• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar, dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan PerMendikbud Nomor 23 tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar, dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan PerMendikbud Nomor 23 tahun 2016"

Copied!
246
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR GURU,

KETERSEDIAAN SUMBER BELAJAR, DAN FREKUENSI

MENGAKSES INTERNET TERHADAP KEMAMPUAN

MENGIMPLEMENTASIKAN PERMENDIKBUD NOMOR 23

TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PENILAIAN DALAM

KURIKULUM 2013 PADA

SMA NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh: Wiwit Yuliani NIM: 131334058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR GURU,

KETERSEDIAAN SUMBER BELAJAR, DAN FREKUENSI

MENGAKSES INTERNET TERHADAP KEMAMPUAN

MENGIMPLEMENTASIKAN PERMENDIKBUD NOMOR 23

TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PENILAIAN DALAM

KURIKULUM 2013 PADA

SMA NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh: Wiwit Yuliani NIM: 131334058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

Atas Ridho Allah SWT

Karya yang jauh dari sempurna ini kupersembahkan untuk:

o ALLAH SWT

o Kedua orang Tuaku, Bapak Darsono dan Ibu Ramilah

o Ketiga kakakku, yaitu Ruswati, Sutikno S.Pd., dan Siswoyo S.Pd.

o Kakek dan Nenek

o Sahabat skripsi (Stephani, Widya, Maesti, Miltari, Yovita, Melati, Lusi,

Dorus, Dela, Fani, dan Kristin)

o Teman-teman Pendidikan Akuntansi 2013

(6)

v

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan

(QS. Al Insyirah: 5)

Da Tuha

u berfir a : Berdoalah kepada

-Ku, niscaya akan Kuperkenankan

bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari

menyembah-Ku [berdoa kepada-menyembah-Ku]

aka asuk eraka Jaha a dala keadaa hi a di a.

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah,

Yogyakarta, 26 Juli 2017 Penulis

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Wiwit Yuliani

Nomor Mahasiswa : 131334058

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR GURU,

KETERSEDIAAN SUMBER BELAJAR, DAN FREKUENSI

MENGAKSES INTERNET TERHADAP KEMAMPUAN

MENGIMPLEMENTASIKAN PERMENDIKBUD NOMOR 23

TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PENILAIAN DALAM

KURIKULUM 2013 PADA

SMA NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2017

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 26 Juli 2016

Yang menyatakan

(9)

viii

ABSTRAK

PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR GURU, KETERSEDIAAN SUMBER BELAJAR, DAN FREKUENSI MENGAKSES INTERNET

TERHADAP KEMAMPUAN MENGIMPLEMENTASIKAN PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PENILAIAN DALAM KURIKULUM 2013 PADA SMA NEGERI SE-KOTA

YOGYAKARTA TAHUN 2017

Wiwit Yuliani Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada pengaruh positif pengalaman mengajar guru terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang standar penilaian; (2) ada pengaruh positif ketersediaan sumber belajar terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang standar penilaian; (3) ada pengaruh positif frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang standar penilaian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian ex post facto. Penelitian ini dilaksanakan di 10 SMA Negeri se-Kota Yogyakarta pada bulan Januari - Maret 2017. Populasi penelitian ini adalah guru SMA Negeri se-Kota Yogyakarta dengan jumlah 552 guru. Sampel sebanyak 133 guru diambil dengan teknik proportional sampling dan convenience sampling. Data diambil dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan teknik analisis Chi-Square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh positif pengalaman mengajar guru terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang standar penilaian (x2 hitung= 6,247 dan Asymp. Sig 0,044, dengan derajat asosiasi rendah, C/Cmax =0,299 berada pada rentang 0,20-<40); (2)

ada pengaruh positif ketersediaan sumber belajar terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang standar penilaian (x2 hitung= 14,921 dan Asymp. Sig 0,005, dengan derajat asosiasi rendah, C/Cmax =0,390 berada pada rentang 0,20-<40); (3) ada pengaruh positif frekuensi

mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang standar penilaian (x2 hitung= 4,014, dan Asymp. Sig

sebesar 0,045, dengan derajat asosiasi sedang, C/Cmax =0,429 berada pada rentang

(10)

ix

ABSTRACT

THE EF FECT OF TEACHING EXPERIENCE OF TEACHERS, THE AVAILABILITY OF LEARNING RESOURCES, AND THE F RECUENCY TO ACCESS INTERNET TOWARDS THE ABILITY TO APPLY THE DEGREE

OF EDUCATION MINISTER NUMBER 23, 2016 ABOUT THE ASESSMENT STANDARD OF 2013 CURRICULUM IN ALL PUBLIC

SENIOR HIGH SCHOOLS IN YOGYAKARTA 2017

Wiwit Yuliani Sanata Dharma University

2017

The goals of this research are to know whether: (1) there is a positive effect of teaching experience for the ability to apply the Degree of Education Minister Number 23, 2016 about the Asessment Standard; (2) there is a positive effect of the availability of the materials to apply the Degree of Education Minister Number 23, 2016 about the Asessment Standard; (3) there is a positive effect on the frecuency in accessing internet for the ability to apply the Degree of Education Minister Number 23, 2016 about the Asessment Standard.

The type of this research is, an ex post facto. This research was carried out in ten Public Senior High Schools in Yogyakarta, it was carried from January to March 2017. The population of this research were 552 teachers of Public Senior High Schools in Yogyakarta. The samples were 133 teachers, taken by proportional sampling technique and convenience sampling. Data were gathered by questionnaires and with Chi-Square analyzed techniques.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan ridho serta berkat limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Pengalaman Mengajar Guru, Ketersediaan Sumber Belajar Dan Frekuensi Mengakses Internet Terhadap Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Dalam Kurikulum 2013 Pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta Tahun 2017” dapat penulis selesaikan dengan tepat waktu. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaiakan skripsi ini, penulis mendapatkan bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

(12)

xi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

4. Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu untuk membimbing penulis dengan sabar, mengarahkan untuk kemajuan skripsi penulis, dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaiakn skripsi ini dengan baik;

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan berbagai pengetahuan dan pengalamannya selama proses perkuliahan;

6. Ibu Theresia Aris Sudarsilah selaku staf sekertariat Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah membantu dalam kelancaran proses belajar dan administrasi kemahasiswaan;

7. Bapak dan Ibu tercinta Darsono dan Ramilah yang tiada henti selalu memberikan kasih sayang, mendo’akan, dukungan, memperhatikan dan memberi nasihat selama proses skripsi.

8. Ketiga kakakku tersayang Ruswati, Sutikno, S.Pd., Siswoyo, S.Pd., yang selalu memberikan dukungan, perhatian, nasihat, dan do’a.

9. Seluruh keluarga besar Sanudji yang selalu mendo’akan dan memberi semangat.

(13)

xii

11.Sahabat sederhanaku: Miltari, Maesti, Dorus, dan Irma yang selalu mendukung, membantu, menyemangati dan saling melengkapi.

12.Teman-teman Pendidikan Akuntansi 2013 terimakasih atas kebersamaan selama 8 semester yang sudah dilalui ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena atas keterbatasan dan kekurangannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Akhirnya penulis mengucapkan selamat membaca semoga bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 26 Juli 2016

(14)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

MOTTO ...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...vii

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT ...ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI ...xiii

DAFTAR TABEL ...xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...xx

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

(15)

xiv

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...10

A. Tinjauan Teoritik ...10

1. Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian...10

a. Pengertian Kurikulum ...10

b. Perkembangan Kurikulum ...12

c. Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian ...31

2. Pengalaman Mengajar Guru ...46

3. Ketersediaan Sumber Belajar ...49

4. Frekuensi Mengakses Internet ...51

B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan ...53

C. Kerangka Berpikir ...55

D. Rumusan Hipotesis Penelitian ...59

BAB III METODE PENELITIAN ...60

A. Jenis Penelitian ...60

B. Tempat dan Waktu Penelitian ...60

C. Subjek dan Objek Penelitian ...61

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ...61

E. Operasionalisasi Variabel ...65

F. Teknik Pengumpulan Data ...68

(16)

xv

H. Teknik Analisis Data ...77

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ...87

A. Deskripsi Data ...87

B. Pengujian Hipotesis ...98

C. Pembahasan Hasil Penelitian ...113

BAB V PENUTUP ...123

A. Kesimpulan ...123

B. Keterbatasan Penelitian ...124

C. Saran ...124

DAFTAR PUSTAKA ...127

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Data Sampel Guru SMA Negeri Yogyakarta ...64

Tabel 3.2 Skor Pernyataan Sikap ...67

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner...69

Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun

2016 tentang Standar Penilaian ...73 Tabel 3.5 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Kemampuan

Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun

2016 tentang Standar Penilaian (kedua) ...74 Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Ketersediaan Sumber

Belajar ...75 Tabel 3.7 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Penelitian Variabel

Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud

Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian ...76 Tabel 3.8 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Penelitian Variabel

Ketersediaan Sumber Belajar ...77 Tabel 3.9 Rentang Variabel Kemampuan Mengimplementasikan

Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang

(18)

xvii

Tabel 3.10 Rentang Variabel Ketersediaan Sumber Belajar ...81

Tabel 3.11 Rentang Variabel Frekuensi Mengakses Internet ...81

Tabel 3.12 Interval Skor Pengalaman Mengajar Guru...82

Tabel 3.13 Rentang Variabel Pengalaman Mengajar Guru ...82

Tabel 3.14 Kriteria Rasio ...86

Tabel 4.1 Data Responden Guru ...88

Tabel 4.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...89

Tabel 4.3 Berdasarkan Pengalaman Mengajar Guru...89

Tabel 4.4 Deskripsi Data Variabel Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian ...92

Tabel 4.5 Nilai-Nilai Statistika Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian ...93

Tabel 4.6 Deskripsi Variabel Ketersediaan Sumber Belajar ...94

Tabel 4.7 Nilai-Nilai Statistika Variabel Ketersediaan Sumber Belajar ...95

Tabel 4.8 Deskripsi Variabel Frekuensi Mengakses Internet ...97

Tabel 4.9 Nilai-Nilai Statistika Variabel Frekuensi Mengakses Internet ...97

(19)

xviii

Tabel 4.11 Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Pengalaman Mengajar Guru Terhadap Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar

Penilaian ...101 Tabel 4.12 Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pengaruh Pengalaman

Mengajar Guru Terhadap Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun

2016 Tentang Standar Penilaian ...102 Tabel 4.13 Tabel Kontingensi Pengaruh Ketersediaan Sumber Belajar

Terhadap Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar

Penilaian ...104 Tabel 4.14 Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Ketersediaan Sumber

Belajar Terhadap Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar

Penilaian ...106 Tabel 4.15 Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pengaruh Ketersediaan

Sumber Belajar Terhadap Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun

2016 Tentang Standar Penilaian ...107 Tabel 4.16 Tabel Kontingensi Pengaruh Frekunsi Mengakses Internet

(20)

xix

Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar

Penilaian ...109 Tabel 4.17 Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Frekuensi Mengakses

Internet Terhadap Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar

Penilaian ...111 Tabel 4.18 Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pengaruh Frekuensi

Mengakses Internet Terhadap Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun

(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian

Pendidikan ...131

Lampiran 2 Kuisioner ...148

Lampiran 3 Data Induk Penelitian ...160

Lampiran 4 UJi Validitas dan Reliabilitas ...181

Lampiran 5 Deskripsi Data ...186

Lampiran 6 Uji Hipotesis ...191

Lampiran 7 Tabel r dan Tabel X² ...201

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian...210

Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian ...218

(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(23)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 19 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengetahuan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu (Arifin, 2011:6). Kurikulum ialah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan, dan dirancangkan secara sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan (Dakir, 2004:3). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pedoman yang dapat memberikan pengaruh kepada anak untuk mencapai tujuan pendidikan.

Dari waktu ke waktu Indonesia selalu melakukan pengembangan kurikulum. Salah satu contoh yang terbaru yaitu pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013. Pengembangan kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan capaian pendidikan. Pengembangan kurikulum 2013 diorientasikan agar terjadi peningkatan dan kesinambungan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan

(24)

Pada Kurikulum 2013 yang telah di revisi, standar penilaian menjadi fokus yang utama. Hal ini dipertegas dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 tentang Standar Penilaian Pendidikan Tahun 2016. Dalam peraturan menteri ini, yang dimaksud dengan standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Beberapa perubahan penilaian yang terjadi pada kurikulum 2013 antara lain pada penilaian sikap, ketuntasan belajar, mekanisme dan prosedur penilaian, pengolahan dan laporan hasil belajar.

(25)

tujuan pembelajaran disekolah. Perubahan kurikulum merupakan hal yang lumrah, peraturan-peraturan mengenai pembelajaran merupakan kewajiban yang sebaiknya dilaksanakan dengan baik. Akan tetapi banyak guru yang menanggapi perubahan tersebut dengan kurang persiapan.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, masalah yang muncul ketika guru melaksanakan kegiatan penilaian yaitu kurangnya kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Selain itu guru sulit menyesuaikan dan mengikuti standar penilaian yang baru. Guru mengeluhkan penilaian pada kurikulum 2013 edisi revisi sangat rumit. Di sisi lain, banyak aspek yang harus di nilai oleh guru dan setiap aspek tersebut terdapat banyak unsur. Padahal, guru merupakan seseorang yang bertanggung jawab dalam proses pembelajaran di kelas dan sekaligus ditunjuk untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 edisi revisi di sekolah. Guru hendaknya melakukan langkah-langkah yang terdapat dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang standar penilaian tersebut dengan baik.

(26)

serta pangkat golongan guru. Masa kerja guru yang berdampak pada pengalaman mengajar guru. Kemudian, kurangnya pelatihan-pelatihan atau diklat dan kesibukan guru di sekolah yang menjadikan guru kurang berpengalaman. Ketersediaan sumber belajar yang disediakan sekolah terbatas dan belum sesuai dengan peraturan yang baru. Kemampuan guru dalam penguasaan TI yang rendah dan kurangnya intensitas atau frekuensi guru dalam mengakses internet untuk memperoleh informasi. Baik informasi mengenai pendidikan, informasi umum, ataupun bahan ajar.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka peneliti berfokus untuk mengkaji dan meneliti mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Faktor-faktor tersebut antara lain pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar dan frekuensi mengakses internet. Atas dasar faktor-faktor tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengalaman Mengajar Guru, Ketersediaan Sumber Belajar, dan

(27)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang di kemukakan di atas, peneliti mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam kaitannya dengan kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian dalam Kurikulum 2013 Pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta Tahun 2017 dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain tingkat pendidikan guru, pangkat golongan, pengalaman mengajar guru, pengalaman pelatihan atau diklat, kesibukan guru di sekolah, ketersediaan sumber belajar, Kemampuan TI dan frekuensi mengakses internet.

C. Batasan Masalah

Mengingat begitu luasnya ruang lingkup permasalahan diatas, keterbatasan waktu, dan kesulitan dalam pengamatan, maka peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut:

(28)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah diatas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh positif pengalaman mengajar guru terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian?

2. Apakah ada pengaruh positif ketersediaan sumber belajar terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian?

3. Apakah ada pengaruh positif frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif pengalaman mengajar guru terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.

(29)

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Bagi Pemerintah

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu mengetahui kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi kebijakan pemerintah.

2. Bagi sekolah

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai hal-hal apa saja yang mempengaruhi kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian. c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi

(30)

3. Bagi perguruan tinggi

a. Hasil penelitian ini dapat menambah kelengkapan khasanah pustaka pembaca di perpustakaan tentang kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian pada Kurikulum 2013 edisi revisi.

(31)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Tinjauan Teoritik

1. Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang standar penilaian.

a. Pengertian Kurikulum

Menurut Dakir (2004:2-3), kurikulum bukan berasal dari bahasa Indonesia, tetapi berasal dari bahasa Latin yang kata dasarnya adalah currere, secara harafiah berarti lapangan perlombaan lari. Lapangan tersebut ada batas start dan batas finish.

Dalam lapangan pendidikan pengertian tersebut dijabarkan bahwa bahan belajar sudah ditentukan secara pasti, dari mana mulai diajarkan dan kapan diakhiri, dan bagaimana cara untuk menguasai bahan agar dapat mencapai gelar. Jadi, kurikulum ialah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan, dan dirancangkan secara sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.

(32)

etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya “pelari“ dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga,

terutama dalam bidang atletik pada jaman Romawi Kuno di Yunani. Dalam Bahasa Prancis, istilah kurikulum berasal dari kata

courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang harus di tempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat didalamnya. Program tersebut berisi mata pelajaran – mata pelajaran (courses)

yang harus ditempuh oleh peserta didik selama kurun waktu tertentu, seperti SD/MI (enam tahun), SMP/MTs (tiga tahun), SMA/SMK/MA (tiga tahun) dan seterusnya. Dengan demikian, secara terminologis istilah kurikulum (dalam pendidikan) adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik disekolah untuk memperoleh ijasah.

(33)

sesuatu” yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi peserta

didik, baik disekolah maupun diluar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai pendidikan.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 1, butir 19, kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan pengetahuan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang direncanakan sebagai pedoman yang dapat memberikan pengaruh pada peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikannya.

b. Perkembangan Kurikulum

(34)

bahwa dalam perubahan kurikulum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1) Tujuan filsafat pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.

2) Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat. 3) Perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada karatersitik

perkembangan peserta didik.

4) Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi (interpersonal), lingkungan kebudayaan termasuk IPTEK (kultural), dan lingkungan hidup (bioekologi), serta lingkungan alam (geoekologis). 5) Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan

pembangunan di bidang ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum, hankam, dan sebagainya.

6) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan sistem nilai dan kemanusiaan serta budaya bangsa.

(35)

1) Rencana Pelajaran 1947

(36)

2) Kurikulum 1952

Setelah rencana pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini, pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan menerbitkan buku Pedoman Kurikulum SD yang lebih merinci setiap mata pelajaran kemudian diberi nama Rancangan Pelajaran Terurai 1952 yang berfungsi membimbing para guru dalam kegiatan mengajar di Sekolah Dasar. Di dalamnya tercantum jenis-jenis pelajaran yang harus menjadi kegiatan murid dalam belajar di sekolah, seperti pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi dan Sejarah.

Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri-ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran sehari-hari. Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar satu mata pelajaran.

3) Kurikulum 1964

(37)

1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah pemerintahan mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana.

Fokus kurikulum 1964 ini pada perkembangan Pancawardhana, yaitu: Daya cipta, Rasa, Karsa, Karya, dan Moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

4) Kurikulum 1968

Lahirnya kurikulum 1968 sebagai perubahan dari Kurikulum 1964 dipengaruhi oleh perubahan sistem politik dari pemerintahan rezim Orde Lama ke rezim pemerintahan Orde Baru. Kurikulum 1968 menggantikan Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama.

(38)

pendidikan, Kurikulum 1968 diarahkan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,mempertinggi kecerdasan, dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.

5) Kurikulum 1975/1976

Kurikulum 1975 sebagai pengganti Kurikulum 1968 menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

Berorientasi pada tujuan.

a) Menganut pendekatan integratif

b) Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.

c) Menganut pendekatan Prosedur Pengembangan Sistem Instruktsional (PPSI).

d) Dipengaruhi psikologi behaviorismedengan menekankan kepada strimulus respon (rangsang/jawab) dan latihan (drill).

Kurikulum 1975 memuat ketentuan dan pedoman yang meliputi unsur-unsur:

a) Tujuan institusional baik SD, SMP, dan SMA/SPG/SMEA/STM

b) Struktur program kurikulum

(39)

Dalam kurikulum ini, sistem yang digunakan adalah sistem PPSI, dimana dalam sistem ini pemberian penilaian dilakukan pada setiap akhir pelajaran atau pada akhir satuan pelajaran tertentu. Inilah yang membedakan kurikulum 1975 dengan kurikulum sebelumnya.

6) Kurikulum 1984

Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Terdapat beberapa unsur dalam GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) 1983 yang belum tertampung ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.

b) Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik.

c) Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah.

d) Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir disetiap jenjang.

e) Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah.

(40)

Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 antara kebutuhan atau tuntutan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan/teknologi terhadap pendidikan, Kurikulum 1975 dianggap sudah tidak sesuai lagi karena itu diperlukan perubahan kurikulum. Kurikulum 1984 lahir sebagai perbaikan atau revisi terhadap Kurikulum 1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri:

a) Berorientasi kepada tujuan pembelajaran (instruksional). b) Pendekatan pembelajarannya berpusat pada anak didik

melalui cara belajar siswa aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara optimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.

c) Materi pembelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran.

(41)

e) Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan abstrak dengan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan.

f) Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah pendekatan belajar dan pembelajaran yang memberi tekanan kepada proses pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.

7) Kurikulum 1994

(42)

selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagaian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.

Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, antara lain sebagai berikut:

a) Pembagian tahapan pelajaran disekolah dengan sistem caturwulan.

b) Pembelajaran disekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi) c) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan

(43)

d) Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan. e) Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya

disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. f) Pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari hal

yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.

g) Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.

Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan sebagai akibat dari kecendrungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut:

(44)

b) Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat pertimbangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.

8) Kurikulum Berbasis Kompetensi Tahun 2002 dan 2004

Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi menjadi kurikulum 2002 sebagai respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistrik menjadi desantralistik sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kurikulum yang dikembangkan saat ini diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi. Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (komptensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar kinerja yang telah ditetapkan.

Depdiknas Tahun 2002 (Sanjaya, 2006:11) mengemukakan karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi secara lebih rinci sebagai berikut:

a) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.

(45)

c) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.

d) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

e) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Struktur kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada suatu mata pelajaran memuat rinci kompetensi (kemampuan) dasar mata pelajaran itu dan sikap yang diharapkan dimiiki siswa dapat dilihat contohnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.

9) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Hidayat (2013:17-18) terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, telah mendorong penyelenggara pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan.

(46)

yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi-esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah

subject matter), yaitu:

a) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.

b) Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

c) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.

d) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

e) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

10) Kurikulum 2013

(47)

dengan kurikulum tersebut. Perlunya perubahan kurikulum juga karena adanya beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006 sebagai berikut (diadaptasi dari materi sosialisasi kurikulum 2013):

a) Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak.

b) Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional. c) Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek

pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik (pengetahuan, keterampilan, dan sikap).

d) Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat, seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, pendekatan dan metode pembelajaran konstruktifistik, keseimbangan soft skills and hard skills, serta jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi di dalam kurikulum. e) Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap berbagai

perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.

(48)

penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

g) Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi, serta belum tegas memberikan layanan remediasi dan pengayaan secara berkala.

Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernah diujicobakan pada tahun 2004. Beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhan.

b) Pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien.

(49)

membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik.

d) Nilai (value); adalah suatu standar prilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan lain-lain).

e) Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar: Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upah/gaji, dan sebagainya.

f) Minat (interest); adalah kecendrungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu.

11) Kurikulum 2013 edisi revisi

(50)

(http://bpmtv.kemdikbud.go.id/majalahs/UOBPcjV1vqZ65KU Ql2wtQVDCMRqAkiVf6w5iQ0kl20161105143449.pdf) yaitu: 1. Penataan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial pada

semua mata pelajaran.

Sebelum adanya perbaikan kurikulum, setiap guru mata pelajaran diberi beban formal untuk melakukan pembelajaran dan penilaian terhadap kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial siswa. Setelah dilakukan perbaikan, hanya dua guru yang bisa memberikan penilaian sikap siswa secara langsung, yaitu guru Pendidikan Agama-Budi Perkerti dan guru PPKn. Sedangkan guru lain di luar mata pelajaran ini, dapat mengajarkan dan memberikan nilai secara tidak langsung. 2. Koherensi KI-KD dan penyelarasan dokumen penyelarasan

untuk ruang kreativitas guru

(51)

disebabkan oleh format penyajian dan nomenklatur dalam Kurikulum 2013, di antaranya Kompetensi Dasar (KD) pada Kompetensi Inti (KI) yang dianggap kurang logis dikaitkan dengan karakteristik mata pelajaran. Selain itu juga ditemukan indikasi adanya inkonsistensi antara Kompetensi Dasar (KD) dengan silabus dan buku teks. Silabus inspiratif, merupakan salah satu prinsip perbaikan silabus untuk memudahkan guru memahaminya sehingga mudah diimplementasikan. Perbaikan silabus dilakukan antara lain dengan melakukan penataan penulisan dan format sehingga mudah dipahami oleh guru. 3. Pemberian ruang kreatif pada guru.

(52)

menekankan bahwa pendekatan saintifik bukan satu-satunya pendekatan dalam pembelajaran.

4. Kemampuan siswa tidak dibatasi taksonomi proses berpikir Sejak dini siswa diajak kembangkan kemampuan berpikir kritis. Revisi Kurikulum 2013 menuntut kecakapan berpikir tingkat tinggi yang ingin dibangun sejak dini pada siswa jenjang pendidikan dasar. Sebelumnya pada Kurikulum 2013 sebelum revisi, kecakapan berpikir tingkat tinggi atau High Order Thinking Skill (HOTS) diberikan mulai pada jenjang pendidikan menengah (SMA dan SMK). Dalam Kurikulum 2013 yang lalu, kompetensi dasar untuk siswa ditiap jenjang pendidikan berbeda, yaitu SD hanya sampai pada tingkat memahami, SMP menerapkan dan menganalisis, sedangkan SMA sampai tingkat mencipta. Pembatasan kompetensi dasar ini berdampak pada proses pembelajaran, seolah-olah siswa cukup sampai berpikir tingkat rendah, yaitu memahami, sedangkan berpikir tingkat tinggi baru dimulai pada level SMA/SMK.

c. Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian.

(53)

berlaku dalam tataran kelas (micro curriculum). Menurut Murray Print (1993) (Sanjaya dan Budimanjaya, 2017 : 60-61) sebagai

Implementers, guru berperan untuk mengimplementasikan kurikulum yang sudah ada, yang disusun oleh para pengembang kurikulum. Dalam melaksanakan peranannya guru hanya menerima dan menjalankan berbagai kebijakan perumus kurikulum. Dengan demikian, guru tidak memiliki ruang baik untuk menentukan isi kurikulum maupun menentukan proses pencapaiannya.

Ada beberapa ciri peran guru sebagai implementers, yakni:

1. Guru hanya melaksanakan kurikulum yang telah disusun oleh tim pengembang kurikulum. Dengan demikian, guru dianggap sebagai tenaga teknis yang tidak memiliki ruang untuk berimprovisasi baik dalam mengembangkan program pembelajaran maupun dalam proses pengelolaan pembelajaran. Mengajar adalah tugas rutin yang harus dikerjakan. Oleh karena itu, tidak heran kalau selama kurikulum itu berlaku guru selalu bertindak sama dari tahun ke tahun.

(54)

uniform tidak mempertimbangkan letak geografis seolah yang memiliki adat dan budaya yang berbeda. Akibatnya, apa yang dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya di setiap daerah sama, misalnya apa yang dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya pada waktu tertentu di bagian Indonesia Timur sama dengan apa yang dipelajari di bagian barat Indonesia. 3. Dalam memperlakukan siswa, guru menganggap semua siswa

sama, baik bakat, minat, maupun kemampuan, bahkan lebih jauh dalam proses pembelajaran guru tidak memperhatikan latar belakang sosial budaya siswa itu sendiri.

Sebagaimana telah dijelaskan pada uraian diatas, bahwa peran guru sangat diperlukan dalam mengimplementasikan kurikulum, terutama dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Tentunya dalam mengimplementasikan Permendikbud nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian, harus didukung dengan kemampuan guru yang baik.

(55)

merupakan kegiatan melaksanakan dan menerapkan sesuatu hal yang penting.

(56)

kelulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan. Lingkup penilaian terdiri dari penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Tujuan penilaian yaitu penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian Standar Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian Kompetensi Lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian merupakan kesanggupan dan kecakapan seorang guru dalam menerapkan dan melaksanakan Permendikbud Nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian.

(57)

(http://www.izalmuslim.com/2016/12/panduan-penilaiansmasmka -kurikulum.html).

1) Penilaian sikap

(58)
(59)

a) Observasi

Observasi dalam penilaian sikap peserta didik merupakan teknik yang dilakukan secara berkesinambungan melalui pengamatan perilaku. Asumsinya setiap peserta didik pada dasarnya berperilaku baik sehingga yang perlu dicatat hanya perilaku yang sangat baik (positif) atau kurang baik (negatif) yang muncul dari peserta didik. Catatan hal-hal sangat baik (positif) digunakan untuk menguatkan perilaku positif, sedangkan perilaku kurang baik (negatif) digunakan untuk pembinaan. Hasil observasi dicatat dalam jurnal yang dibuat selama satu semester oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas.

b) Penilaian diri

Penilaian diri dilakukan dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam berperilaku. Selain itu penilaian diri juga dapat digunakan untuk membentuk sikap peserta didik terhadap mata pelajaran. Hasil penilaian diri peserta didik dapat digunakan sebagai data konfirmasi.

c) Penilaian antar teman.

(60)

(b). empati, (c). mengapresiasi keragaman/perbedaan, dan (d). refleksi diri.

2) Penilaian Pengetahuan.

(61)

meningkatkan kriteria ketuntasan belajar dengan mempertimbangkan potensi dan karakteristik masing-masing satuan pendidikan sebagai bentuk peningkatan kualitas hasil belajar.

Berbagai teknik penilaian pengetahuan dapat digunakan sesuai dengan karakteristik masing-masing KD. Teknik yang biasa digunakan adalah tes tertulis, tes lisan, dan penugasan.

a) Tes tertulis

Tes tertulis adalah tes dengan soal dan jawaban disajikan secara tertulis untuk mengukur atau memperoleh informasi tentang kemampuan peserta tes. Tes tertulis menuntut respons dari peserta tes yang dapat dijadikan sebagai representasi dari kemampuan yang dimiliki. Instrumen tes tertulis dapat berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.

b) Tes lisan

(62)

c) Penugasan

Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik untuk mengukur dan/atau meningkatkan pengetahuan. Penugasan yang digunakan untuk mengukur pengetahuan

(assessment of learning) dapat dilakukan setelah proses pembelajaran sedangkan penugasan yang digunakan untuk meningkatkan pengetahuan (assessment for learning)

diberikan sebelum dan/atau selama proses pembelajaran.

Penugasan dapat berupa proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. 3) Penilaian Ketrampilan.

(63)

bertahap satuan pendidikan terus meningkatkan kriteria ketuntasan belajar dengan mempertimbangkan potensi dan karakteristik masing-masing satuan pendidikan sebagai bentuk peningkatan kualitas hasil belajar. Penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan berbagai teknik antara lain penilaian praktik/kinerja, proyek, portofolio, atau produk. Teknik penilaian lain dapat digunakan sesuai dengan karakteristik KD pada KI-4 pada mata pelajaran yang akan diukur.

a) Penilaian Unjuk kerja/kinerja/praktik

Penilaian unjuk kerja/kinerja/praktik dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini dapat digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktikum di laboratorium, praktik ibadah, praktik olahraga, presentasi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, dan membaca puisi/deklamasi.

b) Penilaian Proyek

(64)

pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, inovasi dan kreativitas, kemampuan penyelidikan dan kemampuan peserta didik menginformasikan mata pelajaran tertentu secara jelas. Penilaian proyek dapat dilakukan dalam satu atau lebih KD, satu mata pelajaran, beberapa mata pelajaran serumpun atau lintas mata pelajaran yang bukan serumpun. Penilaian proyek umumnya menggunakan metode belajar pemecahan masalah sebagai langkah awal dalam pengumpulan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.

c) Produk

Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan/atau seni, seperti: makanan (contoh: tempe, kue, asinan, baso, dan

(65)

d) Penilaian Portofolio

(66)
(67)

untuk mencapai tujuan individualnya. Di samping itu pendidik merasa lebih mantap dalam mengambil keputusan penilaian karena didukung oleh bukti-bukti autentik yang telah dicapai dan dikumpulkan peserta didik.

Kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian perlu ditingkatkan. Diduga terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian antara lain: (1) Pengalaman Mengajar Guru, (2) Ketersediaan Sumber Belajar, (3) Frekuensi Mengakses Internet.

2. Pengalaman Mengajar Guru

(68)

usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Pasal 1 ayat 1)

Pengalaman yang dialami guru lebih merujuk pada tugas utamanya, yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik (Subini, 2012:9). Menurut Sardiman (1986: 47-48) mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik. Dalam pengertian yang luas, mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental. Perkembangan perilaku anak dapat ditunjukkan oleh peserta didik yang dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru (Uno, 2007: 17).

(69)

berambisi dalam karirnya. Ada keinginan mencapai supermasi dalam hal ide. Sebaliknya, guru yang sudah lanjut usia, memiliki semangat yang sedikit demi sedikit berkurang.

(70)

3. Ketersediaan Sumber Belajar

Menurut KBBI (1989:792) ketersediaan adalah kesiapan suatu alat (tenaga, barang, modal, anggaran) untuk dapat digunakan atau dioperasikan dalam waktu yang telah ditentukan. Menurut Jejen Musfah (2011:101) sumber belajar atau sumber pembelajaran dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan. AECT (Sadiman, 1988: 141) mendefinisikan sumber belajar adalah berbagai atau semua sumber baik yang berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Sumber belajar menurut AECT dibedakan menjadi 6 (enam) jenis yaitu; pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar.

Pesan (message) adalah informasi yang ditransmisikan atau diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, ajaran, fakta, makna, nilai dan data. Contoh: isi bidang studi yang dicantumkan dalam kurikulum pendidikan formal, dan non formal maupun dalam pendidikan informal.

(71)

Bahan adalah sesuatu wujud tertentu yang mengandung pesan atau ajaran untuk diasajikan dengan menggunakan alat atau bahan itu sendiri tanpa alat penunjang apapun. Bahan ini sering disebut sebagai media atau software, atau perangkat lunak.Contoh: buku, modul, majalah, bahan pengajaran terprogram transparansi, film, video tapel, pita audio (kaset audio), filmstrip,microfiche, dan sebagainya.

Alat adalah sesuatu perangakat yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan tadi. Alat ini biasa disebut hardware atau perangkat keras. Contoh: proyektor slide, proyektor film strip, proyektor overhead (OHP), monitor televise, monitor computer, kaset rekorder, pesawat radio, dan lain-lain.

Sumber belajar selanjutnya adalah teknik. Dalam hal ini teknik diartikan sebagai prosedur yang runtut atau acuan yang dipersiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang dan lingkungan belajar secara terkombinasi dan terkoordinasi untuk menyampaikan ajaran atau materi pelajaran.Contoh: Keller Plan, belajar secara mandiri, belajar jarak jauh, balajar secara kelopok. Simulasi, diskusi, ceramah, pemecahan masalah, tanya jawab dan sebagainya.

(72)

Tujuan kegiatan belajar mengajar tentunya akan tercapai dengan tersedianya sumber belajar yang memadai. Sekolah seharusnya siap dengan segala perubahan yang terjadi didalam pendidikan, terutama dalam menyediakan sumber belajar yang sesuai dengan peraturan pendidikan yang baru. Ketersediaan sumber belajar yang memadai akan mempermudah guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Berdasarkan penjelasan tersebut, diduga bahwa dengan ketersediaan sumber belajar yang memadai maka semakin baik kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Sebaliknya dengan ketersediaan sumber belajar yang kurang memadai maka, semakin rendah kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentng Standar Penilaian.

4. Frekuensi Mengakses Internet

(73)

diseluruh dunia melalui server dan router terdedikasi. Disisi lain pengertian mengakses internet adalah sebuah kegiatan yang berkaitan dengan interaksi user dengan komputer yang terkoneksi (http://aiirm59.blogspot.co.id/2013/03/bab-i-pendahuluan-a.html). Akses internet bisa menggunakan bermacam-macam media seperti komputer pribadi, handpone, tv, dan lain – lain. Jadi, frekuensi mengakses internet yaitu sering tidaknya melakukan kegiatan untuk mendapatkan manfaat dan informasi dari penggunaan jaringan internet.

Peranan internet dalam pendidikan sangat menguntungkan karena kemampuannya dalam mengolah data dengan jumlah yang sangat besar. Teknologi informasi sudah menjadi jaringan komputer terbesar di dunia, yang dapat berfungsi dengan baik jika didukung oleh perangkat komputer dengan perangkat lunak yang baik dan dengan guru yang terlatih baik. Menggunakan internet dengan segala fasilitasnya akan memberikan kemudahan untuk mengakses berbagai informasi untuk pendidikan (Rusman, 2014:344). Informasi tersebut baik untuk meningkatkan pengetahuan siswa bagi keberhasilannya dalam belajar, dan informasi tersebut baik untuk memperluas wawasan dan pengetahuan guru.

(74)

mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Dari penjelasan tersebut, maka diduga semakin sering guru mengakses internet, maka semakin baik kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Dan, semakin jarang guru mengakses internet maka semakin rendah kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Ada beberapa hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini, antara lain :

1. Penelitian yang dilaksanakan oleh Sirilus Christianto dari Universitas Sanata Dharma (2016) dengan judul penelitian : Implementasi Penilaian Proes Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 Ditinjau Dari Status Kepegawaian Dan Masa Kerja.

(75)

(https://www.google.com/search?q=perpustakaan+universitas+sanata+ dharma&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b)

2. Penelitian yang dilaksanakan oleh Ajeng Ngesty Pujawati dari Universitas Negeri Yogyakarta (2016) dengan judul penelitian: Pengaruh Ketersediaan Sumber Belajar Dan Gaya Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Di SMP Negeri 1 Turi Tahun Ajaran 2015/2016.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan ketersediaan sumber belajar terhadap hasil belajar IPS siswa SMP Negeri 1 Turi tahun ajaran 2015/2016, ada pengaruh positif dan signifikan gaya belajar siswa terhadap hasil belajar IPS siswa SMP Negeri 1 Turi tahun ajaran 2015/2016, ada pengaruh positif dan signifikan ketersediaan sumber belajar dan gaya belajar siswa terhadap hasil belajar IPS siswa di SMP Negeri 1 Turi tahun ajaran 2015/2016. (http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/socialstudies/article/do wnload/4136/3796)

(76)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan kebiasaan mengakses internet terhadap minat belajar siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. (http://repository.uin-suska.ac.id/6266/1/FM.pdf)

C. Kerangka Berpikir

Sebelum peneliti merumuskan hipotesis, peneliti membuat kerangka berpikir terlebih dahulu yaitu :

1. Pengaruh pengalaman mengajar guru terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.

Kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian yaitu kesanggupan dan kecakapan seorang guru dalam menerapkan dan melaksanakan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Di sisi lain, pengalaman mengajar guru adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik untuk menyampaikan pengetahuan pada peserta didik

(77)

tahun 2016 tentang Standar Penilaian menjadi lebih baik. Kemampuan ini membuat guru menjadi terbiasa dalam menghadapi perubahan peraturan yang terjadi terutama perubahan peraturan standar penilaian Dengan demikian guru yang memiliki pengalaman mengajar lebih banyak, tentu tidak diragukan lagi kemampuannya dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Berdasarkan penjelasan tersebut maka, diduga semakin banyak pengalaman mengajar guru, semakin baik kemampuan memahami kurikulum 2013 edisi revisi tahun 2016, dan semakin baik kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Begitupun sebaliknya, semakin sedikit pengalaman mengajar guru, semakin rendah kemampuan memahami kurikulum 2013 edisi revisi tahun 2016, dan semakin rendah kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.

2. Pengaruh ketersediaan sumber belajar terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.

(78)

menyediakan sumber yang dapat digunakan untuk memberikan kemudahan belajar sehingga diperoleh sejumlah informasi, pengetahauan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan oleh peserta didik.

(79)

mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Standar Penilaian.

3. Pengaruh frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian pembelajaran.

Kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian yaitu kesanggupan dan kecakapan seorang guru dalam menerapkan dan melaksanakan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Sedangkan frekuensi mengakses internet yaitu sering tidaknya melakukan kegiatan untuk mendapatkan manfaat dan informasi dari penggunaan jaringan internet.

(80)

guru mengakses internet maka semakin rendah kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.

D. Rumusan Hipotesis Penelitian

1. � = Tidak ada pengaruh positif pengalaman mengajar guru terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.

�� = Ada pengaruh positif pengalaman mengajar guru terhadap

kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.

2. � = Tidak ada pengaruh positif ketersediaan sumber belajar terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.

�� = Ada pengaruh positif ketersediaan sumber belajar terhadap

kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.

3. � = Tidak ada pengaruh positif frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.

�� = Ada pengaruh Frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan

(81)

60

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Ex-post facto atau penelitian non-eksperimental. Menurut Muhadi (2011:71) Ex-post facto berasal dari Bahasa latin yang artinya “setelah fakta”. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian tersebut dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variabel bebas itu terjadi karena perkembangan kejadian itu secara alami. Kerlinger (Muhadi, 2011:71) memberikan batasan penelitian Ex-post facto yaitu penyelidikan empiris yang sistematis dimana ilmuwan tidak mengendalikan variabel bebas secara lagsung karena perwujudan variabel tersebut telah terjadi atau karena sifatnya tidak dapat dimanipulasi. Penelitian ini termasuk Ex-post facto karena akan mengungkap tentang kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian dalam kurikulum 2013 edisi revisi berdasarkan pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar, dan frekuensi mengakses internet.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

(82)

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret Tahun 2017.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian.

Subjek yang diteliti merupakan guru SMA Negeri se-Kota Yogyakarta. 2. Objek Penelitian.

Objek yang diteliti yaitu kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian, pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar, dan frekuensi mengakses internet.

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

1. Populasi

(83)

Berdasarkan data SMA Negeri yang terdaftar di Dikpora Kota Yogyakarta ada 11 sekolah, dengan rincian data sebagai berikut:

1. SMAN 1 Yogyakarta 2. SMAN 2 Yogyakarta 3. SMAN 3 Yogyakarta 4. SMAN 4 Yogyakarta 5. SMAN 5 Yogyakarta 6. SMAN 6 Yogyakarta 7. SMAN 7 Yogyakarta 8. SMAN 8 Yogyakarta 9. SMAN 9 Yogyakarta 10.SMAN 10 Yogyakarta 11.SMAN 11 Yogyakarta 2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2014:149). Dalam penelitian ini ukuran sampel penelitian ditetapkan berdasarkan rumus Slovin (Noor, 2011:158) sebagai berikut:

= + �

Keterangan:

(84)

d = batas toleransi kesalahan dengan Margin of Error sebesar 5%. Dari populasi sebesar 1479 diatas dapat ditentukan ukuran sampel sebagai berikut :

N = 1479 e = 5 %

= + �

= + . 9 ,. 9

= . 9

+ . 9 .

=

+ , 9. 9

=

, 9. 9

=

,

(85)

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah proportional sampling dan convenience sampling. Dalam penelitian ini, sebaran populasi dan sampel guru SMA Negeri di kota Yogyakarta nampak pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.1

Data Sampel Guru SMA Negeri Yogyakarta

No Sekolah Populasi Sampel Presentase

Sampel

1. SMA N 1 Yogyakarta 57 guru 13 guru 23,46% 2. SMA N 2 Yogyakarta 65 guru 15 guru

Gambar

Tabel 3.2 Skor Pernyataan Sikap
Tabel 3.3  Kisi-Kisi Kuesioner
tabel dibandingkan dengan koefisien r hitung maka diperoleh
Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Kemampuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Variable LEARNABILITY berjumlah 64 orang atau 61% yang memilih sangat setuju, 22 orang atau 28% yang memilih setuju, dan 9 orang atau 11% yang memilih cukup

Perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI serta mendapat laba berturut- turut pada tahun 2010, 2011, dan 2012... Tabel Hasil Uji Normalitas Sebelum Normalisasi Data

Mathalani, mazungumzo kati ya meneja wa kampuni na mfanyakazi wa kada ya chini yatapambanuliwa na aina ya maneno watakayotumia katika mazungumzo yao ukilinganisha na

Hal tersebut dikarenakan individu dengan penalaran etis yang baik pada akhirnya akan memposisikan diri bertindak secara moral sehingga akan mampu melihat persoalan etika atau

Hukum Perdata, Hukum Perusahaan, Hukum Perbankan dan Investasi, Hukum Perlindungan Konsumen, Hukum Perdagangan, Hukum Property, Hukum Pertanahan, Hukum

Relasi ini digunakan apabila terdapat dua atau lebih aktor melakukan hal yang sama (use case yang sama). Use case tersebut kemudian dipisahkan dan dihubungkan dengan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui diskripsi keberhasilan shooting3 point pada atlet bolabasket Ikor Unesa ditinjau dari prinsip-prinsip biomekanika yang

Kegiatan fisik Program P2KP atau PNPM Mandiri Perkotaan untuk perbaikan jalan mampu menyerap swadaya masyarakat sebesar 20,60% dari total dana kegiatan, untuk