• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PEMBONGKARAN TEMBOK PEMBATAS TUGU PAHLAWAN (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PEMBONGKARAN TEMBOK PEMBATAS TUGU PAHLAWAN (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos)."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP

PEMBERITAAN PEMBONGKARAN TEMBOK PEMBATAS

TUGU PAHLAWAN

(Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos)

Oleh :

RANI YANUARIA POERNOMO 0643010109

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PROGAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PEMBONGKARAN TEMBOK PEMBATAS TUGU PAHLAWAN (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan

Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos) Oleh :

RANI YANUARIA POERNOMO NPM : 0643010109

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 14-Juni-2011 Drs.Sumardjijati, M.Si

NIP. 196203231993092001 3. Anggota

Dra. Herlina Suksmawati, M.Si NIP. 196412251993092001

Mengetahui, Dekan

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PEMBONGKARAN TEMBOK PEMBATAS TUGU PAHLAWAN”.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat kekurangan, hal ini disebabkan sangat terbatasnya ilmu dan kurangnya pengalaman Penulis dalam penyusunan skripsi. Meskipun demikian, dalam penyusunan skripsi ini Penulis telah mendapatkan bimbingan Bapak Juwito, S.Sos, Msi. Oleh karena itu pada kesempatan ini pula, Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

2. Dra. Hj. Suparwati, MSi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S.Sos, MSi, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Om Totot, yang selalu membantu penulis dalam membimbing, menyelesaikan

(4)

5. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu mendukung dan memberi semangat serta doa-nya selama ini.

6. Untuk semua pihak yang mendukung baik semangat maupun doa-nya yang Peneliti tidak dapat sebutkan satu per satu.

Demikian atas segala bantuan, baik moril maupun materiil yang telah diberikan, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Penulis menyadari bahwa ini semua masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun.

(5)

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori... 9

2.1.1. Media Komunikasi Massa... 9

2.1.2. Surat Kabar ... 11

2.1.2.1. Ciri-ciri Surat Kabar... 12

2.1.3. Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa... 12

2.1.4 Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial... 13

2.1.5 Berita……… 14

2.1.5.1. Jenis-jenis Berita ... 17

2.2 Pengertian Masyarakat ... 16

2.3 Opini ... 18

2.4 Teori S – O - R ... 22

(6)

BAB III . METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional ... 30

3.2 Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan 32 3.3 Jenis Penelitian... 33

3.4 Pengukuran Variabel... 33

3.5 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 36

3.5.1 Populasi ... 37

3.5.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 37

3.6 Teknik Pengumpulan Data... 38

3.7 Metode Analisis Data... 39

3.8 Teknik Analisis Data……… 40

BAB IV . HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Surat Kabar ... 41

4.1.1 Perkembangan Surat Kabar Di Surabaya... 41

4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan Surat Kabar Harian Jawa Pos ... 44

4.1.2.1 Sejarah Berdirinya Surat Kabar Harian Jawa Pos ... 44

4.1.2.2 Pembaharuan Manajemen Jawa Pos ... 45

4.1.2.3 Sebaran dan Profil Jawa Pos ... 47

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ... 47

4.2.1 Identitas Responden ... 47

4.2.2 Pertanyaan Tentang Media... 52

4.2.2.1 Frekuensi Membaca Surat Kabar Jawa Pos dalam satu minggu ... 52

(7)

4.2.3 Opini ... 53 4.3 Arah opini Masyarakat Surabaya (positif, netral, negatif)

tentang Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan

Di Jawa Pos ... 63

BAB V . KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 64 5.2 Saran ... 65

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 1 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ... ………. 48

2. Tabel 2 Jenis Kelamin... ………. 49

3. Tabel 3 Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan... ………. 50

4. Tabel 4 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan ... ………. 51

5. Tabel 5 Frekuensi Membaca Surat Kabar Jawa Pos dalam satu minggu…. 52 6. Tabel 6 Frekuensi Membaca Berita Tentang Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos ... 53

7. Tabel 7 Opini Responden terhadap Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan ... ………. 54

8. Tabel 8 Opini Responden terhadap Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan sebagai jurang pemisah antara masyarakat untuk mengetahui sejarah... 55

9. Tabel 9 Opini Responden terhadap Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan membuat minimnya jumlah kunjungan masyarakat ke Tugu Pahlawan ... 57

(9)

11. Tabel 11 Opini Responden Terhadap Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan menjadi terekspos di Masyarakat... 59 12. Tabel 12 Opini Responden terhadap Pemberitaan Pembongkaran Tembok

Pembatas Tugu Pahlawan akan membuat banyak ruang terbuka hijau (taman) di Surabaya... 61 13. Tabel 13 Opini Responden terhadap Pemberitaan Pembongkaran Tembok

Pembatas Tugu Pahlawan membuat Masyarakat tahu tentang fungsi tembok pembatas tersebut... 62 14. Tabel 14 Arah Opini Masyarakat Surabaya (positif, netral, negatif) tentang

Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan di

(10)

DAFTAR BAGAN

Halaman 1. Gambar 2.1. Bagan Teori S-O-R ... 27 2. Gambar 2.2: Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Opini Masyarakat Terhadap

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

(12)

ABSTRAKSI

Rani Yanuaria Poernomo, OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PEMBONGKARAN TEMBOK PEMBATAS TUGU PAHLAWAN (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui opini masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan di media surat kabar Jawa Pos.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori S-O-R. Dimana Stimulus disini adalah berupa Pesan, yaitu pesan tentang pemberitaan terhadap pemberitaan pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan. Organism adalah Komunikan dimana masyarakat Surabaya sebagai komunikan nya. Respon adalah Efek, dimana merupakan dampak dari komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan Opini, yaitu Opini Positif, Netral dan Negatif.

Metode yang digunakan adalah metode Deskriptif Kuantitatif. Dengan menggunakan Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sampling Purposive (Purposive Sampling) dikarenakan Surabaya dipilih menjadi lokasi penelitian karena Surabaya bersifat heterogen, baik penduduk asli maupun pendatang yang tinggal di Surabaya. Adapun kriteria atau ciri-ciri yang dipakai peniliti yang akan dijadikan sampel.

Data yang dianalisis adalah hasil jawaban dari kuesioner yang telah diisi oleh responden yang terpilih. Dengan pertanyaan seputar opini masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan.

Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar responden bersikap netral terhadap pemberitaan pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan Opini netral tersebut menyatakan bahwa bila tembok pembatas tersebut dibongkar dengan alasan karena terkesan tertutup, tidak apa-apa. Bila tidak dibongkar juga tidak apa-apa, dikarenakan dari pada mengeluarkan dana untuk biaya pembongkaran, lebih baik digunakan untuk melestarikan lingkungan di dalam halaman monument itu sendiri.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu kebutuhan masyarakat adalah kebutuhan akan informasi. Pada umumnya masyarakat selalu mencari informasi yang dianggapnya perlu untuk mereka ketahui. Manusia dapat mengikuti peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya ataupun di tempat lain, melalui informasi yang diperolehnya. Selain itu dengan informasi manusia dapat memperluas pengetahuannya sekaligus memahami kedudukan serta perannya dalam masyarakat.

Peran media massa dalam kehidupan sosial kerap dipandang secara berbeda-beda, namun tidak ada yang menyangkal atas perannya yang signifikan dalam masyarakat modern. Menurut Mc Quail dalam Winarso, bahwa peran media massa sebagai Window on event dan experience. Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak “melihat” apa yang terjadi diluar sana. Selain itu, media massa sebagai “filter” atau “gatekeeper” yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media massa senantiasa memilih issue, informasi atau bentuk content lain berdasarkan standar para pengelolanya.

Khalayak “dipilihkan” oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui. Dan mendapat perhatian. (Winarso, 2005 : 54).

(14)

diungkapkan oleh Djuroto (2002:11) bahwa : “Surat kabar merupakan kumpulan dari berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak ke dalam lembaran kertas ukuran plano yang diterbitkan secara teratur dan bisa terbit setiap hari atau seminggu sekali.”

Situasi yang begitu kompetitif dalam perkembangan media massa membuat media cetak dan elektronik berupaya untuk menarik perhatian. Pada media cetak seperti surat kabar, informasi yang disampaikan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan media massa lainnya. Kelebihan pertama yaitu informasi yang disampaikan surat kabar hasil liputan terbaru. Hal ini dimungkinkan karena surat kabar terbit setiap hari (harian), berbeda dengan majalah atau tabloid yang terbit setiap minggu atau setiap bulan. Sehingga dengan demikian perkembangan berita dapat segera diperoleh. Kedua, berita dapat disampaikan secara detail tanpa kehilangan pembaca. Informasi disajikan dalam bentuk tulisan yang sangat mudah dipahami sehingga berita atau pesan yang disampaikan dapat dimengerti. Ketiga, harga surat kabar relatif lebih murah dibandingkan media massa lainnya sehingga bisa dibaca oleh berbagai lapisan ekonomi masyarakat. (Siregar, 1999 : 52).

Surat kabar merupakan salah satu jenis media cetak yang dinilai lebih up to date dalam menyajikan berita-berita yang akan disampaikan kepada khalayak.

(15)

Dengan kelebihan surat kabar tersebut, maka surat kabar dianggap lebih efektif dalam menyampaikan berbagai informasi. Informasi yang disajikan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keingintahuan pembaca yang semakin tinggi. Surat kabar diharuskan memberikan informasi yang benar dan aktual untuk masyarakat, yang nantinya dapat dijadikan masukan utnuk mengetahui peristiwa yang terjadi dan digunakan untuk kepentingan masyarakat tentang segala hal dan realitas sosial yang terjadi di lingkungan

Surat kabar berbeda dengan media elektronik dalam hal kecepatan penyampaian informasi ke masyarakat. Informasi lewat media elektronik seperti radio dan televisi lebih bisa menyiarkan informasi dalam waktu beberapa menit setelah informasi tersebut ditemukan, dan surat kabar harus menuggu beberapa jam disampaikan kepada masyarakat. Namun surat kabar mempunyai metode sendiri untuk menarik perhatian masyarakat dengan versi cerita yang lebih mendalam, surat kabar berani untuk tampil berbeda dengan berita yang ekslusif yang sulit dikalahkan media elektronik.

(16)

Berita yang disajikan media merupakan refleksi dari realitas. Ada fakta “riil” yang diatur oleh kaidah-kaidah tertentu yang berlaku universal. Berita harus bersifat obyektif, dengan menyingkirkan opini serta pandangan subyektif dari pembuat berita. Media disini murni dilihat sebagai sarana yang netral di dalam menginformasikan sebuah peristiwa. Apabila ada berita yang menyebutkan kelompok-kelompok tertentu atau menggambarkan realitas dengan citra tertentu, maka gambaran itu merupakan hasil dari sumber berita (komunikator) yang menggunakan media untuk mengemukakan pendapatnya. (Eriyanto, 2005 : 22).

Berita-berita di media massa cetak cenderung memiliki kemampuan untuk mengulang pesan bagi khalayak lebih tinggi dibandingkan dengan media elektronik (The Medium’s Revier Ability Of The Messages). Selain itu media cetak juga memiliki kemampuan untuk “keep-mobile” (The medium’s portability), yaitu media tersebut bisa dibawa kemana-mana sehingga memiliki porability yang lebih tinggi.

(17)

halaman Jawa Pos dipenuhi satu tema berita dengan berbagai ulasan dari berbagai sudut pandang.

(18)

disekitar areal monumen. Tembok ini sendiri dibangun pada tahun 1991, atas ide dari Ir. Sugeng Gunadi MLA dan diresmikan pada tahun 1998. Dan salah satu kelebihan dari monumen Tugu Pahlawan ini adalah banyak tanaman langka yang berada di dalamnya, areal yang ada di taman Tugu pahlawan berbeda dengan taman-taman kota lainnya. Untuk itu diharapkan generasi muda dan masyarakat tidak hanya berkepentingan untuk berkunjung sekedar menikmati saja, tetapi dapat juga mengetahui sejarah Tugu Pahlawan dan mengerti tentang arti dari perjuangan itu sendiri. Disini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui bagaimana opini masyarakat Surabaya tentang pemberitaan pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan. Opini atau pendapat pada dasarnya merupakan hasil dari sikap individu, yaitu suatu pernyataan sikap dalam bentuk kata-kata. (Blake & Harodsen, 2005 : 81). Opini timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversial, yang menimbulkan pendapat yang berbeda-beda. Dimana opini tersebut berasal dari opini-opini individual yang diungkapkan oleh para anggota sebuah kelompok yang pandangannya bergantung pada pengaruh-pengaruh yang dilancarkan kelompok itu. Pengaruh yang dimaksud tersebut bisa berasal dari luar (media massa, opinion leader) maupun dari dalam individu tersebut (stereotipe, persepsi).

(19)

mengenai pembongkaran tembok pembatas. Seperti Bambang Sulistomo putra dari Bung Tomo, beliau menilai bahwa tembok yang mengelilingi tugu bersejarah tersebut bisa mengurangi makna heroisme arek-arek Suroboyo dalam pertempuran melawan tentara Inggris dan Sekutu. Walikota Surabaya Tri Rismaharini secara pribadi juga berpendapat “Memang (kompleks Tugu Pahlawan) sebaiknya terbuka”. Tapi Suhardi, Ketua Bidang Informasi & Komunikasi DHD (Dewan Harian Daerah) 45 Jatim juga berpendapat, kalau memang tembok pembatas tersebut harus dibongkar Hardy tidak keberatan, Tapi pembongkaran tidak bisa dilakukan begitu saja. Mana yang harus dibongkar dan mana yang dipertahankan harus jelas. Sedangkan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya usia 17 tahun ke atas karena dengan alasan pada usia ini seseorang telah memiliki kemampuan berfikir yang lebih sempurna dan ditunjang oleh sikap dan pandangan yang lebih realitas terhadap lingkungan. (Mappiare, 2004 : 9). Selain itu mampu memberikan alasan yang bisa dijadikan data peneliti. Tercatat masyarakat Surabaya yang berusia 17 tahun keatas sebesar 1.905.619 (Sumber : BPS Surabaya, 2008).

(20)

8

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah opini masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan ?”

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui opini masyarakat Surabaya terhadap pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian nantinya diharapkan dapat memberikan masukan pada perkembangan serta pendalaman studi komunikasi. Khususnya pada bidang pemberitaan (news), sehingga dapat dimanfaatkan sebagai masukan atau bahkan referensi penelitian komunikasi selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Media Komunikasi Massa

Menurut Effendy (2003:79), komunikasi massa (mass communication) disini ialah komunikasi melalui media massa modern

yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum dan film yang dipertujukan di gedung-gedung bioskop. Komunikasi massa menyiarkan informasi gagasan dan sikap kepada komunikasi yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media.

(22)

kontak pribadi dengan yang diulangi ribuan kali secara serentak (Effendy, 2003:80).

Seseorang yang menggunakan media massa sebagai alat untuk melakukan kegiatan komunikasinya perlu memahami karakteristik komunikasi massa diantaranya (Effendy, 2003:81-83):

a. Komunikasi massa bersifat umum artinya pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang. b. Komunikasi bersifat heterogen artinya perpaduan antara jumlah

komunikan yang besar dalam komunikasi massa denga keterbukaan dalam memperoleh pesan-pesan komunikasi erat sekali hubungannya dengan sifat heterogen komunikan.

c. Media massa menimbulkan keserempakkan artinya keserempakkan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak jauh dari komunikator, dan penduduk tersbut satu sama lainnya dalam keadaan terpisah.

(23)

2.1.2 Surat Kabar

Menurut Junaedhi (1992:257), surat kabar merupakan salah satu kajian dalam studi ilmu komunikasi, khususnya studi komunikasi massa. Dalam buku “Ensiklopedi Pers Indonesia” disebutkan bahwa pengertian surat kabar sebagai sebutan bagi penerbit pers yang masuk dalam media massa cetak yaitu berupa lembaran-lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan yang diterbitkan secara berkala : bisa harian, mingguan dan bulanan, serta diedarkan secara umum.

Menurut Effendy, (2003:149), idealisme yang melekat pada pers dijabarkan oleh pelaksanaan fungsinya, selain menyiarkan informasi yang obyektif dan edukatif, menghibur, melakukan control sosial yang konstruktif dengan menyalurkan segala aspirasi masyarakat, serta mempengaruhi masyarakat dengan melakukan komunikasi dan peran serta posotif dari masyarakat itu sendiri.

Sementara (Sumadiria, 2005:32-35) dalam Jurnalistik Indonesia menunjukkan 5 fungsi dari pers yaitu :

1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya yang aktual, akurat, faktual dan bermanfaat.

(24)

3. Fungsi Hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana yang menyenangkan sekalugus menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat.

4. Fungsi Kontrol Sosial atau koreksi, pers mengemban fungsi sebagai pengawas pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa menyalahkan ketika melihat penyimpangan dan ketidak adilan dalam suatu masyarakat atau negara.

5. Fungsi Media, dengan fungsi mediasi, pers mampu menjadi fasilitator atau mediator menghubungkan tempat satu dengan yang lain, peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain, atau orang yang satu dengan yang lain.

2.1.2.1. Ciri-ciri Surat Kabar

Pada umumnya, kalau kita berbicara mengenai pers sebagai media cetak adalah dalam pengertian sempit, yakni ada tiga yang dapat juga dikatakan sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh surat kabar. Effendy dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek”, mengatakan tiga ciri surat kabar, yaitu :

1. Publisitas

Bahwa surat kabar diperuntuan untuk umum, karena berita, tajuk, rencana, artikel dan lain-lain harus menyangkut kepentingan umum. 2. Universalitas

(25)

3. Aktualitas

Kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak. Bagi surat kabar, aktualitas ini merupakan faktor yang amat penting karena menyangkut persaingan dengan surat kabar lain dan berhubungan dengan nama baik surat kabar yang bersangkutan. (1994:154)

2.1.3 Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa

Komunikasi massa pada dasarnya merupakan penggunaan saluran (media) yang mempunyai proses melibatkan beberapa komponen. Dua komponen yang berinteraksi (sumber dan penerima) terlibat, pesan yang diberi kode oleh sumber (encode), disalurkan melalui sebuah saluran dan diberi kode oleh penerima (decoded), tanggapan yang diamati penerima merupakan umpan balik yang memungkinkan interaksi berlanjut antara sumber dan penerima (Winarso, 2005:18-20).

Jadi pada hakekatnya komunikasi massa sebenarnya samap seperti bentuk-bentuk komunikasi yang laen, yaitu memiliki unsur-unsur komunikasi seperti sumber pesan, saluran, gangguan, tujuan, efek, umpan balik dan konteks. Namun, beberpa hal yang membedakannya terutama adalah sifat komunikasinya yang umum, cepat dan selintas.

(26)

Surat kabar menurut Sutisna (2003:289) merupakan salah satu media penyampaian pesan yang mempunyai daya jangkau yang luas dan missal. Surat kabar berfungsi sebagai penyampai berita kepada para pembacanya.

Pada intinya surat kabar menjadi hal yang tidak terpisahkan dalam era informasi dan komunikasi yang semakin berkembang pesat. Dimana pada saat ini kebutuhan akan informasi sangat dibutuhkan sebanyak-banyaknya oleh pemirsa. Oleh karena itu kehadiran surat kabar telah menembus ruang dan jarak geografis pemirsa.

2.1.4 Surat Kabar sebagai Kontrol Sosial

Kontrol Sosial menurut J.S Roucek dalam pengendalian sosial (1987:2) adalah sekelompok proses yang dirancanakan atau tidak yang mana individu diajarkan atau dipaksa untuk menerima cara-cara dan nilai kehidupan kelompok.

Dari definisi ini menonjol sifat kolektif dan usaha kelompok untuk mempengaruhi individu agar tidak menyimpang dari apa yang oleh kelompok dinilai sangat baik. Dalam hubungan ini individu bahkan dapat dipaksa kalau perlu bertindak bertentangan dengan keinginannya untuk mengikuti nilai-nilai yang benar menurut kepentingan bersama.

(27)

kelompok. (Susanto, 2000:115). Dalam hal ini sebenarnya kontrol sosial bertujuan :

1. Menyadarkan individu tentang apa yang sedang dilakukannya. 2. Mengadakan himbauan kepada individu untuk mengubah sikap diri. 3. Perubahan sikap yang kemudian diusahakan untuk menjadi norma baru

(Susanto, 2000:116)

Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan fungsinya, selain menyiarkan informasi yang obyektif dan edukatif, menghibur, melakukan kontrol sosial yang konstruktif dengan menyalurkan segala aspirasi masyarakat dengan melakukan komunikasi dan peran serta positif dari masyarakat itu sendiri (Effendy, 2005:149).

2.1.5 Berita

Berita adalah sebuah laporan yang berisi opini yang sangat penting dan berkaitan mengenai suatu fakta yang mengandung minat bagi sejumlah penduduk (Effendy, 1993:67).

Ciri hakiki berita adalah sebagai laporan dibandingkan dengan laporan lainnya adalah bahwa berita merupakan laporan yang sangat cepat mengenai kepentingan umum.

(28)

1. Berita sebagai laporan tercepat

Konsep berita ini menitik beratkan pada segi baru terjadinya berita sebagai faktor terpenting dari sebuah berita. Akan tetapi dengan adanya radio dan televisi yang menayangkan dan menyiarkan berita. Sehingga faktor ini menjadi relatif.

2. Berita sebagai rekaman

Berita yang tercetak pada surat kabar merupakan bahan dokumentasi sehingga sering menjadi catatan sejarah yang sangat berharga.

3. Berita sebagai fakta obyektif

Sebuah berita harus faktual dan obyektif, tetapi nilai obyektif untuk suatu fakta sangat menmbingungkan karena tidaklah mungkin obyektivitas bisa menjadi mutlak.

4. Berita sebagai interpretasi

Dalam penyajian berita diperlukan kepandaian dan kejujuran sehingga timbul lah faktor prasangka terhadap suatu soal atau seseorang.

5. Berita sebagai sensasi

(29)

6. Berita sebagai minat insani

Menariknya suatu berita karena pentingnya peristiwa yang terjadi tetapi karena sifatnya yang menyentuh perasaan insani sehingga menimbulkan perasaan iba, terharu, gembira, prihatin dan sebagainya.

7. Berita sebagai ramalan

Pada umumnya yang diharapkan pada berita adalah kejadian pada saat ini dan ramalan yang masuk akal mengenai masa depan, sehingga banyak berita yang menampilkan kejadian yang telah terjadi berikut dengan analisisnya mengenai dampak berikutnya dari kejadian ini.

8. Berita sebagai ramalan

Gambar-gambar yang disajikan dalam halaman surat kabar jumlahnya semakin banyak. Ilustrasi pada halaman surat kabar sifatnya semata-mata hibutan yang mengandung berita, banyak kejadian yang ditampilkan dalam bentuk gambar karena lebih efektif daripada diterangkan dengan kata-kata.

2.1.5.1. Jenis-jenis Berita

Jenis-jenis berita yang dikenal dalam dunia jurnalistik menurut Romli dalam buku Jurnalistik Praktis, antara lain :

(30)

b. Depth news : berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada dibawah sautu permukaan.

c. Investigation news : berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.

d. Interpretative news : berita yang dikembangkan dengna pendapat atau

penilaian penulisannya atau reporter.

e. Opinion news : berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat

para cendikiawan, tokoh ahli, atau pejabat, mengenai suatu hal, peristiwa, kondisi poleksosbudhankam, dan sebagainya. (2008:8)

Berita dimuat hanya apabila memiliki News Value (nilai berita), yang bisa menarik perhatian pembaca. Nilai berita biasanya melekat atau ada di berbagai unsur, antara lain :

a. Waktu

Mengandung pengertian, bahwa semakin dekat dan cepat pemberitaan suatu kejadian atau peristiwa dengan waktunya, akan lebih menarik perhatian disbanding dengan waktu lampau atau berita yang sudah basi.

b. Unsur Kedekatan (nearness)

(31)

c. Unsur Humor

Suatu kejadian atau hal-hal yang bersifat lucu, humor, jenaka, kocak, biasanya disenangi dan menarik perhatian orang atau pembaca.

d. Unsur Aneh

Segala sesuatu atau hal yang tidak lazim dan berbeda dengan kebiasaan, mempunyai nilai berita yang tinggi.

e. Unsur Pornografi (sex)

Hal-hal yang berbau pornografi, sex, cabul, biasanya menarik perhatian pembaca.

f. Unsur Pertentangan (conflict)

Suatu hal atau kejadian yang mengandung konflik atau pertentangan akan menarik perhatian.

g. Unsur Luas Akibat (impact)

Unsur luas akibat akan muncul, ,makala terjadi aksi atau tindakan dari pihak tertentu, dimana akibatnya akan mempengaruhi atau menyangkut kepentingan umum atau khalayak.

h. Unsur Penting (important)

(32)

i. Unsur Perubahan (change)

Perubahan yang akan mempengaruhi berbagai sector kehidupan orang banyak, maka menjadi penting nilainya.

j. Unsur yang Menyentuh Perasaan (human interest)

Unsure human interest yaitu suatu peristiwa atau kejadian-kejadian yang menyentuh perasaan atau hati manusia. (Widodo, 1997:21-25)

2.2. Pengertian Masyarakat

Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan, dsb. Manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.

A. Arti Definisi / Pengertian Masyarakat

Berikut di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia.

1. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.

(33)

3. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.

4. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.

B. Faktor-Faktor / Unsur-Unsur Masyarakat

Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut ini :

1. Berangotakan minimal dua orang. 2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.

3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.

4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.

(34)

2.3 Opini

Opini adalah tanggapan aktif terhadap rangsangan, tanggapan yang disusun melalui interpretasi personal yang diturunkan dan turun membentuk citra. Setiap opini merefleksikan organisasi yang kompleks yang terdiri atas tiga komponen-kepercayaan, nilai, dan pengharapan (Rahmat, 2006:10).

Menurut Kasali, (2003:19). Opini dapat dinyatakan secara aktif maupun pasif opini dapat dinyatakan secara verbal, terbuka dengan kata-kata yang dapat ditaksirkan secara jelas, ataupun melalui pilihan-pilihan kata yang sangat halus dan tidak secara langsung dapat diartikan (konotatif). Opini dapat pula dinyatakan melalui perilaku, bahasa tubuh, raut muka, simbol-simbol tertulis, pakaian yang dikenakan, dan oelh tanda-tanda lain yang tak terbilang jumlahnya melalui referensi, nilai-nilai, pandangan, sikap dan kesetiaan.

Opini menggabungkan kepercayaan, nilai dan pengharapan, biasanya tanggapan terhadap suatu obyek tersendiri. Tanggapan demikian umumnya bukan reaksi acak terhadap segala sesuatu yang diperhitungkan, melainkan tertanam dalam sistem koheren kepercayaan, nilai dan pengharapan yang pantas (Rahmat, 2006:16).

(35)

Dengan demikian maka opini publik itu berhubungan erat dengan sikap manusia yaitu sikap secara pribadi maupun sebagai anggota kelompok yang membentuk opini publik itu adalah sikap pribadi seseorang ataupun sikap kelompoknya, karena itu sikapnya ditentukan oleh pengalamannya dan dalam kelompoknya itu pula.

Suatu opini publik dianggap kompeten atau mampu memenuhi syarat opini publik dalam arti khas bila :

a. Fakta yang dipakai sebagai titik tolak dari perumusan opini publik diberi nilai “baik” oleh masyarakat luas.

b. Dalam menggunakan fakta (ataupun keadaan dimana suatu sikap justru diambil karena tidak adanya fakta), orang yang sampai pada kesimpulan dan kesepakatan mengenai tindakan yang harus diambil untuk memecahkan persoalan.

Dengan demikian maka dalam penilaian kompeten tidaknya atau mampu memenuhi syarat-syarat sebagai opini publik dalam arti khas harus ditinjau pada, fakta, nilai, opini publik, kompetensi.

Dan dengan sendirinya pembentukan opini publik dibentuk oleh publik yang selektif, karena itu untuk setiap masalah selalu ada publiknya sendiri-sendiri.

(36)

suatu stimulus, namun individu itu menginterpretasikan stimulus tersebut dalam definisi ini mengandung makna yaitu :

1. Opini itu tergantung pada sensasi-sensasi yang didasarkan pada informasi dasar. Yang dimaksud dengan informasi dasar adalah informasi yang sesungguhnya terjadi sampai pada alat indera kita. Unutk membuat sesuatu agar lebih bermakna diperlukan adanya keterlibatan aktif dan akitifitas indrawi yang berhubungan dengan pengamatan interpretasi.

2. Sensori-sensori itu membutuhkan interpretasi agar persepsi dapat terjadi. Suatu opini publik dianggap atau mampu memenuhi syarat opini publik dalam arti khusus bila :

a. Fakta yang dipakai sebagai titik tolak dari perumusan opini publik dalam nilai “baik” oleh masyarakat luas. b. Dalam menggunakan fakta (ataupun keadaan dimana

suatu sikap justru diambil karena tidak adanya fakta), orang sampai pada kesimpulan dan kesempatan mengenai tindakan yang harus diambil untuk pemecahan persoalan.

(37)

massa cetak dapat pula dijadikan dasar untuk menetapkan kebijakan selanjutnya.

Secara sederhana opini didefinisikan sebagai suatu pernyataan atau sikap terhadap rangsangan (Stimulus) yang diberikan, kemudian timbul respon dari komunikan dan setelah itu mengalami proses yang dinamakan dengan opini. Oleh sebab itu, opini perlu dikaji, dipahami, dan dipergunakan karena mempunyai kekuatan tersendiri. Opini itu sendiri tidak mempunyai tingkatan atau strata, namun mempunyai arah yaitu seperti di bawah ini :

1. Positif, jika responden memberikan pernyataan setuju. 2. Netral, jika responden memberikan pernyataan ragu-ragu.

3. Negatif, jika responden memberikan pernyataan tidak setuju. (Effendy, 1990 : 85).

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa, opini merupakan ekspresi tentang sikap (kecenderungan untuk memberikan respon), terhadap suatu masalah atau situasi tertentu dan dapat berupa pernyataan yang diucapkan atau tulisan sebagai jawaban yang diucapkan atau diberi individu terhadap suatu rangsangan atau situasi yang mengemukakan beberapa pernyataan yang dipermasalahkan.

2.4 Teori S-O-R

(38)

komunikasi, tidak mengherankan karena obyek material dari psikolog. Ilmu komunikasi adalah sama, yakni manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, konasi. (Effendy, 2003:15).

Menurut stimulus respons ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesucian antara pesan dan reaksi komunikan.

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah, bagaimana merubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap, tampak bahwa sikap dapat dirubah. Hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi seperti yang semula, jadi unsur-unsur dalam model ini adalah : (Effendy, 1993 : 154).

a. Pesan (Stimulus – S), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan lambang.

(39)

c. Efek (Response – R), merupakan dampak dari pada komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan opini yaitu : opini negatif, netral dan positif (Effendy, 2003:118).

Suatu stimulus dalam situasi tertentu dapat berupa objek dalam lingkungan, suatu pola penginderaan atau pengalaman atau kombinasi dari ketiganya. Sifat khas nya adalah konsep yang kompleks, yang berbeda dari satu situasi dengan situasi yang lain dan akan mempengaruhi pemahaman kita tentang fenomena yang dijelaskan. Sedangkan organisme yang menjadi perantara stimulus dan respon merupakan konsep kotak hitam yang hanya diamati dalam artian perilaku yang dihasilkan. Karena itu kita hanya mengamati perilaku eksternal dan menganggapnya sebagai manifetasi dari keadaan internal organisme tersebut. Sedangkan R merupakan response tertentu tehadap peristiwa stimulus. Menurut Stimulus-Response ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikasi.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar dibawah sebagai berikut : (Effendy 1993 : 255)

Stimulus Organism :

- Perhatian - Pengertian - Penerimaan

(40)

2.5 Kerangka Berpikir

Pemberitaan pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan mengundang pro dan kontra dari sejumlah masyarakat serta pemerintah Surabaya. Pemberitaan pembongkaran tembok pembatas tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan sebuah studi deskriptif untuk mengetahui opini masyarakat. Sebab opini merupakan salah satu hasil interaksi dan pemikiran manusia tentang suatu hal yang kemudian dinyatakan atau diekspresikan. Dalam kaitannya dengan proses komunikasi terdapat efek dan salah satu jenisnya adalah opini atau pendapat.

Opini masyarakat nantinya akan dikelompokkan menjadi tiga, yakni opini positif, opini netral dan opini negatif (Effendy, 2002:61). Masyarakat yang menjadi khalayak penelitian pada penelitian ini adalah penduduk yang telah berusia minimal 17 tahun dengan asumsi bahwa pada usia tersebut telah memiliki kematangan emosional, sehingga dapat memberikan interpretasi terhadap suatu permasalahan yang terjadi di masyarakat. Khususnya berkaitan dengan permasalahan politik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini :

Negatif Surat Kabar Jawa Pos

(41)

29

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

Yang dimaksud definisi operasional disini adalah suatu pembatasan atau perincian prosedur yang memungkinkan penegasan ada atau tidaknya realitas tertentu sebagaimana digambarkan menurut konsepnya. Opini disini diwujudkan sebagai proses internal yang memungkinkan kita untuk memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita. Penelitian ini hanya difokuskan pada opini individu yang berusia 17 tahun keatas terhadap pemberitaan pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan di surat kabar Jawa Pos. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan analisis kuantitatif.

Dalam penelitian ini, hubungan antara variabel tidak dibicarakan oleh peneliti karena dalam penelitian ini hanya ada satu variabel, yaitu opini. Sehingga dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif untuk menjelaskan opini masyarakat Surabaya terhadap pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos.

(43)

yang mengemukakan beberapa pernyataan yang dipermasalahkan, kemudian timbul respon dari komunikan dan setelah itu mengalami proses yang dinamakan dengan opini. Sedangkan secara operasional opini dapat dikategorisasikan menjadi 3 (tiga) bagian :

a. Positif : Adalah opini yang mendukung atau memberikan pernyataan yang setuju terhadap berita pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan di surat kabar Jawa Pos.

b. Netral : Adalah opini yang memberikan pernyataan kurang setuju atau tidak berpendapat terhadap berita pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan di surat kabar Jawa Pos.

c. Negatif : Adalah opini yang bersifat tidak mendukung atau memberikan pernyataan tidak setuju terhadap berita pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan di surat kabar Jawa Pos.

Pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif, dengan menggunakan metode survei dalam melakukan pengumpulan data dengan kuesioner sebagai instrumen. Jenis survei dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu untuk menggambarkan (mendeskripsikan) populasi yang sedang diteliti.

(44)

utama untuk mendapatkan informasi dari sejumlah responden yang diasumsikan mewakili populasi secara spesifik.

3.2. Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan Pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan menjadi pro dan kontra antara masyarakat dan pemerintah kota Surabaya. Karena banyaknya tokoh pemerintah kota yang setuju dengan pembongkaran tersebut dengan harapan agar Tugu Pahlawan dapat menjadi kawasan yang lebih hidup, tidak menghambat kebebasan masyarakat untuk berkunjung kesana, serta menjadikan Tugu Pahlawan icon yang sebenarnya dari kota Surabaya (seperti hal nya Monas icon dari Jakarta).

Tembok tersebut tidak asal dibangun, ada filosofi dan fungsi saat dibangun. Kalau dibongkar begitu saja, bisa timbul ketimpangan terhadap bangunan yang ada. Ada delapan fungsi dari tembok pembatas tersebut, diantaranya menjadi pemisah antara museum terbuka dan museum tertutup, menjadi tempat dilukisnya relief, meredam kebisingan lalu lintas, menjadi tabir agar pengunjung bisa melihat indahnya museum bukan keruwetan lalu lintas, berfungsi sebagai penghijauan, menjadikan tugu lebih sakral karena tidak semua orang bisa masuk dan lebih hormat di dalamnya. Dan banyak manfaat lain dari tembok tersebut sebagai pengaman atau pelindung untuk monumen itu sendiri.

(45)

yang dibangun pada tahun 1991 dan diresmikan tahun 1998, mempunyai fungsi yang efektif dari pakar yang mengidekan tentang pembangunan tembok tersebut.

3.3. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif untuk menjelaskan opini masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan di media surat kabar Jawa Pos.

3.4 Pengukuran Variabel

Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan model Skala Likert (Hasan, 2002 : 72) dijabarkan menjadi indikator variabel yang kemudian dijadikan titik tolak penyusunan item-item instrument, bisa berbentuk pernyataan atau pertanyaan yang kemudian harus di jawab oleh responden. Pengukuran ini menggunakan 4 pilihan jawaban yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Dalam kategorisasi ini, alternatif jawaban “Ragu-ragu” (undecided) ditiadakan, alasannya, menurut Hadi (1986 : 20) adalah sebagai berikut :

a. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat memberikan jawaban, netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda instrument.

(46)

tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan

kecenderungan jawabannya.

c. Disediakan jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian, sehingga mengurangi banyak informasi yang dapat dijaring responden.

Pada tahap selanjutnya, 4 kategori jawaban diatas akan diberi skor sesuai dengan jawaban yang harus dipilih oleh responden. Sedangkan pemberian bobot skor sebagai berikut :

1. Sangat Setuju (SS) : skor 4 2. Setuju (S) : skor 3 3. Tidak Setuju (TS) : skor 2 4. Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1

Pengukuran opini masyarakat Surabaya tentang berita pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan di media massa surat kabar dapat ditunjukkan melalui total skor dari keseluruhan jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner. Asumsi pembagian 4 macam jawaban untuk tiap-tiap pertanyaan yang diajukan adalah:

1. Sangat setuju, jika seluruh materi dinyatakan sebagai hal yang sangat benar.

2. Setuju, jika seluruh materi dinyatakan sebagai hal yang benar. 3. Tidak Setuju, jika seluruh materi dinyatakan sebagai hal yang tidak

(47)

4. Sangat Tidak Setuju, jika seluruh materi dinyatakan sebagai hal yang sangat tidak benar.

Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari setiap item dari setiap angket, sehingga diperoleh skor total dari setiap pertanyaannya tersebut untuk masing-masing responden. Selanjutnya, tiap-tiap indikator untuk opini diukur melalui pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Kemudian jawaban yang telah dipilih dari skor dan di total. Total skor dari setiap kategori, dikategorisasikan kedalam 3 interval, yaitu negatif, netral, dan positif. Penentuan interval dilakukan dengan menggunakan range. Range masing-masing kategori ditentukan dengan :

R (range) = skor tertinggi – skor terendah Jenjang yang diinginkan

Keterangan :

Range : Berdasarkan dari setiap tingkatan

Skor tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item pertanyaan

Skor terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah nilai item pertanyaan

(48)

Masing-masing jumlah item dalam kuesioner untuk topik pembicaraan adalah 10, sehingga skor tertinggi diperoleh dari skor pernyataan tertinggi dikalikan dengan total item untuk masing-masing masalah, yaitu : 4 x 7 = 28. Skor terendah diperoleh dari skor pernyataan terendah dikalikan dengan total item untuk masing-masing masalah, yaitu : 1 x 7 = 28.

Dengan demikian formulasi R (Range) adalah : R (range) = 28 – 7 / 3 = 7

Sehingga R (Range) berikut tingkatan yang didapatkan : Opini Negatif : dengan skor antara 7 sampai dengan 13 Opini Netral : dengan skor antara 14 sampai dengan 21 Opini Positif : dengan skor antara 22 sampai dengan 28

Kemudian apabila skor dan tingkat interval dari tiap – tiap kategori diketahui, maka hasil yang diperoleh akan diinterpretasikan dan dianalisis.

3.5 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.5.1 Populasi

(49)

dengan sikap pandangan yang lebih realistis terhadap lingkungan sosialnya sehingga dapat mengikuti perubahan zaman. (Dariyo, 2004:66). Sedangkan pada usia 56 tahun, rata-rata orang sudah mengalami masa pensiun, sehingga sudah berkurang melakukan aktifitas berkendaraan.

3.5.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Sampling Purposive (Purposive Sampling) adalah teknik penentuan sampel yang tidak menggunakan teori probability yaitu tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur untuk menjadi sampel, sedangkan Purposive Sampling adalah pemilihan berdasarkan dengan pertimbangan tertentu. Adapun kriteria atau ciri-ciri yang dipakai peneliti yang akan dijadikan sampel antara lain:

1. Pernah membaca berita tentang pemberitaan pembongkaran tembok

pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos sebanyak 5 edisi.

2. Pernah melewati Tugu Pahlawan.

3. Berusia diatas 17 tahun sampai 56 tahun.

4. Bertempat tinggal di Surabaya.

Untuk menentukan jumlah sampel akan ditentukan dengan

(50)

38

N = Ukuran Populasi

n = Ukuran Sampel

d = Presisi (derajat ketelitian 0,1)

1.546.881

Berdasarkan hasil perhitungan pada rumus Yamane tersebut diatas

maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah

100 orang responden yang tersebar di beberapa wilayah kecamatan yang

telah terpilih dalam penelitian ini.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Penulis memperoleh data dengan menggunakan metode pengumpulan data dimana satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Teknik pengumpulan data tersebut, adalah

1. Questioner

(51)

questioner tertutup, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden sudah diberi pilihan jawaban yang pasti. Jadi responden tinggal memilih jawaban yang disediakan. 2. Studi Kepustakaan

Yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan buku-buku literature, yang digunakan untuk memberikan gambaran pada latar belakang masalah serta mengutip teori-teori yang digunakan memecahkan permasalahan dalam penelitian penting.

3.7 Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, kemudian dimasukkan ke dalam tabulasi data yang selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel frekuensi. Berdasarkan tabel frekuensi tersebut, data kemudian dianalisis secara deskriptif, sehingga didapatkan suatu hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan analisis.

Dalam penelitian ini data yang akan diolah dengan tahap-tahap :

a. Editing atau Seleksi Angket, yaitu data yang digunakan untuk

mencapai hasil analisa yang baik. Data yang salah disisihkan atau tidak dipergunakan sehingga data yang diperoleh adalah data valid. 

b. Coding yaitu pemberian tanda atau kode agar mudah memberikan

(52)

40

c. Tabulating yaitu menggolongkan data dalam tabel, data-data yang ada dapat dihubungkan dengan pengurangan terhadap variabel-variabel yang ada. (Rakhmat, 2002 :134) 

 

3.8 Teknik Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini untuk opini menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil questioner yang diisi oleh responden. Data yang diperoleh akan dilakukan secara kuantitatif. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

F

P = × 100 % N

Keterangan :

P = presentase responden F = frekuensi responden N = jumlah responden

(53)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Surat Kabar

4.1.1. Perkembangan Surat Kabar di Surabaya

Surat kabar pertama di Indonesia adalah Batavia Nouvelies, terbit

pada bulan Agustus 1744 namun ditutup 1746, setelah itu pada

perkembangannya, selanjutnya muncul surat kabar yang bernama De Oost

Post pada tahun 1835, diikuti kemudian oleh terbitnya surat kabar lain

bernama De Nieuws Bode, yang dipimpin oleh J.J Nose pada tahun 1861,

kedua massa ini menggunakan bahasa Belanda.

Adapun surat kabar pertama yang pertama terbit di Surabaya

adalah Soerabojosce Courant pada tahun 1831, setelah itu pada bulan

maret 1836 diterbitkan surat kabar yang bernama Soerabaiasch

Adverientieblad. Tahun 1861 diterbitkan surat kabar yang bernama Thimes

Nieuw Advertieblad pimpinan M. Weber, yang di tahun 1909 berganti

nama menjadi Soerabaiasch Niuewblad. Surat kabar ini bergabung

dengan Soerabaiasch Handleblad, yang sebelum tahun 1865 bernama De

Oost Post.

Surat kabar bahasa melayu pertama di Surabaya adalah “Surat

Kabar Bahasa Melajoe” yang terbit pada tahun 1856, setelah itu baru

muncul Bintang Timoer, pada tahun 1862, “Bintang Soerabaia” pada tahun

(54)

1883, “Pemberita Bahroe” pada tahun 1890 dan “Primbon Soerabaia” pada

tahun 1990.

Pada massa sebelum kemerdekaan, pers yang ada di Surabaya telah

digunakan oleh pemerintah penjajah guna kepentingan kolonoalismenya.

Pada jaman kolonial Belanda, ada tiga jenis pers yang beredar yaitu, Pers

Belanda, Pers Nasional dan Pers Tionghoa - Melayu. Pers Belanda lebih

menyarakan kepentingan penjajah dan pengamanan modal yang dimiliki

olehnya. Belanda dengan Pers Nasional yang selalu menyuarkan jiwa

kemerdekaan. Sedang Pers Tionghoa - Melayu mewakili golongan

Tionghoa untuk selalu meningkatkan modal, namun juga lebih condong ke

pihak nasional.

Pada tahun 1910-1920, Surabaya memiliki Pers Nasioanal yang

dikelola Syarikat Islam dan Komunis. Pada tahun 1914-1923 muncul

harian “Oentosan Hindia” oleh Handel My yang berbentuk perseroan

terbatas dan diterbitkan di penerbitan Setija Oesaha, yang berusarakan

aliran Islam dan kebangsaan. Pada tahun 1925 muncul “Mingguan

Proletar” yang menyuarakan paham komunisme dan proletarisme.

Pada tahun 1929 terbit surat kabar “Sin Tit Po” dibawah pimpinan

Liem Koen Hian adalah aktivis Cina yang menyokong kemerdekaan

Indonesia. Hal tersebut menempatkannya dalam kedudukan berlawanan

dengan koran-koran Cina lainnya di Indonesia yang masih terkait pada

nasionalisme Cina atau yang merupakan pendukung pemerintah kolonial

(55)

berkuasa di Indonesia. Pada massa militerisme Jepang ini (1942-1945),

hampir semua pers nasional tidak boleh terbit, dan dipaksa untuk

berintegrasi dalam barisan propaganda militerisme Jepang. Kantor berita

Indonesia “Antara” masuk dalam “Domei”. Sedang di Surabaya hanya ada

satu harian yaitu “Soera Asia”. Namun jiwa nasionalisme dan patriotisme

tidak mati. Soera Rakjat yang semula di Surabaya akhirnya harus

menguasai ke Mojokerto sejak penduduk Jepang di Surabaya.

Akan tetapi pada tangal 1 September 1945, terjadi pengambilalihan

kantor berita “Domei” cabang Surabay oleh para wartawan republik yang

selanjutnya mendirikan kantor berita nasional yang bernama “Indonesia”

dibawah pimpinan R. M. Bintarti Mashud Sosrojudho. Selanjutnya juga

hadir surat kabar seperti “Pewarta Soerabaia”, “Terompet Masyarakat”,

“Perdamaian”. Ketiga surat kabar ini pada tahun 1948 merupakan surat

kabar terbesar di Surabaya. Dimana untuk “Pewarta Soerabaia”, lebih

memantapkan diri sebagai koran dagang di Surabaya.

Dari kalimat sejarah surat kabar di atas, dapat diketahui bahwa

sebenarnya, di Surabaya telah sejak lama ada media yang dapat digunakan

untuk berbagai macam kepentingan dan dikhususkan dalam bidang-bidang

tertentu. Dan dari situ, keberadaan media baik milik pemerintah colonial,

milik Tionghoa - Melayu, ataupun milik pribumi gunakan sesuatu dengan

kepentingan dari pemiliknya. Selain itu pemegang kekuasaan negara juga

(56)

4.1.2. Gambaran Umum Perusahaan Surat Kabar Harian Jawa Pos

4.1.2.1. Sejarah Berdirinya Surat Kabar Harian Jawa Pos

Sangat menarik mengikuti perkembangan surat kabar Jawa Pos

dari mulai berdirinya sampai sekarang, sebab banyak sekali dinamika yang

terjadi didalamnya.

Jawa Pos didirikan pertama kali tanggal 1 Juli 1949, yang

pendirinya adalah The Chung Sen (Soeseno Tedjo) seorang WNI

keturunan kelahiran Bangka. Pada saat ini Jawa Pos dikenal dengan nama

PT. Jawa Pos Concern, Ltd. Jawa Pos juga dikenal sebagai harian

Melayu-Tionghoa di Surabaya.

Pimpinan redaksi Jawa Pos yang pertama adalah Goh Thing Hok,

mulai tahun 1949-1952 dan sejak tahun 1953-1981 adalah Thio Oen Sin.

Keduanya dikenal sebagai orang-orang republic yang tidak pernah goyah

pendiriannya. Pada perkembangannya The Chung Sen mencapai puncak

kejayaannya pada tahun 1950-an, sebab Jawa Pos memiliki tiga penerbitan

sekaligus yaitu : pada tahun 1952. The Chung Sen menerbitkan Koran

berbahasa Indonesia dengan nama Jawa Post. Kemudian pada tahun 1954

The Chung Sen juga membeli harian berbahasa Belanda “De Vyere Pers”

milik Vitgeners Maatscha di jalan Kaliasin 25 Surabaya. Namun akhirnya

dilarang terbit oleh pemerintah RI dengan adanya Trikora, kemudian

diganti harian berbahasa Inggris “Indonesia Daily News”.

(57)

impian juga dilarang terbit karena pecahnya pemberontakan G 30 S/PKI.

Dengan demikian The Chung Sen tinggal memiliki satu surat kabar yaitu

Jawa Pos.

Nama surat kabar ini sering mengalami perubahan, yaitu pada

tahun 1949-1951 bernama Jawa Post dan yang terakhir menjadi Jawa Pos,

sampai sekarang. Pada sekitar tahun 1982, Jawa Pos mengalami

kemunduran jumlah oplahnya terus menurun yaitu tinggal 76700

eksemplar tiap hari. Pelanggan di Surabaya tinggal 2000 orang, peredaran

di Malang tinggal 350 ekslempar, dan yang mengurus loper koran hanya

tinggal 40 orang saja. Kondisi The Chung Sen pun sudah semakin tua.

Dan didorong keinginannya untuk menjual Jawa Pos kepada pengelola

majalah mingguan berita Tempo. Karena dengan pertimbangannya PT.

Grafiti Pers tersebut belum memiliki penerbitan surat kabar, sehingga

Jawa Pos tidak dinomorduakan, The Chung Sen juga berpesan agar

kejayaan yang dulu dapat tercapai kembali.

4.1.2.2 Pembaharuan Manajemen Jawa Pos

Mulai tanggal 1 April 1982 Jawa pos dikelola PT. Grafiti Pers yang

merupakan induk majalah Tempo, Direktur Utamanya adalah Drs. Erik

Samola,SH yang menjadi direktur Utama PT. Jawa Pos, untuk mencapai

kesuksesan Jawa Pos seperti masa lalu tidaklah mudah, kemudian Erik

menunjuk bapak Dahlan Iskandar untuk menjadi pimpinan redaksi. Pada

(58)

Surabaya. Dibawah pimpinan Bapak Dahlan Iskandar, Jawa Pos

mengalami banyak perubahan. Pada tanggal 5 April 1982 Bapak Dahlan

Iskandar mengadakan gebrakan-gebrakan yang dimuali dengan adanya

perubahan headline yang terdapat pada halaman pertama, pemunculan

feature pada halaman dua, rubrik pembaca, artikel, karikatur, rubrik

kampus seminggu sekali. Sehingga dapat menambah nilai lebih terhadap

performance maupun isi harian Jawa Pos.

Kemudian pada tahun 1984 Jawa Pos juga memberikan

gebrakan-gebrakan dalam bidang pemasaran koran, di bawah pimpinan Bapak Imam

Suroso yaitu dengan membayar pedagang eceran untuk menjajakan koran

dan juga menerjunkan sales door to door. Setelah itu dikembangkan pula

teknik foto bewarna dan pengiriman wartawan ke luar negeri hingga

seperti sekarang.

Dengan demikian pada tanggal tersebut di atas merupakan tonggak

sejarah Jawa Pos. Kemudian pada perkembangan selanjutnya pada tanggal

19 Mei 1985 berdasarkan akte notaries Liem Swihua, SH nomor 3 pasal 1,

menyatakan merubah PT. Jawa Pos Concern, Ltd menjadi PT. Jawa Pos.

Saham-saham yang semula dimiliki oleh The Chung Sen, maka

sehubungan dengan peraturan Menteri Penerangan nomor

01/Pre/MenPen/1984, khususnya SIUP tentang pemilikian saham, maka

20% dari saham perusahaan tersebut dimiliki leh para wartawan serta

karyawannya. Perubahan lain yang dilakukan adalah pada bagian

(59)

menerima order komersial dari perusahaan maka bagian percetakan tidak

dijadikan satu melainkan terpisah dengan nama PT. Percetakan Jawa Pos.

kebijksanaan lain yang diluncurkan adalah dengan adanya perekrutan

karyawan-karyawan muda karena disinyalir lebih gesit dalam

melaksanakan tugas, sedangkan yang senior diangkat menjadi

kepala-kepala biro, sehingga Jawa Pos lebih berkembang.

4.1.2.3 Sebaran dan Profil Jawa Pos

Pembaca Jawa Pos yang paling banyak berada di wilayah Surabaya

yaitu sebesar 40% sedangkan 25% berada di wilayah Jawa Timur, selain di

wilayah Surabaya 10% pembaca Jawa Pos ada di Jawa Tengah dan sisanya

25% tersebar di wilayah Indonesia yang lain seperti Jakarta, Kalimantan,

Sumatera, Sulawesi, Irian Jaya dan kota-kota lainnya. Sedangkan dari segi

usia pembaca Jawa Pos adalah 60% berumur 17-35 tahun, 20 % berumur

35 tahun keatas, 5% dibawah usia 17 tahun sedangkan sisanya adalah 45

tahun keatas. (Sumber : Meja Redaksi Jawa Pos)

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data

4.2.1. Identitas Responden

Identitas responden yang dimaksud adalah data-data yang

diperoleh berdasarkan karakteristik responden yang meliputi: usia,

pendidikan terakhir dan pekerjaan. Selengkapnya tertera pada tabel

(60)

Tabel 1

Deskripsi Responden Berdasarkan Usia (n=100)

Sumber : Kuesioner No. 1

Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden dalam

penelitian ini adalah berusia17 hingga 27 tahun dengan jumlah sebanyak

64 orang atau sebesar 64 %. Selanjutnya juga terdapat responden yang

berusia 28 hingga 38 tahun dengan jumlah sebanyak 27 % dan sisanya

adalah responden yang berusia 38 hingga 49 tahun dengan jumlah

sebanyak 9 %.

Banyaknya responden yang berusia 17 hingga 27 tahun dapat

disebabkan karena pada usia tersebut adalah usia dimana kedewasaan

sudah terjadi, hal inlah yang menjadi keinginan dari responden untuk

selalu mendapatkan pengetahuan. Selain itu pada usia ini merupakan usia

yang paling produktif pada manusia. Pada usia ini telah memiliki

kemampuan berpikir yang lebih sempurna, tingkat pemahaman dan

ditunjang oleh sikap pandangan yang lebih realistis terhadap

lingkungannya, tentang keadaan sekitar dan apa yang saat ini sedang

(61)

Tabel 2

Responden berdasarkan Jenis Kelamin (n=100)

No. Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)

1 Laki-laki 79 79

2 Perempuan 21 21

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner No. 2

Dari tabel 2 diketahui bahwa jenis kelamin dari responden sebagian

besar adalah laki-laki yaitu sebanyak 79 orang atau sebesar 79 %,

sedangkan responden perempuan berjumlah 21 orang atau sebesar 21 %.

Perbedaan antara responden yang mempunyai jenis kelamin laki-laki dan

perempuan sangatlah tinggi, jumlah tersebut cukup dapat mempengaruhi

penilaian responden terhadap pemberitaan pembongkaran tembok

pembatas Tugu Pahlawan di media surat kabar Jawa Pos.

Hal ini dikarenakan pembaca laki-laki memiliki frekuensi terpaan

yang lebih tinggi dalam mengkonsumsi surat kabar Jawa Pos, khususnya

dalam membaca berita tentang pembongkaran tembok pembatas Tugu

Pahlawan dibandingkan perempuan. Laki-laki juga cenderung lebih

mengandalkan logika dibandingkan dengan perasaan, berbeda dengan

perempuan yang lebih banyak menggunakan perasaannya (feeling) dalam

(62)

Tabel 3

Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan (n=100)

No. Pekerjaan Jumlah Presentase (%)

1 Pelajar/Mahasiswa 12 12

2 PNS 25 25

3 Swasta 54 54

4 Lain-lain 9 9

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner No. 3

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden dalam penelitian ini bekerja sebagai karyawan swasta dengan

jumlah 54 atau sebesar 54 % responden. Banyaknya responden yang

bekerja sebagai karyawan swasta dikarenakan pada saat penyebaran

kuesioner, peneliti sedang berada di salah satu perusahaan swasta di

Surabaya.

Sedangkan yang lainnya adalah responden yang bekerja sebagai

PNS dengan jumlah sebanyak 25 orang atau sebesar 25 %. Responden

yang berkerja sebagai mahasiswa sebanyak 12 orang atau sebesar 12 %.

Dan sisanya lain sebanyak 9 orang atau sebesar 9 %, pekerjaan

lain-lain disini memiliki profesi yang beragam, diantaranya SPG (sales

(63)

Tabel 4

Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan (n=100)

No. Pendidikan Jumlah Presentase (%)

1 SMU 37 37

2 Diploma ( D1/D3 ) 11 11

3 S1 52 52

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner No. 4

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden

memilki pendidikan SMU dengan jumlah sebanyak 37 atau 37 %

responden, sedangkan yang memiliki pendidikan S1 berjumlah 52 orang

atau sebesar 52 %. Dan sisanya adalah yang berpendidikan terakhir

Diploma (D1/D3) dengan jumlah sebanyak 11 orang atau sebesar 11 %.

Seperti halnya usia, tingkat pendidikan juga akan berpengaruh

terhadap cara pandang dan pola pikir seseorang. Dan dalam hal ini

mayoritas responden memiliki pendidikan akhir sarjana, dimana pada

tingkatan tersebut seseorang sudah dapat menentukan dan menilai sesuatu

berdasarkan pertimbangan logika dan perasaan. Walaupun belum tentu

juga seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi dibanding

orang lain memiliki cara berpikir yang lebih baik. Ada faktor-faktor lain

yang juga mempengaruhi, antara lain faktor individu itu sendiri,

(64)

4.2.2 Pertanyaan Tentang Media

4.2.2.1. Frekuensi Membaca Surat Kabar Jawa Pos dalam satu Minggu

Tabel 5

Frekuensi Membaca Surat Kabar Jawa Pos dalam satu minggu (n=100)

No. Jawaban Jumlah Presentase (%)

1 <3 kali 57 57

2 4 kali 33 33

3 >6 kali 10 10

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner no.6

Sesuai dengan tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa 57 orang atau

sebesar 57 % banyaknya responden yang menjawab kurang dari 3 kali

dalam membaca surat kabar. Dikarenakan, biasanya mereka hanya akan

membeli koran apabila ada waktu luang atau jika hanya ingin membaca

saja. Sedangkan 33 orang atau sebesar 33 % responden yang membaca

Jawa Pos 4 kali dalam satu minggu, mereka adalah responden yang

membeli koran secara eceran.

Dan untuk sisanya 10 orang atau sebesar 10 % responden membaca

Jawa Pos sebanyak 6 kali dalam satu minggu. Hal ini dikarenakan

(65)

4.2.2.2. Frekuensi Membaca berita tentang Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos

Tabel 6

Frekuensi Membaca berita tentang Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos

(n=100)

No. Jawaban Jumlah Presentase (%)

1 1 kali 28 28

2 2 kali 33 33

3 > 3 kali 49 49

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner no.7

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 49 % atau 49

orang pernah membaca berita tentang pembongkaran tembok pembatas Tugu

Pahlawan sebanyak lebih dari 5 kali. Dikarenakan berita pembongkaran tembok

pembatas Tugu Pahlawan sering dijadikan headline metropolis di harian surat

kabar Jawa Pos. Membuat responden yang membaca penasaran akan kelanjutan

dari permasalahan tersebut.

Untuk 33 % atau sebanyak 33 orang pernah membaca sebanyak 2 kali,

dikarenakan permasalahan pembongkaran tembok tersebut masih simpang siur,

apakah jadi dibongkar atau tidak.

Dan untuk sisanya, 28 % atau sebanyak 28 orang pernah membaca berita

(66)

Dikarenakan menurut responden, permasalahan yang ada di pemberitaan tersebut

hanya untuk kalangan pemerintah kota Surabaya saja.

4.2.3. Opini

1. Opini Responden terhadap pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan

Tabel 7

Opini Responden terhadap pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan

Berdasarkan tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 48

orang atau sebesar 48 % responden menjawab tidak setuju atas

pemberitaan pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan. Salah satu

alasan responden tidak setuju atas pembongkaran tembok pembatas

tersebut yaitu, dikarenakan akan ada dampak buruk dan sebaiknya mencari

alternatif lain selain melakukan pembongkaran tembok pembatas tersebut.

Sedangkan 18 orang atau sebesar 18 % responden menyatakan

sangat setuju. Dikarenakan alasan mereka, dengan tidak adanya tembok

(67)

masyarakat. Dan akan semakin banyak kunjungan masyarakat ke Tugu

Pahlawan.

Untuk sisanya, 18 orang atau sebesar 18 % menjawab sangat tidak

setuju, karena untuk membongkar tembok pembatas tersebut juga

diperlukan dana yang besar. Dan pada saat awal tembok pembatas Tugu

Pahlawan tersebut dibangun, pastinya tembok pembatas tersebut

mempunyai fungsi tersendiri.

Sebanyak 16 orang atau sebesar 16 % menjawab setuju bila

tembok pembatas Tugu Pahlawan dibongkar karena responden

beranggapan bahwa adanya tembok pembatas tersebut, dapat mengurangi

nilai historis dari Tugu Pahlawan itu sendiri.

2. Opini Responden terhadap pemberitaan Tembok Pembatas Tugu Pahlawan sebagai jurang pemisah antara masyarakat untuk mengetahui sejarah

Tabel 8

Opini Responden terhadap pemberitaan Tembok Pembatas Tugu Pahlawan sebagai jurang pemisah antara masyarakat untuk mengetahui sejarah

(68)

Menurut tabel 7 diatas sebanyak 56 orang atau sebesar 56 %

responden yang menyatakan tidak setuju dengan pertanyaan tentang

tembok pembatas Tugu Pahlawan sebagai jurang pemisah antara

masyarakat untuk mengetahui sejarah. Dengan alasan yang paling sering

diutarakan oleh responden yaitu, menurut mereka terlalu berlebihan,

karena keberadaan tembok tersebut hanya mengurangi nilai historisnya

saja. Padahal, terdapat banyak fungsi tersendiri dari tembok pembatas

tersebut.

Sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju ada 22 orang atau

sebesar 22 %, karena tidak ada hubungannya sebuah tembok menjadi

jurang pemisah untuk mengetahui sejarah. Semua itu tergantung kepada

tingkat pengetahuan yang dimiliki masing-masing individu.

Untuk sisanya 13 orang atau sebesar 13 % menjawab sangat setuju,

dikarenakan tembok pembatas tersebut menghalangi pendangan

masyarakat sehingga malas untuk mengunjungi Tugu Pahlawan. Tembok

mengesankan benteng atau rumah, tidak sembarangan orang bisa masuk ke

dalamnya. Sedangkan belajar sejarah, juga penting bagi generasi muda

jaman sekarang. Karena kurangnya pengetahuan sejarah, membuat

generasi muda sekarang kurang akan menghargai betapa pentingnya

sejarah.

Dan lainnya 7 orang atau sebesar 7 % menjawab setuju, karena

menurut masyarakat Surabaya Tugu Pahlawan adalah icon dari kota

(69)

masyarakat Surabaya tidak dapat mengetahui sejarah monumen tersebut

secara luas.

3. Opini Responden terhadap pemberitaan Tembok Pembatas Tugu Pahlawan membuat minimnya jumlah kunjungan masyarakat ke Tugu Pahlawan

Tabel 9

Opini Responden terhadap pemberitaan Tembok Pembatas Tugu Pahlawan membuat minimnya jumlah kunjungan masyarakat ke Tugu Pahlawan

(n=100)

Berdasarkan tabel 8 diatas 38 orang atau sebesar 38 % responden

menjawab setuju, dengan salah satu alasan dari mereka yaitu, dengan

adanya tembok pembatas secara tidak langsung mengindikasikan bahwa

area tersebut bukan area untuk umum. Tetapi selain tembok pembatas

tersebut, keberadaan PKL di sekitar Tugu Pahlawan juga menyulitkan

masyarakat untuk mendapatkan akses ke Tugu Pahlawan.

Sedangkan yang menyatakan tidak setuju ada 28 orang atau sebesar

Gambar

Gambar  2.1 : Teori S – O - R
Gambar 2.2: Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Opini Masyarakat Terhadap
Gambar dan kerangka berpikir diatas memberikan penjelasan bahwa
tabel frekuensi. Berdasarkan tabel frekuensi tersebut, data kemudian
+7

Referensi

Dokumen terkait

1. Pimpinan rumah sakit menetapkan area sasaran untuk penilaian dan peningkatan. Penilaian merupakan bagian dari program peningkatan mutu dan keselamatan pasien 3. Hasil

Pemeliharaan itik secara intensif menggunakan pakan komersial membutuhkan biaya produksi yang tinggi. Pengolahan bahan baku pakan yang tersedia di lingkungan sekitar menjadi pakan

[r]

Berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui bahwa variabel economic value added, tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham

dalam upaya meningkatkan kinerja guru dapat dilakukan melalui beberapa terobosan, yaitu Kepala Sekolah harus memahami dan melakukan fungsi sebagai penunjang

Disetujui oleh Dosen Pembimbing Laporan Akhir Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya.. Pembimbing I,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa:Penerapan Pasal 18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen terhadap Perjanjian Transaksi Penyedia Jasa Layanan Titipan Kilat (TIKI),

Namun, berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, ada penderita yang tetap memiliki kualitas hidup yang baik selama sakit dan menjalani proses perawatan,