DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR DIAGRAM ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... ...8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Definisi Operasional. ... 10
F. Hipotesis ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika ... 12
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian ... 29
B. Populasi dan Sampel ... 29
C. Instrumen Penelitian ... 31
D. Bahan Ajar ... 33
E. Prosedur Penelitian ... 33
F. Analisis Data ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48
1. Gambaran Umum ... 48
2. Aktivitas Pembelajaran di Kelas ... 48
3. Bahan Ajar yang Digunakan ... 50
4. Data Hasil Penelitian ... 50
5. Analisis Data Kuantitatif a) Analisis Data Hasil Pretes ... 51
b) Analisis Data Hasil Postes ... 57
c) Analisis Data Kualitas Peningkatan Kemampuan Kecerdasan Logis Matematis Siswa ... 63
6. Analisis Data Kualitatif a) Analisis Data Angket Siswa ... 66
b) Analisis Data Lembar Observasi ... 70
c) Analisis Jurnal Harian Siswa ... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 74
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1 ... 35
TABEL 3.2 ... 36
TABEL 3.3 ... 37
TABEL 3.4 ... 38
TABEL 3.5 ... 38
TABEL 3.6 ... 40
TABEL 3.7 ... 40
TABEL 3.8 ... 41
TABEL 3.9 ... 45
TABEL 3.10 ... 46
TABEL 3.11 ... 46
TABEL 4.1 ... 50
TABEL 4.2 ... 52
TABEL 4.3 ... 53
TABEL 4.4 ... 55
TABEL 4.7 ... 60
TABEL 4.8 ... 61
TABEL 4.9 ... 63
TABEL 4.10 ... 65
TABEL 4.11 ... 65
TABEL 4.12 ... 67
TABEL 4.13 ... 68
DAFTAR DIAGRAM
DIAGRAM 4.1 ... 51
DIAGRAM 4.2 ... 52
DIAGRAM 4.3 ... 57
DIAGRAM 4.4 ... 58
DIAGRAM 4.5 ... 64
DIAGRAM 4.6 ... 64
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 4.1 ... 54
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN-A
A1. RPP Kelas Eksperimen... 78
A2. RPP Kelas Kontrol ... 99
A3. LKS Kelas Eksperimen ... 113
LAMPIRAN-B B1. Kisi-kisi Soal Pretes/ Postes ... 125
B2. Instrumen Pretes/ Postes... 131
B3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 133
B4. Lembar Observasi Proses Belajar Mengajar ... 135
B5. Kisi-kisi Angket ... 136
B6. Angket ... 137
LAMPIRAN-C C1. Analisis Hasil Uji Coba Tes ... 139
C2. Analisis Validitas ... 140
C3. Analisis Reliabilitas... 141
C4. Analisis Daya Pembeda ... 143
C5. Analisis Indeks Kesukaran ... 144
LAMPIRAN-D D1. Data Hasil Pretes, Postes dan Indeks Gain Kelas Eksperimen ... 145
D4. Hasil Uji Statistik Data Pretes Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen ... 149
D5. Hasil Uji Statistik Data Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 150
D6. Hasil Uji Statistik Data Indeks Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 151
LAMPIRAN-E E1. Hasil Pretes/ Postes Siswa ... 152
E2. Hasil Kinerja Siswa pada LKS ... 160
E3. Hasil Angket Siswa ... 179
E4. Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 183
E5. Hasil Observasi Proses Belajar Mengajar ... 187
E6. Hasil Jurnal Harian ... 191
LAMPIRAN-F F1. Surat Tugas Dosen Pembimbing ... 193
F2. Surat Izin Uji Instrumen ... 194
F3. Surat Izin Penelitian ... 195
F4. Surat Keterangan Penelitian ... 196
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah pendidikan senantiasa menjadi topik yang menarik untuk
dibicarakan dan ditemukan solusinya. Di antara berbagai masalah yang ada,
masalah kualitas pendidikan atau hasil belajar siswa merupakan topik yang sangat
menarik dan tidak akan habis dibicarakan dalam dunia pendidikan, karena hasil
belajar merupakan indikator untuk menilai kualitas sistem pendidikan yang
diterapkan pada umumnya.
Menurut Uno (2009: 2) potensi sumber daya manusia merupakan aset
nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa yang hanya dapat
digali dan dikembangkan secara efektif melalui strategi pendidikan dan
pembelajaran yang terarah dan dikelola secara seimbang dengan memperhatikan
pengembangan potensi peserta didik secara utuh dan optimal. Strategi
pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih bersifat massal, yang
memberikan perlakuan dan layanan pendidikan yang sama kepada semua peserta
didik. Pelayanan pendidikan yang seperti ini kurang menunjang usaha
mengoptimalisasikan pengembangan potensi peserta didik secara tepat. Hasil
penelitian Depdikbud tahun 1994 (Uno, 2009: 2) menunjukkan sekitar sepertiga
peserta didik dapat digolongkan sebagai peserta didik berbakat mengalami gejala
kurang menunjang dan kurang mendukung peserta didik untuk mewujudkan
kemampuannya secara optimal.
Menurut Fontana (Suherman, 2001: 8) belajar merupakan proses
perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman,
bersifat internal dan unik dalam diri siswa. Sedangkan pembelajaran merupakan
penataan lingkungan agar proses belajar tumbuh dan berkembang secara optimal,
bersifat eksternal dan sengaja direncanakan.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah baik jenjang sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah
menengah atas dan perguruan tinggi. Matematika memiliki peranan penting dan
bersifat universal, artinya matematika diperlukan oleh bidang ilmu pengetahuan
lainnya. Menurut Nurdiansyah (2009: 1) simbol, rumus, teorema, ketetapan, serta
konsep dalam matematika sangat diperlukan untuk perhitungan, pengukuran, dan
penilaian.
Dalam pembelajaran matematika, kecerdasan logis matematika lebih
dominan dibandingkan dengan 7 kecerdasan lainnya yang dipaparkan Gardner.
Menurut Uno (2009: 100) kecerdasan ini berkaitan dengan berhitung atau
menggunakan angka dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dengan kecerdasan
logis matematis akan berpikir secara logis, linier, teratur yang dalam teori belahan
otak disebut berpikir konvergen, atau dalam fungsi belahan otak, kecerdasan logis
matematis merupakan fungsi kerja otak belahan kiri. Inteligensi logis matematis
logis, pemecahan masalah, pertimbangan deduktif dan induktif, dan ketajaman
pola dan hubungan (Uno, 2009: 101).
Beberapa survei/ penelitian yang berkaitan dengan intelegensi
kecerdasan logis matematis siswa seperti yang dipaparkan di atas, antara lain
sebagai berikut:
1) Hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga penelitian OECD PISA
dukungan bank dunia (dalam Fitriyani, 2010: 3) pada tahun 2003 terhadap
7.355 siswa usia 15 tahun dari 390 SLTP/ SMK se-Indonesia diketahui bahwa
hanya 7.070 siswa menguasai matematika sebatas memecahkan permasalahan
sederhana dan belum mampu menyelesaikan masalah yang kompleks/ rumit.
2) Berdasarkan penelitian Priatna (dalam Gandriani, 2010: 4-5) mengenai
penalaran matematis siswa SLTP kelas 3, diperoleh bahwa kualitas
kemampuan penalaran matematis (analogi dan generalisasi) rendah karena
skornya hanya 49% dari skor ideal.
3) Dalam Mulyadi (2011: 2) salah satu faktor yang dapat diduga sebagai
penyebab utama kesulitan siswa dalam belajar matematika adalah objek
matematika yang bersifat abstrak. Siswa belum mampu berpikir abstrak atau
kemampuan pernyataan verbal ke dalam bentuk gambar belum ada.
4) Hasil tes Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS
2007) atau lembaga yang mengukur dan membandingkan kecerdasan
matematis siswa-siswa SLTP (eigthth-graders) antarnegara (dalam
Handayani, 2011: 3-4), menyatakan bahwa pada tahun 2007, rerata skor yang
internasional yaitu 500. Selain itu murid Indonesia yang mampu menggunakan
pemahaman matematikanya untuk menyelesaikan persoalan dengan beberapa
langkah rumit (high order thinking) hanya kurang dari 1%. Hasil ini masih
jauh dari rerata internasional yang sekitar 2% dan juga murid Korea Selatan,
Taiwan, serta Singapura yang di atas 40%. TIMSS juga menyatakan bahwa
siswa SLTP Indonesia sangat lemah dalam pemecahan masalah namun cukup
baik dalam kemampuan prosedural (Ardiyanti, 2006: 3).
5) Rendahnya kemampuan siswa dalam geometri bangun datar juga terungkap
berdasarkan hasil laporan ujian nasional matematika SMP/ MTs pada tahun
2007/ 2008 bahwa skor untuk indikator menghitung besar sudut segi empat,
menghitung luas dan keliling gabungan beberapa bangun datar, berturut-turut
skor rata-ratanya adalah 64.39, 56.19, dan 34.99 (dalam Mulyadi, 2011: 1).
Kekurangan kecerdasan logis matematis mengakibatkan sejumlah
besar problema individu dan budaya. Tanpa kepekaan terhadap bilangan,
seseorang kemungkinan besar tertipu oleh harapan-harapan tidak realistis akan
memenangkan sebuah undian atau membuat keuangan yang keliru. Seseorang
juga tidak mampu memahami permasalahan ekonomi, politik dan sosial yang
penting seperti anggaran pemerintah. Menurut Lwin (2008: 45) berpikir logis
penting untuk anak karena anak memperoleh disiplin mental yang keras dan
belajar menentukan apakah alur pikir itu sah atau tidak sah.
Hal ini sejalan pula dengan hasil studi yang dilakukan Direktorat PLP
2002 (dalam Yusniati, 2009: 4) menyebutkan bahwa meski adanya peningkatan
Matematika masih kurang. Pembelajaran matematika di SMP cenderung text book
oriented, kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa, serta masih abstrak
sehingga konsep-konsep akademik sulit dipahami.
Hasil penelitian Wahyudin (dalam Ardiyanti, 2006: 3) menunjukkan
bahwa proses mengajar di kelas masih didominasi oleh guru. Sebanyak 90% guru
matematika menyatakan bahwa metode yang paling sering digunakan adalah
kombinasi ceramah dan ekspositori. Dari kedua metode tersebut, diduga proses
pembelajaran tidak mendukung siswa untuk meningkatkan kecerdasan logis
matematisnya karena pembelajaran cenderung berjalan satu arah. Dengan
demikian siswa kurang aktif dan menjadi tidak terampil dalam memecahkan
persoalan-persoalan terutama yang mencakup persoalan tidak rutin yang menuntut
strategi pemecahan dengan pemikiran tingkat tinggi.
Peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih
terarah dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-mata dari pengalaman
dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses pembelajaran ada
peran guru, bahan belajar dan lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan.
Dalam proses pembelajaran, selalu akan ada tiga komponen penting
yang saling berhubungan satu sama lain (id.shvoong.com, 2011). Tiga komponen
itu adalah:
1. Kurikulum, materi yang akan diajarkan
2. Proses, bagaimana materi diajarkan
Ketiga aspek ini sama pentingnya karena merupakan satu kesatuan
yang membentuk lingkungan pembelajaran. Namun selama ini kita hanya terpaku
pada materi dan hasil/ produk pembelajaran. Kita sibuk dalam menetapkan tujuan
yang ingin dicapai dan menyusun materi apa saja yang dirasa perlu diajarkan.
Namun sering kali kita lupa bahwa proses dalam lingkungan pembelajaran bisa
menjembatani antara kurikulum dan hasil pembelajaran (Gunawan, 2007: 1).
Gunawan (2007: 6) menyatakan bahwa yang ditawarkan oleh metode
Genius Learning adalah suatu sistem yang terancang dengan satu jalinan yang
sangat efisien yang meliputi diri anak didik, guru, proses pembelajaran dan
lingkungan pembelajaran. Dalam Genius Learning, anak ditempatkan sebagai
pusat dari proses pendidikan, sebagai subjek pendidikan bukan objek pendidikan.
Dengan adanya guru dan anak didik di kelas tidak berarti proses pendidikan dapat
berlangsung secara otomatis. Bila ada proses pengajaran, tidak berarti pasti diikuti
dengan proses pembelajaran. Kedua proses ini memang diusahakan untuk bisa
dicapai secara bersamaan. Namun perlu dipahami bahwa keduanya merupakan
dua kegiatan yang berbeda. Untuk itulah Genius Learning dirancang, yakni untuk
menjembatani jurang yang memisahkan antara proses mengajar dan proses
belajar.
Metode Genius Learning ini memungkinkan siswa untuk
meningkatkan kecerdasan logis matematisnya karena disusun berdasarkan hasil
riset mutakhir mengenai berbagai disiplin ilmu, terutama cara kerja otak dan
Dasar Genius Learning adalah metode accelerated learning atau cara
belajar yang dipercepat. Nama Genius Learning diberikan Adi W. Gunawan untuk
membedakan metode accelerated learning. Metode Genius Learning telah
memasukkan dan mempertimbangkan kondisi masyarakat Indonesia secara
umum, kebudayaan bangsa yang beragam, kondisi sosial dan ekonomi, sistem
pendidikan nasional dan tujuan pendidikan yang utama, yaitu untuk menyiapkan
siswa bisa menjalani hidupnya dengan berhasil setelah meninggalkan sekolah
formal.
Pada tahun 1993, Bridley Moor High School di Redditch, Inggris,
mengujicobakan efektivitas metode accelerated learning dalam mempelajari
bahasa asing. Selama 10 minggu sekelompok murid mempelajari bahasa Jerman
dengan menggunakan metode accelerated learning dan hasil ujian mereka
dibandingkan dengan murid lain yang belajar dengan menggunakan metode
konvensional. Hasil yang diperoleh ialah dengan menggunakan metode
accelerated learning murid lulus dengan nilai 90% atau lebih, jumlahnya 10 kali
lipat dibandingkan pembelajaran konvensional (Gunawan, 2007: 12-13).
Menurut Gunawan (2007: 11) secara ringkas proses pembelajaran
Genius Learning adalah sebagai berikut :
1. Membangun dan mengembangkan lingkungan pembelajaran yang kondusif
2. Melakukan penghubungan antara apa yang akan dipelajari dan apa yang telah
diketahui oleh murid
3. Guru menunjukkan gambaran besar dari keseluruhan materi
5. Pemasukan informasi
6. Proses aktivasi yang membawa murid kepada satu tingkat pemahaman yang
lebih dalam terhadap materi yang diajarkan
7. Demonstrasi
8. Melakukan pengulangan sekaligus membuat kesimpulan dari apa yang telah
dipelajari
Dari latar belakang masalah yang sudah dipaparkan penulis tertarik
untuk meneliti skripsi dengan judul “Penggunaan Metode Genius Learning Untuk
Meningkatkan Kecerdasan Logis Matematis Siswa SMP”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
secara umum permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan kemampuan kecerdasan logis matematis siswa SMP
dengan pembelajaran menggunakan metode Genius Learning lebih baik
daripada peningkatan kemampuan kecerdasan logis matematis siswa SMP
dengan pembelajaran menggunakan metode ekspositori?
2. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan metode
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan kecerdasan logis
matematis siswa SMP dengan pembelajaran menggunakan metode Genius
Learning lebih baik daripada peningkatan kemampuan kecerdasan logis
matematis siswa SMP dengan pembelajaran menggunakan metode
ekspositori.
2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika
menggunakan metode Genius Learning.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi
nyata bagi berbagai kalangan berikut ini :
1. Bagi siswa, dengan menggunakan metode Genius Learning dapat
meningkatkan kecerdasan logis matematis siswa.
2. Bagi guru, memperoleh informasi mengenai pembelajaran matematika
menggunakan metode Genius Learning untuk meningkatkan kecerdasan logis
matematis siswa.
3. Bagi peneliti, memberikan gambaran yang jelas tentang metode Genius
4. Bagi sekolah dan mutu pendidikan, diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk menerapkan metode Genius Learning dan diharapkan
dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
E. Definisi Operasional
1. Metode Genius Learning
Genius Learning adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
suatu rangkaian pendekatan praktis dalam usaha meningkatkan hasil proses
pembelajaran.
Ssecara ringkas proses pembelajaran metode Genius Learning adalah
sebagai berikut :
1) Membangun dan mengembangkan lingkungan pembelajaran yang
kondusif
2) Melakukan penghubungan antara apa yang akan dipelajari dan apa
yang telah diketahui oleh murid
3) Guru menunjukkan gambaran besar dari keseluruhan materi
4) Menetapkan tujuan pembelajaran
5) Pemasukan informasi
6) Proses aktivasi yang membawa murid kepada satu tingkat pemahaman
yang lebih dalam terhadap materi yang diajarkan
7) Demonstrasi
8) Melakukan pengulangan sekaligus membuat kesimpulan dari apa yang
2. Metode Ekspositori
Metode ekspositori adalah metode pembelajaran konvensional yang di
dalamnya ceramah sebagai metode dominan, tetapi divariasikan dengan
penggunaan metode lain dan disertai dengan ilustrasi gambar-tulisan tentang
pokok-pokok materi untuk diekspos sehingga lebih menjelaskan sajian.
3. Kecerdasan Logis Matematis
Kecerdasan logis matematis adalah kecerdasan yang menuntut
seseorang untuk berpikir abstrak, kemampuan perhitungan, logika, analogi
(proses penyimpulan berdasarkan kesamaan data/ fakta), dan pemahaman
pola dan bilangan.
F. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan rumusan masalah sebelumnya,
hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah “Peningkatan kemampuan
kecerdasan logis matematis siswa SMP dengan pembelajaran menggunakan
metode Genius Learning lebih baik daripada peningkatan kemampuan kecerdasan
logis matematis siswa SMP dengan pembelajaran menggunakan metode
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan desain
kuasi-eksperimen karena subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti
menerima keadaan subjek seadanya. Kelompok yang akan terlibat dalam
penelitian ini yaitu kelompok eksperimen. Kelompok ini mendapatkan
pembelajaran dengan metode Genius Learning sedangkan kelompok yang lainnya
dengan pembelajaran biasa dengan metode ekspositori. Dengan demikian desain
kuasi eksperimen dari penelitian ini (Ruseffendi, 2001: 47) adalah sebagai
berikut:
O X O
O O
Keterangan:
X : Perlakuan dengan metode Genius Learning
O : Pemberian pretes (sebelum perlakuan)
Pemberian postes (setelah perlakuan)
B. Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 4 Cimahi
karena berada pada klaster menengah sehingga diharapkan hasil penelitian
merupakan dampak dari metode pembelajaran yang diterapkan. Dasar
pertimbangan populasi siswa kelas VIII adalah sebagai berikut:
1. Ditinjau dari segi usia, siswa kelas VIII telah termasuk pada operasi formal.
Menurut Ruseffendi (Mariana 2011: 40) “pada umur 11-12 tahun ke atas
manusia telah masuk pada tahap operasi formal dengan karakteristik dapat
menyusun desain percobaan, dapat memandang perbuatannya secara objektif
dan merefleksikan proses berpikirnya, serta dalam berdiskusi dapat
membedakan argumentasi dan fakta.”
2. Pokok bahasan kubus dan balok terdapat pada pelajaran SMP kelas VIII
semester genap.
Pengambilan sampel yang tepat dalam penelitian merupakan langkah
yang penting, karena hasil penelitian dan kesimpulan didasarkan pada sampel
yang diambil. Sampel yang kurang mewakili populasi, dapat berakibat kepada
kesimpulan yang keliru.
Adapun subjek penelitian ini adalah dua kelas yang dipilih secara
random dari kelas reguler. Alasan random sampling karena setiap kelas
merupakan kelas reguler. Satu kelas menjadi kelas eksperimen yaitu kelas VIII C
dan satu lagi menjadi kelas kontrol yaitu kelas VIII A. Untuk keperluan uji coba
C. Instrumen Penelitian
Sebagai upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap
mengenai hal-hal yang ingin dikaji melalui penelitian ini, maka dibuatlah
seperangkat instrumen. Adapun instrumen yang akan digunakan pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Instrumen Data Kuantitatif
Tes kemampuan Kecerdasan Logis Matematis
Tes kemampuan kecerdasan logis matematis dikembangkan
berdasarkan pada komponen kecerdasan logis matematis. Tes yang digunakan
adalah tes tertulis berbentuk uraian (subjektif). Hal ini bertujuan agar penulis
dapat melihat proses pengerjaan soal oleh siswa sehingga dapat diketahui apakah
siswa sudah memiliki komponen-komponen kecerdasan logis matematis atau
belum.
Tes ini terdiri dari pretes dan postes. Hal ini dilakukan untuk
mengamati perbedaan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pretes dilaksanakan
untuk mengukur kemampuan awal siswa, sedangkan postes dilakukan setelah
proses pembelajaran dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan kecerdasan
logis matematis siswa.
2. Instrumen Data Kualitatif
a. Angket Siswa
Menurut Suherman (2003: 56) angket siswa adalah suatu daftar
(responden) yang berfungsi sebagai alat pengumpul data yang berupa keadaan
atau data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap dan pendapat mengenai suatu hal.
Tujuan pembuatan angket respon siswa ini ialah untuk mengetahui
respon siswa terhadap pembelajaran matematika, khususnya yang menggunakan
metode Genius Learning dan untuk mengetahui sikap siswa terhadap bahan ajar
yang diberikan serta pendapat siswa tentang peran guru saat pembelajaran
berlangsung.
b. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk memperoleh informasi tentang
tindakan pembelajaran yang dilakukan guru, observasi dilakukan oleh peneliti dan
dua orang sebagai observer. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri atas dua jenis yaitu lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru
dalam mengelola pembelajaran dan lembar observasi untuk mengamati aktivitas
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi aktivitas siswa
berfungsi untuk menilai partisipasi siswa dalam proses pembelajaran berdasarkan
tahapan metode Genius Learning dan untuk menilai kemampuan siswa dalam
menerapkan konsep. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru tersebut
berbentuk format isian, observer hanya perlu membubuhkan tanda ceklist () jika
kriteria dalam daftar sesuai dengan hasil pengamatan.
c. Jurnal Harian
metode Genius Learning serta mengetahui pengetahuan yang telah mereka
peroleh setelah pembelajaran.
D. Bahan Ajar
Bahan ajar yang disusun dalam penelitian ini yaitu rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswa (LKS)
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam
silabus. RPP disusun untuk 4 pertemuan, RPP untuk kelas eksperimen
menggunakan pembelajaran dengan metode Genius Learning sedangkan RPP
untuk kelas kontrol menggunakan pembelajaran dengan metode ekspositori.
2) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Lembar kegiatan siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kegiatan berisi petunjuk,
langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. LKS diberikan pada kelas
eksperimen yang menggunakan metode Genius Learning.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan kegiatan sebagai berikut:
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan, yaitu sebagai
berikut:
a. Identifikasi permasalahan mengenai bahan ajar, merencanakan pembelajaran,
serta mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipakai.
b. Melakukan perizinan tempat untuk penelitian.
c. Menyusun instrumen penelitian.
d. Melakukan proses pembimbingan.
e. Melakukan uji coba instrumen yang akan digunakan untuk mengetahui
kualitasnya. Uji coba instrumen ini diberikan terhadap subjek lain di luar
subjek penelitian tetapi yang mempunyai kemampuan setara dengan subjek
penelitian yang akan dilakukan. Hasil uji coba soal untuk selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran C.1 halaman 139.
f. Analisis kualitas/ kriteria instrumen yang terdiri dari:
(i) Uji Validitas
Menurut Suherman (2003: 110) suatu alat evaluasi disebut valid
jika dapat mengevaluasi dengan tepat sesuai yang dievaluasi itu. Secara
umum dapat dikatakan bahwa suatu alat untuk mengevaluasi
karekteristik X valid apabila yang dievaluasi itu karakteristik X pula.
Alat evaluasi yang valid untuk suatu tujuan tertentu belum tentu valid
untuk tujuan yang lain. Menurut Suherman (2003: 120) untuk
menghitung kevaliditasan empirik suatu soal, dihitung dengan koefisien
rxy = koefisien korelasi antara nilai hasil ujian dengan nilai hasil ulangan
harian siswa
N = banyak siswa
X = nilai hasil ujian
Y = nilai ulangan harian siswa
Untuk menentukan tingkat validitas alat evaluasi dapat
digunakan kriteria di atas. Dalam hal ini nilai rxy diartikan sebagai
koefisien validitas, sehingga kriterianya dapat ditunjukkan dalam Tabel
3.1 di bawah ini.
Tabel 3.1
Kriteria Validitas Instrumen (Suherman, 2003: 113)
Koefisien Validitas
0 rxy validitasnya sangat tinggi (sangat baik) 90
Tabel 3.2
Hasil Validitas Tiap Butir Soal
No
Soal Nilai rxy Interpretasi
1 0,713 Tinggi
2 0,642 Sedang
3 0,679 Sedang
4 0,804 Tinggi
5 0,594 Sedang
Hasil perhitungan validitas selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran C.2 halaman 140.
(ii) Uji Reliabilitas
Suherman (2003: 131) suatu alat evaluasi (tes dan nontes)
disebut reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap yang digunakan
pada objek yang sama. Relatif tetap di sini dimaksudkan tidak tepat
sama, tetapi mengalami perubahan yang tidak signifikan dan bisa
diabaikan. Adapun bentuk soal tes yang digunakan pada penelitian ini
adalah soal tes tipe subjektif atau uraian, karena itu menurut Suherman
(2003: 154) untuk mencari koefisien reliabilitas (r11) menggunakan
Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas alat evaluasi
n = banyaknya butir soal
Si2 = jumlah varians skor setiap soal
Sx tot2 = varians skor total
Adapun kriteria dari koefisien reliabilitas diinterpretasikan
dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Kriteria Reliabilitas (Suherman, 2003: 139)
Koefisien Reliabilitas
r reliabilitas sangat rendah
40
0 rxy reliabilitas sangat tinggi.
Dengan bantuan Software AnatesV4, diperoleh hasil perhitungan
nilai koefisien reliabilitas soal bentuk uraian yaitu sebesar 0,82. Maka
berdasarkan skala penilaian di atas reliabilitas soal termasuk tinggi. Hasil
perhitungan reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3.
(iii)Uji Daya Pembeda
Daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh
kemampuan butir soal itu mampu membedakan antara testi yang
perangkat alat tes yang baik bisa membedakan antara siswa yang pandai,
rata-rata dan bodoh. Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus
(Suherman, 2003: 160) :
SA
JBA = banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok atas
JBB = banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah
JSA = jumlah siswa kelompok atas
Adapun kriteria dari daya pembeda diinterpretasikan dalam
Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Kriteria Daya Pembeda (Suherman, 2003: 161)
Koefisien Daya Pembeda
Dengan bantuan Software AnatesV4, diperoleh hasil perhitungan
Tabel 3.5
Hasil Daya Pembeda Tiap Butir Soal
No
Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0,63 baik
2 0,26 cukup
3 0,32 cukup
4 0,77 Sangat baik
5 0,28 cukup
Hasil perhitungan daya pembeda selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran C.4 halaman 143.
(iv) Uji Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran adalah bilangan real yang menyatakan derajat
kesukaran suatu butir soal dengan interval 0,00 sampai dengan 1,00
(Suherman, 2003: 169). Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00
berarti butir soal tersebut terlalu sukar/ sulit, sebaliknya soal dengan
indeks kesukaran 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah. Menurut
Suherman (2003: 170) untuk menentukan indeks kesukaran digunakan
rumus:
BB BA J
J
Keterangan:
IK = Indeks kesukaran
JBA = banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok atas
JBB = banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah
JSA = jumlah siswa kelompok atas
JSB = jumlah siswa kelompok bawah
Adapun kriteria dari indeks kesukaran diinterpretasikan dalam
Tabel 3.6.
Tabel 3.6
Kriteria Indeks Kesukaran (Suherman, 2003: 170)
Koefisien Daya Pembeda
IK Soal terlalu sukar
0,00<IK0,30 Soal sukar 0,30<IK0,70 Soal sedang 0,70<IK1,00 Soal mudah
IK1,00 Soal terlalu mudah
Dengan bantuan Software AnatesV4, diperoleh hasil perhitungan
indeks kesukaran untuk setiap butir soal instrumen tes yang disajikan
dalam Tabel 3.7.
Tabel 3.7
Hasil Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal
No
Soal IK Interpretasi
1 0,52 Sedang
5 0,65 Sedang
Hasil perhitungan indeks kesukaran selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran C.5 halaman 144.
Dengan melihat validitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran
dari setiap soal yang diuji cobakan, maka soal yang digunakan sebagai
instrumen tes disajikan dalam Tabel 3.8.
Tabel 3.8
Data Hasil Uji Coba Instrumen
Nomor
Soal Validitas Indeks Kesukaran Daya Pembeda Keterangan
1 Tinggi Sedang Baik Digunakan
2 Sedang Sedang Cukup Digunakan
3 Sedang Sedang Cukup Digunakan
4 Tinggi Sedang Sangat baik Digunakan
5 Sedang Sedang Cukup Digunakan
Nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,82 dimana reliabilitas soal
termasuk tinggi.
2. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tahap dua ini ialah sebagai
berikut:
a. Memberikan pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran. Di kelas eskperimen, pembelajaran
dilakukan dengan metode Genius Learning, sedangkan di kelas kontrol
d. Memberikan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Tahap Refleksi dan Evaluasi
Pada tahap ketiga ini dilakukan pengkajian dan analisis terhadap
pertemuan-pertemuan penelitian serta melihat pengaruh terhadap peningkatan
kemampuan kecerdasan logis-matematis siswa yang diukur. Kemudian dibuat
kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dan menyusun laporan penelitian.
F. Analisis Data
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa
cara yakni dengan memberikan ujian (pretes dan postes), pengisian angket,
observasi dan jurnal harian. Data yang diperoleh kemudian dikategorikan ke
dalam jenis data kuantitatif dan data kualitatif.
1. Data Kuantitatif
Data ini diperoleh dari pretes dan postes. Teknik analisis data yang
digunakan ialah uji statistika yaitu uji rata-rata, setelah itu dilakukan pengolahan
data. Pengolahan ini dilakukan dengan skor pretes, skor postes dan indeks gain.
a. Analisis Deskriptif
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran mengenai data
yang diperoleh. Adapun data deskriptif yang dihitung adalah nilai maksimum,
nilai minimum, mean, variansi, dan standar deviasi.
b. Menguji Normalitas
diperlukan untuk menentukan pengujian dua rata-rata yang akan diselidiki.
Pada penelitian ini, uji normalitas akan menggunakan uji Shaphiro-Wilk. Uji
normalisasi ini dilakukan terhadap skor pretes dan postes dari dua kelompok
siswa.
Adapun hipotesisnya ialah sebagai berikut:
H0 : populasi berdistribusi normal
H1 : populasi tidak berdistribusi normal
Dengan mengambil taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya sebagai
berikut:
1) Nilai signifikansi (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
2) Nilai signifikansi (sig) 0,05 maka H0 diterima
Bila kedua data berdistribusi normal maka akan dilanjutkan dengan uji
homogenitas untuk mengetahui jenis statistika yang sesuai dengan uji
perbedaan dua rata-rata. Bila data tidak berdistribusi normal maka tidak perlu
dilakukan uji homogenitas tapi langsung dilakukan uji perbedaan dua rata-rata
dengan menggunakan uji statistika non parametrik.
c. Menguji Homogenitas Varians
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kedua kelas sampel
mempunyai varians yang homogen atau tidak. Pengujian homogenitas varians
dilakukan dengan uji statistika Levene’s test dengan taraf signifikansi 5%.
Adapun hipotesisnya ialah sebagai berikut:
Dengan mengambil taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya sebagai
berikut:
1) Nilai signifikansi (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
2) Nilai signifikansi (sig) 0,05 maka H0 diterima
Jika data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen maka
pengujiannya menggunakan uji-t (independent sample test). Jika data
berdistribusi normal dan tidak memiliki varians yang homogen maka
pengujiannya menggunakan uji-t’ (independent sample test).
d. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas
(eksperimen dan kontrol) memiliki rata-rata yang sama atau tidak. Uji
kesamaan dua rata-rata data pretes bertujuan untuk mengetahui apakah kedua
kelas memiliki rata-rata awal yang sama atau tidak.
Adapun hipotesisnya ialah sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor pretes antara dua kelas
H1 : Terdapat perbedaan rata-rata skor pretes antara dua kelas
Dengan mengambil taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya sebagai
berikut:
1) Nilai signifikansi (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
2) Nilai signifikansi (sig) 0,05 maka H0 diterima
Sedangkan untuk menguji kesamaan dua rata-rata data hasil postes
H0 : Peningkatan kemampuan kecerdasan logis matematis siswa kelas
eksperimen tidak lebih baik dari kelas kontrol
H1 : Peningkatan kemampuan kecerdasan logis matematis siswa kelas
eksperimen lebih baik dari kelas kontrol
Dengan mengambil taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya sebagai
berikut:
1) Nilai signifikansi (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
2) Nilai signifikansi (sig) 0,05 maka H0 diterima
Sedangkan untuk mengetahui kualitas kemampuan kecerdasan logis
matematis siwa pada kedua kelas yaitu dengan melihat indeks gain. Indeks
gain ini dihitung dengan menggunakan rumus indeks gain dari Meltzer
(Kurniadi, 2010: 35), yaitu:
� � �� = � − �
��� − �
Tabel 3.9
Kriteria tingkat gain, Hake (Yulianti, 2011: 52)
G Keterangan
0,7 tinggi
0,3 < 0,7 sedang
< 0,3 rendah
2. Data Kualitatif
Angket diberikan kepada siswa kelas eksperimen untuk mengetahui
respon siswa terhadap metode Genius Learning. Angket terdiri dari dua
pernyataan yaitu pernyataan positif dan negatif. Setelah data terkumpul,
kemudian dilakukan pengolahan data. Adapun kategori jawaban angket
(Suherman, 2003: 190) disajikan dalam Tabel 3.10.
Tabel 3.10
Kategori Jawaban Angket
Jenis Pernyataan
Skor
SS S TS STS
Positif 5 4 2 1
Negatif 1 2 4 5
Setelah data terkumpul, data disajikan dalam bentuk tabel. Kemudian
data dipresentasekan dengan menggunakan rumus perhitungan presentase
sebagai berikut.
= × 100%
Keterangan:
p : persentase jawaban
f : frekuensi jawaban
n : banyak responden
Tabel 3.11
Interpretasi Persentase Angket, Kuntjaraningrat (Yulianti, 2011: 58)
Besar Persentase Tafsiran
0% tidak ada
0% <� 25% sebagian kecil
25% <� 50% hampir setengahnya
50% setengahnya
50% < � 75% sebagian besar
75% <� 100% pada umumnya
100% seluruhnya
b. Lembar Observasi
Data yang terkumpul ditulis dalam tabel berdasarkan permasalahan
yang kemudian dianalisis secara deskriptif dan akan disajikan dalam bentuk
tabel untuk mempermudah pembacaan data.
c. Jurnal Harian
Jurnal harian siswa dianalisis untuk mengetahui respon siswa tentang
pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Genius Learning di
akhir pembelajaran. Selanjutnya mengelompokkan pendapat siswa ke dalam
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pembelajaran
dengan metode Genius Learning terhadap peningkatan kemampuan
kecerdasan logis matematis siswa SMP dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut.
1) Peningkatan kemampuan kecerdasan logis matematis siswa SMP dengan
pembelajaran menggunakan metode Genius Learning lebih baik daripada
peningkatan kemampuan kecerdasan logis matematis siswa SMP dengan
pembelajaran menggunakan metode ekspositori.
2) Pada umumnya siswa menunjukkan respon positif terhadap pembelajaran
matematika menggunakan metode Genius Learning.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, terdapat
beberapa saran yang dapat dikemukakan yaitu sebagai berikut.
1) Metode Genius Learning dapat dijadikan salah satu alternatif dalam
2) Metode Genius Learning dapat diujicobakan pada materi lainnya yang
DAFTAR PUSTAKA
Ardiyanti, Y.N. (2006). Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Teknik SQ4R dalam Kelompok Kecil Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Fitriyani, N. (2010). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Gunawan, A.W. (2007). Genius Learning Strategy. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Handayani, Y. (2011). Penerapan Model Pembelajaran PCL (Problem Centered Learning) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dan Self Regulated Learning Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Krutetskii, V.A. (1996). The Psychology of Mathematical Abilities in Schoolchildren (Translated from the Russian).
Kurniadi, E. (2010). Pengaruh Pendekatan Open-ended dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMA. Skripsi pada Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Lwin, et al. (2008). How To Multiply Your Childs Intellegence: Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan. Cetakan Kedua. Penerbit Indeks.
Mariana, S. (2011). Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Pemberian Tugas Mind Map Setelah Pembelajaran terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Natalia, M.M dan Kania Islami Dewi. (2008). Seni Mengajarkan Matematika Berbasis Kecerdasan Majemuk. Cetakan Pertama. Bandung: Tinta Emas Publishing.
Nurdiansyah, B. (2009). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Rikayanti. (2005). Pengaruh Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran Matematika terhadap Kecerdasan Logis-Matematis Siswa. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Ruseffendi, ET dan Achmad Sanusi. (1994). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang : IKIP Semarang Press.
Suherman, et al. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA. FPMIPA UPI.
Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. JICA. FPMIPA UPI.
Trend In International Mathematics And Science Study (TIMSS). [Online]. Tersedia: http://nces.ed.gov/timss/results07_1.asp. [ 1 Februari 2012].
Uno, H dan Masri Kuadrat. (2009). Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Yulianti, Isty. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Knisley-Mulyana dalam Upaya Menigkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa. Skripsi pada Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.