• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLIMORFISME GEN SRY PADA POPULASI MONYET EKOR PANJANG DI KAWASAN JAWA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLIMORFISME GEN SRY PADA POPULASI MONYET EKOR PANJANG DI KAWASAN JAWA TIMUR."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

POLIMORFISME GEN SRY PADA POPULASI MONYET EKOR

PANJANG DI KAWASAN JAWA TIMUR

I Nengah Wandia1,2), I GA. Arta Putra1,3) I Gede Soma1,2) 1

Pusat Penelitian Satwa Primata LPPM Unud, Kampus Bukit Jimbaran Bali, E-mail: wandia@unud.ac.id

2

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Jl. PB Sudirman, Denpasar

3

Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran Bali

Abstract

A gene polymorphism is a genetic resource within a species or population, that its existence is not yet broadly explored in Indonesia.This research aimed to examine the spatial distribution of the variation of SRY gene in long tailed macaque populations in the Region of East Java. The total of 21 male macaque blood samples was collected from 2 populations (Baluran and Alas Purwo) and extracted using QIAamp® Blood Mini Kits to find out the total DNA. The SRY gene was amplified by PCR technique using a specific primer, and then, sequenced by dideoxynucleotide chain-termination method at public company of Macrogen Inc., Korea. The research found that the length of segment of SRY gene was 733 nucleotide with 1 variable site (T182A). Two haplotypes were found out in total populations, which were distributed to one haplotype in Alas Purwo population and two haplotypes in Baluran population.The result of the researh indicated that male macaques migrated in one direction, that was, from Alas Purwo popuatian to Baluran population. Phylogenetic reconstruction analysis showed that all haplotypes were seperated to be two haplogroups, namely the clade of Baluran, which is composed of sry_baluran haplotype and the clade of Alas Purwo which is composed of sry_alas_purwo haplotype. It can be concluded that both haplotypes can be rendered as a marker of identity for each population.

Key words:long tailed macaque, locus polymorphism, SRY gene, haplotype, East Java

Abstrak

Polimorfisme suatu gen adalah sumber daya genetik di dalam spesies/populasi, yang keberadaannya belum banyak diungkapkan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan sebaran spasial dari variasi gen SRY pada populasi monyet ekor panjang di Kawasan Jawa Timur. Sejumlah 21 sampel darah monyet jantan dikoleksi dari dua populasi (Baluran dan Alas Purwo) dan diekstraksi menggunakan QIAamp® Blood Mini Kits untuk mendapatkan DNA total. Gen SRY diamplifikasi menggunakan satu set primer khusus melalui teknik PCR dan selanjutnya, disekuen dengan metode dideoxynucleotide chain-termination pada perusahaan public Macrogen Inc., Korea. Hasil penelitian mendapatkan bahwa panjang segmen gen SRY 733 nukleotida dengan 1 situs variatif (T182A). Sebanyak 2 haplotipe ditemukan di seluruh populasi, dengan distribusi 1 haplotipe di populasi Alas Purwo dan 2 haplotipe di Populasi Baluran. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa monyet jantan bermigrasi dalam satu arah yaitu dari populasi Alas Purwo ke populasi Baluran. Analisis rekonstruksi pohon filogeni menunjukkan bahwa seluruh haplotipe terbagi dalam 2 haplogroup yaitu clade Baluran yang tersusun atas haplotipe syr_baluran dan clade Alas Purwo yang tersusun atas haplotipe sry_alas_purwo. Berdasarkan pada hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kedua jenis haplotipe ini dapat dijadikan marka identitas untuk masing-masing populasi.

(3)

2

PENDAHULUAN

Polimorfisme genetik populasi merupakan biodiversitas pada tingkat yang paling dasar.

Kerakteristik genetik ini merupakan refleksi dari kisah kehidupan yang telah dilaluinya dimasa

lampau dan masa kini, serta dapat digunakan untuk memprediksi kondisi mendatang yang akan

dialaminya (Nozawa et al., 1996; Hartl dan Clark, 1997; Frankham et al., 2004). Oleh karena itu,

data biodiversitas pada tingkat genetik suatu spesies atau populasi bukan saja dapat menerangkan

sejarahnya, tetapi juga dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan strategi konservasi dan bahan

referensi sehubungan dengan molekuler forensik.

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) adalah primata non human yang hidup dalam

sebuah kelompok sosial multi-male multi-female group dan besifat filopatri betina (Jolly, 1985).

Dalam satu kelompok sosial terdapat beberapa jantan dan betina dewasa serta anak-anaknya

(Napier dan Napier, 1985; Mitchell dan Erwin, 1986; Bennett et al., 1995; Rowe 1996). Monyet

betina membentuk inti permanen dari kelompok sosial karena tetap tinggal pada kelompok

kelahirannya, sementara, monyet jantan sering bermigrasi ke kelompok sosial lainnya (Napier dan

Napier, 1985; Mitchell dan Erwin, 1986).

Sejarah penyebaran monyet ekor panjang di Kepulauan Selatan Indonesia masih belum

jelas. Akhli primata meyakini bahwa penyebarannya berjalan dari barat ke timur dengan Jawa

sebagai sumber awal populasi (Wandia, 2007). Migrasi monyet ekor panjang dari Pulau Jawa ke

Pulau Bali berlangsung beberapa kali dan migrasi terakhir terjadi ± 18 ribu tahun yang lalu (Eudey,

1980; Fooden, 1995). Kini, monyet ekor panjang hidup sebagai populasi-populasi lokal (habitat

terbatas) sebagai akibat dari fragmentasi habitat yang ditimbulkan oleh peningkatan penggunakan

lahan untuk pertanian, industri, dan area kependudukan di dalam suatu pulau (Kawamoto et al.,

1984; Wandia, 2003; Wandia et al., 2004; Brotcorne et al., 2014; Brotcorne et al., 2015). Namun,

bagaimana proses pemisahan populasi di dalam suatu pulau dan hubungan genetik antar populasi

masih belum banyak diungkapkan.

Struktur genetik populasi dapat diungkapkan dengan menerapkan berbagai sumber marka

molekuler. Kawamoto et al. (1984) mengungkapkan variasi genetik monyet ekor panjang di

Indonesia dengan marka protein darah. Beliau menemukan bahwa ada ketidakselarasan antara

keragaman genetik bersanding dengan letak geografi kelompok monyet ekor panjang Jawa, Bali,

dan Lombok. Keragaman genetik populasi di Pulau Bali seyogyanya lebih tinggi daripada yang

ditemukan di Pulau Lombok sebagai akibat dari efek founder, tetapi hasil penelitian Kawamoto et

al. (1984) menunjukkan hal sebaliknya. Wandia (2007) yang meneliti mengenai variasi genetik

monyet ekor panjang Jawa, Bali, dan Lombok dengan menggunakan marka molekuler DNA

mikrosatelit kromosom somatik menemukan bahwa variasi genetik monyet Bali lebih tinggi

daripada yang ditemukan di Lombok. Hasil tersebut sejalan dengan pola penyebarannya dari barat

(4)

Bali menggunakan 3 lokus mikrosatelit pada kromosom Y. Beliau menemukan bahwa diversitas

haplotipe populasi sangat rendah karena ketiga marka molekuler bersifat monomorfik, dan ketiga

marka molekuler tidak mampu membedakan karakteristik genetik antar populasi.

Untuk itu, penelitian pendahuluan kali ini dilakukan dengan menerapkan gen sex

determining region kromosom Y sebagai marka molekuler untuk mengungkapkan struktur genetik

populasi yang ditelusuri dari garis jantan. Penelitian dilakukan pada dua populasi monyet ekor

panjang di Kawasan jawa Timur . Gen sex determining region (SRY) merupakan gen yang sangat

penting untuk mengontrol perkembangan seksual jantan, yang terletak di antara pseudosomatic

regions (PARs) dan eukromatin pada lengan pendek kromosom Y (Bachtrog dan Charlesworth

2001). Gen ini tidak ditemukan pada kromosom X sehingga sering digunakan sebagai uji

penentuan jenis kelamin (Erdal dan Barlas 2000; Drobnic 2006; Rovie-Ryan et al. 2013). SRY

mengkode produk testis determinating factor (TDF) yang merangsang jaringan gonad embrio

yang belum terdiferensiasi untuk membentuk testis. SRY atau versi lainnya yang berhubungan

ditemukan pada seluruh mammalia (Klug dan Cummings, 2005).

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Lokasi Sampling

Penelitian dilakukan pada dua populasi monyet ekor panjang yaitu populasi Alas Purwo

(Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur) dan Baluran (Kabupaten Situbondo, Jawa Timur). Kedua

populasi terletak di ujung timur Pulau Jawa, yang berpotensi besar bermigrasi ke Pulau Bali. Jarak

antar populasi lebih kurang 100 km (diukur sepanjang garis pantai dengan bantuan fasilitas google

map (https://www.google.co.id/maps )

Sampel Darah

Sampel darah monyet ekor panjang jantan berhasil dikoleksi sebanyak 12 sampel dari

populasi Alas Purwo dan 10 sampel dari populasi Baluran. Sampel diambil saat monyet dalam

kondisi terbius (dibius menggunakan Ketamin HCl dosis 10 mg/kg bobot badan dikombinasi

xylazil dengan perbandingan 5:1). Darah sebanyak 5 ml diambil dengan menggunakan alat suntik

10 ml yang telah diisi 0,1 ml EDTA 10% sebagai antikoagulan dari vena femoralis. Sampel darah

telah tersedia dan disimpan di Laboratorium Genetika dan Kultur Jaringan- Pusat Penelitian Satwa

Primata, LPPM Unud Kampus Bukit-Jimbaran.

Ekstraksi DNA Total dan Perancangan Primer Gen SRY

Total DNA diekstraksi menggunakan QIAamp DNA Blood Kits produksi Qiagen yang

prosedurnya sesuai dengan protokol yang direkomendasikan oleh perusahaan (Qiagen, 2007).

(5)

4

SRY referensi AF284304 (GenBank). Perancangan dilakukan in silico menggunakan software

primer3 secara online (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/genbank/). Tiga pasang primer dipilih yaitu:

1. SRY F 5’-AGGGGGTAGCCTGGTTGGGC-3’

SRY R 5’-AGTGGCTGTAGCGGTCCCGT- 3’

2. SRY F 5’-GGTGTTGGGGGCGGAGAAATG-3’

SRY R 5’-TGGCTGTAGCGGTCCCGTTG-3’

3. SRY F 5’-TTGGGCGGAGTTGAGAGGGG-3’

SRY R 5’-TGATGGGCGGTAAGTGGCCT-3’

Ketiga pasang primer diujicobakan dan PCR yang menghasilkan pita tunggal dipilih untuk

penelitian lebih lanjut. Volume PCR dibuat 25 µL yang setiap reaksinya mengandung adalah 1x

bufer PCR, 3 mM MgCl2, 0,2 mM DNTP (mix), 0,2 mM masing-masing primer, 0,75 U DNA

polimerase, dan template dengan volume 1 µL. PCR dilakukan 3 tahapan yaitu Pre PCR: 94 oC 3

menit; PCR (diulang 35 siklus) : 94 oC 40 detik, 58 oC 40 detik, 72 oC 40 detik; dan Post PCR: 72

o

C 5 menit. Berdasarkan pada hasil PCR, primer 2 menghasillkan produk PCR tunggal (pita

tunggal) sekitar 700 nukleotia dan dipilih untuk penelitian selanjutnya.

Amplifikasi Gen SRYdan Sekuensing

Amplifikasi gen SRY menggunakan sepasang primer khusus (Primer 2). Satu unit PCR

mengandung 1x buffer PCR, 4 mM MgCl2, 0,2mM DNTP (mix), 0,2 µM masing-masing Primer,

dan 1 U enzim DNA polymerase. Sebanyak 2 µl template dan aquades bebas ion ditambahkan

untuk mendapatkan volume akhir 50 µL. PCR terdiri atas 3 tahap yaitu Pre PCR dengan suhu

danaturasi 94oC selama 3 menit; PCR 40 siklus dengan urutan denaturasi 94oC selama 40 detik,

annealing 58oC selama 40 detik, dan elongasi 72oC selama 40 detik; Post PCR dengan suhu

elongasi 72oC selama 5 menit. PCR menggunakan mesin Applied Biosystems 2720 Thermal

Cycler. Hasil amplifikasi dipisahkan secara elektroforesis dengan gel agarose 1,5% yang

dimigrasikan pada 50 V selama 30 menit. Fragmen teramplifikasi dimunculkan dengan pewarnaan

etidium bromida dan ukuran panjang basa disetarakan dengan menggunakan marker standard 100

bp DNA ladder (Gibco BRL, Life Technologies). Produk PCR, selanjutnya, disekuen dengan

metode dideoxynucleotide chain-termination pada perusahaan publik Macrogen Inc. Korea.

Analisis Data

Pelurusan dan pengeditan urutan nukleotida menggunakan software MEGA 6 (Tamura et

al., 2013). Analisis terhadap jenis haplotipe dan distribusinya serta diversitas genetik dalam

populasi (tingkat nukleotida dan hapotipe) menggunakan software dnaSPver. 5.10.01 (Rozas et al.,

(6)

dan metode maximum likelihood dikerjakan dengan bantuan software MEGA 6 (Tamura et al.,

2013).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Distribusi Haplotipe Gen SRY

Dari total 22 sampel, 21 sampel menghasilkan produk PCR sedangkan 1 sample lainnya

tidak menghasilkan produk PCR. Selanjutnya, sekuensing dilakukan terhadap 21 sampel. Analisis

urutan nukleotida menghasilkan panjang gen SRY 733 nukleotida dengan komposisi 22,1% (T/U),

23,1% (C), 30,7% (A), dan 24,1% (G). Satu 1 situs variatif (parsimony informative site) ditemukan

dari keseluruhan panjang segmen. Mutasi titik T/A terjadi pada situs 182 (tipe transversi). Analisis

urutan penyandi protein pada gen SRY memperlihatkan substitusi T182A tidak mengubah translasi

asam amino (silent mutatian).

Sebanyak 2 jenis haplotipe gen SRY ditemukan dari seluruh sampel (Tabel 1). Pada

Populasi Alas Purwo ditemukan 1 jenis haplotipe (sry_alas_purwo), sementara kedua haplotipe

(sry_baluran dan sry_alas_purwo) ditemukan di populasi Baluran . Rekonstruksi filogeni seluruh

haplotipe membentuk dua kelompok (haplogroup) yaitu clade Alas Purwo dan clade Baluran

(haplogroup dinamai secara arbitrari). Masing-masing haplogroup memiliki jenis haplotipe yang

unik (Gambar 1).

Adanya shared haplotipe mencerminkan adanya gene flow atau migrasi antar populasi.

Keunikan haplotipe pada masing-masing populasi terlebih haplotipe dominan dapat digunakan

sebagai haplotipe penanda/haplotipe identitas untuk masing-masing populasi. Sejarah evolusi dan

perkembangan populasi dimasa mendatang dapat diikuti melalui pemantauan dinamika haplotipe

yang bersifat unik tersebut.

Tabel 1. Haplotipe Gen SRY dan Distribusi pada Populasi Monyet Ekor Panjang di Kawasan Jawa Timur

No Jenis haplotipe Urutan nukleotida* Distribusi

Baluran (n=10) Alas Purwo (n=11)

1 sry_baluran ...AACACTGATGG... 0,60 0,00

2 sry_alas_purwo ...A... 0,40 1,00

* Nukleotida yang ditampilkan adalah nukleotida 177-187. Nukleotida variatif pembeda haplotipe: nukleotida 182.

Diversitas Genetik Dalam Populasi dan Diferensiasi Genetik Antar Populasi

Diversitas genetik dalam populasi yaitu diversitas haplotipe dan diversitas nukleotida

ditampilkan pada Tabel 2. Diversitas haplotipe (hd) menyatakan peluang dua haplotipe untuk

berbeda saat diambil secara bersamaan, sedangkan diversitas nukelotida mewakili peluang

(7)

6

Populasi Baluran memiliki hd yang tinggi (hd=0,533) sedangkan populasi Alas Purwo memiliki hd

yang rendah (hd=0,000). Hal ini berkaitan dengan adanya 2 haplotipe di populasi Baluran dengan

frekeuensi relatif sama. Sebaliknya, pada populasi Alas Purwo ditemukan hanya satu jenis

hapotipe. Rendahnya diversitas genetik dalam populasi mencerminkan sangat rendah atau tidak

adanya gene flow ke dalam populasi, atau populasi mengalami bottle neck, dan atau merupakan

efek founder (Avise, 1994; Nozawa et al., 1996; Hartl dan Clark, 1997).

Tabel 2. Diversitas Genetik Dalam Populasi

No Variabel Populasi Kawasan

Baluran Alas Purwo Jawa Timur

1 Jumlah sampel 10 11 21

2 Jumlah hapotipe 2 1 2

3 Situs polimorfik 1 0 1

4 Diversitas haplotipe (hd) 0,533 0,000 0,429

6 Diversitas nukleotida (π) 0,00073 0.000 0,00058

Diferenssai genetik antar populasi dengan menggunakan tiga ukuran ditampilkan pada

Tabel 3. Nilai Nst dengan Fst sama, dengan memberikan nilai gene flow (Nm)= 0,8 ekor/generasi,

sementara dengan ukuran Gst memberikan nilai Nm= 1,53 ekor/generasi. Nm mencerminkan

jumlah individu yang bermigrasi antar populasi per generasi. Dari hasil analisis dapat dinyatakan

bahwa migrasi antar populasi 1-2 ekor per generasi dengan pola migrasi satu arah (dari Alas Puwo

ke Baluran sesuai jenis haplotipe yang ditemukan (Tabel 1).

Tabel 3. Diferensiasi genetik antar populasi Baluran dan Alas Purwo Jawa Timur.

Ukuran diferensiasi

genetik

Nilai diferensiasi gentik Gene flow (Nm)

(ekor/generasi)

Referensi

GST 0,39572 1,53 Nei 1973

Nst 0,55556 0,80 Lynch and Crease 1990

Fst 0,55556 0,80 Hudson, Slatkin and Maddison

1992

Jarak Genetik Antar populasi dan Rekonstruksi Filogeni

Jarak genetik antar populasi mengukur rata-rata divergensi nukeotida dua haplotipe antar

populsi (Excoffier et al., 2005). Jarak genetik populasi Baluran dengan Alas Purwo sangat rendah

(8)

antar populasi, seperti ditemukannya haplotipe sry_alas_purwo pada populasi Baluran (shared

haplotipe).

Tabel 4. Jarak Genetik Netto Antar Populasi di Kawasan Jawa Timur

Populasi Baluran Alas Purwo

Baluran 0,0004

Alas Purwo 0,0005

Keterangan: Angka di bawah diagonal menyatakan jarak genetik (metode Kimura 2 parameter . Angka di atas diagonal menyatakan standar eror (bootstrap 1000)

Rekonstruksi pohon filogeni menghasilkan 2 kelompok haplotipe (haplogroup) yaitu clade

Alas Purwo dan clade Baluran (Gambar 1). Empat individu yang berasal dari Baluran (BL M8, BL

M9, BL M10, dan BL M12) masuk ke dalam haplogroup Alas Purwo. Hal ini menunjukkan bahwa

migrasi monyet jantan telah terjadi dari populasi Alas Porwo ke populasi Baluran, namun, arah

migrasi balik tidak terjadi (tidak ditemukan jenis hapotipe sry-baluran di populasi Alas Purwo

(Tabel 1).

KESIMPULAN

Pada Populasi Baluran ditemukan dua jenis haplotipe (sry_Alas-Purwo dan sry_baluran)

dengan diversitas haplotipe (hd) sebesar 0,533 dan diversitas nukleotida (π) sebesar 0,00073,

sedangkan pada populasi Alas Purwo hanya ditemukan satu jenis haplotipe (sry_alas_purwo).

Gambar 1. Rekonstruksi filogeni monyet ekor panjang di Jawa Timur. Model

substutusi Kimura 2 parameter metode maximum likelihood

(9)

8

Diferensiasi genetik antar populasi cukup tinggi (Gst=0,396). Haplotipe gen SRY membentuk dua

haplogroup yaitu clade Alas Purwo yang tersusun oleh haplotipe sry_alas_puwo, dan clade

Baluran yang tersusun oleh haplotipe sry_baluran. Tipe haplotipe pada masing-masing clade dapat

dijadikan marka identitas untuk masing-masing populasi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih Kami sampaikan kepada Bapak Rektor Universitas Udayana atas

biaya penelitian yang diberikan melalui skim penelitian Unggulan Udayana dengan Surat

Penugasan Penelitian Nomor 246-326/UN14.2/PNL.01.03.00/2015 Tanggal 21 April 2015.

DAFTAR PUSTAKA

Avise JC. 1994. Molecular Markers, Natural History, and Evolution. Chapman and Hall Inc. New York.

Bachtrog D &Charlesworth B. 2001.Towards a complete sequence of the human Y chromosome.

Genome Biology 2001, 2(5):reviews1016.1–1016.5

Bennett BT, Abee CR, Hendrickson R. 1995. Nonhuman Primates in Biomedical Research. Biology and Management. Academic Press Inc. San Diego, California.

Drobnic K. 2006. A new primer set in a SRY gene for sex identification. International Congress Series 1288 (2006) 268–270.

Erdal ME & Barlas IO. 2000. Detection of the SRY Gene in a 46,XY Phenotypic Female by the PCR-SSCP Method. Turk J Med Sci 30 (2000) 501-503.

Eudey AA. 1980. Pleistocene glacial phenomena and the evolution of Asian macaques. In The

Macaques. Studies in Ecology, Behavior and Evolution. Edited by D.G. Lindburg. :52-83.

Excoffier L, Laval G, and Schneider S. 2005. Arlequin ver. 3.0: An integrated software package for population genetics data analysis. Evolutionary Bioinformatics Online 1:47-50.

Brotcorne F, Fuentes A, Wandia I N, Roseline C, Beudels-Jamar, Huynen M-C. Changes in Activity Patterns and Intergroup Relationships After a Significant Mortality Event in Commensal Long-Tailed Macaques (Macaca Fascicularis) in Bali Indonesia. Int J Primatol

(2015) 36:548 566. DOI 10.1007/s10764-015-9841-5

Brotcorne F, Maslarov C, Wandia I N, Fuentes A,. Beudels‐ Jamar RC, and Huynen M-C. 2014. The Role of Anthropic, Ecological, and Social Factors in Sleeping Site Choice by Long‐Tailed Macaques (Macaca fascicularis). American Journal of Primatology. DOI: 10.1002/ajp.22299. Published online XX Month Year in Wiley Online Library (wileyonlinelibrary.com).

Frankham R, Ballou JD, Briscoe DA. 2004. A Primier of Conservation Genetics. Cambridge University Press. Cambridge

Fooden J. 1995. FIELDIANA. Zoology. New Series No. 81. Systematic Review of Southeast Asian Longtail Macaques, Macaca fascicularis (Raffles, [1821]). Published by Field Museum of Natural History. USA.

Hartl DL & Clark AG. 1997. Principles of Population Genetics. Third ed. Snauer Associates, Inc. Publishers. Sunderland, Massachusetts

Jolly A. 1985. The Evolution of Primate Behavior. 2nd Ed. Macmillan Publishing Company. New York.

Kawamoto Y, Ischak TM, Supriatna J. 1984. Genetic variation within and between troops of the crab-eating macaque (Macaca fascicularis) on Sumatra, Jawa, Bali, Lombok and Sumbawa, Indonesia. Primates, 25(2):131-159.

(10)

DNA and Geographical Distribution. PLoS ONE 8(3): e59660. doi:10.1371/journal.pone.0059660.

Klug WS & Cummings MR. 2005. Essentials of Genetics. International Ed. 5th Ed. Pearson Education, Inc. USA.

Mitchell G & Erwin J. 1986. Behavior, Cognition, and Motivation. Comparative Primate Biology. Volume 2, Part A. Alan R. Liss, Inc., New York.

Napier JR & Napier PH. 1985. The Natural History of the Primates. The British Museum (Natural History). Cromwell, London.

Nozawa K, Shotake T, Minezawa M, Kawamoto Y, Kawamoto K, Kawamoto S. 1996. Population-genetic studies of the Javanese macaque, Macaca fuscata. In: Variations in the Asian

Macaques. T. Shotake and K. Wada (eds.). Tokai University Press. Tokyo, Japan.: 1-36

Qiagen 2007. QIAamp DNA Mini and Blood Mini Hanbook. 2nd Eds. November 2007. Pp 27-29. Rovie-Ryan JJ, Abdullah MT, Sitam FT, Abidin ZZ, and Tan SG. 2013.

Y-chromosomal gene flow of Macaca fascicularis (Cercopithecidae) between the insular and mainland peninsula of Penang state, Malaysia. Journal of Science and Technology in the Tropics (2013) 9: 113-126.

Rowe N. 1996. The Pictorial Guide to the Living Primates. Pogonias Press. New York.

Rozas, J dan Librado P. Librado (2009). DnaSP v5: a Software for comprehensive analysis for DNA polymorphism data. Bioimformatics 25: 1451-1452.

Tamura K, Stecher G, Peterson D, Filipski A, and Kumar S (2013) MEGA6: Molecular Evolutionary Genetics Analysis version 6.0. Molecular Biology and Evolution:30 2725-2729.

Wandia I N. 2003. Mikrosatelit sebagai penanda molekul untuk mengukur polimorfisme genetik monyet ekor panjang di Sangeh, Bali. J. Vet. 4(3):93-100.

Wandia I N, Supraptini-Mansjoer S, Suryobroto B. 2004. Polimorfisme genetik monyet ekor panjang di daerah pariwisata Uluwatu, Bali. J. Vet. 5(2):67-76.

Wandia I N. 2007. Struktur dan Keragaman Genetik Populasi Lokal Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Tawa Timur, Bali, dan Lombok. Disertasi. Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor. Wandia I N, Arta Putra I GA, Soma I G. 2014. Polymorphism of Microsatellite Loci on Y

Chromosome in Long-Tailed Macaque Populations in Bali Island, Indonesia. Jurnal Ilmu

Gambar

Tabel 1. Haplotipe Gen SRY dan Distribusi pada Populasi Monyet Ekor Panjang di Kawasan    Jawa Timur
Tabel 2. Diversitas Genetik Dalam Populasi
Tabel 4. Jarak Genetik Netto Antar Populasi di Kawasan Jawa Timur

Referensi

Dokumen terkait

Duyguyu enerji olarak fark edin, şimdi onu kötü veya istenmeyen bir duygu

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.. Menguak Tabir

2855 SNI 02-2689-1992 Perlengkapan untuk mesin penabur dan penanam bentuk piringan..

Variabel kepemilikan manajerial secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Terna merupakan ide pusat dalam suatu cerita, atau merupakan pokok pikiran yang utama atau yang terpenting. Pokok pikiran utama dalam naskah Ma'rifatul Bayan ini,

Angka tersebut menunjukkan bahwa komitmen afektif memiliki sumbangan terhadap variabel orientasi pada pelayanan pelanggan (Customer Service Orientation) sebesar 26.6 %,

Penulisan skrispsi dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWAMEMAHAMI KONSEP PERKALIAN DAN PEMBAGIAN PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI

Mintalah pada pengajar untuk melakukan uji kompetensi dengan sistem penilaiannya dilakukan langsung dari pihak asosiasi profesi yang berkompeten apabila Anda telah menyelesaikan