• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi deskriptif kemampuan mengelola emosi pada peserta didik kelas IV dan V SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi - sosial.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi deskriptif kemampuan mengelola emosi pada peserta didik kelas IV dan V SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi - sosial."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

STUDI DESKRIPTIF KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI PADA PESERTA DIDIK KELAS IV D SD PANGUDI LUHUR

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN2012/2013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

USULAN TOPIK – TOPIK BIMBINGAN PRIBADI – SOSIAL Caecilia Tika Ningtyas

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2013

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang studi deskripsi kemampuan mengelola emosi pada peserta didik kelas IV dan V SD Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi – sosial. Subjek penelitian ini adalah 143 peserta didik.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner Kemampuan Mengelola Emosi. Kuesioner yang disusun terdiri dari 52 item berdasarkan 5 aspek kemampuan mengelola emosi menurut Papalia (2008:486-487), yaitu: (1) menyadari bahwa tidak semua ungkapan emosi dapat diterima oleh kelompok sosial, (2) mengatur ekspresi emosional dalam situasi sosial, (3) merespon reaksi emosional orang lain, (4) memverbalisasi emosi yang saling bertentangan, dan (5) berperilaku prososial. Pengukuran validitas dan reliabilitas menggunakan program SPSS 16.0 for Window dan teknik analisis data yang digunakan adalah kategori tingkat kemampuan mengelola emosi berdasarkan penilaian Azwar. Kategori tingkat

kemampuan mengelola emosi digolongkan menjadi lima, yaitu: “Sangat Tinggi”, “Tinggi”, “Sedang”, “Rendah”, dan “Sangat Rendah”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan mengelola emosi para peserta didik kelas IV dan V di SD Pangudi Luhur Yogyakarta masuk dalam kategori tinggi. Hal ini dapat diketahui bahwa peserta didik yang memiliki

kemampuan mengelola emosi:”sangat tinggi” 34 %, “tinggi” 54 %, “sedang” 11%, dan “rendah” 1 %. Berdasarkan hasil uji butir item ditemukan bahwa

terdapat 6 butir item yang masuk dalam kategori rendah. Item tersebut yaitu:

“Ketika saya diejek teman, saya menceritakan kekecewaan saya kepada orangtua atau guru”, “Saat saya merasa sakit hati dengan perkataan teman, saya balas

mengejeknya”, “Saya belum berani mengakui kesalahan, meskipun telah dinasihati oleh guru atau orang tua”, ”Saya menghilangkan kebiasaan mengejek teman, setelah melihat teman lain dimarahi oleh guru”, ”Ketika saya merasa

cemas, saya berbohong”, ”Saya tetap mengingat teman yang pernah mengejek

(2)

ABSTRACT

A DESCRIPTIVE STUDY ON THE ABILITY TO MANAGE EMOTIONS OF THE FOURTH AND FIFTH GRADE STUDENTS AT SD PANGUDI

LUHUR YOGYAKARTA IN 2012/2013 ACADEMIC YEAR AND ITS

IMPLICATIONS TO THE SUGGESTED TOPICS OF PERSONAL AND SOCIAL GUIDANCE

Caecilia Tika Ningtyas

Sanata Dharma University Yogyakarta

2013

This research aims to obtain data about the description of the ability to manage emotions of the fourth and fifth grade students at SD Pangudi Luhur

Yogyakarta in 2012/2013 academic year and its implications for the suggested topics of personal and social guidance. The subject in this research is 143 students. This study is a descriptive research. The data collection in this research is using a questionnaire of ability to manage emotions which consists of 52 items based on 5 aspects of the ability to manage emotions according to Papalia (2008:486-487), namely: (1) recognizing that not all expressions of emotion can be accepted by social groups, (2) setting the emotional expression in social circumstances, (3) responding to others’ emotional reaction, (4) verbalizing conflicting emotions (5) behaving pro-socially. The measurement of validity and reliabilities is using SPSS 16.0 for Window program and the technique of data analysis used is the category of the ability level to manage emotions based on Azwar. There are five levels in managing the emotions, namely: “very high”, “high”, “moderate”, “low”, and “very low”.

(3)

STUDI DESKRIPTIF KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI

PADA PESERTA DIDIK KELAS IV DAN V

SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2012/2013

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN

TOPIK

TOPIK BIMBINGAN PRIBADI

SOSIAL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Caecilia Tika Ningtyas 091114016

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2012/2013

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN

TOPIK

TOPIK BIMBINGAN PRIBADI

SOSIAL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Caecilia Tika Ningtyas 091114016

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk :

Kemuliaan Tuhan Yang Maha Besar

Kedua orang tuaku Bpk. F.X Sukamto dan Ibu V.Suyati

Adikku tercinta Laurentius Wahyu Irawan

Keluarga Besar dan Sanak saudara

Para sahabat dan Teman-teman

Keluarga besar prodi BK Sanata Dharma

(8)

v

MOTTO

Tuhan takkan terlambat

Juga tak akan lebih cepat semuanya

Dia jadikan indah pada waktuNya....

Ada saatnya, kita berhenti sejenak. Melihat ke belakang,

dan bersyukur. (Hitam-putih Trans TV)

(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Oktober 2013

Penulis

(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Caecilia Tika Ningtyas

Nomor Mahasiswa : 091114016

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

STUDI DESKRIPTIF KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI PADA PESERTA DIDIK KELAS IV DAN V SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK – TOPIK BIMBINGAN PRIBADI – SOSIAL

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 28 Oktober 2013

Yang menyatakan

(11)

viii

ABSTRAK

STUDI DESKRIPTIF KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI PADA PESERTA DIDIK KELAS IV D SD PANGUDI LUHUR

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN2012/2013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

USULAN TOPIK – TOPIK BIMBINGAN PRIBADI – SOSIAL Caecilia Tika Ningtyas

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2013

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang deskripsi kemampuan mengelola emosi pada peserta didik kelas IV dan V SD Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi – sosial. Subjek penelitian ini adalah 143 peserta didik.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner Kemampuan Mengelola Emosi. Kuesioner yang disusun terdiri dari 52 item berdasarkan 5 aspek kemampuan mengelola emosi menurut Papalia (2008:486-487), yaitu: (1) menyadari bahwa tidak semua ungkapan emosi dapat diterima oleh kelompok sosial, (2) mengatur ekspresi emosional dalam situasi sosial, (3) merespon reaksi emosional orang lain, (4) memverbalisasi emosi yang saling bertentangan, dan (5) berperilaku prososial. Pengukuran validitas dan reliabilitas menggunakan program SPSS 16.0 for Window dan teknik analisis data yang digunakan adalah kategori tingkat kemampuan mengelola emosi berdasarkan penilaian Azwar. Kategori tingkat kemampuan mengelola emosi digolongkan menjadi lima, yaitu: “Sangat Tinggi”,

“Tinggi”, “Sedang”, “Rendah”, dan “Sangat Rendah”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan mengelola emosi para peserta didik kelas IV dan V di SD Pangudi Luhur Yogyakarta masuk dalam kategori tinggi. Hal ini dapat diketahui bahwa peserta didik yang memiliki kemampuan mengelola emosi:”sangat tinggi” 34 %, “tinggi” 54 %, “sedang”

11%, dan “rendah” 1 %. Berdasarkan hasil uji butir item ditemukan bahwa terdapat 6 butir item yang masuk dalam kategori rendah. Item tersebut yaitu:

(12)

ix

ABSTRACT

A DESCRIPTIVE STUDY ON THE ABILITY TO MANAGE EMOTIONS OF THE FOURTH AND FIFTH GRADE STUDENTS AT SD PANGUDI

LUHUR YOGYAKARTA IN 2012/2013 ACADEMIC YEAR

AND ITS IMPLICATIONS TO THE SUGGESTED TOPICS OF PERSONAL AND SOCIAL GUIDANCE

Caecilia Tika Ningtyas

Sanata Dharma University Yogyakarta

2013

This research aims to obtain data about the description of the ability to manage emotions of the fourth and fifth grade students at SD Pangudi Luhur

Yogyakarta in 2012/2013 academic year and its implications for the suggested topics of personal and social guidance. The subject in this research is 143 students.

This study is a descriptive research. The data collection in this research is using a questionnaire of ability to manage emotions which consists of 52 items based on 5 aspects of the ability to manage emotions according to Papalia (2008:486-487), namely: (1) recognizing that not all expressions of emotion can be accepted by social groups, (2) setting the emotional expression in social circumstances, (3) responding to others’ emotional reaction, (4) verbalizing conflicting emotions (5) behaving pro-socially. The measurement of validity and reliabilities is using SPSS 16.0 for Window program and the technique of data analysis used is the category of the ability level to manage emotions based on Azwar. There are five levels in managing the emotions,

namely: “very high”, “high”, “moderate”, “low”, and “very low”.

The result of the study shows that the ability to manage emotions of the fourth and fifth grade students at SD Pangudi Luhur Yogyakarta belongs to the high category. This can be indicated that 34% students belong to “very high” category, 54% students belong to “high” category, 11% students belong to

“moderate” category, and 1% students belong to “low” category. Based on the result, it is found that there are 6 items belong to the low category. These

items are: “When I were abused by friends, I told it to my parents or

teachers”, “When I were offended by friends’ saying, I would avenge them”, “I

didn’t dare to confess my mistakes, although my teachers or parents already advised me”, “I kicked the habit of mocking friends, after seeing other friends

scolded by teacher”, “When I feltrestless, I lied”, “I still remember friends who

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia,

penyertaan dan bimbinganNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak dukungan, bimbingan dan

doa demi kelancaran dan terselesainya skripsi ini dengan judul Studi Deskriptif

Kemampuan Mengelola Emosi Pada Peserta Didik Kelas IV dan V SD Pangudi

Luhur Yogyakarta dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan

Pribadi – Sosial. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si, selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan

memberikan kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. A. Setyandari, S.Pd.,S.Psi., Psi.,M.A, selaku Wakaprodi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan

memberikan kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd., M.A, selaku dosen pembimbing skripsi

yang dengan kemurahan hati dan kesabaran telah membimbing penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Gendon Barus, M.Si, dan Dra. Retno Priyani, M.Si selaku dosen

penguji yang telah memberikan usul dan saran untuk penyempurnaan

(14)

xi

5. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling yang

telah mendampingi penulis selama perkuliahan dan membekali penulis

dengan berbagai ilmu pengetahuan yang telah diberikan.

6. Br. Pilipus Sukiran, FIC, selaku Koordinator SD Pangudi Luhur

Yogyakarta, tahun ajaran 2012/2013 yang telah menerima dan

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan pengambilan data

penelitian.

7. B.Ulli Prima, S.Psi selaku guru BK SD Pangudi Luhur Yogyakarta yang

dengan ikhlas dan sabar meluangkan waktu dan mendampingi penulis

dalam proses pengambilan data.

8. Para peserta didik kelas IV dan V SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun

ajaran 2012/2013 yang telah meluangkan waktu dan bersedia mengisi

kuesioner dengan baik.

9. Kedua orangtuaku F.X Sukamto dan V. Suyati yang selalu setia dengan

cinta dan kasih sayangnya untuk mendukung, memberikan perhatian, dan

mendoakan penulis, khususnya selama mennyelesaikan skrispsi ini dengan

baik.

10.Laurentius Wahyu Irawan, adikku tercinta yang telah mendukung dan

mendampingi penulis.

11. Philippus Aditya Nugroho yang telah memberikan dukungan, doa dan

(15)

xii

12.Para sahabat Sinta, Prima, Nasa, Lilyn, Anna, Siska dan Vita yang telah

mendukung penulis dengan baik.

13.Floren, Satya Edy Nugroho, Alit Pidegso yang dengan sabar membantu

penulis untuk saling belajar bersama menginput dan mengolah data

penelitian.

14. Yulia Dwi Susanti yang telah membantu dan menemani penulis dalam

proses pengumpulan data penelitian di sekolah.

15. Fransiska Wening, Suster Maura dan Andreas Rian yang telah membantu

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan meminjamkan referensi

buku.

16. Teman-teman Mitra Perpustakaan: Ester Yanti, Mengty, Chandra, Amiko,

Odil, Rani, Lana, Keket, Rea dan Merry yang telah mendukung dan

membantu penulis selama proses penyelesaian skripsi dengan baik.

17. Keluarga besar Program Studi Bimbingan dan Konseling, USD khususnya

(16)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Definisi Operasional... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Mengelola Emosi 1. Pengertian Emosi... 8

2. Karakteristik Perkembangan Emosi Peserta Didik... 9

3. Kemampuan Emosi... 14

(17)

xiv

5. Aspek-Aspek Kemampuan Mengelola Emosi Peserta

Didik... 19

B. Perkembangan Peserta Didik Kelas IV dan V 1. Pengertian Peserta Didik Kelas IV dan V... 22

2. Ciri-Ciri Peserta Didik Kelas IV dan V... 22

3. Tugas Perkembangan Peserta Didik Kelas IV dan V... 23

C. Bimbingan Pribadi – Sosial 1. Pengertian Bimbingan Pribadi – Sosial... 28

2. Tujuan Bimbingan Pribadi – Sosial... 29

3. Peran Guru BK di Sekolah Dasar... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 33

B. Subyek Penelitian... 33

C. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner... 34

2. Format Pernyataan Skala... 35

3. Penentuan Skor... 36

4. Kisi-Kisi Item... 36

D. Uji Coba alat 1. Validitas... 38

2. Reliabilitas... 42

E. Prosedur Pengumpulan Data 1. Persiapan dan Pelaksanaan... 45

2. Pengumpulan Data... 46

F. Teknik Analisis Data... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tingkat Kemampuan Mengelola Emosi... 51

2. Hasil Skor Item Kemampuan Mengelola Emosi... 53

B. Pembahasan Hasil Penelitian

(18)

xv

Kelas IV dan V... 56

2. Item-Item Kemampuan Mengelola Emosi... 61

C. Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi – Sosial... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 69

B. Saran... 70

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Rincian Daftar Subyek Penelitian kelas IV dan V... 34

Tabel 2 Kisi-Kisi Kuesioner Uji Coba Kemampuan Mengelola Emosi... 37

Tabel 3 Rincian Daftar Subjek Uji Coba Penelitian Kelas IV dan V... 39

Tabel 4 Item-Item yang Valid dan Tidak Valid... 41

Tabel 5 Kriteria Guilford... 43

Tabel 6 Kuesioner Penelitian Kemampuan Mengelola Emosi... 44

Tabel 7 Norma Kategorisasi Karakter Subyek Penelitian... 47

Tabel 8 Kategorisasi Kemampuan Mengelola Emosi... 48

Tabel 9 Norma Kategorisasi Skor Item... 49

Tabel 10 Kategorisasi Skor Item Kemampuan Mengelola Emosi... 50

Tabel 11 Kategori Kemampuan Mengelola Emosi... 51

Tabel 12 Kategori Skor Item Kemampuan Mengelola Emosi... 53

Tabel 13 Item-item Kemampuan Mengelola Emosi yang Tergolong Sedang... 55

(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Histogram Tingkat Kemampuan Mengelola Emosi... 52

(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Izin Permohonan Penelitian... 74

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian... 75

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kemampuan Mengelola Emosi... 76

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian Kemampuan Mengelola Emosi... 84

Lampiran 5 Tabulasi Data Penelitian Kemampuan Mengelola Emosi... 89

(22)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini dipaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia pernah merasa senang, gembira, bahagia, sedih,

kecewa, marah, jengkel, sebel, khawatir, malu, takut. Perasaan tersebut

adalah emosi yang sering dialami dan dirasakan dalam kehidupan

sehari-hari. Emosi tersebut sangat dekat dengan kehidupan manusia dan dapat

mempengaruhi perilaku manusia. Saat senang, seseorang bisa sangat

bersemangat, percaya diri, dan berani. Sebaliknya, saat sedih seseorang

bisa menjadi malas, tidak bergairah, marah-marah tanpa sebab dan tidak

bisa berkonsentrasi.

Menurut Yusuf (Juantika, 2011:34) emosi merupakan warna yang

menyertai setiap keadaan atau perilaku seseorang. Menurut James and

Lange (Juantika, 2011:34) emosi yang timbul berpengaruh pada perubahan

jasmani atau kegiatan individu. Misalnya, menangis karena sedih atau

tertawa karena bahagia. Seseorang bisa merasakan emosi yang sedang

dialami tetapi tidak jarang mereka mengalami kebingungan atau kesulitan

bagaimana mengelola emosinya. Hal ini juga dialami oleh anak-anak,

(23)

Peserta didik dapat dengan mudah menunjukkan ekspresi marah,

jengkel, takut, khawatir, cemas, cemburu, riang, senang dan bahagia

melalui perilaku atau ekspresi wajah kepada orang dewasa yang ada di

sekitar mereka. Peserta didik biasanya menunjukkan ekspresi positif

dengan beragam cara yang membuat orang dewasa yang ada di sekitarnya

merasa bangga atau senang. Namun, tidak jarang emosi negatif yang

mereka rasakan, diekspresikan dengan perilaku-perilaku yang

menyimpang, seperti: memukul, mengumpat, mendorong, dan sebagainya.

Berdasarkan observasi dan pengalaman peneliti saat menjalankan

PPL di SD, ditemukan beberapa kasus ekspresi emosi peserta didik yang

kurang tepat seperti: pertama karena bertengkar pembicaraan, maka

seorang anak memukul temannya, sehingga membuat temannya menangis.

Kasus kedua, yaitu sekelompok anak membuat keributan di kelas dengan

bernyanyi sambil memukul meja karena mereka merasa senang. Kasus

ketiga, seorang anak yang saling mengejek di kelas karena merasa sakit

hati dengan ucapan teman.

Berdasarkan kasus-kasus di atas dapat digambarkan bahwa pada

masa kanak-kanak akhir, peserta didik masih perlu belajar untuk

mengelola emosi, baik emosi positif maupun negatif secara tepat dan baik.

hal ini terlihat dari, peserta didik masih sulit untuk mengendalikan apa

yang sedang mereka rasakan melalui perilaku, sehingga tidak jarang

ditemukan bahwa saat seorang peserta didik sedang marah terhadap

(24)

saat seorang anak merasa senang dengan apa yang didapatkan dari

teman-temannya, ia akan menunjukkan melalui perilaku atau ucapan yang tepat

lainnya.

Beberapa contoh perilaku yang kurang tepat tersebut, lambat laun

akan mengganggu hubungan sosial antara peserta didik dengan teman

bermainnya, sehingga dapat menimbulkan permasalahan baru dengan

orang lain yang ada di sekitar hidupnya. Apabila hubungan sosial ini

terganggu, maka akan mempengaruhi pelaksanaan tugas perkembangan.

Namun, hubungan sosial peserta didik dengan temannya tidak akan

terganggu, jika mereka mampu belajar untuk mengelola emosinya dengan

baik sesuai dengan kemampuan dan perkembangan pada tahap

kanak-kanak akhir.

Namun, dalam prosesnya peserta didik kadangkala mengalami

kesulitan untuk belajar mengelola emosi yang dapat diterima oleh orang

lain. Oleh sebab itu, untuk membantu peserta didik dalam mengelola

emosi dengan baik, butuh adanya kerjasama dengan guru dan stake holder

sekolah. Hal ini dikarenakan, pada saat di sekolah peserta didik adalah

tanggung jawab sekolah untuk membantu mereka mempelajari dan

mengembangkan kemampuan-kemampuan yang mendukung

perkembangan seperti, kemampuan mengelola emosi. Sebaliknya, pada

saat di rumah, peserta didik adalah tanggung jawab orangtua untuk

melanjutkan pendampingan, sehingga dibutuhkan kerjasama dan

(25)

Menurut Salovey dan Mayer (Goleman, 2006:58) mengelola emosi

adalah salah satu aspek dari kecerdasan emosional. Secara umum

kemampuan mengelola emosi meliputi: kemampuan menghibur diri

sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan,

mampu bangkit dengan cepat dari perasaan itu, dan akibat-akibat yang

timbul karena gagalnya dalam melakukan keterampilan dasar. Papalia

dalam bukunya (2008:486-487) juga menyebutkan bahwa peserta didik

pada tahap kanak-kanak akhir, juga memiliki kemampuan mengelola

emosi seperti: kemampuan menyadari bahwa tidak semua ungkapan emosi

dapat diterima oleh kelompok sosial, mampu mengatur ekspresi emosional

dalam situasi sosial, mampu merespon reaksi emosional orang lain,

mampu memverbalisasi emosi yang saling bertentangan dan berperilaku

prososial. Oleh karena itu, peserta didik pada tahap kanak-kanak akhir

perlu dikembangkan kemampuan mengelola emosi untuk

menyeimbangkan hubungan pribadi dan sosialnya, agar lebih siap

memasuki tahap perkembangan berikutnya.

Berdasarkan uraian penjelasan tersebut, maka perlu diteliti tentang

tingkat kemampuan mengelola emosi pada peserta didik kelas IV dan V

untuk melihat sejauh mana tingkat kemampuan peserta didik dalam

mengelola emosi maka diambil judul ”Studi Deskriptif kemampuan

mengelola emosi pada peserta didik kelas IV - VI dan implikasinya

terhadap usulan topik bimbingan pribadi - sosial”. Penelitian ini,

(26)

mendukung layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar, sehingga

para peserta didik dapat terbantu dalam mengembangkan kemampuan

mengelola emosi, baik dalam lingkungan sekolah maupun di lingkungan

masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan pokok dalam penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut:

1. Seberapa tinggikah kemampuan mengelola emosi pada peserta

didik kelas IV dan V di SD Pangudi Luhur Yogyakarta?

2. Berdasarkan hasil analisis butir-butir instrumen kemampuan

peserta didik dalam mengelola emosi, topik-topik bimbingan

apakah yang implikatif diusulkan untuk lebih mengembangkan dan

memelihara kemampuan mengelola emosi pada peserta didik kelas

IV dan V SD Pangudi Luhur, Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan tingkat kemampuan mengelola emosi pada

peserta didik kelas IV dan V SD Pangudi Luhur Yogyakarta.

2. Mengidentifikasi butir-butir instrumen kemampuan mengelola

(27)

Yogyakarta, yang terindikasi rendah, untuk penyusunan topik-topik

bimbingan pribadi – sosial yang implikatif.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat disumbangkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini memberikan penjelasan tentang tingkat

kemampuan mengelola emosi khususnya pada peserta didik kelas

IV dan V di SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Selain itu, penelitian

ini juga memberikan pengetahuan kepada mahasiswa atau guru BK

di SD tentang perkembangan, ciri-ciri dan faktor-faktor yang

mendukung kemampuan peserta didik dalam mengelola emosi,

sehingga dapat membantu perkembangan peserta didik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru Pembimbing

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru

Bimbingan dan Konseling untuk pengembangan program

Bimbingan dan Konseling, khususnya pada topik-topik

bimbingan yang berkaitan dengan emosi di Sekolah Dasar.

b. Bagi Peserta didik

Peserta didik akan mendapatkan layanan bimbingan

pribadi – sosial yang relevan tentang kemampuan

(28)

c. Bagi Peneliti

Peneliti mendapatkan kesempatan untuk melakukan

penelitian dan belajar mengetahui bagaimana tingkat

kemampuan mengelola emosi pada peserta didik kelas IV

dan V. Peneliti juga belajar secara ilmiah mengenai

bimbingan pribadi - sosial dan penyusunan topik-topik

bimbingan yang relevan untuk peserta didik kelas IV dan V.

d. Bagi peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dan

bekal kajian bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian

yang relevan dengan tema penelitian ini.

E. Definisi Operasional

1. Mengelola emosi adalah kemampuan untuk peka terhadap

perasaannya sendiri dan orang lain, menyadari bahwa tidak semua

ungkapan emosi dapat diterima oleh kelompok sosial, mengatur

ekspresi emosi, merespon reaksi emosional orang lain,

memverbalisasi emosi yang saling bertentangan, dan berperilaku

prososial .

2. Bimbingan pribadi – sosial merupakan bimbingan untuk membantu

para individu dalam mengembangkan dirinya dan membantu

(29)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini diuraikan kajian teoritis yang melandasi kerangka konseptual

penelitian ini. Kerangka konseptual penelitian ini antara lain: pengertian emosi,

kemampuan emosi, kemampuan mengelola emosi, peserta didik kelas IV dan V

dan bimbingan pribadi – sosial.

A. Kemampuan Mengelola Emosi 1. Pengertian emosi

Kata emosi berasal dari bahasa Perancis, emouvoir yang berarti

“ kegembiraan”. Emosi juga berasal dari bahasa latin emovere, dari e-

(varian eks) yang berarti “luar” dan movere yang berari “bergerak”.

Menurut JP Du Preez (Muhammad, 2011:12), emosi adalah reaksi

tubuh dalam menghadapi situasi konkrit tertentu. Arti lain juga

menjelaskan bahwa emosi adalah hasil reaksi kognitif terhadap situasi

spesifik dan emosi juga merupakan hasil proses persepsi terhadap

situasi.

Pengertian lain juga dalam Oxford English Dictionary yang

mendefinisikan emosi sebagai “setiap kegiatan atau pergolakan

pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau

meluap-luap, Goleman (2006:411). Emosi adalah perasaan intens yang

(30)

reaksi terhadap seseorang atau kejadian, Muhammad (2011:10). Emosi

dapat ditunjukkan ketika: merasa senang mengenai sesuatu, marah

kepada seseorang, atau takut terhadap sesuatu.

Emosi manusia jika dilihat dari dampak yang ditimbulkan

terdiri dari dua yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif

memberi dampak yang menyenangkan dan menenangkan sedangkan

emosi negatif memberi dampak yang tidak menyenangkan dan

menyusahkan. Macam-macam dari emosi positif seperti: tenang,

santai, rileks, gembira, lucu, dan senang. Macam-macam dari emosi

negatif seperti: sedih, kecewa, putus asa, marah, dendam, tidak

berdaya, depresi, frustasi dan cemburu.

Berikutnya, akan dijabarkan tentang karakteristik

perkembangan emosi peserta didik yang sedang memasuki tahap

perkembangan kanak-kanak akhir, sehingga dapat diketahui berbagai

jenis emosi dan ciri-ciri emosi.

2. Karakteristik perkembangan emosi peserta didik kelas IV dan V

Menurut Yususf (2008:167-169) beberapa jenis emosi yang

berkembang pada peserta didik pada masa sekolah atau tahap

kanak-kanak akhir secara umum, yaitu:

a. Senang, yaitu perasaan yang nyaman, karena terpenuhi

keinginannya. Kondisi yang melahirkan perasaan gembira pada

(31)

dan minum), sehat, memperoleh kasih sayang dan memiliki

kesempatan untuk bermain.

b. Ingin tahu, yaitu perasaan ingin mengenal, mengetahui segala

sesuatu atau objek-objek, baik yang bersifat fisik maupun nonfisik.

Keinginan ini ditandai dengan pertanyaan yang diajukan anak,

seperti: Mengapa perlu saling memaafkan? Mengapa tidak boleh

berbohong?.

c. Marah, yaitu perasaan tidak senang atau benci baik terhadap orang

lain, diri sendiri, atau objek tertentu yang diwujudkan dalam

bentuk verbal (kata-kata kasar/makian/sumpah serapah), atau

nonverbal (mencubit, memukul, menendang, dan merusak).

Perasaan marah ini merupakan reaksi terhadap frustasi yang

dialaminya, yaitu perasaan kecewa karena ada hambatan terhadap

pemenuhan keinginannya. Sumber perasaan marah bisa berasal

dari diri sendiri (seperti ketidakmampuan dan kelemahan/kecacatan

diri), atau orang lain (orangtua, saudara, guru, dan teman sebaya).

d. Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang dianggap

membahayakan. Rasa takut terhadap sesuatu berlangsung melalui

tahapan: (1) mula-mula tidak takut, karena peserta didik belum bisa

melihat kemungkinan bahaya yang terdapat dalam objek, (2)

timbul rasa takut setelah mengenal adanya bahaya dan (3) rasa

takut bisa hilang kembali setelah mengetahui cara-cara menghindar

(32)

e. Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan, yang tidak ada

obyeknya. Kecemasan ini muncul dari situasi-situasi yang

dikhayalkan, berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari

orangtua, buku bacaan. Contohnya, perasaan takut berada di dalam

kamar sendiri.

Emosi-emosi tersebut tidak hanya mempengaruhi hubungan

sosial tetapi juga dapat mempengaruhi tingkah laku peserta didik

dalam belajar. Pernyataan tersebut dijelaskan oleh Yusuf bahwa:

“Emosi yang positif seperti perasaan senang, bergairah, semangat atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca buku, aktif dalam berdiskusi, mengerjakan tugas, dan disiplin dalam belajar. Sebaliknya, emosi negatif seperti perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses belajar akan mengalami hambatan, dalam arti peserta didik tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar, sehingga kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan dalam belajarnya” Yusuf (2008:181-182).

Berdasarkan kondisi tersebut, dapat dikatakan bahwa pengaruh

emosi negatif juga akan berdampak tidak hanya pada hubungan

sosial, tetapi pada proses belajar di kelas. Hal utama yang juga

perlu diketahui adalah bagaimana ciri-ciri perkembangan emosi

pada peserta didik tahap kanak-kanak akhir. Berikut ini akan

dijabarkan ciri-ciri perkembangan emosi para peserta didik secara

(33)

Menurut Izzaty (2008:112-113) ciri-ciri emosi pada kanak-kanak

akhir adalah sebagai berikut:

a. Emosi peserta didik berlangsung relatif lebih singkat (sebentar).

Emosi pada peserta didik berlangsung secara singkat dan tiba-tiba.

Hal ini dikarenakan emosi peserta didik menampakkan dirinya di

dalam kegiatan atau gerakan yang nampak, sehingga

menghasilkan emosi yang singkat/pendek.

b. Emosi peserta didik kuat atau hebat.

Ciri emosi ini akan tampak pada peserta didik ketika mereka

sedang takut, marah, atau sedang bersenda gurau. Pada situasi

tersebut mereka akan tampak marah sekali, takut sekali, atau

tertawa terbahak-bahak, meskipun kemudian akan cepat hilang.

c. Emosi peserta didik mudah berubah.

Peserta didik akan mudah berubah emosinya. Misalnya, seorang

peserta didik yang baru saja menangis akan berubah menjadi

tertawa dalam waktu singkat.

d. Emosi peserta didik nampak berulang-ulang.

Emosi peserta didik yang nampak berulang-ulang dikarenakan

mereka sedang dalam proses perkembangan emosi, dimana

mereka harus mengadakan penyesuaian terhadap situasi di luar

(34)

e. Respon emosi peserta didik berbeda-beda.

Respon emosi peserta didik dapat berbeda-beda. Hal ini

dipengaruhi oleh pengamatan terhadap peserta didik dengan

berbagai tingkat usia yang menunjukkan berbagai respon emosi.

Pada awalnya pola respon emosi peserta didik akan sama. Namun,

setelah mengalami pengalaman belajar dari lingkungan, maka

akan membentuk tingkah laku yang akan mempengaruhi respon

emosi peserta didik.

f. Emosi peserta didik dapat diketahui atau dideteksi dari gejala

tingkah lakunya.

Kadangkala peserta didik tidak memperlihatkan reaksi emosi yang

nampak dan langsung, namun emosi dapat diketahui dari tingkah

lakunya yaitu melamun, gelisah, sering menangis, dsb.

g. Emosi peserta didik mengalami perubahan dalam kekuatannya.

Suatu ketika emosi peserta didik akan kuat, kemudian akan

berkurang. Emosi yang lain mula-mula lemah, kemudian berubah

menjadi kuat. Misalnya: seorang peserta didik memperlihatkan

rasa malu-malu di tempat yang masih asing, kemudian ketika ia

sudah tidak merasa asing lagi maka rasa malunya akan berkurang

(35)

3. Kemampuan Emosi

Salovey memperluas tentang definisi dasar tentang kecerdasan

emosional seraya memperluas kemampuan emosi menjadi lima

wilayah utama yaitu: mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi

diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan,

(Goleman: 2006, 58-59).

a. Mengenali emosi, yaitu kemampuan untuk memantau perasaan dari

waktu ke waktu bagi pemahaman diri dan kemampuan mengenali

perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Seseorang mampu

mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang

tinggi atas perasaan yang sesungguhnya kemudian mengambil

keputusan secara tepat.

b. Mengelola emosi, yaitu kemampuan untuk menguasai perasaannya

sendiri agar perasaan tersebut dapat diungkap secara tepat. Orang

yang tidak mampu mengelola emosinya akan terus menyesali

kegagalannya, sedangkan mereka yang mampu mengelola emosi

akan segera mampu bangkit dari kegagalan.

c. Memotivasi diri sendiri, yaitu kemampuan untuk mengendalikan

diri dan menahan diri terhadap kepuasaan sesaat untuk tujuan yang

lebih besar dan lebih menguntungkan.

d. Mengenali emosi orang lain, yaitu kemampuan untuk menangkap

sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi dan mengisyaratkan apa yang

(36)

e. Membina hubungan, yaitu kemampuan seseorang untuk

membentuk hubungan, membina kedekatan hubungan,

menyakinkan, mempengaruhi, dan membuat orang lain merasa

nyaman, serta dapat menjadi pendengar yang baik.

Selanjutnya, menurut Juantika (2011:33) aspek emosional dari

suatu perilaku, pada umumnya selalu melibatkan tiga variabel yaitu:

rangsangan yang menimbulkan emosi (the stimulus variable), perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi bila mengalami emosi (the organismic variable), dan pola sambutan ekspresi atas terjadinya pengalaman emosional itu (the response variable).

Berdasarkan kemampuan emosi yang telah dijabarkan oleh

Salovey (Goleman, 2006:27), peneliti berpendapat bahwa keempat

kemampuan emosi yang lain juga perlu dikembangkan oleh peserta didik,

khususnya kelas IV dan V. Namun, dalam penelitian ini, peneliti akan

memfokuskan pada kemampuan mengelola emosi. Hal ini dikarenakan,

melihat ciri-ciri emosi peserta didik kelas IV dan V seperti:emosi yang

mudah berubah, respon emosi berbeda-beda, emosi nampak

berulang-ulang, emosinya kuat dan hebat, dan sebagainya sehingga peserta didik

perlu belajar mengelola emosinya, karena jika peserta didik mengalami

kesulitan maka akan menghambat hubungan sosialnya, sedangkan apabila

mereka telah mampu mengelola emosi maka akan membantu dalam

(37)

4. Kemampuan mengelola emosi

Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan individu

dalam menangani perasaan, agar terungkap dengan tepat atau selaras,

sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menurut

Aristoteles ia berpendapat bahwa:

“ Mengelola emosi adalah menyelaraskan antara perasaan

dan lingkungan. Apabila emosi terlampau ditekan, maka akan tercipta kebosanan dan jarak; bila emosi tak dikendalikan, terlampau ekstrem dan terus-menerus, emosi akan menjadi sumber penyakit, seperti depresi berat, cemas berlebihan, amarah yang meluap-luap.” (Goleman, 2006:77)

Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan seseorang

untuk mengendalikan emosi yang berlebih sehingga menjadi

seimbang. Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan untuk

menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau

ketersinggungan, mampu bangkit dengan cepat dari perasaan itu dan

akibat-akibat yang timbul karena gagalnya keterampilan dasar. Tujuan

dari mengelola emosi adalah keseimbangan emosi bukan menekan

emosi, karena setiap emosi memiliki nilai dan makna.

Selain itu, indikator kemampuan mengelola emosi menurut

Yusuf & Juantika (2009:240) adalah kemampuan untuk bersikap

toleran terhadap frustasi, mampu mengendalikan marah secara lebih

baik, dapat mengendalikan prilaku agresif yang merusak diri sendiri

dan orang lain, memiliki perasaan yang positif tentang diri sendiri dan

orang lain, memiliki kemampuan untuk mengatasi stres, dan dapat

(38)

Menurut Goleman (1999:130-151), mengelola emosi meliputi

kemampuan untuk mengendalikan emosi diri, memiliki sifat dapat

dipercaya dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.

1. Mengendalikan emosi diri, yaitu menjaga agar emosi dan penyebab

yang merusak tetap terkendali. Orang yang mampu mengendalikan

emosi diri dimampukan untuk:

a. Mengelola dengan baik emosi-emosi yang menekan.

b. Tetap teguh, bersikap positif meskipun dalam situasi yang

berat

c. Mampu berpikir jernih dan tetap fokus kendati dalam keadaan

tertekan.

2. Sifat dapat dipercaya, yaitu menunjukkan integritas dan sikap

bertanggung jawab dalam mengelola diri sendiri. Orang yang dapat

dipercaya mampu untuk:

a. Bertindak menurut etika dalam masyarakat.

b. Tidak pernah mempermalukan orang lain.

c. Berani mengakui kesalahan sendiri dan menegur perbuatan

yang tidak dapat diterima.

d. Berpegang pada prinsip secara teguh walaupun akibatnya

adalah menjadi tidak disukai.

e. Membangun kepercayaan dengan sikap apa adanya dan jujur.

3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan

(39)

a. Mampu menangani perubahan dan tantangan. Orang yang

memiliki adabtabilitas yang tinggi berarti mampu luwes

memandang sesuatu.

b. Memiliki prioritas dan mampu menyesuaikan diri dengan

lingkungannya.

Menurut Goleman (2006:404) ciri-ciri orang yang dapat

mengelola emosi antara lain:

1. Toleransi yang lebih tinggi terhadap frustasi dan pengelolaan

amarah.

2. Berkurangnya ejekan verbal, perkelahian, dan gangguan di ruang

kelas.

3. Lebih mampu mengungkapkan amarah dengan tepat, tanpa

berkelahi.

4. Berkurangnya larangan masuk sementara dan skorsing.

5. Berkurangnya perilaku agresif atau merusak diri sendiri.

6. Perasaan yang lebih positif tentang diri sendiri, sekolah dan

keluarga.

7. Berkurangnya kesepian dan kecemasan dalam pergaulan.

Berikutnya, peneliti akan menjabarkan secara lebih rinci

aspek-aspek dalam mengelola emosi untuk peserta didik pada masa

(40)

5. Aspek-aspek kemampuan mengelola emosi pada peserta didik

Papalia (2008:486-487) dan Hurlock (2005:227) menyebutkan

aspek kemampuan mengelola emosi khususnya untuk peserta didik

kelas (IV dan V) yang sedang berada pada tahap perkembangan

kanak-kanak akhir yaitu:

a. Peka terhadap perasaan sendiri dan orang lain.

Peserta didik belajar untuk peka terhadap emosi yang sedang

dialami dan emosi yang sedang dialami oleh orang lain di

kehidupan sehari-hari. Hal ini akan membantu peserta didik untuk

belajar dan mengetahui reaksi-reaksi emosi yang dapat diterima

ataupun tidak dapat diterima dari kelompok sosial.

b. Menyadari bahwa tidak semua ungkapan emosi dapat diterima oleh

kelompok sosial/orang lain.

Meningkatnya usia peserta didik, membuat mereka belajar dan

menyadari bahwa ungkapan emosi kegembiraan atau kesedihan

hendaknya diungkapkan dalam bentuk yang dapat diterima secara

sosial di mana mereka tinggal. Misalnya, peserta didik tahu bahwa

mengejek teman saat merasa marah adalah perbuatan yang tidak

baik.

c. Mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial.

Meningkatnya usia peserta didik, maka semua emosi diekspresikan

lebih lunak karena mereka harus mempelajari reaksi orang lain

(41)

berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya.

Misalkan, emosi takut atau cemburu akan jarang tampak

dibandingkan apabila reaksi sosial yang mereka terima

menyenangkan. Contoh lainnya saat peserta didik merasa gembira,

maka peserta didik belajar mengekspresikan kegembiraan dalam

pola yang dapat diterima secara sosial, Hurlock (2005:212 & 227).

d. Merespon/ menanggapi reaksi emosional orang lain

Peserta didik mampu menanggapi reaksi emosional dari orang lain

secara tepat sesuai dengan perilaku yang diterima oleh kelompok

sosial. Misalnya, peserta didik yang sedang diliputi oleh emosi

kegembiraan; akibat mendapatkan teguran dari orang lain, maka

peserta didik menanggapi rekasi tersebut dengan mengendalikan

ekspresi kegembiraan, yang akibatnya mereka tidak menjadi gaduh

dan lebih terkendali.

e. Memverbalisasi emosi yang saling bertentangan.

Pada usia 8-11 tahun, peserta didik dapat mengintegrasikan

rangkaian emosi positif dan negatif. Peserta didik memahami

bahwa mereka memiliki dua perasaan yang saling bertolak

belakang dalam satu waktu. Misalnya, seorang anak mengatakan

bahwa “Sebagian besar anak laki-laki di sekolah nakal, tetapi saya

tidak merasakan hal tersebut pada adik laki-laki saya walaupun dia

(42)

kemarahan saya dan saya akan malu kepada diri saya jika tidak

dapat melakukan hal tersebut”.

f. Berperilaku prososial.

Perilaku prososial adalah tanda-tanda penyesuaian yang positif.

Peserta didik yang prososial cenderung bertindak sesuai dengan

situasi sosial, relatif bebas dari emosi negatif dan menghadapi

masalah secara benar.

Salah satu aspek kemampuan mengelola emosi pada tahap

kanak-kanak akhir, yang lainnya yang juga diperlukan adalah

kemampuan bersikap toleran terhadap frustasi. Kemampuan tersebut

yaitu kemampuan untuk menghambat pengaruh emosi yang tidak

menyenangkan dengan belajar menerima kegembiraan, kasih sayang,

keingintahuan dan keadaan emosi yang tidak menyenangkan lainnya

seperti marah, sehingga peserta didik tidak selalu bergantung pada

suasana yang menyenangkan. Hal ini dikarenakan, apabila peserta

didik terlalu bergantung pada emosi yang menyenangkan, maka

dikhawatirkan bahwa mereka tidak akan dapat mengatasi emosi yang

tidak menyenangkan jika emosi tersebut datang Hurlock (2005:231).

Aspek-aspek mengelola emosi tersebut yang akan digunakan

sebagaik aspek pembuatan kuesioner tentang tingkat kemampuan

mengelola emosi pada peserta didik kelas atas. Setiap aspek akan

(43)

B. Perkembangan Peserta Didik Kelas IV dan V 1. Pengertian peserta didik kelas (IV dan V)

Menurut Hurlock (2012:146), kanak-kanak akhir berlangsung dari

usia 6 sampai 12 tahun atau sampai tiba saatnya individu matang

secara seksual, dan peserta didik kelas atas berada pada rentan usia 10

- 12 tahun. Peserta didik di Sekolah Dasar dibagi menjadi dua yaitu:

a. Masa kelas rendah, yang berlangsung antara usia 6/7 tahun – 9/10

tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3 SD

b. Masa kelas-kelas atas, yang berlangsung antara usia 9/10 tahun –

12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4,5, dan 6 SD.

2. Ciri-ciri peserta didik kelas (IV dan V)

Pada masa tersebut terdapat ciri-ciri umum dari masa

kanak-kanak akhir yaitu: merupakan usia yang menyulitkan, usia sekolah

dasar, usia berkelompok dan usia bermain. Selain itu, ciri-ciri peserta

didik kelas atas juga dijabarkan oleh Yusuf (2008 : 25) yaitu:

a. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari.

Hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk

membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

b. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis.

c. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus, yang oleh para

ahli ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.

d. Peserta didik memandang nilai sebagai ukuran yang tepat

(44)

e. Peserta didik suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup

untuk bermain bersama. Permainan tersebut, biasanya peserta didik

tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang tradisonal,

melainkan mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

f. Peserta didik membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk

menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya.

Pada tahap ini seorang peserta didik dimampukan untuk dapat

melaksanakan tugas perkembangan pada tahap kanak-kanak akhir;

yang jika seorang peserta didik mampu melaksanakan tugas

perkembangan dengan baik, maka akan membawa kebahagian.

Sebaliknya, jika tidak mampu melaksanakan tugas perkembangan

dengan baik, maka akan menghambat tugas perkembangan berikutnya.

3. Tugas perkembangan peserta didik kelas IV dan V

Peserta didik kelas IV-V berada pada tahap pekembangan

kanak-kanak akhir di mana memiliki tugas perkembangan yang harus

dilaksanakan dan diselesaikan oleh peserta didik. Tugas perkembangan

masa pada masa kanak-kanak akhir, menurut Havighurts dalam

(Hurlock ,1997) dan penjabarannya dalam Yusuf (2008:69-70) adalah

sebagai berikut:

a. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain.

Pada masa ini, peserta didik berada pada tahap penguasaan otot,

(45)

olahraga dan permainan ringan, seperti loncat tali, berenang,

sepakbola, dan sebagainya.

b. Mengembangkan sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai

mahluk yang sedang tumbuh.

Hakikat tugas ini ialah, pertama mengembangkan kebiasaan untuk

memelihara badan, meliputi kebersihan, keselamatan diri dan

kesehatan. Kedua, mengembangkan sikap positif terhadap jenis

kelaminnya (pria atau wanita) dan juga menerima dirinya (baik

rupa wajah maupun postur tubuhnya) secara positif.

c. Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya.

Belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang

baru serta teman-teman sebayanya. Pergaulan peserta didik di

sekolah atau teman sebayanya, mungkin akan diwarnai oleh

perasaan senang, karena temannya memiliki sifat yang baik, tetapi

mungkin juga diwarnai oleh perasaan tidak senang karena

temannya tidak baik seperti suka mengganggu atau nakal.

d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita.

Peran atas jenis kelamin pada peserta didik akan terlihat dari segi

permainan, seperti peserta didik laki-laki akan brpakaina rapi agar

terlihat tampan dan mengikuti permaian yang khas laki-laki,

seperti bermain sepak bola, dsb. Sebaliknya peserta didik

perempuan akan berpakaian cantik dengan menngunakan rok atau

(46)

e. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk

membaca, menulis dan berhitung.

Peserta didik agar dapat hidup dalam masyarakat yang berbudaya,

harus melalui pendidikan Sekolah Dasar, karena dari Sekolah

Dasar peserta didik sudah diajarkan keterampilan membaca,

menulis, dan berhitung.

f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk

kehidupan sehari-hari.

Peserta didik dalam proses kehidupan sehari-hari akan melakukan

banyak hal seperti melihat sesuatu, mendengar, mengecap,

mencium dan hal tersebut akan masuk dalam ingatan. Ingatan

mengenai hal tersebut akan membentuk sebuah konsep

(tanggapan), sehingga bertambahnya pengalaman akan menambah

perbendaharaan konsep peserta didik tentang kehidupan

sehari-hari.

g. Mengembangkan hati nurani, moral dan skala nilai.

Hakikat tugas ini ialah mengembangkan sikap dan perasaan yang

berhubungan dengan norma agama. Hal ini menyangkut

penerimaan dan penghargaan terhadap peraturan moral yang

disertai dengan perasaan senang untuk melakukan atau tidak

melakukan. Tugas perkembangan ini berhubungan dengan

masalah benar – salah, boleh – tidak boleh, jujur itu baik, bohong

(47)

h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga.

Hakikat tugas ini ialah mengembangkan sikap sosial yang

demokratis dan menghargai hak orang lain, seperti

mengembangkan sikap tolong-menolong, tenggang rasa, mau

bekerjasama dengan orang lain, toleransi terhadap pendapat orang

lain, empati dan menghargai hak orang lain.

i. Mencapai kebebasan pribadi.

Hakikat tugas ini ialah untuk dapat menjadi orang yang mandiri,

yakni mampu membuat rencana, berbuat untuk masa sekarang dan

masa yang akan datang bebas dari pengaruh orangtua dan orang

lain.

Berdasarkan penjabaran tugas perkembangan tersebut,

terdapat beberapa tugas perkembangan yang relevan dengan

kemampuan mengelola emosi pada peserta didik kelas IV dan V.

Tugas perkembangan tersebut antara lain: mengembangkan sikap

terhadap kelompok sosial, belajar menyesuaikan diri dengan teman

sebaya dan mengembangkan hati nurani, moral dan skala nilai.

Tugas perkembangan tersebut diaanggap relevan dengan kemampuan

peserta didik dalam mengelola emosi dikarenakan, peserta didik kelas

IV dan V dalam menyelesaikan tugas perkembangan tersebut, akan

mengalami emosi yang ikut mempengaruhi perkembangan peserta

didik sehingga apabila peserta didik memiliki hambatan dalam

(48)

pada relasi sosialnya dengan orang lain. Selain itu, apabila diabaikan

maka akan menghambat pelaksanaan tugas perkembangan itu sendiri.

Selain itu, emosi pada masa kanak-kanak akhir juga tidak

dapat dipisahkan dengan perkembangan pribadi dan sosial. Hal ini

sejalan dengan penjelasan yang ditulis oleh Hurlock bahwa:

“Semua emosi, tidak hanya emosi yang menyenangkan,

memainkan peran penting dalam kehidupan anak, dan bahwa setiap macam emosi mempengaruhi cara penyesuaian pribadi dan sosial yang dilakukan oleh anak” (Hurlock,2005:210).

Hal ini dapat dijelaskan bahwa perkembangan pribadi akan

mempengaruhi peserta didik dalam mengenal dirinya dan mengetahui

emosi yang dirasakannya. Selain itu, perkembangan emosi peserta

didik juga sangat dekat dengan perkembangan sosial, di mana

orang-orang yang ada di sekitarnya yang akan mempengaruhi perilakunya

dalam menanggapi emosi. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Rita Eka

(2008:121) bahwa:

“Dunia sosioemosional peserta didik menjadi semakin

kompleks dan berbeda. Interaksi dengan keluarga, teman sebaya, sekolah dan hubungan dengan guru memiliki peran yang penting dalam hidup dan perkembangan emosi peserta didik.”

Oleh karena itu, untuk membantu peserta didik

mengembangkan kemampuan mengelola emosi, guru BK/konselor

sekolah dapat memberikan bimbingan melalui bidang bimbingan

pribadi – sosial. Berikut ini akan dijelaskan lebih rinci tentang bidang

(49)

C. Bimbingan Pribadi – Sosial

1. Pengertian Bimbingan Pribadi – Sosial

Bimbingan pribadi-sosial adalah satu dari ragam bimbingan dalam

pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Terdapat beberapa arti

dari bimbingan pribadi sosial antara lain menurut Winkel (2007:118)

yaitu:

“Bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang; serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan

dengan sesama di berbagai lingkungan.”

Selain itu, Yusuf (2009:11) juga lebih menjelaskan arti dari

bimbingan pribadi –sosial dan lingkup masalah yang termasuk dalam

ranah bimbingan pribadi – sosial yaitu:

“Bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan untuk

membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah pribadi – sosial. Yang tergolong dalam masalah-masalah pribadi sosial adalah masalah hubungan dengan teman, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal, dan

penyelesaian konflik.”

Berdasarkan pengertian bimbingan pribadi – sosial tersebut

menunjukkan bahwa bimbingan ini diarahkan untuk memantapkan

kepribadian dan mengembangkan individu dalam menghadapi

masalah-masalah dirinya. Bimbingan pribadi – sosial merupakan

layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang

dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi, serta ragam

(50)

tujuan dari bimbingan pribadi sosial yang menjadi pedoman dalam

menyelenggarakan bimbingan

2. Tujuan Bimbingan Pribadi-Sosial

Bimbingan dan Konseling bertujuan untuk membantu peserta didik

agar dapat mencapai tujuan perkembangannya. Yusuf (2009:13)

menyebutkan bahwa tujuan pemberian bimbingan secara umum antara

lain agar peserta didik dapat:

a. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya

seoptimal mungkin.

b. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan dan lingkungan

masyarakat.

c. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam

penyesuaian dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat

Selain itu, Furqon (2005: 51) menjabarkan secara khusus

layanan bimbingan di sekolah dasar, bertujuan untuk membantu

peserta didik agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan yang

meliputi: aspek pribadi – sosial, pendidikan dan karier sesuai dengan

tuntututan lingkungan. Aspek perkembangan pribadi – sosial pada

layanan bimbingan diberikan untuk membantu siswa agar:

a. Memiliki pemahaman diri

b. Mengembangkan sikap postif

c. Membuat pilihan kegiatan secara sehat

(51)

e. Memiliki rasa tanggung jawab

f. Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi

g. Menyelesaikan masalah

h. Dapat membuat keputusan secara baik

Selain itu, Bimbingan dan Konseling di SD juga memiliki

beberapa fungsi bimbingan yaitu, pemahaman, pengembangan,

pemeliharaan dan pencegahan, bagi mereka yang telah mampu atau

masih mengalami kesulitan dalam mengelola emosi. Ketidakmampuan

peserta didik dalam melakukan pengelolaan emosi dengan baik akan

menimbulkan permasalahan bagi dirinya dan berpengaruh pada relasi

sosialnya. Oleh karena itu, bimbingan pribadi-sosial dapat membantu

peserta didik untuk mampu mengelola emosi dengan baik.

3. Peran Guru BK di Sekolah Dasar

Fungsi bimbingan yang sudah dibahas sebelumnya, dapat

terlaksana dengan adanya program bimbingan yang dibuat dan

dilaksanakan oleh guru BK di SD. Guru BK adalah guru pembimbing

yang membantu dan mendampingi peserta didik baik dalam bidang

pribadi, sosial, belajar dan karier. Peranan Guru BK yakni

menciptakan dan mengembangkan interaksi yang membantu peserta

didik untuk mengaktualisasikan potensi secara optimal,

mengembangkan pribadi yang utuh dan sehat, serta menampilkan

(52)

Berdasarkan peranan tersebut maka, Guru BK dapat

mengembangkan dan memelihara kemampuan mengelola emosi para

peserta didik kelas IV dan V melalui pelaksanaan bimbingan klasikal,

bimbingan kelompok atau konseling individual/kelompok untuk

anak-anak. Guru BK dapat memberikan layanan melalui bimbingan klasikal

atau kelompok dengan memberikan topik-topik bimbingan yang

sesuai dengan pengembangan dan pemeliharaan kemampuan

mengelola emosi, seperti usulan topik yang ada pada Tabel 14. Selain

itu, guru BK ada baiknya juga menguasai materi bimbingan dan

menggunakan metode bimbingan yang mudah dipahami oleh peserta

didik kelas IV dan V, seperti: metode role playing, story telling,

diskusi kelompok, menonton film pendek atau video.

Guru BK dalam membantu peserta didik kelas IV dan V yang

masih mengalami kesulitan dalam mengembangkan dan memelihara

kemampuan mengelola emosi, juga dapat menggunakan konseling

individual atau konseling kelompok. Guru BK dapat menggunakan

berbagai media dan aktivitas untuk mengetahui apa saja kesulitan

yang dihadapi oleh beberapa peserta didik kelas IV dan V dalam

mengembangkan kemampuan mengelola emosi. Beberapa media atau

aktivitas yang dapat digunakan seperti: menggunakan aktivitas

menggambar, melukis, membuat kolose, drama imajinatif, konseling

dengan menggunakan bak pasir, miniatur orang atau hewan, buku dan

(53)

stake holder sekolah dapat membantu peserta didik kelas IV dan V dalam mengembangkan dan memelihara kemampuan mengelola

(54)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi

penelitian. Hal yang berkaitan antara lain: jenis penelitian, subjek penelitian,

instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.

Furchan (2005: 415-418) menjelaskan penelitian deskriptif dengan

metode survei merupakan penelitian dengan melakukan pengumpulan

data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan

karakteristik subjek yang diteliti secara tepat. Sifat deskriptif dalam

penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang deskripsi

kemampuan mengelola emosi peserta didik kelas IV dan V SD Pangudi

Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas IV dan V SD

Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini

(55)

Berikut ini adalah rincian daftar peserta didik sebagai subjek penilitian

[image:55.595.97.515.176.618.2]

yang dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1

Rincian Daftar Subjek Penelitian Kelas IV dan V SD Pangudi Luhur Yogyakarta

Kelas Jumlah IV PL 2 34 IV PL 3 38 V PL 2 36 V PL 4 35

C. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner Kemampuan Mengelola Emosi pada Peserta Didik

Kelas IV dan V SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Peniliti menggunakan

kuesioner tertutup. Kuesioner bentuk tertutup berisi

pertanyaan yang disertai dengan pilihan jawaban untuk

pertanyaan-pertanyaan tersebut (Furchan, 2005 : 260). Kuesioner yang disusun

oleh peneliti memuat aspek-aspek deskripsi kemampuan mengelola

emosi menurut Papalia (2008:486-487) yaitu: peka terhadap perasaan

diri sendiri dan orang lain, menyadari bahwa tidak semua ungkapan

emosi dapat diterima dalam kelompok sosial, mengatur ekspresi emosi

dalam situasi sosial, merespon reaksi emosional orang lain,

memverbalisasi emosi yang saling bertentangan dan berperilaku

(56)

tersebut disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan peserta

didik kelas IV dan V SD.

2. Format pernyataan skala

Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala Llikert

dalam bentuk angket. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Pada skala Likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator variabel tersebut dijadikan

sebagai dasar untuk menyusun item-item instrumen yang berupa

pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2011: 134).

Pernyataan-pernyataan dalam skala memuat item-item Pernyataan-pernyataan yang bersifat

positif (favorable) dan yang bersifat negatif (unfavorable).

Skala ini dilengkapi dengan empat perintah jawaban. Jawaban

setiap item dalam penelitian ini, menggunakan skala Likert yang mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif berupa

kata-kata: sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai.

Pada skala ini alternatif jawaban netral tidak disertakan, karena untuk

mengurangi kecenderungan responden dalam memberikan jawaban

yang netral dan untuk meningkatkan variabilitas responsi, Azwar

(57)

3. Penentuan skor

Penentuan skor dalam pengolahan data yang dihasilkan

instrumen ini adalah: “sangat sesuai” = 4, “sesuai” = 3; “tidak sesuai”

= 2; dan “sangat tidak sesuai” = 1 untuk pernyataan positif (Favorable Item) dan sebaliknya untuk pernyataan negatif (Unfavorable Item). Total skor setiap responden adalah hasil penjumlahan skor dari seluruh

item yang tersedia dan dijadikan sebagai data olahan untuk analisis

penelitian ini.

4. Kisi-kisi item

Kisi-kisi item berdasarkan aspek-aspek kemampuan mengelola

emosi pada peserta didik kelas IV dan V SD Pangudi Luhur

Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Kisi-kisi item uji coba dapat

(58)
[image:58.595.97.539.179.671.2]

Tabel 2

Kisi-Kisi Kuesioner Uji Coba Kemampuan Mengelola Emosi Peserta Didik Kelas IV dan V SD Pangudi Luhur Yogyakarta

Tahun Ajaran 2012/2013

No Aspek Indikator No item

Favorable Unfavorable

1. Peka terhadap perasaan sendiri dan orang lain

a. Mengenal emosi yang dialami sendiri

6,11,16 9,15

b. Memahami emosi yang dialami orang lain

28,50,60 18, 27

2. Menyadari bahwa tidak semua ungkapan emosi dapat diterima dalam kelompok sosial

a. Mengetahui perilaku ungkapan emosi negatif yang dapat diterima

47,52 37, 45, 58

b. Mengetahui perilaku ungkapan emosi positif yang dapat diterima

1,17,56 20, 32

3. Mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial

a. Mengendalikan perilaku agresif yang merusak orang lain

4,10,43 14, 55

b. Mengungkapkan emosi kegembiraan secara tepat

8,46 5,22,29

4. Merespon reaksi emosional orang lain

a. Tanggap atas reaksi emosi yang tidak dapat diterima

3,59 13, 24, 38

b. Tanggap atas reaksi emosi yang dapat diterima

2,19,31 25, 48

5. Memverbalisasi emosi yang saling bertentangan

a. Berkata jujur 34,41 7,26,49 b. Mengakui kesalahan 12, 21, 57 30, 36

6. Berperilaku prososial

a. Menerima ungkapan maaf dari orang lain

40, 51 35, 42, 54

b. Tidak merendahkan orang lain

23, 33, 53 39, 44

JUMLAH ITEM 31 29

(59)

D. Uji Coba Alat 1. Validi

Gambar

Gambar 1 Histogram  Tingkat Kemampuan Mengelola Emosi..................
Tabel 1  Rincian Daftar Subjek Penelitian
Tabel 2 Kisi-Kisi Kuesioner Uji Coba  Kemampuan Mengelola Emosi
Tabel 3 Rincian Daftar Subjek Penelitian untuk Uji Coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jadi pengembangan multimedia pembelajaran interaktif mata kuliah computer akuntansi dengan program (MYOB Accounting 13 pada materi Inventory Journal sangat tepat

Menimbang : bahwa untuk mendorong terciptanya efisiensi dalam penyusunan laporan pemeriksaan dan pendapat dari segi hukum yang terdapat dalam Pernyataan Pendaftaran dalam

Dari hasil uji polinominal orthogonal (Ilustrasi 1) dapat dilihat bahwa semakin besar dosis vitamin E yang diberikan motilitas sper- matozoa semakin tinggi, dengan persamaan

Ketua STPP Malang yang selanjutnya disebut Ketua adalah Pimpinan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang yang mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan,

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Profitabilitas (ROA), Posisi Kas, Growth, Leverage (DER), dan Likuiditas (CR) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)

Sudiadnyana, Eka, Yudha dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu selama penulis menempuh studi di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana

PENGARUH KELOMPOK TEMAN SEBAYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMAN 6 BANDUNG: (Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI IIS di SMAN 6 Bandung).. Universitas Pendidikan Indonesia

Permohonan pembukaan deposito dapat dilakukan melalui DAC, apabila Nasabah (pemberi instruksi) merupakan existing customer dan rekening dalam keadaan aktif dengan tetap