hidayah-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul
“ANALISIS PENGARUH CURRENT RATIO, LEVERAGE DAN FIRM
SIZE TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN
MAKANAN DAN MINUMAN YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK
INDONESIA” telah terselesaikan dengan baik. Penyusunan skripsi ini
dimaksudkan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu,
Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberi bimbingan, dukungan, petunjuk serta bantuan
baik spirituil maupun materiil, khususnya kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak Dr. H. Dhani Ichsanudin Nur, SE,MM, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.
Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, Ms. Selaku Ketua Jurusan Fakultas
Ekonomi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
6.
Ayah dan Ibu tersayang , penulis menyampaikan terima kasih banyak atas
doa dan dukungan baik secara spiritual maupun materiil yang tidak mungkin
penulis uraikan dengan kata-kata.
7.
Kepada keluarga besar Arief Fachrudin, SE terima kasih atas semua
dukungan, doa, semangat dan pengertiannya yang telah diberikan sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
8.
Kepada seluruh keluarga besar Himpunan Mahasiswa Manajemen (HMM)
dan semua teman-temanku terima kasih semua dukungan, doa, dan semangat
yang telah diberikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam
skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran
dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Surabaya, Maret 2010
DAFTAR ISI ………...
ii
DAFTAR TABEL ………....
iii
DAFTAR GAMBAR ………....
iv
DAFTAR LAMPIRAN ………....
v
ABSTRAKSI
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ………... .
1
1.2
Perumusan Masalah ………... .
8
1.3
Tujuan Penelitian ……….. .
8
1.4
Manfaat Penelitian ……….... .
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Hasil Penelitian Terdahulu ……….
10
2.2
Landasan Teori ………...
11
2.2.1. Pengertian Manajemen Keuangan ………..
11
2.2.2. Laporan Keuangan...……….. .
12
2.2.2.1 Arti Pentingnya Laporan Keuangan ………...
12
2.2.2.2 Pihak yang Berkepentingan terhadap Posisi
Keuangan ………...
13
2.2.2.3 Pengertian Laporan Keuangan ...
13
2.2.2.4 Sifat laporan Keuangan ...
13
2.2.2.5 Bentuk laporan Keuangan ...
14
2.2.3. Analisa Laporan Keuangan ………....
15
2.2.3.1 Tujuan Analisa ...
15
2.2.3.2 Dasar Pembanding Analisa Laporan Keuangan ...
15
2.2.3.3 Penggolongan Angka Rasio ...
16
2.2.5. Investasi di Pasar Modal ………... .
21
2.2.6. Penilaian Harga Saham ... .
23
2.2.7. Price Earning Ratio ……….. .
24
2.2.7.1 Pengertian Price Earning Ratio ………..
24
2.2.7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Price Earning Ratio (PER) ………...
25
2.2.8. Pengertian Variabel Bebas ... .
26
2.2.8.1 Pengertian Current Ratio ...
26
2.2.8.2 Pengertian Leverage ...
27
2.2.8.3 Pengertian Firm Size ………...
28
2.2.9. Pengaruh Antar Variabel ... .
29
2.2.9.1 Pengaruh Current Ratio Terhadap Price Earning Ratio ..
29
2.2.9.2 Pengaruh Leverage Terhadap Price Earning Ratio …….
30
2.2.9.3 Pengaruh Firm Size Terhadap Price Earning Ratio ……
31
2.3 Kerangka Pikir ……….. .
33
2.4 Hipotesis ………... .
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi operasional dan Pengukuran Variabel ………...
35
3.2 Teknik Penentuan Sampel………... .
37
3.2.1 Populasi………... .
37
3.2.2 Sampel………...
37
3.3. Teknik Pengumpulan Data……….. .
39
3.3.1 Jenis Data………. .
39
3.3.2 Sumber Data………..
39
3.4.3 Uji Hipotesis ………
46
3.4.3.1 Uji Simultan (Uji F) ………. .
46
3.4.3.2 Uji Parsial (Uji t) ………. .
47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ………..
49
4.1.1 Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia ……….. .
49
4.1.2 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia (BEI) ……….. .
50
4.1.3 Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) …………... 52
4.1.4 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia (BEI) ………….. 52
4.1.5 Sejarah Perusahaan Obyek Penelitian ………. .
54
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ………. 61
4.2.1 Current Ratio (X
14.2.2 Leverage (X
) ………
.
62
24.3.3 Firm Size (X
) ………...
63
3
4.3.4 Price Earning Ratio (Y) ……….. .
65
) ………. .
64
4.3 Analisis Dan Pengujian Hipotesis ………... .
66
4.3.1 Analisis Regresi Linier Berganda ………... .
66
4.3.2 Koefisien Determinasi Berganda (R
24.3.3 Analisis Asumsi Klasik ……….. .
69
) ... .
68
4.3.4 Uji Hipotesis Dengan Uji t ………... .
75
4.4 Pembahasan ………...
77
4.4.1 Pengaruh Current Ratio Terhadap Price Earnung Ratio ... .
77
4.4.2 Pengaruh Leverage Terhadap Price Earnung Ratio ……….. 78
5.2. Saran ………... .
82
Tabel 2. Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman………
10
Tabel 3. Current Ratio (X
1di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008 ………... 52
) Perusahaan Makanan dan Minuman
Tabel 4. Leverage (X
2di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008 ………53
) Perusahaan Makanan dan Minuman
Tabel 5. Firm Size (X
3di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008 ………...
54
) Perusahaan Makanan dan Minuman
Tabel 6. Price Earning Ratio (Y) Perusahaan Makanan dan Minuman
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008 ………...
56
Tabel 7. Koefisien Regresi Linier Berganda ……… 57
Tabel 8. Data Uji Multikolinearitas ... 59
Tabel 9. Data Uji Heteroskedastisitas ... 60
Gambar 2. Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia ...45
Lampiran 2 :
Analisis Regresi Berganda dan Asumsi Klasik
Lampiran 3 :
Tabel Statistik
Lampiran 4 :
Laporan Keuangan Perusahaan Makanan Dan
Oleh :
Lia Wijayanti
Abstraksi
Dengan semakin ketatnya persaingan bisnis antar perusahaan, perusahaan
berupaya menjadi yang terbaik dari perusahaan lain. Semkin tiggi tingkat
pertumbuhan perusahaan menunjukkan semakin bagus prospek perusahaan
dimasa yang akan datang. Pada umumnya investor menyukai perusahaan yang
besar karena memiliki kinerja bagus tetapi dalam melakukan investasi investor
seharusnya memperkirakan apakah perusahaan yang besar mampu memenuhi
kewajiban finansial jangka pendeknya dan seberapa jauh perusahaan
menggunakan leverage dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan.
Sebab penggunaan leverage yang besar juga menimbulkan resiko yang besar pula
dan Price Earning Ratio banyak digunakan investor untuk menentukan apakah
investasi modal yang dilakukannya menguntungkan atau merugikan. Atas dasar
fenomena tersebut maka penelitian ini bermaksud untuk meneliti mengenai
pengaruh Current Ratio, Leverage dan Firm Size terhadap Price Earning Ratio
pada perusahaan makanan dan minuman yang go public di Bursa Efek Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman
yang go publik di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu bahwa pengambilan
sampel dilakukan atas dasar tujuan tertentu, maka jumlah sampel perusahaan
makanan dan minuman yang memenuhi kriteria sebanyak 10 perusahaan. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
data laporan keuangan periode 2005-2008 yang diambil dari Bursa Efek
Indonesia. Sedangkan untuk pengujian data menggunakan analisis regresi linear
berganda dengan asumsi klasik menggunakan program SPSS.
Hasil penelitian melalui analisis uji regresi linear berganda diperoleh
kesimpulan bahwa variabel Current Ratio, leverage tidak signifikan (Negatif)
sedangkan Firm Size tidak sigmifikan (Positif) terhadap price earning ratio.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Prestasi perusahaan yang semakin meningkat atau semakin baik dengan
sendirinya akan meningkatkan kepercayaan pihak luar dan akan
mempermudah perusahaan untuk memperoleh dana atau tambahan modal
melalui go publik dengan menjual sahamnya kepada masyarakat. Dengan
semakin ketatnya persaingan bisnis antar perusahaan maka perusahaan akan
berupaya menjadi yang terbaik dari perusahaan lain. Apalagi untuk
perusahaan yang memproduksi barang sejenis.
Laporan keuangan merupakan sumber berbagai macam informasi bagi
investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan
investasi di pasar modal. Pada pasar modal yang efisien, harga saham
mencerminkan semua informasi yang relevan dan pasar akan bereaksi apabila
terdapat informasi baru. Maka dari itu setiap tahun perusahaan publik yang
terdaftar di BEI berkewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan
kepada Bursa Efek, para investor, dan publik.
Kehadiran pasar modal bagi perusahaan merupakan alternatif pilihan
sumber dana. Pasar modal merupakan alternatif pembiayaan untuk
mendapatkan modal dengan biaya relatif murah dan juga tempat untuk
investasi jangka pendek dan jangka panjang. Menurut Jogiyanto (2000) pasar
keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan dalam
bentuk hutang maupaun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah,
public authorities, maupun perusahaan swasta.
Banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya PER. Sehingga
menjadi penting bagi para investor untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi Price Earnings Ratio. Karena, Price Earnings Ratio (PER)
merupakan ukuran yang paling banyak digunakan untuk menentukan apakah
investasi modal yang dilakukannya menguntungkan atau merugikan. Semakin
tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan menunjukkan semakin bagus prospek
perusahaan di masa yang akan datang sehingga dapat memberikan jaminan
atas investasi yang ditanamkan oleh investor dalam perusahaan yang
bersangkutan. Selain sebagai jaminan keamanan, tingkat pertumbuhan juga
berguna bagi investor dalam memprediksi keuntungan saham pada masa yang
akan datang.
Dalam penelitian ini, saham kelompok perusahaan makanan dan
minuman lebih banyak mencuri minat para investor karena perusahaan
makanan dan minuman merupakan salah satu usaha yang tidak pernah mati
akan kebutuhan pangan yang merupakan kebutuhan pokok manusia. Tingkat
konsumsi masyarakat akan semakin bertambah sejalan dengan tuntutan
kebutuhan manusia yang semakin komplek dan meningkat. Adapun alasan
dipilihnya kelompok perusahaan makanan dan minuman sebagai objek
penelitian karena perusahaan makanan dan minuman adalah perusahaan yang
dalam kehidupan sehari – hari selain itu banyak diantara perusahaan makanan
dan minuman telah tercatat dalam waktu yang relatif lama dan cukup dikenal
luas dengan kinerja yang cukup baik.
Dengan menurunnya daya beli masyarakat dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan industri makanan dan minuman di Indonesia. Badan Pusat
Statistik (BPS) menyebutkan, pertumbuhan industri makanan dan minuman
dilihat dari skala kecil, menengah maupun besar terus merosot. Menurut
Thomas, pertumbuhan industri makanan dan minuman di Indonesia pada
tahun 2006 sebesar 32%, kemudian pada tahun 2007 terjadi pertumbuhan
namun hanya sebesar 17% dan pada tahun 2008 pertumbuhan industri
makanan dan minuman mengalami penurunan sebesar 15% dibanding tahun
sebelumnya. (http://epaper.kompas.com/,12 Januari 2009)
Menurut Husnan (1994:279), bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi PER adalah pertumbuhan dividen (yang berarti juga laba).
Semakin tinggi pertumbuhan dividen semakin tinggi PER apabila
faktor-faktor yang lain sama.
Price Earning Ratio menunjukkan perbandingan antara harga saham di
pasar perdana atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan
pendapatan yang diterima. PER yang tinggi menunjukkan ekspetasi investor
tentang prestasi perusahaan dimasa yang akan datang cukup tinggi
(Fakhruddin dan Hadianto,2001: 66).
Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001 : 59) Rasio Likuiditas adalah
finansial jangka pendek. Artinya jika kewajiban-kewajiban finansial jangka
pendek jatuh tempo mampukah pihak perusahaan mengatasi hal tersebut.
Current Rasio adalah rasio untuk menghitung berapa kemampuan perusahaan
dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia. Semakin
tinggi rasio ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial jangka pendek.
Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001: 59),Rasio Leverage atau rasio
utang adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh aktiva
perusahaan dibiayai utang atau oleh pihak luar.
Menurut Sartono (2001 : 249), perusahaan besar yang sudah
well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding
dengan perusahaan kecil karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan
besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula.
Oleh karena itu menjadi tujuan utama bagi investor untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio, sehingga dapat
memutuskan investasi saham mana yang akan dipilih atau bagaimana
diversifikasi investasi yang tepat sekaligus menguntungkan.
Ada 10 Perusahaan Makanan dan Minuman yang go publik dan terdaftar
diBursa Efek Indonesia. Dalam setiap perusahaan makanan dan minuman
yang nantinya akan berimbas pada berfluktuasinya penjualan. Fluktuasinya
penjualan berpengaruh juga pada Price Earning Ratio perusahaan. Hal ini
yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia yang dapat ditunjukkan dalam
bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 1 : Nilai Price Earning RatioPerusahaan Makanan dan Minuman
yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia
No Nama Perusahaan Price Earning Ratio
2005 2006 2007 2008 1. PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPI 12.89 29.63 25.86 20.30
2. PT. SMART 8.96 16.67 17.44 4.67
3. PT. DELTA DJAKARTA 10.22 8.44 5.41 3.82
4. PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR 70.00 19.29 24.76 7.88
5. PT. MAYORA INDAH 13.67 13.28 9.46 4.45
6. PT. MULTI BINTANG INDONESIA 12.11 15.75 13.73 4.69
7. PT. ULTRA JAYA MILK. 155.00 87.00 65.00 7.62
8. PT. TUNAS BARU LAMPUNG 50.00 12.63 27.39 12.67
9. PT. FAST FOOD INDONESIA 12.90 11.82 10.65 11.03
10. PT. SIANTAR TOP 18.75 19.09 30.83 37.50 Sumber: Indonesia Capital Market Directory 2005-2008 (Bursa Efek Indonesia)
Dari tabel 1 diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPI, perolehan PER tahun 2005 sebesar
12.89 kali dan pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 29.63 kali,
kemudian pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 25.86 kali dan pada
tahun 2008 peolehan PER mengalami penurunan sebesar 20.30 kali.
2. PT. SMART, perolehan PER pada tahun 2005 sebesar 8.96 kali, dan pada
tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 16.67 kali, kemudian pada tahun
2007 mengalami peningkatan sebesar 17.44 kali dan pada tahun 2008
perolehan PER mengalami penurunan sebesar 4.67 kali.
3. PT. DELTA DJAKARTA, perolehan PER pada tahun 2005 sebesar 10.22
pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 5.41 kali dan pada tahun 2008
perolehan PER mengalami penurunan sebesar 3.82 kali.
4. PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, perolehan PER pada tahun 2005
sebesar 70.00 kali, dan pada tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 19.29
kali, kemudian pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 24.76 kali
dan pada tahun 2008 perolehan PER mengalami penurunan sebesar 7.88 kali.
5. PT. MAYORA INDAH, perolehan PER pada tahun 2005 sebesar 13.67
kali, dan pada tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 13.28 kali, kemudian
pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 9.46 kali dan pada tahun 2008
perolehan PER mengalami penurunan sebesar 4.45 kali.
6. PT. MULTI BINTANG INDONESIA, perolehan PER pada tahun 2005
sebesar 12.11 kali, dan pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 15.75
kali, kemudian pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 13.73 kali dan
pada tahun 2008 perolehan PER mengalami penurunan sebesar 4.69 kali.
7. PT. ULTRA JAYA MILK, perolehan PER pada tahun 2005 sebesar 155.00
kali, dan pada tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 87.00 kali, kemudian
pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 65.00 kali dan pada tahun
2008 perolehan PER mengalami penurunan sebesar 7.62 kali.
8. PT. TUNAS BARU LAMPUNG , perolehan PER pada tahun 2005 sebesar
50.00 kali, dan pada tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 12.63 kali,
kemudian pada tahun 2007 perolehan PER mengalami peningkatan sebesar
27.39 kali dan pada tahun 2008 perolehan PER mengalami penurunan sebesar
9. PT. FAST FOOD INDONESIA, perolehan PER pada tahun 2005 sebesar
12.90 kali, dan pada tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 11.82 kali,
kemudian pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 10.65 kali dan pada
tahun 2008 perolehan PER mengalami peningkatan sebesar 11.03 kali.
10. PT. SIANTAR TOP, perolehan PER pada tahun 2005 sebesar 18.75 kali,
dan pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 19.09 kali, kemudian
pada tahun 2007 perolehan PER mengalami peningkatan sebesar 30.83 kali
dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 37.50 kali.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan Makanan dan
Minuman yang go publik di Bursa Efek Indonesia memiliki Nilai Price
Earning Ratio yang berfluktuasi. Hal ini disebabkan karena daya beli
masyarakat menurun yang dapat berpengaruh terhadap Pertumbuhan Industri
perusahaan makanan dan minuman diIndonesia. Dalam rangka inilah
penelitian dilakukan walaupun disadari bahwa faktor fundamental sangat luas
cakupannya yang dapat mempengaruhi Price Earning ratio saham perusahaan
Makanan dan Minuman yang go publik di Bursa Efek Indonesia, tidak hanya
meliputi kondisi internal perusahaan tetapi juga kondisi fundamental makro
ekonomi yang berada di luar kendali perusahaan. Oleh karena itu penelitian ini
dibatasi hanya menganalisis faktor-faktor fundamental dari aspek performance
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik mengangkat topik tersebut
kedalam penelitian dengan judul ”ANALISIS PENGARUH CURRENT
RATIO, LEVERAGE DAN FIRM SIZE TERHADAP PRICE EARNING
RATIO PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG GO
PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
perumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Apakah Current Ratio berpengaruh terhadap Price Earning Ratio saham
perusahaan Makanan dan Minuman yang go publik di Bursa Efek
Indonesia?
2. Apakah Laverage berpengaruh terhadap Price Earning Ratio saham
perusahaan Makanan dan Minuman yang go publik di Bursa Efek
Indonesia?
3. Apakah Firm Size berpengaruh terhadap Price Earning Ratio saham
perusahaan Makanan dan Minuman yang go publik di Bursa Efek
Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Atas dasar perumusan masalah,maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh Current ratio terhadap Price Earning Ratio
saham perusahaan Makanan dan Minuman yang go publik di Bursa Efek
2. Untuk mengetahui pengaruh Leverage terhadap Price Earning Ratio saham
perusahaan Makanan dan Minuman yang go publik di Bursa Efek
Indonesia
3. Untuk mengetahui pengaruh Firm Size terhadap Price Earning Ratio
saham perusahaan Makanan dan Minuman yang go publik di Bursa Efek
Indonesia
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi :
a. Ilmu Pengetahuan
Menambah pengetahuan di bidang Manajemen Keuangan Khususnya
mengenai sekuritas saham.
b. Pengambil Keputusan
Memberikan sumbangan pemikiran pada analisis, investor dan para
pemegang saham serta manajemen investasi dalam menentukan keputusan
serta strategi keuangan.
c. Peneliti
Peneliti dapat mengerti dan memahami teori-teori yang pernah
didapatkan di perkuliahan, selanjutnya membandingkan dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian yang pernah dilakukan mengenai Price Earning Ratio ini
antara lain :
1. Halim (2005), penelitian dengan judul “Pengaruh Likuiditas, Leverage,
dan Deviden terhadap Price Earning Ratio pada industri manufaktur di
Bursa Efek Jakarta”. Dalam penelitian ini sample yang digunakan adalah
purposive sampling dan pengujian dilakukan dengan menggunakan
analisa multiple regression. Berdasarkan analisis dan pembahasan dari
penelitian Halim (2005) menunjukkan bahwa dalam penelitian tersebut
didapatkan hasil dimana pada tahun 2001 semua variable independen,
yaitu current ratio (CR), dept to equity ratio (DER), dan deviden payout
ratio (DPR) berpengaruh positif (Signifikan) terhadap PER, sedangkan
pada tahun 2002 hanya deviden payout ratio (DPR) yang berpengaruh
positif (signifikan) terhadap PER.
2. Suryaputri dan Astuti (2003), penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor
Leverage,Devident Payout,size, Earning Growth and Country Risk
Terhadap Price Earning Ratio (Studi pada perusahaan industri
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama 1995-1999)”,
Permasalahan yang dikemukakan adalah : Apakah Faktor
berpengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio. Sampel yang
digunakan adalah metode purposive sampling dan pengujian dilakukan
dengan menggunakan analisa multiple regression.
Pada jurnal penelitian tersebut diperoleh dari hasil analisis maka
dapat disimpulkan hanya variabel Leverage,variabel Dividend
Payout,variabel Size dan variabel Country Risk yang berpengaruh
signifikan terhadap Price Earning Ratio sedangkan variabel Earning
Growth tidak signifikan.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Manajemen Keuangan
Menurut Husnan (2004: 4), manajemen keuangan menyangkut
kegiatan perencanaan,analisis dan pengendalian kegiatan keuangan.
Mereka yang melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut manajer
keuangan. Meskipun demikian, kegiatan keuangan tidaklah terbatas
dilakukan oleh mereka yang menduduki jabatan seperti Direktur
Keuangan, Manajer Keuangan, Kepala Bagian Keuangan dan sebagainya,
mungkin sekali melakukan kegiatan keuangan. Sebagai misal, keputusan
untuk memperluas kapasitas pabrik, menghasilkan produk baru jelas akan
dibicarakan dan diputuskan oleh berbagai Direktur, tidak terbatas hanya
oleh Direktur Keuangan. Banyak keputusan yang harus diambil oleh
manajer keuangan dan berbagai kegiatan yang harus dijalankan mereka.
menjadi dua kegiatan utama, yaitu kegiatan menggunakan dana (allocation
of funds) dan mencari pendanaan (raising of funds). Dua kegiatan utama
(atau fungsi) tersebut disebut sebagai fungsi keuangan.
Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat
diartikan semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan
usaha-usaha mendapatkan dana perusaha-usahaan dengan biaya yang murah serta usaha-usaha
untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien
(Sutrisno, 2001:3)
Manajemen keuangan merupakan bidang yang terluas dari tiga
bidang keuangan dan memiliki kesempatan karir yang sangat luas.
Manajemen keuangan sangat penting dalam semua jenis perusahaan,
termasuk bank dan lembaga keuangan lainnya serta perusahaan industri
dan ritel. Manajemen keuangan juga penting dalam kegiatan
pemerintah,mulai dari sekolah, rumah sakit,hingga departemen jalan tol
(Brigham dan Houston, 2001: 6)
2.2.2. Laporan Keuangan
2.2.2.1. Arti Pentingnya Laporan Keuangan
Pada mulanya laporan keuangan bagi semua perusahaan hanyalah
sebagai alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk
laporan keuangan tidak hanya sebagai dasar untuk dapat menentukan atau
tersebut pihak-pihak yang berkepentingan mengambil suatu keputusan.
(Munawir,2002:1)
2.2.2.2. Pihak yang Berkepentingan Terhadap Posisi Keuangan
Pihak-pihak tersebut adalah para pemilik perusahaan, manager
perusahaan yang bersangkutan, kreditur, bankers, para investor dan
pemerintah. (Munawir,2002:2)
2.2.2.3. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data
keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Menurut
Myer dalam bukunya Financial Statement Analisys mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun
oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu
adalah neraca dan daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah
menjadi kebiasaan bagi perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu
laba ditahan. (Munawir,2002:5)
2.2.2.4. Sifat Laporan Keuangan
(Munawir,2002:6)
1. Fakta yang telah dicatat
2. Prinsip dan kebiasaan di dalam akuntansi
2.2.2.5. Bentuk Laporan Keuangan
A. Neraca
Laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari
suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Tujuan neraca adalah untuk
menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal
tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan
sisanya pada suatu akhir tahun fiscal atau tahun kalender, sehingga neraca
sering disebut debgan Balance Sheet. (Munawir,2002:13)
Bentuk Neraca :
1. Skontro
Dimana semua aktiva tercantum sebelah kiri atau debet dan hutang
sebelah kanan atau kredit.
2. Vertical
Dalam bentuk ini semua aktiva nampak dibagian atas yang selanjutnya
diikuti dengan hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan
modal.
3. Bentuk neraca yang disesuaikan dengan kedudukan atau posisi
keuangan perusahaan. (Munawir, 2002:20)
B. Laporan Rugi Laba
Merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan,
biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode
Bentuk Laporan Rugi Laba :
1. Bentuk Single Step yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan
menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok,
sehingga untuk menghitung rugi laba bersih hanya memerlukan satu
langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan.
2. Bentuk Multiple Step yaitu bentuk ini dilakukan pengelompokan yang
lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum.
2.2.3. Analisa Laporan Keuangan
2.2.3.1. Tujuan Analisa
Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk
memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil
yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan
tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila
data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih. Dan dianalisis
lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung
keputusan yang akan diambil. (Munawir, 2002:31)
2.2.3.2. Dasar Pembanding Analisa Laporan Keuangan
(Munawir, 2002:65)
1. Perbedaan letak perusahaan dengan tingkat harga dan biaya operasi
yang berbeda-beda, seperti besar kecilnya perusahaan.
2. Jumlah aktiva tetap yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan yang
3. Adanya perbedaan umur kekayaan yang dimiliki di antara
perusahaan-perusahaan tersebut.
4. Perbedaan kebijaksanaan yang dilakukan masing-masing perusahaan.
5. Perbedaan struktur permodalan yang dimiliki oleh
perusahaan-perusahaan yang bersangkutan.
6. Perbedaan sistem dan prosedur akuntansi yang digunakan.
2.2.3.3. Penggolongan Angka Rasio
1. Rasio-rasio neraca yaitu semua rasio yang datanya diambil atau
bersumber pada neraca, misalnya current ratio, quick ratio.
2. Rasio-rasio loaba rugi yaitu semua rasio yang angka-angka rasio dalam
penyusunannya semua datanya diambil dari laporan rugi laba,
misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio.
3. Rasio-rasio antar laporan yaitu semua angka rasio yang penyusunannya
datanya berasal dari neraca dan data lainnya dari laporan rugi laba,
misalnya tingkat perputaran persediaan atau inventory turn over.
(Munawir, 2002:68)
2.2.3.4. Klasifikasikan Angka-angka Rasio Keuangan
a. Leverage Ratio menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang.
Debt Ratio = total hutang : total aktiva
Time Interest Ratio = EBIT : beban bunga
b. Liquidity Ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya.
Current Ratio = aktiva lancar : hutang lancar
Quick Ratio = ( aktiva lancar – persediaan ) – utang lancar
Cash Ratio = [( kas + sekuritas ) : hutang lancar] x 100%
c. Efficiency Ratio mengukur seberapa efektif perusahaan dalam
menggunakan assets untuk memperoleh penjualan.
Periode Pengumpulan Piutang = (piutang x 360) : penjualan kredit
Perputaran Piutang = penjualan kredit : piutang
Perputaran Persediaan = Harga pokok penjualan:Rata-rata persediaan
Perputaran Aktiva Tetap = penjualan : aktiva tetap
Perputaran Total Aktiva = penjualan : total aktiva
d. Profitability Ratio mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
menghasilkan laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets
maupun laba bagi modal sendiri.
Gross Profit Margin = laba kotor : penjualan
Net Profit Margin = laba setelah pajak : total aktiva
Return on Assets = EAT : total aktiva
Return on Equity = EAT : modal sendiri
2.2.4. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi asset keuangan
jangka panjang atau Long Term Financial Assets. Pasar modal
memungkinkan terpenuhinya kebutuhan dana jangka panjang untuk
investasi jangka panjang dalam bentuk bangunan, peralatan dan sarana
produksi lainnya (Sartono,2001:21). Bentuk umum surat berharga yang
diperjualbelikan di pasar modal adalah obligasi,saham preferen dan saham
biasa.
Menurut Sunariyah (2004 :5), Pasar Modal adalah tempat
pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga . Di
tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha
yang mempunyai kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi
dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten.
Menurut Darmadji (2001 :1) pada dasarnya pasar modal (capital
market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka
panjang yang biasa diperjualbelikan baik dalam bentuk uang ataupun
modal sendiri. Kalau pasar modal merupakan pasar untuk surat berharga
jangka pendek. Baik pasar modal maupun pasar uang merupakan bagian
dari pasar keuangan (financial market).
Pengertian pasar modal secara umum menurut Keputusan Menteri
Keuangan RI No.1548/KMK/1990 tentang peraturan pasar modal adalah
suatu sistem keuangan yang terorganisasi termasuk didalamnya adalah
serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Sedangkan dalam arti
sempit pasar modal adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang
mengorganisasikan transaksi penjualan efek atau disebut sebagai bursa
efek. (Sutrisno,2001 :341)
Pasar modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dengan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya sebagai lembaga profesi yang
berkaitan dengan efek (Fakhrudin,2001:2)
2.2.4.1. Fungsi Pasar Modal
Fungsi dari pasar modal / bursa efek (Sartono,2001: 23) adalah :
A. Menciptakan pasar secara terus menerus bagi efek yang ditawarkan
kepada masyarakat.
B. Menciptakan harga yang wajar bagi efek yang bersangkutan melalui
mekanisme pasar.
C. Membantu pembelajaran (pemenuhan dana) dunia usaha melalui
penghimpunan dana masyarakat.
D. Menghimpun proses perluasan partisipasi masyarakat dalam
kepemilikan saham-saham perusahaan.
2.2.4.2. Manfaat Pasar Modal
Menurut Anoraga dan Pakarti (2001: 12) manfaat pasar modal adalah :
a). Manfaat Pasar Modal bagi emiten/perusahaan adalah :
2. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana
selesai.
3. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra
perusahaan.
4. Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil.
5. Cash Flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga
nominal perusahaan.
6. Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko
tinggi.
7. Tidak ada beban finansial.
8. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas.
9. Tidak dikaitkan dengan kekayaan penjamin tertentu.
10.Profesionalisme dalam manajemen meningkat.
b). Manfaat Pasar modal bagi Investor / Pemodal adalah :
1. Nilai investasi berkembang mengikuti harga saham yang mencapai
capital gain.
2. Memperoleh deviden bagi mereka yang memilikimatau memegang
saham dan bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi
pemegang obligasi.
3. Mempunyai hak suara dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang
Saham) bagi pemegang saham, mempunyai hak suara dalam RUPO
(Rapat Umum Pemegang Obligasi) bila diadakan bagi pemegang
4. Dapat dengan mudah mengganti instrument investasi, misal dari
saham A ke saham B sehingga dapat meningkatka keuntungan atau
mengurangi resiko.
c). Manfaat Pasar Modal bagi Lembaga Penunjang adalah :
1. Menuju ke arah professional didalam memberikan pelayanannya
sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
2. Sebagai pembentuk harga dalam bursa pararel.
3. Semakin memberi variasi pada jenis lembaga penunjang.
4. Likuiditas efek semakin tinggi.
d). Manfaat Pasar Modal bagi Pemerintah adalah :
1. Mendorong laju pembangunan.
2. Mendorong investasi.
3. Pencipta lapangan kerja.
4. Mengurangi anggaran bagi BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
2.2.5. Investasi di Pasar Modal
Investasi adalah penawaran modal untuk satu atau lebih aktiva yang
dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan di masa-masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal
tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai
kelebihan dana (Sunariyah,2003 : 4)
Investasi merupakan suatu tindakan melepaskan dana saat sekarang
jumlah yang lebih besar dari dana di lepaskan pada saat investasi awal
(Moeljadi, 2006 : 121)
Investasi menurut Jogianto (2000 : 5), merupakan penundaan
konsumsi sekarang untuk di gunakan di dalam produksi yang efisien selama
periode tertentu. Pengertian investasi yang lebih luas membutuhkan
kesempatan produksi yang efisien untuk mengubah satu unit konsumsi
mendatang. Dengan demikian investasi dapat di definisikan sebagai
penundaan konsumsi sekarang untuk di gunakan di dalam produksi yang
efisien selama periode waktu yang tertentu.
Di dalam investasi ada dua potensi keuntungan dari investasi bursa
efek, yaitu berupa keuntungan yang di peroleh perusahaan yang di bagikan
kepada pemegang saham (deviden) dan jika investor menjual sahamnya di
atas harga belinya.deviden perusahaan sangat berkaitan dengan performance
perusahaan, sedangkan capital gain tidak begitu di pengaruhi oleh
perusahaan. Unsur spekulasi sangat berperan dalam jual beli saham, jika
harga jual saham di bawah harga beli (capital lost), sedangkan deviden tidak
bisa negatif (Anoraga dan Pakarti, 2003 : 81).
Menurut Usman dkk (1990 : 144), setiap pemodal memiliki tujuan
tertentu yang ingin di capainya melalui keputusan investasi yang di ambil.
Secara umum tertentu saja motif investasi adalah : memperoleh keuntungan,
namun di kaitkan dengan karakteristik instrument di pasar modal pada
1. keamanan
2. pendapatan
3. pertumbuhan
4. fasilitas pajak
5. spekulasi
2.2.6. Penilaian Harga Saham
Tinggi rendahnya harga saham benar-benar merupakan penilaian
sesaat yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang termasuk diantaranya
adalah kondisi (performance perusahaan dan faktor penawaran dan
permintaan saham serta kemampuan dalam menganalisis efek.
Dalam analisis fundamental laporan keuangan perusahaan
memegang peranan penting dengan mengevaluasi laporan keuangan, akan
mengetahui perkembangan dan kondisi keuangan perusahaan. Hal ini
dikemukakan oleh Husnan (1994:285) yang menyebutkan bahwa ada dua
pendekatan dalam analisis investasi yang umumnya digunakan dalam
melakukan penilaian saham ,yaitu :
1. Analisis Teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga
saham di waktu yang lalu. Pemikiran yang mendasari analisis ini
adalah bahwa harga saham yang mencerminkan informasi yang
relevan, bahwa informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan
harga di waktu yang lalu dan karenanya perubahan harga saham
2. Analisis Fundamental mencoba memperkirakan harga saham di
masa yang akan datang dengan mengestimate nilai faktor – faktor
fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan
datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut
sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Ada dua pendekatan fundamental yang umumnya digunakan dalam
melakukan penilaian saham,yaitu dengan pendekatan nilai sekarang (Present
Value Approach) dan pendekatan PER (P/E ratio approach)
(Jogianto,2000:89)
2.2.7. Price Earning Ratio
2.2.7.1. Pengertian Price Earning Ratio
Price Earning Ratio merupakan cerminan rupiah yang berani
dibayar investor untuk setiap rupiah laba, PER rata-rata dari perusahaan
yang ada dalam satu industri dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menilai
harga sebuah perusahaan (Arifin, 2005:152). Pendekatan PER lebih baik
karena model yang terakhir ini sudah mempertimbangkan ekspetasi laba di
masa yang akan datang.
Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001 : 66), Price Earning Ratio
(PER) mempunyai arti yang cukup penting dalam menilai suatu saham dan
rasio ini merupkan indikasi tentang harapan masa depan perusahaan. Saham
usaha tersebut bagus, sehingga investor tertarik untuk membeli saham badan
usaha tersebut.
Menurut Sawir (2005:21), PER adalah apa yang investor bayar untuk
aliran earnings. Atau dilihat dari kebalikannya adalah apa yang investor
dapatkan (peroleh) dari investasi tersebut. Investor dalam pasar modal yang
sudah maju menggunakan PER untuk mengukur apakah suatu saham
underpriced atau overpriced. Menurut Halim (2003:23), Price Earning Ratio
sering digunakan analis saham untuk menilai harga saham.
Menurut Tandelilin (2001:243), Price Earning Ratio(PER) adalah
Rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan.
Informasi PER mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan
investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan kata
lain PER menunjukkan besarnya harga setiap satu rupiah earning
perusahaan. Di samping itu, PER juga merupakan harga relatif dari sebuah
saham perusahaan,berikut rumus PER :
arg
H aPerLembarSaham PER
EarningPerLembarSaham
2.2.7.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER)
Menurut Whitbeck-kisor (1963) didalam Husnan (1994: 309)
bahwa tiga variabel yang mempengaruhi PER, yaitu :
1. Tingkat Pertumbuhan Laba
2. Divident Payout Rate
Persamaan yang berhasil mereka susun adalah
PER = 8,2 + 1,5 (Tingkat Pertumbuhan Laba) + 0,067 (Divident Payout
Rate) - 0,2 (Deviasi Standar Tingkat Pertumbuhan laba)
Variabel (1) dan (2) diharapkan mempunyai hubungan yang positif
terhadap PER (artinya semakin tinggi varibel-variabel tersebut semakin
tinggi PER) sedangkan varibel (3) diharapkan mempunyai hubungan yang
negatif (artinya semakin tinggi variable ini semakin rendah PER)
2.2.8. Pengertian Variabel Bebas
2.2.8.1. Pengertian Current Ratio
Rasio Likuiditas menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001 : 59)
adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial jangla pendek. Artinya jika kewajiban-kewajiban
finansial jangka pendek jatuh tempo mampukah pihak perusahaan mengatasi
hal tersebut. Current Rario adalah rasio untuk menghitung berapa
kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar
yang tersedia. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar kemampuna
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek.
Ratio yang paling umum digunakan untuk mengetahui
kesanggupan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek
nya adalah rasio lancar. Menurut Munawir (2002:72), mengatakan bahwa
rasio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar (yang segera dapat
perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban dalam jangka pendek maka
perusahaan tidak akan memperoleh kesempatan untuk menghasilkan laba.
Menurut Weston and Copeland (1994:226), Current Ratio dapat
dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Aktiva
lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang dagang dan persediaan.
Kewajiban lancar terdiri dari hutang dagang, wesel bayar jangka pendek,
hutang jangka panjang dan akan jatuh tempo, pajak penghasilan yang
terhutang. Semakin tinggi rasio lancar, semakin besar kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya. Rasio
lancar dijadikan sebagai indikator bahan pertimbangan bagi investor dalam
menilai kinerja suatu perusahaan dan hal ini akan mempengaruhi nilai
suatu perusahaan. Berikut rumus current ratio :
tan
TotalAktivaLancar CurrentRatio
Totalhu gLancar
2.2.8.2. Pengertian Leverage
Leverage merupakan rasio yang memperlihatkan proporsi antara
kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Leverage
keuangan adalah penggunaan utang,apabila hasil pengmbalian atas aktiva
yang ditunjukkan oleh besarnya rentabilitas ekonomis,lebih besar daripada
biaya utang maka leverage itu menguntungkan dan hasil pengembalian atas
modal (rentabilitas modal sendiri) ini juga akan meningkat (Sawir, 2005:13).
Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001: 59),Rasio Leverage atau
rasio utang adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh
menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai atau difinansir oleh pihak
luar atau dengan kata lain finansial leverage menunjukkan proporsi atas
penggunaan utang untuk membiayai investasi perusahaan. Berikut rumus
leverage:
tan
TotalU g Leverage
TotalAktiva
2.2.8.3.. Pengertian Firm Size (Ukuran Perusahaan)
Menurut Sartono (2001 : 249), perusahaan besar yang sudah
well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding
dengan perusahaan kecil karena kemudahan akses tersebut berarti
perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula.
Menurut Alli et al (1993) di dalam Sutrisno (2001) berpendapat
bahwa suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang
mudah menuju pasar modal sementara perusahaan yang baru dan yang
masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar
modal karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk
fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar,
sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih
tinggi daripada perusahaan kecil. Ukuran perusahaan diwakili oleh log
natural dan total assets.
Menurut lee et al (1996) di dalam Ghozali dan Mansur (2002: 84),
Pada umumnya perusahaan yang besar lebih dikenal oleh masyarakat kalau
dibandingkan dengan perusahaan yang ukurannya kecil. Karena lebih
perusahaan yang relatif kecil. Informasi yang memadai akan bisa
mengurangi tingkat ketidakpastian investor akan prospek perusahaan
kedepannya.
Menurut Ghozali dan Al Mansur (2002:80),Size adalah skala
perusahaan yang diukur dari jumlah total aktiva perusahaan.
Size = Total aktiva pada t-tahun
2.2.9. Pengaruh Antar Variabel
2.2.9.1. Pengaruh Current Ratio terhadap Price Earning Ratio
Current Ratio adalah rasio yang mengukur seberapa jauh aktiva
perusahaan bisa dipakai untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Ratio lancar
dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio
lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui
kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Oleh karena itu rasio
tersebut menunjukkan seberapa jauh tuntutan kreditur jangka pendek dan
dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dengan periode
yang sama dengan jatuh tempo hutang.
Menurut Weston dan Copeland (1995 : 244),Semakin tinggi resiko
semakin tinggi faktor diskonto dan semakin rendah Price Earning Ratio.
Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan semakin tinggi Price
Earning Ratio.
Menurut Beaver, et al (1970), Farrely, et al (1982), Capstaff (1992)
asset yang besarnya tetap, berarti liabilitasnya kecil. Demikian juga
sebaliknya pada current liabilities yang tetap, maka jumlah asset yang
dimiliki semakin besar. Dengan demikian semakin tinggi Current Ratio
berarti semakin kecil resiko yang akan ditanggung oleh para investor bila
tingkat resiko kecil maka Price Earning Ratio akan meningkat.
Menurut Karnadi (1997) didalam Halim (2005), berpendapat
Likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan melunasi seluruh
kewajiban jangka pendeknya. Dengan semakin meningkatnya likuiditas
(current ratio) perusahaan ada kemungkinan akan meningkatkan harga
saham perusahaan tersebut yang akan mempengaruhi PER.
Dari uraian diatas dan teori-teori yang ada dapat disimpulkan
bahwa Current Ratio berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio. Hal
ini didukung oleh jurnal ” Johan Halim ” (2005) dengan judul ”Pengaruh
Likuiditas, Leverage dan Dividen terhadap Price earning Ratio pada Industri
Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”.
2.2.9.2. Pengaruh Leverage terhadap Price Earning Ratio
Menurut Helfert (1996:97), Penggunaan hutang yang berhasil akan
meningkatkan pendapatan pemilik perusahan karena pengembalian dari dana
ini melebihi bunga yang harus dibayar dan menjadi hak pemilik yang berarti
meningkatkan ekuitas pemilik. Menurut Sartono (2001:87) P/E ratio akan
meningkat dengan peningkatan ROE, hal ini disebabkan karena ROE yang
Menurut Fuller dan Farrel (1987:365), Leverage dinyatakan dapat
berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio dikarenakan bahwa
leverage merupakan salah satu elemen yang menentukan tingkat
pertumbuhan laba perusahaan. Dalam analisis Du Pont menyatakan bahwa
leverage tinggi berpeluang akan memperbesar Return On Equity (ROE),
sehingga akan meningkatkan tingkat pertumbuhan laba perusahaan. Jika
tingkat pertumbuhan laba naik, sedangkan faktor-faktor lain dianggap
konstan maka dapat mengakibatkan Price Earning Ratio meningkat.
Dari uraian diatas dan teori-teori yang ada dapat disimpulkan
bahwa Leverage berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio. Hal ini
didukung oleh jurnal ” Suryaputri dan Astuti ” (2001) dengan judul
”Pengaruh Faktor Leverage, Dividend Payout, Size, Earning Growth and
Country Risk terhadap Price earning Ratio (Studi pada perusahaan industri
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama 1995-1999)”,
2.2.9.3. Pengaruh Firm Size Terhadap Price earning Ratio
Menurut Keim di dalam Jones (2000: 327), additional research on
the size effect indicates that “small” firms with the largest abnormal returns
tend to be those that have recently become small (or have recently declined
in price), that either pay no dividend or have a high dividend yield, that have
low prices, and that have low P/E ratios.
Menurut Cook and Rozeff (1984) didalam Suryaputri dan Astuti
(2001), menunjukkan terdapat interaksi yang penting antara skala
Menurut Tampubolon (2005:208), pendapatan bersih (net income)
korporasi besar yang baru dapat mengkapitalisasi pada tingkat yang lebih
rendah,yang dapat mengakibatkan nilai pasar sahamnya lebih tinggi. Saham
korporasi besar biasanya lebih mempunyai prospek pasar lebih baik
dibandingkan dengan korporasi kecil. Hal demikian akan meningkatkan
price per earning (P/E ratio) saham tersebut.
Dari uraian diatas dan teori-teori yang ada dapat disimpulkan
bahwa Firm Size berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio. Hal ini
didukung oleh jurnal ” Suryaputri dan Astuti ” (2001) dengan judul
”Pengaruh Faktor Leverage, Dividend Payout, Size, Earning Growth and
Country Risk terhadap Price earning Ratio (Studi pada perusahaan industri
2.3. Kerangka Pikir
Adanya Trend Fluktuasi Price Earning Ratio (PER) yang cenderung menurun pada tahun 2005-2008 pada perusahaan Makanan dan Minuman
yang go publik di Bursa Efek Indonesia
Teori yang mendukung :
Menurut Beaver, et al (1970), Farrely, et al (1982), Capstaff (1992) didalam Abdurahim, Semakin tinggi Current Ratio berarti semakin kecil resiko yang akan ditanggung oleh para investor bila tingkat resiko kecil maka Price Earning Ratio akan meningkat.
Menurut Fuller dan Farrel (1987:365), Leverage dinyatakan berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio dikarenakan bahwa leverage merupakan satu elemen yang menentukan tingkat pertumbuhan laba
Menurut Tampubolon (2005:208), saham korporasi besar mempunyai prospek pasar lebih baik sehingga akan meningkatkan PER saham tersebut.
Current Ratio Leverage Firm Size
Price Earning Ratio
Analisa Regresi Linier Berganda
Tidak ada pengaruh Ada pengaruh
2.4. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori yang telah
dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Diduga Current Ratio berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio
2. Diduga Laverage berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
variabel terikat dan variabel bebas. Price Earning Ratio (PER) sebagai
variabel terikat (Y), sedangkan variabel bebasnya adalah Current ratio (X1),
Leverage (X2) dan Size (X3).
Definisi operasional setiap variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Price Earning ratio (Y) adalah Rasio atau perbandingan antara harga
saham terhadap earning perusahaan (Tandelilin,2001: 192)
Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran yang digunakan
adalah kali (x)
Rumus :
arg
H aPerLembarSaham PER
EarningPerLembarSaham
Keterangan :
2. Current Ratio (X1) adalah rasio untuk menghitung berapa kemampuan
perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang
tersedia. (Fakhruddin dan Hadianto,2001: 59)
Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran yang digunakan
adalah kali (x)
Rumus :
tan
TotalAktivaLancar CurrentRatio
Totalhu gLancar
3. Leverage (X2) adalah rasio yang mengukur sejauh mana perusahaan
dibiayai oleh utang atau dibiayai oleh pihak luar
(Fakhruddin,Hadianto,2001: 61)
Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran yang digunakan
adalah kali (x)
Rumus :
tan
TotalU g Leverage
TotalAktiva
4. Firm Size (X3) adalah skala perusahaan yang diukur dari jumlah total
aktiva perusahaan (Ghozali dan Al Mansur,2002:80)
3.2. Teknik Penentuan Sampel.
3.2.1. Populasi.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. (Sugiyono,
2004:90)
Dalam penelitian ini populasi yang dijadikan obyek adalah
perusahaan Makanan dan Minunman yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) sebanyak 18 perusahaan.
3.2.2. Sampel.
Sampel adalah Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2004:91). Dalam penelitian ini teknik
sampel yang digunakan adalah Non Probability Sampling dengan
menggunakan metode Purposive Sampling yaitu bahwa pengambilan sampel
berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu (Sekaran, 2006:136), dengan
kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan Makanan dan Minuman yang go publik di Bursa Efek
Indonesia yang memiliki Price Earning Ratio 4 (empat) tahun
berturut-turut selama 2005-2008 mendapatkan Price Earning Ratio
positif. Bagi perusahaan Makanan dan Minuman yang memiliki
Price Earning Ratio negatif selama 2005-2008 tidak dijadikan
sampel, sebab Price Earning Ratio negatif selama 4 (empat) tahun
berturut-turut menunjukkan perusahaan sering mengalami
2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan auditan dengan
menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember
3. Data laporan keuangan perusahaan tersedia berturut-turut untuk
tahun untuk tahun pelaporan 2005-2008, dari perusahaan makanan
dan minuman yang terdaftar sebagai anggota Bursa Efek Indonesia.
Dengan menggunakan Metode Purposive Sampling, maka yang
dapat dikategorikan menjadi sampel dan memenuhi kriteria adalah sebanyak
10 perusahaan.
Adapun kesepuluh perusahaan Makanan dan Minuman yang
[image:48.612.174.422.382.575.2]ditentukan sebagai sampel penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 2 : Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman
NO NAMA PERUSAHAAN
1. PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI Tbk 2. PT. SMART Tbk
3. PT. DELTA DJAKARTA Tbk
4. PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk 5. PT. MAYORA INDAH Tbk
6. PT. MULTI BINTANG INDONESIA Tbk 7 PT. ULTRA JAYA MILK Tbk
3.3. Teknik Pengumpulan Data.
3.3.1. Jenis Data.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder, yaitu
data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak lain. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan perusahaan
Makanan dan Minuman yang go publik di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2005 sampai tahun 2008.
3.3.2. Sumber Data.
Dalam penelitian ini data bersumber dari PT. BURSA EFEK
INDONESIA (BEI) berupa laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba)
dari tahun 2005-2008 yang terangkum dalam Indonesia Capital Market
Directory (ICMD) perusahaan Makanan dan Minuman yang telah dipilih
sebagai sampel penelitian.
3.3.3. Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data yang digunakan selama penelitian
sebagai berikut :
1. Studi Lapangan
Studi lapangan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data sekunder
yang diperlukan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
instansi-instansi yang terkait dalam penyusunan penelitian ini yaitu
2. Studi Kepustakaan
Yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan mempelajari buku-buku
literatur dan catatan yang berhubungan dengan penelitian ini.
3. Dokumenter
Yaitu suatu cara yang digunakan dalam pengumpulan data atau
informasi yang digunakan dengan cara mempelajari
dokumen-dokumen perusahaan yang telah ada dan berkaitan dengan penelitian.
3.4. Teknik Analisa dan Uji Hipotesis
3.4.1. Regresi Linier Berganda
Teknik analisa yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier
Berganda. Dikarenakan dalam analisis pemilihan regresi linier berganda
dapat menerangkan ketergantungan satu variabel terikat (Y) yaitu Price
Earning Ratio dengan satu atau lebih variabel bebas (X), yang meliputi tiga
variabel bebas yaitu Current Ratio, Leverage dan Firm Size.
Maka kaitan antara variabel penelitian dapat digunakan model
sebagai berikut :
Y = ß0 + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ei (Widarjono,2005 : 77)
Dimana :
Y = Price Earning Ratio
X1 = Current Ratio
X2 = Leverage
ß0 = Intersep (konstanta)
ß1, ß2, ß3 = Koefisien regresi
e = Residual atau kesalahan pengganggu
3.4.2. Uji Asumsi Klasik
Persamaan regresi tersebut diatas harus bersifat BLUE
(Best,Linier,Unbiased,Estimator) artinya pengambilan keputusan melalui uji
F tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus
dipenuhi tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi, yaitu :
1. Tidak boleh ada multikoloniaritas
2. Tidak boleh ada heteroskedastisitas
3. Tidak boleh ada autokorelasi
Apabila salah satu dari tiga asumsi dasar tersebut dilanggarmaka
persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE sehingga
pengambilan keputusan melalui uji t menjadi bias (Gujarati, 1995:153)
Menurut Sumodiningrat (2002: 115) sifat blue dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Best : Pentingnya sifat ini bila diterapkan uji signifikan baku
terhadap α dan ß.
2. Linier : Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam penaksiran.
3. Unbiased : Nilai jumlah sampel sangat besar penaksir parameter
diperoleh dari sampel besar kira-kira lebih mendekati nilai
parameter sebenarnya.
Yang diasumsikan tidak terjadi pengaruh antara variabel bebas atau
regresi bersifat BLUE (Best, Linier, Unbiased, Estimator) artinya koefisien
regresi pada persamaan tersebut betul-betul linier dan tidak bias atau tidak
terjadi penyimpangan-penyimpangan persamaan, seperti:
A. Multikolinearitas
Tepatnya istilah multikolinearitas berkenaan dengan terdapatnya
lebih dari satu hubungan linier pasti dan istilah kolinearitas berkenaan
dengan terdapatnya satu hubungan linier (Gujarati,1995: 157)
Menurut Widarjono (2003:131), mengemukakan bahwa
multikolinearitas berarti adanya hubungan linier antara variabel
independen di dalam regresi linier berganda dalam suatu persamaan.
Multikolinearitas merupakan korelasi variabel independen dalam regresi
berganda.
Deteksi adanya Multikolinearitas :
a. Besarnya VIF (Variance Inflation Factor)
Jika VIF melebihi angka 10, maka variabel tersebut
mengindikasikan adanya multikolinearitas.
b. Nilai Eigenvalue mendekati 0 dan Condition Index melebihi angka
15 (Nachrowi dan Usman,2006: 100)
B. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan varian dari residual atau error yang
tidak konstan atau berubah-ubah. Model regresi yang baik tidak
Deteksi adanya Heteroskedastisitas :
Pada regresi linier nilsai residual tidak boleh ada hubungan dengan
variabel X. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi
rank spearman.
Menurut Gujarati (1995: 188) rumus rank spearman adalah :
Σ di2
rs = 1 – 6
N(N2 – 1)
Keterangan :
di = Perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke-i
N = Banyaknya data
Menurut Gujarati (1995:177), mendeteksi adanya heteroskedastisitas
adalah sebagai berikut :
a. Nilai probabilitas > 0.05 berarti bebas dari heteroskedastisitas
b. Nilai probabilitas < 0.05 berarti terkena heteroskedastisitas
C. Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu.
Prosedur untuk menguji autokorelasi yang sebenarnya dapat
dijelaskan lebih baik dengan bantuan gambar dibawah ini, yang
Gambar 1. Statistik d Durbin – Watson, (Gujarati,1995: 216)
Menolak Ho Daerah Daerah Menolak Bukti auto Keragu- Keragu- H*o Bukti korelasi raguan raguan auto kore- positif lasi negatif
Menerima Ho atau H*o atau kedua-duanya
0 dL dU 2 4-dU 4-dL 4 d
Mekanisme tes Durbin-Watson adalah sebagai berikut, dengan
mengasumsikan bahwa asumsi yang mendasari tes dipenuhi :
a. Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel yang menjelaskan
tertentu dapatkan nilai kritis dL dan du.
b. Jika hipotesis Ho adalah bahwa tidak ada serial korelasi positif, maka jika
d < dL : menolak Ho
d > du : tidak menolak Ho
dL < d < du : pengujian tidak meyakinkan
c. Jika hipotesis nol Ho adalah bahwa tidak ada serial korelasi korelasi
negatif, maka jika
d > 4 – dL : menolak Ho
d < 4 – du : tidak menolak Ho
d. Jika Ho adalah dua-ujung, yaitu bahwa tidak ada serial autokorelasi baik
positif ataupun negatif, maka jika
d < dL : menolak Ho
d > 4 – dL : menolak Ho
du < d < 4 – du : tidak menolak Ho
dL < d < du
atau pengujian tidak meyakinkan
4 – du < d < 4 – dL
Seperti langkah tadi menunjukkan, kelemahan besar dari tes d adalah
bahwa jika d tadi jatuh dalam daerah yang meragukan atau daerah
ketidaktahuan, orang tidak dapat menyimpulkan apakah autokorelasi ada
atau tidak ada. Dalam kasus ini orang bisa mungkin terpaksa melakukan tes
lain (beberapa diantaranya diberikan dalam bentuk soal latihan) atau
mendapatkan data tambahan data atau sampel yang berbeda. Harus juga
diperhatikan bahwa banyaknya observasi minimum yang diperlukan
sehubungan dengan tabel Durbin Watson adalah 15. Alasannya adalah
bahwa suatu sampel yang lebih kecil dari 15 observasi akan menjadi sangat
sulit untuk bisa menarik kesimpulan yang pasti (definitif) mengenai
3.4.3. Uji Hipotesis
3.4.3.1. Uji Simultan (Uji F)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh secara simultan
antara variabel independen terhadap variabel dependen, dengan prosedur
sebagai berikut :
1. H0 : β1 = β2 = 0
Artinya secara simultan variabel bebas tidak mempunyai pengaruh
terhadap variabel terikat
H1 : β1 = β2 0
Artinya secara simultan variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap
variabel terikat
2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan sebesar α = 0,05
(5%) dengan derajat bebas [n-k], dimana n : jumlah pengamatan, dam
k : jumlah variable
3. Dengan F hitung sebesar
2
2
/ ( 1) (1 ) /
hit
R k
F
R n k
Keterangan :
Fhit = F hasil perhitungan
R2 = koefisien variabel
k = jumlah variabel
4. Kriteria pengujian sebagai berikut
a. Jika Fhitung > Ftabel maka Ho di tolak dan Hi diterima (berarti
secara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terkait).
b. Jika Fhitung < Ftabel maka Ho di terima dan Hi ditolak (berarti secara
simultan variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terkait).
3.4.3.2. Uji Parsial (Uji t)
Uji t adalah uji yang digunakan untuk melihat pengaruh
masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat
(Widarjono,2005:58).
Hipotesis dirumuskan sebagai berikut :
1. Ho = β1 = β2 = 0
Artinya secara parsial varibel bebas tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikat.
Hi = β1 = β2≠ 0
Artinya secara parsial varibel bebas ada pengaruh terhadap variabel
terikat.
2. Menentukan Level of Significant = 5% dengan derajat bebas = ( n-k ),
dimana n : jumlah data dan k : jumlah variable bebas.
3. thitung = βi
Se ( βi )
Dimana: βi = koefisien regresi
Se(βi) = Standar error
4. Kriteria pengujian sebagai berikut:
1. Apabila thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Hi diterima, berarti ada
pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
2. Apabila thitung < ttabel maka Ho diterima dan Hi ditolak, artinya tidak
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia
Sejarah pasar modal di Indonesia mengungkapkan bahwa di Indonesia
pernah dibentuk suatu Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek yaitu pada
tanggal 11 Januari 1925 atau tiga belas tahun setelah dibentuknya
perserikatan yang sama di kota Jakarta (1912). Kemudian pada tahun 1927
dibentuk bursa-bursa efek di tiga kota besar di Indonesia yaitu di Jakarta,
Semarang, Surabaya.
Pada masa revolusi kemerdekaan kegiatan perdagangan di
bursa-bursa efek tersebut praktis terhenti karena situasi politik saat itu. Setelah
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tepatnya tahun 1951,
pemerintah memberlakukan Undang-Undang Darurat No.13 Tahun 1951
yang kemudian disahkan sebagai Undang-Undang. Yaitu Undang-Undang
No.15 Tahun 1952 tentang Bursa Efek.
Pasar Modal di Indonesia dari Tahun 1977 sampai Tahun 1987
kurang memberikan hasil seperti yang diharapkan meskipun pemerintah telah
memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang menarik dana dari
pasar modal. Tersendat-sendatnya perkembangan pasar modal selama ini
obligasi yang terlalu ketat. Adanya batasan fluktuasi harga saham dan saham
campur tangan pemerintah dalam penetapan harga saham pada pasar perdana.
Untuk mengatasi permasalahan yang menghambat perkembangan
pasar modal tersebut di atas,pemerintah mengeluarkan serangkaian deregulasi
yang berkaitan dengan perkembangan pasar modal yaitu Paket Kebijakan
Desember 1987 (Pak