ABSTRAK
STUDI DESKRIPTIF KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI PADA PESERTA DIDIK KELAS IV D SD PANGUDI LUHUR
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN2012/2013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
USULAN TOPIK – TOPIK BIMBINGAN PRIBADI – SOSIAL Caecilia Tika Ningtyas
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2013
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang studi deskripsi kemampuan mengelola emosi pada peserta didik kelas IV dan V SD Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi – sosial. Subjek penelitian ini adalah 143 peserta didik.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner Kemampuan Mengelola Emosi. Kuesioner yang disusun terdiri dari 52 item berdasarkan 5 aspek kemampuan mengelola emosi menurut Papalia (2008:486-487), yaitu: (1) menyadari bahwa tidak semua ungkapan emosi dapat diterima oleh kelompok sosial, (2) mengatur ekspresi emosional dalam situasi sosial, (3) merespon reaksi emosional orang lain, (4) memverbalisasi emosi yang saling bertentangan, dan (5) berperilaku prososial. Pengukuran validitas dan reliabilitas menggunakan program SPSS 16.0 for Window dan teknik analisis data yang digunakan adalah kategori tingkat kemampuan mengelola emosi berdasarkan penilaian Azwar. Kategori tingkat
kemampuan mengelola emosi digolongkan menjadi lima, yaitu: “Sangat Tinggi”, “Tinggi”, “Sedang”, “Rendah”, dan “Sangat Rendah”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan mengelola emosi para peserta didik kelas IV dan V di SD Pangudi Luhur Yogyakarta masuk dalam kategori tinggi. Hal ini dapat diketahui bahwa peserta didik yang memiliki
kemampuan mengelola emosi:”sangat tinggi” 34 %, “tinggi” 54 %, “sedang” 11%, dan “rendah” 1 %. Berdasarkan hasil uji butir item ditemukan bahwa
terdapat 6 butir item yang masuk dalam kategori rendah. Item tersebut yaitu:
“Ketika saya diejek teman, saya menceritakan kekecewaan saya kepada orangtua atau guru”, “Saat saya merasa sakit hati dengan perkataan teman, saya balas
mengejeknya”, “Saya belum berani mengakui kesalahan, meskipun telah dinasihati oleh guru atau orang tua”, ”Saya menghilangkan kebiasaan mengejek teman, setelah melihat teman lain dimarahi oleh guru”, ”Ketika saya merasa
cemas, saya berbohong”, ”Saya tetap mengingat teman yang pernah mengejek
ABSTRACT
A DESCRIPTIVE STUDY ON THE ABILITY TO MANAGE EMOTIONS OF THE FOURTH AND FIFTH GRADE STUDENTS AT SD PANGUDI
LUHUR YOGYAKARTA IN 2012/2013 ACADEMIC YEAR AND ITS
IMPLICATIONS TO THE SUGGESTED TOPICS OF PERSONAL AND SOCIAL GUIDANCE
Caecilia Tika Ningtyas
Sanata Dharma University Yogyakarta
2013
This research aims to obtain data about the description of the ability to manage emotions of the fourth and fifth grade students at SD Pangudi Luhur
Yogyakarta in 2012/2013 academic year and its implications for the suggested topics of personal and social guidance. The subject in this research is 143 students. This study is a descriptive research. The data collection in this research is using a questionnaire of ability to manage emotions which consists of 52 items based on 5 aspects of the ability to manage emotions according to Papalia (2008:486-487), namely: (1) recognizing that not all expressions of emotion can be accepted by social groups, (2) setting the emotional expression in social circumstances, (3) responding to others’ emotional reaction, (4) verbalizing conflicting emotions (5) behaving pro-socially. The measurement of validity and reliabilities is using SPSS 16.0 for Window program and the technique of data analysis used is the category of the ability level to manage emotions based on Azwar. There are five levels in managing the emotions, namely: “very high”, “high”, “moderate”, “low”, and “very low”.
STUDI DESKRIPTIF KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI
PADA PESERTA DIDIK KELAS IV DAN V
SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2012/2013
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN
TOPIK
–
TOPIK BIMBINGAN PRIBADI
–
SOSIAL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Caecilia Tika Ningtyas 091114016
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2012/2013
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN
TOPIK
–
TOPIK BIMBINGAN PRIBADI
–
SOSIAL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Caecilia Tika Ningtyas 091114016
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk :
Kemuliaan Tuhan Yang Maha Besar
Kedua orang tuaku Bpk. F.X Sukamto dan Ibu V.Suyati
Adikku tercinta Laurentius Wahyu Irawan
Keluarga Besar dan Sanak saudara
Para sahabat dan Teman-teman
Keluarga besar prodi BK Sanata Dharma
v
MOTTO
Tuhan takkan terlambat
Juga tak akan lebih cepat semuanya
Dia jadikan indah pada waktuNya....
Ada saatnya, kita berhenti sejenak. Melihat ke belakang,
dan bersyukur. (Hitam-putih Trans TV)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Oktober 2013
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Caecilia Tika Ningtyas
Nomor Mahasiswa : 091114016
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
STUDI DESKRIPTIF KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI PADA PESERTA DIDIK KELAS IV DAN V SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK – TOPIK BIMBINGAN PRIBADI – SOSIAL
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 28 Oktober 2013
Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
STUDI DESKRIPTIF KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI PADA PESERTA DIDIK KELAS IV D SD PANGUDI LUHUR
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN2012/2013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
USULAN TOPIK – TOPIK BIMBINGAN PRIBADI – SOSIAL Caecilia Tika Ningtyas
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2013
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang deskripsi kemampuan mengelola emosi pada peserta didik kelas IV dan V SD Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi – sosial. Subjek penelitian ini adalah 143 peserta didik.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner Kemampuan Mengelola Emosi. Kuesioner yang disusun terdiri dari 52 item berdasarkan 5 aspek kemampuan mengelola emosi menurut Papalia (2008:486-487), yaitu: (1) menyadari bahwa tidak semua ungkapan emosi dapat diterima oleh kelompok sosial, (2) mengatur ekspresi emosional dalam situasi sosial, (3) merespon reaksi emosional orang lain, (4) memverbalisasi emosi yang saling bertentangan, dan (5) berperilaku prososial. Pengukuran validitas dan reliabilitas menggunakan program SPSS 16.0 for Window dan teknik analisis data yang digunakan adalah kategori tingkat kemampuan mengelola emosi berdasarkan penilaian Azwar. Kategori tingkat kemampuan mengelola emosi digolongkan menjadi lima, yaitu: “Sangat Tinggi”,
“Tinggi”, “Sedang”, “Rendah”, dan “Sangat Rendah”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan mengelola emosi para peserta didik kelas IV dan V di SD Pangudi Luhur Yogyakarta masuk dalam kategori tinggi. Hal ini dapat diketahui bahwa peserta didik yang memiliki kemampuan mengelola emosi:”sangat tinggi” 34 %, “tinggi” 54 %, “sedang”
11%, dan “rendah” 1 %. Berdasarkan hasil uji butir item ditemukan bahwa terdapat 6 butir item yang masuk dalam kategori rendah. Item tersebut yaitu:
ix
ABSTRACT
A DESCRIPTIVE STUDY ON THE ABILITY TO MANAGE EMOTIONS OF THE FOURTH AND FIFTH GRADE STUDENTS AT SD PANGUDI
LUHUR YOGYAKARTA IN 2012/2013 ACADEMIC YEAR
AND ITS IMPLICATIONS TO THE SUGGESTED TOPICS OF PERSONAL AND SOCIAL GUIDANCE
Caecilia Tika Ningtyas
Sanata Dharma University Yogyakarta
2013
This research aims to obtain data about the description of the ability to manage emotions of the fourth and fifth grade students at SD Pangudi Luhur
Yogyakarta in 2012/2013 academic year and its implications for the suggested topics of personal and social guidance. The subject in this research is 143 students.
This study is a descriptive research. The data collection in this research is using a questionnaire of ability to manage emotions which consists of 52 items based on 5 aspects of the ability to manage emotions according to Papalia (2008:486-487), namely: (1) recognizing that not all expressions of emotion can be accepted by social groups, (2) setting the emotional expression in social circumstances, (3) responding to others’ emotional reaction, (4) verbalizing conflicting emotions (5) behaving pro-socially. The measurement of validity and reliabilities is using SPSS 16.0 for Window program and the technique of data analysis used is the category of the ability level to manage emotions based on Azwar. There are five levels in managing the emotions,
namely: “very high”, “high”, “moderate”, “low”, and “very low”.
The result of the study shows that the ability to manage emotions of the fourth and fifth grade students at SD Pangudi Luhur Yogyakarta belongs to the high category. This can be indicated that 34% students belong to “very high” category, 54% students belong to “high” category, 11% students belong to
“moderate” category, and 1% students belong to “low” category. Based on the result, it is found that there are 6 items belong to the low category. These
items are: “When I were abused by friends, I told it to my parents or
teachers”, “When I were offended by friends’ saying, I would avenge them”, “I
didn’t dare to confess my mistakes, although my teachers or parents already advised me”, “I kicked the habit of mocking friends, after seeing other friends
scolded by teacher”, “When I feltrestless, I lied”, “I still remember friends who
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia,
penyertaan dan bimbinganNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak dukungan, bimbingan dan
doa demi kelancaran dan terselesainya skripsi ini dengan judul Studi Deskriptif
Kemampuan Mengelola Emosi Pada Peserta Didik Kelas IV dan V SD Pangudi
Luhur Yogyakarta dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan
Pribadi – Sosial. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si, selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan
memberikan kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.
2. A. Setyandari, S.Pd.,S.Psi., Psi.,M.A, selaku Wakaprodi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan
memberikan kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.
3. Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd., M.A, selaku dosen pembimbing skripsi
yang dengan kemurahan hati dan kesabaran telah membimbing penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Gendon Barus, M.Si, dan Dra. Retno Priyani, M.Si selaku dosen
penguji yang telah memberikan usul dan saran untuk penyempurnaan
xi
5. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling yang
telah mendampingi penulis selama perkuliahan dan membekali penulis
dengan berbagai ilmu pengetahuan yang telah diberikan.
6. Br. Pilipus Sukiran, FIC, selaku Koordinator SD Pangudi Luhur
Yogyakarta, tahun ajaran 2012/2013 yang telah menerima dan
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan pengambilan data
penelitian.
7. B.Ulli Prima, S.Psi selaku guru BK SD Pangudi Luhur Yogyakarta yang
dengan ikhlas dan sabar meluangkan waktu dan mendampingi penulis
dalam proses pengambilan data.
8. Para peserta didik kelas IV dan V SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun
ajaran 2012/2013 yang telah meluangkan waktu dan bersedia mengisi
kuesioner dengan baik.
9. Kedua orangtuaku F.X Sukamto dan V. Suyati yang selalu setia dengan
cinta dan kasih sayangnya untuk mendukung, memberikan perhatian, dan
mendoakan penulis, khususnya selama mennyelesaikan skrispsi ini dengan
baik.
10.Laurentius Wahyu Irawan, adikku tercinta yang telah mendukung dan
mendampingi penulis.
11. Philippus Aditya Nugroho yang telah memberikan dukungan, doa dan
xii
12.Para sahabat Sinta, Prima, Nasa, Lilyn, Anna, Siska dan Vita yang telah
mendukung penulis dengan baik.
13.Floren, Satya Edy Nugroho, Alit Pidegso yang dengan sabar membantu
penulis untuk saling belajar bersama menginput dan mengolah data
penelitian.
14. Yulia Dwi Susanti yang telah membantu dan menemani penulis dalam
proses pengumpulan data penelitian di sekolah.
15. Fransiska Wening, Suster Maura dan Andreas Rian yang telah membantu
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan meminjamkan referensi
buku.
16. Teman-teman Mitra Perpustakaan: Ester Yanti, Mengty, Chandra, Amiko,
Odil, Rani, Lana, Keket, Rea dan Merry yang telah mendukung dan
membantu penulis selama proses penyelesaian skripsi dengan baik.
17. Keluarga besar Program Studi Bimbingan dan Konseling, USD khususnya
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN MOTTO... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii
ABSTRAK... viii
ABSTRACT... ix
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI... xiii
DAFTAR TABEL... xvi
DAFTAR GAMBAR... xvii
DAFTAR LAMPIRAN... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian... 6
E. Definisi Operasional... 7
BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Mengelola Emosi 1. Pengertian Emosi... 8
2. Karakteristik Perkembangan Emosi Peserta Didik... 9
3. Kemampuan Emosi... 14
xiv
5. Aspek-Aspek Kemampuan Mengelola Emosi Peserta
Didik... 19
B. Perkembangan Peserta Didik Kelas IV dan V 1. Pengertian Peserta Didik Kelas IV dan V... 22
2. Ciri-Ciri Peserta Didik Kelas IV dan V... 22
3. Tugas Perkembangan Peserta Didik Kelas IV dan V... 23
C. Bimbingan Pribadi – Sosial 1. Pengertian Bimbingan Pribadi – Sosial... 28
2. Tujuan Bimbingan Pribadi – Sosial... 29
3. Peran Guru BK di Sekolah Dasar... 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 33
B. Subyek Penelitian... 33
C. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner... 34
2. Format Pernyataan Skala... 35
3. Penentuan Skor... 36
4. Kisi-Kisi Item... 36
D. Uji Coba alat 1. Validitas... 38
2. Reliabilitas... 42
E. Prosedur Pengumpulan Data 1. Persiapan dan Pelaksanaan... 45
2. Pengumpulan Data... 46
F. Teknik Analisis Data... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tingkat Kemampuan Mengelola Emosi... 51
2. Hasil Skor Item Kemampuan Mengelola Emosi... 53
B. Pembahasan Hasil Penelitian
xv
Kelas IV dan V... 56
2. Item-Item Kemampuan Mengelola Emosi... 61
C. Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi – Sosial... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan... 69
B. Saran... 70
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Rincian Daftar Subyek Penelitian kelas IV dan V... 34
Tabel 2 Kisi-Kisi Kuesioner Uji Coba Kemampuan Mengelola Emosi... 37
Tabel 3 Rincian Daftar Subjek Uji Coba Penelitian Kelas IV dan V... 39
Tabel 4 Item-Item yang Valid dan Tidak Valid... 41
Tabel 5 Kriteria Guilford... 43
Tabel 6 Kuesioner Penelitian Kemampuan Mengelola Emosi... 44
Tabel 7 Norma Kategorisasi Karakter Subyek Penelitian... 47
Tabel 8 Kategorisasi Kemampuan Mengelola Emosi... 48
Tabel 9 Norma Kategorisasi Skor Item... 49
Tabel 10 Kategorisasi Skor Item Kemampuan Mengelola Emosi... 50
Tabel 11 Kategori Kemampuan Mengelola Emosi... 51
Tabel 12 Kategori Skor Item Kemampuan Mengelola Emosi... 53
Tabel 13 Item-item Kemampuan Mengelola Emosi yang Tergolong Sedang... 55
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Histogram Tingkat Kemampuan Mengelola Emosi... 52
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Izin Permohonan Penelitian... 74
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian... 75
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kemampuan Mengelola Emosi... 76
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian Kemampuan Mengelola Emosi... 84
Lampiran 5 Tabulasi Data Penelitian Kemampuan Mengelola Emosi... 89
1
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini dipaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia pernah merasa senang, gembira, bahagia, sedih,
kecewa, marah, jengkel, sebel, khawatir, malu, takut. Perasaan tersebut
adalah emosi yang sering dialami dan dirasakan dalam kehidupan
sehari-hari. Emosi tersebut sangat dekat dengan kehidupan manusia dan dapat
mempengaruhi perilaku manusia. Saat senang, seseorang bisa sangat
bersemangat, percaya diri, dan berani. Sebaliknya, saat sedih seseorang
bisa menjadi malas, tidak bergairah, marah-marah tanpa sebab dan tidak
bisa berkonsentrasi.
Menurut Yusuf (Juantika, 2011:34) emosi merupakan warna yang
menyertai setiap keadaan atau perilaku seseorang. Menurut James and
Lange (Juantika, 2011:34) emosi yang timbul berpengaruh pada perubahan
jasmani atau kegiatan individu. Misalnya, menangis karena sedih atau
tertawa karena bahagia. Seseorang bisa merasakan emosi yang sedang
dialami tetapi tidak jarang mereka mengalami kebingungan atau kesulitan
bagaimana mengelola emosinya. Hal ini juga dialami oleh anak-anak,
Peserta didik dapat dengan mudah menunjukkan ekspresi marah,
jengkel, takut, khawatir, cemas, cemburu, riang, senang dan bahagia
melalui perilaku atau ekspresi wajah kepada orang dewasa yang ada di
sekitar mereka. Peserta didik biasanya menunjukkan ekspresi positif
dengan beragam cara yang membuat orang dewasa yang ada di sekitarnya
merasa bangga atau senang. Namun, tidak jarang emosi negatif yang
mereka rasakan, diekspresikan dengan perilaku-perilaku yang
menyimpang, seperti: memukul, mengumpat, mendorong, dan sebagainya.
Berdasarkan observasi dan pengalaman peneliti saat menjalankan
PPL di SD, ditemukan beberapa kasus ekspresi emosi peserta didik yang
kurang tepat seperti: pertama karena bertengkar pembicaraan, maka
seorang anak memukul temannya, sehingga membuat temannya menangis.
Kasus kedua, yaitu sekelompok anak membuat keributan di kelas dengan
bernyanyi sambil memukul meja karena mereka merasa senang. Kasus
ketiga, seorang anak yang saling mengejek di kelas karena merasa sakit
hati dengan ucapan teman.
Berdasarkan kasus-kasus di atas dapat digambarkan bahwa pada
masa kanak-kanak akhir, peserta didik masih perlu belajar untuk
mengelola emosi, baik emosi positif maupun negatif secara tepat dan baik.
hal ini terlihat dari, peserta didik masih sulit untuk mengendalikan apa
yang sedang mereka rasakan melalui perilaku, sehingga tidak jarang
ditemukan bahwa saat seorang peserta didik sedang marah terhadap
saat seorang anak merasa senang dengan apa yang didapatkan dari
teman-temannya, ia akan menunjukkan melalui perilaku atau ucapan yang tepat
lainnya.
Beberapa contoh perilaku yang kurang tepat tersebut, lambat laun
akan mengganggu hubungan sosial antara peserta didik dengan teman
bermainnya, sehingga dapat menimbulkan permasalahan baru dengan
orang lain yang ada di sekitar hidupnya. Apabila hubungan sosial ini
terganggu, maka akan mempengaruhi pelaksanaan tugas perkembangan.
Namun, hubungan sosial peserta didik dengan temannya tidak akan
terganggu, jika mereka mampu belajar untuk mengelola emosinya dengan
baik sesuai dengan kemampuan dan perkembangan pada tahap
kanak-kanak akhir.
Namun, dalam prosesnya peserta didik kadangkala mengalami
kesulitan untuk belajar mengelola emosi yang dapat diterima oleh orang
lain. Oleh sebab itu, untuk membantu peserta didik dalam mengelola
emosi dengan baik, butuh adanya kerjasama dengan guru dan stake holder
sekolah. Hal ini dikarenakan, pada saat di sekolah peserta didik adalah
tanggung jawab sekolah untuk membantu mereka mempelajari dan
mengembangkan kemampuan-kemampuan yang mendukung
perkembangan seperti, kemampuan mengelola emosi. Sebaliknya, pada
saat di rumah, peserta didik adalah tanggung jawab orangtua untuk
melanjutkan pendampingan, sehingga dibutuhkan kerjasama dan
Menurut Salovey dan Mayer (Goleman, 2006:58) mengelola emosi
adalah salah satu aspek dari kecerdasan emosional. Secara umum
kemampuan mengelola emosi meliputi: kemampuan menghibur diri
sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan,
mampu bangkit dengan cepat dari perasaan itu, dan akibat-akibat yang
timbul karena gagalnya dalam melakukan keterampilan dasar. Papalia
dalam bukunya (2008:486-487) juga menyebutkan bahwa peserta didik
pada tahap kanak-kanak akhir, juga memiliki kemampuan mengelola
emosi seperti: kemampuan menyadari bahwa tidak semua ungkapan emosi
dapat diterima oleh kelompok sosial, mampu mengatur ekspresi emosional
dalam situasi sosial, mampu merespon reaksi emosional orang lain,
mampu memverbalisasi emosi yang saling bertentangan dan berperilaku
prososial. Oleh karena itu, peserta didik pada tahap kanak-kanak akhir
perlu dikembangkan kemampuan mengelola emosi untuk
menyeimbangkan hubungan pribadi dan sosialnya, agar lebih siap
memasuki tahap perkembangan berikutnya.
Berdasarkan uraian penjelasan tersebut, maka perlu diteliti tentang
tingkat kemampuan mengelola emosi pada peserta didik kelas IV dan V
untuk melihat sejauh mana tingkat kemampuan peserta didik dalam
mengelola emosi maka diambil judul ”Studi Deskriptif kemampuan
mengelola emosi pada peserta didik kelas IV - VI dan implikasinya
terhadap usulan topik bimbingan pribadi - sosial”. Penelitian ini,
mendukung layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar, sehingga
para peserta didik dapat terbantu dalam mengembangkan kemampuan
mengelola emosi, baik dalam lingkungan sekolah maupun di lingkungan
masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan pokok dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
1. Seberapa tinggikah kemampuan mengelola emosi pada peserta
didik kelas IV dan V di SD Pangudi Luhur Yogyakarta?
2. Berdasarkan hasil analisis butir-butir instrumen kemampuan
peserta didik dalam mengelola emosi, topik-topik bimbingan
apakah yang implikatif diusulkan untuk lebih mengembangkan dan
memelihara kemampuan mengelola emosi pada peserta didik kelas
IV dan V SD Pangudi Luhur, Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan tingkat kemampuan mengelola emosi pada
peserta didik kelas IV dan V SD Pangudi Luhur Yogyakarta.
2. Mengidentifikasi butir-butir instrumen kemampuan mengelola
Yogyakarta, yang terindikasi rendah, untuk penyusunan topik-topik
bimbingan pribadi – sosial yang implikatif.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat disumbangkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini memberikan penjelasan tentang tingkat
kemampuan mengelola emosi khususnya pada peserta didik kelas
IV dan V di SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Selain itu, penelitian
ini juga memberikan pengetahuan kepada mahasiswa atau guru BK
di SD tentang perkembangan, ciri-ciri dan faktor-faktor yang
mendukung kemampuan peserta didik dalam mengelola emosi,
sehingga dapat membantu perkembangan peserta didik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru Pembimbing
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru
Bimbingan dan Konseling untuk pengembangan program
Bimbingan dan Konseling, khususnya pada topik-topik
bimbingan yang berkaitan dengan emosi di Sekolah Dasar.
b. Bagi Peserta didik
Peserta didik akan mendapatkan layanan bimbingan
pribadi – sosial yang relevan tentang kemampuan
c. Bagi Peneliti
Peneliti mendapatkan kesempatan untuk melakukan
penelitian dan belajar mengetahui bagaimana tingkat
kemampuan mengelola emosi pada peserta didik kelas IV
dan V. Peneliti juga belajar secara ilmiah mengenai
bimbingan pribadi - sosial dan penyusunan topik-topik
bimbingan yang relevan untuk peserta didik kelas IV dan V.
d. Bagi peneliti lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dan
bekal kajian bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian
yang relevan dengan tema penelitian ini.
E. Definisi Operasional
1. Mengelola emosi adalah kemampuan untuk peka terhadap
perasaannya sendiri dan orang lain, menyadari bahwa tidak semua
ungkapan emosi dapat diterima oleh kelompok sosial, mengatur
ekspresi emosi, merespon reaksi emosional orang lain,
memverbalisasi emosi yang saling bertentangan, dan berperilaku
prososial .
2. Bimbingan pribadi – sosial merupakan bimbingan untuk membantu
para individu dalam mengembangkan dirinya dan membantu
8
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini diuraikan kajian teoritis yang melandasi kerangka konseptual
penelitian ini. Kerangka konseptual penelitian ini antara lain: pengertian emosi,
kemampuan emosi, kemampuan mengelola emosi, peserta didik kelas IV dan V
dan bimbingan pribadi – sosial.
A. Kemampuan Mengelola Emosi 1. Pengertian emosi
Kata emosi berasal dari bahasa Perancis, emouvoir yang berarti
“ kegembiraan”. Emosi juga berasal dari bahasa latin emovere, dari e-
(varian eks) yang berarti “luar” dan movere yang berari “bergerak”.
Menurut JP Du Preez (Muhammad, 2011:12), emosi adalah reaksi
tubuh dalam menghadapi situasi konkrit tertentu. Arti lain juga
menjelaskan bahwa emosi adalah hasil reaksi kognitif terhadap situasi
spesifik dan emosi juga merupakan hasil proses persepsi terhadap
situasi.
Pengertian lain juga dalam Oxford English Dictionary yang
mendefinisikan emosi sebagai “setiap kegiatan atau pergolakan
pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau
meluap-luap, Goleman (2006:411). Emosi adalah perasaan intens yang
reaksi terhadap seseorang atau kejadian, Muhammad (2011:10). Emosi
dapat ditunjukkan ketika: merasa senang mengenai sesuatu, marah
kepada seseorang, atau takut terhadap sesuatu.
Emosi manusia jika dilihat dari dampak yang ditimbulkan
terdiri dari dua yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif
memberi dampak yang menyenangkan dan menenangkan sedangkan
emosi negatif memberi dampak yang tidak menyenangkan dan
menyusahkan. Macam-macam dari emosi positif seperti: tenang,
santai, rileks, gembira, lucu, dan senang. Macam-macam dari emosi
negatif seperti: sedih, kecewa, putus asa, marah, dendam, tidak
berdaya, depresi, frustasi dan cemburu.
Berikutnya, akan dijabarkan tentang karakteristik
perkembangan emosi peserta didik yang sedang memasuki tahap
perkembangan kanak-kanak akhir, sehingga dapat diketahui berbagai
jenis emosi dan ciri-ciri emosi.
2. Karakteristik perkembangan emosi peserta didik kelas IV dan V
Menurut Yususf (2008:167-169) beberapa jenis emosi yang
berkembang pada peserta didik pada masa sekolah atau tahap
kanak-kanak akhir secara umum, yaitu:
a. Senang, yaitu perasaan yang nyaman, karena terpenuhi
keinginannya. Kondisi yang melahirkan perasaan gembira pada
dan minum), sehat, memperoleh kasih sayang dan memiliki
kesempatan untuk bermain.
b. Ingin tahu, yaitu perasaan ingin mengenal, mengetahui segala
sesuatu atau objek-objek, baik yang bersifat fisik maupun nonfisik.
Keinginan ini ditandai dengan pertanyaan yang diajukan anak,
seperti: Mengapa perlu saling memaafkan? Mengapa tidak boleh
berbohong?.
c. Marah, yaitu perasaan tidak senang atau benci baik terhadap orang
lain, diri sendiri, atau objek tertentu yang diwujudkan dalam
bentuk verbal (kata-kata kasar/makian/sumpah serapah), atau
nonverbal (mencubit, memukul, menendang, dan merusak).
Perasaan marah ini merupakan reaksi terhadap frustasi yang
dialaminya, yaitu perasaan kecewa karena ada hambatan terhadap
pemenuhan keinginannya. Sumber perasaan marah bisa berasal
dari diri sendiri (seperti ketidakmampuan dan kelemahan/kecacatan
diri), atau orang lain (orangtua, saudara, guru, dan teman sebaya).
d. Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang dianggap
membahayakan. Rasa takut terhadap sesuatu berlangsung melalui
tahapan: (1) mula-mula tidak takut, karena peserta didik belum bisa
melihat kemungkinan bahaya yang terdapat dalam objek, (2)
timbul rasa takut setelah mengenal adanya bahaya dan (3) rasa
takut bisa hilang kembali setelah mengetahui cara-cara menghindar
e. Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan, yang tidak ada
obyeknya. Kecemasan ini muncul dari situasi-situasi yang
dikhayalkan, berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari
orangtua, buku bacaan. Contohnya, perasaan takut berada di dalam
kamar sendiri.
Emosi-emosi tersebut tidak hanya mempengaruhi hubungan
sosial tetapi juga dapat mempengaruhi tingkah laku peserta didik
dalam belajar. Pernyataan tersebut dijelaskan oleh Yusuf bahwa:
“Emosi yang positif seperti perasaan senang, bergairah, semangat atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca buku, aktif dalam berdiskusi, mengerjakan tugas, dan disiplin dalam belajar. Sebaliknya, emosi negatif seperti perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses belajar akan mengalami hambatan, dalam arti peserta didik tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar, sehingga kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan dalam belajarnya” Yusuf (2008:181-182).
Berdasarkan kondisi tersebut, dapat dikatakan bahwa pengaruh
emosi negatif juga akan berdampak tidak hanya pada hubungan
sosial, tetapi pada proses belajar di kelas. Hal utama yang juga
perlu diketahui adalah bagaimana ciri-ciri perkembangan emosi
pada peserta didik tahap kanak-kanak akhir. Berikut ini akan
dijabarkan ciri-ciri perkembangan emosi para peserta didik secara
Menurut Izzaty (2008:112-113) ciri-ciri emosi pada kanak-kanak
akhir adalah sebagai berikut:
a. Emosi peserta didik berlangsung relatif lebih singkat (sebentar).
Emosi pada peserta didik berlangsung secara singkat dan tiba-tiba.
Hal ini dikarenakan emosi peserta didik menampakkan dirinya di
dalam kegiatan atau gerakan yang nampak, sehingga
menghasilkan emosi yang singkat/pendek.
b. Emosi peserta didik kuat atau hebat.
Ciri emosi ini akan tampak pada peserta didik ketika mereka
sedang takut, marah, atau sedang bersenda gurau. Pada situasi
tersebut mereka akan tampak marah sekali, takut sekali, atau
tertawa terbahak-bahak, meskipun kemudian akan cepat hilang.
c. Emosi peserta didik mudah berubah.
Peserta didik akan mudah berubah emosinya. Misalnya, seorang
peserta didik yang baru saja menangis akan berubah menjadi
tertawa dalam waktu singkat.
d. Emosi peserta didik nampak berulang-ulang.
Emosi peserta didik yang nampak berulang-ulang dikarenakan
mereka sedang dalam proses perkembangan emosi, dimana
mereka harus mengadakan penyesuaian terhadap situasi di luar
e. Respon emosi peserta didik berbeda-beda.
Respon emosi peserta didik dapat berbeda-beda. Hal ini
dipengaruhi oleh pengamatan terhadap peserta didik dengan
berbagai tingkat usia yang menunjukkan berbagai respon emosi.
Pada awalnya pola respon emosi peserta didik akan sama. Namun,
setelah mengalami pengalaman belajar dari lingkungan, maka
akan membentuk tingkah laku yang akan mempengaruhi respon
emosi peserta didik.
f. Emosi peserta didik dapat diketahui atau dideteksi dari gejala
tingkah lakunya.
Kadangkala peserta didik tidak memperlihatkan reaksi emosi yang
nampak dan langsung, namun emosi dapat diketahui dari tingkah
lakunya yaitu melamun, gelisah, sering menangis, dsb.
g. Emosi peserta didik mengalami perubahan dalam kekuatannya.
Suatu ketika emosi peserta didik akan kuat, kemudian akan
berkurang. Emosi yang lain mula-mula lemah, kemudian berubah
menjadi kuat. Misalnya: seorang peserta didik memperlihatkan
rasa malu-malu di tempat yang masih asing, kemudian ketika ia
sudah tidak merasa asing lagi maka rasa malunya akan berkurang
3. Kemampuan Emosi
Salovey memperluas tentang definisi dasar tentang kecerdasan
emosional seraya memperluas kemampuan emosi menjadi lima
wilayah utama yaitu: mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi
diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan,
(Goleman: 2006, 58-59).
a. Mengenali emosi, yaitu kemampuan untuk memantau perasaan dari
waktu ke waktu bagi pemahaman diri dan kemampuan mengenali
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Seseorang mampu
mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang
tinggi atas perasaan yang sesungguhnya kemudian mengambil
keputusan secara tepat.
b. Mengelola emosi, yaitu kemampuan untuk menguasai perasaannya
sendiri agar perasaan tersebut dapat diungkap secara tepat. Orang
yang tidak mampu mengelola emosinya akan terus menyesali
kegagalannya, sedangkan mereka yang mampu mengelola emosi
akan segera mampu bangkit dari kegagalan.
c. Memotivasi diri sendiri, yaitu kemampuan untuk mengendalikan
diri dan menahan diri terhadap kepuasaan sesaat untuk tujuan yang
lebih besar dan lebih menguntungkan.
d. Mengenali emosi orang lain, yaitu kemampuan untuk menangkap
sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi dan mengisyaratkan apa yang
e. Membina hubungan, yaitu kemampuan seseorang untuk
membentuk hubungan, membina kedekatan hubungan,
menyakinkan, mempengaruhi, dan membuat orang lain merasa
nyaman, serta dapat menjadi pendengar yang baik.
Selanjutnya, menurut Juantika (2011:33) aspek emosional dari
suatu perilaku, pada umumnya selalu melibatkan tiga variabel yaitu:
rangsangan yang menimbulkan emosi (the stimulus variable), perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi bila mengalami emosi (the organismic variable), dan pola sambutan ekspresi atas terjadinya pengalaman emosional itu (the response variable).
Berdasarkan kemampuan emosi yang telah dijabarkan oleh
Salovey (Goleman, 2006:27), peneliti berpendapat bahwa keempat
kemampuan emosi yang lain juga perlu dikembangkan oleh peserta didik,
khususnya kelas IV dan V. Namun, dalam penelitian ini, peneliti akan
memfokuskan pada kemampuan mengelola emosi. Hal ini dikarenakan,
melihat ciri-ciri emosi peserta didik kelas IV dan V seperti:emosi yang
mudah berubah, respon emosi berbeda-beda, emosi nampak
berulang-ulang, emosinya kuat dan hebat, dan sebagainya sehingga peserta didik
perlu belajar mengelola emosinya, karena jika peserta didik mengalami
kesulitan maka akan menghambat hubungan sosialnya, sedangkan apabila
mereka telah mampu mengelola emosi maka akan membantu dalam
4. Kemampuan mengelola emosi
Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan individu
dalam menangani perasaan, agar terungkap dengan tepat atau selaras,
sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menurut
Aristoteles ia berpendapat bahwa:
“ Mengelola emosi adalah menyelaraskan antara perasaan
dan lingkungan. Apabila emosi terlampau ditekan, maka akan tercipta kebosanan dan jarak; bila emosi tak dikendalikan, terlampau ekstrem dan terus-menerus, emosi akan menjadi sumber penyakit, seperti depresi berat, cemas berlebihan, amarah yang meluap-luap.” (Goleman, 2006:77)
Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan seseorang
untuk mengendalikan emosi yang berlebih sehingga menjadi
seimbang. Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan untuk
menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau
ketersinggungan, mampu bangkit dengan cepat dari perasaan itu dan
akibat-akibat yang timbul karena gagalnya keterampilan dasar. Tujuan
dari mengelola emosi adalah keseimbangan emosi bukan menekan
emosi, karena setiap emosi memiliki nilai dan makna.
Selain itu, indikator kemampuan mengelola emosi menurut
Yusuf & Juantika (2009:240) adalah kemampuan untuk bersikap
toleran terhadap frustasi, mampu mengendalikan marah secara lebih
baik, dapat mengendalikan prilaku agresif yang merusak diri sendiri
dan orang lain, memiliki perasaan yang positif tentang diri sendiri dan
orang lain, memiliki kemampuan untuk mengatasi stres, dan dapat
Menurut Goleman (1999:130-151), mengelola emosi meliputi
kemampuan untuk mengendalikan emosi diri, memiliki sifat dapat
dipercaya dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.
1. Mengendalikan emosi diri, yaitu menjaga agar emosi dan penyebab
yang merusak tetap terkendali. Orang yang mampu mengendalikan
emosi diri dimampukan untuk:
a. Mengelola dengan baik emosi-emosi yang menekan.
b. Tetap teguh, bersikap positif meskipun dalam situasi yang
berat
c. Mampu berpikir jernih dan tetap fokus kendati dalam keadaan
tertekan.
2. Sifat dapat dipercaya, yaitu menunjukkan integritas dan sikap
bertanggung jawab dalam mengelola diri sendiri. Orang yang dapat
dipercaya mampu untuk:
a. Bertindak menurut etika dalam masyarakat.
b. Tidak pernah mempermalukan orang lain.
c. Berani mengakui kesalahan sendiri dan menegur perbuatan
yang tidak dapat diterima.
d. Berpegang pada prinsip secara teguh walaupun akibatnya
adalah menjadi tidak disukai.
e. Membangun kepercayaan dengan sikap apa adanya dan jujur.
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan
a. Mampu menangani perubahan dan tantangan. Orang yang
memiliki adabtabilitas yang tinggi berarti mampu luwes
memandang sesuatu.
b. Memiliki prioritas dan mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Menurut Goleman (2006:404) ciri-ciri orang yang dapat
mengelola emosi antara lain:
1. Toleransi yang lebih tinggi terhadap frustasi dan pengelolaan
amarah.
2. Berkurangnya ejekan verbal, perkelahian, dan gangguan di ruang
kelas.
3. Lebih mampu mengungkapkan amarah dengan tepat, tanpa
berkelahi.
4. Berkurangnya larangan masuk sementara dan skorsing.
5. Berkurangnya perilaku agresif atau merusak diri sendiri.
6. Perasaan yang lebih positif tentang diri sendiri, sekolah dan
keluarga.
7. Berkurangnya kesepian dan kecemasan dalam pergaulan.
Berikutnya, peneliti akan menjabarkan secara lebih rinci
aspek-aspek dalam mengelola emosi untuk peserta didik pada masa
5. Aspek-aspek kemampuan mengelola emosi pada peserta didik
Papalia (2008:486-487) dan Hurlock (2005:227) menyebutkan
aspek kemampuan mengelola emosi khususnya untuk peserta didik
kelas (IV dan V) yang sedang berada pada tahap perkembangan
kanak-kanak akhir yaitu:
a. Peka terhadap perasaan sendiri dan orang lain.
Peserta didik belajar untuk peka terhadap emosi yang sedang
dialami dan emosi yang sedang dialami oleh orang lain di
kehidupan sehari-hari. Hal ini akan membantu peserta didik untuk
belajar dan mengetahui reaksi-reaksi emosi yang dapat diterima
ataupun tidak dapat diterima dari kelompok sosial.
b. Menyadari bahwa tidak semua ungkapan emosi dapat diterima oleh
kelompok sosial/orang lain.
Meningkatnya usia peserta didik, membuat mereka belajar dan
menyadari bahwa ungkapan emosi kegembiraan atau kesedihan
hendaknya diungkapkan dalam bentuk yang dapat diterima secara
sosial di mana mereka tinggal. Misalnya, peserta didik tahu bahwa
mengejek teman saat merasa marah adalah perbuatan yang tidak
baik.
c. Mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial.
Meningkatnya usia peserta didik, maka semua emosi diekspresikan
lebih lunak karena mereka harus mempelajari reaksi orang lain
berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya.
Misalkan, emosi takut atau cemburu akan jarang tampak
dibandingkan apabila reaksi sosial yang mereka terima
menyenangkan. Contoh lainnya saat peserta didik merasa gembira,
maka peserta didik belajar mengekspresikan kegembiraan dalam
pola yang dapat diterima secara sosial, Hurlock (2005:212 & 227).
d. Merespon/ menanggapi reaksi emosional orang lain
Peserta didik mampu menanggapi reaksi emosional dari orang lain
secara tepat sesuai dengan perilaku yang diterima oleh kelompok
sosial. Misalnya, peserta didik yang sedang diliputi oleh emosi
kegembiraan; akibat mendapatkan teguran dari orang lain, maka
peserta didik menanggapi rekasi tersebut dengan mengendalikan
ekspresi kegembiraan, yang akibatnya mereka tidak menjadi gaduh
dan lebih terkendali.
e. Memverbalisasi emosi yang saling bertentangan.
Pada usia 8-11 tahun, peserta didik dapat mengintegrasikan
rangkaian emosi positif dan negatif. Peserta didik memahami
bahwa mereka memiliki dua perasaan yang saling bertolak
belakang dalam satu waktu. Misalnya, seorang anak mengatakan
bahwa “Sebagian besar anak laki-laki di sekolah nakal, tetapi saya
tidak merasakan hal tersebut pada adik laki-laki saya walaupun dia
kemarahan saya dan saya akan malu kepada diri saya jika tidak
dapat melakukan hal tersebut”.
f. Berperilaku prososial.
Perilaku prososial adalah tanda-tanda penyesuaian yang positif.
Peserta didik yang prososial cenderung bertindak sesuai dengan
situasi sosial, relatif bebas dari emosi negatif dan menghadapi
masalah secara benar.
Salah satu aspek kemampuan mengelola emosi pada tahap
kanak-kanak akhir, yang lainnya yang juga diperlukan adalah
kemampuan bersikap toleran terhadap frustasi. Kemampuan tersebut
yaitu kemampuan untuk menghambat pengaruh emosi yang tidak
menyenangkan dengan belajar menerima kegembiraan, kasih sayang,
keingintahuan dan keadaan emosi yang tidak menyenangkan lainnya
seperti marah, sehingga peserta didik tidak selalu bergantung pada
suasana yang menyenangkan. Hal ini dikarenakan, apabila peserta
didik terlalu bergantung pada emosi yang menyenangkan, maka
dikhawatirkan bahwa mereka tidak akan dapat mengatasi emosi yang
tidak menyenangkan jika emosi tersebut datang Hurlock (2005:231).
Aspek-aspek mengelola emosi tersebut yang akan digunakan
sebagaik aspek pembuatan kuesioner tentang tingkat kemampuan
mengelola emosi pada peserta didik kelas atas. Setiap aspek akan
B. Perkembangan Peserta Didik Kelas IV dan V 1. Pengertian peserta didik kelas (IV dan V)
Menurut Hurlock (2012:146), kanak-kanak akhir berlangsung dari
usia 6 sampai 12 tahun atau sampai tiba saatnya individu matang
secara seksual, dan peserta didik kelas atas berada pada rentan usia 10
- 12 tahun. Peserta didik di Sekolah Dasar dibagi menjadi dua yaitu:
a. Masa kelas rendah, yang berlangsung antara usia 6/7 tahun – 9/10
tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3 SD
b. Masa kelas-kelas atas, yang berlangsung antara usia 9/10 tahun –
12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4,5, dan 6 SD.
2. Ciri-ciri peserta didik kelas (IV dan V)
Pada masa tersebut terdapat ciri-ciri umum dari masa
kanak-kanak akhir yaitu: merupakan usia yang menyulitkan, usia sekolah
dasar, usia berkelompok dan usia bermain. Selain itu, ciri-ciri peserta
didik kelas atas juga dijabarkan oleh Yusuf (2008 : 25) yaitu:
a. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari.
Hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk
membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
b. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis.
c. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus, yang oleh para
ahli ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.
d. Peserta didik memandang nilai sebagai ukuran yang tepat
e. Peserta didik suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup
untuk bermain bersama. Permainan tersebut, biasanya peserta didik
tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang tradisonal,
melainkan mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
f. Peserta didik membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk
menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya.
Pada tahap ini seorang peserta didik dimampukan untuk dapat
melaksanakan tugas perkembangan pada tahap kanak-kanak akhir;
yang jika seorang peserta didik mampu melaksanakan tugas
perkembangan dengan baik, maka akan membawa kebahagian.
Sebaliknya, jika tidak mampu melaksanakan tugas perkembangan
dengan baik, maka akan menghambat tugas perkembangan berikutnya.
3. Tugas perkembangan peserta didik kelas IV dan V
Peserta didik kelas IV-V berada pada tahap pekembangan
kanak-kanak akhir di mana memiliki tugas perkembangan yang harus
dilaksanakan dan diselesaikan oleh peserta didik. Tugas perkembangan
masa pada masa kanak-kanak akhir, menurut Havighurts dalam
(Hurlock ,1997) dan penjabarannya dalam Yusuf (2008:69-70) adalah
sebagai berikut:
a. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain.
Pada masa ini, peserta didik berada pada tahap penguasaan otot,
olahraga dan permainan ringan, seperti loncat tali, berenang,
sepakbola, dan sebagainya.
b. Mengembangkan sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai
mahluk yang sedang tumbuh.
Hakikat tugas ini ialah, pertama mengembangkan kebiasaan untuk
memelihara badan, meliputi kebersihan, keselamatan diri dan
kesehatan. Kedua, mengembangkan sikap positif terhadap jenis
kelaminnya (pria atau wanita) dan juga menerima dirinya (baik
rupa wajah maupun postur tubuhnya) secara positif.
c. Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya.
Belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang
baru serta teman-teman sebayanya. Pergaulan peserta didik di
sekolah atau teman sebayanya, mungkin akan diwarnai oleh
perasaan senang, karena temannya memiliki sifat yang baik, tetapi
mungkin juga diwarnai oleh perasaan tidak senang karena
temannya tidak baik seperti suka mengganggu atau nakal.
d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita.
Peran atas jenis kelamin pada peserta didik akan terlihat dari segi
permainan, seperti peserta didik laki-laki akan brpakaina rapi agar
terlihat tampan dan mengikuti permaian yang khas laki-laki,
seperti bermain sepak bola, dsb. Sebaliknya peserta didik
perempuan akan berpakaian cantik dengan menngunakan rok atau
e. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk
membaca, menulis dan berhitung.
Peserta didik agar dapat hidup dalam masyarakat yang berbudaya,
harus melalui pendidikan Sekolah Dasar, karena dari Sekolah
Dasar peserta didik sudah diajarkan keterampilan membaca,
menulis, dan berhitung.
f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk
kehidupan sehari-hari.
Peserta didik dalam proses kehidupan sehari-hari akan melakukan
banyak hal seperti melihat sesuatu, mendengar, mengecap,
mencium dan hal tersebut akan masuk dalam ingatan. Ingatan
mengenai hal tersebut akan membentuk sebuah konsep
(tanggapan), sehingga bertambahnya pengalaman akan menambah
perbendaharaan konsep peserta didik tentang kehidupan
sehari-hari.
g. Mengembangkan hati nurani, moral dan skala nilai.
Hakikat tugas ini ialah mengembangkan sikap dan perasaan yang
berhubungan dengan norma agama. Hal ini menyangkut
penerimaan dan penghargaan terhadap peraturan moral yang
disertai dengan perasaan senang untuk melakukan atau tidak
melakukan. Tugas perkembangan ini berhubungan dengan
masalah benar – salah, boleh – tidak boleh, jujur itu baik, bohong
h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga.
Hakikat tugas ini ialah mengembangkan sikap sosial yang
demokratis dan menghargai hak orang lain, seperti
mengembangkan sikap tolong-menolong, tenggang rasa, mau
bekerjasama dengan orang lain, toleransi terhadap pendapat orang
lain, empati dan menghargai hak orang lain.
i. Mencapai kebebasan pribadi.
Hakikat tugas ini ialah untuk dapat menjadi orang yang mandiri,
yakni mampu membuat rencana, berbuat untuk masa sekarang dan
masa yang akan datang bebas dari pengaruh orangtua dan orang
lain.
Berdasarkan penjabaran tugas perkembangan tersebut,
terdapat beberapa tugas perkembangan yang relevan dengan
kemampuan mengelola emosi pada peserta didik kelas IV dan V.
Tugas perkembangan tersebut antara lain: mengembangkan sikap
terhadap kelompok sosial, belajar menyesuaikan diri dengan teman
sebaya dan mengembangkan hati nurani, moral dan skala nilai.
Tugas perkembangan tersebut diaanggap relevan dengan kemampuan
peserta didik dalam mengelola emosi dikarenakan, peserta didik kelas
IV dan V dalam menyelesaikan tugas perkembangan tersebut, akan
mengalami emosi yang ikut mempengaruhi perkembangan peserta
didik sehingga apabila peserta didik memiliki hambatan dalam
pada relasi sosialnya dengan orang lain. Selain itu, apabila diabaikan
maka akan menghambat pelaksanaan tugas perkembangan itu sendiri.
Selain itu, emosi pada masa kanak-kanak akhir juga tidak
dapat dipisahkan dengan perkembangan pribadi dan sosial. Hal ini
sejalan dengan penjelasan yang ditulis oleh Hurlock bahwa:
“Semua emosi, tidak hanya emosi yang menyenangkan,
memainkan peran penting dalam kehidupan anak, dan bahwa setiap macam emosi mempengaruhi cara penyesuaian pribadi dan sosial yang dilakukan oleh anak” (Hurlock,2005:210).
Hal ini dapat dijelaskan bahwa perkembangan pribadi akan
mempengaruhi peserta didik dalam mengenal dirinya dan mengetahui
emosi yang dirasakannya. Selain itu, perkembangan emosi peserta
didik juga sangat dekat dengan perkembangan sosial, di mana
orang-orang yang ada di sekitarnya yang akan mempengaruhi perilakunya
dalam menanggapi emosi. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Rita Eka
(2008:121) bahwa:
“Dunia sosioemosional peserta didik menjadi semakin
kompleks dan berbeda. Interaksi dengan keluarga, teman sebaya, sekolah dan hubungan dengan guru memiliki peran yang penting dalam hidup dan perkembangan emosi peserta didik.”
Oleh karena itu, untuk membantu peserta didik
mengembangkan kemampuan mengelola emosi, guru BK/konselor
sekolah dapat memberikan bimbingan melalui bidang bimbingan
pribadi – sosial. Berikut ini akan dijelaskan lebih rinci tentang bidang
C. Bimbingan Pribadi – Sosial
1. Pengertian Bimbingan Pribadi – Sosial
Bimbingan pribadi-sosial adalah satu dari ragam bimbingan dalam
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Terdapat beberapa arti
dari bimbingan pribadi sosial antara lain menurut Winkel (2007:118)
yaitu:
“Bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang; serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan
dengan sesama di berbagai lingkungan.”
Selain itu, Yusuf (2009:11) juga lebih menjelaskan arti dari
bimbingan pribadi –sosial dan lingkup masalah yang termasuk dalam
ranah bimbingan pribadi – sosial yaitu:
“Bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan untuk
membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah pribadi – sosial. Yang tergolong dalam masalah-masalah pribadi sosial adalah masalah hubungan dengan teman, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal, dan
penyelesaian konflik.”
Berdasarkan pengertian bimbingan pribadi – sosial tersebut
menunjukkan bahwa bimbingan ini diarahkan untuk memantapkan
kepribadian dan mengembangkan individu dalam menghadapi
masalah-masalah dirinya. Bimbingan pribadi – sosial merupakan
layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang
dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi, serta ragam
tujuan dari bimbingan pribadi sosial yang menjadi pedoman dalam
menyelenggarakan bimbingan
2. Tujuan Bimbingan Pribadi-Sosial
Bimbingan dan Konseling bertujuan untuk membantu peserta didik
agar dapat mencapai tujuan perkembangannya. Yusuf (2009:13)
menyebutkan bahwa tujuan pemberian bimbingan secara umum antara
lain agar peserta didik dapat:
a. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya
seoptimal mungkin.
b. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan dan lingkungan
masyarakat.
c. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat
Selain itu, Furqon (2005: 51) menjabarkan secara khusus
layanan bimbingan di sekolah dasar, bertujuan untuk membantu
peserta didik agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan yang
meliputi: aspek pribadi – sosial, pendidikan dan karier sesuai dengan
tuntututan lingkungan. Aspek perkembangan pribadi – sosial pada
layanan bimbingan diberikan untuk membantu siswa agar:
a. Memiliki pemahaman diri
b. Mengembangkan sikap postif
c. Membuat pilihan kegiatan secara sehat
e. Memiliki rasa tanggung jawab
f. Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi
g. Menyelesaikan masalah
h. Dapat membuat keputusan secara baik
Selain itu, Bimbingan dan Konseling di SD juga memiliki
beberapa fungsi bimbingan yaitu, pemahaman, pengembangan,
pemeliharaan dan pencegahan, bagi mereka yang telah mampu atau
masih mengalami kesulitan dalam mengelola emosi. Ketidakmampuan
peserta didik dalam melakukan pengelolaan emosi dengan baik akan
menimbulkan permasalahan bagi dirinya dan berpengaruh pada relasi
sosialnya. Oleh karena itu, bimbingan pribadi-sosial dapat membantu
peserta didik untuk mampu mengelola emosi dengan baik.
3. Peran Guru BK di Sekolah Dasar
Fungsi bimbingan yang sudah dibahas sebelumnya, dapat
terlaksana dengan adanya program bimbingan yang dibuat dan
dilaksanakan oleh guru BK di SD. Guru BK adalah guru pembimbing
yang membantu dan mendampingi peserta didik baik dalam bidang
pribadi, sosial, belajar dan karier. Peranan Guru BK yakni
menciptakan dan mengembangkan interaksi yang membantu peserta
didik untuk mengaktualisasikan potensi secara optimal,
mengembangkan pribadi yang utuh dan sehat, serta menampilkan
Berdasarkan peranan tersebut maka, Guru BK dapat
mengembangkan dan memelihara kemampuan mengelola emosi para
peserta didik kelas IV dan V melalui pelaksanaan bimbingan klasikal,
bimbingan kelompok atau konseling individual/kelompok untuk
anak-anak. Guru BK dapat memberikan layanan melalui bimbingan klasikal
atau kelompok dengan memberikan topik-topik bimbingan yang
sesuai dengan pengembangan dan pemeliharaan kemampuan
mengelola emosi, seperti usulan topik yang ada pada Tabel 14. Selain
itu, guru BK ada baiknya juga menguasai materi bimbingan dan
menggunakan metode bimbingan yang mudah dipahami oleh peserta
didik kelas IV dan V, seperti: metode role playing, story telling,
diskusi kelompok, menonton film pendek atau video.
Guru BK dalam membantu peserta didik kelas IV dan V yang
masih mengalami kesulitan dalam mengembangkan dan memelihara
kemampuan mengelola emosi, juga dapat menggunakan konseling
individual atau konseling kelompok. Guru BK dapat menggunakan
berbagai media dan aktivitas untuk mengetahui apa saja kesulitan
yang dihadapi oleh beberapa peserta didik kelas IV dan V dalam
mengembangkan kemampuan mengelola emosi. Beberapa media atau
aktivitas yang dapat digunakan seperti: menggunakan aktivitas
menggambar, melukis, membuat kolose, drama imajinatif, konseling
dengan menggunakan bak pasir, miniatur orang atau hewan, buku dan
stake holder sekolah dapat membantu peserta didik kelas IV dan V dalam mengembangkan dan memelihara kemampuan mengelola
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi
penelitian. Hal yang berkaitan antara lain: jenis penelitian, subjek penelitian,
instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.
Furchan (2005: 415-418) menjelaskan penelitian deskriptif dengan
metode survei merupakan penelitian dengan melakukan pengumpulan
data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan
karakteristik subjek yang diteliti secara tepat. Sifat deskriptif dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang deskripsi
kemampuan mengelola emosi peserta didik kelas IV dan V SD Pangudi
Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas IV dan V SD
Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini
Berikut ini adalah rincian daftar peserta didik sebagai subjek penilitian
[image:55.595.97.515.176.618.2]yang dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1
Rincian Daftar Subjek Penelitian Kelas IV dan V SD Pangudi Luhur Yogyakarta
Kelas Jumlah IV PL 2 34 IV PL 3 38 V PL 2 36 V PL 4 35
C. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner Kemampuan Mengelola Emosi pada Peserta Didik
Kelas IV dan V SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Peniliti menggunakan
kuesioner tertutup. Kuesioner bentuk tertutup berisi
pertanyaan yang disertai dengan pilihan jawaban untuk
pertanyaan-pertanyaan tersebut (Furchan, 2005 : 260). Kuesioner yang disusun
oleh peneliti memuat aspek-aspek deskripsi kemampuan mengelola
emosi menurut Papalia (2008:486-487) yaitu: peka terhadap perasaan
diri sendiri dan orang lain, menyadari bahwa tidak semua ungkapan
emosi dapat diterima dalam kelompok sosial, mengatur ekspresi emosi
dalam situasi sosial, merespon reaksi emosional orang lain,
memverbalisasi emosi yang saling bertentangan dan berperilaku
tersebut disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan peserta
didik kelas IV dan V SD.
2. Format pernyataan skala
Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala Llikert
dalam bentuk angket. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Pada skala Likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator variabel tersebut dijadikan
sebagai dasar untuk menyusun item-item instrumen yang berupa
pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2011: 134).
Pernyataan-pernyataan dalam skala memuat item-item Pernyataan-pernyataan yang bersifat
positif (favorable) dan yang bersifat negatif (unfavorable).
Skala ini dilengkapi dengan empat perintah jawaban. Jawaban
setiap item dalam penelitian ini, menggunakan skala Likert yang mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif berupa
kata-kata: sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai.
Pada skala ini alternatif jawaban netral tidak disertakan, karena untuk
mengurangi kecenderungan responden dalam memberikan jawaban
yang netral dan untuk meningkatkan variabilitas responsi, Azwar
3. Penentuan skor
Penentuan skor dalam pengolahan data yang dihasilkan
instrumen ini adalah: “sangat sesuai” = 4, “sesuai” = 3; “tidak sesuai”
= 2; dan “sangat tidak sesuai” = 1 untuk pernyataan positif (Favorable Item) dan sebaliknya untuk pernyataan negatif (Unfavorable Item). Total skor setiap responden adalah hasil penjumlahan skor dari seluruh
item yang tersedia dan dijadikan sebagai data olahan untuk analisis
penelitian ini.
4. Kisi-kisi item
Kisi-kisi item berdasarkan aspek-aspek kemampuan mengelola
emosi pada peserta didik kelas IV dan V SD Pangudi Luhur
Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Kisi-kisi item uji coba dapat
Tabel 2
Kisi-Kisi Kuesioner Uji Coba Kemampuan Mengelola Emosi Peserta Didik Kelas IV dan V SD Pangudi Luhur Yogyakarta
Tahun Ajaran 2012/2013
No Aspek Indikator No item
Favorable Unfavorable
1. Peka terhadap perasaan sendiri dan orang lain
a. Mengenal emosi yang dialami sendiri
6,11,16 9,15
b. Memahami emosi yang dialami orang lain
28,50,60 18, 27
2. Menyadari bahwa tidak semua ungkapan emosi dapat diterima dalam kelompok sosial
a. Mengetahui perilaku ungkapan emosi negatif yang dapat diterima
47,52 37, 45, 58
b. Mengetahui perilaku ungkapan emosi positif yang dapat diterima
1,17,56 20, 32
3. Mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial
a. Mengendalikan perilaku agresif yang merusak orang lain
4,10,43 14, 55
b. Mengungkapkan emosi kegembiraan secara tepat
8,46 5,22,29
4. Merespon reaksi emosional orang lain
a. Tanggap atas reaksi emosi yang tidak dapat diterima
3,59 13, 24, 38
b. Tanggap atas reaksi emosi yang dapat diterima
2,19,31 25, 48
5. Memverbalisasi emosi yang saling bertentangan
a. Berkata jujur 34,41 7,26,49 b. Mengakui kesalahan 12, 21, 57 30, 36
6. Berperilaku prososial
a. Menerima ungkapan maaf dari orang lain
40, 51 35, 42, 54
b. Tidak merendahkan orang lain
23, 33, 53 39, 44