• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANTARA SISWA PENGURUS OSIS DENGAN SISWA ANGGOTA EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DI SMA NEGERI 1 SEYEGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANTARA SISWA PENGURUS OSIS DENGAN SISWA ANGGOTA EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DI SMA NEGERI 1 SEYEGAN."

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANTARA SISWA PENGURUS OSIS DAN ANGGOTA EKSTRAKURIKULERBOLA BASKET

DI SMA N 1 SEYEGAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Yulia Rahma Kurnia NIM. 12104241079

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

“Ilmu itu diperoleh dari lidah yang gemar bertanya serta akal yang suka berpikir”.

~ Abdullah bin Abbas~

Anda tidak bisa mengubah orang lain, Anda harus menjadi perubahan yang Anda harapkan dari orang lain

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur atas kehadirat Alla SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta segala kemudahan yang tak akan pernah usai.

Karya ini penulis persembahkan untuk:

Keluarga Tercinta

Ibunda dan Ayahanda tercinta yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga.

Untuk Mas dan adikku yang selalu menghadirkan tawa walau sering bertengkar, terimakasih atas doa dan bantuan kalian selama ini.

Almamaterku

Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan

(7)

vii

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANTARA SISWA PENGURUS OSIS DENGAN SISWA ANGGOTA EKSTRAKURIKULER BOLA

BASKET DI SMA NEGERI 1 SEYEGAN Oleh

Yulia Rahma Kurnia NIM 12104241079

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya dampak negatif dari kegiatan diluar jam belajar mengajar di sekolah yangmenimbulkan berbagai macam permasalahan belajar terhadap siswa. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui perbedaan kemandirian belajar siswa pengurus OSIS dan siswa anggota ekstrakurukuler bola basket.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis komparasi. Subjek pada penelitian ini adalah siswa pengurus OSIS sejumlah 31 siswa, dan anggota ekstrakurikuler sejumlah 26 siswa. Metode pengumpulan data dilakukan dengan angket, sedangkan instrumen penelitian berupa skala, yaitu skala kemandirian belajar yang terdiri dari 55 aitem valid. Uji validitas instrumen menggunakan uji expert judgement, dan uji Corrected Item-Total Corelation. Uji reliabilitas instrumen dihitung dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan izin dan kemurahan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan lancar. Skripsi ini berjudul “Perbedaan Kemandirian Belajar antara Siwa Pengurus OSIS dengan Siswa Anggota Ekstrakurikuler Bola Basket di SMA

Negeri 1 Seyegan”. Skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai

pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik

2. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menjalani studi.

3. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan fasilitas akademik sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi.

4. BapakSugiyanto, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, membimbing, memberikan ilmu, dan mengarahkan, serta memberi masukan kepada penulis selama penyusunan Proposal Skripsi.

5. Seluruh dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UNY atas ilmu yang bermanfaat selama penulis menjalani masa studi.

6. Kepala sekolah SMA N 1 Seyegan yang telah memberikan izin untuk penelitian

7. Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Ibu Rina Yulia Dwi P, S.Pd.dan guru Pembina Kesiswaan Bapak Sunarya, S.Pd. atas bantuan dan kerjasama dalam penelitian di lapangan sehingga penulis dapat menyusun Skripsi.

(9)
(10)

x

1. PengertianKemandirianBelajar (Self-Regulated Learning) ... 11

2. AspekKemandirianBelajar ... 13

3. FaktorKemandirianBelajar ... 15

4. KarakteristikSiswa yang MemilikiKemandirianBelajar... 18

(11)

xi

B. KajiantentangOrganisasiSiswa Intra Sekolah (OSIS) ... 23

1. KonsepKegiatanOrganisasiSiswa Intra Sekolah ... 23

2. TujuanOrganisasiSiwa Intra Sekolah ... 26

3. FungsiOrganisasiSiswa Intra Sekolah ... 26

4. KarakteristikSiswaPengurus OSIS ... 28

C. KajiantentangEkstrakurikuler Bola Basket ...29

1. PengertianEkstrakurikuler ...29

2. TujuanEkstrakurikuler ... 30

3. Jenis-JenisEkstrakurikuler ... 31

4. ProfilEkstrakurikuler SMA Negeri 1 Seyegan... 32

5. PengertianPermainan Bola Basket ... 33

6. KarakteristikSiswaAnggotaEkstrakurikuler Bola Basket ... 34

D. KajianTentangRemaja ... 34

F. KajianPenelitian yang Relevan ... 42

G. Hipotesis... 43

E. MetodePengumpulan Data danInstrumenPenelitian ... 46

1. MetodePengumpulan Data ... 46

(12)

xii

3. Penyusunan Kisi-Kisi InstrumenPenelitian ... 48

F. UjiValiditasdanReliabilitas ... 51

1. UjiValiditasInstrumen ... 51

2. UjiReliabilitasInstrumen ... 52

G. TeknikAnalisis Data ... 53

1. UjiPrasyaratAnalisi ... 54

a. UjiNormalitas ... 54

b. UjiHomogenitasVarians ... 54

2. UjiHipotesis ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. LokasidanWaktuPenelitian ... 56

1. DeskripsiLokasiPenelitian ... 56

2. WaktuPenelitian... 56

B. DeskripsiSubjekPenelitian ...57

C. Deskripsi Data KemandirianBelajarSiswa ...57

1. KemandirianBelajarSiswaPengurus OSIS ...57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...69

B. Saran...69

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Skor Jawaban ... 48

Tabel 2. Kisi-Kisi Skala Kemandirian Belajar ... 50

Tabel 3. Subjek Penelitian... 57

Tabel 4. Deskripsi Data Kemandirian Belajar Siswa Pengurus OSIS ... 58

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kemandirian Belajar Pengurus OSIS ... 58

Tabel 6. Deskripsi Data Kemandirian Belajar Anggota Ekskul Basket... 59

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Kemandirian Belajar Ekskul Basket ... 60

Tabel 8. Hasil Uji Normalitas ... 61

Tabel 9. Perhitungan Hipotesis Independent Sample Test ... 63

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Instrumen Penelitian Sebelum Uji Coba ... 75

Lampiran 2. Lembar Uji Expert Judgement ... 87

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Kemandirian Belajar .. 93

Lampiran 4. Instrumen Setelah Uji Coba ... 98

Lampiran 5. Rekapitulasi Data Skor Kemandirian Belajar Pengurus OSIS ... 106

Lampiran 6. Rekapitulasi Data Skor Kemandirian Belajar Ekskul Basket ... 108

Lampiran 7. Hasil Uji Prasyarat ... 110

Lampiran 8. Hasil Uji Hipotesis ... 112

(16)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Maju dan tidaknya suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat mencetak manusia-manusia berkualitas yang dapat mendukung tercapainya sasaran pembangunan nasional. Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Depdiknas, 2003) menyebutkan bahwa,

Pendidikan nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No 20 tahun 2003).

Uraian di atas memiliki makna bahwa dengan pendidikan yang matang diharapkandapat mempengaruhi kemampuan, kepribadian, dan kehidupan individu dalam pertemuan dan pergaulannya dengan sesama, serta hubungannya dengan Tuhan.

(17)

2

jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Dalam penelitian ini difokuskan pada pendidikan formal yang berlangsung di sekolah, karena pendidikan formal merupakan salah satu unsur dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Mutu pendidikan sangat erat hubungannya dengan mutu siswa. Oleh karena itu, dalam meningkatkan mutu pendidikan harus diikuti dengan peningkatan mutu siswa. Peningkatan mutu siswa dapat dilihat pada tingginya tingkat prestasi belajar, sedangkan tingginya tingkat prestasi belajar dipengaruhi oleh besarnya minat belajar dan kemandirian belajar siswa. Pengertian kemandirian belajar atau sering disebut dengan istilah self regulated learning menurut Zumbrunn, Tadlock & Roberts(2011: 4) adalah suatu proses yang membantu siswa mengelola pikiran, perilaku dan emosi agar berhasil mengarahkan pengalaman belajar siswa. Effeney, Carroll & Bahr (2013: 58) menyatakan bahwa,

The self-regulation of cognition and behaviour are important aspects of learning and the extent to which school students become self-regulators of their own learning influences their academic succes.

(18)

3

kemandirian belajar akan memiliki inisiatif untuk menambah pengetahuan dan kemampuan tanpa mengandalkan guru, orangtua, atau instruktor.

Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis peroleh saat praktik pengalaman lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Seyegan, penulis menemukan bahwa sebagian besar siswa hanya belajar atau berlatih ketika akan ujian atau di beri pekerjaan rumah.Ketika penulis melakukan wawancara terdapat dua orang siswa yang mengaku lebih memilih mengandalkan teman saat ujian daripada harus belajar. Hal itu menunjukkan bahwa siswa tersebut tidak mempersiapkan materi untuk ujian. Zimmerman (1989: 11) menyatakan untuk dapat dianggap memiliki kemandirian belajar siswa harus menggunakan strategi-strategi khusus untuk mencapai tujuan akademis salah satu strategi khusus tersebut adalah berlatih dan menghafal (rehearsing and memorizing) materi pelajaran untuk ujian. Sehingga dari permasalahantersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kedua siswa tersebut belum memiliki kemandirian belajar yang baik.Siswa yang memiliki kemandirian belajar yang baik maka siswa akan mempersiapkan materi dan berlatih untuk ujian sejak awal.

Selain kegiatan belajar mengajar (KBM) disekolah terdapat pula kegiatan organisasi siswa dan ekstrakurikuler. Peraturan Menteri nomor 39 tahun 2008 menyebutkan bahwa tujuan pembinaan kesiswaan yang terdiri dari organisasi siswa dan kegiatan ekstrakurikuler adalah,

(19)

4

masyarakat yang berakhlak mulia, demokratis, menghormati hak-hak asasi mannusia dalam rangka mewujudkan masyarakat madani.

Hal ini berarti kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi siswa diharapkan dapat berkembang kearah tujuan pendidikan dan diharapkan dapat sejalan dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kegiatan organisasi dan ekstrakurikuler yang terdapat disekolah adalah organisasi siswa intra sekolah (OSIS) dan bola basket. OSIS merupakan organisasi resmi sekolah, setiap sekolah wajib membentuk OSIS yang tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan OSIS di sekolah lain. Melalui OSIS diharapkan dapat membawa perubahan pada diri siswa sebagai upaya untuk pengembangan karakter siswa. Di dalam OSIS siswa akan belajar berdemokrasi secara langsung walaupun dalam lingkup yang masih terbatas.

(20)

5

Selama PPL di SMA Negeri 1 Seyegan penulis menemukan perbedaan antara siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi dengan siswa yang tidak mengikuti salah satu atau kedua kegiatan tersebut. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari waktu yang dimiliki siswa. Siswa yang memiliki waktu luang lebih banyak dapat berdampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah siswa dapat mengatur waktunya dengan lebih mudah karena kegiatan yang dilakukan lebih sedikit. Untuk sisi negatifnya penulis menemukan bahwa waktu luang yang terlalu banyak menyebabkan siswa menjadi terlalu santai dan menunda mengerjakan pekerjaan rumah. Untuk siswa yang memiliki kegiatan lebih banyak juga terdapat dampak positif dan negatif. Untuk dampak positifnya siswa pengalaman lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Namun ada sebagian kecil siswa yang merasa kebingungan untuk membagi waktunya untuk belajar sehingga hal tersebut berdampak negatif bagi siswa.

(21)

6

Selanjutnya, penulis juga melakukan wawancara kepada seorang siswa anggota OSIS di SMA Negeri 1 Seyegan yang mengalami kecemasan akan nilai akademiknya. Hasil dari wawancara tersebut menunjukkan bahwa siswa merasa bahwa kegiatan yang dilakukannya terlalu padat, sehingga mengurangi waktu belajarnya. Banyaknya kegiatan yang harus dilakkukan menyebabkan siswa tersebut bingung bagaimana cara membagi waktu yang baik dan bagaimana cara membuat strategi belajar yang baik agar dengan waktu yang sedikit dapat belajar dengan efektif. Siswa tersebut juga memiliki anggapan bahwa hanya dengan mengandalkan belajar dikelas tidak dapat mencukupi ilmu pengetahuan yang dibutuhkannya. Dari hasil wawancara maka dapat diketahui bahwa siswa tersebut memiliki kemandirian belajar namun memiliki permasalahan pada menentukan strategi belajar.

(22)

7

diperolehnya di dalam kelas. Kebiasaan siswa tersebut menunjukkan bahwa kemandirian belajar yang dimilikinya termasuk tinggi.

Permasalah kemandirian belajar siswa ini menjadi masalah yang menarik untuk diteliti. Penelitian ini menjadi penting karena minimnya penelitian yang mengangkat permasalahan kemandirian belajar siswa pengurus OSIS dan siswa anggota ekstrakurikuler bola basket. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti perbedaan kemandirian belajar antara siswapengurus OSIS dengan siswa anggota ekstrakurikuler bola basket di SMA Negeri 1 Seyegan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada sebagaimana dikemukakan pada latar belakang, maka permasalahan yang akan diungkapkan melalui penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Terdapat dua siswa yang memilikiperilaku tidak mempersiapkan materi dan berlatih untuk ujian.

2. Beberapa siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi memiliki permasalahan lebih sulit membuat rencana belajar.

3. Terdapat beberapa siswa yang harus meninggalkan kegiatan belajar mengajar di kelas untuk mengikuti perlombaan sehingga mengurangi waktu belajar siswa tersebut di dalam kelas

(23)

8

5. Belum diketahuinya perbedaan kemandirian belajar antara siswa pengurus OSIS dengan siswa anggota ekstrakurikuler

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, serta agar penelitian yang dilakukan lebih mendalam dan tidak meluas maka perllu adanya pembatasan masalah. Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah atau ruang lingkup penelitian agar lebih terfokus pada ranah kemandirian belajar siswa pengurus OSIS dan siswa anggota ekstrakurikuler bola basket di SMA Negeri 1 Seyegan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan permasalahah yaitu apakah terdapat perbedaan kemandirian belajar antara siswa pengurus OSIS dengan siswa anggota ekstrakurikuler bola basket belajar di SMA Negeri 1 Seyegan?

E. Tujuan Penelitian

(24)

9 F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan berupa data khususnya dalam Bimbingan dan Konseling yang berkaitan dengan kemandirian belajar siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi

2. Manfaat Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, antara lain:

a. Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data terkait kemandirian belajar. Data tersebut dapat digunakan sebagai bahan rujukan dalam bertindak dan berperilaku bagi siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi sehingga siswa dapat menerapkan strategi dalam kemandirian belajar untuk memperoleh hasil akademik yang lebih baik.

b. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 1 Seyegan

(25)

10

dalam perencanaan pemberian layanan bimbingan dan konseling khususnya bidang belajar.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

(26)

11 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian tentang Kemandirian Belajar

Kajian tentang kemandirian belajar ini akan membahas tentang pengertian kemandirian belajar, aspek kemandirian belajar, faktor kemandirian belajar, karakteristik siswa yang memiliki kemandirian belajar, dan strategi kemandirian belajar.

1. Pengertian Kemandirian Belajar (Self-Regulated Learning)

(27)

12

Dari kedua pendapat tersebut dapat diartikan bahwa kemandirian belajar adalah ketikan siswa secara metakognitif, termotivasi, dan berperilaku aktif dalam belajar. Kemudian selain untuk belajar yang bersifat kognitif, kemandirian belajar juga penting dalam pembelajaran sosial.

Kemandirian belajar menurut Chen (2002: 1) adalah tindakan inisiatif sendiri yang melibatkan penetapan tujuan dan mengatur upaya seseorang untuk mencapai tujuan,pemantauan diri (metakognisi), manajemen waktu, dan lingkungan fisik dan sosial. Dari pendapat ini dikemukakan juga metakognisi seperti pendapat Zimmerman.

Menurut Wolter, Pintrich, Karabenick (2003: 5) definisi umum kemandirian belajar adalah proses konstruktif dimana peserta didik menetapkan tujuan untuk pembelajaran mereka dan memonitor, mengatur, dan mengontrol kognisi, motivasi, perilaku dengan di batasi dan dibimbing oleh tujuan mereka dan lingkungan mereka. Kegiatan-kegiatan di atas dapat memediasi hubungan antara individu, konteks, dan prestasi mereka secara keseluruhan. Sejalan dengan pendapat tersebut Nilson (2013: 4) menyebutkan bahwa kemandirian belajar dalam definisi sederhana adalah berbagai proses, bidang dan aplikasi untuk belajar dan prestasi akademik yang membutuhkan berbagai kegiatan kognitif, afektif, dan bahkan fisik yang jauh melampaui dari sekedar membaca dan mendengarkan.

(28)

13

penuh, konsentrasi, kesadaran diri, introspeksi, jujur menilai diri, keterbukaan untuk berubah, disiplin, dan penerimaan tanggung jawab untuk belajar. Sebuah aspek penting dari teori pembelajaran mandiri adalah bahwa pembelajaran dan motivasi siswa diperlakukan sebagai proses saling tergantung yang tidak bisa sepenuhnya dipahami secara terpisah dari satu sama lain (Schunk, 1984,1989 dalam Zimmerman 1990: 6)

2. Aspek Kemandirian belajar

Kerangka teoritis kemandirian belajar telah dieksplorasi dari berbagai perspektif, namun untuk pengembangan biasanya didasarkan pada perspektif kognitif sosial di mana perkembangan intelektual dan fungsi sosial tidak dapat dipisahkan(Bandura, 1999 dalam Effeney, Caroll & Bahr 2013: 58). Model ini menunjukkan bahwa kemampuan kemandirian berkembang secara bertahap selama masa kanak-kanak dan menjadi remaja.

Zimmerman (1989: 329) menyebutkan tiga unsur penting dalam kemandirian belajar yaitu,

a. Strategi kemandirian belajar siswa adalah tindakan dan proses yang diarahkan dalam memperoleh informasi atau kemampuan oleh peserta didik yang melibatkan lembaga yang menjadi perantara. Termasuk metode mengatur dan mengubah informasi, konsekuensi diri, mencari informasi, dan melatih atau menggunakan alat bantu.

(29)

14

keterampilan untuk tugas-tugas tertentu (Bandura, 1986 dalam Zimmerman 1989: 329).

c. Komitmen untuk tujuan akademik. Tujuan akademik seperti nilai, harga diri sosial atau kesempatan kerja pasca kelulusan dapat bervariasi secara luas di alam dan dalam waktu pencapaian.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat tersebut Chen (2002: 3) menyatakan beberapa aspek kemandirian belajar, yaitu

a. Metakognisi. Metakognisi mengacu pada kesadaran, pengetahuan, dan kontrol dari kognisi. Tiga proses yang membentuk kemandirian belajar metakognisi adalah, merencanakan, mengawasi, dan regulasi.

b. Manajemen lingkungan fisik dan sosial. Mengatur lingkungan fisik dan sosial termasuk management lingkungan belajar dan meminta bantuan. Managemen area belajar membutuhkan tempat yang tenang dan bebas dari distraksi atau gangguan sehingga dapat berkonsentrasi. Meminta bantuan mirip seperti motif sosial yang mempengaruhi penggunaan meminta bantuan.

c. Manajemen waktu. Aspek ini melibatkan membuat jadwal, membuat rencana dan managemen waktu belajar.

(30)

15 3. Faktor Kemandirian Belajar

Teori kognitif sosial percaya bahwa kemandirian belajar tidak hanya ditentukan oleh proses pribadi. Mereka percaya bahwa perilaku dan lingkungan juga memberikan pengaruh dalam kemandirian belajar. Dari pemikiran yang ada maka diusulkan 3 faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar Zimmerman (1989: 330). Hal tersebut sesuai dengan keterangan bandura (1977b, 1986, dalam Zimmerman 1989: 330) klasifikasi dibuat berdasarkan faktor-faktor penentu pribadi, lingkungan, dan perilaku pembelajaran mandiri. Oleh Zimmerman (1989: 330) 3 faktor tersebut yang mempengaruhi kemandirian belajar yang digambarkan ke dalam sebuah triadic

(31)

16

a. Faktor Pribadi. Siswa dapat menggunakan proses pribadi untuk mengatur strategi perilaku dan lingkungan belajar.

b. Faktor Perilaku. Siswa secara proaktif menggunakan strategi evaluasi diri (misalnya memeriksa PR Matematika) akan memperoleh informasi tentang akurasi dan apakah pemeriksaan harus melalui umpan balik. c. Faktor Lingkungan. Siswa menggunakan strategi manipulasi lingkungan

yang melibatkan intervensi ruang seperti menghilangkan kebisingan, megatur pencahayaan, dan mengatur tempat untuk belajar.

Bandura (1986 dalam Zimmerman 1989: 330) mengasumsikan bahwa kekuatan relatif dan pola temporal sebab-akibat antara pengaruh pribadi, lingkungan dan perilaku dapat diubah melalui, usaha pribadi untuk mengatur diri sendiri, hasil kinerja perilaku, dan perubahan dalam konteks lingkungan.

Menurut Bandura (dalam Alwisol, 2009: 285) terdapat 2 faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar, yaitu

a. Faktor Eksternal

(32)

17

dipakai untuk menilai prestasi diri. Kedua, faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dalam bentuk penguatan (reinforcement). Hadiah intrinsik tidak selalu memberi kepuasan, orang membutuhkan insentif yang berasal dari lingkungan eksternal. Standar tingkah laku dan penguatan biasanya bekerja sama; ketika orang dapat mencapai standar tingkah laku tertentu, perlu penguatan agar tingkah laku semacam itu menjadi pilihan untuk dilakukan lagi.

b. Faktor Internal

Faktor eksternal berinteraksi dengan faktor internal dalam pengaturan diri sendiri. Bandura mengemukakan tiga bentuk pengaruh internal, yaitu :

1) Observasi diri (self observation): dilakukan berdasarkan faktor kualitas penampilan, kuantitas penampilan, orisinal tingkah laku diri, dan seterusnya. Orang harus mampu memonitor performansinya, walaupun tidak sempurna karena orang cenderung memilih beberapa aspek dari tingkah lakunya dan mengabaikan tingkah lakunya yang lain. Apa yang diobservasi seseorang tergantung kepada minat dan konsep dirinya.

(33)

18

3) Reaksi diri afektif (self response): berdasarkan pengamatan dan

judgement itu, orang mengevaluasi diri sendiri positif atau negatif, dan kemudian menghadiahi atau menghukum dirinya sendiri. Bisa terjadi tidak muncul reaksi afektif, karena fungsi kognitif membuat keseimbangan yang mempengaruhi evaluasi positif atau negatif menjadi kurang bermakna secara individual.

4. Karakteristik Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar

Berdasarkan hasil penelitian L. Conro (dalam Montalvo, 2004: 3)karakteristik perbedaan para pembelajar yang belajar dengan self-regulateddengan yang tidak adalah:

a. Mereka familiar dengan dan mengetahui bagaimana menggunakan suatu seri strategi kognitif (repetisi, elaborasi, dan organisasi), yang membantu mereka menyelesaikan, mengubah (transform), mengatur (organize), memperluas (elaborate), dan memperoleh kembali informasi (recover information).

b. Mereka mengetahui bagaimana merencanakan, mengontrol dan mengatur proses mental mereka terhadap pencapaian tujuan-tujuan personal (metacognition).

(34)

19

d. Mereka merencanakan dan mengontrol waktu dan upaya yang digunakan untuk tugas-tugas, dan mereka mengetahui bagaimana membuat dan membangun lingkungan belajar yang baik, seperti menemukan tempat belajar yang cocok, dan pencarian bantuan (help-seeking) dari guru/teman sekelas ketika menemui kesulitan. Untuk perluasan konteks yang diberikan, mereka menunjukkan upaya-upaya yang lebih besar untuk ambil bagian dalam control

Penulis menyimpulkan bahwa peserta didik yang memiliki kemandirian belajar yang efektif secara aktif menetapkan tujuan, menentukan strategi yang tepat, merencanakan waktu mereka, mengatur dan memprioritaskan bahan dan informasi, memonitor pembelajaran mereka dengan mencari umpan balik tentang kinerja mereka dan membuat penyesuaian yang diperlukan untuk kegiatan pembelajaran di masa mendatang, yang kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan serta mengutamakan konteks lingkungan.

5. Strategi Kemandirian Belajar

(35)

20

a. Self-evaluating (evaluasi diri). Siswa memparkasai diri mereka sendiri untuk mengevaluasi kualitas dan kemajuan pekerjaan mereka.

b. Organizing and transforming(mengorganisir dan mengubah). Siswa memparkasai untuk menata ulang bahan ajar untuk meningkatkan pembelajaran.

c. Goal-setting and planning (menentukan tujuan dan merencanakan). Siswa menentukan tujuan dari pembelajaran dan merencanakan sequencing,waktu, dan kegiatan yang berkaitan dengan tujuan tersebut. d. Seeking information (mencari informasi). Siswa berinisiatif untuk

berusaha untuk mencari informasi tugas lebih lanjut dari sumber-sumber non sosial ketika melakukan tugas.

e. Keeping records and monitoring (membuat catatan dan memantau). Siswa berinisiatif untuk mencatat setiap peristiwa atau hasil.

f. Environmental structuring (penataan lingkungan). Siswa berinisiatif untuk memilih atau mengatur lingkungan fisik untuk membuat belajar lebih mudah.

g. Self-consequating (konsekuensi diri). Siswa mengatur atau mengimajinasikan imbalan atau hukuman untuk keberhasilan atau kegagalan.

(36)

21

i. Seeking social assistance. Siswa ketika mengalami kesulitan mencari bantuan dari siswa atau teman sebaya, guru, orang dewasa lainnya yang dianggap bisa membantu.

Menurut Wolter, Pintrich, dan Karabenick (2003: 8) terdapat 3 strategi kemandirian belajar, yaitu

a. Strategi mengatur kognisi akademik

Strategi ini berhubungan dengan pemprosesan informasi yang berkaitan dengan berbagai jenis kegiatan kognitif dan metakognitif yang digunakan individu untuk menyesuaikan dan merubah kognisinya. Metakognitif meniputi perencanaan, monitoring dan strategi regulasi untuk belajar seperti menetapkan tujuan untuk membaca, pemantauan pemahaman, dan membuat penyesuaian dalam belajar sebagai salah sau kemajuan melalui tugas.

Aspek utama dari kontrol kognitif adalah pemilihan aktual dan penggunaan berbagai strategi kognitif untuk memori, belajar, penalaran, pemecahan masalah dan berpikir. Strategi kognitif meliputi:

1) Rehersal (latihan). Mencakup upaya untuk menghafal materi dengan cara mengucapkan berulang atau dengan cara lain yang

menggunakan proses lebih “dangkal”

(37)

22

3) Organisasi. Strategi organisasi melibatkan pengolahan yang lebih dalam melalui penggunaan berbagai taktik seperti mencatat, menggambar diagram, atau menggambarkan peta konsep untuk mengatur materi dalam berbagai cara.

b. Strategi mengatur motivasi berprestasi

Wolter, Pintrich, Karabenick (2003: 15) menjelaskan pengaturan motivasi sebagai kegiatan dimana individu sengaja bertindak untuk memulai, mempertahankan atau menambah kesediaan mereka untuk memulai, untuk menyediakan pekerjaan, atau untuk menyelesaikan kegiatan tertentu. Meskipun terkait erat, pengaturan motivasi secara konseptual berbeda dari motivasi itu sendiri. Permasalahan pengaturan motivasi hanyalah pada pikiran dan tidakan di mana siswa secara sadar dan sengaja berusaha untuk mempengaruhi motivasi mereka menganai kegiatan tertentu.

(38)

23

tetap memiliki keinginan bekerja atau beraktivitas. (4)Performance or extrinsic self-talk ( kinerja atau ekstrinsik self-talk). Siswa menggunakan self-talk untuk meningkatkan motivasi mereka. (5)Relative ability self-talk (orientasi kemampuan). (6)Situational interest enhacement (motivasi intrinsik). (7)Relevance enhancement (relevansi pribadi). c. Strategi mengatur perilaku akademik

Mengatur perilaku merupakan strategi yang melibatkan upaya individu untuk mengontrol perilaku mereka sendiri. Strategi mengatur perilaku yang dapat dilakukan oleh individu dalam belajar adalah: effort regulation (mengatur usaha), regulating time and study environment (mengatur waktu dan lingkungan belajar) serta help-seeking (mencari bantuan).

B. Kajian tentang Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)

Kajian tentang Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) ini akan membahas mengenai konsep kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah, tujuan Organisasi Siswa Intra Sekolah, dan fungsi Organisasi Siswa Intra Sekolah 1. Konsep Kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah

(39)

24

Dasar dan Menengah Nomor 226/Kep/0/1993yang menyebutkan bahwa organisasi kesiswaan di sekolah adalah OSIS, yang merupakan kependekan dari organisasi, siswa, intra, sekolah. Masing-masing mempunyai pengertian sebagai berikut:

a. Secara Sistematis

1) Organisasi secara umum adalah kelompok kerjasama antar pribadi yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi dalam hal ini dimaksudkan satuan atau kelompok kerjasama para siswa yang dibentuk dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama, yaitu mendukung terwujudnya pembinaan kesiswaan.

2) Siswa, adalah peserta didik pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.

3) Intra, adalah berarti terletak di dalam dan di antara. Sehingga OSIS berarti suatu organisasi siswa yang ada di dalam dan dilingkungan sekolah yang bersangkutan.

4) Sekolah, adalah satuan pendidikan tempat menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan.

b. Secara Organisasi

(40)

25

organisatoris dengan OSIS di sekolah lain dan tidak menjadi bagian / alat dari organisasi lain yang ada di luar sekolah.

c. Secara Fungsional

OSIS adalah sebagai salah satu dari empat jalur pembinaan kesiswaan, di samping ketiga jalur yang lain yaitu: Latihan Kepemimpinan, Ekstrakurikuler dan Wawasan Wiyatamandala.

d. Secara Sistem

Apabila OSIS dipandang sebagai suatu sistem, berarti OSIS sebagai tempat kehidupan berkelompok siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini OSIS dipandang sebagai sistem, dimana sekumpulan para siswa mengadakan koordinasi dalam upaya menciptakan suatu organisasi yang mampu mencapai tujuan.

(41)

26

Penyelenggaraan berbagai kegiatan OSIS memberikan tuntunan dan meningkatkan pola pikir, sikap dan perilaku siswa sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing, kepribadian, budi pekerti luhur, sopan santun, dan disiplin (Depdiknas, 2008: 17).

Setiap anggota OSIS berperan sesuai dengan fungsi dan kedudukannya dalam organisasi. Peran OSIS yang ada dalam seksi-seksi nantinya akan berfungsi untuk mengkoordinasikan dan melaksanakan program-program pembinaan kesiswaan baik program rutin, insidentil, ekstrakurikuler maupun kerja sama dengan unsur-unsur lain (Depdiknas, 2008: 16).

2. Tujuan Organisasi Siswa Intra Sekolah

Organisasi kesiswaan sebagaimana tercantum dalam Permendiknas No. 39 tahun 2008 Bab I Pasal 1, bertujuan untuk:

a. Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat, kreativitas;

b. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan; c. Mengaktualisasikan potensi siswa dalam pencapaian prestasi unggulan

sesuai bakat dan minat;

(42)

27

Sehingga dapat disimpulkan kegiatan OSIS diharapkan berdampak positif terhadap kepribadian peserta didik karena dalam OSIS terdapat banyak kegiatan yang akan dilakukan, baik rutin maupun insidental untuk merealisasikan tujuan pembinaan peserta didik seperti diatas. Kegiatan tersebut jugadilaksanakan dengan tujuan melatih sikap dan mental peserta didik agar mempunyai tanggung jawab yang tinggi, baik tanggung jawab yang bersifat pribadi sebagai peserta didik maupun tanggung jawab yang bersifat sosial.

3. Fungsi Organisasi Siswa Intra Sekolah

Fungsi pelaksanaan OSIS di sekolah dalam buku Petunjuk Pelaksanaan OSIS Depdikbud Dirjen Pendasmen 1996 diantaranya : a. Sebagai wadah, OSIS merupakan satu-satunya wadah kegiatan para

siswa di sekolah bersama dengan jalur pembinaan yang lain untuk mendukung tercapainya tujuan pembinaan kesiswaan. Oleh sebab itu OSIS dalam mewujudkan fungsinya sebagai wadah dan wahana harus selalu bersama-sama dengan jalur yang lain, yaitu latihan kepemimpinan, ekstrakurikuler dan wawasan wiyatamandala. Tanpa saling bekerjasama dari berbagai jalur, peranan OSIS sebagai wadah tidak akan berfungsi.

(43)

28

membawa OSIS selalu dapat menyesuaikan dan memenuhi kebutuhan yang diharapkan, yaitu: menghadapi perubahan, memiliki daya tangkal terhadap ancaman, memanfaatkan peluang dan perubahan, dan yang penting memberikan kepuasan kepada anggota.

c. Sebagai preventif, apabila fungsi yang bersifat intelek dalam arti secara internal OSIS dapat menggerakkan sumber daya yang ada dan secara eksternal OSIS mampu mengadaptasi dengan lingkungan, seperti menyelesaikan persoalan perilaku menyimpang siswa dan sebagainya. Dengan demikian secara preventif OSIS ikut mengamankan sekolah dari segala macam ancaman yang datang dari dalam maupun dari luar. Fungsi preventif OSIS akan terwujud apabila fungsi OSIS sebagai pendorong lebih dahulu harus dapat diwujudkan.

4. Karakteristis Siswa Pengurus OSIS

(44)

29

nantinya akan berfungsi untuk mengkoordinasikan dan melaksanakan program-program pembinaan kesiswaan baik program rutin, insidentil, ekstrakurikuler maupun kerja sama dengan unsur-unsur lain.

Maka dapat disimpulkan bahwa siswa pengurus OSIS diharapkan memiliki kemampuan membuat perencanaan, demokrasi, kerjasama, berargumentasi dan berpendapat, dan mampu menjadi penggerak dan motivator. Kemampuan-kemampuan tersebut termasuk kedalam ranah kognitif dan afektif. Ranah kognitif menupakan kemampuan siswa dalam berpikir dan memecahkan masalah misalnya membuat perencanaan dan melakukan evaluasi. Untuk ranah afektif lebih kepada bagaimana siswa bersikap dan berperilaku.

C. Kajian tentang Ekstrakurikuler Bola Basket

Kajian tentang ekstrakurikuler Basket ini akan membahas mengenai pengertian ekstrakurikuler, tujuan ekstrakurikuler, jenis-jenis ekstrakurikuler, profil ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Seyegan, dan pengertian permainan bola basket.

1. Pengertian Ekstrakurikuler

(45)

30

peserta didik melalui pengembangan minat, bakat, dan kreativitas serta kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain.

Pengertian ekstrakurikuler tercantum di dalam Peraturan Menteri Nomor 62 th 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuleryang menyebutkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan. Satuan pendidikan yang dimaksud adalah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).

Melalui bimbingan dan pelatihan guru, kegiatan ekstrakurikuler dapat membentuk sikap positif terhadap kegiatan yang diikuti oleh para siswa. Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah, bertujuan agar siswa dapat mengembangkan potensi, minat dan bakat. Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan diluar jam pelajaran wajib, sehingga dapat memberi keleluasaan waktu dan memberikan kebebasan pada siswa, terutama dalam menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan bakat serta minat mereka. 2. Tujuan Ektrakulikuler

(46)

31

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (dalam Handoko, 2013: 11) menjelaskan mengenai tujuan kegiatan dalam ekstrakurikuler sebagai berikut:

a. Siswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuanketerampilan mengenai hubungan antara berbagai matapelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapiupaya pembinaan manusia seutuhnya yang:

1) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2) berbudi pekerti luhur

3) memiliki pengetahuan dan keterampilan 4) sehat rohani dan jasmani

5) berkepribadian yang mentap dan mandiri

6) memilki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan b. Siswa mampu memanfaatkan pendidikan kepribadian

sertamengaitkan pengetahuan yang diperolehnya dalam programkurikulum dengan kebutuhan dan keadaan lingkungan. Penjelasan tersebut pada dasarnya memiliki pengertian bahwa tujuan kegiatan ekstrakurikuler yang ingin dicapai adalah untuk kepentingan siswa. Dengan kata lain, kegiatan ekstrakurikuler memiliki nilai-nilai pendidikan bagi siswa dalam upaya pembinaan manusia seutuhnya

3. Jenis-Jenis Ekstrakurikuler

Jenis-jenis ekstrakurikuler tercantum di dalam Peraturan Menteri Nomor 62 tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikulerterdapat dua jenis kegiatan ekstrakurikuler, yaitu kegiatan ekstrakurikuler wajib dan kegiatan ekstrakurikuler pilihan.

(47)

32

dikembangkan dan diselenggarakan oleh satuan pendidikan sesuai dengna bakat dan minat peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler pilihan dapat berbentuk latihan olah-bakat dan latihan-olah minat. Ekstrakurikuler basket termasuk kedalam ekstrakurikuler pilihan yang berbentuk latihan olah-bakat dan olah-minat bermain basket.

4. Profil Ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Seyegan

(48)

33 5. Pengertian Permainan Bola Basket

Bola basket adalah suatu permainan yang dimainkan oleh dua (2) tim yang masing-masing terdiri dari lima (5) pemain. Perbasi (Ahmad Ali Mansur, 2015: 32) menyebutkan tujuan dari masing-masing tim adalah untuk mencetak angka ke keranjang lawan dan berusaha 32 mencegah tim lawan mencetak angka. Pertandingan dikontrol oleh wasit, petugas meja dan seorang commissioner, jika hadir. Dalam pertandingan bola basket, keranjang yang diserang oleh suatu tim adalah keranjang lawan dan keranjang yang dipertahankan oleh suatu tim adalah keranjang sendiri sedangkan pemenang pertandingan bola basket ditentukan dari tim yang mencetak angka lebih banyak pada akhir waktu permainan.

Menurut Nuril Ahmadi (Ahmad Ali Mansur, 2015: 32) olahraga permainan bola basket adalah permainan yang sederhana, mudah dipelajari dan dikuasai dengan sempurna yang juga menuntut perlunya melakukan suatu latihan baik (disiplin) dalam rangka pembentukan kerjasama tim. Permainan ini juga menyuguhkan kepada penonton banyak hal seperti dribbling sambil meliukliuk dengan lincah, tembakan yang bervariasi, terobosan yang fantastic, gerakan yang penuh tipu daya dan silih bergantinya poin-poin indah dari regu yang bertanding.

(49)

34

sebanyak mungkin, serta menahan serangan lawan agar tidak memasukkan bola ke dalam keranjangnya. Lebih lanjut Dedy Sumiyarsono (Ahmad Ali Mansur, 2015: 33) menyatakan bahwa dasar bermain bola basket dengan cara lempar tangkap, menggiring dan menembak dengan luas lapangan 28 m x 15 m dapat terbuat dari tanah, lantai, dan papan yang dikeraskan. Dalam mencapai kemenangan, satu regu bola basket harus mengumpulkan angka sebanyak-banyaknya dengan cara memasukkan bola ke keranjang lawan dan mencegah lawan untuk melakukan hal yang serupa.

6. Karakteristik Siswa Anggota Ekstrakurikuler Bola Basket

Kegiatan Ekstrakurukuler bola basket sebagian besar terdiri dari kegiatan yang bersifat olah fisik. Ekstrakurikuler bola basket termasuk kedalam ekstrakurikuler yang mengembangkan bakat, minat dan kemampuan dalam bidang olahraga khususnya bola basket.

Permainan bola basket termasuk dalam cabang olahraga fisik beregu. Oleh karena hal tersebut dibutuhkanlah latihan fisik dengan disiplin untuk membentuk kerjasama dalam tim. Sebagian besar kegiatan dalam ekstrakurikuler bola basket terdiri.

D. Kajian Tentang Remaja

(50)

35 1. Pengertian Remaja

Remaja dalam arti adolesence (Inggris) berasal dari kata latin adolescere yang artinya tumbuh kearah kematangan. Hurlock (1980: 206) mengatakan adolesence memiliki cakupan arti yang luaas, yaitu: kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Seseorang dikatakan remaja apabila dia memiliki kematangan dari segi mental, emosional, sosial, dan fisik.

World Health Organization (dalam Sarlito W. Sarwono, 2012: 11) memberikan definisi remaja yang lebih konseptual yaitu remaja adalah masa pertumbuhan dan perkembangan dimana individu mencapai kematangan seksual, mengalami perkembangan psikologis dari kanak-kanak menjadi dewasa, dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi menjadi lebih mandiri.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa remaja adalah masa pertumbuhan dan perkembangan menuju kedewasaan.

2. Karakteristik Perkembangan Remaja

(51)

36

a. Terjadi perubahan fisik dan kejiwaan yang cepat dan berdampak pada perubahan tugas, tanggung jawab, hak, kewajiban, hubungan dengan orangtua, dan oranglain. Pada masa ini terjadi perubahan sikap terhadap diri sendiri, orang tua, teman, dan guru

b. Masa gejolak emosi/perasaan. Seseorang remaja sering menjadi pemarah, iri hati, cemburu. Tidak jarang pula seorang remaja merasa benci pada orang tua, atau kurang memiliki perhatian pada hal-hal atau orang-orang yang tidak diminatinya.

c. Tidak stabil, seperti emosi yang cepat berubah, cepat bosan, atau sulit berkonsentrasi.

d. Merasa banyak masalah, dan yang peling menonjol adalah mereka merasa bahwa tidak ada orang yang mau memahami mereka. e. Adanya usaha yang keras untuk dihargai dan diakui

keberadaannya. Usaha ini dilakukan dengan berbagai cara, bahkan kadang tidak dipikirkan aspek negatif maupun positifnya.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Havigurst (dalam Renita Mulyaningtyas dan Yusuf Purnomo, 2006: 87) tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada masa perkembangan tertentu dalam kehidupan seseorang. Tugas perkembangan remaja meliputi hal-hal yang semestinya dilakukan oleh remaja agar dapat melaksanakan perannya sebaik mungkin untuk kehidupan dimasa remaja dan mempersepsikan diri menjelang masa dewasa.

William Kay (dalam Yudrik Jahja, 2011: 238) mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja, sebagai berikut:

1) Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman warna kulitnya

2) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur- figur yang mempunyai otoritas

3) Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok

4) Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya

(52)

37

6) Memperkuat self control atas dasar skala nilai, prinsip- prinsip, atau falsafah hidup

7) Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri dari sikap kekanak- kanakan

Menyingkat pendapat William Kay, Renita Mulyaningtyas dan Yusuf Purnomo (2006: 87) menjelaskan tugas perkembangan remaja awal sebagai berikut:

1) Menerima keadan fisik dan menjalankan perannya masing-masing. 2) Menjalin persahabatannya terutama dengan lawan jenis.

3) Memperoleh kebijakan secara emosional dari orang dewasa.

4) Mengembangkan kemampuan intelektual menjadi warga yang baik. 5) Melakukan tingkah laku yang dapat diterima lingkungan sekitar. 6) Menentukan dengan penuh kesabaran nilai- nilai yang benar dan salah.

Menyerupai pendapat keduanya, menurut Endang Poerwanti dan Nur Widodo (2002:45) tugas perkembangan remaja pada usia 13-19 tahun adalah:

1) Menerima kondisi fisik sebagai wanita dan laki-laki.

2) Mencapai pola hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya yang berbeda kelamin.

3) Mencapai pola hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya.

4) Mencapai keinginana pola perilaku tertentu dalam bertanggungjawab pada lngkungan sosialnya.

5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lain.

6) Menerima dirinya dan memiliki kepercayaan pada kemampuannya sendiri

(53)

38

kemandirian emosional, menemukan identitas diri, dan menerima kemampuan sendiri.

4. Remaja di Sekolah

Sekolah adalah lingkungan pendidikan sekunder. Bagi anak yang sudah bersekolah, lingkungan sekolah adalah lingkungan yang setiap hari dimasukinya selain lingkungan rumah. Hampir sepertiga waktu setiap harinya dilewatkan remaja di sekolah. Tidak mengherankan jika pengaruh sekolah terhadap perkembangan remaja cukup besar (Sarlito W. Sarwono, 2012: 148).

Sarlito W. Sarwono (2012: 148) menyebutkan sekolah diharapkan berdampak positif terhadap perkembangan remaja. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat di samping mengajarkan berbagai keterampilan dan kepandaian kepada para siswanya. Fungsi sekolah sebagai pembentuk nilai dalam diri remaja banyak mengalami rintangan). Seperti munculnya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi remaja, misalnya lingkungan sekitar sekolah dan hubungan pertemanan

(54)

39

memecahkan masalah bersama. Untuk usia remaja 12 tahun keatas ikatan emosi bertambah kuat dan mereka saling membutuhkan.

E. Kerangka Berpikir

Kemandirian belajar adalah sebuah proses proaktif yang positif dalam belajar yang secara personal siswa mengarahkan kemampuannya sendiri tanpa mengandalkan orang lain. Dalam kemandirian belajar terjadi proses dimana siswa menentukan tujuan, mengatur upaya, memantau diri, mengatur waktu, lingkungan fisik dan sosial mereka. Proses tersebut terjadi ketika siswa berinisiatif untuk memperoleh informasi atau kemampuan. Dalam hal ini penulis mengacu kepada pendapat dari Bandura yang menyatakan bahwa perkembangan kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh perkembangan intelektual dan fungsi sosial. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan kemandirian belajar berkembang secara bertahap selama masa kanak-kanak dan remaja. Dalam penelitian ini subyek yang akan diteliti masih dalam usia remaja sehingga masih terdapat kemungkinan bahwa kemandirian belajar siswa masih dapat dipengaruhi oleh perkembangan intelektual dan fungsi sosial.

(55)

40

awal. Kemudian faktor lingkungan mempengaruhi perilaku untuk memanipulasi lingkungan. Ketiga faktor tersebut tidak jauh berbeda dengan Bandura yang menyebutkan bahwa kemandirian belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal berupa lingkungan sosial yang mempengaruhi standar tingkah laku yang digunakan untuk menilai prestasi diri. Faktor internal berupa pengaturan diri sendiri yang berupa observasi diri, penilaian atau evaluasi, dan reaksi diri.

Faktor lingkungan dapat berupa lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Untuk lingkungan sosial dapat berupa lingkungan rumah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah. Untuk anak yang telah bersekolah, lingkungan sekolah adalah tempat yang hampir setiap hari dimasukinya selain lingkungan rumah. Oleh karena itu sekolah dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan remaja. Dalam hal ini penulis mengacu kepada pendapat Sarlito yang menyebutkan pengaruh lingkungan pada tahap yang pertama diawali dengan pergaulan dengan teman. Pada usia 9-15 tahun hubungan pertemanan merupakan hubungan yang terikat oleh minat yang sama, kepentingan bersama dan saling membagi perasaan, saling tolong-menolong untuk memecahkan masalah bersama. Hal tersebut juga terjadi ketika siswa usia remaja memasuki suatu komunitas yang memiliki minat di bidang yang sama seperti OSIS dan ekstrakurikuler Bola Basket.

(56)

41

berorganisasi, sedangkan ekstrakurikuler bola basket adalah tempat untuk mengembangkan minat dan bakat dalam olahraga bola basket. Perbedaaan lain yang terlihat dari kedua kegiatan tersebut adalah untuk pemecahan permasalahan di dalam OSIS dibutuhkan kreativitas, logika dan kekompakan, karena sebagian besar permasalah yang timbul di dalan OSIS adalah bagaimana mereka melaksanakan program dengan baik. Untuk permasalahan yang sering muncul dalam ekstrakurikuler bola basket adalah bagaimana mereka dapat memenangkan suatu pertandingan, oleh karena itu dibutuhkanlah kedisiplinan dalam berlatih, kekompakan, dan kerjasama tim. Namun untuk beberapa hal kedua kegiatan tersebut memiliki persamaan, seperti dibutuhkanlah kedisiplinan, rasa tanggung jawab, kreativitas, kekompakan, kerjasama, dan saling tolong-menolong untuk memecahkan masalah bersama. Walau memiliki banyak persamaan tetap saja kedua kegiatan tersebut sangat berbeda, karena OSIS dan ekstrakurikuler bola basket berada dalam bidang yang berbeda. Untuk lebih singkatnya ekstrakurikuler bola basket lebih membutuhkan ketahanan fisik yang lebih baik, sedangkan OSIS membutuhkan kemampuan berpikir yang lebih baik.

(57)

42

siswa anggota ekstrakurikuler diharapkan memiliki kemampuan fisik yang lebih baik. Hal tersebut dapat mempengaruhi bagaimana siswa menggunakan strategi kemandirian belajar.

Strategi kemandirian belajar adalah tindakan dan proses yang dilakukan untuk memperoleh informasi atau kemampuan oleh peserta didik. Strategi tersebut dapat berupa memanipulasi bahan ajar, merangkum, mengorganisir, membuat catatan, berlatih dan menghafal. Strategi kemandirian belajar tersebut membutuhkan kemampuan kognitif yang terlatih. Jika dikaitkan dengan kegiatan OSIS yang membutuhkan kemampuan kognitif dalam penyelesaian masalahnya maka dapat terjadi kemungkinan bahwa siswa yang aktif pada kegiatan OSIS dapat menerapkan strategi kemandirian belajar yang lebih baik. Dibandingkan dengan kegiatan ekstrakurikuler bola basket yang lebih menekankan kepada kemampuan fisik.

F. Kajian Penelitian yang Relevan

(58)

43

analisis menunjukkan bahwa self regulated learning siswa mastery goal lebih baik daripada siswa performance goal, di mana mean empirik siswa mastery goal lebih tinggi dari mean empirik siswa performance goal (147,03>129,83)

2. Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Rofa Fahkrur Rozi (2014: 12) yang berjudul Kemandirian Belajar Ditinjau Dari Lingkungan Belajar dan Keikutsertaan Siswa dalam Organisasi Sekolah pada Siswa SMK Negeir 1 Banyudono Tahun Ajaran 2013/2014. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa lingkungan belajar dan keikutsertaan siswa dalam organisasi sekolah berpengaruh positif terhadap kemandirian belajar. Hal ini dapat dilihat dari persamaan regresi linier sebagai berikut Y = 17,884 + 0,423X1 + 0,234X2, berdasarkan persamaan tersebut terlihat bahwa koefisien regresi dari masing-masing variabel independen bernilai positif, artinya variabel lingkungan belajar dan keikutsertaan siswa dalam organisasi sekolah secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap kemandirian belajar.

G. Hipotesis

(59)

44 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian komparasi. Hal ini dikarenakan data yang nantinya diperoleh berupa angka dan akan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik. Sejalan dengan pendapat Saifuddin Azwar (2014: 5) yang berpendapat bahwa pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika.

Penelitian komparatif menurut Aswarni Sudjud (dalam Suharsimi Arikunto, 2010: 310) yaitu penelitian yang akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau prosedur kerja, dalam penelitian ini peneliti akan membandingkan perbedaan kemandirian belajar yang dimiliki oleh siswa pengurus OSIS dan anggota ekstrakurikuler bola basket di SMA Negeri 1 Seyegan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

(60)

45

Istimewa Yogyakarta. dan dilakukan pada. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2016.

C. Variabel Penelitian

Menurut Juliansyah Noor (2011: 48) variabel penelitian adalah setiap hal dalam suatu penelitian yang datanya ingin diperoleh. Variabel penelitian merupakan pokok permasalahan yang akan diteliti. Sugiyono (2014: 63) menjelaskan bahwa variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Penelitian ini merupakan penelitian komparasi atau perbandingan, sehingga mempunyai dua variabel yang akan dibandingkan yaitu:

X1 = Kemandirian Belajar Siswa Pengurus OSIS

X2 = Kemandirian Belajar Siswa Anggota Ekstrakurikuler Bola Basket

D. Populasi dan Subyek Penelitian 1. Populasi Penelitian

(61)

46

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa pengurus OSIS dan siswa anggota ekstrakurikuler bola basket.

2. Subyek Penelitian

Suharsimi Arikunto (2006: 114) menjelaskan subjek penelitian merupakan sunber untuk memperoleh data. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa pengurus OSIS dan siswa anggota ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 1 Seyegan

Penelitian ini merupakan penelitian populasi, karena seluruh subyek penelitian diambil seluruhnya untuk penelitian. Jumlah keseluruhan subyek adalah 57 orang yang terdiri dari 31 siswa pengurus OSIS dan 26 siswa anggota ekstrakurikuler bola basket. Hal ini sesuai dengan pendapatSuharsimi Arikunto (2006: 118) yang menyatakan pengambilan sampel terhadap subyek penelitian yang kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Penelitian yang bersifat penelitian populasi artinya seluruh subyek di dalam wilayah penelitian dijadikan subyek penelitian, sedangkan penelitian yang bersifat sampel hanya sebagian dari subyek penelitian dipilih dan dianggap memakili keseluruhan.

E. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Metode Pengumpulan Data

(62)

47

penelitian ini, teknik yang digunakan adalah skala, skala yang digunakan adalah skala kemandirian belajar. Jenis skala yang digunakan adalah skala likert. Sugiyono (2014:134) menjelaskan skala likertdigunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelonpok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

Jawaban dari setiap item instrumen yang menggunakan skala likert menmpunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Jawaban item-item skala pernyataan berupa empat pilihan jawaban yang kemudian masing-masing jawaban diberi rentang nilai 1- 4. Nilai 4 menandakan kemandirian belajar sangat tinggi; nilai 3 menandakan tingkat kemandirian belajar yang tinggi; nilai 2 menandakan tingkat kemandirian belajar yang rendah dan nilai 1 menandakan tingkat kemandirian belajar yang sangat rendah

2. Instrumen Penelitian

(63)

48

melakukan pengukuran data dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa penyataan atau pertanyaan.Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung).

Item-item skala disusun dalam bentuk pernyataan dengan pilihan jawaban sangat sesuai (SS) yang diberi skor 4 untuk pernnyataan favorable dan 1 untuk pernyataan yang unfavorable, sesuai (S)yang diberi skor 3 untuk pernnyataan favorable dan 2 untuk pernyataan yang unfavorable, tidak sesuai (TS)yang diberi skor 2 untuk pernnyataan favorable dan 3 untuk pernyataan yang unfavorable, dan sangat tidak sesuai (STS) yang diberi skor 1 untuk pernnyataan favorable dan 4 untuk pernyataan yang unfavorable. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1. Skor Jawaban

3. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen Penelitian

(64)

49 a. Membuat definisi operasional

Berdasarkan beberapa teori yang telah dipaparkan, maka peneliti menetapkan definisi operasional yang digunakan sebagai dasar penyusunan instrumen sebagai berikut: kemandirian belajar merupakan kemampuan siswa dalam dalam mengarahkan tindakan dan pikirannya dengan inisiatif sendiri untuk memperoleh pengetahuan dan kemampuan tanpa mengandalakan guru, orangtua atau orang lain. Dalam penelitian ini, perolehan skor kemandirian belajar dibuat berdasarkan strategi-strategi kemandirian belajar yang terdiri dari evaluasi diri(self-evaluating),mengorganisasi dan mengubah (organizing and transforming),menetapkan tujuan (goal-setting and planning),mencari informasi(Seeking information),menjaga catatan dan memonitor(keeping records and monitoring), penataan lingkungan(environmental structuring)-,konsekuensi diri (self-consequating), dan berlatih dan mengingat(rehearsing and memorizing). Semakin tinggi skor yang diperoleh subyek maka semakin menunjukkan kemandirian belajarnya tinggi, sebaliknya semakin rendah skor yang diperolah subyek maka semakin menunjukkan kemandirian belajarnya rendah.

b. Membuat kisi-kisi Instrumen

(65)

50

1) Mengadakan identifikasi terhadap variabel-variabel yang ada di dalam rumusan judul penelitian atau yang tertera dalam problematika penelitian.

2) Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variable. 3) Mencari indikator setiap sub atau bagian variable. 4) Menderetkan deskriptor dari setiap indikator.

5) Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen.

6) Melengkapi instrumen dengan petunjuk pengisian dan kata pengantar. Berikut kisi-kisi yang digunakan dalam penelitian

Tabel 2. Kisi-Kisi Skala Kemandirian Belajar

Variabel Aspek Indikator

Nomor Item

Evaluasi Diri Siswa mengecek kembali perkembangan dalam belajar

Siswa membuat target belajar Siswa membuat perencanaan

Siswa mempersiapkan materi 25, 27, 30

(66)

51 F. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas Instrumen

Sugiyono (2010: 173) menyatakan bahwa instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 211) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebuah instrumen yang valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Tinggi rendahnya validitas intrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 145) terdapat dua macam validitas yaitu validitas logis dan validitas empiris. Dalam penelitian ini validitas diuji dengan menggunakan teknik pengujian validitas logis, karena instrumen penelitian disusun berdasarkan teori yang relevan dan dirancang dengan menggunakan kisi-kisi instrumen yang dikonsultasikan pendapat ahli. Pendapat ahlidalam penelitian ini adalah dosen pembimbing tugas akhir.

(67)

52

untuk diganti kalimatnya. Item nomor 9, 13 dan 15 disarankan untuk mengganti istilah outline dan jembatan keledai dengan kata yang mudah dipahami oleh siswa.

Setelah dilakukan uji kepada uji ahli, selanjutnya dilakukan uji coba instrumen. Peneliti menggunakan uji coba instrumen terpakai, artinya responden uji coba termasuk anggota penelitian sesungguhnya. Setelah data diperoleh, selanjutnya dilakukan pengujian seleksi iten dengan menggunakan corrected item-total corelation Hasil pengujian tersebut menunjukkan rentang skor corrected item-total corelation pada skala kemandirian belajar mulai dari 0,053-0,772.

Hasil uji seleksi item pada skala kemandirian belajar digunakan untuk menentukan gugur atau tidaknya suatu butir pernyataan. Sugiyono (2014: 126) menyatakan syarat suatu faktor dapat menjadi konstruk yang kuat dan memiliki validitas yang baik aapabila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,30 keatas. Apabila nilai korelasi dibawah 0,30 maka butir tersebut dinyatakan tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang. Pada skala kemandirian belajar dari 56 butir aitem pernyataan menghasilkan 55 butir item valid dan 1 butir item gugur. Item yang gugur adalah nomor 21.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

(68)

53

sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliable artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.

Menurut Saifudin Azwar (2006: 112) reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reabilitas yang berada dalam rentang dari angka 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reabilitas mendekati 1,00 maka semakin tinggi reabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0, berarti semakin rendah reliabilitasnya. Untuk menguji reliabilitas instrumen pada penelitian ini digunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS For Windows 21.00 Version. Hasil uji reabilitas menunjukkan bahwa pada variabel kemandirian belajar, nilai koefisiennya sebesar 0,960. Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang telah diperoleh dan didukung oleh tabel koefisien korelasi dari reliabilitas yang dikaji oleh Sugiyono (2014: 257), maka instrumen dalam penelitian ini dinyatakan sudah reliabel dengan inteprestasi reliabilitas sangat kuat.

G. Teknik Analisis Data

(69)

54

yang dikuantitatifkan. Suharsimi Arikunto (2010: 282) menjelaskan setelah data kuantitatif terkumpul kemudian diolah dengan rumus-rumus statistik yang sudah disediakan, baik secara manual maupun dengan menggunakan jasa komputer. Kemudian diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata atau simbol.

Teknik analisis data yang digunakan adalah Uji-T. Pengujian Uji-T hanya berlaku untuk data yang distribusi normal dan sampelnya bersifat homogen. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, maka sebelum analisis data dilakukan terlebih dahulu disediakan uji normalitas dan uji homogenitas varians

1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data yang terkumpul menunjukkan gejala normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitan ini menggunakan uji Kolmogorof-Sumirnov (K-S) dengan perhitungan menggunakan program SPSS For Windows 21.00 Version. Apabila dalam pengujian Kolmogrov-Smirnov memiliki nilai lebih kecil dari taraf signifikansi 5% atau p>0,05 maka data tersebut berdisttribusi normal.

b. Uji Homogenitas Varians

(70)

55

Apabila ternyata tidak terdapat perbedaan variasi diantara kelompok sampel, ini mengandung artti bahwa kelompok-kelompok tersebut

homogen. Uji homogenitas dihitung dengan “Uji Levene” dengan

perhitungan menggunakan program SPSS For Windows 21.00 Version. Apabila taraf signifikansi homogenitas lebih dari 5% maka menunjukkan data bersifat identik atau homogen.

2. Uji Hipotesis

Setelah dinyatakan berdistribusi normal dan sampel berasal dari populasi yang sama atau homogen, maka selanjutnya dapat dilakukan pengujian hipotesis dengan statistik Uji-T (t-test) menggunakan bantuan program SPSS For Windows 21.00 Version dengan menggunakan Uji-t independen sampel test. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan kemandirian belajar antara siswa pengurus OSIS dengan siswa anggota ekstrakurikuler bola basket, maka analisis yang digunakan adalah analisis compare means. Analisis compare means merupakan analisis yang digunakan untuk melihat perbedaan means. Pengujian hipotesa menggunakan kriterian sebagai berikut

Jika Sig. (2-tailed)>0.005, maka Ha ditolak dan H0 diterima Jika Sig. (2-tailed) < 0,05, maka Ha diterima dan H0 ditolak

Ha = Ada perbedaan tingkat kemandirian belajar siswa pengurus OSIS dan siswa anggota ekstrakurikuler bola basket

Gambar

Gambar 1.Triadic Self-Regulated Learning
Tabel 1. Skor Jawaban
Tabel 2. Kisi-Kisi Skala Kemandirian Belajar
Tabel 3. Subjek Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan perilaku sosial siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola voli dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler pramuka pada siswa SMA Negeri Se-Kota Sukabumi

Secara Keseluruhan hasil penelitian keterampilan bermain siswa di SMA Negeri 3 Klaten yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bola voli menunjukan bahwa dari 20 siswa yang

Berdasarkan hasil analisis data, maka hasil penelitian dapat disimpulkan yaitu survei minat siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler olahraga bola basket pada siswa SMP

Bagi siswa, peneliti menyarankan agar tetap menjaga fasilitas yang diberikan pengurus ekstrakurikuler atau sekolah dengan baik dan benar dan tetap mengikuti kegiatan

Tingkat keterampilan dasar bermain bolabasket siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bolabasket di SMA Negeri 1 Prambanan Klaten dideskripsikan berdasarkan rangkaian tes item

Pengaruh yang bersifat positif misalnya mengajak siswa yang lain untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang diminati dan mendaftarkan diri menjadi pengurus OSIS sehingga

Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah. Melalui program kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, diharapkan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan tingkat kebugaran kardiorespirasi yang signifikan antara siswa yang mengikuti