• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Penyalagunaan Tanah Wakaf dalam Pandangan Hukum Agraria

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Penyalagunaan Tanah Wakaf dalam Pandangan Hukum Agraria"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGATURAN HUKUM TANAH WAKAF DI INDONESIA

A. Pengertian Wakaf dan Tanah Wakaf

Wakaf diambil dari kata kerja bahasa Arab wakafa itu menurut bahasa

berarti ‘menahan’ atau ‘berhenti’. Dalam hukum Islam, wakaf berarti

menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama (zatnya) dan dipindahkan menjadi

milik Allah swt secara permanen melalui seseorang atau nadzir (penjaga wakaf)

baik berupa perorangan maupun badan pengelola dengan ketentuan bahwa hasil

atau manfaatnya digunakan untuk hal-hal yang sesuai dengan ajaran syariat

Islam.13 Meskipun lembaga wakaf berasal dari ajaran Islam, namun lembaga semacam wakaf sudah ada sebelum Islam datang di Indonesia. Di Indonesia

banyak harta adat baik yang mirip dengan wakaf. Secara Institusional ada

persamaan antara harta wakaf walaupun menurut fiqih jelas bahwa harta adat itu

bukan wakaf. Harta semacam di Indonesia berupa kebisaaan-kebisaaan yang

berlaku di masyarakat.14

Wakaf didefinisikan dengan perbuatan hukum seseorang atau badan

hukum yang memisahkan sebagian dari harta kekayaan yang berupa tanah milik

dan melembagakannya untuk selama-lamanya sesuai dengan ajaran Islam.15

Pendapat-pendapat dari para Imam Mahzab tersebut memberikan rumusan

pengertian tentang wakaf, dapat diartikan bahwa pengertian wakaf adalah

13

April 2017.

14

Ismawati, Penyelesaian Sengketa Tanah Wakaf Studi Terhadap Tanah Wakaf Banda Masjid Agung Semarang, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang, 2007, hal 11.

15

(2)

memindahkan hak kepemilikan suatu benda abadi tertentu dari seseorang kepada

orang lain (individu) atau organisasi Islam, untuk diambil manfaatnya dalam

rangka ibadah untuk mencari ridha Allah SWT16

Wakaf adalah penahanan suatu benda dari bertasarruf (bertindak hukum

seperti memperjual-belikannya) terhadap benda yang dimiliki serta benda itu tetap

dalam pemilikan si Wakif, dan memproduktifkan hasilnya untuk keperluan

kebaikan.17

16

Abdul Ghofur Anshori, Hukum dan Praktik Perwakafan di Indonesia. Pilar Media, Yogyakarta, 2006, hal 64

17

Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, Cet. 1, Ciputat Press, Jakarta, 2005, hal. 9

Pengertian wakaf disebutkan dalam Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah

Nomor 28 Tahun 1977, yaitu perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang

memisahkan sebagian dari harta kekayaannya yang berupa tanah milik dan

melembagakannya untuk selamalamanya untuk kepentingan peribadatan atau

keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Agama Islam.

Sedangkan menurut Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun

2004, yang dimaksud wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan

dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan

selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna

keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.

Dari penjelasan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (1)

huruf a dan b, tentang harta benda wakaf dapat disimpulkan bahwa tanah

bukanlah harta benda satu-satunya yang dapat diwakafkan. Namun, harta benda

(3)

Menurut Pasal 215 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam (KHI), pengertian

wakaf yaitu perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum

yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk

selama-lamanya guna kepentingan ibadat atau keperluan umum lainnya sesuai

dengan ajaran Islam.

Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau

menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau

untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah

dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah18

1. Wakaf keluarga atau wakaf ahli yang disebut juga wakaf khusus

Wakaf dapat dibedakan, yaitu

Wakaf keluarga atau wakaf Ahli (disebut juga wakaf khusus) adalah wakaf

yang khusus diperuntukkan bagi orang-orang tertentu, seorang atau lebih, baik

ia keluarga wakif maupun orang lain.

2. Wakaf umum atau wakaf khairi.

Wakaf khairi atau wakaf umum adalah wakaf yang diperuntukan bagi

kepentingan atau kemaslahatan umum.Wakaf jenis ini jelas sifatnya sebagai

lembaga keagamaan dan lembaga sosial dalam bentuk masjid, madrasah,

pesantren, asrama, rumah sakit, rumah yatim-piatu dan tanah pekuburan19 Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa wakaf adalah itu

termasuk salah satu diantara macam pemberian, akan tetapi hanya boleh diambil

18

Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Pendaftaran Tanah Wakaf Di Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional, Pasal 1 angka 1

19

(4)

manfaatnya, dan bendanya harus tetap utuh. Oleh karena itu, harta yang layak

untuk diwakafkan adalah harta yang tidak habis dipakai dan umumnya tidak dapat

dipindahkan, misalnya tanah, bangunan dan sejenisnya.

Tanah wakaf adalah tanah hak milik yang sudah diwakafkan. Perwakafan

tanah hak milik merupakan suatu perbuatan hukum yang suci, mulia dan terpuji

yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum, dengan memisahkan sebagian

dari harta kekayaan yang berupa tanah hak milik dan melembagakannya untuk

selama-lamanya menjadi wakaf social.20

Dasar hukum tentang wakaf diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun

1960; Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun

2000; UndangUndang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf; Peraturan Pemerintah

No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik; Peraturan Pemerintah No.

40 Tahun 2001 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan; Peraturan

Menteri Negara Agraria/Kapala BPN No. 3 Tahun 1997; Peraturan Pemerintah

No. 46 Tahun 2002; serta Surat Edaran Kepala BPN No. 600-1900 tangal 31 Juli

2003.

21

a. Wakif yakni pihak yang mewakafkan harta benda miliknya. Pihak yang terlibat dalam perbuatan wakaf:

b. Nazhir yakni pihak yang menerima harta wakaf dari wakif, bertugas

mengelola dan mengembangkan wakaf sesuai peruntukannya.

c. Saksi. Orang ini harus melakukan hukum sebagai saksi ikrar wakaf

20

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi, dan Pelaksanaannya. Djambatan, Jakarta, 2005, hal 272.

21

(5)

d. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW). Pejabat ini ditunjuk khusus oleh

menteri untuk menangani pembuatan Akta Ikrar Wakaf.22 Hak atas tanah yang bisa diwakafkan:

a) Hak milik atas tanah, baik yang telah didaftarkan maupun belum didaftarkan.

Hak milik ini juga termasuk dalam hasil pendaftaran peningkatan hak dari

Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, dan Hak Pakai atas tanah.

b) Hak milik atas satuan satuan rumah susun sesuai aturan yang berlaku.

c) Tanah negara yang diatasnya berdiri bangunan masjid atau makam.23

B. Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan Tanah Wakaf

Kebijakan tentang regulasi wakaf di Indonesia dimulai sejak pemerintah

kolonial Belanda, di mana antara tahun 1903 sampai 1935, Belanda mengeluarkan

empat surat edaran Sekretaris (Circulaires van de Gouvernements Secretaris)

kepada pemimpin Indonesia. Semua surat edaran tersebut meminta bupati untuk

menangani pendaftaran bangunan keagamaan Muslim menyangkut asal-usulnya,

statusnya sebagai tempat peribadatan, dan apakah ia berasal dari wakaf atau

bukan.24

Setelah Indonesia merdeka, regulasi wakaf semakin berkembang positif,

dengan keluarnya Peraturan Departemen Agama pada 22 Desember 1953 tentang

prosedur pemberian tanah wakaf, yang kemudian diatur kembali oleh Surat Edaran

Departemen Agama No. 5/D/1956. Kemudian, diterbitkannya Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Dalam

22

Ibid. 84 23

Ibid, hal 85 24

(6)

Undang-undang ini, aset wakaf mendapatkan dasar hukum yang tetap, di mana

negara secara resmi menyatakan perlindungan terhadap harta wakaf. Dalam Pasal

49 ayat 3 disebutkan bahwa perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur menurut

peraturan pemerintah. Perlindungan atas aset wakaf juga dipertegas kembali dalam

Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah. Peraturan ini

meningkatkan penertiban sertifikasi tanah atas tanah wakaf yang telah diikrarkan

Setelah mendapatkan jaminan perlindungan dari pemerintah, eksistensi

wakaf semakin mendapatkan tempat dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No. 28

Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik, yang memuat unsurunsur substansi

dan teknis perwakafan. Terbitnya Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 ini

menciptakan pembaruan yang sangat penting dalam pengelolaan harta wakaf.

Peraturan ini memberikan legalitas bagi bolehnya pertukaran harta wakaf setelah

mendapatkan izin dari Menteri Agama. Secara subsansial peraturan tersebut juga

membolehkan pertukaran harta wakaf agar dapat diberdayakan secara optimal.

Pembaruan lain yang terjadi setelah terbitnya peraturan ini juga mencakup aspek

teknis dalam perwakafan. Sejak peraturan ini, beberapa pengelola wakaf mulai

bersikap selektif terhadap harta wakaf yang diserahkan kepada mereka dengan

memperhatikan asas manfaat dari wakaf yang akan diserahkan.

Fungsi dan tugas Pemerintah dalam bidang wakaf adalah untuk

memajukan dunia perwakafan di Indonesia, pemerintah melalui Departemen

Agama berupaya menjalankan fungsi dan Redengan tuntutan perkembangan

masyarakat.Langkah-langkah operasianal antara lain25

25

(7)

1. Regulasi peraturan perundang-undangan wakaf

2. Sosialisasi peraturan perundang-undangan dan paradigma baru wakaf

3. Sertifikasi, Inventarisasi dan advokasi harta benda wakaf

4. Peningkatan kualitas Nazhir dan lembaga wakaf

5. Memfasilitasi jalinan kemitraan investasi wakaf produktif

6. Memfasilitasi terbentuknya badan wakaf Indonesia

7. Bantuan proyek percontohan wakaf produktif

Dilihat dari wujud wakaf di Indonesia dan kepentingan masyarakat di

tanah air kita, perwakafan tanah tanah tampaknya mendapat perhatian utama.Oleh

karena itu pula dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria diletakkan dasar-dasar pengaturan tanah wakaf di Indonesia,

yang kemudian diatur dengan Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1977.Dalam PP

ini disamping disebutkan pengertian wakaf sebagaimana disebutkan di atas, juga

disebutkan fungsi wakaf. Unsur wakaf ada empat yaitu

a. Wakif

Peraturan Pemerintah wakif adalah orang atau orangorang atau badan hukum

yang mewakafkan tanah miliknya. Wakif itu, jika ia orang atau orang-orang

harus memenuhi syarat untuk melakukan tindakan hukum yakni:

1) Dewasa

2) Sehat akalnya

3) Tidak terhalang melakukan tindakan hukum karena dibawah perwakilan,

ditahan atau sedang menjalani hukman

(8)

5) Pemilik tanah bersangkutan

Badan hukum Indonesia yang dapat menjadi wakif, harus memenuhi syarat

yang ditentukan dalam peraturan Pemerintah N0.38 tahun 1963, yaitu

badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak milik atas tanah, misalnya bank

negara, koperasi.

b. Ikrar

Dalam hubungan ikrar ini, adalah pernyataan kehendak dari wakif untuk

mewakafkan tanahnya. Menurut PP No. 28 tahun 1977 dan peraturan

pelaksanaanya, ikrar wakaf harus dinyatakan secara lisan, jelas, dan tegas

kepada nadzir yang telah disahkan di harapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar

Wakaf “Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan dan dua orang saksi. Ikrar

lisan ini kemudian harus dituangkan dalam bentuk tertulis. Yang dapat

dijadikan benda wakaf, adalah tanah hak milik yang bebas dari sgala

pembebanan, ikatan, sitaan, dan perkara.Ketentuan ini didasarkan pada

pertimbangan bahwa wakaf adalah sesuatu yang bersifat suci dan abadi, juga

agar tidak timbul masalah kemudian hari.

c. Tujuan Wakaf

Tidak disebut secara rinci dalam PP, hanya dinyatakan sepintas lalu dalam

perumusan pengertian wakaf (Pasal 1) yang kemudian disebut dalam pasal 2

waktu menegaskan fungsi wakaf. Menurut PP itu, tujuan perwakafan tanah

milik adalah untuk kepentingan peribadidataan atau keperluan umum lainnya

(9)

badan hukum yang diserahi tugas pemeliharaan dan pengurus benda wakaf

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh nadzir perorangan, yaitu:

1) WNI

2) Beragama islam

3) Sudah dewasa

4) Sehat jasmani dan rohani

5) Tidak berada dibawah pengampunan

6) Bertempat tinggal di kecamatan tempat tanah itu di wakafkan.

C. Tata Cara Pendaftaran Tanah Wakaf di Indonesia

Amal wakaf termasuk salah satu amal yang paling disukai umat muslim

karena pahalanya yang akan terus menerus diterima oleh si waqif walaupun ia

telah meninggal dunia nanti. Karena itu cukup beralasaan pendapat yang

menyatakan bahwa amal wakaf itu telah masuk ke Indonesia seiring dengan

masuknya agama Islam. Hal ini dapat diketahui dari tanah- tanah tempat

berdirinya mesjid-mesjid, langgar-langgar, surau-surau dan tempat-tempat

pengajian kaum muslimin sebagai peninggalan kerajaan- kerajaan Islam zaman

dahulu. Secara yuridis pelaksanaan wakaf di Indonesia dilaksanakan pada tahun

1978, yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No 28 Tahun 1977,

Jo Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun1977 dan Peraturan Menteri

Agama No. 1 Tahun 1978 tanggal 10 Januari 1978.

Sebelum PP No. 28 Tahun 1977, pelaksanaan wakaf di Indonesia dilaksanakan

(10)

terkenal dengan nama Bijblad No. 6196 yang kemudian disempurnakan dengan

Bijblad No. 13480 tanggal 27 Mei 1935.

Secara penerapan, tata cara perwakafan adalah sebagai berikut:

1) Perorangan atau badan hukum yang akan mewakafkan tanah miliknya

(sebagai calon wakif) datang sendiri di hadapan PPAIW untuk

melaksanakan ikrar wakaf. Bila calon wakif tidak dapat datang ke hadapan

PPAIW karena suatu sebab, seperti sakit, sudah sangat tua dan lain-lain

dapat membuat ikrar wakaf secara tertulis dengan persetujuan Kepala

Kantor Departemen Agama Kabupaten letak tanah yang bersangkutan di

hadapan dua orang saksi. Ikrar wakaf itu kemudian dibacakan pada nazhir

di hadapan PPAIW.26

2) Pada waktu menghadap PPAIW tersebut, wakif harus membawa suratsurat

sebagai berikut:

a. Sertifikat hak milik atau tanda bukti pemilikan tanah lainnya seperti

surat IPEDA (girik, petok, ketitir dan sebagainya).

b. Surat Keterangan Kepada Desa yang diperkuat oleh Kepala Kecamatan

setempat yang menerangkan kebenaran pemilikan tanah dan tidak

termasuk sengketa.

c. Surat keterangan pendaftaran tanah.

d. Izin dari Bupati/walikota Kepada Daerah, Kepala Sub Direktorat

Agraria Setempat.27

26

Ibid, hal 83 27

(11)

3) PPAIW kemudian meneliti surat-surat dan syarat-syarat tersebut, apakah

sudah memenuhi untuk pelepasan hak atas tanah (untuk diwakafkan),

meneliti saksi-saksi dan mengesahkan susunan nazhir.

4) Wakif mengikrarkan kehendak wakif itu kepada nazhir yang telah disahkan.

Ikrar tersebut harus diucapkan dengan jelas dan tegas dan dituangkan dalam

bentuk tertulis. Bagi wakif yang tidak dapat mengucapkan ikrarnya, karena

bisu misalnya, ia dapat menyatakan kehendaknya itu dengan isyarat,

kemudian mengisi formulir ikrar wakaf. Kemudian semua yang hadir

menandatangani blanko ikrar wakaf. Tentang bentuk dan isi ikrar wakaf

tersebut telah ditentukan di dalam peraturan Direktoral Jenderal Bimbingan

Masyarakat Islam tanggal 18 April 1978 No. Kep/D/75/7

5) PPAIW segera membuat Akta Ikrar Wakaf rangkap tiga dengan dibubuhi

materai dan Salinan Akta Ikrar wakaf rangkap empat. Akta Ikrar Wakaf

tersebut paling sedikit memuat: nama dan identitas wakif, nama dan

identitas nadzhir, data dan keterangan harta benda wakaf, peruntukan harta

benda wakaf dan jangka waktu wakaf. Selanjutnya selambat-lambatnya satu

bulan sejak dibuatnya akta, akta tersebut wajib disampaikan kepada

pihak-pihak yang bersangkutan. Disamping membuat akta, PPAIW membukukan

semua itu dalam Daftar Akta Ikrar Wakaf dan menyimpannya dengan baik

bersama aktanya.28

28

(12)

D. Pengaturan Hukum dan Pengelolaan Tanah Wakaf di Indonesia

Pengaturan wakaf di Indonesia sebelum kedatangan kaum penjajah

dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam yang bersumber dari kitab fikih bermazhab

syafi’i. Oleh karena masalah wakaf ini sangat erat kaitannya dengan masalah sosial

dan adat di Indonesia, maka pelaksanaan wakaf itu disesuaikan dengan hukum adat

yang berlaku di Indonesia, dengan tidak mengurangi nilai-nilai ajaran Islam yang

terdapat dalam wakaf itu sendiri.29

Setelah Indonesia merdeka maka dibentuklah Departemen Agama pada

Tanggal 3 Januari 1946 dan bidang wakaf mulai menjadi wewenang dari

Departemen Agama. Wewenang Departemen Agama dibidang perwakafan ini

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1949 yuncto Peraturan

Pemerintah Nomor 8 Tahun 1950 serta berdasarkan Peraturan Menteri Agama

Nomor 9 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 1952. Disebutkan dalam

peraturan tersebut bahwa Departemen Agama dengan lembaga hierarkhi kebawah

berkewajiban menyelidiki, menentukan, mendaftar dan mengawasi pemeliharaan

harta wakaf (khusus harta tak bergerak yang berupa tanah dan bangunan masjid).

Berdasarkan ketentuan tersebut berarti wewenang dari Departeman Agama terbatas

pada hal-hal tersebut dan di dalamnya tidak terkandung maksud mencampuri atau

menjadikan benda-benda wakaf sebagai tanah milik Negara. .

30

Lahirnya Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria telah memperkokoh eksistensi wakaf di Indonesia. Dalam

Pasal 49 undang-undang tersebut dijelaskan bahwa untuk keperluan peribadatan

29

Abdul Manan. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia. Kencana, Jakarta, 2008, hal 249-250

30

(13)

dan keperluan suci lainnya dapat diberi tanah yang dikuasai langsung oleh negara

dengan hak pakai, perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan peraturan

pemerintah. Untuk memberi kejelasan hukum tentang wakaf dan sebagai realisasi

dari undang-undang ini, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik. Dalam PP ini

dikemukakan bahwa wakaf adalah suatu bentuk keagamaan yang dapat digunakan

sebagai salah satu sarana guna pengembangan kehidupan keagamaan, khususnya

bagi umat yang beragama Islam dalam rangka mencapai kesejahteraan spiritual dan

materiil menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Lahirnya PP

ini disebabkan karena peraturan yang lama tentang pengaturan wakaf dianggap

belum memadai dan belum memenuhi kebutuhan tentang tata cara pengaturan

wakaf di Indonesia

Hukum Tanah Nasional yang dimuat dalam Undang-Undang No. 5 Tahun

1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria mengatur hak penguasaan atas

tanah. Hak penguasaan atas tanah berisi serangkaian wewenang, kewajiban, dan

atau larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang

dihaki. Sesuatu yang boleh, wajib atau dilarang untuk diperbuat, yang merupakan

isi hak penguasaan itulah yang menjadi kriterium atau tolok ukur pembeda di antara

hak-hak penguasaan atas tanah yang diatur dalam Hukum Tanah31

Sejak berlakunya PP Nomor 28 Tahun 1977 ini, sepanjang undang-undang

bertentangan dengan PP ini dinyatakan tidak berlaku lagi. Sedangkan hal-hal yang

belum diatur, akan diatur lebih lanjut Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri

31

(14)

sesuai dengan bidang wewenang dan tugas masing-masing. Langkah-langkah yang

telah diambil oleh Departemen Agama sehubungan dengan tebitnya PP Nomor 28

tahun 1977 ini antara lain.32

a. Mendata seluruh tanah wakaf hak milikdiseluruh wilayah tanah air guna

menetukan tolak ukur pengelolaan, pemberdayaan dan pembinaannya;

b. Memberikan sertifikat tanah wakaf yang belum disertifikasi dan memberikan

advokasi terhadap tanah wakaf yang bermasalah

Praktik perwakafan khususnya tanah milik di kalangan umat Islam sudah

berjalan jauh sebelum pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia. Masyarakat

mewakafkan hartanya di samping didorong untuk kepentingan umum juga yang

paling penting karena motivasi keagamaan. Di Indonesia pengaturan wakaf pertama

kali baru dimulai sejak awal abad ke-20 yang dilakukan pihak pemerintah kolonial

Belanda. Selanjutnya mengalami perkembangan sampai tahun 2004

Dasar hukum wakaf, maka perlu kiranya mengemukakan pula dasar hukum

menurut perundang-undangan Pemerintah Republik Indonesia, yaitu 33

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

2. Peraturan Pemerinta Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Wakaf

(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4667)

3. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria Masalah wakaf dapat diketahui pada Pasal 5, Pasal 14 ayat (91), dan

Pasal 49 Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960.

32

Abdul Manan, Op.Cit, hal 251-252 33

Achmad Djunaidi, Penjelasan Hukum Tentang Kebatalan Perjanjian, National Legal

(15)

4. Undang-Undang tentang Yayasan. Mengenai wakaf disinggung secara singkat

dalam Pasal 15 termuat dalam Undang-Undang No 16 Tahun 2001 Tanggal 16

Agustus 2001 Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 112.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977. Dalam Peraturan Pemerintah ini

terdiri atas tujuh bab dan delapan belas pasal, mencakup pengertian wakaf,

syarat-syarat sah wakaf, fungsi wakaf, perubahan, penyelesaian perselisihan dan

pengawasan wakaf, ketentuan pidana dan ketentuan peralihan

6. Peraturan Menteri

a. Peraturan Mendagri Nomor 6 Tahun 1977 mengatur tentang tata

pendaftaran perwakafan tanah milik. Cakupannya meliputi persyaratan

tanah yang diwakafkan, pejabat pembuat akta ikrar wakaf, proses

pendaftaran, biaya pendaftaran dan ketentuan peralihan.

b. Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978 (merinci lebih lanjut tata

cara perwakafan tanah milik). Pembahasannya tentang ikrar wakaf dan

aktanya, pejabat akta ikrar wakaf, hak dan kewajiban nadzir, perubahan

perwakafan tanah milik, pengawasan dan bimbingan, penyelesaian

perselisihan wakaf serta biaya perwakafan tanah milik.

7. Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI) Inpres ini

berisi perintah kepada Menteri Agama RI dalam rangka penyebarluasan KHI.

Hukum perwakafan sebagaimana diatur dalam KHI, pada dasarnya sama

dengan hukum perwakafan yang telah diatur oleh perundangan yang telah ada

sebelumnya. Dalam beberapa hal, KHI merupakan pengembangan dan

(16)

Pembahasan dalam Kompilasi Hukum Islam meliputi objek wakaf, sumpah

nadzir, jumlah nadzir, perubahan benda wakaf, pengawasan nadzir, pengawasan

terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Nadzir, dan peranan majelis

ulama dan camat.

Dengan dasar hukum yang ada maka tanah wakaf harus dapat dikelola dengan

baik dan benar. Biasanya pengelolaan dilakukan oleh badan nazhir tanah wakaf .

dalam pasal 1 angka (4) peraturan pemeritah no. 42 tahun 2006 tentang

pelaksaanaan UU no. 41 tahun 2004. Nazhir adalah pihak yang menerima harta

benda wakaf dari wakif untuk di kelola dan dikembangkan sesuai dengan

peruntukanya. Nazhir dapat berupa perseorangan, organisasi dan badan hukum.

Pengelolaan wakaf yang dilakukan oleh nadzir secara profesional memberi

peluang bagi pengembangan wakaf agar lebih produktif, juga memberi peluang

penerapan prinsipprinsip manajemen modern. Dalam kerangka ini, nadzir harus

berusaha untuk menampilkan performa terbaik wakaf yang mungkin dicapai.34 Manajemen lembaga wakaf menjadi bagian yang paling krusial dalam

memahami persoalan wakaf. Manajemen wakaf berkaitan dengan nadzir selaku

pengelola wakaf, sistem pengelolaan wakaf, dan akuntabilitasnya. Hasil survey

menunjukkan bahwa sebagian besar lembaga wakaf dikelola oleh perseorangan

(66%) dan selebihnya dikelola oleh nadzir organisasi dan badan hukum.

Dibandingkan nadzir wakaf perseorangan, dalam berbagai aspek, ditemukan bahwa

pengelolaan wakaf berbasis organisasi dan badan hokum secara umum lebih

memungkinkan untuk diupayakan ke arah pengembangan wakaf. Hal ini

34

(17)

disebabkan adanya fakta di mana mayoritas pengelola wakaf yang notabene nadzir

perseorangan bekerja paruh waktu (84%) dan tidak mendapat imbalan. Di samping

itu, pola penunjukan nadzir yang dominan adalah berdasarkan unsur kekerabatan.

Dengan realitas lembaga wakaf seperti ini, tentu amat sulit menuntut

dikembangkannya lembaga wakaf yang profesional dan akuntabel. Pengelolaan

berbasis kekeluargaan seperti yang terjadi di pesantren-pesantren, menyulitkan

pemisahan antara aset pimpinan pesantren dan aset publik.35

1. Kewajiban dan sanksi bagi nadzir perorangan

Menurut Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 memiliki kewajiban

dalam pengelolaan dan pengembangan diantaranya.

Secara umum, ketentuan mengenai nadzir dalam peraturan pemerintah dapat

dibedakan menjadi dua, ketentuan umum dan ketentuan khusus. Ketentuan umum

yang berkaitan dengan nadzir ialah:

1. Harta benda wakaf harus didaftarkan atas nama nadzir untuk kepentingan

pendayagunaan wakaf sebagaimana yang tercatat dalam akta ikrar wakaf

sesuai dengan peruntukannya.

2. Pendaftaran harta benda wakaf atas nama nadzir tidak membuktikan

kepemilikan nadzir atas harta benda wakaf.

3. Penggantian nadzir tidak mengakibatkan peralihan harta benda wakaf yang

bersangkutan.

Kewajiban dan sanksi bagi nadzir karena mengabaikan kewajibannya

adalah bahwa nadzir yang tidak melaksanakan kewajibannya dalam jangka waktu 1

35

(18)

tahun sejak akta ikrar wakaf dibuat, kepala KUA atas inisiatif sendiri atau atas usul

wakif atau ahli warisnya berhak mengusulkan kepada badan wakaf Indonesia untuk

memberhentikan dan menggantikan nadzir.

2. Nadzir organisasi

Ketentuan mengenai nadzir yang berbentuk organisasi ialah:

1. Nadzir organisasi wajib didaftarkan pad menteri agama dan badan wakaf

Indonesia melalui KUA setempat.

2. Nadzir organisasi yang melaksanakan pendaftaran harus memenuhi

persyaratan.

3. Pendaftaran nadzir organisasi dilakukan sebelum penandatangan akta ikrar

wakaf.

Sedangkan ketentuan-ketentuan mengenai pembubaran dan penggantian

nadzir organisasi ialah:

1. Nadzir organisasi bubar atau dibubarkan sesuai dengan anggaran dasar

organisasi yang bersangkutan.

2. Apabila salah seorang nadzir organisasi meninggal, mengundurkan diri atau

dibatalkan kedudukannya sebagai nadzir, ia harus diganti.

3. Apabila nadzir perwakilan organisasi tidak melaksanakan tugasnya dan atau

melakukan pelanggaran dalam pendayagunaan wakaf, pengurus pusat

organisasi yang bersangkutan wajib mengatasi dan menyelesaikannya, baik

(19)

4. Nadzir organisasi yang tidak menjalankan kewajibannya, dapat

diberhentikan dan diganti haknya ke nadzir yang lain oleh BWI dengan

memperhatukan saran dan pertimbangan MUI setempat.

5. Nadzir organisasi yang tidak menjalankan kewajibannya dalam jangka

waktu satu tahun (sejak akta ikrar wakaf dibuat), dapat diusulkan kepada

BWI oleh kepala KUA untuk di berhentikan dan diganti oleh nadzir lain.

6. Apabila salah seorang nadzir organisasi meninggal, mengundurkan diri,

berhalangan tetap dan atau dibatalkan kedudukannya sebagai nadzir yang di

angkat oleh organisasi yang bersangkutan harus melapor ke KUA untuk

selanjutnya diteruskan kepada BWI paling lambat 30 hari sejak kejadian

tersebut.

3. Nadzir badan hukum

Ketentuan nadzir badan hukum pada umumnya sama dengan ketentuan

nadzir organisasi. Bahwa nadzir badan hukum wajib didaftarkan pada menteri

agama dan BWI melalui KUA setempat dan nadzir badan hukum yang

melaksanakan pendaftaran harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah

ditentukan. Sedangkan ketentuan-ketentuan mengenai pembubaran dan pergantian

nadzir badan hukum ialah:

1. Apabila nadzir perwakilan daerah dari suatu badan hukum tidak

menjalankan kewajibannya, pengurus pusat badan hukum yang

bersangkutan wajib mengatasi dan menyelesaikannya baik diminta oleh

(20)

2. Apabila pengurus pusat bdan hukum yang bersangkutan tidak dapat

menjalankan kewajibannya, nadzir badan hukum tersebut dapat

diberhentikan dan diganti hak ke-nadzirannya oleh BWI dengan

memperhatikan saran dan pertimbangan MUI setempat.

3. Nadzir badan hukum yang tidak menjalankan kewajibannya dalam jangka

waktu satu tahun (sejak akta ikrar wakaf dibuat), dapat diusulkan kepada

BWI oleh kepala KUA untuk di berhentikan dan diganti oleh nadzir lain.

Nadzir adalah perseorangan, kelompok atau badan hukum yang berhak

mengelola tanah wakaf. Agar terhindar mencari keuntungan pribadi atau

penyelewengan dalam pengelolaan tanah wakaf maka perlu diperhatikan kewajiban

dan hak dari nadzir. UU No. 41 Tahun 2004 dalam pasal 11 menyatakan, nadzir

mempunyai tugas:36

1. Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf

2. Mengelola dan mengembankan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan,

fungsi dan peruntukannya.

3. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf

4. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia

Seorang nadzir yang bertugas untuk mengurus dan mengelola harta wakaf,

dengan mengembangkan, memperbaiki kerusakan-kerusakan, menginvestasikan

dan menjual hasil produksinya serta membagikan keuntungan yang telah terkumpul

kepada mustahik. Sudah selayaknya mendapatkan upah yang setimpal atas apa

yang telah dilakukannya mengingat dengan usahanaya yang keras dan waktunya

36

(21)

yang tersita, sekiranya digunakan untuk mengolah hartanya sendiri, pasti

menghasilkan laba dan keuntungan yang banyak. Tetapi, mengenai ketentuan upah

nadzir ini tidak ada batasan tertentu, karenanya bisa berbeda-beda besarannya,

tergantung kepada tempat dan kondisinya. Sekaligus disesuaikan dengan

kemampuan dan kecakapan nadzir serta penentuan dari wakif. Bentuk dan upah

tersebut juga tidak menentu, bisa berbentuk uang, seperti duapuluh atau tigapuluh.

Atau, berdasarkan presentase. Seperti sepersepuluh atau seperdelapan dari

keuntungan. Juga bisa dengan memberikan hak kepadanya untuk mengambill hasil

wakaf setiap bulan atau setiap tahunnya. Semua itu kembali kepada syarat wakifnya

atau kebiasaan yang berlaku didalam masalah itu.37

Pengelolaan wakaf lebih potensial diterapkan oleh nadzir lembaga, baik

organisasi maupun badan hukum, dibandingkan dengan nadzir perseorangan yang

berbasis manajemen tradisional. Selain itu, berdasarkan jumlah pengurus dan staf,

nadzir organisasi dan badan hukum jumlahnya lebih besar dari pada nadzir

perseorangan. Namun, besarnya jumlah pengurus harus dibarengi dengan keahlian

dan tanggung jawab yang terukur dan sistematik, serta konsistensi pengurus untuk

menerapkan prinsip manajemen modern. Dalam menetapkan kepengurusan juga

lebih mengutamakan orang-orang yang paham manajemen dan memiliki

kompetensi di bidangnya.

38

Begitu besar keutamaan dan manfaat wakaf bagi kehidupan masyarakat dan

peningkatan taraf hidup serta kesejahteraan dalam berbangsa dan bernegara. Jika

37

Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf Kajian Kontenporer Pertama dan Terlengkap tentang Fungsi dan pengelolaan Wakaf serta Penyelesaian atas Sengketa Wakaf, Dompet Dhuafa Republika, Jakarta, 2004, hal.499

38

(22)

wakaf didayagunakan dengan baik dan benar maka kesejahteraan umat bukanlah

sesuatu yang muhal. Di Indonesia aset wakaf terbilang besar. Berdasarkan data

yang dihimpun Direktorat Pemberdayaan Wakaf Departemen Agama Republik

Indonesia, sampai dengan 2009 aset tanah wakaf yang terdata di seluruh wilayah

Indonesia terletak pada 367,438 lokasi dengan luas 2.719.854.759,72 meter persegi.

Dari total jumlah tersebut, 75% di antaranya sudah bersertifikat wakaf dan 10%

memiliki potensi ekonomi tinggi (Direktorat Pemberdayaan Wakaf Depag RI,

2009). Sayangnya, potensi itu masih belum dimanfaatkan secara optimal dalam

menyejahterakan rakyat dan memperkuat perekonomian bangsa Indonesia.

Lembaga kenadziran memiliki peran sentral dalam pengelolaan harta wakaf secara

umum. Oleh karena itu eksistensi dan kualitas SDM nadzir harus betul-betul

diperhatikan. Nadzir (baik perorangan, organisasi maupun badan hukum) haruslah

terdiri dari orang-orang yang berakhlak mulia, amanah, berkelakuan baik,

berpengalaman, menguasai ilmu administrasi dan keuangan yang dianggap perlu

untuk melaksanakan tugastugasnya sesuai dengan jenis wakaf dan tujuannya.

Secara umum, pengelolaan wakaf dapat terarah dan terbina secara optimal, apabila

nadzirnya amanah (dapat dipercaya) dan profesional. Karena dua hal ini akan

menentukan apakah lembaga tersebut pada akhirnya bisa dipercaya atau tidak.

Nadzir mempunyai tugas mengamankan seluruh kekayaan wakaf, baik pada

tingkat pusat maupun daerah. Upaya pengamanan ini agar harta yang berstatus

wakaf tidak diganggu gugat oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Oleh

karena itu, jika harta wakaf berupa tanah, maka yang harus dilakukan adalah:

(23)

tanahtanah wakaf yang jatuh ke tangan atau pihak-pihak yang tidak berhak. Ini

harus dihentikan dengan memberikan membuatkan sertifikat terhadap tanah-tanah

yang memiliki status wakaf. Pola pelaksanaan wakaf sejak lama memang lebih

banyak dilakukan dengan cara kepercayaan tanpa memberikan unsur bukti yang

bisa menguatkan secara administrasi. Karena itu, agar tanahtanah wakaf itu dapat

diselamatkan dari berbagai problematika formilnya, harus segera dilindungi secara

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini penting dilakukan karena dapat memberikan pihak yang berkepentingan terutama pemerintah untuk merumuskan peraturan dan kebijakan – kebijakan tentang

Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan hasil belajar biologi siswa VIII F SMPN 22 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013 melalui

1. Panitia mengajukan surat permohonan dan proposal penyelenggaraan kegiatan kepada Waket III yang ditandatangani oleh Ketua Panitia setelah diperiksa dan disetujui oleh

Meskipun total mikroba pada miso K3S2 lebih rendah dari kontrol namun produk ini masih bisa dikatakan aman dengan adanya penambahan garam yang dapat

Melalui tugas akhir ini akan dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh inhibitor sodium nitrit, asam askorbat, dan asam karboksilat dengan variasi

Menurut Sujan dan Abeysekera (2007), pengungkapan intellectual capital adalah suatu laporan yang dikeluarkan perusahaan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi

Kemahiran teknikal dan keperluan bagi menjayakan perbincangan di atas talian untuk memudahkan cara dan juga memberi kesedaran kepada pelajar (Kearsley, 2000;

Selanjutnya nilai yang dimasukkan dikalikan dengan hasil normalisasi bobot kriteria kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai judul skripsi (v) dari setiap dosen