• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga, kultur sekolah dan bakat kewirausahaan : survei siswa-siswi pada 6 SMK jurusan Teknik Mekanik Otomotif Kabupaten Sleman, Propinsi DIY.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga, kultur sekolah dan bakat kewirausahaan : survei siswa-siswi pada 6 SMK jurusan Teknik Mekanik Otomotif Kabupaten Sleman, Propinsi DIY."

Copied!
234
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL BERWIRAUSAHA DITINJAU

DARI KULTUR KELUARGA, KULTUR SEKOLAH, DAN BAKAT KEWIRAUSAHAAN

Survei: Siswa-siswi Kelas Tiga SMK Jurusan Teknik Mekanik Otomotif di Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Monika Esti Widyaningsih Universitas Sanata Dharma

2007

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah: (1) ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga; (2) ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur sekolah; (3) ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari bakat kewirausahaan.

Penelitian ini dilaksanakan di 6 SMK jurusan teknik mekanik otomotif di Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan November sampai dengan Desember 2006. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas tiga SMK jurusan teknik mekanik otomotif di Kabupaten Sleman. Sampel penelitian ini berjumlah 375 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan oleh Chow.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tidak ada pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga (ρ=0,989 > α=0,05); (2) ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur sekolah (ρ=0,045 < α=0,05); (3) ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari bakat kewirausahaan (ρ=0,020 < α=0,05).

(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF EDUCATION AND TRAINING IMPLEMENTATION ON THE EMOTIONAL INTELLIGENCE OF ENTREPRENEURSHIP

VIEWED FROM FAMILY CULTURE, SCHOOL CULTURE, AND ENTREPRENEURSHIP TALENT

A survey: The third graders of the vocational high school major in automotive mechanical engineering in Sleman Regency, Province of Daerah Istimewa

Yogyakarta

Monika Esti Widyaningsih Universitas Sanata Dharma

2007

The research was intended to know whether or not: (1) there was any positive influence of the education and training implementation on the emotional intelligence of entrepreneurship viewed from the family culture; (2) there was any positive influence of the education and training implementation on the emotional intelligence of entrepreneurship viewed from the school culture; (3) there was any positive influence of the education and training implementation on the emotional intelligence of entrepreneurship viewed from the entrepreneurship talent.

This research was conducted on six vocational high schools major in automotive mechanical engineering in Sleman Regency, from November to December 2006. The population of this research was the third grade students of the vocational high school major in automotive mechanical engineering in Sleman Regency, the province of Daerah Istimewa Yogyakarta. The samples consisting 375 students were gained by purposive sampling. The data was gained by questionnaire. Moreover, the data was analyzed using multiple regression model developed by Chow.

The results showed: (1) there was no influence of education and training implementation on the emotional intelligence of entrepreneurship viewed from the family culture (ρ=0,989 > α=0,05); (2) there was a positive effect of education and training implementation on the emotional intelligence of entrepreneurship viewed from the school culture (ρ=0,045 < α=0,05); (3) there was a positive effect of education and training implementation on the emotional intelligence of entrepreneurship viewed from the entrepreneurship talent (ρ=0,020 < α=0,05).

(3)
(4)

SKRIPSI

PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL BERWIRAUSAHA

DITINJAU DARI KULTUR KELUARGA, KULTUR SEKOLAH, DAN

BAKAT KEWIRAUSAHAAN

Survei: Siswa-siswi pada 6 SMK Jurusan Teknik Mekanik Otomotif di Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Oleh:

Monika Esti Widyaningsih NIM: 021334089

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I,

L. Saptono, S.Pd., M.Si Tanggal 01 Maret 2007

Pembimbing II,

ii

(5)

SKRIPSI

PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL BERWIRAUSAHA

DITINJAU DARI KULTUR KELUARGA, KULTUR SEKOLAH, DAN

BAKAT KEWIRAUSAHAAN

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Monika Esti Widyaningsih

NIM: 021334089

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 04 April 2007 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua Drs. Sutarjo Adisusilo J.R. ...

Sekretaris S. Widanarto P., S.Pd., M.Si. ...

Anggota L. Saptono, S.Pd., M.Si. ...

Anggota A. Heri Nogroho S.Pd. ...

Anggota E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A. ...

Yogyakarta, 04 April 2007

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D.

(6)

M O T T O

“…..berbahagialah hai kamu yang sekarang lapar, karena kamu akan

dipuaskan; berbahagialah hai kamu yang sekarang ini menangis,

karena kamu akan tertawa…….”

(Luk 6:21)

..mintalah maka akan diberikan

kepadamu; carilah maka kamu akan

mendapat; ketoklah maka pintu akan

dibukakan bagimu….”

(Mat 7:7)

….sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman;

itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil

pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri…..”

(Efe 2:8-9)

“...sesungguhnya, Allah telah mendengar, Ia telah memperhatikan doa yang kuucapkan. Terpujilah Allah, yang tidak menolak doaku dan tidak menjauhkan kasih setia-Nya dari Padaku....”

(Maz 66:19-20)

“Setapak demi setapak tlah kulewati tanpa arah yang pasti, kerikil tajam setia

menunggu langkah kaki, keberadaannya tak bermaksud tuk melukai,

kegagalan-kegagalan sering kualami, namun lebih baik mencoba gagal daripada tidak

mencoba sama sekali”

(Monikz)

(7)

P E R S E M B A H A N

Karya kecil ini kupersembahkan untuk:

Cintaku Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menuntun dan

menyertaiku serta malaikat Pelindungku yang senantiasa menjagaku..

Kedua orang tuaku....Bapak Tc. Pitoyo Winarto dan Ibu Th. Sutirah yang

tlah memberikan doa, cinta, dan curahan kasih sayang serta dorongan

material dan spiritual...

Kakakku....Mba’ Heni dan Kak Herru yang tlah dukung dan suport aku...

Ponakanku...Rini, Dika dan Cahyo yang tlah memberi semangat bagiku...

Bagiku mereka semua merupakan harta terbesar dalam hidupku...

Kasih sayang, cinta kasih, kesabaran, ketulusan dan pengorbanan mereka

tak akan kulupa....

Almamaterku....

(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 04 April 2007

Penulis

Monika Esti Widyaningsih

(9)

ABSTRAK

PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL BERWIRAUSAHA DITINJAU

DARI KULTUR KELUARGA, KULTUR SEKOLAH, DAN BAKAT KEWIRAUSAHAAN

Survei: Siswa-siswi Kelas Tiga SMK Jurusan Teknik Mekanik Otomotif di Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Monika Esti Widyaningsih Universitas Sanata Dharma

2007

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah: (1) ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga; (2) ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur sekolah; (3) ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari bakat kewirausahaan.

Penelitian ini dilaksanakan di 6 SMK jurusan teknik mekanik otomotif di Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan November sampai dengan Desember 2006. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas tiga SMK jurusan teknik mekanik otomotif di Kabupaten Sleman. Sampel penelitian ini berjumlah 375 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan oleh Chow.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tidak ada pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga (ρ=0,989 > α=0,05); (2) ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur sekolah (ρ=0,045 < α=0,05); (3) ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari bakat kewirausahaan (ρ=0,020 < α=0,05).

(10)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF EDUCATION AND TRAINING IMPLEMENTATION ON THE EMOTIONAL INTELLIGENCE OF ENTREPRENEURSHIP

VIEWED FROM FAMILY CULTURE, SCHOOL CULTURE, AND ENTREPRENEURSHIP TALENT

A survey: The third graders of the vocational high school major in automotive mechanical engineering in Sleman Regency, Province of Daerah Istimewa

Yogyakarta

Monika Esti Widyaningsih Universitas Sanata Dharma

2007

The research was intended to know whether or not: (1) there was any positive influence of the education and training implementation on the emotional intelligence of entrepreneurship viewed from the family culture; (2) there was any positive influence of the education and training implementation on the emotional intelligence of entrepreneurship viewed from the school culture; (3) there was any positive influence of the education and training implementation on the emotional intelligence of entrepreneurship viewed from the entrepreneurship talent.

This research was conducted on six vocational high schools major in automotive mechanical engineering in Sleman Regency, from November to December 2006. The population of this research was the third grade students of the vocational high school major in automotive mechanical engineering in Sleman Regency, the province of Daerah Istimewa Yogyakarta. The samples consisting 375 students were gained by purposive sampling. The data was gained by questionnaire. Moreover, the data was analyzed using multiple regression model developed by Chow.

The results showed: (1) there was no influence of education and training implementation on the emotional intelligence of entrepreneurship viewed from the family culture (ρ=0,989 > α=0,05); (2) there was a positive effect of education and training implementation on the emotional intelligence of entrepreneurship viewed from the school culture (ρ=0,045 < α=0,05); (3) there was a positive effect of education and training implementation on the emotional intelligence of entrepreneurship viewed from the entrepreneurship talent (ρ=0,020 < α=0,05).

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kasih dan karunia, yang berlimpah yang telah diberikan oleh Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Terhadap Kecerdasan Emosional

Berwirausaha Ditinjau dari Kultur Keluarga, Kultur Sekolah, dan Bakat

Kewirausahaan”. Survei terhadap siswa-siswa kelas tiga SMK Jurusan Teknik Mekanik Otomotif di Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan akhir mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan, semangat, dan doa dari berbagai pihak yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas rahmat dan karunia yang telah diberikan.

2. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo J.R, selaku Ketua Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakata.

5. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar dan meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan saran, serta pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai.

6. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yag telah memberikan pengarahan, bimbingan, serta saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

(12)

7. Ibu E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A. selsku dosen tamu yang telah memberikan saran dan pengarahan dalam skripsi ini.

8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mencurahkan ilmunya dengan sepenuh hati hati sehingga berguna untuk masa yang akan datang. 9. Mba’ Aris dan Pak Wawi yang telah melayani dan membantu selama

menjalankan pendidikan di Univeritas Sanata Dharma Yogyakarta.

10.Bapak Kepala SMK Piri Sleman, SMK Kanisius Pakem, SMK Muhammadiyah Pakem, SMK Muhammadiyah Tempel, SMK Muhammadiyah Sleman, dan SMK YPPN Sleman yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian. Terima kasih banyak atas izin dan bantuannya.

11.Para Guru, Staf Karyawan, dan siswa-siswa kelas tiga Jurusan Teknik Mekanik Otomotif Tahun ajaran 2006/2007 di enam SMK di Kabupaten Sleman Yogyakarta.

12.Bapak dan Ibu tercinta, Mba’ Heni dan Kak Herru, ponakan-ponakan (Rini, Dika dan Cahyo....hayo belajar yang rajin...) serta seluruh keluargaku yang telah memberikan doa, semangat, perhatian dan kasih sayang, kalian telah menjadi semangat dan penolongku. Terima kasih semua. Luv you mucH.

13.Teman–teman seperjuanganku Bude Dewi (cayo2 bude gemukin badanmu...thankz selama ne dah maw dengerin keluh kesahku), Mba’ Risa (thankz banget ya mba buat saran2na, komputerna, & kostna yang selama ne dah menjadi rumah ke2 buatku, kebaikanmu takkan pernah terlupakan), dan De’ Dika (di dalam tubuh yang endut terdapat nafsu makan yang gedhe...kurusin tuh body lo...). Terima kasih buat doa, semangat, saran, keceriaan, dan kebersamaan kita selama berjuang menempuh hujan dan badai penyusunan skripsi ini.

14.Mas AnTo’ Terima kasih atas waktu, saran, dan bantuannya, sorry ngrepotin terus. Jangan kapok ya...!!!

15.Sahabat-sahabat setiaku JoEwytHa (thankz banget ya De’...dah selalu ada dalam perjalanan hidupku & mwaaph sll ngrepotin dgn sgl masalah2 yang

(13)

kuhadapi...cayo2 raihlah cintamu...), EndRy (thankz ya Mba’...dah cape2 nemenin & thankz bwt persahabatan qta selama ini...cayo selesaikan skripsimu), PuPut (Nduk...belajar yang rajin jangan mikirin cowok dulu yach..), EpHi & KoBo dan si kecil RapHa (kluarga kalian membawa semangat baru bagiku....), WuLaN X-urang (thankz buat doa dan smangatnya...) terimakasih banyak, kehadiran kalian membawa warna baru yang indah dalam hidupku. Luv u aLL.

16.Teman-teman setiaku Aa’DiN, Aa’GiL, AhMad “Jen99ot”, GanDun9 “PoLaiRuD” & Muzt WaWaN (makasih banyak dah mau nemenin nongkrong di warung “MbaH 9auL” buat nyari inspirasi & thankz juga dah jadi sahabat & kakak yang baek buatku...jangan lupain Simbah kita bersama yoH...Viva SimJen9...)

17.Maz En99aL...thankz banget ya maz buat doa dan semangat yang kamu berikan, jarak dan waktu tidak menjadi penghalang...doa2mu menjadikanku lebih kuat.

18.Keluarga Maz PriH & Mba’ MaR trimakasih buat “Rumah Cintanya”, trimakasih juga Keluarga Pakde Ju buat “doa-doanya”.

19.Maz dan Adek-adek sepupuku (Maz Yuzt, Maz Loys, de’BoWo, de’DeNi, de’PaNdu, de’DioN, de’WaTik, de’A9uS, de’FloRi, de’DiMas, de’DiNda, de’WiNdy, de’BaMs, de’WiWid, de’NiNin9, de’PuPut, de’Si9it, de’SaNti, de’RaNi, de’BeRtHa, de’IndRa, de’KaRoLiN) trimakasih buat canda, tawa dan semangat yang kalian berikan.

20.PakDe DeLa, Pak DeDy “PoLice”, Om LuKas “EnDut”, TaNte TuTi “ ToeL-toeL”, Mba’ Ima “BreKeLe”...eh dah di ribonding ya???, Mba’ SPT “Mpok Oneng”, Mba’ Dita “Wonosantun” thankz buat doa dan semangatnya.

21.Teman–teman seangkatanku PAK ’02 ( LiNa “ciplux”, NiNa “kokom”, DiaN “sastro”, PutRi, Muzt BaNu, ToRo, ThoMas, CaNdRa, SaTya, VaLeNt, Si Cat, TiaRa, Tia, MM, SaRi, IvoN, AndRe, UcHi, Lia, DeWi, HeRi, Si9it “frater”.Terima kasih atas kebersamaan dan bantuan kalian semua. Sukses buat kalian semua, cerita kita akan menjadi kisah klasik untuk masa depan.

(14)

22.Teman-teman Mudika St. Ignatius (Om Aguzt “JaiM”, Adit, FebRi, An99a, YoYo, AgNes, PrisMa, NiTa, SiNta, YuSup, Mba’ Ida, Mba’ Wie, Mba’ Etik, Ka2’ YuDi, de’DaVid, MitHa, AleX, VitHa, Maz Theo, WaHyu, YudHa, PetRus, NuRi, Lia, BaYu, AndRi, DiaN, YuLi, DaVid, RatNa_zHo & Mey_zHo) kehadiran, keceriaan, dan suara kalian memberi warna indah dalam perjalanan hidupku.

23.For Someone...somewhere...that made 4 me...I will waiting u....

24.Teman-teman PPL & PPL Plus (BoWo, EtHa, YuLy, FebRi) thankz buat doa dan semangatnya.

25.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih banyak atas bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, sehingga masih perlu dikaji dan dikembangkan secara lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Penulis

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan ... 9

B. Kecerdasan Emosional Berwirausaha ... 18

C. Kultur Keluarga ... 27

D. Kultur Sekolah ... 31

E. Bakat Kewirausahaan ... 35

F. Kerangka Berpikir ... 38

G. Perumusan Hipotesis ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 46

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

(16)

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 47

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 47

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 49

F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen ... 55

G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 55

H. Teknik Analisis Data ... 63

BAB IV ANALISI DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 69

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 88

C. Pengujian Hipotesis ... 89

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 94

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 106

B. Keterbatasan Penelitian ... 107

C. Saran ... 107 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel OperasionalisasiVariabel Pelaksanaan Pendidikan dan

Pelatihan Diklat... 49

Tabel 3.2 Tabel OperasionalisasiVariabel Kecerdasan Emosional Berwirausaha... 50

Tabel 3.3 Tabel OperasionalisasiVariabel Kultur Keluarga ... 51

Tabel 3.4 Tabel OperasionalisasiVariabel Kultur Sekolah ... 52

Tabel 3.5 Tabel OperasionalisasiVariabel Bakat Kewirausahaan ... 53

Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas Variabel Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan... 56

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kecerdasan Emosional Berwirausaha... 57

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kultur Keluarga ... 58

Tabel 3.9 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kultur Sekolah... 58

Tabel 3.10 Hasil Pengujian Validitas Variabel Bakat Kewirausahaan ... 59

Tabel 3.11 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Penelitian ... 62

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ... 69

Tabel 4.2 Pekerjaan Orang Tua Responden ... 70

Tabel 4.3 Deskripsi Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan ... 72

Tabel 4.4 Deskripsi Kecerdasan Emosional Berwirausaha... 73

Tabel 4.5 Deskripsi Kultur Keluarga Pada Dimensi Power Distance... 74

Tabel 4.6 Deskripsi Kultur Keluarga Pada Dimensi Collectivism vs Individualism... 75

Tabel 4.7 Deskripsi Kultur Keluarga Pada Dimensi Masculinity vs Femininity ... 77

Tabel 4.8 Deskripsi Kultur Keluarga Pada Dimensi Uncertainty Avoidance... 78

Tabel 4.9 Deskripsi Kultur Keluarga ... 79

Tabel 4.10 Deskripsi Kultur Sekolah Pada Dimensi Power Distance ... 80

(18)

Tabel 4.11 Deskripsi Kultur Sekolah Pada Dimensi Collectivism vs

Individualism ... 82

Tabel 4.12 Deskripsi Kultur Sekolah Pada Dimensi Masculinity vs Femininity ... 83

Tabel 4.13 Deskripsi Kultur Sekolah Pada Dimensi Uncertainty Avoidance ... 84

Tabel 4.14 Deskripsi Kultur Sekolah ... 85

Tabel 4.15 Deskripsi Bakat Kewirausahaan ... 87

Tabel 4.16 Hasil Pengujian Normalitas ... 88

Tabel 4.17 Hasil Pengujian Linieritas ... 89

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner ... 109

Lampiran 2 Data Induk ... 119

Lampiran 3 Validitas dan Reliabilitas ... 175

Lampiran 4 Normalitas dan Linieritas ... 181

Lampiran 5 Regresi ... 182

Lampiran 6 Distribusi Frekuensi dan Perhitungan Manual ... 189

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian ... 201

Lampiran 8 Tabel Statistik ... 211

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan bangsa membutuhkan sumber daya manusia (SDM)

yang berkualitas. SDM merupakan modal dasar sekaligus kunci bagi

keberhasilan pembangunan. Untuk menciptakan manusia yang berkualitas,

pendidikan mengambil peran penting. Hal ini disebabkan secara umum

penyelenggaraan pendidikan bertujuan menciptakan atau menghasilkan

sumber daya manusia yang mempunyai keterampilan dan keahlian dalam

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan dalam proses

pembangunan bangsa.

Pada masyarakat yang tengah berkembang, pendidikan diposisikan

sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan melalui pemanfaatan

kesempatan kerja yang ada. Hal ini sejalan dengan tujuan akhir program

pendidikan bagi masyarakat pengguna jasa pendidikan yakni mempersiapkan

atau mencetak tenaga kerja yang memiliki kompetensi yang memadai,

berkualitas, dan profesional di bidangnya. Salah satu sektor pendidikan yang

bertujuan mempersiapkan dan mencetak tenaga kerja tingkat menengah adalah

SMK. Istilah SMK sebelum berlakunya kurikulum 2004 digunakan untuk

menyebut istilah Sekolah Teknik Menengah (STM) ataupun Sekolah

Menengah Ekonomi Atas (SMEA). Mengingat ragam SMK cukup banyak,

fokus penelitian ini adalah SMK Jurusan Teknik Mekanik Otomotif.

(21)

Realitas di lapangan menunjukkan bahwa untuk menghasilkan tenaga

kerja yang siap pakai tidaklah mudah. Mutu pendidikan yang kurang

memadai, kurangnya dorongan untuk mengembangkan kemampuan yang

dimiliki, dan masih terbatasnya informasi tentang dunia kerja mengakibatkan

kurangnya relevansi antara keluaran pendidikan dengan keterampilan yang

ada. Hal inilah yang menyebabkan SMK menjadi salah satu penyumbang

pengangguran terdidik diantara jenjang pendidikan lainnya. Menurut catatan

dari Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat pengangguran lulusan Sekolah

Menengah Kejuruan di Indonesia mencapai 1.254.343 orang dan pada

khususnya di Yogyakarta 18.088 orang (BPS, 2004:270).

SMK berperan sebagai lembaga pendidikan seharusnya mampu

mengembangkan kecerdasan emosional dan potensi seseorang agar mampu

menjalankan tugas-tugas hidupnya serta menjadi wirausaha baru yang

berhasil. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan kejuruan, yaitu mendidik

siswa menjadi profesional, berkeahlian, dan terampil untuk menciptakan

lapangan kerja tertentu atau siap pakai untuk mengisi jaringan di masyarakat

industri (Kurikulum SMK 2004:16). Berwirausaha merupakan altenatif profesi

bagi lulusan SMK sebab dari skala kemampuan mereka memiliki bekal

kemampuan yang cukup untuk mengembangkan suatu bidang usaha.

Pengetahuan siswa/lulusan tersebut diperoleh dari sekolah yaitu melalui

pendidikan dan latihan yang ada hubungannya langsung dengan dunia usaha,

misalnya mata pelajaran kewirausahaan dan juga pengalaman kerja melalui

PKL atau praktik industri. Baik atau buruknya pelaksanaan pelatihan dan

(22)

pendidikan tentu saja berdampak pada kecerdasan emosional berwirausaha.

Kecerdasan emosional berwirausaha adalah kemampuan mengenali,

mengekspresikan, dan mengendalikan emosi dalam menerapkan kreatifitas

dan inovasi baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Derajat pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap

tingkat kecerdasan emosional siswa dalam berwirausaha diduga berbeda

antara siswa/ sekolah yang satu dengan lainnya. Perbedaan tersebut antara lain

disebabkan oleh kultur keluarga, kultur sekolah, serta bakat siswa yang

berbeda. Berdasarkan beberapa literatur tentang profil wirausaha sukses

menunjukkan bahwa ada beberapa karakteristik khusus untuk menjadi

wirausaha yang berhasil. Pada kultur lingkungan tertentu (keluarga dan

sekolah) diduga akan mendorong siswa cerdas secara emosional, sementara

pada kultur lingkungan yang lain melemahkan. Hal demikian disebabkan

lingkungan keluarga dan sekolah sangat berperan penting dalam mendorong

siswa untuk berwirausaha. Disamping itu, bakat seseorang untuk melakukan

kegiatan wirausaha diyakini membedakan siswa yang satu dengan yang

lainnya.

Pada kultur keluarga yang bercirikan power distance kecil,

berorientasi individualism, berorientasi masculinity, dan berorientasi

uncertainty avoidance lemahakan tampak dari manifestasi kultur seperti sikap

menghormati secara formal dan mengakui perbedaan, demokratis dalam

keluarga, perbedaan peran orang tua, dan mampu bertoleransi terhadap situasi

yang tidak pasti. Pada kultur keluarga demikian diduga kuat derajat pengaruh

(23)

pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap tingkat kecerdasan emosional

siswa akan lebih tinggi dibandingkan pada kultur keluarga yang bercirikan

power distance besar, berorientasi collectivism, berorientasi femininity, dan

uncertainty avoidance kuat yang tampak dari manifestasi kultur seperti

ketaatan kepada norma keluarga, kesetiaan kepada kelompok, peran wanita

lebih rendah dari pada pria, dan kurang mampu menghadapi situasi yang tidak

pasti, maka derajat pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap

tingkat kecerdasan emosional siswa akan lebih rendah.

Pada kultur sekolah yang mempunyai power distance kecil,

berorientasi individualism, berorientasi masculinity, dan berorientasi

uncertainty avoidance lemah yang tampak dari manifestasi kultur seperti

perlakuan guru terhadap siswa sama, kebebasan mengungkapkan pendapat,

suka berkompetisi, dan kejelasan guru dalam menerangkan materi pelajaran,

maka derajat pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap tingkat

kecerdasan emosional siswa akan lebih tinggi. Sebaliknya, pada kultur sekolah

yang mempunyai power distance besar, berorientasi collectivism, berorientasi

femininity, dan berorientasi uncertainty avoidance kuat yang tampak dari

manifestasi kultur seperti komunikasi satu arah di kelas, kurang berani dalam

mengungkapkan pendapat, mengutamakan kinerja kelompok, dan

menganggap guru selalu benar, maka derajat pengaruh pelaksanaan

pendidikan dan pelatihan terhadap tingkat kecerdasan emosional siswa akan

lebih rendah.

(24)

Bakat kewirausahaan merupakan kemampuan untuk kreatif dan

inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencapai sukses.

Secara lebih konkrit bakat kewirausahaan tampak dari ciri kreatif, berani

menanggung risiko, innovation, bekerja sama dalam kelompok, percaya diri,

independent, mampu menyesuaiakan diri, knowledgeable, versatile, more

carrier oriented and prepared, mampu menganalisis alternatif keputusan,

keterbukaan terhadap kritik, mementingkan hasil pekerjaan, menyukai

kegiatan intelektual, berorientasi pada hasil, mampu bertahan dalam tekanan,

dan mampu mengendalikan aktivitas. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka

diduga kuat bahwa pada siswa yang semakin berbakat derajat pengaruh

pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional siswa

akan lebih tinggi dibandingkan pada siswa yang tidak berbakat berwirausaha.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi faktor yang

menentukan tingkat kecerdasan emosional siswa untuk berwirausaha. Secara

lebih spesifik peneliti ingin menginvestigasi apakah pada kultur sekolah dan

kultur keluarga yang kondusif serta bakat yang berbeda dengan pengaruh

pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional

berbeda. Berdasarkan uraian tersebut dan melihat kenyataan, maka peneliti

tertarik mengambil judul “Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan dan

Pelatihan (Diklat) terhadap Kecerdasan Emosional Berwirausaha

ditinjau dari Kultur Keluarga, Kultur Sekolah, dan Bakat

Kewirausahaan”. Penelitian ini merupakan survei terhadap siswa-siswa kelas

tiga pada enam SMK Jurusan Teknik Mekanik Otomotif di Kabupaten

(25)

Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah menjalankan

pendidikan dan pelatihan (diklat).

B. Batasan Masalah

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional siswa

berwirausaha antara lain pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (diklat), kultur

keluarga, kultur sekolah, dan bakat kewirausahaan. Penelitian ini

memfokuskan pada faktor kecerdasan emosional anak. Secara lebih spesifik

dalam penelitian ini akan menginvestigasi pengaruh pelaksanaan diklat

terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga,

kultur sekolah, dan bakat kewirausahaan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

(diklat) terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur

keluarga?

2. Apakah ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

(diklat) terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur

sekolah?

(26)

3. Apakah ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

(diklat) terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari bakat

kewirausahaan?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dirumuskan tujuan penelitian

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

(diklat) terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur

keluarga.

2. Untuk mengetahui pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

(diklat) terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur

sekolah.

3. Untuk mengetahui pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

(diklat) terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari bakat

kewirausahaan.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Sekolah dan Siswa :

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh sekolah dalam

menghasilkan lulusan yang berkompetensi, kreatif, mandiri, dan

memiliki motivasi untuk berwirausaha.

(27)

b. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan untuk

meningkatkan kecerdasan emosional berwirausaha siswa melalui

pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yang baik.

2. Bagi Penelitian selanjutnya :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar acuan

penelitian-penelitian tentang kecerdasan emosional siswa berwirausaha dan agar

dapat mengembangkan faktor-faktor lainnya.

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kecerdasan

intelektual serta kecerdasan emosional seseorang. Di era globalisasi seperti

sekarang ini, pendidikan dirasa sebagai sarana untuk meningkatkan

kesejahteraan melalui pemanfaatan kesempatan kerja yang ada. Oleh karena

itu banyak orang berlomba-lomba untuk mencapai jenjang pendidikan yang

tinggi.

Mahalnya biaya pendidikan yang mengakibatkan orang tidak dapat

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, akhirnya alternatif yang dipilih

yaitu mereka mencari sekolah yang tidak hanya mengajarkan teori saja tetapi

juga keterampilan. Sekolah menengah kejuruan merupakan alternatif yang

tepat bagi mereka yang tidak mampu melanjutkan ke perguruan tinggi tetapi

mereka juga akan mendapatkan ketrampilan. Sekolah menengah kejuruan juga

merupakan sistem, masukannya adalah siswa-siswi lulusan dari SMP/MTs,

kegiatan pembelajaran merupakan proses sedangkan keluarannya adalah

lulusan SMK yang kompeten.

Sekarang ini tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang

berkompeten dibidangnya dan loyal dengan pekerjaannya tersebut. Oleh

karena itu SMK merupakan tempat yang tepat untuk menciptakan lulusan

(29)

yang kompeten dibidangnya untuk jenjang sekolah menengah. Peserta didik di

SMK proses pembelajarannya mengikuti program pendidikan dan pelatihan

(diklat) dengan acuan kurikulum. Lulusan yang kompeten ini diharapkan

dapat membangun daerahnya masing-masing. Oleh karena itu perlu adanya

pengkajian mengenai perlu tidaknya membuka atau menutup suatu program

keahlian. Hal tersebut dimaksudkan untuk melihat dan menyesuaikan potensi

suatu daerah, agar siswa SMK tersebut kelak merupakan sumber daya manusia

yang dapat berguna untuk membangun daerahnya.

Pengembangan potensi akademis dan kepribadian siswa merupakan

tujuan pembelajaran di sekolah yang dapat meningkatkan kecerdasan

emosional siswa. Peningkatan kecerdasan emosional diharapkan agar mereka

dapat bergabung kedalam dunia kerja yang kompetitif sehingga mereka dapat

mengenali emosinya, mengelola emosi, motivasi diri, dan mengatasi

masalah-masalah yang dihadapi dari waktu ke waktu serta dapat bekerja sama atau

berempati dengan rekan kerjanya atau bawahannya.

1. Pengertian Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

Pelaksanaan pembelajaran/diklat adalah proses kegiatan belajar peserta

didik sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, untuk mencapai

penguasaan kompetensi. Pembelajaran bisa dilaksanakan di sekolah atau di

dunia kerja (Kurikulum SMK, 2004:16). Proses pembelajaran di sekolah

dimaksudkan untuk mengembangkan potensi akademis dan kepribadian

siswa, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sesuai dengan

kebutuhan dan perkembangan dunia kerja. Proses pembelajaran/pelatihan

(30)

di dunia kerja dimaksudkan agar siswa menguasai kompetensi terstandar,

mengembangkan dan menginternalisasi sikap dan nilai profesional sebagai

tenaga kerja yang berkualitas unggul, baik bekerja pada pihak lain maupun

sebagai pekerja mandiri.

2. Tujuan Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

Pelaksanaan pembelajaran/diklat dimaksudkan untuk mengembangkan

potensi akademis dan kepribadian siswa, menguasai kompetensi

terstandar, serta menginternalisasi sikap dan nilai profesional sebagai

tenaga kerja yang berkualitas unggul, sesuai dengan kebutuhan dan

perkembangan dunia kerja (Kurikulum SMK, 2004:16). Kompetensi

lulusan terdiri dari kompetensi umum yang mengacu pada tujuan

pendidikan nasional dan kecakapan hidup generik dan kompetensi

kejuruan yang mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional

Indonesia (Bagian II Kurikulum SMK, 2004:6).

3. Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan

Pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran

berbasis kompetensi dilakukan dengan pengaturan sebagai berikut

(Kurikulum SMK, 2004:19-21):

a. Pembelajaran di Sekolah

Ciri/operasionalisasi pembelajaran di sekolah:

1) Pembelajaran di sekolah meliputi pembelajaran program normatif,

adaptif, dan produktif.

(31)

2) Pembelajaran program produktif ditekankan pada penguasaan

dasar-dasar keahlian yang luas, kuat, mendasar, serta penguasaan

alat dan teknik bekerja yang tepat.

3) Industri dapat dilibatkan dalam proses pembelajaran di SMK

terutama untuk meningkatkan penguasaan peserta terhadap

dasar-dasar keahlian yang benar serta memberikan wawasan tentang

dunia kerja.

4) Keterlaksanaan program di SMK, baik akademis maupun

administratif menjadi tanggung jawab kepala sekolah dengan

koordinasi komite sekolah.

5) Siswa yang berminat untuk bekerja mandiri (berwirausaha), perlu

mendapatkan bimbingan khusus yang memadai dari pihak

sekolah. Siswa yang bersangkutan tidak cukup diberikan

pengetahuan bisnis secara teoritis. Tetapi ia harus dibina dan

dilatih dengan pengalaman berwirausaha atau berbisnis secara

nyata dan bertahap.

6) Bimbingan berwirausaha antara lain mencakup aspek

menganalisis pasar, merencanakan, melaksanakan produksi

(barang dan jasa), memasarkan hasil, mengevaluasi, dan membuat

laporan hasil usaha serta membuka jaringan kerja dengan pihak

lain.

7) Apabila praktik berwirausaha tersebut membutuhkan waktu

pembelajaran yang lebih banyak, maka sekolah dapat

(32)

menyesuaikan jumlah jam yang ada di dalam Struktur Kurikulum

Pendidikan dan Pelatihan, baik program diklat normatif, adaptif,

maupun produktif. Pengaturan tersebut dilakukan secara rasional,

selaras, dan seimbang.

8) Pengalaman berwirausaha dapat dilaksanakan di sekolah melalui

pembukaan kelas wirausaha yang sesuai dengan minat siswa dan

potensi pasar.

b. Pembelajaran di Industri (Dunia Kerja)

Ciri/operasionalisasi pembelajaran di dunia kerja/industri:

1) Peserta diklat yang mengikuti pelatihan di industri adalah

mereka yang memenuhi persyaratan minimal yang telah

ditetapkan, baik pada saat penerimaan maupun pada saat

pemilihan program diklat.

2) Industri dapat melakukan pemilihan peserta dan memberikan

pembekalan kemampuan tambahan, agar benar-benar siap dan

memenuhi standar minimal sesuai dengan persyaratan kerja yang

ada.

3) Kegiatan pelatihan di industri dilaksanakan sesuai dengan

program bersama yang telah disepakati.

4) Kegiatan peserta di industri merupakan kegiatan bekerja

langsung pada pekerjaan yang sesungguhnya, untuk menguasai

kompetensi yang benar dan terstandar, sekaligus

(33)

menginternalisasi sikap dan etos kerja yang positif sesuai dengan

persyaratan tenaga kerja profesional pada bidangnya.

5) Lamanya peserta berada di suatu industri, ditentukan atas dasar

jumlah waktu latihan yang dipersyaratkan untuk menguasai

kompetensi yang akan dipelajarinya. Waktunya berkisar antara 4

bulan sampai dengan 12 bulan.

6) Pelaksanaan pembelajaran di industri dilengkapi dengan

perangkat antara lain: jurnal kegiatan peserta, termasuk daftar

kemajuan hasil belajar peserta; perangkat monitoring; kontrak

kerja/perjanjian peserta (jika diperlukan); asuransi kecelakaan

kerja bagi peserta; lain-lain yang dianggap perlu.

7) Kegiatan pembelajaran berbasis kompetensi dilakukan setelah

penyiapan komponen-komponen/sarana pembelajaran dipastikan

kesiapannya, untuk mengantisipasi terjadinya hambatan dalam

pelaksanaan proses pembelajaran.

Berikut ini adalah tabel silabus pembelajaran di SMK jurusan teknik mekanik

otomotif (Bagian II Kurikulum SMK, 2004:7-9) :

Level

Kualifikasi Kompetensi Sub Kompetensi Pelaksanaan

pemeliha-raan/servis komponen

ƒ Pelaksanaan pemeliharaan/servis komponen

ƒ Identifikasi dan penggunaan pelumas/cairanpemebrsih yang benar

ƒ Pemasangan sistem hidrolik Pemasangan sistem hidrolik

ƒ Pengujian sistem hidrolik Pemeliharaan/service sistem

hidrolik

ƒ Pemeliharan/servis dan pengujian sistem hidrolik

Pemeliharaan/service dan perbaikan kompre-sor udara dan kompo-nen-komponennya

ƒ Pemeliharaan/service dan perbaikan kompresor udara dan komponen - komponennya

ƒ Pelaksanaan prosedur pengelasan Teknisi

Yunior

Melaksanakan prosedur

pengelasan, pematrian, ƒ Pelaksanaan prosedur pematrian

(34)

Level

Kompetensi Sub Kompetensi Kualifikasi

ƒ Pelaksanaan prosedur pemotongan dengan panas pemotongan dengan panas

dan pemanasan

ƒ Pelaksanaan prosedur pemanasan Pembacaan dan pema-haman

gambar teknik

ƒ Membaca dan memahami gambar teknik

Penggunaan dan pemeliharaan alat ukur

ƒ Pengukuran dimensi dan variabel menggunakan perlengkapan yang sesuai

ƒ Mengikuti prosedur pada tempat kerja untuk mengidentifikasi bahaya dan penghindarannya

ƒ Pemeliharaan kebersihan perlengkapan dan area kerja

ƒ Penempatan dan pengidentifikasian jenis pemadam kebakaran,penggunaan dan prosedur pengoperasian ditempat kerja

ƒ Pelaksanaan prosedur darurat

ƒ Menjalankan dasar dasar prosedur keamanan Mengikuti prosedur kesehatan

dan keselamatan kerja

ƒ Pelaksanaan prosedur penyelamatan pertama dan Cardio Pulmonary Resusciation (CPR)

ƒ Memilih dan menggunakan secara aman peralatan tempat kerja

Penggunaan dan peme-liharaan peralatan dan

perlengkapan tempat kerja ƒ Pemeliharaan/servis pada peralatan dan perlengkapan tempat kerja

Pelaksanaan operasi penanganan secara manual

ƒ Mengangkat dan memindahkan meterial/komponen/part

ƒ Mengidentifikasi konstrusksi jenis roda dan sistem pemasangannnya

ƒ Melepas roda-roda

ƒ Pemeriksaan roda dan pemasangannya Melepas, memasang dan

menyetel roda

ƒ Memasang roda

ƒ Membongkar,memasang dan mengganti dan dalam dan luar

ƒ Memeriksa ban dalam dan luar untuk menentukan perbaikan

Pembongkaran, perbai-kan dan pemasangan ban luar dan ban dalam

ƒ Melaksanakan perbaikan ban dalam dan ban luar

ƒ Menguji baterai

ƒ Melepas dan mengganti baterai

ƒ Memelihara/servis dan mengisi baterai Pengujian,

pemelihara-an/servis dan penggan-tian baterai

ƒ Membantu start

ƒ Memelihara,memahami dan menyampaikan informasi tempat kerja

Konstribusi komunikasi di tempat kerja

ƒ Mempertahankan prestasi tempat kerja Pemeliharaan/servis sistem

pendingin dan komponen– komponennya

ƒ Memelihara/servis sistem pendingin dan komponennya

Perbaikan sistem pendi-ngin dan komponen– komponennya

ƒ Memperbaiki sistem pendingin dan komponennya

Pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin

ƒ Memelihara/servis komponen sistem bahan bakar bensin

Pemeliharaan/servis sistem injeksi bahan bakar diesel

ƒ Memelihara/servis sistem dan komponen injeksi bahan bakar diesel

Pemeliharaan/servis unit kopling dan kom-ponen-komponennya sistem pengoperasian

ƒ Memelihara/servis unit kopling dan komponen-komponen sistem pengoperasian

Perbaikan kopling dan komponen– komponenya

ƒ Memperbaiki sistem kopling dan komponennya

Pemeliharaan/servis transmisi manual

ƒ Memperbaiki,melepas dan mengganti transmisi manual dan komponennya

(35)

Level

Kompetensi Sub Kompetensi Kualifikasi

Pemeliharaan/servis poros penggerak roda

ƒ Memelihara/servis poros penggerak roda/drive shaft dan komponen-komponennya

ƒ Merakit dan memasang sistem rem dan komponennya Perakitan dan pema-sangan

sistem rem dan komponen– komponenya

ƒ Menguji sistem rem dan komponennya

Pemeliharaan/servis sistem rem

ƒ Memelihara/servis sistem rem dan komponennya

Pemeriksaan sistem kemudi ƒ Memeriksa dan menguji kondisi sistem/komponen kemudi

Pemeriksaan sistem suspensi ƒ Memelihara/servis sistem suspensi dan atau komponen-komponenya

Perbaikan ringan pada rangkaian/sistem kelistrikan

ƒ Menguji dan mengidentifikasi kesalahan sistem/komponen

ƒ Memasang sistem penerangan dan wiring kelistrikan

ƒ Menguji sistem kelistrikan Pemasangan, pengujian dan

perbaikan sistem penerangan

dan wiring ƒ Memperbaiki sistem kelistrikan Pemasangan keleng-kapan

kelistrikan tambahan (Assesoris)

ƒ Memasang perlengkapan kelistrikan tambahan

Pemeliharaan/servis engine dan kompo-nen–komponennya

ƒ Memelihara/servis engine dan komponen-komponennya

Overhaul komponen sistem pendingin

ƒ Overhaul komponen sistem pendingin

Overhaul kopling dan komponennya

ƒ Overhaul kopling dan komponen-komponennya

Pemeliharaan/servis transmisi otomatis

ƒ Pemeliharaan/servis transmisi otomatis dan atau komponen yang berhubungan

Pemeliharaan/servis unit final drive/gardan

ƒ Memperbaiki unit final drive/gardan dan komponen-komponenya

Perbaikan poros penggerak roda

ƒ Memperbaiki poros penggerak roda/drive shaft dan komponen-komponennya

Perbaikan sistem rem ƒ Memperbaiki melepas dan mengganti sistem rem dan atau komponen lain yang bersangkutan

Overhaul komponen sistem rem

ƒ Overhaul komponen sistem rem dan bagian-bagiannya

Perbaikan sistem kemudi ƒ Memperbaiki membongkar dan mengganti sistem kemudi dan komponennya

Pemeliharaan/servis sistem suspensi

ƒ Memelihara/servis sistem suspensi dan atau komponen-komponennya

Balans roda/ban ƒ Membalans roda

ƒ Memasang sistem pengaman kelistrikan/komponen

ƒ Menguji sistem pengaman kelistrikan/komponen Pemasangan, pengujian dan

perbaikan sistem pengaman

kelistrikan dan komponennya ƒ Memperbaiki sistem pengaman kelistrikan/komponen Perbaikan sistem pengapian ƒ Memperbaiki sistem pengapian dan komponennya Memelihara/servis sistem AC

(Air Conditioner)

ƒ Memelihara/servis sistem AC

Berikut ini adalah struktur kurikulum bidang keahlian teknik mesin program

keahlian teknik mekanik otomotif (Bagian II Kurikulum SMK, 2004:17-18)

NO PROGRAM / MATA DIKLAT DURASI / WAKTU (jam) I PROGRAM NORMATIF:

1 Pendidikan Agama 192

2 Pendidikan Kewarganegaraan dan Sejarah 288

(36)

NO PROGRAM / MATA DIKLAT DURASI / WAKTU (jam)

3 Bahasa Indonesia 192

4 Pendidikan Jasmani dan Olah Raga 288 II PROGRAM ADAPTIF :

1 Matematika 516

2 Bahasa Inggris 440

3 Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) 202

4 Kewirausahaan 192

5 Fisika 192

6 Kimia 192

7 Pengetahuan Dasar Teknik Mesin 240 III PROGRAM PRODUKTIF :

1 Pelaksanaan pemeliharaan/servis komponen 40

2 Pemasangan sistem hidrolik 30

3 Pemeliharaan/service sistem hidrolik 30 4 Pemeliharaan/service dan perbaikan kompresor udara dan

komponen-komponennya

20

5 Melaksanakan prosedur pengelasan, pematrian, pemotongan dengan panas dan pemanasan

80

6 Pembacaan dan pemahaman gambar teknik 60 7 Penggunaan dan pemeliharaan alat ukur 60 8 Mengikuti prosedur kesehatan dan keselamatan kerja 60 9 Penggunaan dan pemeliharaan peralatan dan perlengkapan tempat

kerja

80

10 Pelaksanaan operasi penanganan secara manual 40 11 Melepas, memasang dan menyetel roda 30 12 Pembongkaran, perbaikan dan pemasangan ban luar dan ban dalam 40 13 Pengujian, pemeliharaan/servis dan penggantian baterai 30 14 Konstribusi komunikasi di tempat kerja 18 15 Pemeliharaan/servis sistem pendingin dan komponen – komponennya 40 16 Perbaikan sistem pendingin dan komponen – komponennya 40 17 Pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin 60 18 Pemeliharaan/servis sistem injeksi bahan bakar diesel 60 19 Pemeliharaan/servis unit kopling dan komponen- komponennya sistem

pengoperasian

60

20 Perbaikan kopling dan komponen – komponenya 60 21 Pemeliharaan/servis transmisi manual 60 22 Pemeliharaan/servis poros penggerak roda 40 23 Perakitan dan pemasangan sistem rem dan komponen –

komponennya

60

24 Pemeliharaan/servis sistem rem 60

25 Pemeriksaan sistem kemudi 40

26 Pemeriksaan sistem suspensi 40

27 Perbaikan ringan pada rangkaian/sistem kelistrikan 60 28 Pemasangan, pengujian dan perbaikan sistem penerangan dan wiring 60 29 Pemasangan kelengkapan kelistrikan tambahan ( Assesoris ) 60 30 Pemeliharaan/servis engine dan komponen – komponennya 80 31 Overhaul komponen sistem pendingin 40 32 Overhaul kopling dan komponennya 60 33 Pemeliharaan/servis transmisi otomatis 60 34 Pemeliharaan/servis unit final drive/gardan 60 35 Perbaikan poros penggerak roda 40

36 Perbaikan sistem rem 40

37 Overhaul komponen sistem rem 40

38 Perbaikan sistem kemudi 40

39 Pemeliharaan/servis sistem suspensi 40

40 Balans roda/ban 20

41 Pemasangan, pengujian dan perbaikan sistem pengaman kelistrikan 60

(37)

NO PROGRAM / MATA DIKLAT DURASI / WAKTU (jam) dan komponennya

42 Perbaikan sistem pengapian 60

43 Memelihara/servis sistem AC ( Air Conditioner ) 60

JUMLAH 4970

Keterangan:

1. Durasi pemelajaran per jam @ 45 menit.

2. Praktek kerja di Industri dilaksanakan selama 4 sampai dengan 12 bulan, menggunakan alokasi waktu pemelajaran produktif.

B. Kecerdasaan Emosional Berwirausaha

1. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan yang dimiliki seseorang bermacam-macam seperti

kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, dan juga kecerdasan

emosional. Kecerdasan emosional sangat dibutuhkan bagi manusia,

karena seringnya berhubungan dengan orang lain atau sebagai makhluk

sosial. Adanya hubungan dengan orang lain maka kecerdasaan emosional

mencakup kemampuan membedakan dan menanggapi dengan tepat

suasana hati, temperamen, motivasi, serta hasrat keinginan diri sendiri dan

orang lain (Agus Efendi, 2005:170).

Emosi pada dasarnya adalah suatu perasaan dan pikiran-pikiran

khasnya, suatu keadaan biologi dan psikologi, serta serangkaian

kecenderungan untuk bertindak (Agus Efendi, 2005:176). Orang yang

dapat mengenali dan mengelola emosi berarti menuju ke arah kebaikan

dan hal tersebut dapat diterapkan untuk mulai merintis menjadi seorang

wirausahawan.

(38)

Menurut Reuven Bar-On (http://www.psikoutama.com/id/

service13.php), kecerdasan emosi didefinisikan sebagai mata rantai

keahlian, kompetensi, dan kemampuan non-cognitive yang mempengaruhi

keberhasilan seseorang dalam menghadapi tuntutan dan tekanan

lingkungannya. Kecerdasan emosional (Emotional Intelligence) adalah

kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi. Termasuk

didalamnya kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain

disekitarnya (http://www.sekolahindonesia.com/). Seseorang yang

mempunyai kecerdasaan emosional yang tinggi dapat membangun relasi

sosial dalam lingkungan keluarga, kantor, bisnis, maupun sosial.

Menurut Daniel Goleman (2004:45), kecerdasan emosional adalah

kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan

bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak

melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar

beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati, dan

berdoa. Salovey dan Mayer (Shapiro, 1997:8) juga mendefinisikan

kecerdasan emosional sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial

yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri

sendiri maupun orang lain, memilah-milah semuanya, dan menggunakan

informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.

Kecerdasan emosional menurut Ge Mozaik (Juni 2005) adalah

kemampuan untuk mengenali, mengekspresikan dan mengendalikan

emosi, baik emosi dirinya sendiri maupun emosi orang lain, dengan

(39)

tindakan konstruktif, yang mempromosikan kerjasama sebagai tim yang

mengacu pada produktivitas dan bukan pada konflik

(http://www.ganeca.blogspirit.com/archive/2005/06/23/ge_mozaik_juni_2

005_pentingnya_pendidikan_kecerdasan_emos.html). Senada dengan Ge

Mozaik, Cooper dan Sawaf mengatakan bahwa kecerdasan emosional

adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif

menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan

pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menutut penilikan perasaan,

untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain,

serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan cara efektif energi emosi

dalam kehidupan sehari-hari (http://ahmadchoironudin.blogspot.com/

2004_12_10_ahmadchoironudin).

Menurut Agus Efendi (2005:171), kecerdasan emosional adalah

kemampuan mengenali perasaan diri kita sendiri dan perasaan orang lain,

kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi

dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain.

Kecerdasan emosional juga merupakan komponen yang membuat

seseorang menjadi pintar menggunakan emosi (Howes dan Herald,

http://ahmadchoironudin.blogspot.com/2004_12_10_ahmadchoironudin).

2. Kewirausahaan

Di Indonesia ada pemikiran bahwa berwirausaha adalah milik etnis

keturunan tertentu seperti etnis keturunan cina yang sukses dengan

bisnisnya, keturunan india dengan kainnya, keturunan arab dengan usaha

(40)

mebelnya. Namun sekarang ini tampaknya tidak demikian, siapapun bisa

menjadi seorang wirausahawan. Sekarang ini kewirausahaan merupakan

disiplin ilmu yang dapat dipelajari dan diajarkan.

Sebelum istilah wirausaha sepopuler seperti sekarang ini, dulu

sering kita dengar istilah wiraswasta. Menurut Budi Santoso

(http://www.webpost.net/as/asmatweb/apotret.htm), kata "wiraswasta"

berasal dari Wira yang berarti utama, gagah, berani, luhur, teladan atau

pejuang. Swa berarti sendiri dan Sta berarti berdiri. Jadi wiraswasta

(entrepreneur) berarti pejuang yang utama, gagah, luhur, berani dan layak

menjadi teladan dalam bidang usaha dengan landasan berdiri diatas kaki

sendiri.

Kewirausahaan adalah kesatuan terpadu dari semangat, nilai-nilai

dan prinsip serta sikap, kuat, seni, dan tindakan nyata yang sangat perlu,

tepat dan unggul dalam menangani dan mengembangkan perusahaan atau

kegiatan lain yang mengarah pada pelayanan terbaik kepada langganan

dan pihak-pihak lain yang berkepentingan termasuk masyarakat, bangsa

dan negara (http://www.webpost.net/as/asmatweb/apotret.htm).

Menurut Zimmerer (Suryana, 2003:10) kewirausahaan adalah

penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan upaya

untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari. Pendapat tersebut

sejalan dengan pendapat Suryana (2003:1) bahwa kewirausahaan diartikan

sebagai kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan

sumber daya untuk mencapai peluang untuk menuju sukses. Proses kreatif

(41)

dan inovatif biasanya diawali dengan memunculkan ide-ide dan pemikiran

baru untuk menciptakan yang baru dan berbeda.

Menurut Geoffrey G. Meredith yang dikutip oleh Suryana

(2003:13-14), bahwa ciri-ciri utama kewirausahaan dapat dilihat dari

watak dan perilakunya, yaitu percaya diri, berorientasi pada tugas dan

hasil, pengambil risiko dan suka tantangan, kepemimpinan, keorisinilan,

dan berorientasi ke masa depan.

Kreativitas oleh Zimmerer (Suryana, 2003:23-24) adalah

“Sometimes creativity involves generating something from nothing. However, creativity is more likely to result in collaborating on the present, in putting old things together in new ways, or in taking something simple or better”.

Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa:

a. Kreatifitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada.

b. Hasil kerja sama masa kini untuk memperbaiki masa lalu dengan cara

yang baru.

c. Menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih

baik.

3. Kecerdasan Emosional Berwirausaha

Berdasarkan pengertian kecerdasan emosional dan kewirausahaan

diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional berwirausaha

adalah kemampuan mengenali, mengekspresikan, dan mengendalikan

emosi dalam menerapkan kreatifitas dan inovasi baik bagi dirinya sendiri

maupun orang lain.

(42)

4. Dimensi Kecerdasan Emosional Berwirausaha

Dimensi kecerdasan emosional berwirausaha mempunyai 5 (lima)

komponen dasar (http://www.ganeca.blogspirit.com/archive/2005/06/23/

ge_mozaik_juni_2005_pentingnya_pendidikan_kecerdasan_emos.html)

yaitu :

a. Self-awareness (pengenalan diri)

Mampu mengenali emosi diri dan penyebab dari pemicu emosi

tersebut. Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan

itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional.

b. Self-regulation (penguasaan diri)

Seseorang yang mempunyai pengenalan diri yang baik dapat lebih

terkontrol dalam membuat tindakan agar lebih hati-hati. Penguasaan

diri berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan

tepat. Hal ini merupakan kecakapan yang sangat tergantung pada

kesadaran diri.

c. Self-motivation (motivasi diri)

Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui

hal-hal sebagai berikut: 1) cara mengendalikan dorongan hati; 2) derajat

kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang; 3)

kekuatan berpikir positif; 4) optimisme; 5) keadaan flow (mengikuti

aliran). Ketika sesuatu berjalan tidak sesuai dengan rencana, seseorang

yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi tidak akan bertanya

(43)

“Apa yang salah dengan saya atau kita?” Sebaliknya, ia bertanya “Apa

yang dapat kita lakukan agar kita dapat memperbaiki masalah ini?”.

d. Emphaty (empati)

Kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain dan merasakan apa

yang orang lain rasakan jika dirinya sendiri yang berada pada posisi

tersebut. Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan

pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka

dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain.

Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan

emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati

perasaan orang lain.

e. Social Skill (ketrampilan sosial)

Dengan adanya 4 kemampuan tersebut, seseorang dapat berkomunikasi

dengan orang lain secara efektif. Kemampuan untuk memecahkan

masalah bersama-sama lebih ditekankan dan bukan pada konfrontasi

yang tidak penting yang sebenarnya dapat dihindari. Orang yang

mempunyai kemampuan intelegensia emosional yang tinggi

mempunyai tujuan konstruktif dalam pikirannya. Membina hubungan

dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung

keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki

keterampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan

sosial.

(44)

Unsur-unsur kurikulum yang dapat dicakup kecerdasan emosional adalah

(Agus Efendi, 2005:203-204):

1) Kesadaran diri: a) Pengetahuan diri; b) Mengamati diri sendiri; c)

Mengenali perasaan sendiri; d) Menghimpun kosakata perasaan; e)

Menerima diri sendiri; f) Mengenali hubungan antara gagasan,

perasaan, dan reaksi; g) Mengenali hubungan antara diri, lingkungan,

dan Tuhan.

2) Pengambilan keputusan pribadi: a) Mencermati tindakan diri sendiri

dan akibat-akibatnya; b) Mengetahui apa yang menguasai sebuah

keputusan, pikiran, dan perasaan.

3) Pengelolaan perasaan: a) Memahami apa yang ada dibalik perasaan;

b) Cara menangani kecemasaan, amarah, dan kesedihan; c) Tanggung

jawab keputusan dan tindakan; d) Tindak lanjut kesepakatan.

4) Motivasi: a) Memotivasi diri sendiri; b) Memotivasi orang lain.

5) Menangani stres: a) Pentingnya olah raga; b) Refleksi terarah; c)

Relaksasi.

6) Kemampuan bergaul: a) Empati; b) Memahami perasaan orang lain;

c) Menerima sudut pandang orang lain; d) Menghargai perbedaan

pendapat; e) Komunikasi; f) Membina hubungan dengan orang lain;

g) cara mengungkapkan perasaan yang baik; h) Menjadi pendengar

yang baik; i) Bertanya yang baik; j) Ketegasan; k) Membedakan

antara apa yang dikatakan dan penilaian kita atasnya; l) Kerja sama;

(45)

m) Dinamika kelompok; n) Konflik dan pengelolaannya; o)

Tanggung jawab pribadi; p) Membuka diri; q) Menerima diri sendiri;

r) Merundingkan kompromi.

Tujuh (7) kiat meningkatkan kecerdasan emosional, yaitu

(http://www.glorianet.org/lowongan/tips_35.html):

1) Mengenali emosi diri

Keterampilan ini meliputi kemampuan seseorang untuk

mengidentifikasi apa yang sesungguhnya ia rasakan. Setiap kali

suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, seseorang harus dapat

menangkap pesan apa yang ingin disampaikan.

2) Melepaskan emosi negatif

Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

memahami dampak dari emosi negatif terhadap dirinya sendiri.

3) Mengolah emosi diri sendiri

Kemampuan untuk mengendalikan dan mengelola emosi.

4) Memotivasi diri sendiri

Keterampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja

yang tinggi dalam segala bidang.

(46)

5) Mengenali emosi orang lain

Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti.

Keterampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan

manusia secara efektif.

6) Mengelola emosi orang lain

Keterampilan mengelola emosi orang lain merupakan kemampuan

yang dahsyat jika seseorang bisa mengoptimalkannya.

7) Memotivasi orang lain

Keterampilan memotivasi orang lain adalah bentuk lain dari

keterampilan kepemimpinan yaitu kemampuan menginspirasi,

memotivasi, dan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan

bersama.

C. Kultur Keluarga

1. Pengertian Kultur

Kultur atau kata lainnya budaya berasal dari ilmu antropologi.

Kultur merupakan keunikan sekelompok masyarakat dibandingkan

sekelompok masyarakat lainnya; bertahannya perilaku masyarakat dari

satu generasi ke generasi berikutnya (Kotter dan Heskett, 1992:3-4).

Kultur juga dapat didefinisikan sebagai:

“the totally of socially transmitted behavior pattern, arts, beliefs, institusions, and all other product of human work and thought characteristics of the community or population”.

(47)

Sejak kecil seorang yang tinggal dalam suatu lingkungan akan

mempelajari kultur di mana ia tinggal. Kultur mengajarkan cara pandang,

pola pikir, dan perasaan yang benar ketika menghadapi masalah yang

dihadapi.

Kultur menurut Hofstede (1995:5) adalah

“… a collective phenomenon, because it is at least partly shared with people who live or lived within the same social environment, which is there it was learned. It is the collective programming of the mind which distinguishes the members of the one group or category of people from another”

Menurut Sugiarto (http://www.waspada.co.id/serba_serbi/

pendidikan), kultur merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh

suatu kelompok masyarakat yang mencakup cara berpikir, perilaku, sikap,

nilai yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak. Cakupan

unsur kultur tersebut selanjutnya membedakan anggota kelompok satu

dengan yang lain (Hofstede, 1994:4). Karenanya Hofstede (1994:4)

menyebutkan kultur sebagai “software of the mind”. Kultur sebagai

bentuk pemrograman mental secara kolektif, kultur cenderung sulit

berubah. Perubahan bersifat evolutif atau perlahan-lahan. Hal ini

disebabkan bukan semata-mata karena kultur tersebut telah menjadi bagian

dari diri para anggota kelompok, tetapi kultur telah terkristalisasi ke dalam

lembaga yang mereka bangun.

2. Pengertian dan Dimensi Kultur Keluarga

Kultur keluarga adalah kebiasaan-kebiasaan dan kebudayaan

keluarga akan menjadi pola pikir tersendiri yang digunakan sebagai dasar

seseorang bertindak dan mengambil keputusan. Kultur sebagai bentuk

(48)

pemrograman mental secara kolektif suatu kelompok cenderung sulit

berubah. Jikalau pun berubah, maka perubahan akan berlangsung secara

evolutif. Hal ini disebabkan bukan semata-mata karena kultur tersebut

telah menjadi bagian dari diri anggota para kelompok, tetapi kultur telah

terkristalisasi ke dalam lembaga yang mereka bangun.

Substansi perbedaan kultur antar kelompok akan lebih tampak pada

praktik kultur daripada nilai-nilai (Hofstede, 1994:5). Perbedaan kultur

antar kelompok tersebut dapat dianalisis pada tingkatan unit atau bahkan

sub-sub unit dalam suatu organisasi (Hofstede, 1994:181-182). Kultur

dapat diklasifikasikan ke dalam 6 (enam) tingkatan atau lapisan (layers)

yaitu: (1) a national level, (2) a regional level etc, (3) agender level, (4) a

generation level, (5) a social class level, dan (6) an organization or

corporate level (Hofstede, 1994:10). Pada tingkat nasional, kultur dapat

dikenali berdasarkan dimensi yang mencakup: power distance (from small

to large), collectivism versus individualism, femininity versus masculinity,

dan uncertainty avoidance (from weak to strong) (Hofstede, 1994:14).

Dimensi power distance (jarak kekuasaan) merupakan tingkat

dalam nama kekuasaan anggota dalam institusi didistribusikan secara

berbeda. Dimensi individualism (individualisme) menggambarkan suatu

masyarakat di mana pertalian antar individu cenderung menghilang

(artinya: individu cenderung memikirkan dirinya sendiri dan setelahnya

orang lain). Sedangkan dimensi collectivism (kolektivisme) menunjukkan

suatu kondisi kelompok dalam mana individu-individu sejak lahir

(49)

diintegrasikan secara kuat sehingga mereka menjadi sangat loyal terhadap

kelompok tersebut. Dimensi masculinity (maskulinitas) menunjukkan

suatu kelompok di mana peran sosial gender terhadap perbedaan yang

jelas. Sementara, dimensi femininity menunjukan suatu kelompok dimana

peran sosial gender terhadap perbedaan tidak jelas. Dimensi uncertainty

avoidance (ketidakpastian) menunjukan suatu kelompok masyarakat

dimana individu-individu akan merasa terancam dalam suatu kondisi

ketidakpastian (ketidaktahuan situasi).

Elemen-elemen masyarakat sebagaimana diklasifikasikan Hofstede

(1994:28) mencakup: keluarga, sekolah, dan komunitas (organisasi)

tempat seseorang melaksanakan aktivitasnya. Pada tingkat keluarga,

dimensi power distance (jarak kekuasaan) mencakup indikator antara lain:

ketaatan kepada norma keluarga, menghormati orang tua dan yang lebih

tua sebagai dasar kebaikan, otoritas orang tua berpengaruh terus menerus

sepanjang hidup, dan ketergantungan. Dimensi collectivism versus

individualism mencakup indikator antara lain: demokrasi dalam keluarga,

kesetiaan kepada kelompok adalah sumber daya bersama, mampu

mengelola keuangan, tidak wajib mengikuti perayaan/pesta dalam

keluarga, merasa bersalah jika melanggar peraturan, dan keluarga menjadi

tempat bersatunya anggota keluarga. Dimensi femininity versus

masculinity mencakup indikator antara lain: relasi anak dan orang tua ada

jarak, perbedaan peran orang tua, peran wanita yang lebih rendah dari pria,

dan belajar bersama menjadi rendah hati. Sedangkan dimensi uncertainty

Gambar

Tabel 3.1 Tabel Operasionalisasi
Tabel 3.2 Tabel Operasionalisasi
Tabel 3.3 Tabel Operasionalisasi
Tabel 3.4 Tabel Operasionalisasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 5.3 Grafik perbandingan Nilai correct, FA dan FR terhadap threshold untuk Contour Matching pada Metro

[r]

Dalam proses akusisi citra tidak dibatasi oleh resolusi kamera yang ada pada smartphone. Citra yang akan diambil merupakan hasil deteksi pola plat menggunakan

Sedangkan masyarakat atau Lembaga Swadaya “Masyarakat” yang tumbuh secara swadaya, atas kehendak dan keinginannya sendiri, di tengah masyarakat dan berminat serta bergerak

1. Formulir Permohonan Penggunaan Arsip; 2. Tata tertib pelayanan arsip di unit pengolah dan di unit kearsipan. Penggunaan arsip dilaksanakan sesuai dengan sistem

Sistem penjualan tiket pesawat berbasis web ini pengembangannya difokuskan pada permasalahan web database dan web desain yang mempunyai tujuan untuk

IV.1.1 Manfaat Sosial Neto dari “Economic Rent” dan “Excess Payment” Manfaat sosial neto dari rente ekonomi (economic rent) dihitung berdasarkan nilai output dari

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah kualitas layanan yang diberikan oleh Rumah Sakit X masih dirasa kurang memuaskan bagi