dengan menggunakan uap air (steam).
Pemasakan biji jarak bertujuan untuk mengumpulkan protein dalam biji jarak.
Penggumpalan protein diperlukan untuk efisiensi ekstraksi. Umumnya, pada
pengepresan hidrolik dihasilkan rendemen minyak sampai dengan 30%
(Hambali, dkk.2006).
2.2. Salep
Sediaan farmasi semi padat meliputi salep, pasta, emulsi, krim, gel dan
busa yang kuat. Sifat umum sediaan ini adalah mampu melekat pada permukaan
tempat pemakaiaan dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci
atau dihilangkaan. Perekatan ini disebabkan sifat reologis plastis sediaan ini,
yang memungkinnkan sediaan semipadat tersebut memiliki bentuk yang tetap
dan melekat sebagai lapisan tipis sampai ada suatu tindakan yaitu dengan suatu
kekuatan dari luar, yang mengakibatkan bentuk sediaan ini akan rusak
commit to user
10
Sediaan semi padat digunakan pada kulit dimana umumnya sediaan
tersebut berfungsi sebagai pembawa pada obat-obat topikal sebagai pelunak
kulit, atau sebagai pelembab. Sejumlah kecil bentuk sediaan semi padat topikal
ini digu nakan pada membrane mukosa seperti dibawah rectal, mukosa vagina,
membrane uretra, saluran telinga luar, mukosa hidung dan kornea. Membran
mukosa memungkinkan penyerapan yang lebih baik kesirkulasi sistemik, karena
kulit normal bersifat relatife tidak dapat ditembus (Lachman et al, 1986)
2.2.1. Pengertian Salep
Salep merupakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen
dalam dasar salep yang cocok (Anonim, 1979). Pemerian tidak boleh berbau
tengik. Kadar kecuali dinyatakan lain, dan untuk salep yang mengandung obat
keras atau obat narkotik , kadar bahan obat adalah 10 %. Dasar salep kecuali
dinyatakan lain, sebagai bahan dasar digunakan vaselin putih. Teragantung dari
sifat bahan obat dan tujuan pemakaian dapat dipilih salah satu bahan dasar
berikut :
a. Dasar salep senya wa hidroka rbon vaselin putih, vaselin kuning atau
campurannya dengan malam putih, dengan malam kuning atau dengan
senyawa hodrokarbon lain yang cocok.
b. Dasar salep serap lemak bulu domba ; campuran 3 bagian kolesterol, 3
bagian stearil alkohol, 8 bagian malam putih dan 8 bagian vaselin putih;
commit to user
11
c. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air : Emulsi minyak dalam air.
d. Dasar salep yang dapat larut dalam air : Polietilenglikola atau
campurannya (Anief, 2000).
2.2.2. Aturan Umum
a. Zat yang larut dalam dasar salep , dilarutkan bila perlu dengan
pemanasan rendah.
b. Zat yang tidak culup dalam dasar salep, lebih dulu diserbuk dan diayak
dengan derajat ayakan no. 100
c. Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu
mendukung/menyerap air tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang
tersedia, setelah itu ditambahkan bagian dasar salep lain.
d. Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut
harus diaduk sampai dingin (Anief, 2000).
Formulasi salep yang ideal harus bersifat antara lain tidak toksik, tidak
mengiritasi, tidak menyebabkan alergi, tidak meninggalkan bekas, dan tidak
melukai. Salep dapat berfungsi sebagai:
1. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk kulit.
2. Sebagai pelumas pada kulit
3. pelindung kulit untuk mencegah kontak permukaan kulit dengan
rangsang kulit (Ansel, 1989).
Berdasarkan komposisinya dasar salep dapat digolongkan menjadi
commit to user
12
salep larut dalam air. Berikut ini akan dijelaskan dasar salep hidrokarbon dan
salep larut air:
1. Dasar salep hidrokarbon (berminyak)
Dasar salep hidrokarbon (dasar bersifat lemak) merupakan dasar
salep yang berbasis hidrokarbon meninggalkan lapisan minyak pada
kulit. Dasar hidrokarbon dipakai terutama untuk efek emolien. Dasar
salep tersebut bertahan pada kulit untuk waktu yang lama dan sukar
dicuci. Kerjanya sebagai bahan penutup saja, contoh dari dasar salep ini
antara lain vaselin, paraffin liquidum, oleum sesami dan sebagainya
(Voigt, 1987).
2. Dasar salep larut dalam air
Dasar salep larut dalam air mengandung komponen yang larut
air, bersifat greaseless atau tidak berminyak. Basis serap larut air dapat
melunak dengan adanya penambahan air. Basis larut air biasanya
digunakan untuk mencampur bahan aktif tidak berair atau bahan padat.
Selain itu, basis larut air bersifat non occlusive atau tidak sukar dicuci.
Contohnya polietilenglikol (PEG) (Voigt, 1987).
3. Dasar salep serap
Dasar salep ini berguna sebagai emolien walaupun tidak
menyediakan derajat penutupan seperti yang dihasilkan dasar salep
berlemak. Dasar salep ini juga bermanfaat untuk pencampuran larutan
commit to user
13
anhidrida, lanolin, cold cream (Ansel, 1989).
2.2.3. Bahan Salep
a. Vaselin putih
Vaselin atau petrolatum adalah campuran basis hidrokarbon setengah
padat yang diperoleh dari minyak bumi. Vaselin merupakan suatu massa
yang bagus, berwarna kekuning-kuningan sampai kuning muda dan
melebur pada temperature antara 38o dan 60o C (Voight, 1987).
b. Adeps Lanae
Adeps lanae berwarna kuning muda, setengah bening dengan
kosistensi yang mnyerupai salep yang liat dan mempunyai bau yang agak
mudah dikenal (Anonim, 1979).
c. Lanoline
Lanoline adalah adeps lanae yang mengandung air 25%, yang
digunakan sebagai pelumas dan penutup kulit dan lebih mudah dipakai
(Anief, 1987).
2.2.4. Metode Pembuatan Salep
2.2.4.1. Pencampuran
Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur
bersama-sama dengan segala cara sampai sediaan yang homogen tercapai (Ansel, 1989).
2.2.4.2. Peleburan
Dicampurkan dengan melebur bersama-sama dan didinginkan dengan
commit to user
14
dicairkan biasanya ditambahkan pada cairan yang sedang mengental setelah
didinginkan. Bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir bila temperatur
dari campuran telah cukup rendah tidak menyebabkan penguraian atau
penguapan dari komponen (Ansel, 1989).
2.2.5. Syarat Salep
2.2.5.1. Syarat – Syarat Salep
Salep harus memenuhi kualitas dasar antara lain :
a. Stabil
Salep harus stabil selama asih digunakan untuk mengobati. Oleh karena itu
bebas inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada
dalam panas.
b. Lunak
Salep banyak digunakan untuk kulit teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi dan
dibuat sedemikian sehingga semua zat keadaan yang halus dan seluruh
produk harus lunak dan homogen.
c. Mudah digunakan
Kebanyakan keadaan salep akan mudah digunakan, kecuali sediaan salep
dalam keadaan sangat kaku (keras) atau sangat encer. Salep tipe emulsi
umumnya paling mudah digunakan dan mudah dihilangkan dari kulit.
d. Dasar salep yang cocok
Dasar salep harus dapat dicampur secara fisika dan kimia dengan obat yang
commit to user
15
dari obat dan dipilih sedemikian rupa untuk mampu melepas obat pada
daerah yang diobati.
e. Terdistribusi merata
Pengobatan dengan salep yang padat atau cair harus terdistribusi merata
melalui dasar salep. Pengobatan harus disesuaikan dengan fase yang cocok
bila dengan produk teremulsi.
2.2.6. Faktor-faktor Pelepasan Obat dari Salep
Pelepasan dari bentuk-bentuk sediaan dan kemudian absorbsi dalam
tubuh dikontrol oleh sifat fisika kimia dari obat dan bentuk yang diberikan, serta
sifat-sifat kimia dan fisiologi dari sistem biologi (Susanti, 2007). Faktor-faktor
yang dapat memenuhi pelepasan obat dari salep pada dasarnya sama dengan
faktor-faktor absorbsi pad saluran cerna dengan laju difusi yang sangat
tergantung pada sifat fisika kimia obat (Ansel, 1989).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan obat tersebut diantaranya :
a. Kelarutan dari bahan obat (afinitas obat) terhadap bahan pembawa
Obat yang sangat larut dalam bahan pembawa pada umumnya
mempunyai afnitas kuat terhadap bahan pembawa dapat menunjukkan
bahwa koefisien aktifitasnya rendah, sehingga pelepasan obat dari
bahan pembawanya menjadi lambat demikianan sebaliknya (Voigt,
commit to user
16 b. Waktu difusi
Semakin cepat waktu difusi akan semakin besar obat yang dilepas,
sebaliknya obat dilepas akan semakin kecil bila waktu difusi semakin
lambat (Voigt, 1984)
c. Jenis basis salep
Basis salep yang satu mempunyai sifat yang berbeda dengan jenis
basis salep lainnya, misalnya pH, polaritas, viskositas dan sebagainya,
sehingga pemilihan basis sangat penting karena kesesuaian basis salep
sangat berpengaruh pada proses pelepasannya. Dengan demikian
kecepatan pelepasan obat dari berbagai basis yang berbeda pula
pelepasannya. Jenis basis salep dengan viskositas tinggi menyebabkan
koefisien difusi obat dalam basis rendah sehingga pelepasan obat akan
menjadi kecil (Voight, 1984).
2.3. Metode Pengujian Aktifitas Antibakteri dan Antijamur
Aktivitas antibakteri ditentukan oleh spektrum kerja (spektrum kerja
luas, spektrum kerja sempit), cara kerja (bakterisida atau bakteriostatik) dan
ditentukan pula oleh Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) serta potensi
hambatan pada KHM.
Pengujian terhadap aktivitas antibakteri dilakukan untuk mengetahui
obat-obat yang paling poten untuk kuman penyebab penyakit terutama penyakit
commit to user
17
Pengujian ini dapat dilakukan dengan cara yaitu:
1. Metode Difusi
a. Metode lubang (perforasi)
Bakteri uji umur 18- 24 jam disuspensikan ke dalam media agar pada
suhu sekitar 450C. Suspensi bakteri dituangkan ke dalam cawan petri
steril. Setelah agar memadat, dibuat lubang-lubang dengan diameter
6-8 mm. Kedalaman lubang tersebut dimaksukkan larutan zat yang akan
diuji aktivitasnya, kemudian diinkubasikan pada suhu 370C selama
18-24 jam. Aktivitas antibakteri dapat dilihat dari daerah bening yang
mengelilingi lubang perforasi (Yuliani, 2001).
b. Metode cakram kertas
Zat yang akan diuji diserapkan ke dalam cakram kertas dengan cara
meneteskan pada cakram kertas kosong larutan antibakteri sejumlah
tertentu dengan kadar tertentu pula. Cakram kertas diletakkan diatas
permukaan agar padat yang telah diolesi bakteri, diinkubasi selama
18-24 jam pada suhu 370C . aktivitas antibakteri dapat dilihat dari
daerah hambat di sekeliling cakram keras (Yuliani, 2001).
2. Metode Dilusi
a. Metode pengenceran tabung
Antibakteri disuspensikan dalam agar Triptic Soy Broth (TBS) dengan
pH 7,2-7,4 kemudian dilakukan pengenceran dengan menggunakan
commit to user
18
yang telah disuspensikan dengan NaCl fisiologis steril atau dengan
TSB, yang tiap mililiternya mengandung kurang lebih 105-106 bakteri.
Setelah diinkubasikan pada suhu 370C selama 18-24 jam, tabung yang
keruh menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri, sedangkan tabung
yang bening menunjukkan zat antibakteri yang bekerja. (Yuliani,
2001).
b. Metode pengenceran agar
Zat antibakteri dicampur sampai homogen pada agar steril yang masih
cair dengan suhu terendah mungkin (±450C) dengan menggunakan
berbagai konsentrasi aktif, larutan tersebut dituangkan kedalam cawan
petri steril kemudian setelah memadat dioleskan bakteri uji pada
permukaannya (Yuliani, 2001).
[image:34.595.161.510.241.617.2]2.4. Kulit
Gambar I. Struktur Kulit Manusia
2.4.1.Pengertian
Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap
commit to user
19
menyokong penampilan dan kepribadian seseorang (Aiache, 1993).
Fungsi kulit secara umum (Djuanda dkk, 2001) :
a. Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik, misalnya
tekanan; gesekan; tarikan; zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan;
gangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan UV;
gangguan infeksi luar terutama kuman maupun jamur.
b. Fungsi absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat,
tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu pun
yang larut lemak.
c. Fungsi ekskresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau
sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan
amonia.
d. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung syaraf sensorik di dermis dan
subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan
ruffini di dermis dan subkutis. Dingin oleh badan krause. Rabaan
commit to user
20 e. Fungsi pengaturan suhu tubuh
Kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan
mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit
f. Fungsi pembentukan pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan sel
ini berasal dari rigi syaraf.
g. Fungsi keratinisasi
Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu
keratinosit, sel langerhans dan melanosit.
h. Fungsi pembentukan vitamin D
Dengan mengubah 7 hidroksi kolesterol dengan bantuan sinar
matahari (Aiache, 1993).
[image:36.595.153.509.245.598.2]2.5. Candida albicans
Gambar II. Candida albicans
Jamur Candida albicans biasanya hidup sebagai saprofit dalam rongga
mulut, usus dan vagina. Pada orang sehat jamur ini bersifat apatogen, tetapi pada
keadaan tertentu, yaitu pada keadaan daya tahan tubuh menurun jamur ini dapat
commit to user
21
vagina jamur ini dapat menimbulkan gejala keputihan yang dikenal sebagai
kandidiasis vagina (Suprihatin, 1992).
Menurut Frobisher (1983), sistematika Candida albicans adalah sebagai
berikut :
Divisio : Thallophyta
Subdivisio : Fungi
Classis : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Familia : Cryptococcaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans
Sel jamur Candida berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong.
Koloninya pada medium padat sedikit menimbul dari permukaan medium,
dengan permukaan halus, licin atau berlipat-lipat, berwarna putih kekuningan
dan berbau ragi. Besar koloni bergantung pada umur. Pada tepi koloni dapat
dilihat hifa semu sebagai benang-benang halus yang masuk ke dalam medium.
Pada medium cair jamur biasanya tumbuh pada dasar tabung (Suprihatin, 1982).
Candida albicans dapat menimbulkan serangkaian penyakit pada
beberapa lokasi, seperti :
a. Mulut, infeksi mulut (Sariawan)
Terutama pada bayi, terjadi pada selaput lendir pipi dan tampak
commit to user
22
pseudomiselium dan epitel terkelupas dan hyerosi minimal dari
selaput lendir.
b. Genitalia wanita
Vulvovaginitis menyerupai sariawan tetapi menimbulkan iritasi gatal
yang hebat dan pengeluaran sekret. Hilangnya pH asam merupakan
predisposisi timbulnya vulvovaginitis kandida. Dalam keadaan
normal pH yang asam dipertahankan oleh bakteri vagina.
c. Kulit
Infeksi kulit terutama pada bagian-bagian yang basah, hangat seperti
ketiak, lipatan paha, skrotum, atau lipatan-lipatan di bawah payudara.
d. Kuku
Rasa sakit, bengkak kemerahan pada lipatan kuku, menyerupai
paronychia pyogenik (inflamasi pada jaringan kuku), dapat
mengakibatkan penebalan dan alur tranversal pada kuku.
e. Paru-paru dan organ-organ lain
Infeksi Candida dapat menyerupai invasi sekunder paru-paru, ginjal
dan organ-organ lain dimana terdapat penyakit sebelumnya.
f. Kandidiasis mukotan menahun
Kelainan ini merupakan tanda kegagalan kekebalan sekunder (Jawetz
commit to user
23
2.6. KERANGKA PEMIKIRAN
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas .L) telah lama digunakan sebagai
obat tradisional, karena beracun maka digunakan sebagai obat luar. Jarak pagar
memiliki kandungan minyak pada bijinya, yang secara empiris bermanfaat
untuk pengobatan luar seperti masalah-masalah kulit contohnya kudis, borok,
luka berdarah, gatal-gatal, dan lain-lain. Biji jarak mengandung senyawa
saponin, alkaloida, terpenoid, steroid dan cardenolide. Saponin mempunyai
kegunaan sebagai racun dan anti jamur.
Untuk memudahkan penggunaan minyak biji jarak, maka dirasa perlu
untuk memformulasikan minyak jarak dalam sediaan salep agar lebih efisien.
Sediaan salep lebih disukai karena lebih mudah, praktis, dan menghantarkan
obat pada kulit untuk efek khusus topikal atau sistemik. Basis salep yang
digunakan menggunakan basis serap dengan perbedaan formulasi pada
masing-masing formula. Pemilihan basis serap dimaksudkan untuk memperpanjang
kontak bahan obat dengan kulit dan sebagai emolien. Perbedaan konsentrasi
minyak biji jarak 1% dan 5% pada tiap formulasi salep dimaksudkan untuk
mengetahui kemampuan dalam menghambat jamur Candida albicans. Untuk
mengetahui kestabilan fisiknya untuk itu dilakukan uji sifat fisik.
2.7. Hipotesis
1. Minyak dari biji jarak pagar diduga dapat diformulasikan pada
commit to user
24
dengan perbedaan formulasi basis salep serap dengan penambahan air
dan tanpa penambahan air.
2. Formulasi salep basis serap minyak biji jarak pagar dengan
konsentrasi 1% dan 5% diduga memiliki sifat fisik yang baik.
3. Minyak jarak diduga pada konsentrasi 1% dan 5% dapat menghambat
commit to user
25 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Bahan dan Alat
3.1.1. Bahan
3.1.1.1. Pembuatan Salep
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji jarak pagar
(diperoleh dari daerah Boyolali Jawa Tengah), vaselin album, adeps lanae,
lanoline (perbandingan air dan adeps 25:75), dan aquadest.
3.1.1.2. Uji Antijamur
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian uji antijamur adalah
Sabouraud Dextrose Agar, biakan jamur Candida albicans, aquades steril, dan
salep minyak jarak pagar.
3.1.2. Alat
3.1.2.1. Pembuatan Minyak Jarak Pagar
Alat yang digunakan untuk pengambilan minyak adalah blender, dan alat
pengepres hidrolik.
3.1.2.2. Pembuatan Salep dan Uji Sifat Fisik Salep
Alat yang digunakan dalam pembuatan salep, serta uji sifat fisik salep
terdiri dari mortir dan stamper, kaca pengaduk, timbangan digital, cawan
porselen, sudip, gelas ukur (pyrex), pot salep, kaca objek, penangas air, ph meter
(Friwo inolab), alat uji daya sebar, viskotester (VT-04 E-RION CO), alat uji
commit to user
26 3.1.2.3. Uji Antijamur
Alat yang digunakan untuk uji jamur adalah tabung reaksi (pyrex), cawan
petri, inkubator, gelas ukur (pyrex), labu Erlenmeyer (pyrex), bunsen burner,
jarum ose, dor gabus, pipet, mikropipet, batang pengaduk, penangas air, LAF,
autoclave,yellow teep.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada akhir bulan September sampai bulan
Desember. Tempat penelitian dilaksanakan di Laboraturium Farmasetika
Universitas Sebelas Maret dan Laboratorium Pusat Mikrobiologi FMIPA.
3.3. Variable Penelitian
3.3.1.Identifikasi Variable Penelitian
Minyak biji jarak pagar di buat dalam sediaan salep serap dan konsentrasi
yang berbeda, diuji sifat fisik salep meliputi uji organoleptis, homogenitas, uji
pH, uji viskositas, uji daya sebar, uji daya lekat, dan uji iritasi, serta di uji
efektifitas anti jamur dalam menghambat jamur Ca ndida albicans.
3.3.2.Klasifikasi Variable Utama
a.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perbedaan formulasi basis salep
serap dengan dan tanpa penambahan air, dan konsentrasi minyak jarak
pagar (1%, 5%).
b.Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah mutu fisik salep meliputi
commit to user
27
daya lekat, dan uji iritasi, serta uji efektifitas anti jamur dalam
menghambat jamur Candida albicans.
c.Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah proses pengepresan biji
jarak, pembuatan salep minyak jarak pagar, metode pengujian sifat fisik
salep, dan metode pengujian antijamur.
3.4. Cara Kerja Penelitian
3.4.1. Pembuatan Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)
Hasil panenan buah jarak pagar yang telah masak minimal 50 % diambil
bijinya kemudian dikeringkan. Biji yang telah kering kemudian dimasak dengan
cara disangrai, hal ini bertujuan agar protein yang tekandung dalam biji jarak
menggumpal dan tidak ikut terlarut bersama minyak jarak yang dibutuhkan. Biji
yang telah dimasak kemudian dipisahkan dari kulit biji dan daging biji. Daging
biji selanjutnya dilumat / dihancurkan dengan cara di blender. Daging biji yang
sudah lumat lalu dipress dengan menggunakan alat pengepress hidrolik yang
kemudian menghasilkan minyak biji jarak pagar yang berwarna kuning jernih.
3.4.2. Penentuan Bobot Jenis Minyak Jarak Pagar
Penentuan bobot jenis minyak jarak dihitung dengan piknometer ukuran
10 ml. Berat piknometer kosong kemudian ditimbang dan dicatat beratnya.
Timbang piknometer yang sudah berisi minyak Jarak Pagar dicatat beratnya.
Piknometer yang sudah berisi air ditimbang dan dicatat beratnya.
Bobot minyak jarak dihitung dengan perhitungan sebagai berikut:
commit to user
28 Berat pikno + minyak jarak : B (gram)
Berat minyak jarak : C (gram)
Berat jenis minyak jarak = B-A = .... gram/ml
C
3.4.3. Perhitungan Rendemen Minyak Jarak Pagar
Penghitungan rendemen minyak dihitung dengan % v/b :
Volume minyak : vol (ml)
Berat jenis minyak : BJ (gram/ml)
Berat rimpang segar : M (gram)
% Kadar minyak jarak = Vol x 100 % M
[image:44.595.124.509.238.489.2]3.4.4. Formulasi Salep Basis Serap
Tabel II. Formulasi Salep Minyak Jarak Pagar
No Bahan Formula I Formula II Formula III Fomula IV 1. Minyak Jarak Pagar 1% 1% 5% 5%
2. Adeps Lanae 39% - 25% -
3. Lanoline - 39% 25%
4. Vaselin Album 60% 60% 70% 70%
3.4.5. Pembuatan Salep Minyak Jarak Pagar
3.4.5.1. Formula I dan Formula III
Minyak jarak pagar dimasukkan dalam mortir ditambahkan adeps lanae
kemudian digerus hingga homogen. Terakhir dimasukkan vaselin album, dan
digerus ad homogen, kemudian dimasukkan kedalam pot salep. Perlakuan diatas
diulangi sampai 3 kali. Selanjutnya dilakkan uji mutu fisik salep selama 8
commit to user
29 3.4.5.2. Formula II dan IV
Lanoline dibuat terlebih dahulu, yaitu dengan mencampur adeps dengan
25% bagian air. Dituangkan minyak jarak, diaduk / digerus ad homogen.
Kemudian ditambahkan vaselin album, gerus ad homogen. Perlakuan diatas
diulangi sampai 3 kali. Selanjutnya dilakukan uji mutu fisik salep selama 8
minggu serta uji aktivitas antijamur Candida albicans.
3.4.6. Uji Stabilitas Fisik
3.4.6.1.Homogenitas
Sediaan diuji homogenitasnya dengan mengoleskan pada sekeping kaca
atau bahan transparan yang cocok. Diamati sediaan salep menunjukkan susunan
yang homogen (Anonim, 1974).
3.4.6.2. Pemeriksaan pH
Sebanyak 0,5 gram sediaan salep dilarutkan dalam 30 ml aquadest.
Diukur nilai pH-nya menggunakan pH meter sampai menujukkan nilai pH yang
konstan. Pemeriksaan pH dilakukan setiap minggu selama delapan minggu pada
suhu kamar.
3.4.6.3. Daya Sebar
Ditimbang 0,5 gram salep dan diletakkan ditengah alat (kaca bulat).
Ditimbang dahulu kaca yang satunya. Kaca diletakan diatas massa salep dan
diiarkan selama 1 menit. Kemudian diukur berapa diameter salep yang menyebar
(dengan mengambil panjang rata-rata diameter dari beberapa sisi). Ditambahkan
commit to user
30
menyebar seperti sebelumnya. Diteruskan dengan menambah tiap kali dengan
beban tambahan 50 gram. Digambarkan dalam grafik hubungan antara beban
dan luas salep yang menyebar. Hal ini diulang masing-masing 3 kali untuk tiap
salep yang diperiksa.
3.4.6.4. Daya Lekat
Salep diletakkan secukupnya diatas gelas objek yang telah diketahui
luasnya. Diletakkan gelas objek yang lain diatas salep tersebut. Kemudian
ditekan dengan beban 1kg selama 5 menit. Dipasang gelas objek pada alat tes.
Kemudian dilepaskan beban seberat 80 gram dan dicatat waktunya hingga kedua
gelas objek ini terlepas. Dilakukan tes untuk formula salep dengan
masing-masing 3 kali percobaan.
3.4.6.5. Iritasi
Uji iritasi dilakukan dengan mengoleskan salep ke kulit tangan
sukarelawan. Dibiarkan selama 12 jam. Pengujian keamanan sediaan salep
yang dibuat dilakukan terhadap dua puluh orang sukarelawan dengan uji tempel
terbuka (Patch test), yakni : Sejumlah sediaan uji dioleskan pada punggung
tangan kanan sukarelawan dan dibiarkan terbuka selama 12 jam. Punggung
tangan kanan diolesi sediaan basis salep. Selanjutnya perubahan warna yang
terjadi pada punggung tangan kanan masing-masing sukarelawan diamati. Jika
tidak terjadi reaksi (tidak merah dan tidak bengkak) diberi tanda (-), jika terjadi
reaksi (kulit memerah) diberi tanda (+), selanjutnya jika terjadi pembengkakan
commit to user
31
(kemerahan) ada kulit yang dioleskan salep tersebut dibandingkan dengan
kontrol yaitu punggung tangan kiri (Padmadisastra dkk, 2007).
3.4.6.6.Uji Viskositas
Uji viskositas salep dilakukan dengan alat viskotester. Viskotester
dipasang pada klemnya dengan arah horizontal atau tegak lurus dengan arah
klem. Rotor kemudian dipasang viskotester dengan menguncinya berlawanan
arah dengan jarum jam. Mangkuk diisi sampel salep yang akan diuji, rotor
ditempatkan tepat berada ditengah-tengah yang berisi salep, kemudian alat
dihidupkan dan ketika rotor mulai berputar jarum penunjuk viskositas secara
otomatis akan bergerak menuju kekanan kemudian setelah stabil, viskositas
dibaca pada skala dari rotor yang digunakan. Cara diatas diulangi
masing-masing 3 kali.
3.5.Uji Antijamur
a. Sterilisasi alat
Alat yang digunakan untuk aktivitas antibakteri disterilkan dalam
autoklaf dengan temperatur 121oC selama kurang lebih 20 menit.
b. Pembuatan media agar miring
Sabouraud agar ditimbang sebanyak 1 gram kemudian dilarutkan
dalam 50 ml aquades , dipanaskan diatas hotplate stirer sampai mendidih
dan terbentuk larutan agar yang berwarna kuning bening. Masukkan ke
dalam tabung reaksi masing-masing 5ml. Tutup tabung reaksi dengan kapas
commit to user
32
121oC selama 20 menit. Selanjutnya ditempatkan pada rak miring dan
didiamkan sampai padat pada suhu kamar.
c. Pembuatan biakan jamur
Sebanyak 1 ose isolat jamur digoreskan pada media miring agar
Sabouraud dengan pola zig-zag, masing-masing jamur dibuat 3 biakan
bakteri. Proses ini dilakukan dalam keadaan steril pada ruang isolasi dengan
sinar UV. Biakan diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam.
d. Uji aktivitas antijamur salep minyak jarak pagar
1. Sabouraud agar ditimbang sebanyak 1g kemudian dilarutkan dalam 50
ml air aquades, dipanaskan , distirer diatas hotplate sampai mendidih
sehingga terbentuk larutan agar yang berwarna kuning bening.
Larutan Sabouraud tersebut dimasukan dalam botol buram
masing-masing sebanyak 15 ml. Tabung reaksi disiapkan, masing-masing-masing-masing diisi
dengan 3ml aquades dan ditutup rapat dengan kapas dan alumunium
foil untuk membuat suspensi jamur dengan catatan 1 tabung 1 jamur.
Sabouraud yang telah dimasukan dalam botol buram, aquades dalam
tabung reaksi, cawan petri yang telah dibungkus kertas dan alat-alat
yang akan digunakan dalam uji antibakteri disterilisasi pada suhu
121oC selama 20 menit.
2. Selanjutnya disiapkan agar sabourad didalam cawan petri dan
masing-masing biakan jamur Candida albicans (satu ose jamur dicampur
commit to user
33
Kemudian, dibuat sumur pada agar dengan pelubang gabus
berdiameter 6mm. Salep yang akan diujikan kemudian diisikan
kedalam lubang hingga kedalaman lubang terisi sempurna. Kemudian
agar yang sudah berisi bahan uji diinkubasi dengan kondisi yang
sesuai untuk pertumbuhan jamur Candida albica ns. Untuk Candida
albicans, agar yang telah berisi sumuran salep diinkubasi selama 2
hari (Hezmela, Rizka. 2006).
3. Pengamatan Hasil
Setelah selesai waktu inkubasi, aktivitas antijamur pada berbagai taraf
konsentrasi diamati. Pengamatan zona hambat sampel terhadap
pertumbuhan jamur uji dilakukan dengan mengukur diameter zona
bening di sekitar sumuran yang merupakan diameter zona penghambat
salep. Aktivitas antijamur diukur dengan mengurangi diameter total
zona hambatan dengan diameter sumur.
3.6.Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari uji sifat fisik salep dianalisis secara
statistik untuk mengetahui data terdistribusi secara normal atau tidak
menggunakan Kolmogrof-Smirnov. Hasil data yang diperoleh
dilanjutkan dengan analisis ANOVA satu jalan dan uji tukey.
Pada uji antijamur didapatkan data DDH (Diameter Daya
Hambat) diantara keempat formulasi salep uji dengan variasi konsentrasi
commit to user
34 3.7.Diagram Cara Alir Kerja
[image:50.595.174.427.160.583.2]a. Ekstraksi Minyak Jarak Pagar
Gambar III. Ekstraksi minyak jarak pagar Pemanenan tandan buah jarak pagar,
minimal 50% sudah masak
Biji yang sudah kering / dikeringkan
Pemasakan biji / pemanasan biji
Penghancuran biji, dipisahkan dari kulit biji dan daging biji
Daging biji dhancurkan hingga lumat
Daging biji yang sudah lumat dipress
commit to user
35
b. Pembuatan Salep Basis Serap
1. Formula I
dimasukkan
digerus
dimasukkan
[image:51.595.99.560.109.657.2]dilakukan
Gambar 4. Diagram pembuatan salep serap minyak jarak formula I
2. Formula II
dimasukkan
dalam
ditambahkan
digerus ditambahkan
dimasukkan
dilakukan
Gambar 5. Diagram pembuatan salep serap minyak jarak formula II
Vaselin Album
Mortir Adeps Lanae
Minyak Jarak
Ad homogen
Uji mutu fisik salep Pot Salep
Adeps Lanae Mortir
Aquades
Vaselin Album Minyak Jarak
Ad homogen
Pot Salep
commit to user
36
3. Formula III
dimasukkan
digerus
dimasukkan
dilakukan
Gambar 6. Diagram pembuatan salep serap minyak jarak formula III
4. Formula IV
dimasukkan
dalam
ditambahkan
digerus ditambahkan
dimasukkan
[image:52.595.100.557.94.662.2]dilakukan
Gambar 7. Diagram pembuatan salep serap minyak jarak formula IV
Vaselin Album
Mortir Adeps Lanae
Minyak Jarak
Ad homogen
Uji mutu fisik salep Pot Salep
Adeps Lanae Mortir
Aquades
Minyak Jarak
Vaselin Album
Ad homogen
Pot Salep
commit to user
37
[image:53.595.112.533.123.523.2]c. Uji Sifat Fisik Salep
Gambar 8. Diagram Uji sifat fisik salep minyak jarak pagar
dioleskan diamati
selama 12 jam
dibandingkan dengan tangan kiri sebagai kontrol
Gambar 9. Diagram Uji iritasi salep minyak jarak pagar
d. Uji Efektifitas Antijamur pada Candida albicans
1. Sterilisasi Alat
disterilisasi
1210 ±20 menit Salep Uji Visko- sitas Uji pH Uji organo -leptis Uji daya sebar Uji keleng -ketan uji homo- genitas
Warna dan kondisi kulit setelah dioleskan salep Punggung tangan kanan Salep Diamati adanya iritasi Autoclave Alat-alat yang
commit to user
38 2. Pembuatan agar media miring
dipanaskan
[image:54.595.120.505.131.492.2]dimasukkan
Gambar 10. Diagram pembuatan agar miring
3. Biakan jamur
digoreskan
Gambar 11. Diagram pembuatan biakan jamur
4. Uji antijamur
dipanaskan
dimasukkan
ditutup aluminium foil
dibungkus kertas
Warna kuning bening 1g Sabouraud +
50ml aquades
Tabung reaksi @15ml
Sterilisasi 1210 ±20menit
Media agar miring
Media agar miring 1 ose Jamur
Inkubasi suhu 370
1gram Sabouraud + 50ml aquades steril
Warna kuning bening
Erlenmeyer
Cawan petri
[image:54.595.125.510.541.727.2]commit to user
39 diencerkan dalam
diambil
dispread dalam
dibuat sumuran
dimasukkan pada sumuran
diinkubasi
[image:55.595.113.525.131.562.2]diamati
Gambar 12. Diagram uji antijamur
Aquades steril 3ml 1 ose jamur
100µ l suspensi
Cawan petri + Sabouraud agar
Lubang gabus 6mm Cawan petri + Sabouraud agar
Salep uji sampai memenuhi lubang
Suhu 370 selama 2 hari
commit to user
40 BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Determinasi Tanaman
Determinasi Jarak Pagar (Jatropha curcas .L) dilakukan di Laboratorim
Morfologi Sistematik Tumbuhan Universitas Setia Budi. Hasil determinasi
dapat dilihat pada lampiran no. 1.
4.2. Hasil Uji Sifat Fisik Salep minyak Jarak Pagar
4.2.1. Homogenitas
Sediaan diuji homogenitasnya dengan mengoleskan pada sekeping kaca
atau bahan transparan yang cocok. Diamati sediaan salep menunjukan susunan
yang homogen (Anonim, 1974). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
homogenitas dari formula salep yang diteliti. Hasil uji homogenitas dari keempat
[image:56.595.115.508.244.617.2]formula salep dapat dilihat pada tabel II.
Tabel III. Homogenitas Salep Minyak Jarak Pagar Selama 8 Minggu
No. Formula Hasil Uji
1. I Homogen
2. II Homogen
3. III Homogen
4. IV Homogen
Keterangan :
Formula I : Salep Minyak Jarak Pagar 1 % dengan basis salep serap tanpa air Formula II : Salep Minyak Jarak Pagar 1%dengan basis salep serap + air Formula III : Salep Minyak Jarak Pagar 5% dengan basis salep serap tanpa air Formula IV : Salep Minyak Jarak Pagar 5% dengan basis salep serap + air
Hasil pengujian menunjukkan bahwa masing – masing formula salep
yang dioleskan pada sekeping kaca menunjukkan hasil yang homogen yaitu
terlihat rata dan tidak ada perbedaan warna antara komponen salep. Selama
commit to user
41
pengamatan pada minggu kedelapan. Konsistensi bentuk fisik salep tidak
mengalami perubahan yakni tidak ada pemisahan ataupun ketidakseragaman
dalam bentuknya. Hasil pengujian homogenitas ini sesuai dengan persyaratan
Ekstra Farmakope Indonesia 1974 yaitu jika salep dioleskan pada sekeping kaca
atau bahan transparan lain yang cocok harus menunjukkan susunan yang
homogen yang dapat dilihat dengan tidak adanya partikel yang bergerombol dan
menyebar secara merata. Hal ini berarti keempat formulasi salep yang digunakan
dalam pembuatan salep minyak jarak pagar mempunyai homogenitas yang baik.
4.2.2. pH
Pemeriksaan pH adalah salah satu bagian dari kriteria pemeriksaan
fisika-kimia dalam memprediksi kestabilan sediaan salep. Profil pH akan
menentukan stabilitas bahan aktif dalam suasana asam atau basa (Lachman et al,
1994). Hasil pengamatan uji pH selama 8 minggu dapat dilihat pada tabel III
[image:57.595.113.512.236.614.2]dibawah ini.
Tabel IV. Hasil uji pH salep selama 8 minggu
No Formula x ± SD
1 I 7.00 ± 0.000
2 II 7.26 ± 0.518
3 III 7.17 ± 0.463
4 IV 7.23 ± 0.518
Keterangan :
Formula I : Salep Minyak Jarak Pagar 1 % dengan basis salep serap tanpa air Formula II : Salep Minyak Jarak Pagar 1%dengan basis salep serap + air Formula III : Salep Minyak Jarak Pagar 5% dengan basis salep serap tanpa air Formula IV : Salep Minyak Jarak Pagar 5% dengan basis salep serap + air
Dari tabel diatas dapat dlihat tidak terjadi penurunan pH yang
commit to user
42
dari hasil pengamatan yang dilakukan dari minggu pertama sampai minggu ke -
8. Besarnya nilai pH telah memenuhi persyaratan nilai pH basis salep yang baik
yaitu antara 5,5 hingga 7 (Troy et al, 2005). Penurunan atau peningkatan yang
terjadi karena ketidakstabilan suhu dan kondisi penyimpanan pada waktu
pengamatan. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa FI memiliki stabilitas paling
baik dengan nilai SD paling kecil yaitu 0,000.
Uji pH penting dilakukan untuk mengetahui stabilitas pH salep dan pH
harus sesuai dengan pH kulit supaya tidak terjadi iritasi pada kulit. Kestabilan
pH harus stabil dari minggu ke minggu agar salep aman digunakan pada kulit.
Data hasil pH keempat formula tersebut kemudian diuji menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui data terdistribusi secara normal atau
tidak. Hasil yang diperoleh dari analisis Kolmogorov-Smirnov menunjukkan
bahwa besarnya signifikan untuk Formula I, Formula II, Formula III, dan
Formula IV.
Data hasil pengujian yang diperoleh kemudian diuji menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui data tersebut terdistribusi secara
normal atau tidak. Hasil analisis menunjukkan bahwa harga signifikansinya
0,07 >0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.
Selanjutnya, untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pH yang nyata diantara
keempat formula maka dilakukan uji ANOVA satu jalan. Hasil dari uji ANOVA
didapat harga signifikasi sebesar 0,000 < 0,05, jadi dapat disimpulkan bahwa
commit to user
43
diantara keempat formula. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan pengaruh
konsentrasi minyak jarak dalam salep, selanjutnya dilakukan uji Paired Sample
Test formula 1 dengan III dan formula II dengan IV. Uji Paired Sample t-Test
merupakan uji beda dua sampel berpasangan. Sampel berpasangan merupakan
subjek yang sama namun mengalami perlakuan yang berbeda (hasil uji Paired
Sample Test dapat dilihat di lampiran no. 6). Dari hasil uji Paired Sample
t-Test didapat hasil FI dengan FIII diketahui nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0.000 <
0.05, dan Sig.(2-tailed) FII dengan FIV sebesar 0.351 > 0.05. Dari nilai tersebut
menunjukkan bahwa FI dan FIII memiliki perbedaan yang signifikan, sedang
pada FII dan FIV tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini berarti
perbedaan konstentrasi minyak jarak terhadap formulasi basis salep berpengaruh
terhadap pH salep.
4.2.3. Daya Sebar
Daya sebar salep dapat didefinisikan sebagai kemampuan menyebarnya
salep pada permukaan kulit yang akan diobati. Suatu sediaan salep diharapkan
mampu menyebar dengan mudah ditempat pemberian, tanpa menggunakan
tekanan yang berarti. Semakin mudah dioleskan maka luas permukaan kontak
obat dengan kulit semakin besar, sehingga absorbsi obat ditempat pemberian
semakin optimal. Daya penyebaran berbanding terbalik dengan viskositas
sediaan, semakin rendah viskositasnya maka makin tinggi daya penyebarannya
commit to user
44
[image:60.595.123.513.197.478.2]Hasil uji daya sebar dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel V. Hasil Uji Daya Sebar No Formula x ± SD
1 I 2,043 ± 0.0493
2 II 1,986 ± 0.0288
3 III 2,186 ± 0.1527
4 IV 2,216± 0.0763
Keterangan :
Formula I : Salep Minyak Jarak Pagar 1 % dengan basis salep serap tanpa air Formula II : Salep Minyak Jarak Pagar 1%dengan basis salep serap + air Formula III : Salep Minyak Jarak Pagar 5% dengan basis salep serap tanpa air Formula IV : Salep Minyak Jarak Pagar 5% dengan basis salep serap + air
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa luas penyebaran pada formula
IV memberikan hasil penyebaran yang paling besar, karena formula IV
memiliki viskositas yang paling rendah.
Data hasil pengujian yang diperoleh kemudian diuji menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui data tersebut terdistribusi secara
normal atau tidak. Hasil analisis menunjukkan bahwa harga signifikansinya 0.40
2 > 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.
Selanjutnya, untuk mengetahui perbedaan daya sebar yang nyata diantara
keempat formula maka dilakukan uji ANOVA satu jalan. Hasil analisis
menunjukkan nilai signifikansinya 0,038 < 0,05 artinya ada perbedaan daya
sebar salep diantara keempat formula salep yang diteliti. Untuk mengetahui
pengaruh perbedaan konsentrasi antar formula, selanjutnya dilakukan dilakukan
uji Paired Sample Test formula 1 dengan III dan formula II dengan IV. Uji Paired
commit to user
45
merupakan subjek yang sama namun mengalami perlakuan yang berbeda (hasil
uji Paired Sample t-Test dapat dilihat di lampiran no. 8). Dari hasil uji Paired
Sample t-Test didapat hasil FI dengan FIII diketahui nilai Sig.(2-tailed) sebesar
0.232 > 0.05, dan Sig.(2-tailed) FII dengan FIV sebesar 0.15 > 0.05 . Dari nilai
tersebut menunjukkan bahwa FI dengan FIII dan FII dengan FIV tidak memiliki
perbedaan yang signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan
konsentrasi minyak tidak berpengaruh terhadap daya sebar salep.
Daya menyebar berhubungan dengan viskositas, makin rendah
viskositasnya makin tinggi daya penyebaran. Demikian pula sebaliknya, daya
penyebaran ini berhubungan erat dengan kemudahan pada pemakaian. Yang
lebih disenangi adalah yang lebih mudah dioleskan atau dengan kata lain
konsumen lebih menyukai yang mempunyai day