ABSTRAK
PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL BERWIRAUSAHA DITINJAU
DARI KULTUR KELUARGA, KULTUR SEKOLAH, DAN BAKAT KEWIRAUSAHAAN
Survei: Siswa-siswi Kelas Tiga SMK Jurusan Teknik Mekanik Otomotif di Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Monika Esti Widyaningsih Universitas Sanata Dharma
2007
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah: (1) ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga; (2) ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur sekolah; (3) ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari bakat kewirausahaan.
Penelitian ini dilaksanakan di 6 SMK jurusan teknik mekanik otomotif di Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan November sampai dengan Desember 2006. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas tiga SMK jurusan teknik mekanik otomotif di Kabupaten Sleman. Sampel penelitian ini berjumlah 375 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan oleh Chow.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tidak ada pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga (ρ=0,989 > α=0,05); (2) ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur sekolah (ρ=0,045 < α=0,05); (3) ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari bakat kewirausahaan (ρ=0,020 < α=0,05).
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF EDUCATION AND TRAINING IMPLEMENTATION ON THE EMOTIONAL INTELLIGENCE OF ENTREPRENEURSHIP
VIEWED FROM FAMILY CULTURE, SCHOOL CULTURE, AND ENTREPRENEURSHIP TALENT
A survey: The third graders of the vocational high school major in automotive mechanical engineering in Sleman Regency, Province of Daerah Istimewa
Yogyakarta
Monika Esti Widyaningsih Universitas Sanata Dharma
2007
The research was intended to know whether or not: (1) there was any positive influence of the education and training implementation on the emotional intelligence of entrepreneurship viewed from the family culture; (2) there was any positive influence of the education and training implementation on the emotional intelligence of entrepreneurship viewed from the school culture; (3) there was any positive influence of the education and training implementation on the emotional intelligence of entrepreneurship viewed from the entrepreneurship talent.
This research was conducted on six vocational high schools major in automotive mechanical engineering in Sleman Regency, from November to December 2006. The population of this research was the third grade students of the vocational high school major in automotive mechanical engineering in Sleman Regency, the province of Daerah Istimewa Yogyakarta. The samples consisting 375 students were gained by purposive sampling. The data was gained by questionnaire. Moreover, the data was analyzed using multiple regression model developed by Chow.
The results showed: (1) there was no influence of education and training implementation on the emotional intelligence of entrepreneurship viewed from the family culture (ρ=0,989 > α=0,05); (2) there was a positive effect of education and training implementation on the emotional intelligence of entrepreneurship viewed from the school culture (ρ=0,045 < α=0,05); (3) there was a positive effect of education and training implementation on the emotional intelligence of entrepreneurship viewed from the entrepreneurship talent (ρ=0,020 < α=0,05).
SKRIPSI
PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL BERWIRAUSAHA
DITINJAU DARI KULTUR KELUARGA, KULTUR SEKOLAH, DAN
BAKAT KEWIRAUSAHAAN
Survei: Siswa-siswi pada 6 SMK Jurusan Teknik Mekanik Otomotif di Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Oleh:
Monika Esti Widyaningsih NIM: 021334089
Telah disetujui oleh:
Pembimbing I,
L. Saptono, S.Pd., M.Si Tanggal 01 Maret 2007
Pembimbing II,
ii
SKRIPSI
PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL BERWIRAUSAHA
DITINJAU DARI KULTUR KELUARGA, KULTUR SEKOLAH, DAN
BAKAT KEWIRAUSAHAAN
Dipersiapkan dan ditulis oleh: Monika Esti Widyaningsih
NIM: 021334089
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 04 April 2007 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua Drs. Sutarjo Adisusilo J.R. ...
Sekretaris S. Widanarto P., S.Pd., M.Si. ...
Anggota L. Saptono, S.Pd., M.Si. ...
Anggota A. Heri Nogroho S.Pd. ...
Anggota E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A. ...
Yogyakarta, 04 April 2007
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Dekan,
Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D.
M O T T O
“…..berbahagialah hai kamu yang sekarang lapar, karena kamu akan
dipuaskan; berbahagialah hai kamu yang sekarang ini menangis,
karena kamu akan tertawa…….”
(Luk 6:21)
..mintalah maka akan diberikan
kepadamu; carilah maka kamu akan
mendapat; ketoklah maka pintu akan
dibukakan bagimu….”
(Mat 7:7)
….sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman;
itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil
pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri…..”
(Efe 2:8-9)
“...sesungguhnya, Allah telah mendengar, Ia telah memperhatikan doa yang kuucapkan. Terpujilah Allah, yang tidak menolak doaku dan tidak menjauhkan kasih setia-Nya dari Padaku....”
(Maz 66:19-20)
“Setapak demi setapak tlah kulewati tanpa arah yang pasti, kerikil tajam setia
menunggu langkah kaki, keberadaannya tak bermaksud tuk melukai,
kegagalan-kegagalan sering kualami, namun lebih baik mencoba gagal daripada tidak
mencoba sama sekali”
(Monikz)
P E R S E M B A H A N
Karya kecil ini kupersembahkan untuk:
Cintaku Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menuntun dan
menyertaiku serta malaikat Pelindungku yang senantiasa menjagaku..
Kedua orang tuaku....Bapak Tc. Pitoyo Winarto dan Ibu Th. Sutirah yang
tlah memberikan doa, cinta, dan curahan kasih sayang serta dorongan
material dan spiritual...
Kakakku....Mba’ Heni dan Kak Herru yang tlah dukung dan suport aku...
Ponakanku...Rini, Dika dan Cahyo yang tlah memberi semangat bagiku...
Bagiku mereka semua merupakan harta terbesar dalam hidupku...
Kasih sayang, cinta kasih, kesabaran, ketulusan dan pengorbanan mereka
tak akan kulupa....
Almamaterku....
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 04 April 2007
Penulis
Monika Esti Widyaningsih
ABSTRAK
PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL BERWIRAUSAHA DITINJAU
DARI KULTUR KELUARGA, KULTUR SEKOLAH, DAN BAKAT KEWIRAUSAHAAN
Survei: Siswa-siswi Kelas Tiga SMK Jurusan Teknik Mekanik Otomotif di Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Monika Esti Widyaningsih Universitas Sanata Dharma
2007
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah: (1) ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga; (2) ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur sekolah; (3) ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari bakat kewirausahaan.
Penelitian ini dilaksanakan di 6 SMK jurusan teknik mekanik otomotif di Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan November sampai dengan Desember 2006. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas tiga SMK jurusan teknik mekanik otomotif di Kabupaten Sleman. Sampel penelitian ini berjumlah 375 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan oleh Chow.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tidak ada pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga (ρ=0,989 > α=0,05); (2) ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur sekolah (ρ=0,045 < α=0,05); (3) ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari bakat kewirausahaan (ρ=0,020 < α=0,05).
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF EDUCATION AND TRAINING IMPLEMENTATION ON THE EMOTIONAL INTELLIGENCE OF ENTREPRENEURSHIP
VIEWED FROM FAMILY CULTURE, SCHOOL CULTURE, AND ENTREPRENEURSHIP TALENT
A survey: The third graders of the vocational high school major in automotive mechanical engineering in Sleman Regency, Province of Daerah Istimewa
Yogyakarta
Monika Esti Widyaningsih Universitas Sanata Dharma
2007
The research was intended to know whether or not: (1) there was any positive influence of the education and training implementation on the emotional intelligence of entrepreneurship viewed from the family culture; (2) there was any positive influence of the education and training implementation on the emotional intelligence of entrepreneurship viewed from the school culture; (3) there was any positive influence of the education and training implementation on the emotional intelligence of entrepreneurship viewed from the entrepreneurship talent.
This research was conducted on six vocational high schools major in automotive mechanical engineering in Sleman Regency, from November to December 2006. The population of this research was the third grade students of the vocational high school major in automotive mechanical engineering in Sleman Regency, the province of Daerah Istimewa Yogyakarta. The samples consisting 375 students were gained by purposive sampling. The data was gained by questionnaire. Moreover, the data was analyzed using multiple regression model developed by Chow.
The results showed: (1) there was no influence of education and training implementation on the emotional intelligence of entrepreneurship viewed from the family culture (ρ=0,989 > α=0,05); (2) there was a positive effect of education and training implementation on the emotional intelligence of entrepreneurship viewed from the school culture (ρ=0,045 < α=0,05); (3) there was a positive effect of education and training implementation on the emotional intelligence of entrepreneurship viewed from the entrepreneurship talent (ρ=0,020 < α=0,05).
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kasih dan karunia, yang berlimpah yang telah diberikan oleh Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Terhadap Kecerdasan Emosional
Berwirausaha Ditinjau dari Kultur Keluarga, Kultur Sekolah, dan Bakat
Kewirausahaan”. Survei terhadap siswa-siswa kelas tiga SMK Jurusan Teknik Mekanik Otomotif di Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan akhir mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan, semangat, dan doa dari berbagai pihak yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas rahmat dan karunia yang telah diberikan.
2. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo J.R, selaku Ketua Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakata.
5. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar dan meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan saran, serta pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai.
6. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yag telah memberikan pengarahan, bimbingan, serta saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Ibu E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A. selsku dosen tamu yang telah memberikan saran dan pengarahan dalam skripsi ini.
8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mencurahkan ilmunya dengan sepenuh hati hati sehingga berguna untuk masa yang akan datang. 9. Mba’ Aris dan Pak Wawi yang telah melayani dan membantu selama
menjalankan pendidikan di Univeritas Sanata Dharma Yogyakarta.
10.Bapak Kepala SMK Piri Sleman, SMK Kanisius Pakem, SMK Muhammadiyah Pakem, SMK Muhammadiyah Tempel, SMK Muhammadiyah Sleman, dan SMK YPPN Sleman yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian. Terima kasih banyak atas izin dan bantuannya.
11.Para Guru, Staf Karyawan, dan siswa-siswa kelas tiga Jurusan Teknik Mekanik Otomotif Tahun ajaran 2006/2007 di enam SMK di Kabupaten Sleman Yogyakarta.
12.Bapak dan Ibu tercinta, Mba’ Heni dan Kak Herru, ponakan-ponakan (Rini, Dika dan Cahyo....hayo belajar yang rajin...) serta seluruh keluargaku yang telah memberikan doa, semangat, perhatian dan kasih sayang, kalian telah menjadi semangat dan penolongku. Terima kasih semua. Luv you mucH.
13.Teman–teman seperjuanganku Bude Dewi (cayo2 bude gemukin badanmu...thankz selama ne dah maw dengerin keluh kesahku), Mba’ Risa (thankz banget ya mba buat saran2na, komputerna, & kostna yang selama ne dah menjadi rumah ke2 buatku, kebaikanmu takkan pernah terlupakan), dan De’ Dika (di dalam tubuh yang endut terdapat nafsu makan yang gedhe...kurusin tuh body lo...). Terima kasih buat doa, semangat, saran, keceriaan, dan kebersamaan kita selama berjuang menempuh hujan dan badai penyusunan skripsi ini.
14.Mas AnTo’ Terima kasih atas waktu, saran, dan bantuannya, sorry ngrepotin terus. Jangan kapok ya...!!!
15.Sahabat-sahabat setiaku JoEwytHa (thankz banget ya De’...dah selalu ada dalam perjalanan hidupku & mwaaph sll ngrepotin dgn sgl masalah2 yang
kuhadapi...cayo2 raihlah cintamu...), EndRy (thankz ya Mba’...dah cape2 nemenin & thankz bwt persahabatan qta selama ini...cayo selesaikan skripsimu), PuPut (Nduk...belajar yang rajin jangan mikirin cowok dulu yach..), EpHi & KoBo dan si kecil RapHa (kluarga kalian membawa semangat baru bagiku....), WuLaN X-urang (thankz buat doa dan smangatnya...) terimakasih banyak, kehadiran kalian membawa warna baru yang indah dalam hidupku. Luv u aLL.
16.Teman-teman setiaku Aa’DiN, Aa’GiL, AhMad “Jen99ot”, GanDun9 “PoLaiRuD” & Muzt WaWaN (makasih banyak dah mau nemenin nongkrong di warung “MbaH 9auL” buat nyari inspirasi & thankz juga dah jadi sahabat & kakak yang baek buatku...jangan lupain Simbah kita bersama yoH...Viva SimJen9...)
17.Maz En99aL...thankz banget ya maz buat doa dan semangat yang kamu berikan, jarak dan waktu tidak menjadi penghalang...doa2mu menjadikanku lebih kuat.
18.Keluarga Maz PriH & Mba’ MaR trimakasih buat “Rumah Cintanya”, trimakasih juga Keluarga Pakde Ju buat “doa-doanya”.
19.Maz dan Adek-adek sepupuku (Maz Yuzt, Maz Loys, de’BoWo, de’DeNi, de’PaNdu, de’DioN, de’WaTik, de’A9uS, de’FloRi, de’DiMas, de’DiNda, de’WiNdy, de’BaMs, de’WiWid, de’NiNin9, de’PuPut, de’Si9it, de’SaNti, de’RaNi, de’BeRtHa, de’IndRa, de’KaRoLiN) trimakasih buat canda, tawa dan semangat yang kalian berikan.
20.PakDe DeLa, Pak DeDy “PoLice”, Om LuKas “EnDut”, TaNte TuTi “ ToeL-toeL”, Mba’ Ima “BreKeLe”...eh dah di ribonding ya???, Mba’ SPT “Mpok Oneng”, Mba’ Dita “Wonosantun” thankz buat doa dan semangatnya.
21.Teman–teman seangkatanku PAK ’02 ( LiNa “ciplux”, NiNa “kokom”, DiaN “sastro”, PutRi, Muzt BaNu, ToRo, ThoMas, CaNdRa, SaTya, VaLeNt, Si Cat, TiaRa, Tia, MM, SaRi, IvoN, AndRe, UcHi, Lia, DeWi, HeRi, Si9it “frater”.Terima kasih atas kebersamaan dan bantuan kalian semua. Sukses buat kalian semua, cerita kita akan menjadi kisah klasik untuk masa depan.
22.Teman-teman Mudika St. Ignatius (Om Aguzt “JaiM”, Adit, FebRi, An99a, YoYo, AgNes, PrisMa, NiTa, SiNta, YuSup, Mba’ Ida, Mba’ Wie, Mba’ Etik, Ka2’ YuDi, de’DaVid, MitHa, AleX, VitHa, Maz Theo, WaHyu, YudHa, PetRus, NuRi, Lia, BaYu, AndRi, DiaN, YuLi, DaVid, RatNa_zHo & Mey_zHo) kehadiran, keceriaan, dan suara kalian memberi warna indah dalam perjalanan hidupku.
23.For Someone...somewhere...that made 4 me...I will waiting u....
24.Teman-teman PPL & PPL Plus (BoWo, EtHa, YuLy, FebRi) thankz buat doa dan semangatnya.
25.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih banyak atas bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, sehingga masih perlu dikaji dan dikembangkan secara lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan ... 9
B. Kecerdasan Emosional Berwirausaha ... 18
C. Kultur Keluarga ... 27
D. Kultur Sekolah ... 31
E. Bakat Kewirausahaan ... 35
F. Kerangka Berpikir ... 38
G. Perumusan Hipotesis ... 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 46
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 47
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 47
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 49
F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen ... 55
G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 55
H. Teknik Analisis Data ... 63
BAB IV ANALISI DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 69
B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 88
C. Pengujian Hipotesis ... 89
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 94
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 106
B. Keterbatasan Penelitian ... 107
C. Saran ... 107 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel OperasionalisasiVariabel Pelaksanaan Pendidikan dan
Pelatihan Diklat... 49
Tabel 3.2 Tabel OperasionalisasiVariabel Kecerdasan Emosional Berwirausaha... 50
Tabel 3.3 Tabel OperasionalisasiVariabel Kultur Keluarga ... 51
Tabel 3.4 Tabel OperasionalisasiVariabel Kultur Sekolah ... 52
Tabel 3.5 Tabel OperasionalisasiVariabel Bakat Kewirausahaan ... 53
Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas Variabel Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan... 56
Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kecerdasan Emosional Berwirausaha... 57
Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kultur Keluarga ... 58
Tabel 3.9 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kultur Sekolah... 58
Tabel 3.10 Hasil Pengujian Validitas Variabel Bakat Kewirausahaan ... 59
Tabel 3.11 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Penelitian ... 62
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ... 69
Tabel 4.2 Pekerjaan Orang Tua Responden ... 70
Tabel 4.3 Deskripsi Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan ... 72
Tabel 4.4 Deskripsi Kecerdasan Emosional Berwirausaha... 73
Tabel 4.5 Deskripsi Kultur Keluarga Pada Dimensi Power Distance... 74
Tabel 4.6 Deskripsi Kultur Keluarga Pada Dimensi Collectivism vs Individualism... 75
Tabel 4.7 Deskripsi Kultur Keluarga Pada Dimensi Masculinity vs Femininity ... 77
Tabel 4.8 Deskripsi Kultur Keluarga Pada Dimensi Uncertainty Avoidance... 78
Tabel 4.9 Deskripsi Kultur Keluarga ... 79
Tabel 4.10 Deskripsi Kultur Sekolah Pada Dimensi Power Distance ... 80
Tabel 4.11 Deskripsi Kultur Sekolah Pada Dimensi Collectivism vs
Individualism ... 82
Tabel 4.12 Deskripsi Kultur Sekolah Pada Dimensi Masculinity vs Femininity ... 83
Tabel 4.13 Deskripsi Kultur Sekolah Pada Dimensi Uncertainty Avoidance ... 84
Tabel 4.14 Deskripsi Kultur Sekolah ... 85
Tabel 4.15 Deskripsi Bakat Kewirausahaan ... 87
Tabel 4.16 Hasil Pengujian Normalitas ... 88
Tabel 4.17 Hasil Pengujian Linieritas ... 89
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner ... 109
Lampiran 2 Data Induk ... 119
Lampiran 3 Validitas dan Reliabilitas ... 175
Lampiran 4 Normalitas dan Linieritas ... 181
Lampiran 5 Regresi ... 182
Lampiran 6 Distribusi Frekuensi dan Perhitungan Manual ... 189
Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian ... 201
Lampiran 8 Tabel Statistik ... 211
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan bangsa membutuhkan sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas. SDM merupakan modal dasar sekaligus kunci bagi
keberhasilan pembangunan. Untuk menciptakan manusia yang berkualitas,
pendidikan mengambil peran penting. Hal ini disebabkan secara umum
penyelenggaraan pendidikan bertujuan menciptakan atau menghasilkan
sumber daya manusia yang mempunyai keterampilan dan keahlian dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan dalam proses
pembangunan bangsa.
Pada masyarakat yang tengah berkembang, pendidikan diposisikan
sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan melalui pemanfaatan
kesempatan kerja yang ada. Hal ini sejalan dengan tujuan akhir program
pendidikan bagi masyarakat pengguna jasa pendidikan yakni mempersiapkan
atau mencetak tenaga kerja yang memiliki kompetensi yang memadai,
berkualitas, dan profesional di bidangnya. Salah satu sektor pendidikan yang
bertujuan mempersiapkan dan mencetak tenaga kerja tingkat menengah adalah
SMK. Istilah SMK sebelum berlakunya kurikulum 2004 digunakan untuk
menyebut istilah Sekolah Teknik Menengah (STM) ataupun Sekolah
Menengah Ekonomi Atas (SMEA). Mengingat ragam SMK cukup banyak,
fokus penelitian ini adalah SMK Jurusan Teknik Mekanik Otomotif.
Realitas di lapangan menunjukkan bahwa untuk menghasilkan tenaga
kerja yang siap pakai tidaklah mudah. Mutu pendidikan yang kurang
memadai, kurangnya dorongan untuk mengembangkan kemampuan yang
dimiliki, dan masih terbatasnya informasi tentang dunia kerja mengakibatkan
kurangnya relevansi antara keluaran pendidikan dengan keterampilan yang
ada. Hal inilah yang menyebabkan SMK menjadi salah satu penyumbang
pengangguran terdidik diantara jenjang pendidikan lainnya. Menurut catatan
dari Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat pengangguran lulusan Sekolah
Menengah Kejuruan di Indonesia mencapai 1.254.343 orang dan pada
khususnya di Yogyakarta 18.088 orang (BPS, 2004:270).
SMK berperan sebagai lembaga pendidikan seharusnya mampu
mengembangkan kecerdasan emosional dan potensi seseorang agar mampu
menjalankan tugas-tugas hidupnya serta menjadi wirausaha baru yang
berhasil. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan kejuruan, yaitu mendidik
siswa menjadi profesional, berkeahlian, dan terampil untuk menciptakan
lapangan kerja tertentu atau siap pakai untuk mengisi jaringan di masyarakat
industri (Kurikulum SMK 2004:16). Berwirausaha merupakan altenatif profesi
bagi lulusan SMK sebab dari skala kemampuan mereka memiliki bekal
kemampuan yang cukup untuk mengembangkan suatu bidang usaha.
Pengetahuan siswa/lulusan tersebut diperoleh dari sekolah yaitu melalui
pendidikan dan latihan yang ada hubungannya langsung dengan dunia usaha,
misalnya mata pelajaran kewirausahaan dan juga pengalaman kerja melalui
PKL atau praktik industri. Baik atau buruknya pelaksanaan pelatihan dan
pendidikan tentu saja berdampak pada kecerdasan emosional berwirausaha.
Kecerdasan emosional berwirausaha adalah kemampuan mengenali,
mengekspresikan, dan mengendalikan emosi dalam menerapkan kreatifitas
dan inovasi baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Derajat pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap
tingkat kecerdasan emosional siswa dalam berwirausaha diduga berbeda
antara siswa/ sekolah yang satu dengan lainnya. Perbedaan tersebut antara lain
disebabkan oleh kultur keluarga, kultur sekolah, serta bakat siswa yang
berbeda. Berdasarkan beberapa literatur tentang profil wirausaha sukses
menunjukkan bahwa ada beberapa karakteristik khusus untuk menjadi
wirausaha yang berhasil. Pada kultur lingkungan tertentu (keluarga dan
sekolah) diduga akan mendorong siswa cerdas secara emosional, sementara
pada kultur lingkungan yang lain melemahkan. Hal demikian disebabkan
lingkungan keluarga dan sekolah sangat berperan penting dalam mendorong
siswa untuk berwirausaha. Disamping itu, bakat seseorang untuk melakukan
kegiatan wirausaha diyakini membedakan siswa yang satu dengan yang
lainnya.
Pada kultur keluarga yang bercirikan power distance kecil,
berorientasi individualism, berorientasi masculinity, dan berorientasi
uncertainty avoidance lemahakan tampak dari manifestasi kultur seperti sikap
menghormati secara formal dan mengakui perbedaan, demokratis dalam
keluarga, perbedaan peran orang tua, dan mampu bertoleransi terhadap situasi
yang tidak pasti. Pada kultur keluarga demikian diduga kuat derajat pengaruh
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap tingkat kecerdasan emosional
siswa akan lebih tinggi dibandingkan pada kultur keluarga yang bercirikan
power distance besar, berorientasi collectivism, berorientasi femininity, dan
uncertainty avoidance kuat yang tampak dari manifestasi kultur seperti
ketaatan kepada norma keluarga, kesetiaan kepada kelompok, peran wanita
lebih rendah dari pada pria, dan kurang mampu menghadapi situasi yang tidak
pasti, maka derajat pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap
tingkat kecerdasan emosional siswa akan lebih rendah.
Pada kultur sekolah yang mempunyai power distance kecil,
berorientasi individualism, berorientasi masculinity, dan berorientasi
uncertainty avoidance lemah yang tampak dari manifestasi kultur seperti
perlakuan guru terhadap siswa sama, kebebasan mengungkapkan pendapat,
suka berkompetisi, dan kejelasan guru dalam menerangkan materi pelajaran,
maka derajat pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap tingkat
kecerdasan emosional siswa akan lebih tinggi. Sebaliknya, pada kultur sekolah
yang mempunyai power distance besar, berorientasi collectivism, berorientasi
femininity, dan berorientasi uncertainty avoidance kuat yang tampak dari
manifestasi kultur seperti komunikasi satu arah di kelas, kurang berani dalam
mengungkapkan pendapat, mengutamakan kinerja kelompok, dan
menganggap guru selalu benar, maka derajat pengaruh pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan terhadap tingkat kecerdasan emosional siswa akan
lebih rendah.
Bakat kewirausahaan merupakan kemampuan untuk kreatif dan
inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencapai sukses.
Secara lebih konkrit bakat kewirausahaan tampak dari ciri kreatif, berani
menanggung risiko, innovation, bekerja sama dalam kelompok, percaya diri,
independent, mampu menyesuaiakan diri, knowledgeable, versatile, more
carrier oriented and prepared, mampu menganalisis alternatif keputusan,
keterbukaan terhadap kritik, mementingkan hasil pekerjaan, menyukai
kegiatan intelektual, berorientasi pada hasil, mampu bertahan dalam tekanan,
dan mampu mengendalikan aktivitas. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka
diduga kuat bahwa pada siswa yang semakin berbakat derajat pengaruh
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional siswa
akan lebih tinggi dibandingkan pada siswa yang tidak berbakat berwirausaha.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi faktor yang
menentukan tingkat kecerdasan emosional siswa untuk berwirausaha. Secara
lebih spesifik peneliti ingin menginvestigasi apakah pada kultur sekolah dan
kultur keluarga yang kondusif serta bakat yang berbeda dengan pengaruh
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional
berbeda. Berdasarkan uraian tersebut dan melihat kenyataan, maka peneliti
tertarik mengambil judul “Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) terhadap Kecerdasan Emosional Berwirausaha
ditinjau dari Kultur Keluarga, Kultur Sekolah, dan Bakat
Kewirausahaan”. Penelitian ini merupakan survei terhadap siswa-siswa kelas
tiga pada enam SMK Jurusan Teknik Mekanik Otomotif di Kabupaten
Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah menjalankan
pendidikan dan pelatihan (diklat).
B. Batasan Masalah
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional siswa
berwirausaha antara lain pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (diklat), kultur
keluarga, kultur sekolah, dan bakat kewirausahaan. Penelitian ini
memfokuskan pada faktor kecerdasan emosional anak. Secara lebih spesifik
dalam penelitian ini akan menginvestigasi pengaruh pelaksanaan diklat
terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga,
kultur sekolah, dan bakat kewirausahaan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
(diklat) terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur
keluarga?
2. Apakah ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
(diklat) terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur
sekolah?
3. Apakah ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
(diklat) terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari bakat
kewirausahaan?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dirumuskan tujuan penelitian
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
(diklat) terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur
keluarga.
2. Untuk mengetahui pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
(diklat) terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur
sekolah.
3. Untuk mengetahui pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
(diklat) terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari bakat
kewirausahaan.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Sekolah dan Siswa :
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh sekolah dalam
menghasilkan lulusan yang berkompetensi, kreatif, mandiri, dan
memiliki motivasi untuk berwirausaha.
b. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan untuk
meningkatkan kecerdasan emosional berwirausaha siswa melalui
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yang baik.
2. Bagi Penelitian selanjutnya :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar acuan
penelitian-penelitian tentang kecerdasan emosional siswa berwirausaha dan agar
dapat mengembangkan faktor-faktor lainnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kecerdasan
intelektual serta kecerdasan emosional seseorang. Di era globalisasi seperti
sekarang ini, pendidikan dirasa sebagai sarana untuk meningkatkan
kesejahteraan melalui pemanfaatan kesempatan kerja yang ada. Oleh karena
itu banyak orang berlomba-lomba untuk mencapai jenjang pendidikan yang
tinggi.
Mahalnya biaya pendidikan yang mengakibatkan orang tidak dapat
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, akhirnya alternatif yang dipilih
yaitu mereka mencari sekolah yang tidak hanya mengajarkan teori saja tetapi
juga keterampilan. Sekolah menengah kejuruan merupakan alternatif yang
tepat bagi mereka yang tidak mampu melanjutkan ke perguruan tinggi tetapi
mereka juga akan mendapatkan ketrampilan. Sekolah menengah kejuruan juga
merupakan sistem, masukannya adalah siswa-siswi lulusan dari SMP/MTs,
kegiatan pembelajaran merupakan proses sedangkan keluarannya adalah
lulusan SMK yang kompeten.
Sekarang ini tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang
berkompeten dibidangnya dan loyal dengan pekerjaannya tersebut. Oleh
karena itu SMK merupakan tempat yang tepat untuk menciptakan lulusan
yang kompeten dibidangnya untuk jenjang sekolah menengah. Peserta didik di
SMK proses pembelajarannya mengikuti program pendidikan dan pelatihan
(diklat) dengan acuan kurikulum. Lulusan yang kompeten ini diharapkan
dapat membangun daerahnya masing-masing. Oleh karena itu perlu adanya
pengkajian mengenai perlu tidaknya membuka atau menutup suatu program
keahlian. Hal tersebut dimaksudkan untuk melihat dan menyesuaikan potensi
suatu daerah, agar siswa SMK tersebut kelak merupakan sumber daya manusia
yang dapat berguna untuk membangun daerahnya.
Pengembangan potensi akademis dan kepribadian siswa merupakan
tujuan pembelajaran di sekolah yang dapat meningkatkan kecerdasan
emosional siswa. Peningkatan kecerdasan emosional diharapkan agar mereka
dapat bergabung kedalam dunia kerja yang kompetitif sehingga mereka dapat
mengenali emosinya, mengelola emosi, motivasi diri, dan mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi dari waktu ke waktu serta dapat bekerja sama atau
berempati dengan rekan kerjanya atau bawahannya.
1. Pengertian Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
Pelaksanaan pembelajaran/diklat adalah proses kegiatan belajar peserta
didik sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, untuk mencapai
penguasaan kompetensi. Pembelajaran bisa dilaksanakan di sekolah atau di
dunia kerja (Kurikulum SMK, 2004:16). Proses pembelajaran di sekolah
dimaksudkan untuk mengembangkan potensi akademis dan kepribadian
siswa, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan dunia kerja. Proses pembelajaran/pelatihan
di dunia kerja dimaksudkan agar siswa menguasai kompetensi terstandar,
mengembangkan dan menginternalisasi sikap dan nilai profesional sebagai
tenaga kerja yang berkualitas unggul, baik bekerja pada pihak lain maupun
sebagai pekerja mandiri.
2. Tujuan Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
Pelaksanaan pembelajaran/diklat dimaksudkan untuk mengembangkan
potensi akademis dan kepribadian siswa, menguasai kompetensi
terstandar, serta menginternalisasi sikap dan nilai profesional sebagai
tenaga kerja yang berkualitas unggul, sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan dunia kerja (Kurikulum SMK, 2004:16). Kompetensi
lulusan terdiri dari kompetensi umum yang mengacu pada tujuan
pendidikan nasional dan kecakapan hidup generik dan kompetensi
kejuruan yang mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (Bagian II Kurikulum SMK, 2004:6).
3. Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan
Pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran
berbasis kompetensi dilakukan dengan pengaturan sebagai berikut
(Kurikulum SMK, 2004:19-21):
a. Pembelajaran di Sekolah
Ciri/operasionalisasi pembelajaran di sekolah:
1) Pembelajaran di sekolah meliputi pembelajaran program normatif,
adaptif, dan produktif.
2) Pembelajaran program produktif ditekankan pada penguasaan
dasar-dasar keahlian yang luas, kuat, mendasar, serta penguasaan
alat dan teknik bekerja yang tepat.
3) Industri dapat dilibatkan dalam proses pembelajaran di SMK
terutama untuk meningkatkan penguasaan peserta terhadap
dasar-dasar keahlian yang benar serta memberikan wawasan tentang
dunia kerja.
4) Keterlaksanaan program di SMK, baik akademis maupun
administratif menjadi tanggung jawab kepala sekolah dengan
koordinasi komite sekolah.
5) Siswa yang berminat untuk bekerja mandiri (berwirausaha), perlu
mendapatkan bimbingan khusus yang memadai dari pihak
sekolah. Siswa yang bersangkutan tidak cukup diberikan
pengetahuan bisnis secara teoritis. Tetapi ia harus dibina dan
dilatih dengan pengalaman berwirausaha atau berbisnis secara
nyata dan bertahap.
6) Bimbingan berwirausaha antara lain mencakup aspek
menganalisis pasar, merencanakan, melaksanakan produksi
(barang dan jasa), memasarkan hasil, mengevaluasi, dan membuat
laporan hasil usaha serta membuka jaringan kerja dengan pihak
lain.
7) Apabila praktik berwirausaha tersebut membutuhkan waktu
pembelajaran yang lebih banyak, maka sekolah dapat
menyesuaikan jumlah jam yang ada di dalam Struktur Kurikulum
Pendidikan dan Pelatihan, baik program diklat normatif, adaptif,
maupun produktif. Pengaturan tersebut dilakukan secara rasional,
selaras, dan seimbang.
8) Pengalaman berwirausaha dapat dilaksanakan di sekolah melalui
pembukaan kelas wirausaha yang sesuai dengan minat siswa dan
potensi pasar.
b. Pembelajaran di Industri (Dunia Kerja)
Ciri/operasionalisasi pembelajaran di dunia kerja/industri:
1) Peserta diklat yang mengikuti pelatihan di industri adalah
mereka yang memenuhi persyaratan minimal yang telah
ditetapkan, baik pada saat penerimaan maupun pada saat
pemilihan program diklat.
2) Industri dapat melakukan pemilihan peserta dan memberikan
pembekalan kemampuan tambahan, agar benar-benar siap dan
memenuhi standar minimal sesuai dengan persyaratan kerja yang
ada.
3) Kegiatan pelatihan di industri dilaksanakan sesuai dengan
program bersama yang telah disepakati.
4) Kegiatan peserta di industri merupakan kegiatan bekerja
langsung pada pekerjaan yang sesungguhnya, untuk menguasai
kompetensi yang benar dan terstandar, sekaligus
menginternalisasi sikap dan etos kerja yang positif sesuai dengan
persyaratan tenaga kerja profesional pada bidangnya.
5) Lamanya peserta berada di suatu industri, ditentukan atas dasar
jumlah waktu latihan yang dipersyaratkan untuk menguasai
kompetensi yang akan dipelajarinya. Waktunya berkisar antara 4
bulan sampai dengan 12 bulan.
6) Pelaksanaan pembelajaran di industri dilengkapi dengan
perangkat antara lain: jurnal kegiatan peserta, termasuk daftar
kemajuan hasil belajar peserta; perangkat monitoring; kontrak
kerja/perjanjian peserta (jika diperlukan); asuransi kecelakaan
kerja bagi peserta; lain-lain yang dianggap perlu.
7) Kegiatan pembelajaran berbasis kompetensi dilakukan setelah
penyiapan komponen-komponen/sarana pembelajaran dipastikan
kesiapannya, untuk mengantisipasi terjadinya hambatan dalam
pelaksanaan proses pembelajaran.
Berikut ini adalah tabel silabus pembelajaran di SMK jurusan teknik mekanik
otomotif (Bagian II Kurikulum SMK, 2004:7-9) :
Level
Kualifikasi Kompetensi Sub Kompetensi Pelaksanaan
pemeliha-raan/servis komponen
Pelaksanaan pemeliharaan/servis komponen
Identifikasi dan penggunaan pelumas/cairanpemebrsih yang benar
Pemasangan sistem hidrolik Pemasangan sistem hidrolik
Pengujian sistem hidrolik Pemeliharaan/service sistem
hidrolik
Pemeliharan/servis dan pengujian sistem hidrolik
Pemeliharaan/service dan perbaikan kompre-sor udara dan kompo-nen-komponennya
Pemeliharaan/service dan perbaikan kompresor udara dan komponen - komponennya
Pelaksanaan prosedur pengelasan Teknisi
Yunior
Melaksanakan prosedur
pengelasan, pematrian, Pelaksanaan prosedur pematrian
Level
Kompetensi Sub Kompetensi Kualifikasi
Pelaksanaan prosedur pemotongan dengan panas pemotongan dengan panas
dan pemanasan
Pelaksanaan prosedur pemanasan Pembacaan dan pema-haman
gambar teknik
Membaca dan memahami gambar teknik
Penggunaan dan pemeliharaan alat ukur
Pengukuran dimensi dan variabel menggunakan perlengkapan yang sesuai
Mengikuti prosedur pada tempat kerja untuk mengidentifikasi bahaya dan penghindarannya
Pemeliharaan kebersihan perlengkapan dan area kerja
Penempatan dan pengidentifikasian jenis pemadam kebakaran,penggunaan dan prosedur pengoperasian ditempat kerja
Pelaksanaan prosedur darurat
Menjalankan dasar dasar prosedur keamanan Mengikuti prosedur kesehatan
dan keselamatan kerja
Pelaksanaan prosedur penyelamatan pertama dan Cardio Pulmonary Resusciation (CPR)
Memilih dan menggunakan secara aman peralatan tempat kerja
Penggunaan dan peme-liharaan peralatan dan
perlengkapan tempat kerja Pemeliharaan/servis pada peralatan dan perlengkapan tempat kerja
Pelaksanaan operasi penanganan secara manual
Mengangkat dan memindahkan meterial/komponen/part
Mengidentifikasi konstrusksi jenis roda dan sistem pemasangannnya
Melepas roda-roda
Pemeriksaan roda dan pemasangannya Melepas, memasang dan
menyetel roda
Memasang roda
Membongkar,memasang dan mengganti dan dalam dan luar
Memeriksa ban dalam dan luar untuk menentukan perbaikan
Pembongkaran, perbai-kan dan pemasangan ban luar dan ban dalam
Melaksanakan perbaikan ban dalam dan ban luar
Menguji baterai
Melepas dan mengganti baterai
Memelihara/servis dan mengisi baterai Pengujian,
pemelihara-an/servis dan penggan-tian baterai
Membantu start
Memelihara,memahami dan menyampaikan informasi tempat kerja
Konstribusi komunikasi di tempat kerja
Mempertahankan prestasi tempat kerja Pemeliharaan/servis sistem
pendingin dan komponen– komponennya
Memelihara/servis sistem pendingin dan komponennya
Perbaikan sistem pendi-ngin dan komponen– komponennya
Memperbaiki sistem pendingin dan komponennya
Pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin
Memelihara/servis komponen sistem bahan bakar bensin
Pemeliharaan/servis sistem injeksi bahan bakar diesel
Memelihara/servis sistem dan komponen injeksi bahan bakar diesel
Pemeliharaan/servis unit kopling dan kom-ponen-komponennya sistem pengoperasian
Memelihara/servis unit kopling dan komponen-komponen sistem pengoperasian
Perbaikan kopling dan komponen– komponenya
Memperbaiki sistem kopling dan komponennya
Pemeliharaan/servis transmisi manual
Memperbaiki,melepas dan mengganti transmisi manual dan komponennya
Level
Kompetensi Sub Kompetensi Kualifikasi
Pemeliharaan/servis poros penggerak roda
Memelihara/servis poros penggerak roda/drive shaft dan komponen-komponennya
Merakit dan memasang sistem rem dan komponennya Perakitan dan pema-sangan
sistem rem dan komponen– komponenya
Menguji sistem rem dan komponennya
Pemeliharaan/servis sistem rem
Memelihara/servis sistem rem dan komponennya
Pemeriksaan sistem kemudi Memeriksa dan menguji kondisi sistem/komponen kemudi
Pemeriksaan sistem suspensi Memelihara/servis sistem suspensi dan atau komponen-komponenya
Perbaikan ringan pada rangkaian/sistem kelistrikan
Menguji dan mengidentifikasi kesalahan sistem/komponen
Memasang sistem penerangan dan wiring kelistrikan
Menguji sistem kelistrikan Pemasangan, pengujian dan
perbaikan sistem penerangan
dan wiring Memperbaiki sistem kelistrikan Pemasangan keleng-kapan
kelistrikan tambahan (Assesoris)
Memasang perlengkapan kelistrikan tambahan
Pemeliharaan/servis engine dan kompo-nen–komponennya
Memelihara/servis engine dan komponen-komponennya
Overhaul komponen sistem pendingin
Overhaul komponen sistem pendingin
Overhaul kopling dan komponennya
Overhaul kopling dan komponen-komponennya
Pemeliharaan/servis transmisi otomatis
Pemeliharaan/servis transmisi otomatis dan atau komponen yang berhubungan
Pemeliharaan/servis unit final drive/gardan
Memperbaiki unit final drive/gardan dan komponen-komponenya
Perbaikan poros penggerak roda
Memperbaiki poros penggerak roda/drive shaft dan komponen-komponennya
Perbaikan sistem rem Memperbaiki melepas dan mengganti sistem rem dan atau komponen lain yang bersangkutan
Overhaul komponen sistem rem
Overhaul komponen sistem rem dan bagian-bagiannya
Perbaikan sistem kemudi Memperbaiki membongkar dan mengganti sistem kemudi dan komponennya
Pemeliharaan/servis sistem suspensi
Memelihara/servis sistem suspensi dan atau komponen-komponennya
Balans roda/ban Membalans roda
Memasang sistem pengaman kelistrikan/komponen
Menguji sistem pengaman kelistrikan/komponen Pemasangan, pengujian dan
perbaikan sistem pengaman
kelistrikan dan komponennya Memperbaiki sistem pengaman kelistrikan/komponen Perbaikan sistem pengapian Memperbaiki sistem pengapian dan komponennya Memelihara/servis sistem AC
(Air Conditioner)
Memelihara/servis sistem AC
Berikut ini adalah struktur kurikulum bidang keahlian teknik mesin program
keahlian teknik mekanik otomotif (Bagian II Kurikulum SMK, 2004:17-18)
NO PROGRAM / MATA DIKLAT DURASI / WAKTU (jam) I PROGRAM NORMATIF:
1 Pendidikan Agama 192
2 Pendidikan Kewarganegaraan dan Sejarah 288
NO PROGRAM / MATA DIKLAT DURASI / WAKTU (jam)
3 Bahasa Indonesia 192
4 Pendidikan Jasmani dan Olah Raga 288 II PROGRAM ADAPTIF :
1 Matematika 516
2 Bahasa Inggris 440
3 Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) 202
4 Kewirausahaan 192
5 Fisika 192
6 Kimia 192
7 Pengetahuan Dasar Teknik Mesin 240 III PROGRAM PRODUKTIF :
1 Pelaksanaan pemeliharaan/servis komponen 40
2 Pemasangan sistem hidrolik 30
3 Pemeliharaan/service sistem hidrolik 30 4 Pemeliharaan/service dan perbaikan kompresor udara dan
komponen-komponennya
20
5 Melaksanakan prosedur pengelasan, pematrian, pemotongan dengan panas dan pemanasan
80
6 Pembacaan dan pemahaman gambar teknik 60 7 Penggunaan dan pemeliharaan alat ukur 60 8 Mengikuti prosedur kesehatan dan keselamatan kerja 60 9 Penggunaan dan pemeliharaan peralatan dan perlengkapan tempat
kerja
80
10 Pelaksanaan operasi penanganan secara manual 40 11 Melepas, memasang dan menyetel roda 30 12 Pembongkaran, perbaikan dan pemasangan ban luar dan ban dalam 40 13 Pengujian, pemeliharaan/servis dan penggantian baterai 30 14 Konstribusi komunikasi di tempat kerja 18 15 Pemeliharaan/servis sistem pendingin dan komponen – komponennya 40 16 Perbaikan sistem pendingin dan komponen – komponennya 40 17 Pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin 60 18 Pemeliharaan/servis sistem injeksi bahan bakar diesel 60 19 Pemeliharaan/servis unit kopling dan komponen- komponennya sistem
pengoperasian
60
20 Perbaikan kopling dan komponen – komponenya 60 21 Pemeliharaan/servis transmisi manual 60 22 Pemeliharaan/servis poros penggerak roda 40 23 Perakitan dan pemasangan sistem rem dan komponen –
komponennya
60
24 Pemeliharaan/servis sistem rem 60
25 Pemeriksaan sistem kemudi 40
26 Pemeriksaan sistem suspensi 40
27 Perbaikan ringan pada rangkaian/sistem kelistrikan 60 28 Pemasangan, pengujian dan perbaikan sistem penerangan dan wiring 60 29 Pemasangan kelengkapan kelistrikan tambahan ( Assesoris ) 60 30 Pemeliharaan/servis engine dan komponen – komponennya 80 31 Overhaul komponen sistem pendingin 40 32 Overhaul kopling dan komponennya 60 33 Pemeliharaan/servis transmisi otomatis 60 34 Pemeliharaan/servis unit final drive/gardan 60 35 Perbaikan poros penggerak roda 40
36 Perbaikan sistem rem 40
37 Overhaul komponen sistem rem 40
38 Perbaikan sistem kemudi 40
39 Pemeliharaan/servis sistem suspensi 40
40 Balans roda/ban 20
41 Pemasangan, pengujian dan perbaikan sistem pengaman kelistrikan 60
NO PROGRAM / MATA DIKLAT DURASI / WAKTU (jam) dan komponennya
42 Perbaikan sistem pengapian 60
43 Memelihara/servis sistem AC ( Air Conditioner ) 60
JUMLAH 4970
Keterangan:
1. Durasi pemelajaran per jam @ 45 menit.
2. Praktek kerja di Industri dilaksanakan selama 4 sampai dengan 12 bulan, menggunakan alokasi waktu pemelajaran produktif.
B. Kecerdasaan Emosional Berwirausaha
1. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan yang dimiliki seseorang bermacam-macam seperti
kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, dan juga kecerdasan
emosional. Kecerdasan emosional sangat dibutuhkan bagi manusia,
karena seringnya berhubungan dengan orang lain atau sebagai makhluk
sosial. Adanya hubungan dengan orang lain maka kecerdasaan emosional
mencakup kemampuan membedakan dan menanggapi dengan tepat
suasana hati, temperamen, motivasi, serta hasrat keinginan diri sendiri dan
orang lain (Agus Efendi, 2005:170).
Emosi pada dasarnya adalah suatu perasaan dan pikiran-pikiran
khasnya, suatu keadaan biologi dan psikologi, serta serangkaian
kecenderungan untuk bertindak (Agus Efendi, 2005:176). Orang yang
dapat mengenali dan mengelola emosi berarti menuju ke arah kebaikan
dan hal tersebut dapat diterapkan untuk mulai merintis menjadi seorang
wirausahawan.
Menurut Reuven Bar-On (http://www.psikoutama.com/id/
service13.php), kecerdasan emosi didefinisikan sebagai mata rantai
keahlian, kompetensi, dan kemampuan non-cognitive yang mempengaruhi
keberhasilan seseorang dalam menghadapi tuntutan dan tekanan
lingkungannya. Kecerdasan emosional (Emotional Intelligence) adalah
kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi. Termasuk
didalamnya kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain
disekitarnya (http://www.sekolahindonesia.com/). Seseorang yang
mempunyai kecerdasaan emosional yang tinggi dapat membangun relasi
sosial dalam lingkungan keluarga, kantor, bisnis, maupun sosial.
Menurut Daniel Goleman (2004:45), kecerdasan emosional adalah
kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan
bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak
melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar
beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati, dan
berdoa. Salovey dan Mayer (Shapiro, 1997:8) juga mendefinisikan
kecerdasan emosional sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial
yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri
sendiri maupun orang lain, memilah-milah semuanya, dan menggunakan
informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.
Kecerdasan emosional menurut Ge Mozaik (Juni 2005) adalah
kemampuan untuk mengenali, mengekspresikan dan mengendalikan
emosi, baik emosi dirinya sendiri maupun emosi orang lain, dengan
tindakan konstruktif, yang mempromosikan kerjasama sebagai tim yang
mengacu pada produktivitas dan bukan pada konflik
(http://www.ganeca.blogspirit.com/archive/2005/06/23/ge_mozaik_juni_2
005_pentingnya_pendidikan_kecerdasan_emos.html). Senada dengan Ge
Mozaik, Cooper dan Sawaf mengatakan bahwa kecerdasan emosional
adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif
menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan
pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menutut penilikan perasaan,
untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain,
serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan cara efektif energi emosi
dalam kehidupan sehari-hari (http://ahmadchoironudin.blogspot.com/
2004_12_10_ahmadchoironudin).
Menurut Agus Efendi (2005:171), kecerdasan emosional adalah
kemampuan mengenali perasaan diri kita sendiri dan perasaan orang lain,
kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi
dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain.
Kecerdasan emosional juga merupakan komponen yang membuat
seseorang menjadi pintar menggunakan emosi (Howes dan Herald,
http://ahmadchoironudin.blogspot.com/2004_12_10_ahmadchoironudin).
2. Kewirausahaan
Di Indonesia ada pemikiran bahwa berwirausaha adalah milik etnis
keturunan tertentu seperti etnis keturunan cina yang sukses dengan
bisnisnya, keturunan india dengan kainnya, keturunan arab dengan usaha
mebelnya. Namun sekarang ini tampaknya tidak demikian, siapapun bisa
menjadi seorang wirausahawan. Sekarang ini kewirausahaan merupakan
disiplin ilmu yang dapat dipelajari dan diajarkan.
Sebelum istilah wirausaha sepopuler seperti sekarang ini, dulu
sering kita dengar istilah wiraswasta. Menurut Budi Santoso
(http://www.webpost.net/as/asmatweb/apotret.htm), kata "wiraswasta"
berasal dari Wira yang berarti utama, gagah, berani, luhur, teladan atau
pejuang. Swa berarti sendiri dan Sta berarti berdiri. Jadi wiraswasta
(entrepreneur) berarti pejuang yang utama, gagah, luhur, berani dan layak
menjadi teladan dalam bidang usaha dengan landasan berdiri diatas kaki
sendiri.
Kewirausahaan adalah kesatuan terpadu dari semangat, nilai-nilai
dan prinsip serta sikap, kuat, seni, dan tindakan nyata yang sangat perlu,
tepat dan unggul dalam menangani dan mengembangkan perusahaan atau
kegiatan lain yang mengarah pada pelayanan terbaik kepada langganan
dan pihak-pihak lain yang berkepentingan termasuk masyarakat, bangsa
dan negara (http://www.webpost.net/as/asmatweb/apotret.htm).
Menurut Zimmerer (Suryana, 2003:10) kewirausahaan adalah
penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan upaya
untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari. Pendapat tersebut
sejalan dengan pendapat Suryana (2003:1) bahwa kewirausahaan diartikan
sebagai kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan
sumber daya untuk mencapai peluang untuk menuju sukses. Proses kreatif
dan inovatif biasanya diawali dengan memunculkan ide-ide dan pemikiran
baru untuk menciptakan yang baru dan berbeda.
Menurut Geoffrey G. Meredith yang dikutip oleh Suryana
(2003:13-14), bahwa ciri-ciri utama kewirausahaan dapat dilihat dari
watak dan perilakunya, yaitu percaya diri, berorientasi pada tugas dan
hasil, pengambil risiko dan suka tantangan, kepemimpinan, keorisinilan,
dan berorientasi ke masa depan.
Kreativitas oleh Zimmerer (Suryana, 2003:23-24) adalah
“Sometimes creativity involves generating something from nothing. However, creativity is more likely to result in collaborating on the present, in putting old things together in new ways, or in taking something simple or better”.
Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa:
a. Kreatifitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada.
b. Hasil kerja sama masa kini untuk memperbaiki masa lalu dengan cara
yang baru.
c. Menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih
baik.
3. Kecerdasan Emosional Berwirausaha
Berdasarkan pengertian kecerdasan emosional dan kewirausahaan
diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional berwirausaha
adalah kemampuan mengenali, mengekspresikan, dan mengendalikan
emosi dalam menerapkan kreatifitas dan inovasi baik bagi dirinya sendiri
maupun orang lain.
4. Dimensi Kecerdasan Emosional Berwirausaha
Dimensi kecerdasan emosional berwirausaha mempunyai 5 (lima)
komponen dasar (http://www.ganeca.blogspirit.com/archive/2005/06/23/
ge_mozaik_juni_2005_pentingnya_pendidikan_kecerdasan_emos.html)
yaitu :
a. Self-awareness (pengenalan diri)
Mampu mengenali emosi diri dan penyebab dari pemicu emosi
tersebut. Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan
itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional.
b. Self-regulation (penguasaan diri)
Seseorang yang mempunyai pengenalan diri yang baik dapat lebih
terkontrol dalam membuat tindakan agar lebih hati-hati. Penguasaan
diri berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan
tepat. Hal ini merupakan kecakapan yang sangat tergantung pada
kesadaran diri.
c. Self-motivation (motivasi diri)
Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui
hal-hal sebagai berikut: 1) cara mengendalikan dorongan hati; 2) derajat
kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang; 3)
kekuatan berpikir positif; 4) optimisme; 5) keadaan flow (mengikuti
aliran). Ketika sesuatu berjalan tidak sesuai dengan rencana, seseorang
yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi tidak akan bertanya
“Apa yang salah dengan saya atau kita?” Sebaliknya, ia bertanya “Apa
yang dapat kita lakukan agar kita dapat memperbaiki masalah ini?”.
d. Emphaty (empati)
Kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain dan merasakan apa
yang orang lain rasakan jika dirinya sendiri yang berada pada posisi
tersebut. Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan
pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka
dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain.
Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan
emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati
perasaan orang lain.
e. Social Skill (ketrampilan sosial)
Dengan adanya 4 kemampuan tersebut, seseorang dapat berkomunikasi
dengan orang lain secara efektif. Kemampuan untuk memecahkan
masalah bersama-sama lebih ditekankan dan bukan pada konfrontasi
yang tidak penting yang sebenarnya dapat dihindari. Orang yang
mempunyai kemampuan intelegensia emosional yang tinggi
mempunyai tujuan konstruktif dalam pikirannya. Membina hubungan
dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung
keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki
keterampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan
sosial.
Unsur-unsur kurikulum yang dapat dicakup kecerdasan emosional adalah
(Agus Efendi, 2005:203-204):
1) Kesadaran diri: a) Pengetahuan diri; b) Mengamati diri sendiri; c)
Mengenali perasaan sendiri; d) Menghimpun kosakata perasaan; e)
Menerima diri sendiri; f) Mengenali hubungan antara gagasan,
perasaan, dan reaksi; g) Mengenali hubungan antara diri, lingkungan,
dan Tuhan.
2) Pengambilan keputusan pribadi: a) Mencermati tindakan diri sendiri
dan akibat-akibatnya; b) Mengetahui apa yang menguasai sebuah
keputusan, pikiran, dan perasaan.
3) Pengelolaan perasaan: a) Memahami apa yang ada dibalik perasaan;
b) Cara menangani kecemasaan, amarah, dan kesedihan; c) Tanggung
jawab keputusan dan tindakan; d) Tindak lanjut kesepakatan.
4) Motivasi: a) Memotivasi diri sendiri; b) Memotivasi orang lain.
5) Menangani stres: a) Pentingnya olah raga; b) Refleksi terarah; c)
Relaksasi.
6) Kemampuan bergaul: a) Empati; b) Memahami perasaan orang lain;
c) Menerima sudut pandang orang lain; d) Menghargai perbedaan
pendapat; e) Komunikasi; f) Membina hubungan dengan orang lain;
g) cara mengungkapkan perasaan yang baik; h) Menjadi pendengar
yang baik; i) Bertanya yang baik; j) Ketegasan; k) Membedakan
antara apa yang dikatakan dan penilaian kita atasnya; l) Kerja sama;
m) Dinamika kelompok; n) Konflik dan pengelolaannya; o)
Tanggung jawab pribadi; p) Membuka diri; q) Menerima diri sendiri;
r) Merundingkan kompromi.
Tujuh (7) kiat meningkatkan kecerdasan emosional, yaitu
(http://www.glorianet.org/lowongan/tips_35.html):
1) Mengenali emosi diri
Keterampilan ini meliputi kemampuan seseorang untuk
mengidentifikasi apa yang sesungguhnya ia rasakan. Setiap kali
suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, seseorang harus dapat
menangkap pesan apa yang ingin disampaikan.
2) Melepaskan emosi negatif
Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
memahami dampak dari emosi negatif terhadap dirinya sendiri.
3) Mengolah emosi diri sendiri
Kemampuan untuk mengendalikan dan mengelola emosi.
4) Memotivasi diri sendiri
Keterampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja
yang tinggi dalam segala bidang.
5) Mengenali emosi orang lain
Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti.
Keterampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan
manusia secara efektif.
6) Mengelola emosi orang lain
Keterampilan mengelola emosi orang lain merupakan kemampuan
yang dahsyat jika seseorang bisa mengoptimalkannya.
7) Memotivasi orang lain
Keterampilan memotivasi orang lain adalah bentuk lain dari
keterampilan kepemimpinan yaitu kemampuan menginspirasi,
memotivasi, dan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan
bersama.
C. Kultur Keluarga
1. Pengertian Kultur
Kultur atau kata lainnya budaya berasal dari ilmu antropologi.
Kultur merupakan keunikan sekelompok masyarakat dibandingkan
sekelompok masyarakat lainnya; bertahannya perilaku masyarakat dari
satu generasi ke generasi berikutnya (Kotter dan Heskett, 1992:3-4).
Kultur juga dapat didefinisikan sebagai:
“the totally of socially transmitted behavior pattern, arts, beliefs, institusions, and all other product of human work and thought characteristics of the community or population”.
Sejak kecil seorang yang tinggal dalam suatu lingkungan akan
mempelajari kultur di mana ia tinggal. Kultur mengajarkan cara pandang,
pola pikir, dan perasaan yang benar ketika menghadapi masalah yang
dihadapi.
Kultur menurut Hofstede (1995:5) adalah
“… a collective phenomenon, because it is at least partly shared with people who live or lived within the same social environment, which is there it was learned. It is the collective programming of the mind which distinguishes the members of the one group or category of people from another”
Menurut Sugiarto (http://www.waspada.co.id/serba_serbi/
pendidikan), kultur merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh
suatu kelompok masyarakat yang mencakup cara berpikir, perilaku, sikap,
nilai yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak. Cakupan
unsur kultur tersebut selanjutnya membedakan anggota kelompok satu
dengan yang lain (Hofstede, 1994:4). Karenanya Hofstede (1994:4)
menyebutkan kultur sebagai “software of the mind”. Kultur sebagai
bentuk pemrograman mental secara kolektif, kultur cenderung sulit
berubah. Perubahan bersifat evolutif atau perlahan-lahan. Hal ini
disebabkan bukan semata-mata karena kultur tersebut telah menjadi bagian
dari diri para anggota kelompok, tetapi kultur telah terkristalisasi ke dalam
lembaga yang mereka bangun.
2. Pengertian dan Dimensi Kultur Keluarga
Kultur keluarga adalah kebiasaan-kebiasaan dan kebudayaan
keluarga akan menjadi pola pikir tersendiri yang digunakan sebagai dasar
seseorang bertindak dan mengambil keputusan. Kultur sebagai bentuk
pemrograman mental secara kolektif suatu kelompok cenderung sulit
berubah. Jikalau pun berubah, maka perubahan akan berlangsung secara
evolutif. Hal ini disebabkan bukan semata-mata karena kultur tersebut
telah menjadi bagian dari diri anggota para kelompok, tetapi kultur telah
terkristalisasi ke dalam lembaga yang mereka bangun.
Substansi perbedaan kultur antar kelompok akan lebih tampak pada
praktik kultur daripada nilai-nilai (Hofstede, 1994:5). Perbedaan kultur
antar kelompok tersebut dapat dianalisis pada tingkatan unit atau bahkan
sub-sub unit dalam suatu organisasi (Hofstede, 1994:181-182). Kultur
dapat diklasifikasikan ke dalam 6 (enam) tingkatan atau lapisan (layers)
yaitu: (1) a national level, (2) a regional level etc, (3) agender level, (4) a
generation level, (5) a social class level, dan (6) an organization or
corporate level (Hofstede, 1994:10). Pada tingkat nasional, kultur dapat
dikenali berdasarkan dimensi yang mencakup: power distance (from small
to large), collectivism versus individualism, femininity versus masculinity,
dan uncertainty avoidance (from weak to strong) (Hofstede, 1994:14).
Dimensi power distance (jarak kekuasaan) merupakan tingkat
dalam nama kekuasaan anggota dalam institusi didistribusikan secara
berbeda. Dimensi individualism (individualisme) menggambarkan suatu
masyarakat di mana pertalian antar individu cenderung menghilang
(artinya: individu cenderung memikirkan dirinya sendiri dan setelahnya
orang lain). Sedangkan dimensi collectivism (kolektivisme) menunjukkan
suatu kondisi kelompok dalam mana individu-individu sejak lahir
diintegrasikan secara kuat sehingga mereka menjadi sangat loyal terhadap
kelompok tersebut. Dimensi masculinity (maskulinitas) menunjukkan
suatu kelompok di mana peran sosial gender terhadap perbedaan yang
jelas. Sementara, dimensi femininity menunjukan suatu kelompok dimana
peran sosial gender terhadap perbedaan tidak jelas. Dimensi uncertainty
avoidance (ketidakpastian) menunjukan suatu kelompok masyarakat
dimana individu-individu akan merasa terancam dalam suatu kondisi
ketidakpastian (ketidaktahuan situasi).
Elemen-elemen masyarakat sebagaimana diklasifikasikan Hofstede
(1994:28) mencakup: keluarga, sekolah, dan komunitas (organisasi)
tempat seseorang melaksanakan aktivitasnya. Pada tingkat keluarga,
dimensi power distance (jarak kekuasaan) mencakup indikator antara lain:
ketaatan kepada norma keluarga, menghormati orang tua dan yang lebih
tua sebagai dasar kebaikan, otoritas orang tua berpengaruh terus menerus
sepanjang hidup, dan ketergantungan. Dimensi collectivism versus
individualism mencakup indikator antara lain: demokrasi dalam keluarga,
kesetiaan kepada kelompok adalah sumber daya bersama, mampu
mengelola keuangan, tidak wajib mengikuti perayaan/pesta dalam
keluarga, merasa bersalah jika melanggar peraturan, dan keluarga menjadi
tempat bersatunya anggota keluarga. Dimensi femininity versus
masculinity mencakup indikator antara lain: relasi anak dan orang tua ada
jarak, perbedaan peran orang tua, peran wanita yang lebih rendah dari pria,
dan belajar bersama menjadi rendah hati. Sedangkan dimensi uncertainty