• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi dan studi efektivitas antijamur (candida albicans) salep dari minyak biji jarak pagar (jatropha curcas l.) Megariaswaty

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi dan studi efektivitas antijamur (candida albicans) salep dari minyak biji jarak pagar (jatropha curcas l.) Megariaswaty"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

FORMULASI DAN STUDI EFEKTIVITAS ANTIJAMUR (Candida albicans)

SALEP DARI MINYAK BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi

Disusun Oleh : Megariaswaty B

M3508047

PROGRAM DIPLOMA 3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau dan / atau dicabut.

Surakarta, 31 Januari 2012

(4)

commit to user

iv

FORMULASI DAN STUDI EFEKTIVITAS ANTIJAMUR (Candida albicans)

SALEP DARI MINYAK BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

INTISARI

Minyak biji jarak pagar (Jatropha carca ss .L) mengandung kursin alkaloid, dan saponin. Secara empiris minyak jarak pagar (Jatropha curcas .L) ini bermanfaat untuk pemakaian luar yaitu untuk gatal-gatal, jamur pada kulit, jerawat, obat perut, dan lain-lain.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas formulasi sediaan salep dari minyak jarak pagar dengan konsentrasi 1% dan 5%. Uji yang dilakukan untuk memeriksa mutu fisik salep yaitu meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji daya sebar, uji lengket, uji pH, dan uji iritasi, serta efektifitas antijamurnya terhadap Candida albicans menggunakan metode difusi lubang/ perforasi dengan eksperimental desain post test only control group design.

Hasil penelitian menunjukkan perbedaan formulasi salep berpengaruh terhadap viskositas, pH, dan daya sebar, serta tidak berpengaruh terhadap homogenitas, organoleptis, uji iritasi, dan daya lekat. Sedangkan menurut perbedaan konsentrasi minyak jarak pagar dalam formulasi berpengaruh pada pH dan viskositas. Pada penelitian antijamur, salep minyak jarak dengan konsentrasi 5% dapat menghambat jamur dengan DDH sebesar 1,16 mm.

(5)

commit to user

v

FORMULATION AND STUDY EFFECTIVENESS ANTI FUNGI

(Candida Albicans) OF OINTMENT

FROM SEED OIL (Jatropha Curcas L.)

Abstract

Seed oil / castor oil (Jatropha Curcas L.) has a content of curcin, alkaloid, and saponin. Empirically, castor oil can be useful for external drug, such as pruritis, fungi, acnes, stomacache, and etc.

This research done to know the effectiveness of ointment formulation from castor oil with containing in 1% and 5% concentration. The physical stability test series which consisted of the organoleptic, the homegeneity, the dispersiveness, the adhesiveness, the viscosity, and the acidity level (pH) also the effectiveness anti fungi (Candida albicans) with eksperiment post test only control group design.

Results of the research indicate that different ointment formulation having an effect for viscocity, pH, and dispersiveness, and haven’t effect for homegenity, organoleptic, irritation, and adhesiveness. According to the different concentration, the ointment having effect for pH and viscocity. Research for anti fungi, 5% castor oil can inhibit the growth of Candida albicans with 1,16mm zone inibibition.

(6)

commit to user

vi MOTTO

Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain). Dan hanya

kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Q.S Al-insyirah: 6-8)

The only thing i have to do in life is die everything else is a choice….including breathing.

(GDragon – BigBang)

Smile is like a magical virus, when you see a stranger smile, your naturally smile too, I always smile because I hope other will smile too.

(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karyaku ini untuk :

(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan. Penyusunan Tugas

Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi di

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret.

Penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak

baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh sebab itu penulis mengucapkan

terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., PhD. selaku Dekan Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam.

2. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt. selaku Ketua Prodi Program D3 Farmasi

Universitas Sebelas Maret.

3. Anif Nur Artanti, S.Farm., Apt selaku pembimbing Tugas Akhir atas kesabaran

dan bimbingan yang diberikan dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

4. Nestri Handayani, M, Si., Apt. selaku Pembimbing Akademik atas kesabaran

dan petunjuk yang diberikan kepada penulis selama penulis menempuh studi di

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret.

5. Bapak/Ibu Dosen Program Studi D3 Farmasi yang telah memberikan ilmu

kepada penulis selama di bangku kuliah.

6. Orangtua tercinta, terima kasih atas segala doa, kasih sayang dan dukungan baik

(9)

commit to user

ix

7. Adik-adikku tersayang Reza dan Sandy yang selalu memberikan motivasi.

8. Sahabat-sahabatku Mery, Nindy, Tya, dan Kartika atas persahabatan yang telah

terjalin selama ini.

9. Teman-teman Kost Embun Pagi Iis eonni, Mbak Mita, Mbak Desi, Isma eonni,

atas motivasi, kebersamaan, keceriaan dan semangatnya.

10.Teman-teman seperjuangan D3 Farmasi angkatan 2008.

11.Semua pihak yang telah membantu dalam persiapan ujian tugas akhir.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, namun dengan

segala kerendahan hati atas kekurangan itu, penulis menerima kritik dan saran dalam

rangka perbaikan tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi perkembangan

ilmu kefarmasian khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya.

Surakarta, 31 Januari 2012

(10)

commit to user

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ……….. iii

INTISARI ……… iv

ABSTRACT ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ……… ix

DAFTAR TABEL ……… x

DAFTAR GAMBAR ………... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR SINGKATAN ………. xiii

BAB I PENDAHULUAN ……… xiv

1.1Latar Belakang ……… 1

1.2Perumusan Masalah ……… 3

1.3Tujuan Penelitian ……… 3

1.4Manfaat Penelitian ……….. 4

(11)

commit to user

xi

2.1.1. Sistematika Tumbuhan ………... 5

2.1.2. Nama Lain ……….. 5

2.1.3. Morfologi Tanaman ……… 6

2.1.4. Kegunaan Tanaman ……… 6

2.1.5. Kandungan Minyak Jarak ………... 7

2.1.6. Pengepresan Minyak Biji Jarak Pagar ……… 8

2.2. Salep ……….. 9

2.2.1. Pengertian Salep ………. 10

2.2.2. Aturan Umum ……… 11

2.2.3. Bahan Salep ……… 13

2.2.4. Metode Pembuatan Salep ……… . 13

2.2.5. Syarat Salep ……… 14

2.2.6. Faktor-faktor Pelepasan Obat dari Salep …………. 15

2.3. Metode Pengujian Aktivitas Anti Bakteri dan Anti Jamur …. 16

2.4. Kulit ……….. 18

2.4.1. Pengertian Kulit ……….. 18

2.5. Candida Albicans ………... 20

2.6. Kerangka Pemikiran ……….. 22

2.7. Hipotesis ……… 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat ……….. 25

(12)

commit to user

xii

3.1.2. Alat ……….. 25

3.3. Waktu dan Tempat Penelitian ……… 26

3.2. Variabel Penelitian ……… 26

3.4. Cara Kerja Penelitian ……… 27

3.4.1. Pembuatan Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas .L) ... 27

3.4.2. Penentuan Bobot Jenis Minyak Jarak Pagar …………. 27

3.4.3. Perhitungan Rendemen Minyak Jarak Pagar ………… 28

3.4.4. Formulasi Salep Basis Serap ……… 28

3.4.5. Pembuatan Salep Minyak Jarak Pagar ………... 28

3.4.6. Uji Stabilitas Fisik ………... 29

3.5. Uji Anti Jamur ……… 31

3.6. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ……… 33

3.7. Diagram Alir Kerja ……… 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

BAB V PENUTUP 5.1.Kesimpulan ... 54

5.2.Saran ... 54

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Kandungan Asam Lemak Minyak Jarak ……… 8

Tabel II. Formulasi Salep Minyak Jarak Pagar ………. 28

Tabel III. Homogenitas Salep Minyak Jarak Pagar Selama 8 Minggu …….. 40

Tabel IV. Hasil Uji pH Salep Selama 8 Minggu ……… 41

Tabel V. Hasil Uji Daya Sebar Salep ……… 44

Tabel VI. Hasil Daya Lekat ……….. 46

Tabel VII. Hasil Uji Iritasi ……… 48

Tabe; VIII. Hasil Uji Organoleptis Selama 8 Minggu ……….. 49

Tabel IX. Hasil Uji Viskositas Salep Selama 8 Minggu ……… 50

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur Kulit Manusia ……… 18

Gambar 2. Candida albicans……… 20

Gambar 3. Ekstraksi Minyak Jarak Pagar ………. 34

Gambar 4. Diagram pembuatan salep serap minyak jarak formula I ... 35

Gambar 5. Diagram pembuatan salep serap minyak jarak formula II ... 35

Gambar 6. Diagram pembuatan salep serap minyak jarak formula III.. 36

Gambar 7. Diagram pembuatan salep serap minyak jarak formula IV... 36

Gambar 8. Diagram Uji sifat fisik salep minyak jarak pagar …………... 37

Gambar 9. Diagram Uji iritasi salep minyak jarak pagar ………. 37

Gambar 10. Diagram pembuatan agar miring ………... 38

Gambar 11. Diagram pembuatan biakan jamur ………... 38

Gambar 12. Diagram Uji Anti Jamur …..……… 39

(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Determinasi Tanaman Jarak Pagar ……… 59

Lampiran 2. Hasil Berat Jenis dan Rendemen Minyak Jarak Pagar ... 60

Lampiran 3. Perhitungan Penimbangan ... 61

Lampiran 4. Hasil Uji Homogenitas ………. 62

Lampiran 5. Hasil Uji pH ……….. 63

Lampiran 6. Hasil Uji Statistik pH ……… 64

Lampiran 7. Hasil Uji Daya Sebar…………..……….. 67

Lampiran 8. Hasil Uji Statistik Uji Daya Sebar ………...……. 68

Lampiran 9. Hasil Uji Daya Lekat Salep ……….. 71

Lampiran 10. Hasil Uji Statistik Daya Lekat ……….…... 72

Lampiran 11. Hasil Uji Viskositas ……… 75

Lampiran 12. Hasil Hasil Uji Statistik Viskositas ………. 76

Lampiran 13. Hasil Uji Iritasi ………... 79

Lampiran 14. Hasil Uji Penampakan Iritasi ……….. 80

Lampiran 15. Hasil Uji Organoleptis ……… 81

Lampiran 16. Hasil Uji Aktivitas Hambat Antijamur ………... 82

Lampiran 17. Gambar Hasil Uji Anti Jamur ………. 83

Lampiran 18. Penampakan Salep ……….. 84

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR SINGKATAN

TBC : Tuberchulosis

PEG : Poly Ethilen Glicol

KHM : Konsentrasi Hambat Minimum

TBS : Triptic Soy Broth

NaCl : Natrium Clorida

DDH : Diameter Daya Hambat

(17)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora, beberapa

diantaranya telah dibudidayakan untuk diambil sebagai bahan baku. Prospek

pengembangan tumbuhan obat cukup cerah dilihat dari aspek perkembangan

industri obat tradisional, kosmetik dan pengembangan obat modern. Kini

masyarakat semakin gencar memanfaatkan bahan alami bagi kesehatan dan

terbukti efektif, efisien, aman, dan ekonomis (Wijayakusuma, 2000).

Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) ini banyak digunakan untuk

pemakaian luar yaitu untuk bengkak, gatal-gatal, jamur pada kulit, jerawat,

kerion (penyakit pada bagian kulit yang berambut), penyubur rambut, reumatik,

borok yang tidak sembuh-sembuh (chroniculcer), obat cacing, oobat perut,

kembung, obat luka, obat diare, antiseptik (Anonim, 1989;2000). Selain itu jarak

pagar dapat juga digunakan sebagai obat keseleo, dan radang vagina, (Wijaya

kusuma, 2008).

Semua bagian tanaman jarak pagar telah digunakan sejak lama dalam

pengobatan tradisional. Minyaknya digunakan sebagai pembersih perut

(pencahar), mengobati penyakit kulit, dan untuk mengobati rematik. Saripati

cairan rebusan daunnya digunakan sebagai obat batuk dan antiseptik pasca

melahirkan. Bahan yang berfungsi meredakan luka dan peradangan juga telah

(18)

commit to user

2

jarak pagar menunjukkan sifat antimoluska, antiserangga, dan antijamur. Proses

bioteknologi yang berhubungan dengan pemanfaatan jarak pagar, antaralain

perbaikan genetika tanaman, pengendalian pestisida biologis, ekstraksi minyak

dengan enzim, fermentasi anaerob dari bungkil, pengisolasian bahan

antiperadangan, dan enzim pereda luka. Di India, Afrika, dan Amerika Latin

berbagai bagian dari tanaman jarak pagar digunakan sebagai anthelmintic dan

pencuci perut (purgative). Sementara itu daunnya sebagai pembeku atau

penstabil darah (haemostatic). Di Mali, daunnya digunakan untuk pengobatan

malaria (Alamsyah, 2005).

Hasil studi dimasyarakat, jarak pagar biasa digunakan pada bagian daun

sebagai obat penyakit koreng dan gatal-gatal, bagian biji digunakan untuk

mengurangi kesulitan buang air besar, mengobati kanker mulut rahim, obat

kulit, bisul, dan infeksi jamur (Zulkifli, 2005). Biji jarak mengandung senyawa

saponin, alkaloida, terpenoid, steroid dan cardenolide (Ejelonu et al, 2010).

Saponin mempunyai kegunaan sebagai racun dan antimikroba (jamur, bakteri,

virus). Saponin ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dalam air

aglikonnya, saponin ada dua, yaitu steroid dan triterpenoid (Harborne, 1973).

Penelitian lain yang dilakukan terhadap minyak biji jarak pagar dengan

konsentrasi 10 mgml-1 dalam larutan etanol terbukti dapat menghambat Candida

albicans sebesar ±18 mm (Igbinosa, 2010).

Setelah melihat efektifitasnya, maka dalam penelitian ini akan dilakukan

(19)

commit to user

3

mengkaji kemampuannya sebagai anti jamur Candida albicans. Candida

albicans dapat ditemukan dimana-mana sebagai mikroorganisme yang menetap

didalam saluran yang berhubungan dengan lingkungan luar manusia (rectum,

rongga mulut dan vagina). Prevalensi infeksi Ca ndida albicans pada manusia

dihubungkan dengan kekebalan tubuh yang menurun, sehingga infasi dapat

terjadi. Meningkatnya prevalensi Candida albicans dihubungkan dengan

kelompok penderita dengan gangguan sistem imunitas seperti pada penderita

AIDS, penderita yang menjalani transpalantasi organ dan kemoterapi

antimaligna. Sebanyak 79% kasus ditemukan disebabkan oleh spesies Candida.

B. Perumusan Masalah

a. Apakah minyak biji jarak pagar (Jatropha curcass .L) konsentrasi

minyak 1% dan 5% dapat diformulasikan dalam sediaan topikal

berupa salep dengan perbedaan formulasi basis salep serap?

b. Apakah salep serap minyak biji jarak pagar 1% dan 5% memiliki sifat

fisik yang baik?

c. Apakah salep minyak biji jarak pagar dengan konsentrasi 1% dan 5%

dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans?

C. Tujuan Penelitian

a. Dapat membuat formulasi salep dari minyak jarak pagar (Jatropha

curcass .L) pada konsentrasi 1% dan 5% sebagai sediaan topikal

dengan menggunakan basis serap tanpa penambahan air dan dengan

(20)

commit to user

4

b. Mengetahui kemampuan salep minyak biji jarak pagar pada

konsentrasi 1% dan 5% dalam menghambat pertumbuhan jamur

Candida albicans.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah, dapat memberikan manfaat serta

informasi mengenai pemanfaatan tanaman jarak pagar sebagai obat jamur..

Melalui penelitian ini akan diperoleh informasi mengenai formulasi sediaan

salep minyak biji jarak pagar yang baik dan dapat dimanfaatkan sebagai obat

anti jamur, serta akan diperoleh informasi mengenai kemampuan minyak biji

(21)

commit to user

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Jarak Pagar

2.1.1. Sistematika Tumbuhan

Sistematika tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) adalah sebagai

berikut :

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledonae

Ordo : Euphorbiales

Familia : Euphorbiaceae

Genus : Jatropha

Species : Jatropha curcas L. (Anonim, 2000).

2.1.2. Nama Lain

Sinonim atau nama ilmiah dari tanaman jarak pagar ini adalah Curcas

purgas. Nama umum atau dagang adalah jarak pagar atau jarak kosta. Nama

daerah adalah nawaih nawas (aceh), jarak kosta (melayu), jirak (minangkabau),

jarak kusta (sunda), jarak cina (jawa tengah), kalele (madura), jarak pager (bali),

kuman nema (alor), lulunan (Roti), paku kase (timor), bintalo (gorontalo),

bindalo (buol), tondoutemene (bare), tanggang-tanggang kali (Makasar), malate

(22)

commit to user

6

2.1.3. Morfologi Tanaman

Tanaman jarak pagar merupakan tanaman perdu atau pohon kecil tinggi 2

-5m, bisa ditanam sebagai tanaman pagar, kadang-kadang liar, tumbuh baik

ditempat yang tanahnya tidak subur dan beriklim panas, dari dataran rendah

sampai 300 meter dari permukaan laut dan termasuk tanamn beracun yang

berasal dari Amerika tropis. Berbuah bulat dengan diameter 3-4 cm, bila masak

berwarna kuning, bila kering akan retak-retak, tanaman ini menghasilkan biji

yang berkhasiat sebagai pencahar dan toksik. Dikembangkan dengan biji dan

stek batang (Supriadi dkk, 2001).

Buah tanaman jarak pagar berupa buah berbentuk bulat telur dengan

diameter 2 - 4 cm. Panjang buah 2cm dengan ketebalan sekitar 1cm. Buah

berwarna hijau ketika muda, serta abu-abu kecoklatan atau kehitaman ketika

masak. Buah jarak terbagi menjadi 3 ruang berisi 1 biji sehingga dalam setiap

buah terdapat 3 biji. Biji berbentuk bulat lonjong dan berwarna cokelat

kehitaman. Biji inilah yang banyak mengandung minyak dengan rendemen

sekitar 35-45% dan beracun yaitu curcin (Hambali dkk, 2006).

2.1.4. Kegunaan Tanaman

Biji dan minyak jarak pagar digunakan untuk mengatasi kesulitan buang

air besar (konstipasi) dan kesulitan melahirkan Selain itu minyaknya sering

digunakan sebagai penyubur rambut. Hasil penelitian pada hewan percobaan

memberikan efek anti radang, pencahar, dan efek antineoplastik dari minyak

(23)

commit to user

7

rahim dan kanker kulit, TBC kelenjar, bisul, koreng, kudis dan infeksi jamur

(Sinaga, 2006).

Minyak biji jarak pagar juga dapat dikembangkan menjadi larvasida

nyamuk Aedes aegypti (Riyadhi, 2008).

2.1.5. Kandungan Minyak Jarak

Minyak jarak pagar (Jathropha curcas L.) terdiri dari gliserida-gliseria,

asam palmitat, stearat dan kurkanolat. Minyak yang diambil dari pengepresan

biji masih mengandung protein racun yang disebut krusin, alkaoid dan saponin.

Minyak biji jarak pagar sangat beracun, berwarna kuning, kental dan tidak

berbau (Astuti, 2010).

Minyak jarak pagar mengandung asam lemak, asam risinoleat, asam

linoleat, saponin dan alkaloid. Minyak jarak berkhasiat sebagai obat udem, obat

luka, obat borok, obat gosok, laksan dan penyubur rambut (Supriadi, 2001).

Pada biji jarak terkandung senyawa saponnin, alkaloida, terpenoid,

steroid dan cardenolide (Ejelonu et al, 2010). Saponin adalah senyawa aktif yang

menimbulkan busa jika dikocok kuat dalam air dan pada konsentrasi rendah

sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Saponin bersifat seperti sabun

karena kemampuannya dalam membentuk busa. Saponin larut dalam air dan

etanol tapi tidak larut dalam eter, sehingga paling cocok di ekstraksi dari

tumbuhan menggunakan etanol atau methanol panas 10-900 persen (Robinson,

1995). Alkaloid berfungsi sebagai antiiritan dan dapat menstimulasi sirkulasi

(24)

commit to user

8

2.1.6. Pengepresan Minyak Biji Jarak Pagar

Tanaman jarak pagar menghasilkan biji yang terdiri dari 60% berat

kernel (daging biji) dan 40% berat kulit. Inti biji (kernel) jarak pagar

mengandung sekitar 40 – 45 % minyak sehingga dapat di ekstrak menjadi

minyak jarak dengan cara mekanis ataupun ekstraksi dengan pelarut heksana.

Minyak jarak pagar merupakan jenis minyak yang memiliki komposisi

trigliserida yang mirip dengan minyak kacang tanah. Komponen terbesar

minyak jarak adalah trigliserida yang mengandung asam lemak oleat dan

linoleat (Hambali dkk, 2006).

Tabel 1. Kandungan Asam Lemak Minyak Jarak

Asam Lemak Komposisi (%-berat)

Asam oleat 43,2

Asam linoleat 34,3

Asam palmitat 14,2

Asam stearat 6,9

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan minyak atau

atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak adalah rendering,

teknik pngepresan mekanis (mechanical expression), dan menggunakan pelarut

(solvent extraction). Pengepresan mekanis merupakan cara pemisahan minyak

dari bahan yang berupa biji-bijian. Cara ini paling sesuai untuk memisahkan

minyak dari bahan yang kadar minyaknya tinggi, yaitu sekitar 30 – 70%.

Minyak jarak pagar terkandung dalam bahan yang berbentuk biji dengan

kandungan minyak sekitar 35 – 45%. Dengan demikian, metode ekstraksi yang

paling sesuai untuk biji jarak yaitu teknik pengepresan mekanis.

(25)

commit to user

9

yaitu pengepresan hidrolik (hydraulic pressing) dan pengepresan berulir

(expeller pressing) (Hambali, dkk. 2006).

Pengepresan hidrolik adalah pengepresan dengan menggunakan tekanan.

Tekanan yang dapat digunakan sekitar 140,6kg/cm. Besarnya tekanan akan

mempengaruhi minyak jarak yang dihasilkan. Pada teknik pengepresan hidrolik,

sebelum dilakukan pengepresan. Biji jarak diberi perlakuan pendahuluan berupa

pemberian suhu panas atau pemasakan. Pemasakan dapat dilakukan dengan cara

pemanasan di oven ataupun pengukusan dengan menggunakan uap air (steam).

Pemasakan biji jarak bertujuan untuk mengumpulkan protein dalam biji jarak.

Penggumpalan protein diperlukan untuk efisiensi ekstraksi. Umumnya, pada

pengepresan hidrolik dihasilkan rendemen minyak sampai dengan 30%

(Hambali, dkk.2006).

2.2. Salep

Sediaan farmasi semi padat meliputi salep, pasta, emulsi, krim, gel dan

busa yang kuat. Sifat umum sediaan ini adalah mampu melekat pada permukaan

tempat pemakaiaan dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci

atau dihilangkaan. Perekatan ini disebabkan sifat reologis plastis sediaan ini,

yang memungkinnkan sediaan semipadat tersebut memiliki bentuk yang tetap

dan melekat sebagai lapisan tipis sampai ada suatu tindakan yaitu dengan suatu

kekuatan dari luar, yang mengakibatkan bentuk sediaan ini akan rusak

(26)

commit to user

10

Sediaan semi padat digunakan pada kulit dimana umumnya sediaan

tersebut berfungsi sebagai pembawa pada obat-obat topikal sebagai pelunak

kulit, atau sebagai pelembab. Sejumlah kecil bentuk sediaan semi padat topikal

ini digu nakan pada membrane mukosa seperti dibawah rectal, mukosa vagina,

membrane uretra, saluran telinga luar, mukosa hidung dan kornea. Membran

mukosa memungkinkan penyerapan yang lebih baik kesirkulasi sistemik, karena

kulit normal bersifat relatife tidak dapat ditembus (Lachman et al, 1986)

2.2.1. Pengertian Salep

Salep merupakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan

digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen

dalam dasar salep yang cocok (Anonim, 1979). Pemerian tidak boleh berbau

tengik. Kadar kecuali dinyatakan lain, dan untuk salep yang mengandung obat

keras atau obat narkotik , kadar bahan obat adalah 10 %. Dasar salep kecuali

dinyatakan lain, sebagai bahan dasar digunakan vaselin putih. Teragantung dari

sifat bahan obat dan tujuan pemakaian dapat dipilih salah satu bahan dasar

berikut :

a. Dasar salep senya wa hidroka rbon vaselin putih, vaselin kuning atau

campurannya dengan malam putih, dengan malam kuning atau dengan

senyawa hodrokarbon lain yang cocok.

b. Dasar salep serap lemak bulu domba ; campuran 3 bagian kolesterol, 3

bagian stearil alkohol, 8 bagian malam putih dan 8 bagian vaselin putih;

(27)

commit to user

11

c. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air : Emulsi minyak dalam air.

d. Dasar salep yang dapat larut dalam air : Polietilenglikola atau

campurannya (Anief, 2000).

2.2.2. Aturan Umum

a. Zat yang larut dalam dasar salep , dilarutkan bila perlu dengan

pemanasan rendah.

b. Zat yang tidak culup dalam dasar salep, lebih dulu diserbuk dan diayak

dengan derajat ayakan no. 100

c. Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu

mendukung/menyerap air tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang

tersedia, setelah itu ditambahkan bagian dasar salep lain.

d. Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut

harus diaduk sampai dingin (Anief, 2000).

Formulasi salep yang ideal harus bersifat antara lain tidak toksik, tidak

mengiritasi, tidak menyebabkan alergi, tidak meninggalkan bekas, dan tidak

melukai. Salep dapat berfungsi sebagai:

1. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk kulit.

2. Sebagai pelumas pada kulit

3. pelindung kulit untuk mencegah kontak permukaan kulit dengan

rangsang kulit (Ansel, 1989).

Berdasarkan komposisinya dasar salep dapat digolongkan menjadi

(28)

commit to user

12

salep larut dalam air. Berikut ini akan dijelaskan dasar salep hidrokarbon dan

salep larut air:

1. Dasar salep hidrokarbon (berminyak)

Dasar salep hidrokarbon (dasar bersifat lemak) merupakan dasar

salep yang berbasis hidrokarbon meninggalkan lapisan minyak pada

kulit. Dasar hidrokarbon dipakai terutama untuk efek emolien. Dasar

salep tersebut bertahan pada kulit untuk waktu yang lama dan sukar

dicuci. Kerjanya sebagai bahan penutup saja, contoh dari dasar salep ini

antara lain vaselin, paraffin liquidum, oleum sesami dan sebagainya

(Voigt, 1987).

2. Dasar salep larut dalam air

Dasar salep larut dalam air mengandung komponen yang larut

air, bersifat greaseless atau tidak berminyak. Basis serap larut air dapat

melunak dengan adanya penambahan air. Basis larut air biasanya

digunakan untuk mencampur bahan aktif tidak berair atau bahan padat.

Selain itu, basis larut air bersifat non occlusive atau tidak sukar dicuci.

Contohnya polietilenglikol (PEG) (Voigt, 1987).

3. Dasar salep serap

Dasar salep ini berguna sebagai emolien walaupun tidak

menyediakan derajat penutupan seperti yang dihasilkan dasar salep

berlemak. Dasar salep ini juga bermanfaat untuk pencampuran larutan

(29)

commit to user

13

anhidrida, lanolin, cold cream (Ansel, 1989).

2.2.3. Bahan Salep

a. Vaselin putih

Vaselin atau petrolatum adalah campuran basis hidrokarbon setengah

padat yang diperoleh dari minyak bumi. Vaselin merupakan suatu massa

yang bagus, berwarna kekuning-kuningan sampai kuning muda dan

melebur pada temperature antara 38o dan 60o C (Voight, 1987).

b. Adeps Lanae

Adeps lanae berwarna kuning muda, setengah bening dengan

kosistensi yang mnyerupai salep yang liat dan mempunyai bau yang agak

mudah dikenal (Anonim, 1979).

c. Lanoline

Lanoline adalah adeps lanae yang mengandung air 25%, yang

digunakan sebagai pelumas dan penutup kulit dan lebih mudah dipakai

(Anief, 1987).

2.2.4. Metode Pembuatan Salep

2.2.4.1. Pencampuran

Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur

bersama-sama dengan segala cara sampai sediaan yang homogen tercapai (Ansel, 1989).

2.2.4.2. Peleburan

Dicampurkan dengan melebur bersama-sama dan didinginkan dengan

(30)

commit to user

14

dicairkan biasanya ditambahkan pada cairan yang sedang mengental setelah

didinginkan. Bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir bila temperatur

dari campuran telah cukup rendah tidak menyebabkan penguraian atau

penguapan dari komponen (Ansel, 1989).

2.2.5. Syarat Salep

2.2.5.1. Syarat – Syarat Salep

Salep harus memenuhi kualitas dasar antara lain :

a. Stabil

Salep harus stabil selama asih digunakan untuk mengobati. Oleh karena itu

bebas inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada

dalam panas.

b. Lunak

Salep banyak digunakan untuk kulit teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi dan

dibuat sedemikian sehingga semua zat keadaan yang halus dan seluruh

produk harus lunak dan homogen.

c. Mudah digunakan

Kebanyakan keadaan salep akan mudah digunakan, kecuali sediaan salep

dalam keadaan sangat kaku (keras) atau sangat encer. Salep tipe emulsi

umumnya paling mudah digunakan dan mudah dihilangkan dari kulit.

d. Dasar salep yang cocok

Dasar salep harus dapat dicampur secara fisika dan kimia dengan obat yang

(31)

commit to user

15

dari obat dan dipilih sedemikian rupa untuk mampu melepas obat pada

daerah yang diobati.

e. Terdistribusi merata

Pengobatan dengan salep yang padat atau cair harus terdistribusi merata

melalui dasar salep. Pengobatan harus disesuaikan dengan fase yang cocok

bila dengan produk teremulsi.

2.2.6. Faktor-faktor Pelepasan Obat dari Salep

Pelepasan dari bentuk-bentuk sediaan dan kemudian absorbsi dalam

tubuh dikontrol oleh sifat fisika kimia dari obat dan bentuk yang diberikan, serta

sifat-sifat kimia dan fisiologi dari sistem biologi (Susanti, 2007). Faktor-faktor

yang dapat memenuhi pelepasan obat dari salep pada dasarnya sama dengan

faktor-faktor absorbsi pad saluran cerna dengan laju difusi yang sangat

tergantung pada sifat fisika kimia obat (Ansel, 1989).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan obat tersebut diantaranya :

a. Kelarutan dari bahan obat (afinitas obat) terhadap bahan pembawa

Obat yang sangat larut dalam bahan pembawa pada umumnya

mempunyai afnitas kuat terhadap bahan pembawa dapat menunjukkan

bahwa koefisien aktifitasnya rendah, sehingga pelepasan obat dari

bahan pembawanya menjadi lambat demikianan sebaliknya (Voigt,

(32)

commit to user

16 b. Waktu difusi

Semakin cepat waktu difusi akan semakin besar obat yang dilepas,

sebaliknya obat dilepas akan semakin kecil bila waktu difusi semakin

lambat (Voigt, 1984)

c. Jenis basis salep

Basis salep yang satu mempunyai sifat yang berbeda dengan jenis

basis salep lainnya, misalnya pH, polaritas, viskositas dan sebagainya,

sehingga pemilihan basis sangat penting karena kesesuaian basis salep

sangat berpengaruh pada proses pelepasannya. Dengan demikian

kecepatan pelepasan obat dari berbagai basis yang berbeda pula

pelepasannya. Jenis basis salep dengan viskositas tinggi menyebabkan

koefisien difusi obat dalam basis rendah sehingga pelepasan obat akan

menjadi kecil (Voight, 1984).

2.3. Metode Pengujian Aktifitas Antibakteri dan Antijamur

Aktivitas antibakteri ditentukan oleh spektrum kerja (spektrum kerja

luas, spektrum kerja sempit), cara kerja (bakterisida atau bakteriostatik) dan

ditentukan pula oleh Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) serta potensi

hambatan pada KHM.

Pengujian terhadap aktivitas antibakteri dilakukan untuk mengetahui

obat-obat yang paling poten untuk kuman penyebab penyakit terutama penyakit

(33)

commit to user

17

Pengujian ini dapat dilakukan dengan cara yaitu:

1. Metode Difusi

a. Metode lubang (perforasi)

Bakteri uji umur 18- 24 jam disuspensikan ke dalam media agar pada

suhu sekitar 450C. Suspensi bakteri dituangkan ke dalam cawan petri

steril. Setelah agar memadat, dibuat lubang-lubang dengan diameter

6-8 mm. Kedalaman lubang tersebut dimaksukkan larutan zat yang akan

diuji aktivitasnya, kemudian diinkubasikan pada suhu 370C selama

18-24 jam. Aktivitas antibakteri dapat dilihat dari daerah bening yang

mengelilingi lubang perforasi (Yuliani, 2001).

b. Metode cakram kertas

Zat yang akan diuji diserapkan ke dalam cakram kertas dengan cara

meneteskan pada cakram kertas kosong larutan antibakteri sejumlah

tertentu dengan kadar tertentu pula. Cakram kertas diletakkan diatas

permukaan agar padat yang telah diolesi bakteri, diinkubasi selama

18-24 jam pada suhu 370C . aktivitas antibakteri dapat dilihat dari

daerah hambat di sekeliling cakram keras (Yuliani, 2001).

2. Metode Dilusi

a. Metode pengenceran tabung

Antibakteri disuspensikan dalam agar Triptic Soy Broth (TBS) dengan

pH 7,2-7,4 kemudian dilakukan pengenceran dengan menggunakan

(34)

commit to user

18

yang telah disuspensikan dengan NaCl fisiologis steril atau dengan

TSB, yang tiap mililiternya mengandung kurang lebih 105-106 bakteri.

Setelah diinkubasikan pada suhu 370C selama 18-24 jam, tabung yang

keruh menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri, sedangkan tabung

yang bening menunjukkan zat antibakteri yang bekerja. (Yuliani,

2001).

b. Metode pengenceran agar

Zat antibakteri dicampur sampai homogen pada agar steril yang masih

cair dengan suhu terendah mungkin (±450C) dengan menggunakan

berbagai konsentrasi aktif, larutan tersebut dituangkan kedalam cawan

petri steril kemudian setelah memadat dioleskan bakteri uji pada

permukaannya (Yuliani, 2001).

[image:34.595.161.510.241.617.2]

2.4. Kulit

Gambar I. Struktur Kulit Manusia

2.4.1.Pengertian

Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap

(35)

commit to user

19

menyokong penampilan dan kepribadian seseorang (Aiache, 1993).

Fungsi kulit secara umum (Djuanda dkk, 2001) :

a. Fungsi proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik, misalnya

tekanan; gesekan; tarikan; zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan;

gangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan UV;

gangguan infeksi luar terutama kuman maupun jamur.

b. Fungsi absorbsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat,

tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu pun

yang larut lemak.

c. Fungsi ekskresi

Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau

sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan

amonia.

d. Fungsi persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung syaraf sensorik di dermis dan

subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan

ruffini di dermis dan subkutis. Dingin oleh badan krause. Rabaan

(36)

commit to user

20 e. Fungsi pengaturan suhu tubuh

Kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan

mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit

f. Fungsi pembentukan pigmen

Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan sel

ini berasal dari rigi syaraf.

g. Fungsi keratinisasi

Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu

keratinosit, sel langerhans dan melanosit.

h. Fungsi pembentukan vitamin D

Dengan mengubah 7 hidroksi kolesterol dengan bantuan sinar

matahari (Aiache, 1993).

[image:36.595.153.509.245.598.2]

2.5. Candida albicans

Gambar II. Candida albicans

Jamur Candida albicans biasanya hidup sebagai saprofit dalam rongga

mulut, usus dan vagina. Pada orang sehat jamur ini bersifat apatogen, tetapi pada

keadaan tertentu, yaitu pada keadaan daya tahan tubuh menurun jamur ini dapat

(37)

commit to user

21

vagina jamur ini dapat menimbulkan gejala keputihan yang dikenal sebagai

kandidiasis vagina (Suprihatin, 1992).

Menurut Frobisher (1983), sistematika Candida albicans adalah sebagai

berikut :

Divisio : Thallophyta

Subdivisio : Fungi

Classis : Deuteromycetes

Ordo : Moniliales

Familia : Cryptococcaceae

Genus : Candida

Spesies : Candida albicans

Sel jamur Candida berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong.

Koloninya pada medium padat sedikit menimbul dari permukaan medium,

dengan permukaan halus, licin atau berlipat-lipat, berwarna putih kekuningan

dan berbau ragi. Besar koloni bergantung pada umur. Pada tepi koloni dapat

dilihat hifa semu sebagai benang-benang halus yang masuk ke dalam medium.

Pada medium cair jamur biasanya tumbuh pada dasar tabung (Suprihatin, 1982).

Candida albicans dapat menimbulkan serangkaian penyakit pada

beberapa lokasi, seperti :

a. Mulut, infeksi mulut (Sariawan)

Terutama pada bayi, terjadi pada selaput lendir pipi dan tampak

(38)

commit to user

22

pseudomiselium dan epitel terkelupas dan hyerosi minimal dari

selaput lendir.

b. Genitalia wanita

Vulvovaginitis menyerupai sariawan tetapi menimbulkan iritasi gatal

yang hebat dan pengeluaran sekret. Hilangnya pH asam merupakan

predisposisi timbulnya vulvovaginitis kandida. Dalam keadaan

normal pH yang asam dipertahankan oleh bakteri vagina.

c. Kulit

Infeksi kulit terutama pada bagian-bagian yang basah, hangat seperti

ketiak, lipatan paha, skrotum, atau lipatan-lipatan di bawah payudara.

d. Kuku

Rasa sakit, bengkak kemerahan pada lipatan kuku, menyerupai

paronychia pyogenik (inflamasi pada jaringan kuku), dapat

mengakibatkan penebalan dan alur tranversal pada kuku.

e. Paru-paru dan organ-organ lain

Infeksi Candida dapat menyerupai invasi sekunder paru-paru, ginjal

dan organ-organ lain dimana terdapat penyakit sebelumnya.

f. Kandidiasis mukotan menahun

Kelainan ini merupakan tanda kegagalan kekebalan sekunder (Jawetz

(39)

commit to user

23

2.6. KERANGKA PEMIKIRAN

Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas .L) telah lama digunakan sebagai

obat tradisional, karena beracun maka digunakan sebagai obat luar. Jarak pagar

memiliki kandungan minyak pada bijinya, yang secara empiris bermanfaat

untuk pengobatan luar seperti masalah-masalah kulit contohnya kudis, borok,

luka berdarah, gatal-gatal, dan lain-lain. Biji jarak mengandung senyawa

saponin, alkaloida, terpenoid, steroid dan cardenolide. Saponin mempunyai

kegunaan sebagai racun dan anti jamur.

Untuk memudahkan penggunaan minyak biji jarak, maka dirasa perlu

untuk memformulasikan minyak jarak dalam sediaan salep agar lebih efisien.

Sediaan salep lebih disukai karena lebih mudah, praktis, dan menghantarkan

obat pada kulit untuk efek khusus topikal atau sistemik. Basis salep yang

digunakan menggunakan basis serap dengan perbedaan formulasi pada

masing-masing formula. Pemilihan basis serap dimaksudkan untuk memperpanjang

kontak bahan obat dengan kulit dan sebagai emolien. Perbedaan konsentrasi

minyak biji jarak 1% dan 5% pada tiap formulasi salep dimaksudkan untuk

mengetahui kemampuan dalam menghambat jamur Candida albicans. Untuk

mengetahui kestabilan fisiknya untuk itu dilakukan uji sifat fisik.

2.7. Hipotesis

1. Minyak dari biji jarak pagar diduga dapat diformulasikan pada

(40)

commit to user

24

dengan perbedaan formulasi basis salep serap dengan penambahan air

dan tanpa penambahan air.

2. Formulasi salep basis serap minyak biji jarak pagar dengan

konsentrasi 1% dan 5% diduga memiliki sifat fisik yang baik.

3. Minyak jarak diduga pada konsentrasi 1% dan 5% dapat menghambat

(41)

commit to user

25 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Bahan dan Alat

3.1.1. Bahan

3.1.1.1. Pembuatan Salep

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji jarak pagar

(diperoleh dari daerah Boyolali Jawa Tengah), vaselin album, adeps lanae,

lanoline (perbandingan air dan adeps 25:75), dan aquadest.

3.1.1.2. Uji Antijamur

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian uji antijamur adalah

Sabouraud Dextrose Agar, biakan jamur Candida albicans, aquades steril, dan

salep minyak jarak pagar.

3.1.2. Alat

3.1.2.1. Pembuatan Minyak Jarak Pagar

Alat yang digunakan untuk pengambilan minyak adalah blender, dan alat

pengepres hidrolik.

3.1.2.2. Pembuatan Salep dan Uji Sifat Fisik Salep

Alat yang digunakan dalam pembuatan salep, serta uji sifat fisik salep

terdiri dari mortir dan stamper, kaca pengaduk, timbangan digital, cawan

porselen, sudip, gelas ukur (pyrex), pot salep, kaca objek, penangas air, ph meter

(Friwo inolab), alat uji daya sebar, viskotester (VT-04 E-RION CO), alat uji

(42)

commit to user

26 3.1.2.3. Uji Antijamur

Alat yang digunakan untuk uji jamur adalah tabung reaksi (pyrex), cawan

petri, inkubator, gelas ukur (pyrex), labu Erlenmeyer (pyrex), bunsen burner,

jarum ose, dor gabus, pipet, mikropipet, batang pengaduk, penangas air, LAF,

autoclave,yellow teep.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada akhir bulan September sampai bulan

Desember. Tempat penelitian dilaksanakan di Laboraturium Farmasetika

Universitas Sebelas Maret dan Laboratorium Pusat Mikrobiologi FMIPA.

3.3. Variable Penelitian

3.3.1.Identifikasi Variable Penelitian

Minyak biji jarak pagar di buat dalam sediaan salep serap dan konsentrasi

yang berbeda, diuji sifat fisik salep meliputi uji organoleptis, homogenitas, uji

pH, uji viskositas, uji daya sebar, uji daya lekat, dan uji iritasi, serta di uji

efektifitas anti jamur dalam menghambat jamur Ca ndida albicans.

3.3.2.Klasifikasi Variable Utama

a.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perbedaan formulasi basis salep

serap dengan dan tanpa penambahan air, dan konsentrasi minyak jarak

pagar (1%, 5%).

b.Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah mutu fisik salep meliputi

(43)

commit to user

27

daya lekat, dan uji iritasi, serta uji efektifitas anti jamur dalam

menghambat jamur Candida albicans.

c.Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah proses pengepresan biji

jarak, pembuatan salep minyak jarak pagar, metode pengujian sifat fisik

salep, dan metode pengujian antijamur.

3.4. Cara Kerja Penelitian

3.4.1. Pembuatan Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

Hasil panenan buah jarak pagar yang telah masak minimal 50 % diambil

bijinya kemudian dikeringkan. Biji yang telah kering kemudian dimasak dengan

cara disangrai, hal ini bertujuan agar protein yang tekandung dalam biji jarak

menggumpal dan tidak ikut terlarut bersama minyak jarak yang dibutuhkan. Biji

yang telah dimasak kemudian dipisahkan dari kulit biji dan daging biji. Daging

biji selanjutnya dilumat / dihancurkan dengan cara di blender. Daging biji yang

sudah lumat lalu dipress dengan menggunakan alat pengepress hidrolik yang

kemudian menghasilkan minyak biji jarak pagar yang berwarna kuning jernih.

3.4.2. Penentuan Bobot Jenis Minyak Jarak Pagar

Penentuan bobot jenis minyak jarak dihitung dengan piknometer ukuran

10 ml. Berat piknometer kosong kemudian ditimbang dan dicatat beratnya.

Timbang piknometer yang sudah berisi minyak Jarak Pagar dicatat beratnya.

Piknometer yang sudah berisi air ditimbang dan dicatat beratnya.

Bobot minyak jarak dihitung dengan perhitungan sebagai berikut:

(44)

commit to user

28 Berat pikno + minyak jarak : B (gram)

Berat minyak jarak : C (gram)

Berat jenis minyak jarak = B-A = .... gram/ml

C

3.4.3. Perhitungan Rendemen Minyak Jarak Pagar

Penghitungan rendemen minyak dihitung dengan % v/b :

Volume minyak : vol (ml)

Berat jenis minyak : BJ (gram/ml)

Berat rimpang segar : M (gram)

% Kadar minyak jarak = Vol x 100 % M

[image:44.595.124.509.238.489.2]

3.4.4. Formulasi Salep Basis Serap

Tabel II. Formulasi Salep Minyak Jarak Pagar

No Bahan Formula I Formula II Formula III Fomula IV 1. Minyak Jarak Pagar 1% 1% 5% 5%

2. Adeps Lanae 39% - 25% -

3. Lanoline - 39% 25%

4. Vaselin Album 60% 60% 70% 70%

3.4.5. Pembuatan Salep Minyak Jarak Pagar

3.4.5.1. Formula I dan Formula III

Minyak jarak pagar dimasukkan dalam mortir ditambahkan adeps lanae

kemudian digerus hingga homogen. Terakhir dimasukkan vaselin album, dan

digerus ad homogen, kemudian dimasukkan kedalam pot salep. Perlakuan diatas

diulangi sampai 3 kali. Selanjutnya dilakkan uji mutu fisik salep selama 8

(45)

commit to user

29 3.4.5.2. Formula II dan IV

Lanoline dibuat terlebih dahulu, yaitu dengan mencampur adeps dengan

25% bagian air. Dituangkan minyak jarak, diaduk / digerus ad homogen.

Kemudian ditambahkan vaselin album, gerus ad homogen. Perlakuan diatas

diulangi sampai 3 kali. Selanjutnya dilakukan uji mutu fisik salep selama 8

minggu serta uji aktivitas antijamur Candida albicans.

3.4.6. Uji Stabilitas Fisik

3.4.6.1.Homogenitas

Sediaan diuji homogenitasnya dengan mengoleskan pada sekeping kaca

atau bahan transparan yang cocok. Diamati sediaan salep menunjukkan susunan

yang homogen (Anonim, 1974).

3.4.6.2. Pemeriksaan pH

Sebanyak 0,5 gram sediaan salep dilarutkan dalam 30 ml aquadest.

Diukur nilai pH-nya menggunakan pH meter sampai menujukkan nilai pH yang

konstan. Pemeriksaan pH dilakukan setiap minggu selama delapan minggu pada

suhu kamar.

3.4.6.3. Daya Sebar

Ditimbang 0,5 gram salep dan diletakkan ditengah alat (kaca bulat).

Ditimbang dahulu kaca yang satunya. Kaca diletakan diatas massa salep dan

diiarkan selama 1 menit. Kemudian diukur berapa diameter salep yang menyebar

(dengan mengambil panjang rata-rata diameter dari beberapa sisi). Ditambahkan

(46)

commit to user

30

menyebar seperti sebelumnya. Diteruskan dengan menambah tiap kali dengan

beban tambahan 50 gram. Digambarkan dalam grafik hubungan antara beban

dan luas salep yang menyebar. Hal ini diulang masing-masing 3 kali untuk tiap

salep yang diperiksa.

3.4.6.4. Daya Lekat

Salep diletakkan secukupnya diatas gelas objek yang telah diketahui

luasnya. Diletakkan gelas objek yang lain diatas salep tersebut. Kemudian

ditekan dengan beban 1kg selama 5 menit. Dipasang gelas objek pada alat tes.

Kemudian dilepaskan beban seberat 80 gram dan dicatat waktunya hingga kedua

gelas objek ini terlepas. Dilakukan tes untuk formula salep dengan

masing-masing 3 kali percobaan.

3.4.6.5. Iritasi

Uji iritasi dilakukan dengan mengoleskan salep ke kulit tangan

sukarelawan. Dibiarkan selama 12 jam. Pengujian keamanan sediaan salep

yang dibuat dilakukan terhadap dua puluh orang sukarelawan dengan uji tempel

terbuka (Patch test), yakni : Sejumlah sediaan uji dioleskan pada punggung

tangan kanan sukarelawan dan dibiarkan terbuka selama 12 jam. Punggung

tangan kanan diolesi sediaan basis salep. Selanjutnya perubahan warna yang

terjadi pada punggung tangan kanan masing-masing sukarelawan diamati. Jika

tidak terjadi reaksi (tidak merah dan tidak bengkak) diberi tanda (-), jika terjadi

reaksi (kulit memerah) diberi tanda (+), selanjutnya jika terjadi pembengkakan

(47)

commit to user

31

(kemerahan) ada kulit yang dioleskan salep tersebut dibandingkan dengan

kontrol yaitu punggung tangan kiri (Padmadisastra dkk, 2007).

3.4.6.6.Uji Viskositas

Uji viskositas salep dilakukan dengan alat viskotester. Viskotester

dipasang pada klemnya dengan arah horizontal atau tegak lurus dengan arah

klem. Rotor kemudian dipasang viskotester dengan menguncinya berlawanan

arah dengan jarum jam. Mangkuk diisi sampel salep yang akan diuji, rotor

ditempatkan tepat berada ditengah-tengah yang berisi salep, kemudian alat

dihidupkan dan ketika rotor mulai berputar jarum penunjuk viskositas secara

otomatis akan bergerak menuju kekanan kemudian setelah stabil, viskositas

dibaca pada skala dari rotor yang digunakan. Cara diatas diulangi

masing-masing 3 kali.

3.5.Uji Antijamur

a. Sterilisasi alat

Alat yang digunakan untuk aktivitas antibakteri disterilkan dalam

autoklaf dengan temperatur 121oC selama kurang lebih 20 menit.

b. Pembuatan media agar miring

Sabouraud agar ditimbang sebanyak 1 gram kemudian dilarutkan

dalam 50 ml aquades , dipanaskan diatas hotplate stirer sampai mendidih

dan terbentuk larutan agar yang berwarna kuning bening. Masukkan ke

dalam tabung reaksi masing-masing 5ml. Tutup tabung reaksi dengan kapas

(48)

commit to user

32

121oC selama 20 menit. Selanjutnya ditempatkan pada rak miring dan

didiamkan sampai padat pada suhu kamar.

c. Pembuatan biakan jamur

Sebanyak 1 ose isolat jamur digoreskan pada media miring agar

Sabouraud dengan pola zig-zag, masing-masing jamur dibuat 3 biakan

bakteri. Proses ini dilakukan dalam keadaan steril pada ruang isolasi dengan

sinar UV. Biakan diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam.

d. Uji aktivitas antijamur salep minyak jarak pagar

1. Sabouraud agar ditimbang sebanyak 1g kemudian dilarutkan dalam 50

ml air aquades, dipanaskan , distirer diatas hotplate sampai mendidih

sehingga terbentuk larutan agar yang berwarna kuning bening.

Larutan Sabouraud tersebut dimasukan dalam botol buram

masing-masing sebanyak 15 ml. Tabung reaksi disiapkan, masing-masing-masing-masing diisi

dengan 3ml aquades dan ditutup rapat dengan kapas dan alumunium

foil untuk membuat suspensi jamur dengan catatan 1 tabung 1 jamur.

Sabouraud yang telah dimasukan dalam botol buram, aquades dalam

tabung reaksi, cawan petri yang telah dibungkus kertas dan alat-alat

yang akan digunakan dalam uji antibakteri disterilisasi pada suhu

121oC selama 20 menit.

2. Selanjutnya disiapkan agar sabourad didalam cawan petri dan

masing-masing biakan jamur Candida albicans (satu ose jamur dicampur

(49)

commit to user

33

Kemudian, dibuat sumur pada agar dengan pelubang gabus

berdiameter 6mm. Salep yang akan diujikan kemudian diisikan

kedalam lubang hingga kedalaman lubang terisi sempurna. Kemudian

agar yang sudah berisi bahan uji diinkubasi dengan kondisi yang

sesuai untuk pertumbuhan jamur Candida albica ns. Untuk Candida

albicans, agar yang telah berisi sumuran salep diinkubasi selama 2

hari (Hezmela, Rizka. 2006).

3. Pengamatan Hasil

Setelah selesai waktu inkubasi, aktivitas antijamur pada berbagai taraf

konsentrasi diamati. Pengamatan zona hambat sampel terhadap

pertumbuhan jamur uji dilakukan dengan mengukur diameter zona

bening di sekitar sumuran yang merupakan diameter zona penghambat

salep. Aktivitas antijamur diukur dengan mengurangi diameter total

zona hambatan dengan diameter sumur.

3.6.Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari uji sifat fisik salep dianalisis secara

statistik untuk mengetahui data terdistribusi secara normal atau tidak

menggunakan Kolmogrof-Smirnov. Hasil data yang diperoleh

dilanjutkan dengan analisis ANOVA satu jalan dan uji tukey.

Pada uji antijamur didapatkan data DDH (Diameter Daya

Hambat) diantara keempat formulasi salep uji dengan variasi konsentrasi

(50)

commit to user

34 3.7.Diagram Cara Alir Kerja

[image:50.595.174.427.160.583.2]

a. Ekstraksi Minyak Jarak Pagar

Gambar III. Ekstraksi minyak jarak pagar Pemanenan tandan buah jarak pagar,

minimal 50% sudah masak

Biji yang sudah kering / dikeringkan

Pemasakan biji / pemanasan biji

Penghancuran biji, dipisahkan dari kulit biji dan daging biji

Daging biji dhancurkan hingga lumat

Daging biji yang sudah lumat dipress

(51)

commit to user

35

b. Pembuatan Salep Basis Serap

1. Formula I

dimasukkan

digerus

dimasukkan

[image:51.595.99.560.109.657.2]

dilakukan

Gambar 4. Diagram pembuatan salep serap minyak jarak formula I

2. Formula II

dimasukkan

dalam

ditambahkan

digerus ditambahkan

dimasukkan

dilakukan

Gambar 5. Diagram pembuatan salep serap minyak jarak formula II

Vaselin Album

Mortir Adeps Lanae

Minyak Jarak

Ad homogen

Uji mutu fisik salep Pot Salep

Adeps Lanae Mortir

Aquades

Vaselin Album Minyak Jarak

Ad homogen

Pot Salep

(52)

commit to user

36

3. Formula III

dimasukkan

digerus

dimasukkan

dilakukan

Gambar 6. Diagram pembuatan salep serap minyak jarak formula III

4. Formula IV

dimasukkan

dalam

ditambahkan

digerus ditambahkan

dimasukkan

[image:52.595.100.557.94.662.2]

dilakukan

Gambar 7. Diagram pembuatan salep serap minyak jarak formula IV

Vaselin Album

Mortir Adeps Lanae

Minyak Jarak

Ad homogen

Uji mutu fisik salep Pot Salep

Adeps Lanae Mortir

Aquades

Minyak Jarak

Vaselin Album

Ad homogen

Pot Salep

(53)

commit to user

37

[image:53.595.112.533.123.523.2]

c. Uji Sifat Fisik Salep

Gambar 8. Diagram Uji sifat fisik salep minyak jarak pagar

dioleskan diamati

selama 12 jam

dibandingkan dengan tangan kiri sebagai kontrol

Gambar 9. Diagram Uji iritasi salep minyak jarak pagar

d. Uji Efektifitas Antijamur pada Candida albicans

1. Sterilisasi Alat

disterilisasi

1210 ±20 menit Salep Uji Visko- sitas Uji pH Uji organo -leptis Uji daya sebar Uji keleng -ketan uji homo- genitas

Warna dan kondisi kulit setelah dioleskan salep Punggung tangan kanan Salep Diamati adanya iritasi Autoclave Alat-alat yang

(54)

commit to user

38 2. Pembuatan agar media miring

dipanaskan

[image:54.595.120.505.131.492.2]

dimasukkan

Gambar 10. Diagram pembuatan agar miring

3. Biakan jamur

digoreskan

Gambar 11. Diagram pembuatan biakan jamur

4. Uji antijamur

dipanaskan

dimasukkan

ditutup aluminium foil

dibungkus kertas

Warna kuning bening 1g Sabouraud +

50ml aquades

Tabung reaksi @15ml

Sterilisasi 1210 ±20menit

Media agar miring

Media agar miring 1 ose Jamur

Inkubasi suhu 370

1gram Sabouraud + 50ml aquades steril

Warna kuning bening

Erlenmeyer

Cawan petri

[image:54.595.125.510.541.727.2]
(55)

commit to user

39 diencerkan dalam

diambil

dispread dalam

dibuat sumuran

dimasukkan pada sumuran

diinkubasi

[image:55.595.113.525.131.562.2]

diamati

Gambar 12. Diagram uji antijamur

Aquades steril 3ml 1 ose jamur

100µ l suspensi

Cawan petri + Sabouraud agar

Lubang gabus 6mm Cawan petri + Sabouraud agar

Salep uji sampai memenuhi lubang

Suhu 370 selama 2 hari

(56)

commit to user

40 BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Determinasi Tanaman

Determinasi Jarak Pagar (Jatropha curcas .L) dilakukan di Laboratorim

Morfologi Sistematik Tumbuhan Universitas Setia Budi. Hasil determinasi

dapat dilihat pada lampiran no. 1.

4.2. Hasil Uji Sifat Fisik Salep minyak Jarak Pagar

4.2.1. Homogenitas

Sediaan diuji homogenitasnya dengan mengoleskan pada sekeping kaca

atau bahan transparan yang cocok. Diamati sediaan salep menunjukan susunan

yang homogen (Anonim, 1974). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui

homogenitas dari formula salep yang diteliti. Hasil uji homogenitas dari keempat

[image:56.595.115.508.244.617.2]

formula salep dapat dilihat pada tabel II.

Tabel III. Homogenitas Salep Minyak Jarak Pagar Selama 8 Minggu

No. Formula Hasil Uji

1. I Homogen

2. II Homogen

3. III Homogen

4. IV Homogen

Keterangan :

Formula I : Salep Minyak Jarak Pagar 1 % dengan basis salep serap tanpa air Formula II : Salep Minyak Jarak Pagar 1%dengan basis salep serap + air Formula III : Salep Minyak Jarak Pagar 5% dengan basis salep serap tanpa air Formula IV : Salep Minyak Jarak Pagar 5% dengan basis salep serap + air

Hasil pengujian menunjukkan bahwa masing – masing formula salep

yang dioleskan pada sekeping kaca menunjukkan hasil yang homogen yaitu

terlihat rata dan tidak ada perbedaan warna antara komponen salep. Selama

(57)

commit to user

41

pengamatan pada minggu kedelapan. Konsistensi bentuk fisik salep tidak

mengalami perubahan yakni tidak ada pemisahan ataupun ketidakseragaman

dalam bentuknya. Hasil pengujian homogenitas ini sesuai dengan persyaratan

Ekstra Farmakope Indonesia 1974 yaitu jika salep dioleskan pada sekeping kaca

atau bahan transparan lain yang cocok harus menunjukkan susunan yang

homogen yang dapat dilihat dengan tidak adanya partikel yang bergerombol dan

menyebar secara merata. Hal ini berarti keempat formulasi salep yang digunakan

dalam pembuatan salep minyak jarak pagar mempunyai homogenitas yang baik.

4.2.2. pH

Pemeriksaan pH adalah salah satu bagian dari kriteria pemeriksaan

fisika-kimia dalam memprediksi kestabilan sediaan salep. Profil pH akan

menentukan stabilitas bahan aktif dalam suasana asam atau basa (Lachman et al,

1994). Hasil pengamatan uji pH selama 8 minggu dapat dilihat pada tabel III

[image:57.595.113.512.236.614.2]

dibawah ini.

Tabel IV. Hasil uji pH salep selama 8 minggu

No Formula x ± SD

1 I 7.00 ± 0.000

2 II 7.26 ± 0.518

3 III 7.17 ± 0.463

4 IV 7.23 ± 0.518

Keterangan :

Formula I : Salep Minyak Jarak Pagar 1 % dengan basis salep serap tanpa air Formula II : Salep Minyak Jarak Pagar 1%dengan basis salep serap + air Formula III : Salep Minyak Jarak Pagar 5% dengan basis salep serap tanpa air Formula IV : Salep Minyak Jarak Pagar 5% dengan basis salep serap + air

Dari tabel diatas dapat dlihat tidak terjadi penurunan pH yang

(58)

commit to user

42

dari hasil pengamatan yang dilakukan dari minggu pertama sampai minggu ke -

8. Besarnya nilai pH telah memenuhi persyaratan nilai pH basis salep yang baik

yaitu antara 5,5 hingga 7 (Troy et al, 2005). Penurunan atau peningkatan yang

terjadi karena ketidakstabilan suhu dan kondisi penyimpanan pada waktu

pengamatan. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa FI memiliki stabilitas paling

baik dengan nilai SD paling kecil yaitu 0,000.

Uji pH penting dilakukan untuk mengetahui stabilitas pH salep dan pH

harus sesuai dengan pH kulit supaya tidak terjadi iritasi pada kulit. Kestabilan

pH harus stabil dari minggu ke minggu agar salep aman digunakan pada kulit.

Data hasil pH keempat formula tersebut kemudian diuji menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui data terdistribusi secara normal atau

tidak. Hasil yang diperoleh dari analisis Kolmogorov-Smirnov menunjukkan

bahwa besarnya signifikan untuk Formula I, Formula II, Formula III, dan

Formula IV.

Data hasil pengujian yang diperoleh kemudian diuji menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui data tersebut terdistribusi secara

normal atau tidak. Hasil analisis menunjukkan bahwa harga signifikansinya

0,07 >0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.

Selanjutnya, untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pH yang nyata diantara

keempat formula maka dilakukan uji ANOVA satu jalan. Hasil dari uji ANOVA

didapat harga signifikasi sebesar 0,000 < 0,05, jadi dapat disimpulkan bahwa

(59)

commit to user

43

diantara keempat formula. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan pengaruh

konsentrasi minyak jarak dalam salep, selanjutnya dilakukan uji Paired Sample

Test formula 1 dengan III dan formula II dengan IV. Uji Paired Sample t-Test

merupakan uji beda dua sampel berpasangan. Sampel berpasangan merupakan

subjek yang sama namun mengalami perlakuan yang berbeda (hasil uji Paired

Sample Test dapat dilihat di lampiran no. 6). Dari hasil uji Paired Sample

t-Test didapat hasil FI dengan FIII diketahui nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0.000 <

0.05, dan Sig.(2-tailed) FII dengan FIV sebesar 0.351 > 0.05. Dari nilai tersebut

menunjukkan bahwa FI dan FIII memiliki perbedaan yang signifikan, sedang

pada FII dan FIV tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini berarti

perbedaan konstentrasi minyak jarak terhadap formulasi basis salep berpengaruh

terhadap pH salep.

4.2.3. Daya Sebar

Daya sebar salep dapat didefinisikan sebagai kemampuan menyebarnya

salep pada permukaan kulit yang akan diobati. Suatu sediaan salep diharapkan

mampu menyebar dengan mudah ditempat pemberian, tanpa menggunakan

tekanan yang berarti. Semakin mudah dioleskan maka luas permukaan kontak

obat dengan kulit semakin besar, sehingga absorbsi obat ditempat pemberian

semakin optimal. Daya penyebaran berbanding terbalik dengan viskositas

sediaan, semakin rendah viskositasnya maka makin tinggi daya penyebarannya

(60)

commit to user

44

[image:60.595.123.513.197.478.2]

Hasil uji daya sebar dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel V. Hasil Uji Daya Sebar No Formula x ± SD

1 I 2,043 ± 0.0493

2 II 1,986 ± 0.0288

3 III 2,186 ± 0.1527

4 IV 2,216± 0.0763

Keterangan :

Formula I : Salep Minyak Jarak Pagar 1 % dengan basis salep serap tanpa air Formula II : Salep Minyak Jarak Pagar 1%dengan basis salep serap + air Formula III : Salep Minyak Jarak Pagar 5% dengan basis salep serap tanpa air Formula IV : Salep Minyak Jarak Pagar 5% dengan basis salep serap + air

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa luas penyebaran pada formula

IV memberikan hasil penyebaran yang paling besar, karena formula IV

memiliki viskositas yang paling rendah.

Data hasil pengujian yang diperoleh kemudian diuji menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui data tersebut terdistribusi secara

normal atau tidak. Hasil analisis menunjukkan bahwa harga signifikansinya 0.40

2 > 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.

Selanjutnya, untuk mengetahui perbedaan daya sebar yang nyata diantara

keempat formula maka dilakukan uji ANOVA satu jalan. Hasil analisis

menunjukkan nilai signifikansinya 0,038 < 0,05 artinya ada perbedaan daya

sebar salep diantara keempat formula salep yang diteliti. Untuk mengetahui

pengaruh perbedaan konsentrasi antar formula, selanjutnya dilakukan dilakukan

uji Paired Sample Test formula 1 dengan III dan formula II dengan IV. Uji Paired

(61)

commit to user

45

merupakan subjek yang sama namun mengalami perlakuan yang berbeda (hasil

uji Paired Sample t-Test dapat dilihat di lampiran no. 8). Dari hasil uji Paired

Sample t-Test didapat hasil FI dengan FIII diketahui nilai Sig.(2-tailed) sebesar

0.232 > 0.05, dan Sig.(2-tailed) FII dengan FIV sebesar 0.15 > 0.05 . Dari nilai

tersebut menunjukkan bahwa FI dengan FIII dan FII dengan FIV tidak memiliki

perbedaan yang signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan

konsentrasi minyak tidak berpengaruh terhadap daya sebar salep.

Daya menyebar berhubungan dengan viskositas, makin rendah

viskositasnya makin tinggi daya penyebaran. Demikian pula sebaliknya, daya

penyebaran ini berhubungan erat dengan kemudahan pada pemakaian. Yang

lebih disenangi adalah yang lebih mudah dioleskan atau dengan kata lain

konsumen lebih menyukai yang mempunyai day

Gambar

Tabel I. Kandungan Asam Lemak Minyak Jarak  …………………………
Tabel 1. Kandungan Asam Lemak Minyak Jarak Asam Lemak Komposisi (%-berat)
Gambar I. Struktur Kulit Manusia
Gambar II. Candida albicans
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi saya yang berjudul: “Pengaruh Proporsi Daun Beluntas ( Pluchea indica Less) dan Teh Hijau terhadap Aktivitas Antioksidan

Berdasarkan pengujian asumsi klasik pada model penjualan energi listrik di Jawa Tengah tahun 2009 menggunakan analisis regresi diperoleh bahwa asumsi normalitas telah

Direksi Perseroan dengan ini mengundang para Pemegang Saham Perseroan untuk menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar

Kepemimpinan adalah kemampuan seorang PNS untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokok (khusus untuk PNS yang

Analisis SWOT (singkatan bahasa inggris dari strenghts, weakness, opportunities, dan threats) adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk

♦ Secara umum prinsip dasar dalam jaringan computer adalah proses pengiriman data atau informasi dari pengirim ke penerima melalui suatu2. media komunikasi tertentu yang

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami gejala PMS pada tingkat ringan, yaitu sebanyak 54 responden (71,1%).. Dari 41 responden yang status gizi

kecamatan di wilayah Kabupaten Sumba Timur. Data karakteristik wilayah pendayagunaan sumber daya air yang terdiri atas potensi sumber air, IPA, jumlah penduduk, sawah,