• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE INFLUENCE OF ORGANIZATIONAL CONTROL ENVIRONMENT, CONFLICT OF ROLES AND JOB STATISFACTION MANAGERIAL PERFORMANCE PT. PLN (Persero) APJ SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "THE INFLUENCE OF ORGANIZATIONAL CONTROL ENVIRONMENT, CONFLICT OF ROLES AND JOB STATISFACTION MANAGERIAL PERFORMANCE PT. PLN (Persero) APJ SIDOARJO."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan Hidayah-Nya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi dalam jenjang Strata Satu Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur dengan judul ” Pengaruh Lingkungan Pengendalian Organisasi, Konflik Peran Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Manajerial di PT. PLN ( Persero ) APJ Sidoarjo ”. Dalam menulis skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, bimbingan, saran serta dorongan moril baik langsung maupun tidak langsung sampai terselesainya penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Mayjen TNI. ( Purn ) Drs. H. Warsito, SH, MM, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur.

2. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, Msi, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur. 4. Bapak Drs. Ec. Muslimin, Msi, selaku Dosen Pembimbing yang telah

(2)

” Jawa Timur.

6. Ayahanda Dadang Hidayat dan Ibunda Endang Setyawati, Dik Bedjo, Dik Ebor yang telah memberikan doa restu semangat moril maupun materiil serta telah mampu membimbing, mendidik dan membahagiakan saya sebagai peneliti, sembah bakti saya. Serta Isyak Tafakur Sujud yang setia memberikan dorongan, motivasi dan dukungan kepada saya untuk menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya ( Semoga Allah melimpahkan kemuliaan Rahmat dan Hidayah – Nya pada kita semua, Amin.. )

7. Seluruh karyawan PT. PLN ( Persero ) APJ Sidoarjo termasuk Pak dhe Hari Blong dan Budhe Erna yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian serta membantu penulis dalam mengumpulkan data dan informasi.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan Berkah, Rahmat dan Hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis.

Akhirnya penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Untuk itu penulis menghargai segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun karena hal tersebut sangat membantu menghanturkan pada kesempurnaan skripsi ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Surabaya, Desember 2008

(3)

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Landasan Teori ... 13

2.2.1. Akuntansi Perilaku ... 13

2.2.1.1. Tujuan Akuntansi Perilaku... 14

2.2.2. Pengendalian Organisasi ... 15

2.2.2.1. Pengendalian Intern ... 15

2.2.2.1.1 Sistem Pengendalian Intern ... 17

(4)

Organisasi dan Kinerja Manajerial ... 20

2.2.4. Konflik Peran ... 20

2.2.4.1. Teori Yang Melandasi Hubungan Konflik Peran Dan Kinerja Manajerial ... 22

2.2.5. Kepuasan Kerja ... 23

2.2.5.1. Faktor-Faktor Yang Mendorong Kepuasan Kerja... 23

2.2.5.2. Alasan Kepuasan Kerja ... 25

2.2.5.3. Akibat Dari Tidak Terpenuhinya Kepuasan Kerja... 27

2.2.5.4. Teori Yang Melandasi Hubungan Kepuasan Kinerja dan Kinerja Manajerial ... 27

2.2.6. Kinerja Manajerial ... 28

2.2.6.1. Tugas Manajer... 30

2.2.6.2. Penilaian Kinerja Manajer... 31

2.2.6.3. Manfaat Penilaian Kinerja... 32

2.2.6.4. Tingkat Manajemen Dan Ketrampilan Manajer ... 32

(5)

Manajerial ... 35

2.3. Kerangka Pikir ... 36

2.4. Hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional ... 40

3.2. Pengukuran Variabel ... 42

3.3. Teknik Penentuan Sampel ... 44

3.3.1. Obyek Penelitian ... 44

3.3.2. Populasi dan Sampel ... 44

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.5. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 45

3.5.1. Uji Validitas ... 45

3.5.2. Uji Reliabilitas ... 46

3.5.3. Uji Normalitas ... 46

3.5.4. Uji Asumsi Klasik ... 47

3.5.5. Teknik Analisis ... 49

3.5.6. Uji Hipotesis... 50

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 51

4.1.1. Sejarah Kelistrikan di Indonesia ... 52

(6)

4.2.1. Pengembangan Kuesioner Responden ... 62

4.2.2. Uji Validitas ... 62

4.2.2.1. Uji Validitas Variabel Lingkungan Organisasi ( X1 ) ... ... 62

4.2.2.2. Uji Validitas Variabel Konflik Peran ( X2 )... 64

4.2.2.3. Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja( X3)... 65

4.2.2.4. Uji Validitas Variabel Kinerja Manajerial ( Y ) ... 66

4.2.3. Uji Reliabilitas ... 68

4.2.4. Distribusi Frekuensi ... 69

4.2.4.1. Distribusi Frekuensi Variabel Lingkungan Pengendalian Organisasi ( X1 )... 69

4.2.4.2. Distribusi Frekuensi Variabel Konflik Peran ( X2 ) 70

4.2.4.3. Distribusi Frekuensi Variabel Kepuasan Kerja ( X3 ) 71 4.2.4.4. Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Manajerial (Y) 72 4.3. Analisis dan Uji Hipotesis ... 73

4.3.1. Uji Normalitas ... 73

4.3.2. Uji Asumsi Klasik ... 74

4.3.3. Uji Hipotesis... 76

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 77

(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 82 5.2. Saran ... 82 DAFTAR PUSTAKA

(8)

Tabel 1.1 : Laporan Laba / Rugi... 6

Tabel 4.1 : Hasil Uji Validitas Variabel Lingkungan Pengendalian Organisasi ( X1 ) ... 63

Tabel 4.2 : Hasil Uji Validitas Variabel Konflik Peran ( X2 ) ... 64

Tabel 4.3 : Hasil Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja ( X3 )... 65

Tabel 4.4 : Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Manajerial ( Y ) ... 67

Tabel 4.5 : Hasil Uji Reliabilitas ……… 68

Tabel 4.6 : Distribusi Frekuensi Variabel Lingkungan Pengendalian Organisasi ( X1 ) ... 69

Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Variabel Konflik Peran ( X2 ) ... 70

Tabel 4.8 : Distribusi Frekuensi Variabel Kepuasan Kerja ( X3 ) ... 71

Tabel 4.9 : Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Manajerial ( Y ) ... 72

Tabel 4.10 : Hasil Uji Normalitas... 74

Tabel 4.11 : Nilai VIF ( Variance Inflation Factor )... 75

Tabel 4.12 : Hasil Korelasi Rank Spearman... 76

Tabel 4.13 : Persamaan Regresi ……….. 76

(9)

Gambar 1 : Kerangka Pikir Pengaruh Lingkungan Pengendalian Organisasi, Konflik Peran dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Manajerial...………... 35 Gambar 2 : Struktur Organisasi PT. PLN ( Persero ) Area Pelayanan

(10)

Lampiran 1 : Tabulasi Jawaban Responden Variable Lingkungan Pengendalian Organisasi ( X1 )

Lampiran 2 : Tabulasi Jawaban Responden Variabel Konflik Peran ( X2 ) Lampiran 3 : Tabulasi Jawaban Responden Variabel Kepuasan Kerja ( X3 ) Lampiran 4 : Tabulasi Jawaban Responden Variabel Kinerja Manajerial ( Y ) Lampiran 5 : Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Pada Variable Lingkungan

Pengendalian Organisasi ( X1 )

Lampiran 6 : Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Pada Variabel Konflik Peran ( X2 )

Lampiran 7 : Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Pada Variabel Kepuasan Kerja ( X3 )

Lampiran 8 : Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Pada Variabel Kinerja Manajerial ( Y )

Lampiran 9 : Input Regresi

Lampiran 10 : Hasil Uji Normalitas

(11)

Oleh :

Oktaviani Putri Ekahiti

ABSTRAK

PT. PLN ( Persero ) menghendaki karyawan yang mempunyai kemampuan dan mempunyai motivasi yang tinggi serta meningkatkan keseimbangan kemampuan terhadap beban kerja dengan strategi pokok peningkatan manajemen personalia, peningkatan kemampuan pegawai, peningkatan manajemen yang lebih dapat menimbulkan kreasi dan aktivitas pegawai dengan melakukan pembinaan kepada karyawan agar karyawan merasa lebih memiliki dan lebih bertanggung jawab terhadap misi PT. PLN ( Persero ). Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh lingkungan pengendalian organisasi, konflik peran dan kepuasan kerja terhadap kinerja manajerial.dan menganalisa dari ketiga variable bebas tersebut yang memiliki pengaruh dominant terhadap kinerja manajerial

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari 11 orang manajer, asisten manajer dan supervisor PT. PLN ( Persero ) APJ Sidoarjo dengan teknik sensus. Variabel penelitian yang digunakan adalah lingkungan pengendalian organisasi (X1), konflik peran (X2 ), kepuasan kerja (X3) dan kinerja manajerial (Y) dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda..

Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa lingkungan pengendalian organisasi (X1), konflik peran (X2 ), kepuasan kerja (X3) tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial (Y), hal ini terbukti lingkungan pengendalian organisasi (X1), konflik peran (X2 ), kepuasan kerja (X3) yang mempengaruhi sebesar 77,9 % sedangkan sisanya 22,1 % dipengaruhi oleh factor lain yang tidak dibahas pada penelitian ini, sehingga hipotesis penelitian ini “ Bahwa lingkungan organisasi, konflik peran dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja manajerial “ tidak teruji kebenarnya.

(12)

Oleh :

Oktaviani Putri Ekahiti

ABASTRACT

PT. PLN (Persero) requires employees who have the ability and have high motivation and enhance the ability to balance workload with the man strategies of improvement of personnel management, staff capacity building, improved management can lead to more creations and activities of employees by conducting training to employees so that employees feel have more and more responsibility to the mission of PT. PLN (Persero). The purpose of this research is to examine the influence of organizational control environment, conflict of roles and job statisfaction on the performance of the three variables analyzed manajerial and encyclopedia, which has a dominant influence on managerial performance.

This study uses primary data collected from 11 managers assistant manager and supervisors PT. PLN (Persero) APJ Sidoarjo with census techniques. Variable research is organizational control environment (X1), roles conflict (X2 ), job statisfaction (X3) and managerial performance (Y) and analyzed using multiple linier regression test.

The results of this study concludes that organizational control environment (X1) , roles conflict (X2 ), job statisfaction (X3 ) has no effect on managerial performance (Y), this proves the organization of the control environment (X1), roles conflict (X2 ), statifaction work (X3 ), which affects 77,9% while the remaining 22,1% were influenced by other factor not discussed inthis study, so the hypothesis of this study, “ The organizational environment, roles conflict and job statisfaction influence on managerial performance “ was not verified.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu perusahaan dapat dilihat sebagai sistem organisasi sumber daya manusia, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya untuk mencapai tujuan. Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan aspek penting yang menentukan keefektifan suatu organisasi. Implikasinya, organisasi perlu senantiasa melakukan investasi untuk merekrut, menyeleksi dan mempertahankan sumber daya manusianya.

(14)

Govindarajan : 1992, p.8 yang dikutip oleh Supriyono dalam Sistem Pengendalian Manajemen : 1999 ).

Setiap perusahaan memerlukan sistem pengendalian manajemen, karena sistem tersebut didesain untuk mengatur aktivitas organisasi melalui para pimpinan ( manajer ) organisasi, agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan perusahaan. Sistem pengendalian manajemen didefinisikan sebagai sebuah proses seorang manajer memastikan bahwa sumber daya diperoleh dan dipergunakan secara efektif dan efisien dalam usaha untuk mecapai tujuan organisasi ( Anthony dan Govindarajan : 1998 ).

(15)
(16)

Konflik semacam ini tidak akan timbul apabila seorang profesional yang bekerja dalam suatu organisasi mau beradaptasi dengan lingkungan pengendalian organisasi di mana ia bekerja.

Demikian pula halnya dengan kepuasan kerja yang ada kaitannya dengan perasaan, emosi dan perilaku seseorang terhadap pekerjaannya. Menurut Stephen P. Robbins ( 1996 ) , kepuasan kerja adalah suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pekerja dan banyaknya yang meraka yakini seharusnya mereka terima. Kepuasan kerja merupakan hasil interaksi antara pekerja dengan lingkungan kerja di perusahaan. Menurut Arnold dan Fieldman ( 1998 ), banyak hal yang dapat membuat seseorang puas terhadap pekerjaannya, diantaranya upah atau imbalan, pekerjaan itu sendiri, pengawasan, kelompok kerja dan kondisi tempat kerja. Implikasi kepuasan kerja sering dikaitkan dengan peningkatan kinerja individual organisasi, serta tingkat perputaran kerja. Faktor lain yang juga dinyatakan sebagai implikasi dari kepuasan kerja antara lain : tingkat kesehatan pekerja, kemampuan pekerja dalam mempelajari sesuatu, kecelakaan kerja dan sikap pekerja terhadap rekan kerja.

(17)

Kinerja manajer pada prinsipnya merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh perusahaan yang berbentuk pengembangan manajemen, perbaikan sistem kerja dan usaha-usaha mengadakan alih teknologi baik yang menengah maupun teknologi modern sehingga kualitas personal yang dimiliki oleh perusahaan dapat meningkat ( Marwan Asri, 1989 : 97 ).

PT. PLN ( Persero ) merupakan perusahaan jasa yang mengelola masalah pembangkitan dan pengelolaan listrik. Pembangunan bidang kelistrikan di Indonesia dapat dianggap sebagai kegiatan hulu yang akan mendorong dan mempercepat proses berbagai kegiatan pembangunan fisik dan perekonomian, pada garis besarnya mempunyai tujuan perusahaan adalah menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu memadai serta memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan pemerintah di bidang kelistrikan.

(18)

Karena dilihat dari tahun ke tahun PT. PLN (Persero) APJ Sidoarjo mengalami penurunan laba. Dan bila dibiarkan akan berdampak buruk pada perusahaan. Adapun untuk Data Laporan Laba / Rugi perusahaan mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel berikut :

LAPORAN LABA/ RUGI Pada PT. PLN (Persero) APJ Sidoarjo

(Dalam Ribuan Rupiah)

TAHUN LABA/ RUGI

2005 (51.641.152.522) 2006 (224.701.717.697) 2007 (112.257.102.239) Sumber : PT. PLN (Persero) APJ Sidoarjo.

(19)

tolok ukur untuk meningkatkan kinerja manajerial. Kepuasan kerja ini dapat ditingkatkan melalui pemberian prestasi kerja atau peningkatan jabatan bagi yang berprestasi, pemberian bonus dan insentif serta hal lain yang sekiranya dapat memberikan kepuasan kerja sehingga terjadi peningkatan kinerja dan pada akhirnya laba perusahaan akan naik.

Berdasarkan uraian diatas peneliti mencoba untuk meneliti masalah yang ada pada PT. PLN ( Persero ) APJ Sidoarjo. Oleh karena itu untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja manajer perusahaan, diharapkan dengan lingkungan pengendalian organisasi yang baik dan dengan prestasi kerja yang tinggi kemungkinan besar akan bisa meningkatkan kepuasan kerja yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan kinerja manajerial.

Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Fitri Puspa dan Bambang Riyanto LS di mana penelitian Dwi Fitri Puspa dan Bambang Riyanto LS menguji apakah sikap keprofesionalan seseorang yang bekerja dalam lingkungan pengendalian organisasi yang birokratis menimbulkan konflik peran dan apakah tingkat konflik peran mempengaruhi kinerja dan tingkat kepuasan kerja. Penelitian lain dilakukan oleh Dwi Maryani dan Bambang Supomo ( 2001 ) yang menguji apakah ada pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja terhadap kinerja individual.

(20)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Apakah Lingkungan Pengendalian Organisasi, Konflik Peran dan Kepuasan Kerja mempunyai pengaruh secara simultan dan parsial terhadap Kinerja Manajerial di PT. PLN ( Persero ) APJ Sidoarjo?

b. Di antara ketiga variabel tersebut, manakah yang lebih dominan pengaruhnya terhadap Kinerja Manajerial di PT. PLN ( Persero ) APJ Sidoarjo ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk menguji secara apakah lingkungan pengendalian organisasi, konflik

peran dan kepuasan kerja berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kinerja manajerial.

(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagi Peneliti.

Dengan penelitian ini dapat dijadikan suatu perbandingan antar teori-teori yang selama ini peneliti dapatkan dengan kenyataan yang ada. Sehingga dapat diketahui masalah yang dihadapi perusahaan dan kesesuaian antara teori yang diperoleh, sehingga dapat diperoleh pemecahan masalah yang ada.

b. Bagi Praktisi ( Perusahaan ).

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai solusi alternatif dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan lingkungan pengendalian organisasi, konflik peran dan kepuasan kerja.

c. Bagi Akademisi ( Universitas ).

Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dengan materi yang berhubungan dengan skripsi ini.

d. Bagi Pihak Lain

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini berisi penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti

terdahulu yang berkaitan dengan hubungan antara lingkungan pengendalian

organisasi, konflik peran dan kepuasan kerja dengan kinerja manajerial.

Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan kinerja manajerial pernah

dilakukan oleh :

1. Dwi Fitri Puspa dan Bambang Riyanto LS (Jurnal Riset Akuntansi

Indonesia Tahun 1999).

Judul penelitian yang dibuat adalah : “ Tipe Lingkungan Pengendalian

Organisasi, Orientasi Profesional, Konflik Peran, Kepuasan Kerja dan

Kinerja : Suatu Penelitian Empiris ”.

Perumusan Masalah :

1. Apakah sikap keprofesionalan seseorang yang bekerja dalam

lingkungan pengendalian organisasi yang birokratis menimbulkan

konflik peran ?

2. Apakah tingkat konflik peran mempengaruhi kinerja dan tingkat

(23)

Hipotesis :.

a. Diduga ada hubungan yang signifikan antara konflik peran dan kepuasan

kerja. Semakin besar konflik peran yang terjadi akan semakin menurunkan

tingkat kepuasan kerja. Sebaliknya, tingkat kepuasan kerja akan tinggi

apabila konflik peran yang terjadi kecil.

b. Diduga ada hubungan yang signifikan antara konflik peran dan kinerja.

Konflik peran yang besar akan mengakibatkan penurunan kinerja secara

keseluruhan dan sebaliknya, kinerja perusahaan meningkat bila konflik

peran yang terjadi kecil.

Kesimpulan :

a. Hasil analisis Regresi untuk kelompok dosen menunjukkan bahwa

karakteristik hubungan antara lingkungan pengendalian, orientasi

profesional dan konflik peran untuk kelompok dosen dan kelompok

dokter berbeda. Dosen yang mempunyai orientasi profesional yang

kuat cenderung mengalami tingkat konflik peran yang tinggi jika

mereka bekerja dalam lingkungan pengendalian yang menekankan

pada pencapaian target kualitatif ( output control ). Sedangkan para

dokter yang mempunyai orientasi yang kuat mengalami tingkat

konflik peran yang tinggi jika mereka bekerja dalam lingkungan

pengendalian yang menekankan pada ketaatan tindakan kepada

aturan atau prosedur.

b. Hasil analisis korelasi untuk kelompok dosen menunjukkan bahwa

(24)

kepuasan kerja. Oleh karena itu, hipotesis alternatif 2 didukung.

Hasil analisis tersebut juga menunjukkan bahwa tinggi rendahnya

konflik peran yang dialami dosen tidak mempengaruhi kinerja

mereka. Hasil analisis korelasi untuk keluarga dokter menunjukkan

bahwa konflik peran mempunyai pengaruh yang negatif dan

signifikan terhadap kinerjanya. Ini berarti semakin tinggi tingkat

konflik peran, semakin rendah tingkat kinerja sub unit dokter. Akan

tetapi, tingkat konflik peran tidak mempengaruhi kepuasan kerja

dokter.

2. Dwi Maryani dan Bambang Supomo ( Jurnal Riset Akuntansi Indonesia

Thn 2001 ).

Judul penelitian yang dibuat adalah : “ Studi Empiris Pengaruh Kepuasan

Kerja Terhadap Kinerja Individual”.

Perumusan Masalah :

“ Apakah ada pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja terhadap

kinerja individual ?”.

Hipotesis :

“ Diduga ada hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dengan

kinerja secara individual”.

Kesimpulan :

Dari hasil analisis regresi menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara kepuasan kerja dengan kinerja manajerial. Variasi

(25)

independennya ( kepuasan kerja ). Dengan demikian, temuan penelitian

memberikan dukungan pada hipotesis yang menyatakan bahwa

kepuasan kerja mempunyai hubungan signifikansi dengan kinerja

manajerial. Meskipun kinerja yang diukur dalam penelitian ini

kemungkinan mempunyai perbedaan dengan konstruk profitabilitas dan

subyek yang diteliti, namun temuan ini dapat di analogikan bahwa

kepuasan kerja mempunyai pengaruh pada peningkatan kerja manajerial

dosen dalam pekerjaan yang berkaitan dengan perencanaan, investigasi,

koordinasi, evaluasi, supervisi, pengaturan staf, negoisasi dan

representasi. Meskipun penelitian ini tidak mengukur kinerja secara

organisasional berdasarkan rerata skor jawaban responden yang relatif

tinggi kepuasan kerja, responden penelitian ini kemungkinan juga

mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan kinerja secara

organisasional strategi-strategi ( Anthony, Dearden dan Govendarajan :

92, yang dikutip oleh Supriyono dalam Sistem Pengendalian Manajemen

: 99 ).

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Akuntansi Perilaku

Pendekatan perilaku dalam perumusan teori akuntansi bersangkutan

dengan perilaku manusia yang berkaitan dengan informasi dan masalah akuntansi.

Dalam konteks ini, pemilihan suatu teknik akuntansi harus dievaluasi dengan

(26)

Pendekatan perilaku telah membangkitkan gairah dan dorongan baru

dalam riset akuntansi yang memusatkan perhatian pada stuktur perilaku di mana

para akuntan bertindak di dalamnya. Pendekatan perilaku dalam perumusan teori

akuntansi menekankan relevansi pengambilan keputusan dan informasi yang

dikomunikasi informasi tersebut. Akuntansi dianggap berorientasi pada tindakan :

tujuannya adalah untuk mempengaruhi tindakan ( perilaku ) secara langsung

melalui kandungan informasional dari pesan yang disampaikan dan secara tidak

langsung melalui perilaku para akuntan. Karena akuntansi dianggap sebagai suatu

proses perilaku pada akuntansi.

2.2.1.1. Tujuan Akuntansi Perilaku

Komite untuk Kandungan Ilmu Perilaku Kurikulum Akuntansi dari

American Accounting Association memberikan pandangan melalui ilmu perilaku:

” Tujuan ilmu perilaku adalah untuk memahami, menjelaskan dan meramalkan

perilaku manusia yakni untuk menetapkan generalisasi tentang perilaku manusia

yang didukung oleh bukti-bukti empiris yang dikumpulkan dalam konteks ini,

pemilihan suatu teknik akuntansi harus di evaluasi dengan mengacu pada tujuan

dan perilaku dari para pemakai informasi keuangan”.

Pendekatan perilaku telah membangkitkan gairah dan dorongan baru

dalam riset akuntansi yang memusatkan perhatian pada struktur perilaku di mana

para akuntan bertindak di dalamnya. Pendekatan perilaku dalam perumusan teori

akuntansi menekankan relevansi pengambilan keputusan dan informasi yang

(27)

komunikasi informasi tersebut. Akuntansi dianggap berorientasi pada tindakan

tujuannya adalah untuk mempengaruhi tindakan ( perilaku ) secara langsung

melalui kandungan informasional dari pesan ynag disampaikan dan secara tidak

langsung perilaklu para akuntan. Karena akuntansi dianggap sebagai suatu proses

perilaku yang akuntansi.

2.2.2. Pengendalian Organisasi 2.2.2.1. Pengendalian Intern

Menurut AICPA ( American Institute of Certificated Public Accountant )

seperti yang dikutip Kosasih ( 1993 : 177 ), pengendalian intern didefinisikan

sebagai berikut :

“ Pengendalian Intern meliputi susunan organisasi dan semua cara-cara

serta peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan untuk menjaga dan

mengamankan harta miliknya, memeriksa kecermatan dan kebenaran data-data

administrasi, memajukan efisiensi dalam operasi dan membantu menjaga

kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan untuk dipatuhi”.

Pengertian Pengendalian Intern mencakup pengendalian administrasi dan

pengendalian akuntansi :

1) Pengendalian Administrasi, meliputi rencana organisasi serta

prosedur-prosedur dan catatan-catatan yang berhubungan dengan proses pembuatan

keputusan yang mengarah kepada tindakan manajemen untuk menyetujui

atau memberi wewenang. Pemberian wewenang merupakan fungsi

(28)

mencapai tujuan organisasi dan merupakan titik awal untuk menciptakan

pengendalian akuntansi. Tujuan pengendalian administrasi diutamakan

pada pencapaian tujuan operasional seperti hubungan masyarakat ( public

relation), efisiensi operasi atau pabrik, efektifitas operasi dan efektifitas

manajemen. Pengendalian intern yang diarahkan pada pencapaian tujuan

administrasi mempunyai pengaruh langsung yang kecil terhadap ketelitian

dan dipercayainya laporan keuangan.

2) Pengendalian Akuntansi, meliputi rencana organisasi dan

prosedur-prosedur serta catatan-catatan yang berhubungan dengan pengamanan

harta atau aktiva serta keandalan pencatatan keuangan.

Manajemen harus mempunyai pandangan dan sikap yang profesional

untuk memajukan atau meningkatkan hasil-hasil yang dicapainya. Manajemen

harus selalu melihat, meneliti, menganalisa dan mengambil keputusan atas laporan

yang telah disampaikan kepada mereka. Laporan tersebut biasanya berbentuk

laporan akuntansi dan statistik yang berfungsi untuk mengendalikan dan

mengarahkan manajemen dalam mengambil keputusan. Selain itu laporan juga

mempunyai arti untuk menilai apakah kebijakan perusahaan yang telah ditentukan

dan dijalankan, apakah kondisi keuangannya sehat, kegiatan penjualannya

menguntungkan dan untuk mengetahui apakah hubungan antara bagian serta

departemen berlangsung humoris. Hanya dengan pemeriksaan yang terus

berkesinambungan dan menganalisa laporan dan catatan-catatan darimana laporan

tersebut didapat, manajemen dapat meletakkan kepercayaanya terhadap laporan

(29)

2.2.2.1.1 Sistem Pengendalian Intern

” Sistem Pengendalian Intern meliputi struktur organisasi, semua metode

dan ketentuan-ketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk

melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian dan seberapa jauh data

akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong

ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan ” ( AICPA : Bambang

Hartadi, 1986 : 3 ).

Sistem Pengendalian Intern tersebut akan berada dan mempengaruhi

semua kegiatan perusahaan ini meliputi metode-metode di mana manajemen atas

akan memberi delegasi / wewenang dan memberi tanggung jawab untuk fungsi

pembeli, penjualan produksi dan akuntansi lebih lanjut faktor di bawah ini

dipandang sebagai alasan mengapa Sistem Pengendalian Intern diperlukan,

menurut Bambang Hartadi ( 1986 : 2 ) :

a. Luas dan Ukuran kesatuan usaha yang menjadi begitu kompleks dan

meluas sehingga manajemen harus mempercayai berbagai macam

laporan-laporan dan analisis-analisis, untuk mengendalikan operasi secara efektif.

b. Tidak praktis apabila akuntan untuk memeriksa secara keseluruhan dengan

keterbatasan uang jasa ( fee ) tanpa mempercayai Sistem Pengendalian

(30)

Ada lima sifat ( karakteristik ) Sistem Pengendalian Intern yang dapat

dipercaya :

1. Kualitas karyawan sesuai dengan tanggung jawabnya.

2. Rencana organisasi yang memberi pemisahan tanggung jawab fungsi

secara layak.

3. Sistem pemberi wewenang, tujuan dan teknik, dan pengawasan yang wajar

untuk pengadaan atas aktiva, hutang, penghasilan dan biaya.

4. Pengendalian terhadap penggunaan aktiva dan dokumen serta formulir

yang penting.

5. Perbandingan catatan-catatan aktiva dan hutang dengan yang senyatanya

ada dan mengadakan tindakan koreksi bila ada perbedaan.

2.2.2.2. Pengendalian Ekstern

Di samping menerapkan bentuk pengendalian intern, organisasi juga perlu

bersandar pada pengendalian profesional yang merupakan bentuk pengendalian

ekstern. Definisi pengendalian profesional adalah pengendalian yang memberikan

otonomi kepada para pekerja profesional untuk melaksanakan tugas-tugasnya

dalam perusahaan dalam membatasi aktifitas mereka oleh norma-norma atau

aturan-aturan tertentu karena aktifitas mereka secara otomatis dilaksanakan

berdasarkan norma-norma, nilai-nilai dan kode etik profesinya. Jadi pada sistem

ini para profesional diberikan kebebasan untuk menyelesaikan tugas dan sikap

permasalahan dalam perusahaan

(31)

Menurut Puspa ( 1999 : 14 ), berbagai bentuk pengendalian yang

dikembangkan dan diuji dalam literatur akuntansi dan organisasi perilaku

mengindikasikan bahwa dalam organisasi yang sangat beruntung pada keahlian

profesional dan etika proses produksi menjadi semakin kompleks dan tidak bisa

diprediksi, bentuk pengendalian administrasi kurang sesuai diterapkan di dalam

organisasi tersebut.

2.2.3 Lingkungan Pengendalian Organisasi

Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam suatu

organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang

pengendalian. Lingkungan pengendalian merupakan landasan untuk semua unsur

pengendalian intern yang membentuk disiplin dan stuktur (Mulyadi 1998 : 179).

Berbagai faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu

entitas antara lain :

1) Nilai integritas dan etika

2) Komitmen terhadap kompetensi

3) Dewan komisaris dan komite audit

4) Filosofi dan gaya operasi manajemen

5) Struktur organisasi

6) Pembagian wewenang dan pembebasan tanggung jawab

(32)

2.2.3.1 Teori yang melandasi hubungan Lingkungan Organisasi dan Kinerja Manajerial

Pengaruh lingkungan pengendalian organisasi terhadap kinerja manajerial

dilandasi oleh Teori Birokrasi yang dikemukakan oleh Max Weber, 1900 (

Stephen P. Robbins, 1996 ). Teori Birokrasi adalah suatu bentuk organisasi yang

ditandai dengan pembagian kerja, hierarki wewenang, aturan-aturan dan

ketetapan-ketetapan, serta hubungan-hubungan yang impersonal. Maksud dari

teori ini adalah suatu bentuk organisasi yang berteori tentang kerja itu dapat

dilakukan sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh

perusahaan tanpa campur tangan hubungan kepribadian karyawan.

2.2.4. Konflik Peran

Bila seseorang individu dihadapkan pada pengharapan peran yang

berlainan, akibatnya adalah konflik peran. Konflik ini ada bila seorang individu

mendapatkan bawah patuh pada persyaratan satu peran menyebabkan kesulitan

untuk mematuhi persyaratan daripada peran lain. Hal itu akan mencakup situasi di

mana dua atau lebih pengharapan peran saling berlawanan ( Stephen P. Robbins :

2001 ).

Tenaga kerja profesional menurut Derber dan Schwartz ( 1991 ) dalam

JRAI Dwi Fitri Puspa dan Bambang LS, ( 1999 ) adalah mereka yang terlatih

untuk melaksanakan tugas yang komplek secara indepeden dan yang dalam

(33)

menerapkan keahlian dan pengalamannya. Ini berarti bahwa dalam diri seorang

profesional terdapat suatu sistem nilai atau norma yang akan mengatur perilaku

mereka dalam proses pelaksanaan tugas atau pekerjaan mereka.

Seorang profesional dalam melaksanakan tugasnya, terutama ketika

menghadapi suatu masalah tertentu akan sering menerima dua perintah sekaligus.

Perintah pertama datang dari kode etik profesi , sedangkan yang kedua datang dari

sistem pengendalian yang berlaku di perusahaan. Apabila profesional bertindak

sesuai dengan kode etiknya, maka ia akan merasa tidak berperan sebagai

karyawan perusahaan yang baik. Sebaliknya apabila ia bertindak sesuai dengan

prosedur yang ditentukankan oleh perusahaan, maka ia akan merasa telah

bertindak secara tidak profesional. Kondisi ini yang disebut konflik peran, yaitu

konflik yang timbul karena mekanisme pengendalian birokratis organisasi tidak

sesuai dengan norma, aturan, etika dan kemandirian profesional. Konflik peran

merupakan suatu gejala psychologis yang dialami oleh anggota organisasi yang

bisa menimbulkan rasa tidak nyaman dalam bekerja dan secara potensial bisa

menurunkan motivasi kerja ( Dwi Fitri Puspa dan Bambang Riyanto LS : 1999 ).

Menurut Kahn dkk ( 1964 ) serta Jackson dan Schuler ( 1985 ) dalam JRAI Dwi

Fitri Puspa dan Bambang Riyanto LS ( 1999 ), menemukan konflik peran

mempunyai dampak yang negatif terhadap perilaku karyawan, seperti timbulnya

ketegangan kerja, penurunan kepuasan kerja, penurunan komitmen pada

(34)

2.2.4.1 Teori yang melandasi hubungan Konflik Peran dan Kinerja Manajerial

Tiga elemen Teori Kelompok yang dikembangkan oleh George Homans

( Thoha, 2003 : 80 ) yaitu suatu teori yang berdasarkan pada aktivitas-aktivitas,

interaksi-interaksi dan sentimen-sentimen ( perasaan dan emosi ).

Tiga elemen ini satu sama lain saling berhubungan secara langsung antara

lain sebagai berikut:

a. Semakin banyak aktivitas-aktivitas seseorang dilakukan dengan orang lain

semakin beraneka interaksi-interaksinya dan juga semakin kuat tumbuhnya

sentimen-sentimen mereka.

b. Semakin banyak interaksi-interaksi orang-orang, maka semakin banyak

kemungkinan aktivitas-aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang

lain.

c. Semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain

serta sentimen seseorang dipahami oleh orang lain, maka semakin banyak

kemungkinan ditularkannya aktivitas dan interaksi-interaksi.

Menurut ( Lurie, 1981 ) yang dikutip oleh ( Puspa & Riyanto, 1999 : 120),

tingkat keinginan untuk mempertahankan sikap profesional berbeda-beda antara

satu pekerja profesional dengan pekerja profesional yang lainnya. Proses sosialis

dapat mempengaruhi kemandirian seorang profesional. Dimana para profesional

merasa dirinya sebagai bagian dari organisasian melepas norma, aturan dan kode

etik profesi dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas yang menjadi tanggung

(35)

2.2.5. Kepuasan Kerja

Menurut Stephen P. Robbins ( 2001 : 24 ), definisi kepuasan kerja adalah

sebagai berikut :

“ Kepuasan kerja merupakan suatu sikap umum terhadap pekerjaan

seseorang, selisih antara banyaknya ganjaran yand diterima seorang pekerja dan

banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima.”

Menurut Davis dan Newstrom ( 1995 : 105 ), definisi kepuasan kerja

sebagai berikut :

“ Kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan pegawai tentang

menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka ”.

2.2.5.1. Faktor - Faktor yang Mendorong Kepuasan Kerja

Faktor-faktor yang lebih penting untuk mendorong kepuasan kerja

menurut Robbins ( 2001 : 149 ) :

1.) Kerja yang secara mental menantang

Karyawan lebih cenderung menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi

mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan

mereka dan menawarkan baragam tugas, kebebasan dan umpan balik

mengenai betapa baik mereka bekerja.

2.) Ganjaran yang pantas

Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang

mereka persepsikan sebagai adil, tidak merugikan dan segaris dengan

(36)

tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu dan standar pengupahan

komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. Karyawan

berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang adil. Promosi

memberikan kesempatan untuk pertumbuhan pribadi, tanggung jawab

yang lebih banyak dan status sosial yang meningkat. Oleh karena itu

individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat

dengan cara yang adil kemungkinan beasr akan merasakan kepuasan

dengan pekerjaan mereka.

3.) Kondisi kerja yang mendukung

Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik kenyamanan pribadi maupun

untuk memudahkan mengerjakan tugas yang baik. Studi-studi

memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan fisik yang tidak

berbahaya atau merepotkan.

4.) Rekan sekerja yang mendukung

Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang

terwujud dari pekerjaan mereka. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga

mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu tidak

mengejutkan bila mempunyai rekan sekerja ramah dan mendukung kepada

meningkatnya kepuasan kerja.

5.) Kesesuaian kepribadian pekerjaan

Orang-orang yang tipe kepribadiannya kongruen ( sama dan sebangun )

dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa

(37)

tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian lebiih besar

kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut dan sukses ini

mempunyai kemingkinan yang lebih besar untuk mencapai kepuasan yang

tinggi dari pekerjaan mereka.

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara ( 2000 : 120 ), faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu :

a Faktor pegawai.

Yaitu kecerdasan, kecakapan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik

pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara

berfikir, persepsi dan sikap kerja.

b Faktor pekerjaan.

Yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat atau golongan,

kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan promosi

jabatan, interaksi sosial dan hubungan kerja.

2.2.5.2. Alasan Kepuasan Kerja

Robert L. Kahn ( Davis dan Newtrom : 1995 ) mengemukakan :

“ Kepuasan kerja tampaknya memang mengurangi tingkat kemangkiran,

pergantian pegawai dan barangkali juga tingkat kecelakaan yang terjadi.”

Kepuasan kerja yang tinggi diinginkan oleh para manajer karena dapat

dikaitkan dengan hasil positif yang mereka harapkan. Kepuasan kerja yang tinggi

merupakan tanda bahwa organisasi dapat dikelola dengan baik dan pada dasarnya

(38)

proses pembangunan iklim manusia yang berkelanjutan. Sebagai sekumpulan

perasaan, kepuasan kerja bersifat dinamis. Para manajer tidak dapat menciptakan

kondisi yang dapat menimbulkan kepuasan kerja sekarang dan kemudian

mengabaikannya karena tingkat kepuasan kerja bisa saja menurun dengan cepat.

Sedangkan menurut Indrawijaya ( 1989 : 72-73 ) menyebutkan bahwa

kepuasan kerja penting, karena :

1.) Alasan nilai

Kita mengetahui bahwa para tenaga kerja menggunakan sebagian waktu

dalam bekerja. Oleh sebab itu mereka menginginkan agar waktu tersebut

dapat digunakan dengan penuh kesenangan, kegembiraan dan

kebahagiaan.

2.) Alasan kesehatan jiwa

Seseorang yang melihat pekerjaannya sebagai sesuatu yang tidak berharga

atau sebagai sesuatu yang tidak penting, cenderung membawanya

kelingkungan keluarganya dan masyarakat sekitar.

3.) Alasan kesehatan jasmaniah

Orang yang menyenangi pekerjaannya juga cenderung mendapatkan lebih

banyak uang dari pekerjaan tersebut dengan demikian mempunyai

(39)

2.2.5.3 Akibat Dari Tidak Terpenuhinya Kepuasan Kerja.

Akibat yang timbul dari perasaan tidak puas terhadap pekerjaannya,

adalah :

a Pergantian karyawan.

Seorang karyawan yang merasa puas akan pekerjaannya akan bertahan

lebih lama dari perusahaan, sedangkan karyawan yang tidak puas akan

meninggalkan perusahaan tempat kerjanya untuk mencari perusahaan lain.

b Absensi.

Karyawan tidak masuk kerja mempunyai berbagai macam alasan,

misalnya sakit, ijin dan cuti. Karyawan yang merasa tidak puas akan lebih

memanfaatkan untuk tidak masuk kerja. Banyak sedikitnya karyawan yang

tidak masuk kerja memberikan gambaran tentang kepuasan kerja dari

karyawan tersebut.

2.2.5.4 Teori yang melandasi Kepuasan Kerja dan Kinerja Manajerial

Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja manajerial dilandasi oleh teori

motivasi kerja ( The motivation to work ) yang dikemukakan oleh Hezberg, 1959

( Maryani dan Bambang Supomo, 2001 ). Teori ini menyatakan bahwa

faktor-faktor intristik berkaitan dengan ketidakpuasan kerja. Maksud dari teori ini adalah

faktor-faktor instristik seperti prestasi, pengakuan, dan tanggung jawab berkaitan

dengan kepuasan kerja. Apabila orang yang ditanyai itu merasa senang tentang

pekerjaan mereka, maka mereka cenderung mengerakan ciri-ciri ini pada diri

(40)

menyebut faktor-faktor luar seperti kebijakan perusahaan dan administrasi,

pengawasan, hubungan antar pribadi dan situasi kerja.

2.2.6. Kinerja Manajerial

Sumber daya yang paling penting dalam sebuah organisasi adalah sumber

daya manusia. Kebutuhan akan perencanaan sumber daya manusia mungkin tidak

segera tampak. Orang mungkin bertanya, jika organisasi memerlukan orang baru,

mengapa dengan mudah saja menariknya? Sebenarnya kebutuhan sumber daya

manusia sukar dipenuhi secepat itu. Organisasi yang tidak merencanakan sumber

daya manusianya sering menemukan bahwa mereka tidak dapat memenuhi

kebutuhannya akan pegawai atau tujuan keseluruhan secara efektif ( James A.F.

Stober dan Charles Winkel, 1986 : 467 ).

Kinerja manajer menurut Mahoney dkk. ( 1963 ) dalam JRAI Maulana

Kamal dan Ainun Na’im, 2000 adalah kinerja para individu anggota organisasi

dalam kegiatan-kegiatan manajerial seperti perencanaan, investigasi, koordinasi,

supervisi, pengaturan staff, negoisasi dan representasi.

Penilaian manajer merupakan kunci utama dalam pengembangan

manajemen. Penilain manajer jelas penting bagi pengembangan manajemen

karena dengan mengetahui sejauh mana para manajer merencanakan,

mengorganisasi, melakukan staffing, memimpin dan mengendalikan adalah

merupakan satu-satunya jalan untuk memastikan bahwa orang-orang yang

(41)

organisasi ingin mencapai sasarannya secara efektif dan efisien, cara-cara untuk

menilai secra tepat kinerja manajemen harus ditemukan dan dijalankan ( Koontz,

Cyril O’Donnell dan Heinz eihrich ; 1984 ).

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara ( 2000 : 67 ) kinerja manajer adalah

efisiensi dan efektifitas pertanggung jawaban hasil kerja manajer yang meliputi

pendapatan dan pengeluaran yang berguna untuk perencanaan, berkoordinasi dan

mengontrol kegiatan sehari-hari. Rendahnya mutu tenaga kerja tidak hanya

menyebabkan rendahnya prestasi kerja dan penghasilan tetapi juga menyulitkan

usaha-usaha pemantapan sumber daya alam yang melimpah. Manajemen sumber

daya manusia atau dalam praktek lebih sering disebut manajemen personalia

merupakan ilmu manajemen yang menyangkut bidang ilmu jiwa ( psikologi ),

sosiologi, ekonomi dan administrasi manajemen personalia dituntut bersifat

dinamis seiring dengan perkembangan ilmu yang mendasarinya. Perubahan atau

perkembangan pada bidang ilmu jiwa misalnya akan menuntut manajemen

personalia untuk selalu dapat mengikutinya agar tetap relevan dengan

permasalahan yang ada.

Sebagai misal, apabila terjadi penurunan kinerja manajer yang disebabkan

oleh beban psikologis seperti kondisi depresi atau stress terhadap pekerjaan maka

psikologi-psikologi akan mempelajari bagaimana cara-cara mengatasi

permasalahan yang terkait dengan sumber daya manusia dengan baik diantaranya

ditampilkan leadership yang baik serta penciptaan kinerja internal yang baik.

Manajer dalam posisinya sebagai pimpinan yang mengarahkan

(42)

oleh perusahan, harus melakukan koordinasi yang baik dengan departemen

manapun di dalam perusahaan yang bersangkutan.

2.2.6.1. Tugas Manajer

Manajer yang efisien akan menghasilkan output ( hasil ) dengan

menggunakan input ( karyawan, bahan dan waktu ). Manajer yang berhasil

menekan biaya sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan berarti

efisien. Sedangkan efektifitas berarti kemampuan untuk memilih dengan tepat.

Manajer yang efektif adalah manajer yang memilih pekerjaan yang benar untuk

dilaksanakan. Kegiatan – kegiatan utama manajemen menurut James A. F. Stoner

dan Charles Winkel ( 1986 : 19 ) adalah :

1) Perencanaan. Rencana memberikan sasaran bagi organisasi dan

menetapkan prosedur terbaik untuk mencapai sasaran tersebut.

2) Pengorganisasian. Bila manajer telah menetapkan sasaran dan

mengembangkan rencana atau program untuk mencapainyan, ia harus

merancang dan mengembangkan sebuah organisasi yang mampu

menjalankan program itu agar berhasil. Manajer harus mempunyai

kemampuan untuk menentukan jenis organisasi yang akan dibutuhkan

untuk mencapai serangkaian tujuan yang telah ditentukan.

3) Pemimpin. Setelah rencana disusun, struktur organisasi telah ditentukan

serta staf telah direktur dan dilatih, langkah berikutnya adalah mengatur

(43)

4) Pengendalian. Artinya, manajer harus memastikan bahwa tindakan para

anggota organisasi benar-benar membawa organisasi ke arah tujuan yang

telah ditetapkan. Melalui fungsi pengendalian manajer dapat menjaga

organisasi dan tidak membiarkannya terlalu jauh menyimpang dari

tujuannya. Fungsi ini mencakup tiga unsur utama :

a.) Menetapkan standar prestasi.

b.) Mengukur prestasi yang sedang berjalan dan membandingakan

dengan standar yang telah ditetapkan.

c.) Mengambil tindakan untuk memperbaiki prestasi yang tidak sesuai

dengan standar.

2.2.6.2. Penilaian Kinerja Manajer

Penilaian kinerja manajer menurut Mulyadi dan Jhony Setiawan ( 2001 :

353 ) adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi

bagian organisasi dan personelnya, berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang

telah ditetapkan sebelumnya.

Tujuan utama penilaian kinerja manajer adalah untuk memotivasi personel

dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang

telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang

diinginkan oleh organisasi standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen

atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran organisasi.

Menurut Mulyadi dan Jhony Setiawan ( 2001 : 354 ) seseorang yang

(44)

manajerial. Berbeda dengan kinerja karyawan yang bersifat kongkrit kinerja

manjerial bersifat abstrak dan kompleks. Manajer mampu menghasilkan dan

mengerahkan bakat dan kemapuan serta usaha beberapa orang lainnya berada di

daerah wewenangnya.

2.2.6.3. Manfaat Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja menurut Mulyadi ( 1993: 417 ) dimanfaatkan oleh

organisasi untuk :

a.) Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui

pemotivasian personel secara maksimum.

b.) Menyediakan suatu dasar untuk mendistribusikan penghargaan.

c.) Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penghargaan

personel seperti promosi, transfer dan pemberhentian.

2.2.6.4. Tingkatan Manajemen dan Ketrampilan Manajer

Secara umum “ Manajer ” berarti setiap orang yang mempunyai tanggung

jawab atas bawahan dan sumber daya organisasi lainnya. Tingkatan manajemen

dalam organisasi menurut T. Hani Handoko ( 1999 : 17 ) akan menjadi tiga

golongan yang berbeda, yaitu :

1) Manajer Lini Pertama.

Tingkatan yang terendah dalam sebuah organisasi di mana seseorang

(45)

operasional, tetapi tidak mensupervisi manajer lain. Manajemen ini sering

disebut supervisor.

2) Manajer Menengah.

Manajemen ini menunjukkan sebuah organisasi ada lebih dari satu

tingkatan. Manajemen ini mengarahkan kegiatan-kegiatan karyawan

operasional. Tanggung jawab utamanya adalah mengarahkan

kegiatan-kegiatan yang mengimplementasikan kebijaksanaan organisasi dan

membuat keseimbangan antara apa yang dituntut oleh atasannya dengan

kemampuan para bawahannya.

3) Manajer Puncak.

Manajemen ini bertanggung jawab atas manajemen yang menyeluruh dari

organisasi yang bersangkutan. Mereka menetapkan kebijaksanaan

operasional dan menuntun interaksi organisasi dengan lingkungannya.

Robert L. Katz mengidentifikasikan tiga jenis utama ketrampilan, yaitu

teknis, manusiawi dan konseptual yang menurut pendapatnya diperlukan oleh

semua manajer ( James A. F. Stoner, 1986 :22 ), yaitu :

1.) Keterampilan teknis, adalah kemampuan untuk menggunakan alat-alat,

prosedur dan teknik suatu bidang yang khusus.

2.) Keterampilan manusiawi, adalah kemampuan bekerja dengan orang lain,

memahami orang lain dan memotivasi orang lain baik sebagai perorangan

(46)

3.) Keterampilan konseptual, adalah kemampuan mental untuk

mengkoordinasikan dan memadukan semua kepentingan dan kegiatan

organisasi.

2.2.6.5. Motivasi

Pengertian motivasi menurut Fuad ( 2000 : 97 ) adalah pemberian motif (

penggerak ) kepada karyawan untuk dapat bekerja sedemikian rupa sehingga

tujuan organisasi dapat secara efisien dan efektif tercapai.

Apabila tenaga kerja menyukai pekerjaannya, menganggap tugas mereka

penuh tantangan dan menyukai lingkungan kerja secara umum maka biasanya

mereka akan berusaha maksimal untuk melaksanakan pekerjaan dengan penuh

semangat dan penuh dedikasi. Untuk maksud tersebut ada dua jenis motivasi yang

dapat ditanamkan menurut Fuad ( 2000 : 97 ), yaitu :

a Motivasi positif.

Yaitu proses mempengaruhi orang lain dengan memberikan tambahan

tingkat kepuasan tertentu, misalnya memberikan promosi, tambahan

penghasilan, menciptakan kondisi kerja yang nyaman.

b Motivasi negatif.

Yaitu proses mempengaruhi orang lain dengan memberikan ancaman atau

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dengan terpaksa, misalnya

memberikan ancamandengan penurunan pangkat, pemotongan gaji atau

(47)

2.2.7. Hubungan antara Lingkungan Pengendalian Organisasi, Konflik Peran dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Manajerial.

Lingkungan pengendalian organisasi adalah lingkungan manusia di mana

para anggota organisasi melakukan pekerjaan mereka yang mengarah pada sistem

pengendalian perilaku atau profesional.

Karakteristik mendasar dari manajemen adalah bahwa para manajer

mencapai hasil melalui orang lain dan bahwa ruang lingkup pekerjaan manajerial

adalah sebuah organisasi ( Gibson, Donelly dan Ivanevich, 1997 : 331 ).

Mengelola dan memotivasi pekerja secara efektif merupakan unsur kritis dalam

pengembangan fungsi manajerial untuk mencapai tujuan perusahaan dengan

mengkomunikasikan tugas-tugas secara efektif, menghargai kinerja yang baik dan

menciptakan suasana yang mendukung usaha para pekerja serta kebutuhan

individu ( Gibson, Donelly dan Ivanevich, 1997 : 299 ).

Sistem kemandirian profesional dalam memecahkan masalah yang

dihadapi pelaksanaan tugasnya akan cenderung menbuat mereka menuntut

penguasaan dan pengendalian secara penuh terhadap prosedur pelaksanaan tugas.

Konflik peran merupakan suatu gejala psychologis yanng dialami oleh anggota

organisasi yang bisa menimbulkan rasa tidak nyaman dalma bekerja dan secara

potensial bisa menurunkan motivasi kerja. Kahnn dkk ( 1964 ), Jackson dan

Schuler ( 1985 ) menemukan bahwa konflik peran mempunyai dampak negative

terhadap perilaku karyawan, penurunan komitmen pada organisasi dan penurunan

(48)

Kepuasan kerja merujuk pada sikap umum seorang individu terhadap

pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap

yang positif terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi ataupun

ditugaskan kepadanya dilingkungan kerjanya. Karyawan yang puas adalah mereka

yang berproduksi tinggi, sedang atau rendah dan mereka akan cenderung

menentukan tingkat prestasi yang menimbulkan bagi mereka.

Keyakinan bahwa karyawan yang puas akan lebih produktif dari pada

karyawan yang tidak puas terhadap pekerjaannya telah menjadi suatu ajaran dasar

bagi para manajer. Dari sudut pandang manajemen, karyawan yang bermotivasi

tinggi dengan tingkat kepuasan kerja yang rendah akan berusaha mencari

pekerjaan lain. Oleh sebab itu yang harus dilakukan manajer adalah menggunakan

motivator yang mengarahkan karyawan untuk bekerja secara efektif bagi

perusahaan ( Harold Koontz, Cyril O’Donell dan Heinz Weihrich ; 1984 ).

2.3. Kerangka Pikir

Pada hakekatnya kerangka pikir ini merupakan upaya untuk mencoba

menjawab secara ringkas permasalahan yang telah diidentifikasikan secara

rasional melalui alur pikir yang didasarkan pada kerangka logis.

Secara tidak langsung yang dimaksud dengan pemikiran sebenarnya telah

terdapat dalam bahasan landasan teori. Jadi sumber kerangka pikir adalah

landasan teori yang dihubungkan dengan variabel penelitian dalam upaya

(49)

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu yang telah dikemukakan

di atas maka dapat diambil premis-premis yang kemudian dari premis-premis

tersebut disimpulkan sehingga dapat dijadikan dasar dalam mengemukakan

hipotesis. Premis-premis tersebut adalah :

 Premis 1

Terdapat hubungan yang negatif antara konflik peran dan kepuasan kerja,

dalam hal ini konflik peran hanya berpengaruh terhadap kinerja

manajerial. ( Abernethy dan Stoelwinder, 1995 ) ( dikutip oleh Dwi Fitri

Puspa dan Bambang Riyanto, 1999 ).

 Premis 2

Tenaga kerja professional yang bekerja dalam lingkungan organisasi yang

birokratis mengalami konflik peran ( Hall, 1967 ; Scott, 1966 ; Paelin,

1989 ; Copur, 1990 ) (dikutip oleh Dwi Fitri Puspa dab Bambang Riyanto)

 Premis 3

Kepuasan kerja mencerminkan kegembiraan atau sikap emosi positif yang

berasal dari pengalaman kerja seseorang ( Locke, 1967 ) ( dikutip oleh

Maulana Kamal dan Ainun Naim, 2000 ).

 Premis 4

Kepuasan kerja sering ditentukan oleh sejauh mana hasil kerja memenuhi

atau harus melebihi harapan seseorang ( Luthans, 1995 ) ( dikutip oleh

(50)

 Premis 5

Konflik peran bisa membawa akibat negative, seperti menurunnya tingkat

kepuasan kerja dan komitmen pekerja, serta menurunnya kinerja

( Jackson dan Schuler, 1985; Abernethy dan Stoelwinder, 1998) dikutip

oleh Dwi Fitri Puspa dan Bambang Riyanto, 1999 ).

 Premis 6

Fakta menunjukkan bahwa factor penting yang lebih banyak

mendatangkan kepuasan kerja adalah pekerjaan yang secara mentalitas

memberi tantangan, penghargaan yang layak, kondisi kerja yang

menunjang dan rekan kerja yang mendukung. Sebuah analisis yang lebih

cermat menunjukkan bahwa kepuasan memiliki efek positif pada

produktivitas, efek tersebut sangat kecil ( Stephen P. Robbins, 2002 ).

 Premis 7

Bentuk lingkungan pengendalian administrastif atau birokratis ternyata

secara potensial bisa menimbulkan konflik bagi professional yang

berpengaruh secara negative terhadap kepuasan kerja dan mempunyai efek

(51)

Dari uraian di atas maka dapat digambarkan kerangka pikirnya sebagai

berikut :

Gambar Kerangka Pikir :

Variabel Bebas Variabel Terikat

Konflik peran (X2)

Lingkungan Pengendalian Organisasi (X1)

Kinerja Manajerial (Y)

Kepuasan Kerja (X3)

Regresi Linier Berganda

Keterangan :

-- = Terdapat Pengaruh

-- = Uji Regresi Linier Berganda

2.4. Hipotesis.

Dari diagram kerangka di atas maka disusun hipotesis sebagai berikut :

“ Bahwa lingkungan pengendalian organisasi, konflik peran dan kepuasan

kerja mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja manajerial di PT. PLN

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

Definisi operasional menurut Nazir ( 1998 : 152 ) adalah suatu definisi

yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti

atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang

diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. Definisi operasional

menentukan bagaimana suatu variabel atau konstrak itu diukur. Variabel diukur

dengan menggunakan instrumen pengukuran dalam bentuk kuesioner yang

memenuhi pertanyaan-pertanyaan tipe Semanthic Differensial”. Untuk setiap

pilihan responden atau jawaban diberi skor dan skor yang diperoleh mempunyai

tingkat pengukuran interval.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini akan menggunakan dua variabel,

yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Kinerja manajerial ( Y ) sebagai variabel

terikat, diduga dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas yaitu lingkungan

pengendalian organisasi ( X1 ), konflik peran ( X2 ) dan kepuasan kerja ( X3 ).

Definisi variabel-variabel tersebut adalah :

1. Lingkungan Pengendalian Organisasi ( X1 ).

Adalah lingkungan manusia dimana para pegawai organisasi melakukan

pekerjaan mereka yang mengarah pada sistem pengendalian perilaku atau

(53)

yang berupa prosedur dan aturan kerja dalam bentuk pengendalian

terhadap manajer agar sesuai dengan keinginan pihak manajemen.

2. Konflik Peran ( X2 ).

Adalah suatu konflik yang timbul karna mekanisme pengendalian

birokratis organisasi tidak sesuai dengan norma, aturan, etik dan

kemamdirian professional. Pihak manajemen menyerahkan suatu tanggung

jawab penuh kepada professional untuk menyelesaikan masalah

perusahaan, tanpa harus menyimpang dengan mekanisme pengendalian

perusahaan.

3. Kepuasan Kerja ( X3 ).

Adalah kepuasan yang diperoleh para manajer didalam pekerjaannya

selama ini. Variabel kepuasan kerja diukur dari prestasi kerja, penghargaan

terhadap pekerjaan, respon terhadap pekerjaan dan kemajuan terhadap

pekerjaan.

4. Kinerja Manajerial ( Y ).

Adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh manajer dalam mengoperasikan

kegiatan suatu organisasi perusahaan secara efektif dan efisien sesuai

dengan standar dan kriteria yang ditetapkan oleh perusahaan untuk

mencapai tujuan perusahaan. Kinerja manajer dalam kegiatan-kegiatan

manajerial meliputi perencanaan, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan,

(54)

Sedangkan untuk tehnik pengukuran kinerja manajerial ini adalah dengan

membandingkan kesesuaian antara realisasi dengan anggaran yang ditargetkan (

Schermerhorn, 1998 : 166 ).

3.2. Pengukuran Variabel.

Skala pengukuran yang digunakan dalam mengukur variabel-variabel

tersebut baik itu variabel bebas maupun variabel terikat adalah menggunakan

skala Semanthic Differensial. Skala ini tersusun dalam satu garis kontinum

dengan jawaban sangat positifnya terletak di sebelah kanan dan jawaban sangat

negatifnya terletak di sebelah kiri, atau sebaliknya. Skala data yang digunakan

adalah skala interval, yaitu skala yang menunjukkan tingkatan dan jarak yang

sama diantara titik bipolarnya.

1. Lingkungan Pengendalian Organisasi ( X1 )

Ada 5 item pertanyaan yang diajukan untuk mengukur persepsi responden

tentang lingkungan pengendalian organisasi tempat mereka bekerja.

Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen ynag dikembangkan oleh

Oichi ( 1997 ) dan Govindarajan dan Fisher ( 1990 ) seperti yang dikutip

oleh Ika Kurniawaty ( 2003 ) dengan skala perbedaan semantik 7 poin.

(55)

2. Konflik Peran ( X2 )

Konflik Peran terdiri dari 6 item pertanyaan dan dikembangkan oleh Rizzo

dkk ( 1970 ) dengan skala semantic differential 7 poin. Satu sangat tidak

setuju dampai dengan 7 sangat setuju.

3. Kepuasan Kerja ( X3 )

Kepuasan kerja terdiri dari 8 item pertanyaan dan dikembangkan dengan

skala perbedaan semantik 7 poin. Satu, sangat tidak setuju atau sangat

tidak memuaskan sampai dengan tujuh, sangat setuju atau sangat

memuaskan.

4. Kinerja Manajerial ( Y )

Kinerja manajerial diukur dengan instrumen yang terdiri dari 5 item

pertanyaan dan dikembangkan dengan skala perbedaan semantik 7 poin.

Satu, sangat tidak setuju sampai dengan tujuh, sangat setuju.

Contoh kuesioner : Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 Sangat setuju

Jawaban bernilai 1 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan

pertanyaan yang diberikan. Nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat

tidak setuju dengan sangat setuju. Kesimpulan jawaban dengan nilai 1

sampai 3 cenderung sangat tidak setuju dengan pertanyaan yang diberikan.

Jawaban antara 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju dengan

(56)

3.3. Teknik Penentuan Sampel 3.3.1. Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahan jasa yang bergerak dalam bidang

kelistrikkan yaitu PT. PLN ( Persero ) yang merupakan BUMN berskala nasional.

Pada penelitian ini peneliti khusus mengadakan penelitian pada PT. PLN.(Persero)

APJ Sidoarjo.

3.3.2. Populasi dan Sampel.

a Populasi.

Menurut Mudrajat Kuncoro ( 2003 : 108 ) populasi adalah suatu kelompok dari elemen penelitian, dimana elemen adalah unit terkecil yang

merupakan sumber dari data yang diperlukan. Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh manajer, asisten manajer dan supervisor PT. PLN (

Persero ) APJ Sidoarjo yang berjumlah 11 orang.

b Sampel.

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh manajer, asisten manajer dan supervisor yang ada pada PT. PLN ( Persero ) APJ Sidoarjo yaitu 1 orang

manajer, 5 orang asisten manajer dan 5 orang supervisor. Jadi jumlah

keseluruhan sebanyak 11 sampel. Oleh karena jumlah sampel meliputi

semua yang terdapat di dalam populasi, maka penelitian ini disebut studi

(57)

3.4. Teknik Pengumpulan Data.

Penelitian ini menggunakan data primer berupa persepsi para manajer dari

berbagai departemen pada PT. PLN ( Persero ) APJ Sidoarjo, tentang

variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian yang diperoleh dengan

menggunakan :

a.) Kuesioner

Adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan

daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden.

b.) Wawancara.

Adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung

oleh pewawancara kepada responden dan jawaban-jawaban responden

dicatat atau direkam.

c.) Dokumentasi.

Adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada

subyek penelitian, namun melalui dokumen.

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.5.1. Uji Validitas

Uji Validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi

sebenarnya yang diukur. Analisis validitas item bertujuan untuk menguji apakah

tiap butir pertanyaan benar-benar telah valid. Untuk mengetahuinya yaitu dengan

(58)

Correlation. Koefisien masing-masing item kemudian dibandingkan dengan nilai

rkritis dengan kriteria pengujian sebagai berikut :

a. Jika nilai rhitung > 0,30 berarti pernyataan valid

b. Jika nilai rhitung < 0,30 berarti pernyataan tidak valid ( Azwar, 1997 : 69 ).

3.5.2 Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah jawaban yang

diberikan responden dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dengan perkataan

lain, hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau

lebih terhadap objek dan alat pengukur yang sama. ( Sumarsono, 2002 : 34 ).

Perhitungan keandalan butir dalam penelitian ini dengan melihat rhasil yaitu

nilai ALPHA ( terletak di akhir output ). Dasar pengambilan keputusan:

a. Jika nilai ALPHA > 0,60 berarti pernyataan reliable

b. Jika nilai ALPHA < 0,60 berarti pernyataan tidak reliable

3.5.3. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti

sebaran normal / tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran

norma dapat dilkukan dengan berbagai metode di antaranya adalah metode

Kolmogorov Smornovdan metode SaphiroWilk.

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data

(59)

- Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka

distribusi adalah tidak normal.

- Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka

distribusi adalah normal.

3.5.4. Uji Asumsi Klasik.

Persamaan regresi linier harus bersifat BLUE ( Best Linear Unbiased

Estimator ), artinya pengambilan keputusan uji F dan uji t tidak boleh bias.

Untuk bisa dikatakan sebagai alat ukur yang BLUE maka persamaan

regresi harus memenuhi ketiga asumsi klasik berikut ini :

1. Tidak boleh terjadi Autokorelasi

2. Tidak boleh terjadi Multikolinearitas

3. Tidak boleh terjadi Heterokedastisitas

Berikut ini uraian singkat mengenai ketiga asumsi tersebut dan bagaimana

cara mendeteksinya.

1. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara data observasi

yang diurutkan berdasarkan waktu urut ( time series ) atau data yang

diambil pada waktu tertentu atau ( data cross-sectional ). Dalam konteks

regresi, model regresi linier mengasumsikan bahwa autokorelasi seperti itu

tidak terdapat dalam disturbansi atau nilai pengganggu ( Gujarati, 1993 :

(60)

Jadi suatu model regresi dikatakan tidak terjadi autokorelasi jika nilai

residul dari observasi pada waktu ke –t (

e

t

)

tidak boleh ada hubungan

dengan nilai residual dengan observasi sebelumnya (

e

t-1 ).

Menurut ( Ghozali, 2001: 61 ), Pendeteksian autokorelasi dalam penelitian

adalah dengan menggunakan perhitungan nilai Durbin Watson (DW).

Tetapi dalam penelitian ini tidak dilakukan uji autokorelasi karena data

dalam penelitian ini adalah Data Cross Section bukan Time Series.

2. Multikolinearitas

Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel ( Ghozali, 2005 : 57 ).

Besar nilai VIF yang digunakan acuan adalah VIF dibawah 10, apabila

nilai VIF lebih tinggi dari 10 maka akan terjadi multikolinearitas.

3. Heteroskedastisitas

Maksud dari penyimpangan heteroskedastisitas adalah jika nilai residual

tidak konstan atau berbeda untuk setiap nilai tertentu variabel bebas.

Dalam regresi linier, nilai residual harus konstan untuk setiap nilai variabel

bebas, jika ketentuan ini dilanggar maka akan terjadi heteroskedastisitas

(Ghozali, 2001 : 69 ). Dengan kata lain dalam suatu model regresi linier,

nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel bebas.

Pendeteksian heteroskedastisitas dalam penelitian ini yaitu dengan cara

menghitung korelasi Rank Spearman antara residual dengan seluruh

(61)

terhadap residual lebih besar dari tarif signifikan 0,05 yang berarti dalam

hasil ini tidak terdapat gejala heteroskedastisitas ( Santoso, 2001 : 210 ).

3.5.5. Teknik Analisis

Teknik analisis regresi linier berganda yang disajikan dalam persamaan

sebagai berikut :

Y =

β

0

+

β

1

X

1

+

β

2

X

2

+

Є

i

... ( Anonim, 2003 : L-21)

Keterangan :

Y

= Variabel terikat, yaitu kinerja manajerial

β

0 = Konstanta

β

1 = Konstanta regresi X1

β

2 = Konstanta regresi X2

X

1 = Lingkungan Pengendalian Organisasi

X

2 = Konflik Peran X3 = Kepuasan Kerja

Є

i

= Variabel pengganggu, yaitu yang diasumsikan = 0, karena tidak

Gambar

Gambar  Kerangka Pikir :
Gambar 4.1 : Struktur Organisasi PT. PLN ( Persero ) Area Pelayanan Dan
Tabel 4.1 :  Hasil
Tabel 4.2 : Hasil Uji Validitas Variabel Konflik Peran (X2)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Demi tuntutan zaman yang banyak menggunakan teknologi canggih dan permasalahan yang semakin kompleks dan selalu timbulnya masalah dari aplikasi manual, sehingga diperlukan aplikasi

[r]

Î Fundamental solution for Routing table problem Î Temporary solution to Internet address

Islam Negeri (IAIN) Tulungagung. Kata Kunci: Pengaruh sumber belajar, hasil belajar. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui pengaruh pemanfaatan sumber belajar cetak

[r]

Interaksi yang berfungsi untuk menstabilkan struktur heliks dalam protein adalah ..... ✭❆✮

Sejalan dengan kaidah pembelajaran ilmiah dan aktif, maka Anda akan mengikuti proses sebagai berikut: (1) Menelusuri konsep dan urgensi Pendidikan Kewarganegaraan dalam