• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MODEL LAPS (LOGAN AVENUE PROBLEM SOLVING) - HEURISTIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI MODEL LAPS (LOGAN AVENUE PROBLEM SOLVING) - HEURISTIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI MODEL LAPS (LOGAN AVENUE PROBLEM SOLVING) - HEURISTIK

DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

Widia Nurhidayati 0908090

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Implementasi Model LAPS

(Logan Avenue Problem Solving) - Heuristik

dalam Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Oleh Widia Nurhidayati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Widia Nurhidayati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

Widia Nurhidayati. (0908090). Implementasi Model LAPS (Logan Avenue Problem Solving) - Heuristik dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa.

Hakikat penelitian ini membahas tentang peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis melalui penerapan model LAPS-Heuristik yang dilakukan melalui metode kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol tidak ekuivalen terhadap siswa kelas VII di salah satu SMP Negeri di Bandung. Tujuan penelitian adalah mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya melalui LAPS-Heuristik dibandingkan siswa yang pembelajarannya melalui Pembelajaran Langsung serta mengetahui peningkatan aspek berpikir kreatif matematis (fluensi, fleksibilitas, dan orisinalitas) pada model LAPS-Heuristik dan respon siswa terhadap model tersebut. Dari hasil uji statistik pretes, postes, dan indeks gain serta mempertimbangkan data non-tes (angket dan observasi) disimpulkan adanya peningkatan berpikir kreatif siswa yang memperoleh pembelajaran LAPS-Heuristik. Perbedaan peningkatan signifikan pada kelompok atas dan bawah. Peningkatan aspek kemampuan berpikir kreatif matematis relatif sama dan perbedaan rata-rata terdapat pada aspek fleksibilitas dan orisinalitas. Respon sebagian besar siswa terhadap model LAPS-Heuristik adalah positif. Rekomendasinya adalah perlu diteliti terkait kemampuan berpikir kreatif siswa yang tidak meningkat dan peningkatan aspek lainnya pada setiap kelompok.

(5)

ABSTRACT

Widia Nurhidayati. (0908090). LAPS (Logan Avenue Problem Solving) - Heuristic Model Implementation to Enhance Students Mathematical Creative Thinking Ability.

Abstract: This paper discusses the enhancement of students mathematical creative thinking ability through LAPS-Heuristic model implementation that was conducted in one of State Junior High Schools in Bandung at 7th grade using quasi-experimental method with non-equivalent control group design. The purposes of this study are comparing the enhancement between studentsmathematical creative thinking ability who obtained LAPS-Heuristic and who obtained direct learning (conventional), knowing the enhancement of studentsmathematical creative thinking aspects (fluency, flexibility, and originality) who obtained LAPS-Heuristic model, and knowing students attitude toward LAPS-Heuristic model. The result of t-test and observation as well as questionnaire sheets showed that there is the enhancement of students mathematical creative thinking ability who obtained LAPS-Heuristic model – especially for the upper-level students. Means of the enhancement of mathematical creative thinking aspects are relative similar to each other. Generally, the students attitude toward LAPS-Heuristic model are positive. The recommendation are need have more research about who wasn’t enhance of students mathematical creative thinking ability and the other enhancement of students mathematical creative thinking aspects.

(6)

DAFTAR ISI

F. Definisi Operasional ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Berpikir Kreatif... 8

B. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 9

C. Model LAPS-Heuristik ... 11

BAB III METODE PENELITIAN A. Disain Penelitian ... 15

B. Populasi dan Sampel ... 16

C. Variabel Penelitian ... 16

D. Instrumen Penelitian ... 16

E. Prosedur Penelitian ... 30

F. Analisis Data ... 31

G. Jadwal Penelitian ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37

1. Statistik Deskriptif Data Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 37

a. Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 37

b. Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 40

c. Data Pretes Kelompok Atas, Menengah, dan Bawah pada Kelas Eksperimen ... 44

(7)

e. Data Pretes Aspek Fluensi, Fleksibilitas, dan Orisinalitas ... 53

f. Data Postes Aspek Fluensi, Fleksibilitas, dan Orisinalitas ... 57

g. Indeks Gain pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 62

h. Indeks Gain tiap Kelompok pada Kelas Eksperimen ... 66

i. Indeks Gain pada tiap Aspek Fluensi, Fleksibilitas, dan Orisinalitas ... 71

2. Statistik Inferensia Data Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 76

a. Uji Normalitas ... 76

b. Uji Homogenitas Varians ... 89

c. Uji Perbedaan Rata-rata ... 95

3. Data Perolehan dari Instrumen Non-Tes ... 112

a. Data Hasil Angket ... 112

b. Data Hasil Observasi ... 115

B. Pembahasan ... 118

1. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dengan Menerapkan Model LAPS-Heuristik ... 118

2. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dalam Aspek Fluensi, Fleksibilitas, dan Orisinalitas ... 120

3. Respon Siswa terhadap Pembelajaran LAPS-Heuristik ... 122

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 124

B. Temuan Lain ... 124

C. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 126

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 20

Tabel 3.2 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen ... 24

Tabel 3.3 Hasil Uji Indeks Kesukaran Instrumen ... 26

Tabel 3.4 Interpretasi Data Kategori Persentase ... 35

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian ... 36

Tabel 4.1 Skor Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 37

Tabel 4.2 Kemampuan Awal Berpikir Kreatif Matematis pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 38

Tabel 4.3 Skor Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 41

Tabel 4.4 Kemampuan Akhir Berpikir Kreatif Matematis pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 41

Tabel 4.5 Skor Pretes Kelompok Atas Kelas Eksperimen ... 45

Tabel 4.6 Kemampuan Awal Berpikir Kreatif Matematis Kelompok Atas, Menengah, dan Bawah pada Kelas Eksperimen ... 45

Tabel 4.7 Skor Pretes Kelompok Atas Kelas Eksperimen ... 49

Tabel 4.8 Kemampuan Akhir Berpikir Kreatif Matematis Kelompok Atas, Menengah, dan Bawah Kelas pada Eksperimen ... 50

Tabel 4.9 Skor Pretes Aspek Fluensi, Fleksibilitas, dan Orisinalitas ... 54

Tabel 4.10 Kemampuan Awal Berpikir Kreatif Matematis Kelompok Atas, Menengah, dan Bawah pada Kelas Eksperimen ... 54

Tabel 4.11 Skor Postes Aspek Fluensi, Fleksibilitas, dan Orisinalitas ... 58

Tabel 4.12 Kemampuan Akhir Berpikir Kreatif Matematis Kelompok Atas, Menengah, dan Bawah Kelas pada Eksperimen ... 59

Tabel 4.13 Indeks Gain pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 63

Tabel 4.14 Interpretasi Indeks Gain pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 65

(9)

Tabel 4.16 Interpretasi Indeks Gain pada Kelompok Atas, Kelompok Menengah, dan Kelompok Bawah ... 70

Tabel 4.17 Indeks Gain Aspek Fluensi, Fleksibilitas, dan Orisinalitas pada Kelas Eksperimen ... 72

Tabel 4.18 Interpretasi Indeks Gain pada Aspek Fluensi, Fleksibilitas, dan Orisinalitas ... 75

Tabel 4.19 Uji Normalitas Skor Pretes Kelas Eksperimen ... 77

Tabel 4.20 Uji Normalitas Skor Pretes Kelas Kontrol ... 77

Tabel 4.21 Uji Normalitas Skor Pretes Aspek Fluensi pada Kelas Eksperimen ... 78

Tabel 4.22 Uji Normalitas Skor Pretes Aspek Fleksibilitas pada Kelas Eksperimen ... 79

Tabel 4.23 Uji Normalitas Skor Pretes Aspek Orisinalitas pada Kelas Eksperimen ... 79

Tabel 4.24 Uji Normalitas Skor Postes Kelas Eksperimen ... 80

Tabel 4.25 Uji Normalitas Skor Postes Kelas Kontrol ... 81

Tabel 4.26 Uji Normalitas Skor Postes Aspek Fluensi pada Kelas Eksperimen ... 81

Tabel 4.27 Uji Normalitas Skor Postes Aspek Fleksibilitas pada Kelas Eksperimen ... 82

Tabel 4.28 Uji Normalitas Skor Postes Aspek Orisinalitas pada Kelas Eksperimen ... 83

Tabel 4.29 Uji Normalitas Indeks Gain Kelas Eksperimen ... 83

Tabel 4.30 Uji Normalitas Indeks Gain Kelas Kontrol ... 84

Tabel 4.31 Uji Normalitas Indeks Gain Kelompok Atas pada Kelas Eksperimen ... 85

Tabel 4.32 Uji Normalitas Indeks Gain Kelompok Menengah pada Kelas Eksperimen ... 86

Tabel 4.33 Uji Normalitas Indeks Gain Kelompok Bawah pada Kelas Eksperimen ... 87

(10)

Tabel 4.35 Uji Normalitas Indeks Gain Aspek Fleksibilitas pada Kelas Eksperimen ... 88

Tabel 4.36 Uji Normalitas Indeks Gain Aspek Orisinalitas pada Kelas Eksperimen ... 89

Tabel 4.37 Uji Homogenitas Varians Skor Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 90

Tabel 4.38 Uji Homogenitas Varians Skor Pretes dan Postes Kelas Eksperimen ... 91

Tabel 4.39 Uji Homogenitas Varians Skor Pretes dan Postes Kelas Kontrol ... 92

Tabel 4.40 Uji Homogenitas Varians Skor Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 93

Tabel 4.41 Uji Homogenitas Varians Indeks Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 94

Tabel 4.42 Uji Homogenitas Varians Indeks Gain Kelompok Atas dan Kelompok Menengah pada Kelas Eksperimen ... 95

Tabel 4.43 Uji Perbedaan Rata-rata antara Skor Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 96

Tabel 4.44 Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pretes dan Skor Postes Kelas Eksperimen ... 97

Tabel 4.45 Uji Perbedaan Rata-rata antara Skor Pretes dan Skor Postes Kelas Kontrol ... 99

Tabel 4.46 Uji Perbedaan Rata-rata antara Skor Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 100

Tabel 4.47 Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pretes dan Postes pada Kelas Eksperimen berdasarkan Aspek Fluensi ... 101

Tabel 4.48 Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pretes dan Postes pada Kelas Eksperimen berdasarkan Aspek Fleksibilitas ... 102

Tabel 4.49 Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pretes dan Postes pada Kelas Eksperimen berdasarkan Aspek Orisinalitas ... 104

Tabel 4.50 Uji Perbedaan Rata-rata Indeks Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 105

(11)

Tabel 4.52 Uji Perbedaan Rata-rata Indeks Gain Kelompok Atas dan

Kelompok Menengah Kelas Eksperimen ... 108

Tabel 4.53 Uji Perbedaan Rata-rata Indeks Gain Kelompok Atas dan Kelompok Bawah Kelas Eksperimen ... 109

Tabel 4.54 Uji Perbedaan Rata-rata Indeks Gain Kelompok Menengah dan Kelompok Menengah Kelas Eksperimen ... 110

Tabel 4.55 Uji Perbedaan Rata-rata Indeks Gain pada Kelas Eksperimen berdasarkan Aspek Fluensi, Fleksibilitas, dan Orisinalitas ... 111

Tabel 4.56 Sikap Siswa terhadap Minat dan Motivasi Belajar ... 112

Tabel 4.57 Sikap Siswa Ketika Pembelajaran dengan Penyajian Masalah ... 113

Tabel 4.58 Sikap Siswa terhadap Masalah yang Diberikan ... 114

Tabel 4.59 Hasil Angket ... 114

Tabel 4.60 Hasil Observasi Kegiatan Pendahuluan ... 115

Tabel 4.61 Hasil Observasi Kegiatan Inti ... 116

Tabel 4.62 Hasil Observasi Kegiatan Penutup ... 117

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Respon Siswa pada Aspek Berpikir Kreatif Matematis ... 3

Gambar 3.1 Hasil Uji Validitas Instrumen dengan software Anates Versi 4.0.7 ... 21

Gambar 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen dengan software Anates Versi 4.0.7 ... 22

Gambar 3.3 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen dengan software Anates Versi 4.0.7 ... 24

Gambar 3.4 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen dengan software Anates Versi 4.0.7 ... 26

Gambar 3.5 Diagram Alur Analisis Penelitian ... 34

Gambar 4.1 Diagram Skor Pretes Kelas Eksperimen... 40

Gambar 4.2 Diagram Skor Pretes Kelas Kontrol ... 40

Gambar 4.3 Diagram Skor Postes Kelas Eksperimen ... 43

Gambar 4.4 Diagram Skor Postes Kelas Kontrol ... 43

Gambar 4.5 Diagram Skor Pretes Kelompok Atas... 47

Gambar 4.6 Diagram Skor Pretes Kelompok Menengah ... 48

Gambar 4.7 Diagram Skor Pretes Kelompok Bawah ... 48

Gambar 4.8 Diagram Skor Postes Kelompok Atas ... 52

Gambar 4.9 Diagram Skor Postes Kelompok Menengah... 52

Gambar 4.10 Diagram Skor Postes Kelompok Bawah ... 53

Gambar 4.11 Diagram Skor Pretes Aspek Fluensi ... 56

Gambar 4.12 Diagram Skor Pretes Aspek Fleksibilitas ... 57

Gambar 4.13 Diagram Skor Pretes Aspek Orisinalitas ... 57

Gambar 4.14 Diagram Skor Postes Aspek Fluensi ... 61

Gambar 4.15 Diagram Skor Postes Aspek Fleksibilitas... 61

Gambar 4.16 Diagram Skor Postes Aspek Orisinalitas ... 62

(13)

Gambar 4.18 Diagram Indeks Gain Kelas Kontrol ... 65

Gambar 4.19 Diagram Indeks Gain Kelompok Atas pada Kelas Eksperimen .... 69

Gambar 4.20 Diagram Indeks Gain Kelompok Menengah pada Kelas Eksperimen ... 69

Gambar 4.21 Diagram Indeks Gain Kelompok Bawah pada Kelas Eksperimen ... 70

Gambar 4.22 Diagram Indeks Gain Aspek Fluensi pada Kelas Eksperimen ... 74

Gambar 4.23 Diagram Indeks Gain Aspek Fleksibilitas pada Kelas Eksperimen ... 74

Gambar 4.24 Diagram Indeks Gain Aspek Orisinalitas pada Kelas Eksperimen ... 75

Gambar 4.25 Rata-rata Pretes dan Postes pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 119

Gambar 4.26 Rata-rata Pretes dan Postes pada Kelompok Atas, Menengah, dan Bawah ... 120

Gambar 4.27 Rata-rata Pretes dan Postes pada Aspek Fluensi, Fleksibilitas, dan Orisinalitas ... 121

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A

Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 130

Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 147

Lampiran A.3 Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 162

Lampiran B Lampiran B.1 Kisi-kisi Soal Instrumen ... 177

Lampiran B.2 Format Penulisan Soal Instrumen ... 178

Lampiran B.3 Panduan Penilaian Soal Instrumen... 181

Lampiran B.4 Soal Instrumen dan Lembar Jawaban ... 183

Lampiran B.5 Kisi-kisi dan Panduan Penilaian Angket... 187

Lampiran B.6 Angket ... 189

Lampiran B.7 Kisi-kisi Lembar Observasi ... 190

Lampiran B.8 Lembar Observasi ... 194

Lampiran C Lampiran C.1 Hasil Pretes, Postes, dan Indeks Gain Kelas Eksperimen ... 206

Lampiran C.2 Hasil Pretes, Postes, dan Indeks Gain Kelas Kontrol ... 207

Lampiran C.3 Skor Pretes, Postes, dan Indeks Gain berdasarkan Aspek Fluensi, Fleksibilitas, dan Orisinalitas... 208

Lampiran C.4 Kriteria Indeks Gain pada Kelompok Atas, Kelompok Menengah, dan Kelompok Bawah ... 209

Lampiran C.5 Hasil Angket ... 210

(15)

Lampiran D

Lampiran D.1 Statistik Deskriptif (Output PASW Statistic Versi 18) ... 212

Lampiran D.2 Uji Normalitas (Output PASW Statistic Versi 18) ... 213

Lampiran D.3 Uji Homogenitas (Output PASW Statistic Versi 18) ... 214

Lampiran D.4 Uji-t (Output PASW Statistic Versi 18) ... 215

Lampiran D.5 Uji Mann Whitney U (Output PASW Statistic Versi 18) ... 216

Lampiran D.6 Uji Kruskal Wallis H (Output PASW Statistic Versi 18) ... 217

Lampiran E Lampiran E.1 Hasil Uji Instrumen ... 218

Lampiran E.2 Hasil Pengolahan Uji Instrumen (Output Anates Versi 4.0.7) ... 219

Lampiran F Lampiran F.1 Hasil Kerja Uji Instrumen ... 222

Lampiran F.2 Hasil Kerja Pretes Kelas Eksperimen ... 228

Lampiran F.3 Hasil Kerja Postes Kelas Eksperimen ... 234

Lampiran F.4 Hasil Kerja Pretes Kelas Kontrol ... 240

Lampiran F.5 Hasil Kerja Postes Kelas Kontrol ... 246

Lampiran F.6 Hasil Kerja Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 253

Lampiran F.7 Hasil Angket ... 370

Lampiran F.8 Hasil Observasi... 271

Lampiran G Lampiran G.1 Surat Tugas Pembimbing ... 273

Lampiran G.2 Surat Ijin Uji Instrumen ... 274

Lampiran G.3 Surat Keterangan Telah Melakukan Uji Instrumen ... 275

Lampiran G.4 Surat Ijin Penelitian ... 276

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan, peserta didik perlu

dibekali dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Sejalan dengan hal ini, Mahmudi (2010) berpendapat bahwa: “... kemampuan berpikir kreatif juga menjadi penentu keunggulan suatu bangsa”. Ini berarti salah satu upaya untuk memajukan suatu bangsa adalah melalui peningkatan kemampuan berpikir kreatif sumber dayanya.

Dari tiga belas kemampuan atau kompetensi matematika yang diungkap Suherman (2008), kemampuan berpikir kreatif (creative thinking) merupakan salah satu kemampuan kognitif yang ingin dicapai siswa dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika bukan hanya belajar tentang matematika namun melatih berpikir matematika. Hal ini selaras dengan pengertian matematika yang dikemukakan oleh Johnson dan Rising (Suherman, 2008) bahwa “Matematika adalah pola berpikir”. Berbagai konsep dalam matematika, seperti sifat-sifat, keliling, dan luas daerah segitiga dan segiempat, diberikan kepada siswa semestinya tidak hanya menjadikan siswa menguasai materi pembelajaran matematika, tetapi juga dapat menjadikan siswa mampu menyelesaikan permasalahan dengan menerapkan materi pembelajaran yang telah dikuasai.

Tolok ukur keberhasilan atas pemberian konsep matematika tidak dapat dilihat dari seberapa banyak rumus yang dapat dihafal oleh siswa, akan tetapi

(17)

2

Suherman (2008) yang berpendapat bahwa: ”Kompetensi siswa yang harus dimiliki selama proses dan sesudah pembelajaran adalah kemampuan kognitif ... kreativitas...” .

Berdasarkan model struktur intelek Guilford (Munandar, 2009), “Kreatif dalam matematika adalah salah satu contoh produk kreativitas dalam bidang simbolis. Siswa harus mampu melakukan komunikasi dalam matematika

dengan simbol-simbol yang ada di dalamnya secara kreatif”. Dalam berpikir kreatif matematis, siswa dapat menggali secara mandiri semua informasi yang pernah ia terima dalam menyelesaikan masalah matematika tanpa harus selalu diberi solusi oleh guru. Di sisi lain, imitation thinking (berpikir meniru) masih sering dijumpai dalam penyelesaian soal matematika. Tidak jarang ditemukan siswa yang masih terpaku pada contoh. Ketika menghadapi suatu masalah matematika, langkah awal yang dilakukan adalah membuka referensi untuk menemukan contoh masalah yang serupa. Jika ia tidak menemukan contoh tersebut, ia langsung menyatakan bahwa soal itu susah dan tidak mampu ia selesaikan.

Kemampuan kreativitas matematika adalah kemampuan siswa untuk menciptakan sesuatu yang baru atau inovatif baik berupa ide, gagasan, cara, metode, proses, maupun produk (Suherman, 2008). Ide yang muncul dari siswa itulah yang dapat melatih kemandirian siswa dalam menyelesaikan soal matematika. Ketika menjumpai suatu masalah matematika yang tidak rutin atau tidak disajikan contoh yang serupa, siswa yang berpikir kreatif akan menggali informasi yang telah ia peroleh, mengaitkan/melakukan koneksi dengan materi terdahulu, kemudian ia berpikir secara kreatif dalam

menyelesaikan masalah tersebut. Dengan berpikir kreatif, siswa tidak akan menyerah begitu saja ketika menghadapi soal yang berbeda dengan yang

dicontohkan. Ia tidak akan bergantung sepenuhnya kepada contoh yang telah diberikan. Berpikir kreatif matematis membentuk kemandiriannya dalam menemukan solusi dari masalah yang diberikan.

(18)

3

akan tetapi tingkat kreativitas seseorang tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya. Hal ini akan sama halnya dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, ada yang tinggi dan ada pula yang rendah. Kemampuan berpikir kreatif tinggilah yang diharapkan ada dalam diri siswa dalam pembelajaran matematika.

Jellen dan Urban (Nurdin, 2010) telah melakukan penelitian mengenai

tingkat kreativitas anak-anak Indonesia. Dari hasil penelitiannya dapat diketahui bahwa tingkat kreativitas anak-anak Indonesia menempati urutan terendah dibandingkan dengan tingkat kreativitas negara lain, setelah Filipina, Amerika, Inggris, Jerman, India, Cina, Kamerun, dan Zulu. Hal ini sejalan dengan identifikasi dan analisis yang dilakukan oleh Hasanah (2008) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa di beberapa SMA daerah Bandung dan Cimahi. Hasilnya menunjukkan bahwa hanya sekitar 9% siswa yang dapat menyelesaikan tes kemampuan berpikir berpikir kreatif matematis dari 703 siswa yang diuji. Respon siswa pada aspek berpikir kreatif ditunjukkan pada Gambar 1.1.

RESPON SISWA PADA ASPEK BERPIKIR KREATIF

(19)

4

Kreativitas bukanlah bakat bawaan, tetapi dapat dilatih dan dibentuk. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Harold Stevenson (Santrock, 2007) mengenai perbandingan lintas kultural dalam pembelajaran dan instruksi matematika di Amerika Serikat (AS) dan Jepang. Dalam risetnya, siswa Jepang secara konsisten mengungguli siswa Amerika Serikat untuk mata pelajaran matematika. Hal ini dikarenakan siswa Jepang lebih

difasilitasi untuk mengeksplorasi kemampuan/ide-ide kreatifnya dalam menyelesaikan masalah matematika.

Berikut adalah hasil analisis Harold Stevenson, merujuk pada Santrock (2007):

1) Siswa Jepang menggunakan waktu lebih banyak untuk menemukan, menganalisis, dan membuktikan, sedangkan siswa AS menggunakan waktu lebih banyak untuk menyelesaikan soal matematika yang bersifat rutin;

2) Dalam proses pembelajaran, guru Jepang lebih banyak melakukan pengajaran langsung bila dibandingkan dengan guru AS;

3) Guru Jepang lebih menekankan pada pemikiran matematika, sedangkan guru AS lebih menekankan pada pemecahan soal yang spesifik dengan menggunakan rumus tertentu.

Dalam pencapaian berpikir kreatif matematis yang tinggi, siswa perlu difasilitasi dengan pembelajaran yang dapat menjadikan siswa mampu mengeksplorasi kemampuan kreatifnya, mengarahkannya dalam memahami, menemukan, mengaplikasikan, dan mengembangkan materi pembelajaran matematika. Penekanan terhadap pertimbangan dan pemikiran mandiri siswa

dalam menyelesaikan masalah matematika dapat memupuk kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

(20)

5

Suherman (2008) menyatakan bahwa: “problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau

algoritma)”. Dalam sumber lain, Carson (2007) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif dapat dikembangkan melalui problem solving. Sejalan dengan Carson, Kurniawati (Kartika, 2010: 11) berpendapat bahwa: “…problem solving menghendaki siswa belajar secara aktif…, sehingga dapat menumbuhkan sifat kreatif yaitu mencari, menemukan, merumuskan, atau menyimpulkan sendiri”. Hal ini sejalan dengan Killen (Ardhiyani, 2010: 21-22) yang menyatakan bahwa salah satu kelebihan implementasi problem solving adalah: “dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemandirian”.

Bahar dan Maker (2011) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis dapat dinilai melalui penyajian soal-soal problem solving dengan berbagai tipe. Dalam menyelesaikan soal problem solving, siswa dapat menggunakan langkah berpikir dengan metode heuristik. Hal ini merujuk pada pendapat Carson (2007): “Problem solving is a heuristic”.

“…Heuristik adalah rangkaian pertanyaan yang bersifat tuntunan dalam rangka solusi masalah. LAPS (Logan Avenue Problem Solving) dengan kata tanya apa masalahnya, adakah alternatif, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya…” (Suherman, 2008)

Model LAPS (Logan Avenue Problem Solving) - Heuristik merupakan salah satu variasi model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis. Dalam pembelajaran dengan model LAPS-Heuristik, siswa dituntut untuk menyajikan alternatif penyelesaian dari masalah yang disajikan. Hal ini dapat menjadi fasilitas dalam melatih kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

(21)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang pembelajarannya melalui model LAPS-Heuristik dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya melalui model Pembelajaran

Langsung?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dilihat dari aspek fluensi, fleksibilitas, dan orisinalitas setelah memperoleh pembelajaran dengan model LAPS-Heuristik?

3. Bagaimana respon siswa terhadap model pembelajaran LAPS-Heuristik?

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan siswa adalah siswa tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VII.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya melalui model LAPS-Heuristik dibandingkan dengan

siswa yang pembelajarannya melalui model Pembelajaran Langsung. 2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis

siswa dilihat dari aspek fluensi, fleksibilitas, dan orisinalitas setelah memperoleh pembelajaran dengan model LAPS-Heuristik.

3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran LAPS-Heuristik.

E. Manfaat Penelitian

(22)

7

1. Memperoleh referensi bahwa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat diupayakan dengan implementasi model LAPS-Heuristik;

2. Dapat dijadikan referensi dalam melihat respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti;

3. Dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan model untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

Manfaat pengkajian ini bagi siswa sebagai sasaran pendidikan diantaranya mengetahui soal-soal problem solving yang dapat menjadi latihan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis sehingga dapat mempermudah siswa untuk memiliki kemampuan tersebut.

F. Definisi Operasional

1. Model LAPS-Heuristik adalah pembelajaran yang menyajikan masalah tidak rutin kemudian siswa diberi rangkaian pertanyaan tentang masalah yang diberikan, alternatif jawabannya, kebermanfaatan dari jawaban yang diajukan, solusinya, dan pemilihan terhadap solusi yang terbaik, sebagai tuntunan dalam menyelesaikan masalah.

2. Model Pembelajaran Langsung yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran dengan ekspositori, tanya jawab, atau ceramah.

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Disain Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa yang pembelajarannya melalui model LAPS-Heuristik dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya melalui model pembelajaran langsung. Diteliti pula peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dari aspek fluensi, fleksibilitas, dan orisinalitas pada siswa yang telah memperoleh pembelajaran

dengan model LAPS-Heuristik. Penelitian ini berkenaan dengan hubungan sebab akibat melalui perlakuan terhadap variabel bebas dan menguji perubahan atas perlakuan tadi. Hasil perlakuan ini dapat dilihat dari variabel terikatnya, yaitu berupa peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

Pengelompokkan subjek dalam penelitian ini tidak dilakukan secara acak. Peneliti tidak mengelompokkan sendiri subjeknya, akan tetapi pengelompokkan dilakukan dengan mengambil kelompok yang sudah ada. Berdasarkan metodenya, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuasi eksperimen (Ruseffendi, 1994: 36). Adapun banyak variabel yang dimanipulasikan adalah satu variabel bebas. Jadi, penelitian ini termasuk kelompok disain satu variabel bebas (Ruseffendi, 1994: 48).

Dalam penelitian ini dilakukan pretes dan postes. Kelompok yang satu tidak memperoleh perlakuan dan kelompok yang satu lagi memperoleh perlakuan. Dengan demikian, penelitian ini termasuk ke dalam disain kelompok kontrol tidak ekivalen (The nonequivalent control group design) yang digambarkan sebagai berikut:

(24)

16

Dua kelompok yang dipilih secara acak dalam penelitian ini meliputi kelas eksperimen yang memperoleh perlakuan dengan pembelajaran model LAPS-Heuristik dan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dipilih secara acak sesuai dengan kelas yang telah dikelompokkan oleh sekolah. Setelah dipilih dua kelas yang akan dilibatkan dalam penelitian, kemudian kedua kelas ini mendapatkan soal

pretes dan postes yang sama. Soal postes adalah soal yang sama dengan soal pretes.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII di salah satu SMP

Negeri Bandung tahun ajaran 2012-2013. Sekolah ini merupakan sekolah yang berada pada cluster 1. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri Bandung kelas VII sebanyak dua kelas. Salah satu kelas tersebut dipilih sebagai kelas eksperimen dan satu kelas yang lain sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara sampling purposif atau sampling pertimbangan (Sudjana, 1996: 168).

Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan dari guru.

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model LAPS-Heuristik. 2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes dan instrumen non-tes. Instrumen tes berupa tes kemampuan berpikir kreatif matematis yang berbentuk enam soal uraian sedangkan instrumen non-tes berupa angket dan lembar observasi.

1. Instrumen tes

(25)

17

pengerjaannya dapat menimbulkan kreativitas siswa (Suherman, 2003, 78). Tes ini pretes dan postes yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pretes digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa serta untuk mengetahui kesetaraan (homogenitas) di antara kedua kelas tersebut. Sedangkan postes digunakan untuk mengetahui perbandingan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada masing-masing kelas.

Hasil uji coba instrumen terhadap siswa diberikan skor 0, 1, 2, 3, atau 4 sesuai dengan panduan penilaian yang dimodifikasi dari tingkat berpikir kreatif matematis menurut Siswono. Jawaban yang tidak sesuai dengan masalah diberi skor 0.

Pada aspek fluensi, jawaban diperoleh dengan satu solusi penyelesaian, proses menjawab secara umum cukup sesuai, namun solusi penyelesaiannya kurang tepat, diberi skor 1. Jika jawaban diperoleh dengan satu solusi penyelesaian, proses menjawab secara umum cukup sesuai, dan solusi penyelesaiannya tepat, diberi skor 2. Jika jawaban diperoleh dengan dua solusi penyelesaian, proses menjawab secara umum cukup sesuai, dan solusi penyelesaiannya tepat, diberi skor 3. Jika jawaban diperoleh dengan lebih dari dua solusi penyelesaian, proses menjawab secara umum cukup sesuai, dan solusi penyelesaiannya tepat, diberi skor 4. Pada aspek fleksibilitas, jawaban menggunakan satu cara penyelesaian, proses menjawab secara umum cukup sesuai, namun solusi penyelesaiannya kurang tepat, diberi skor 1. Jika jawaban menggunakan satu cara penyelesaian, proses menjawab secara umum cukup sesuai, dan solusi penyelesaiannya tepat, diberi skor 2. Jika menggunakan lebih dari

satu cara penyelesaian, proses menjawab secara umum cukup sesuai, namun solusi penyelesaiannya kurang tepat, diberi skor 3. Jika jawaban

menggunakan lebih dari satu cara penyelesaian, proses menjawab secara umum cukup sesuai, dan solusi penyelesaiannya tepat, diberi skor 4.

(26)

18

jawaban menggunakan strategi yang umum dipakai oleh sebagian besar siswa, proses menjawab secara umum cukup sesuai, dan solusi penyelesaiannya tepat, diberi skor 2. Jika jawaban menggunakan strategi khusus yang tidak dipakai oleh sebagian besar siswa, proses menjawab secara umum cukup sesuai, namun solusi penyelesaiannya kurang tepat, diberi skor 3. Jika jawaban menggunakan strategi khusus yang tidak

dipakai oleh sebagian besar siswa, proses menjawab secara umum cukup sesuai, dan solusi penyelesaiannya tepat, diberi skor 4.

Instrumen diujicobakan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Instrumen dikonsultasikan kepada dosen pembimbing atau guru bidang studi matematika di SMP Negeri Bandung. Hal ini bertujuan untuk mengetahui validitas muka instrumen yang akan diujikan.

b. Setelah mengalami perbaikan dan dikonsultasikan kembali, selanjutnya dilakukan uji validitas empirik. Instrumen diujikan ke siswa yang telah mempelajari segitiga dan segiempat. Siswa yang menjadi subjek dalam uji instrumen ini tidak termasuk ke dalam kelompok siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

c. Setelah diujikan ke siswa, selanjutnya dianalisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran dari instrumen tersebut.

d. Instrumen yang tidak valid, tidak reliabel, daya pembedanya jelek, atau indeks kesukarannya terlalu mudah atau terlalu sukar maka instrumen tersebut diganti atau dilakukan revisi kemudian diujicobakan lagi kepada subjek yang berbeda yang tidak termasuk kelas eksperimen, kelas kontrol, maupun kelas yang pernah dilakukan uji coba.

e. Instrumen yang valid, reliabel, daya pembedanya tidak jelek, serta indeks kesukarannya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar maka

instrumen tersebut dapat digunakan untuk penelitian.

(27)

19

a. Validitas

Validitas instrumen adalah ketepatan instrumen dalam mengevaluasi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Jenis validitas yang digunakan adalah validitas teoritik dan validitas empirik.

1) Validitas teoritik

Validitas teoritik terhadap instrumen dilakukan berdasarkan

pertimbangan dari para ahli, yaitu dosen pembimbing atau guru mata pelajaran Matematika. Validitas teoritik yang digunakan dalam uji instrumen ini adalah validitas isi dan validitas muka. Validitas isi instrumen ditinjau dari segi kesesuaian materi yang digunakan. Agar validitas isi instrumen yang disusun dapat terjamin representatif, dibuatlah kisi-kisi dan format penulisan soal instrumen.

Validitas muka ditinjau dari keterbacaan soal meliputi bahasa, susunan kata atau kalimat, tanda baca, informasi atau letak gambar dalam soal sehingga jelas pengertiannya, dapat dipahami maksudnya, dan tidak menimbulkan multi-tafsir.

2) Validitas empirik

Validitas empirik terhadap instrumen dilakukan berdasarkan hubungan kriteria yang ditinjau dengan kriteria tertentu. Validitas empirik yang digunakan dalam uji instrumen ini adalah validitas banding.

Validitas banding instrumen ditinjau dari besarnya korelasi antara nilai harian yang mencerminkan kemampuan siswa dengan nilai yang diperoleh dari instrumen. Menurut John W. Best (Suherman, 2003: 111), jika koefisien korelasinya tinggi, maka instrumen tersebut memiliki validitas

yang tinggi. Uji validitas instrumen ini menggunakan korelasi produk moment dengan angka kasar (Raw Score), yaitu:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

(Suherman, 2003: 121)

(28)

20

= skor tiap butir soal = skor tiap siswa

Dalam hal ini, nilai diartikan sebagai koefisien validitas yang diinterpretasikan ke dalam kategori sebagai berikut:

0,90   1,00 Validitas sangat tinggi

Hasil uji validitas tiap butir soal disajikan pada Tabel 3.1 berikut.

Nomor Soal Koefisien Validitas Interpretasi

1 0,609 Validitas sedang

(29)

21

Hasil pengujian validitas instrumen tes menggunakan korelasi produk moment dengan angka kasar (Raw Score) sesuai dengan hasil perhitungan menggunakan software Anates Versi 4.0.7 yang ditunjukkan pada Gambar 3.1 sebagai berikut.

KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL =================================

Gambar 3.1 Hasil Uji Validitas Instrumen dengan software Anates Versi 4.0.7

b. Reliabilitas

(30)

22

Pengolahan reliabilitas instrumen tes dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha terdapat pada Lampiran E. Perhitungan reliabilitas instrumen tes adalah sebagai berikut. Cronbach Alpha sesuai dengan hasil perhitungan menggunakan software Anates Versi 4.0.7 yang ditunjukkan pada Gambar 3.2 sebagai berikut.

RELIABILITAS TES

Gambar 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen dengan software Anates Versi 4.0.7

Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas yaitu

. Berdasarkan interpretasi dari J. P. Guilford, nilai ini

menunjukkan bahwa instrumen tes memiliki reliabilitas yang sedang. c. Daya Pembeda

(31)

23

Penentuan kelompok atas dan bawah dipengaruhi oleh banyak siswa dalam satu kelas. Jika banyak siswa kurang dari atau sama dengan 30 orang, maka kelas tersebut termasuk kelas kecil. Sehingga, banyak sampel siswa kelompok atas adalah 50% dari anak yang memiliki nilai tertinggi pada kelas tersebut. Dan banyak sampel siswa kelompok bawah adalah 50% dari anak yang memiliki nilai terendah pada kelas tersebut. Jika banyak siswa lebih dari 30 orang, maka kelas tersebut termasuk kelas besar. Sehingga, banyak sampel siswa kelompok atas adalah 27% dari anak yang memiliki nilai tertinggi pada kelas tersebut. Dan banyak sampel siswa kelompok bawah adalah 27% dari anak yang memiliki nilai terendah pada kelas tersebut. Adapun sisanya yang 46% digolongkan ke dalam kelompok menengah.

Suherman (2003: 161) menginterpretasikan nilai ke dalam kategori-kategori berikut:

0,70 <  1,00 Daya pembeda sangat baik 0,40 <  0,70 Daya pembeda baik 0,20 <  0,40 Daya pembeda cukup 0,00 <  0,20 Daya pembeda jelek

 0,00 Daya pembeda sangat jelek

Banyak subjek dalam uji instrumen ini adalah 37 orang. Oleh karena itu, kelompok data ini termasuk kelas besar. Sehingga, diambil sampel kelompok atas dan bawah masing-masing sebanyak 27% yaitu 10 orang kelompok atas dan 10 orang kelompok bawah. Perhitungan daya pembeda tiap butir soal instrumen tes adalah sebagai berikut.

Butir soal nomor 1:

Butir soal nomor 2:

(32)

24

Hasil pengujian terhadap daya pembeda tiap butir instrumen tes dengan menggunakan rumus sesuai dengan hasil perhitungan menggunakan software Anates Versi 4.0.7 yang ditunjukkan pada Gambar 3.3 sebagai

Un: Unggul; AS: Asor; SB: Simpang Baku

No No Btr Asli Rata2Un Rata2As Beda SB Un SB As SB Gab t DP(%)

Gambar 3.3 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen dengan software Anates Versi 4.0.7

Dari hasil perhitungan tersebut, berdasarkan interpretasi dari J. P. Guilford diperoleh daya pembeda dari tiap soal disajikan dalam Tabel 3.2 sebagai berikut:

Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi

(33)

25

d. Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran instrumen adalah derajat kesukaran pada tiap butir soal instrumen. Rumus yang digunakan untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah:

̅

(Haryadin, 2010: 21)

Dengan IK = indeks kesukaran

̅ = rata-rata skor siswa tiap butir soal SMI = skor maksimal ideal tiap butir soal

Untuk menginterpretasikan derajat kesukaran soal, indeks kesukaran diklasifikasikan ke dalam kategori-kategori berikut (Suherman, 2003: 170).

= 1,00 Soal terlalu mudah 0,70 < < 1,00 Soal mudah 0,30 <  0,70 Soal sedang 0,00 <  0,30 Soal sukar

= 0,00 Soal terlalu sukar

Untuk mengetahui indeks kesukaran soal, perlu diketahui rata-rata skor siswa tiap butir soal. Rata-rata skor terdapat pada Lampiran E. Perhitungan indeks kesukaran tiap butir instrumen tes adalah sebagai berikut.

Butir soal nomor 1:

Butir soal nomor 2:

Butir soal nomor 3:

Butir soal nomor 4:

Butir soal nomor 5:

(34)

26

Butir soal nomor 6:

Selain menggunakan rumus tersebut, indeks kesukaran juga dapat diperoleh dengan perhitungan menggunakan software Anates Versi 4.0.7 yang ditunjukkan pada Gambar 3.4 sebagai berikut.

TINGKAT KESUKARAN

Gambar 3.4 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen dengan software Anates Versi 4.0.7

Hasil pengujian terhadap indeks kesukaran tiap butir instrumen tes dengan menggunakan rumus secara manual terdapat galat dengan hasil perhitungan menggunakan software Anates Versi 4.0.7. Namun, hasil interpretasinya tetap sama yaitu disajikan pada Tabel 3.3 sebagai berikut.

Nomor Soal Indeks Kesukaran Interpretasi Manual Software

Tabel 3.3 Hasil Uji Indeks Kesukaran Instrumen

(35)

27

1. Instrumen non-tes

Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini meliputi angket dan lembar observasi. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut. a. Angket

Pembelajaran matematika tidak hanya melibatkan aspek kognitif dan psikomotor siswa. Aspek efektif yang berkenaan dengan sikap (attitude)

sebagai manifestasi dari minat, motivasi, perasaan, dan seterusnya dilibatkan pula dalam pembelajaran matematika (Suherman, 2008: 186). Oleh karena itu, dibuatlah angket skala sikap dalam penelitian ini.

Angket berisi daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh siswa pada kelas eksperimen setelah memperoleh pembelajaran LAPS-Heuristik. Tujuan pengisian angket dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan model LAPS-Heuristik.

Angket yang dibuat mencakup tiga aspek, yaitu sikap siswa terhadap minat dan motivasi belajar, sikap siswa ketika pembelajaran dengan penyajian masalah, dan sikap siswa terhadap masalah yang diberikan. Dari tiga aspek ini dijabarkan ke dalam 5 indikator yaitu menunjukkan minat dan motivasi belajar, menunjukkan minat terhadap pembelajaran menyelesaikan masalah, menunjukkan persetujuan dari manfaat pembelajaran dalam menyelesaikan masalah, menunjukkan minat terhadap masalah, dan menunjukkan persetujuan dari manfaat masalah. Kisi-kisi angket terdapat pada lampiran.

Angket yang dibuat menggunakan skala Likert. Dalam skala Likert,

responden (subjek) diminta untuk membaca dengan seksama setiap pernyataan yang disajikan. Responden diminta untuk memberi penilaian

(36)

28

Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Banyak pernyataan yang disajikan adalah 20 pernyataan yang terdiri dari 10 pernyataan yang bersifat postif (favorabel) dan 10 pernyataan yang bersifat negatif (unfavorabel). Untuk pernyataan favorabel, jawaban SS diberi skor 5, S diberi skor 4, N diberi skor 3, TS diberi skor 2, dan STS

diberi skor 1. Sedangkan untuk pernyataan unfavorabel, jawaban SS diberi skor 1, S diberi skor 2, N diberi skor 3, TS diberi skor 4, dan STS diberi skor 5.

Sebelum disebar kepada responden, angket yang telah tersusun dilakukan uji validitas muka. Pengujian validitas angket ini dilakukan melalui konsultasi dengan dosen pembimbing untuk memperoleh berbagai masukan.

Siswa pada kelas eksperimen yang telah memperoleh pembelajaran dengan LAPS-Heuristik diminta untuk mengisi angket yang telah divalidasi. Angket tidak diberi nama responden untuk memberi peluang agar responden bisa objektif dalam menilai pembelajaran LAPS-Heuristik. Hasil angket diolah dan dianalisis berdasarkan jumlah skor pada masing-masing pernyataan. Jika skor siswa lebih dari 3 maka siswa tersebut memiliki respon yang positif terhadap pembelajaran LAPS-Heuristik. Sedangkan jika skor siswa kurang dari 3 maka siswa tersebut memiliki respon yang negatif terhadap pembelajaran LAPS-Heuristik. Selain dapat mengetahui respon tiap siswa, melalui analisis angket ini dapat diketahui capaian indikator dalam kelas eksperimen secara

keseluruhan. Hal ini dilihat dari perolehan skor tiap soal dari seluruh respon siswa yang memperoleh pembelajaran LAPS-Heuristik.

b. Lembar observasi

(37)

29

fokus dalam observasi adalah seluruh interaksi guru dan siswa, baik siswa dengan guru, sesama siswa, maupun siswa dengan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran.

Data informasi yang diperoleh dari lembar observasi bersifat subjektif dan digunakan untuk melengkapi data hasil angket yang telah diisi oleh responden. Seperti halnya dengan instrumen angket, sebelum diisi oleh

observer (pihak ahli yang mengamati), lembar observasi ini dilakukan uji validitas muka terlebih dahulu. Pembimbing selaku pihak ahli memberikan berbagai masukan terhadap penyusunan lembar observasi ini. Setelah valid, intrumen ini layak digunakan dalam penelitian,

Lembar observasi dalam penelitian ini disusun ke dalam tiga bagian dalam pembelajaran meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Indikator yang diobservasi ketika kegiatan pendahuluan adalah menunjukkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran, menunjukkan sikap siswa ketika apersepsi, dan menunjukkan kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Indikator dalam kegiatan inti pada saat eksplorasi adalah menunjukkan perhatian siswa dalam memahami konsep, menunjukkan aktivitas siswa dalam menerapkan konsep, dan menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep.

Indikator dalam kegiatan inti pada saat elaborasi adalah menunjukkan aktivitas siswa dalam menyelesaikan masalah, menunjukkan partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan guru ketika pemecahan masalah, menunjukkan kuantitas jawaban siswa dalam memberikan solusi terhadap masalah yang diberikan, menunjukkan keberagaman solusi siswa yang

diberikan terhadap masalah yang diberikan, menunjukkan keunikan solusi (ide) yang diberikan siswa ketika menyelesaikan masalah yang diberikan,

dan menunjukkan pemahaman siswa terhadap langkah-langkah penyelesaian masalah berdasarkan pertanyaan bantuan dari guru.

(38)

30

dalam kegiatan penutup adalah menunjukkan partisipasi siswa dalam menyimpulkan materi dan menunjukkan respon siswa terhadap pembelajaran. Banyak tatap muka pembelajaran dalam penelitian ini adalah enam pertemuan, sehingga banyak lembar observasi yang disediakan adalah enam rangkap.

Derajat penilaian observer terhadap masing-masing kegiatan dalam

pembelajaran terbagi ke dalam lima kategori. Lima kategori tersebut disusun secara bertingkat mulai dari Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), Kurang (K), dan Sangat Kurang (SK). Untuk setiap kegiatan, jawaban SB diberi skor 5, B diberi skor 4, C diberi skor 3, K diberi skor 2, dan SK diberi skor 1.

Lembar observasi ini diisi oleh pihak ahli dalam pembelajaran matematika. Pengisian lembar observasi ini dilakukan dalam setiap pertemuan setelah pembelajaran di kelas eksperimen. Untuk menggambarkan maksud indikator, disajikan deskriptor beserta penyekorannya yang terlampir pada kisi-kisi lembar observasi.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini secara garis besar dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: 1. Tahap Persiapan

Beberapa langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah:

a. Identifikasi permasalahan mengenai bahan ajar, merencanakan pembelajaran, serta alat dan cara evaluasi yang digunakan.

b. Berdasarkan identifikasi tersebut, kemudian disusun komponen-komponen pembelajaran yang meliputi bahan ajar, media pembelajaran, alat pembelajaran, evaluasi, dan strategi pembelajaran.

c. Membuat instrumen penelitian baik instrumen tes maupun instrumen non tes (angket dan lembar observasi) yang kemudian diuji kualitasnya dengan software Anates Versi 4.0.7.

(39)

31

e. Pemilihan sampel penelitian yang dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru di SMP Negeri Bandung.

2. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut. a. Memberikan pretes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. b. Melaksanakan pembelajaran terhadap kedua kelas tersebut.

c. Pengisian lembar observasi setelah pembelajaran berlangsung. d. Pemberian angket setelah selesai enam pertemuan penelitian. 3. Tahap Evaluasi

Langkah terakhir adalah melakukan pengkajian dan analisis terhadap data yang diperoleh dari hasil penelitian. Selanjutnya dibuat kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan.

F. Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif sehingga data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa data yang bersifat kuantitatif. Angket dan lembar observasi yang lebih bersifat subjektif digunakan untuk melengkapi data kuantitatif yang telah dianalisis. Untuk selanjutnya data hasil angket dan lembar observasi digolongkan ke dalam data kuantitatif.

Prosedur analisis tiap data adalah sebagai berikut. 1. Analisis Data Kuantitatif

Untuk mempermudah dalam melakukan pengolahan data, pengujian statistik pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software PASW Statistic Versi 18.

Langkah-langkah pengujian yang ditempuh untuk data pretes, postes, dan indeks gain adalah sebagai berikut.

a) Menghitung deskripsi statistik yang meliputi ukuran pemusatan data (rata-rata, median, modus, jumlah, skor minimum, skor maksimum), ukuran penyebaran data (standar deviasi, varians, range, persentil 25/Q1,

persentil 50/Q2, persentil 75/Q3), dan ukuran kemiringan data (skewness

(40)

32

b) Menguji normalitas dari distribusi masing-masing kelas. Hipotesis pengujian:

H0 : Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian adalah sebagai berikut.

1) Jika nilai signifikansi  0,05, maka H0 diterima

2) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak.

c) Jika data berdistribusi normal maka dilakukan pengujian homogenitas dari masing-masing kelompok.

Hipotesis pengujian adalah sebagai berikut.

H0 : Tidak terdapat perbedaan varians antara satu data dengan data

lainnya

H1 : Terdapat perbedaan varians antara satu data dengan data lainnya

atau

H0 : =

H1 : 

Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi  0,05, maka H0 diterima

2) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak.

d) Jika data berdistribusi normal dan homogen, maka untuk mengetahui perbedaan rata-rata dari dua data dilakukan uji-t. Jika data berdistribusi

normal dan tidak homogen, maka dilakukan uji-t. Jika data tidak

berdistribusi normal maka langsung dilakukan uji non-parametrik dengan Mann Whitney U. Jika untuk mengetahui perbedaan lebih dari dua rata-rata dilakukan uji Kruskal Wallis H.

Hipotesis pengujian dua pihak adalah sebagai berikut.

H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata antara satu data dengan data

lainnya

H1 : Terdapat perbedaan rata-rata antara satu data dengan data lainnya

atau

H0 : 1 = 2

(41)

33

Kriteria pengujian dengan uji t atau uji t adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi  0,05, maka H0 diterima

2) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak.

Kriteria pengujian dengan uji Mann-Whitney U adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi  0,05, maka H0 diterima

2) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak.

Hipotesis pengujian satu pihak (kiri atau kanan) adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata antara satu data dengan data

lainnya

H1 : Rata-rata satu data kurang dari atau lebih dari rata-rata data lainnya

atau

H0 : 1 = 2 atau H0 : 1 = 2

H1 : 1 < 2 H1 : 1 > 2

Kriteria pengujian dengan uji t atau uji t adalah sebagai berikut:

1) Jika |thitung|  |ttabel|, maka H0 diterima

2) Jika |thitung| > |ttabel|, maka H0 ditolak

Kriteria pengujian dengan uji Mann-Whitney U adalah sebagai berikut:

1) Jika dari nilai signifikansi  0,05, maka H0 diterima

2) Jika dari nilai signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak.

Hipotesis pengujian lebih dari dua data adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata antara satu data dengan data

lainnya

H1 : Terdapat perbedaan rata-rata pada salah satu data

atau

H0 : 1 = 2 = 3

H1 : Salah satu tanda tidak dipenuhi

Kriteria pengujian dengan uji Kruskal Wallis H adalah sebagai berikut:

(42)

34

2) Jika dari nilai signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak.

e) Jika pada skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat perbedaan rata-rata, maka kelas harus diberi perlakuan terlebih dahulu sebelum penelitian atau mencari kelas lain yang rata-ratanya sama. f) Menghitung indeks gain untuk mengetahui peningkatan kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa kelompok atas, menengah, dan bawah pada kelas eksperimen menggunakan rumus dari Meltzer (Kartika, 2010).

Indeks Gain =

Dengan kriteria indeks gain dari Hake (Kartika: 2010), yaitu: (1). Kriteria rendah untuk Indeks Gain < 0,30;

(2). Kriteria sedang untuk 0,30  Indeks Gain  0,70; (3). Kriteria tinggi untuk Indeks Gain > 0,70.

g) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis melalui penerapan model LAPS-Heuristik dilakukan perhitungan indeks

gain pada perolehan skor tiap aspek berpikir kreatif matematis (fluensi, fleksibilitas, dan orisinalitas).

(43)

35

Gambar 3.5 Diagram Alur Analisis Penelitian

2. Analisis Data Kualitatif

Prosedur analisis data kualitatif meliputi analisis angket dan lembar observasi. Angket yang telah diisi dilakukan penyekoran berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan untuk pernyataan favorabel dan pernyataan unfavorabel. Analisis dilakukan dalam mengetahui respon masing-masing siswa terhadap pembelajaran LAPS-Heuristik dan mengetahui capaian indikator pada pembelajaran LAPS-Heuristik terhadap siswa. Rata-rata skor

dari tiap pernyataan dihitung untuk mengetahui respon siswa secara umum. Dalam penafsiran data yang diperoleh dari angket, data dipersentasekan

sebagai berikut.

P =

dengan: P = Persentase data f = frekuensi data

n = banyak data keseluruhan

Selanjutnya dilakukan interpretasi data kategori persentase berdasarkan pendapat Kuntjaraningrat (Kartika, 2010: 47) pada Tabel 3.4 sebagai berikut.

Persentase Interpretasi

0% Tidak Ada

1% - 25% Sebagian Kecil

26% - 49% Hampir Setengahnya

50% Setengahnya

51% - 75% Sebagian Besar

76% - 99% Pada Umumnya 100% Seluruhnya

Tabel 3.4 Interpretasi Data Kategori Persentase

Lembar observasi yang telah diisi dilakukan perhitungan seperti angket

(44)

36

dalam skor kemudian dihitung rata-ratanya dan dilakukan analisis terhadap aktivitas siswa ketika pembelajaran.

G. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pembelajaran 2012-2013. Adapun jadwal rinciannya disajikan pada Tabel 3.5 sebagai berikut.

NO HARI, TANGGAL DESKRIPSI KEGIATAN

1 Senin, 29 April 2013 Pretes siswa kelas eksperimen

2 Selasa, 30 April 2013 Pretes siswa kelas kontrol

3 Rabu, 1 Mei 2013 Pertemuan I kelas eksperimen “Sifat-sifat Segitiga”

4 Kamis, 2 Mei 2013 Pertemuan I kelas kontrol “Sifat-sifat Segitiga”

5 Senin, 6 Mei 2013

Pertemuan II kelas eksperimen “Sifat-sifat

Segiempat”

Pertemuan II kelas kontrol “Sifat-sifat Segiempat”

6 Selasa, 7 Mei 2013 Pertemuan III kelas kontrol “Keliling dan Luas Daerah Persegi dan Persegi Panjang”

7 Rabu, 8 Mei 2013 Pertemuan III kelas eksperimen “Keliling dan Luas Daerah Persegi dan Persegi Panjang”

8 Senin, 13 Mei 2013 Pertemuan IV kelas eksperimen “Keliling dan Luas Daerah Segitiga”

9 Selasa, 14 Mei 2013 Pertemuan IV kelas kontrol “Keliling dan Luas Daerah Segitiga”

10 Rabu, 15 Mei 2013 Pertemuan V kelas eksperimen “Keliling dan Luas Daerah Trapesium dan jajar Genjang”

11 Kamis, 16 Mei 2013 Pertemuan V kelas kontrol “Keliling dan Luas Daerah Trapesium dan jajar Genjang”

12 Senin, 20 Mei 2013 Pertemuan VI kelas eksperimen “Keliling dan Luas Daerah Belah Ketupat dan Layang-layang”

13 Selasa, 21 Mei 2013 Pertemuan VI kelas kontrol “Keliling dan Luas Daerah Belah Ketupat dan Layang-layang”

(45)

37

15 Kamis, 23 Mei 2013 Postes kelas kontrol

(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang pembelajarannya melalui model LAPS (Logan Avenue Problem Solving) - Heuristik lebih baik (signifikan) dari siswa yang pembelajarannya melalui model Pembelajaran Langsung;

2. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada ketiga aspek fluensi, fleksibilitas, dan orisinalitas relatif sama;

3. Respon sebagian besar siswa terhadap model pembelajaran LAPS (Logan Avenue Problem Solving) - Heuristik adalah positif.

B. Temuan Lain

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis, diperoleh beberapa temuan sebagai berikut.

1. Terdapat perbedaan rata-rata skor pretes-postes kelas eksperimen dan kelas kontrol yang menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan siswa yang memperoleh pembelajaran LAPS-Heuristik lebih baik serta signifikan pada kelompok atas dan kelompok bawah;

2. Terdapat perbedaan rata-rata skor pretes-postes pada aspek fleksibilitas dan orisinalitas.

C. Saran

Setelah melakukan penelitian, berikut adalah beberapa saran yang bisa dijadikan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya.

(47)

125

2. Bagi peneliti yang akan meneliti lebih lanjut, bisa diteliti terkait peningkatan berpikir kreatif berdasarkan aspek fluensi, fleksibilitas, dan orisinalitas pada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung (kelas kontrol);

3. Bagi peneliti yang akan meneliti lebih lanjut, bisa diteliti terkait peningkatan berpikir kreatif kelompok atas, kelompok menengah, dan kelompok bawah pada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung (kelas kontrol);

4. Dalam pembelajaran LAPS-Heuristik, masalah yang diberikan kepada siswa sebaiknya tidak hanya dilakukan uji validitas muka tetapi juga dilakukan uji validitas isi agar masalah lebih sesuai dengan tingkat berpikir siswa;

5. Perlu diteliti lebih lanjut terkait siswa yang tidak mengalami peningkatan kemampuan berpikir kreatif karena dalam penelitian ini sampelnya dibatasi pada dua kelas;

6. Perlu diteliti lebih lanjut terkait siswa yang memberikan respon negatif terhadap pembelajaran LAPS-Heuristik dan pengaruhnya terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis;

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, S. (2010). LAPS Heuristik. [Online]. Tersedia: http://shaoran1401.blogspot.com/2012/03/laps-heuristik.html. [19 Desember 2012]

Ardhyani, G.F. (2010). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Pemecahan Masalah Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi pada Siswa Kelas Berbakat: Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VII Akselerasi SMP Negeri 5 Bandung. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 2010. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Bahar, A.K. dan Maker, C.J. (2011). Exploring the Relationship between Mathematical Creativity and Mathematical Achievement. Dalam Asia-Pacific Journal of Gifted and Talented Education [Online]. Vol 3 (1), 16

halaman. Tersedia:

http://www.apfgifted.org/Tpl/default/Public/Journal/2011/Mathematical_C reativity_and_Achievement.pdf [30 Oktober 2012]

Carson, J. (2007). “A Problem With Problem Solving: Teaching Thinking Without Teaching Knowledge”. Dalam The Mathematics Educator [Online]. Vol 17 (2), 8 halaman. Tersedia:

Hasanah, A. (2012). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa SMA melalui Kontekstual Berbasis Intuisi. Disertasi SPs UPI: Tidak Dipublikasikan.

Haryadin, S. N. (2010). Pengaruh Penggunaan Model LAPS-Heuristic (Logan Avenue Problem Solving-Heuristic) terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMA. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

(49)

127

Mahmudi, A. (2010). “Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis” [Online], Makalah pada Konferensi Nasional Matematika XV, Manado. Tersedia:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali%20Mahmudi,%20S. Pd,%20M.Pd,%20Dr./Makalah%2014%20ALI%20UNY%20Yogya%20fo r%20KNM%20UNIMA%20_Mengukur%20Kemampuan%20Berpikir%2 0Kreatif%20_.pdf [6 Juni 2012]

Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurdin, N. (2010). Studi Komparatif Problem Centered Learning Dengan Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa: Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Bandung. Skripsi FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.

Ruseffendi. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta Lainnya. Edisi Revisi. Bandung: Tarsito.

Santrock, J.W. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sickafus, E. (2004). Heuristics for Solving Technical Problems [Online]. USA: Ntelleck, L.L.C. Tersedia: http://www.triz-journal.com/archives/2005/01/04.pdf [18 Februari 2013]

Siswono, T.Y.E., dan Rosyidi, A.H. (2005). “Menilai Kreativitas Siswa dalam Matematika” [Online]. Dalam Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Matematika FMIPA

Unesa, Surabaya. Tersedia: melalui Pemecahan Masalah Matematika-Sains Terpadu Open-Ended Argumentatif” [Online]. Dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran

UNDIKSHA. (4), 18 halaman. Tersedia:

http://www.undiksha.ac.id/images/img_item/920.doc [25 Mei 2012]

(50)

128

Sudrajat, A. (2008). Konsep Pengembangan Bahan Ajar. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/04/konsep-pengembangan-bahan-ajar-2/. [26 Mei 2012]

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI.

Suherman, E. (2008). Hands-out Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI.

Suryantoro, D. (2011). Langkah-langkah Mengembangkan Bahan Ajar. [Online]. Tersedia: http://suryantara.wordpress.com/2011/10/12/langkah-langkah-mengembangkan-bahan-ajar/. [26 Mei 2012]

Gambar

Gambar 1.1 Respon Siswa pada Aspek Berpikir Kreatif Matematis Sumber: Hasanah (2012)
Gambar 3.1 Hasil Uji Validitas Instrumen dengan software Anates Versi 4.0.7
Gambar 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen dengan software Anates Versi 4.0.7
Gambar 3.3 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen dengan  software Anates Versi 4.0.7
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kejujuran tersebut akan merwat teks kewahyuan dan hakikat intruksi dari Allah yang Maharahman, sebab hamba yang jujur akan terlepasa dari kerakuasan yang bisa

Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dipelajari bagaimana pengaruh kitosan terhadap water uptake , serta sifat biodegradasi dari bioplastik yang

Pertama, interaksi Islam dengan budaya lokal-pra Islam- telah melahirkan pesantren; kedua, interaksi pesantren dengan tradisi Timur Tengah melahirkan madrasah; ketiga,

5 Add the marks for writing and reading and enter the total mark (out of 50) in the appropriate box on the record card (‘Total mark to be transferred to Coursework

(48) “Kenapa saya berani tawarkan semua ke bapak ibu, asal yang rajin yang mau kerja ya.” (49) “Bapak aja dan warga sini mandangnya laut itu luas, gak usah beli ini tanah, nanti

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa aspek biologi kepiting air tawar endemik di Danau Matano yang meliputi sebaran, nisbah kelamin, hubungan

Judul skripsi : Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis dalam Mata Pelajaran IPS Materi Perkembangan Teknologi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Dalam penelitian ini Return On Asset (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan, karena Return On Asset merupakan salah satu indikator atau