• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN PENGAWAS SEKOLAH DALAM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBERDAYAAN PENGAWAS SEKOLAH DALAM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN."

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

PEDOMAN WAWANCARA ( Untuk para pejabat struktural )

A. Kompetensi Pengawas dalam rangka penjaminan mutu pendidikan

1. Bagaimanakah profil Pengawas Sekolah SMA saat ini di Dinas Pendidikan Kota Bekasi

dilihat dari :

a. Persyaratan latar belakang pendidikan disesuaikan dengan peraturan yang ada. b. Pengalaman kerja dan jabatan sebelum diangkat sebagai Pengawas sekolah c. Kebutuhan jumlah pengawas dibandingkan dengan jumlah sekolah yang ada 2. Bagaimana kedudukan Pengawaas sekolah dalam struktur organisasi dan tata

kerja (SOTK ) Dinas Pendidikan Kota Bekasi.?

3. Siapakah yang menjadi sasaran pembinaan Pengawas sekolah itu ? Apakah itu sudah dilaksanakan ? Diantara sasaran pembinaan itu siapa yang paling utama harus mendapat pembinaan dari Pengawas sekolah?.

4. Aspek aspek apa saja yang harus menjadi sasaran pembinaan dari pengawas sekolah itu?. Apakah kepada aspek akademik atau aspek manajerial atau kedua-duanya ?

5. Bagaimana mekanisme pelaporan hasil kerja Pengawas sekolah pada lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bekasi.

6. Apakah sudah ada peraturan yang mengatur mengenai tugas dan fungsi pokok ,atau standar kinerja dan kompetensi Pengawas Sekolah dari Dinas Pendidikan dan Pemda Kota Bekasi saat ini ?

7. Kalau belum ada apakah menggunakan acuan peraturan yang dibuat oleh tingkat pemerintah pusat ?

8. Kompetensi yang harus dimiliki oleh Pengawas sekolah itu meliputi kompetensi apa saja ?

(2)

10. Dari rincian kinerja kompetensi Pengawas sekolah itu butir-butir mana saja yang berkaitan langsung dengan upaya penjaminan mutu pendidikan ?

B. Pengembangan kompetensi Pengawas sekolah

11. Dihubungkan dengan kenyataan yang ada apakah semua Pengawas Sekolah yang ada sudah memiliki kompetensi yang dipersyaratkan bagi seorang pengawas sekolah ?.

12. Dari kompetensi pengawas sekolah yang ada sekarang apakah perlu dilaksanakan usaha peningkatan kompetensi pengawas sekolah ?. Kompetensi pengawas sekolah apa saja yang sangat perlu ditingkatkan dalam rangka penjaminan mutu pendidikan di kota Bekasi

13. Bagaimana usaha yang dilakukan Dinas Pendidikan dalam pemberdayaan pengawas sekolah dan peningkatan kompetensi dan profesionalisme Pengawas sekolah ? Adakah dana khusus untuk pelatihan-pelatihan dalam rangka meningkatkan kompetensi pengawas sekolah yang dianggarkan dari APBD Kota Bekasi ?

14. Kompetensi Pengawas sekolah yang bagaimana yang diharapkan dalam rangka penjaminan mutu pendidikan?

15. Bagaimana hubungan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan dengan Dinas Pendidikan Kota Bekasi , dalam pemberdayaan Pengawas sekolah ? Bagaimanan seharusnya peranan LPMP dalam pengembangan kompetensi Pengawas sekolah ? Sudah adakah kegiatan yang dilaksanakan oleh LPMP dalam peningkatan kompetensi Pengawas sekolah ?.

C. Faktor factor dominant yang menjadi hambatan dan kekuatan

16. Faktor – faktor dominant apa saja yang menjadi kekuatan dan hambatan dalam pemberdayaan dan peningkatan kompetensi pengawas sekolah dalam ranagka penjaminan mutu pendidikan di Kota Bekasi ?

(3)

b. Faktor-faktor apa saja yang akan menjadi hambatan dan ancaman dalam pemberdayaan dan peningkatan kompetensi pengawas sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan di kota Bekasi ?. Dilihat dari sumber daya yang ada, sarana prasarana, jumlah sekolah, kompetensi , kepribadian

D. Pelakasanaan Kepengawasan dalam rangka penjaminan mutu pendidikan 17. Bagaimanakah pola pelaksanaan kerja Pengawas sekolah ketika memberikan

pembinaan di sekolah ?

a. Terhadap Kepala Sekolah dan tenaga kependidikan lainnya dalam pembinaan manajemen sekolah

b. Terhadap guru dalam pembinaan untuk proses pembelajaran

18. Bagaimana seharusnya pendekatan yang dilakukan oleh Pengawas sekolah terhadap Kepala sekolah , guru dalam pelaksanaan kepengawasan ?

19. Bagaimana seharusnya peranan Pengawas sekolah melaksanakan kepengawasan pendidikan di sekolah dalam upaya penjaminan mutu pendidikan di Kota Bekasi ? 20. Pengawas sekolah yang bagaimana yang diharapkan dalam rangka penjaminan

mutu pendidikan di Kota Bekasi ?

(4)

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN PENGAWAS SEKOLAH

A. Kinerja dan Kompetensi Pengawas dalam penjaminan mutu pendidikan 1. Sudah berapa lama Bapak Ibu menjadi Pengawas sekolah ?... tahun

2. Apakah yang menjadi pedoman kerja Bapak/Ibu dalam melaksanakan tugas kepangawasan di sekolah ?

3. Siapakah yang menjadi sasaran pembinaan oleh Bapak / Ibu ?

4. Berapa bulan sekali Bapak/ Ibu mengadakan pembinaan terhadap sekolah, ada jadwal rutin yang diketahui sekolah atau tanpa jadwal ?

5. Dalam kegiatan-kegiatan apa saja Bapak / Ibu melaksanakan pembinaan ?

6. Menyangkut hal-hal apa saja materi pembinaan yang dilaksanakan oleh Bapak / Ibu, apakah menyangkut manajemen sekolah, proses pembelajaran , dan aspek lainnya ?

7. Bagaimana tahap-tahap yang dilaksanakan oleh Bapak / Ibu dalam pembinaan di sekolah ?

8. Bagaimana kedudukan Bapak Ibu secara organisatoris di dinas Pendidikan Kota Bekasi Bagaimana tugas dan fungsi secara kelembagaan pada dinas Pendidikan Kota Bekasi ?

9. Standar kinerja dan kompetensi pengawas yang dijadikan acuan oleh Bapak Ibu dalam melaksanakan pembinaan ,berdasarkan peraturan yang mana ? Kompetensi apa saja yang harus dimiliki oleh pengawas sekolah ?

10. Apakah seluruh standar kinerja dan kompetensi pengawas yang ada sudah bapak ibu laksanakan ?

11. Apakah standar kinerja dan kompetensi pengawas sekolah yang ada sudah berhubungan dan menggambarkan fungsi pengawas sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dan penjaminan mutu pendidikan ?

12. Apakah Bapak / Ibu setuju kalau kinerja dan kompetensi pengawas itu berhubungan dengan penjaminan mutu pendidikan di sekolah ?

B. Pengembangan kompetensi Pengawas sekolah

(5)

Pengawas sekolah untuk melaksanakan pembinaan dalam penyelenggaraan pendidikam di sekolah .

14. Apakah pemberian tanggungjawab dan wewenang kepada Bapak dan Ibu ,sudah dilaksanakan dan ditindak lanjuti untuk pengembangan karier dan jabatan guru dan kepala sekolah.

15. Dari seluruh kompetensi yang ada , kompetensi pengawas yang mana saja yang paling berhubungan dengan upaya penjaminan mutu pendidikan.

16. Apakah dirasakan oleh Bapak/ibu perlunya peningkatan kompetensi Pengawas Sekolah ,dalam upaya penjaminan mutu pendidikan ?

17. Sudah berapa kali Bapak Ibu mengikuti pelatihan untuk peningkatan kompetensi pengawas dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi Pengawas sekolah? 18. Adakah kegiatan-kegitanan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kota

Bekasi kota Bekasi untuk peningkatan kompetensi kepengawasan pendidikan ? 19. Kepada siapakah Bapak / ibu memberikan laporan hasil kepengawasan yang

bapak / Ibu laksanakan ?

20. Adakah program yang dilaksanakan LPMP untuk peningkatan kompetensi dan profesionalisme pengawas sekolah ?

C. Faktor factor dominant yang menjadi hambatan dan kekuatan

21. Kendala-kendala apa saja yang dirasakan oleh Bapak / Ibu dalam melaksanakan tugas kepengawasan di sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan ? Hal-hal apa saja yang dapat menjadi faktor pendukung dalam melaksanakan tugas bapak Ibu ?

22. Apakah upaya upaya yang dilakukan oleh Bapak/Ibu dalam mengatasi hambatan-hambatan yang ada ?

D. Pelaksanaan kegiatan Kepengawasan pendidikan

23. Bagaimana pandangan Kepala Sekolah , Guru , terhadap pelaksanaan tugas Pengawas sekolah ?

(6)

25. Apakah kegiatan pembinaan ke sekolah yang dilaksanakan oleh Bapak /Ibu, terjadwal dalam sebuah rencana program kepengawasan baik untuk satu semester ataupun untuk satu tahun ajaran ?

26. Apakah rencana program yang bapak/Ibu buat diketahui oleh sekolah-sekolah wilayah binaan Bapak/ibu ?

27. Apakah setiap akan melaksanakan pembinaan ke sekolah Bapak/Ibu tergantung kepada ada tidaknya Kepala Sekolah ?

28. Apakah setiap akan datang ke sekolah selalu memberi tahu dulu kepada Kepala Sekolah ?

29. Apakah harapan –harapan Bapak / Ibu dalam pengembangan Pengawas sekolah untuk menunjang pelaksanaan tugas sehari-hari dalam upaya penjaminan mutu pendidikan?

30. Apakah Bapak / ibu terbiasa memberikan contoh pembelajaran di kelas kepada Bapak-Ibu guru ?

31. Apakah Bapak/ Ibu terbiasa melaksanakan supervisi kelas ?

32. Bagaimana tahap-tahap dalam pelaksanaan supervisi kelas yang Bapak/Ibu biasa laksanakan ?

33. Apakah dalam melaksanakan supervisi kelas dengan cara dadakan atau memberitahu dulu kepada gurunya ?

34. Bagaimana tindak lanjut dari kegiatan supervisi kelas ,yang Bapak/Ibu laksanakan ?

35. Pendekatan yang bagaimana yang biasa dilakukan oleh Bapak/Ibu dalam melaksanakan kegiatan kepengawasan ?

36. Bagaimana tahap-tahap yang dilaksanakan oleh Bapak/Ibu dalam melaksanakan pembinaan terhadap pengelolaan dan administrasi sekolah ?

37. Selain aspek kurikulum/pembelajaran dan administrasi sekolah, aspek apa lagi yang menjadi sasaran pembinaan Bapak/Ibu di sekolah ?

(7)

39. Apakah Bapak / ibu sudah melaksanakan analisis sederhana atau komprehensif terhadap hasil belajar siswa dan kemampuan guru dari sekolah yang menjadi binaan Bapak / Ibu ?

(8)

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH Kegiatan kepengawasan

1. Kapan saja Pengawas sekolah datang ke sekolah ?

2. Kepada siapakah Pengawas sekolah lebih sering memberikan pembinaan ? 3. Bagaimana caranya Pengawas sekolah mengadakan pembinaan ?

4. Berapa lama Pengawas sekolah melaksanakan pembinaan setiap kali datang di sekolah ?

5. Aspek-aspek apa saja yang menjadi bahan pembinaan oleh Pengawas sekolah? 6. Apakah Pengawas sekolah sering mengadakan kunjungan kelas ?

7. Apakah semua guru sudah dikunjungi oleh Pengawas sekolah dalam pelaksanaan proses pembelajaran ?

8. Apakah kunjungan kelas itu dadakan atau direncanakan terlebih dahulu antara Pengawas sekolah dengan guru ?

9. Apakah sebelum dan sesudah kunjungan kelas diadakan diskusi antara guru dan pengawas ?

10. Manfaat apakah yang dapat dirasakan oleh guru dan sekolah dengan dilaksanakannya pembinaan oleh Pengawas terhadap guru melalui program kunjungan kelas / supervisi kelas ?

11. Apakah Pengawas sekolah sering memberikan contoh mengajar di depan kelas ? 12. Apakah hasil belajar siswa dan kemampuan guru menjadi bahan pembinaan dari

Pengawas Sekolah ?

13. Apakah unsur kompetensi dan profesionalisme guru menjadi bahan pembinaan dari Pengawas sekolah ?

14. Bagaimana cara pengawas sekolah mengadakan pembinaan di sekolah apakah secara individual, kelompok , atau melalui rapat dinas ? Mana yang lebih sering dilakukan ?.

(9)

16. Apakah karyawan Tata Usaha juga menjadi sasaran pembinaan oleh Pengawas sekolah ?

17. Aspek aspek apa saja yang menjadi sasaran pembinaan bagi karyawan tata usaha ,oleh Pengawas sekolah itu ?

18. Apakah pelaksanaan Pembinaan yang dilaksanakan oleh Pengawas sekolah sudah sesuai dengan harapan Bapak / Ibu ?

19. Apakah kegiatan yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah ada hubungannya dengan peningkatan mutu pendidikan di sekolah Bapak / Ibu ?

20. Apakah kegiatan yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah berhubungan dengan upaya penjaminan mutu pendidikan di sekolah Bapak / Ibu ?

21. Apakah pelaksanaan pembinaan yang dilaksanakan oleh Pengawas Sekolah ada manfaatnya dalam meningkatkan mutu pendidikan dan penjaminan mutu pendidikan di sekolah Bapak /Ibu

Peningkatan kompetensi Pengawas sekolah

22. Apakah seluruh pengawas sekolah sudah memiliki kompetensi pengawas sekolah yang dipersyaratkan ?( Kompetensi Kepribadian, supervisi manajerial,supervisi akademik, penilaian pendidikan, penelitian dan pengembangan dan kompetensi sosial )

23. Apakah seluruh kompetensi itu sudah dilaksanakan oleh para pengawas sekolah , dan sesuai dengan harapan Bapak / Ibu dalam upaya meningkatkan dan penjaminan mutu pendidikan di sekolah Bapak / Ibu ?

24. Menurut Bapak / Ibu apakah kompetensi pengawas sekolah perlu ditingkatkan? Dalam hubungannya dengan penjaminan mutu kompetensi ,manakah yang paling pentng ditingkatkan ?

(10)

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN GURU Kegiatan kepengawasan

1. Bapak Ibu kenal dengan Pengawas sekolah yang suka datang ke sekolah,dalam kegiatan apa saja pengawas sekolah datang ke sekolah ? 2. Apakah kegiatan pembinaan yang dilaksanakan pengawas sekolah

berhubungan dengan tugas-tugas guru-guru di sekolah Bapak / Ibu ? 3. Sudah berapa kali Bapak/ Ibu disupervisi oleh Pengawas sekolah, dalam

aspek apa saja ? Apakah menyangkut pembinaan administrasi pembelajaran, pembinaan terhadap proses pembelajaran , pembinaan kurikulum atau pembinaan lainnya?

4. Bagaimana teknik pembinaan yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah, apakah secara individual, kelompok atau umum melalui rapat dinas guru dan TU ?.

5. Bagaimana pendekatan hubungan antara pengawas sekolah dengan bapak / ibu dalam pelaksanaan pembinaan, apakah pendekatan komando/perintah atau pendekatan kolegial / teman sejawat ?

6. Menurut pendapat bapak / ibu apakah semua pengawas sekolah yang pernah membina di sekolah Bapak /Ibu sudah memiliki kompetensi kepengawasan sesuai dengan yang diharapkan ?

7. Bagaimana pentahapan dalam pelaksanaan supervisi kelas yang dilaksanakan oleh Pengawas sekolah ?

8. Apakah sebelum dan sesudah dilaksanakan kunjungan kelas dilaksanakan diskusi antara Bapak / Ibu dengan Pengawas ?

9. Kalau dilaksanakan diskusi menyangkut apa saya ? 10. Apakah tindak lanjut dari kegiatan kunjungan kelas itu ?

11. Adakah manfaat yang dirasakan oleh Bapak / Ibu dengan dilaksanakannya pembinaan oleh Pengawas sekolah ?

(11)

) setiap mata pelajaran , berhubungan dengan penjaminan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh guru ?

13. Aspek – aspek apa saja yang perlu mendapat pembinaan dari Pengawaas sekolah bagi guru-guru ?.

Peningkatan kompetensi pengawas sekolah

14. Dalam hubungannya dengan penjaminan mutu pendidikan apakah kompetensi pengawas perlu ditingkatkan, aspek apa saja yang paling perlu ditingkatkan ?

15. Apakah harapan bapak / ibu terhadap kinerja dan kompetensi pengawas sekolah ?

(12)

PEDOMAN WAWANCARA

DENGAN KARYAWAN TATA USAHA SEKOLAH

1. Apakah bapak / ibu sering mendapat pembinaan dari Pengawas sekolah?

2. Dalam aspek-aspek apa saja yang menjadi materi pembinaan dari Pengawas sekolah itu ?

3. Apakah ada jadwal khusus yang diberikan oleh Pengawas sekolah dalam rangka pembinaan di sekolah bapak / ibu ?

4. Bagaimana cara pembinaannya apakah secara individual atau secara kelompok ? 5. Apakah dalam pembinaannya melakukan pemeriksaan, dan menyalahkan apa

yang telah dikerjakan apabila tidak sesuai dengan ketentuan ?

6. Apakah dalam pembinaannya itu meliputi pemberian arahan, bimbingan , pemberian contoh dan pemberian saran terhadap perkerjaan yang dilaksanakan? 7. Bagaimana pentahapan dalam pembinaan yang dilaksanakan oleh pengawas

sekolah,apakah mulai dri pembinaan secara umum, kemudian keaspek-aspek khusus dan apkah ada tindak lanjut pembinaannya ?.

8. Pembinaan yang dilaksanakan pengawas sekolah apakah ada hubungannya dengan peningkatan tertib administrasi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekoah ?.

9. Apakah harapan bapak / ibu terhadap pembinaan yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah, dan sosok pengawas sekolah yang bagaimana yang diharapkan bapak / ibu ?

(13)

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN

KEPALA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) BANDUNG

1. Mohon penjelasan bagaimana tugas dan fungsi dari LPMP itu ?

2. Bagaimana mekanisme pelaksanaan tugas LPMP dalam rangka penjaminan mutu pendidikan .

3. Apakah Pengawas-pengawas sekolah yang ada sekarang sudah memenuhi kompetensi sebagai pengawas sekolah dalam rangka upaya penjaminan mutu pendidikan di sekolah ?

4. Usaha-usaha apa saja yang telah dilaksanakan oleh LPMP dalam memberdayakan Pengawas sekolah sehubungan dengan penjaminan mutu pendidikan

5. Adakah kegiatan yang telah dilaksanakan oleh LPMP dalam meningkatkan kompetensi Pengawas sekolah, sehubungan dengan penjaminan mutu pendidikan 6. Bagaimana hubungan LPMP dengan Dinas pendidikan Propinsi dan Dinas

Pendidikan Kabupaten Kota ,dalam rangka penjaminan mutu pendidikan ?

7. Setujukah apa bila pengawas sekolah befungsi sebagai kepanjangan tangan dari LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan ?

8. Bagaimana seharusnya mekanisme kerja Pengawas sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan ?

9. Faktor –faktor apa saja yang akan menjadi hambatan dan peluang dalam memberdayakan Pengawas Sekolah dalam penjaminan mutu pendidikan ?

10. Model Pengawas sekolah yang bagaimana yang diharapkan LPMP dalam rangka penjaminan mutu pendidikan ? Dilihat dari aspek kepribadian, kompetensinya , dan pelaksanaan kinerjanya ?

(14)

LAMPIRAN : 2

No Kegiatan kepengawasan Ya Tidak

1 berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan; a. Dalam perumusann visi dan misi dan tujuan sekolah b.Dalam penyusunan program Kerja sekolah jangka panjang, menengah dan Tahunan

c. Dalam menyusun organisasi sekolah dan pembagian tugasnya.

d. Dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran e.Dalam mengelola kegiatan kesiswaan

f. Dalam mengelola sarana dan prasarana g.Dalam mengelola pembiayaan pendidikan

h. Dalam mengelola program pengawasan/supervisi di sekolah

i..Dalam menilai kinerja guru dan tenaga administrasi Membina Kepala sekolah dalam penyusunan dan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP )

Membina Kepala sekolah dalam adminitrsi sekolah : a. Adminnistrasi kesiswaan

b. Adminnstrasi ketenagaan c. Administrasi sarana prasarana d. Administrasi pembiayaan e. Administrasi persuratan f. Administrasi kurikulum

Membina Kepala sekolah dalam melaksanakan bimbingan konseling

(15)

6

Membina Kepala sekolah dalam mempersiapkan akreditasi sekolah

Kompetensi Supervisi akademik

Membina Kepala sekolah penyusunan program supervisi , pelaksanaan supervisi ,evaluasi dan tindak lanjut supervisi di sekolah

Kompetensi Evaluasi Pendidikan Menilai kinerja Kepala Sekolah

Memantau pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar siswa

Pembinaan terhadap Guru

No Kegiatan kepengawasan Ya Tidak

1

Membimbing guru dalam penyusunan silabus berdasarkan standar isi, standar kopetensi,kompetensi dasar dan prinsip pengembagan KTSP

Membimbing guru dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/ teknik pembelajaran

Membimbing guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas atau diluar kelas, melalui kunjungan kelas

Membimbing guru dalam mengelola, merawat mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran

Memotivasi guru dalam memanfaatkan teknologi informasi dalam pembelajaran

Kompetensi evaluasi pendidikan

(16)

8

Memantau pelaksanaan pembelajaran dan analisis hasil belajar siswa.,dan pemberian tugas

Membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk kepentingan pendidikan,

Menyusun program perbaikan dan pengayaan

Membimbing guru dalam dalam menentukan aspek-aspek yang penting untuk dinilai dalam pembelajaran

Kompetensi Penelitian Pengembangan

Membimbing guru dalam penyusunan profosal penelitian, pelaksanaan , dan pengolahan hasil penelitian

Memberi bimbingan tentang penelitian tindakan kelas ( PTK ) kepada guru

Pembinaan terhadap Karyawan Administrasi sekolah

No Kegiatan kepengawasan Ya Tidak

1

2.

Membina penyusunan program kerja di Tata Usaha sekolah, dan pembagian tugasnya

(17)

Hubungan Pengawas sekolah dengan Kepala Sekolah,Guru-guru dan Karyawan

Punya rasa tanaggungjawab dalam melaksanakan tugas

Kreatif dalam bekerja

Mampu memotivasi Kepala sekolah, guru dan tenaga administrasi sekolah

Keakraban antara Pengawas denan Kepala sekolah, guru dan tenaga administrasi sebagai mitra kerja Diskusi dialog antrara Pengawas dengan Kepala sekolah,guru, tenaga administrasi

Adakah kegiatan pemberian penguatan atau rewards dari pengawas

Adakah masukan dari Kepala sekolah, guru, dan tenga administrasi sekolah

Kesimpulan hasil pembinaan dibuat oleh -pengawas sekolah

-bersama –sama

(18)

PEDOMAN STUDI DOKUMENTASI

No Jenis dokumen Ada Tidak

1 2 3 4 5 6

Peraturan-peraturan tentang kepengawasan di sekolah Program kepengawasan Tahunan dan Semesteran Laporan kegiatan kepengawasan

Bukti fisik kegiatan kepengawaan di sekolah Surat-surat tugas pembagian tugas kepengawasan

(19)

LAMPIRAN 3

DAFTAR NAMA RESPONDEN YANG DIWAWANCARAI DAN DIOBSERVASI A. Pejabat Dinas Pendidikan

D. Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan Tata Usaha SMA

(20)
(21)
(22)
(23)

BAB I

PENDAHULUAN A . Latar belakang

Pendidikan sampai dengan saat ini dianggap sebagai sumber utama dalam pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan ini akan dianggap bernilai: ”... jika memiliki sikap, perilaku, wawasan kemampuan, keahlian , serta

keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau lapangan kerja dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan. Nilai-nilai SDM tersebut dapat dikembangkan melalui pendidikan persekolahan baik pada jenjang pendidikan dasar menengah, maupun pendidikan tinggi “ ( Suryadi, A, 1999 : 58 ) .

Nilai yang didapat melalui pendidikan tidak semata-mata yang berhubungan dengan aspek pengetahuan saja, tetapi berhubungan dengan ,sikap, keterampilan baik yang berhubungan dengan keilmuan tersebut ataupun keterampilan yang berhubungan dengan bekal hidupnya di masyarakat. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pengembangan tersebut harus dikelola melalui konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang ada pada manajemen. Hal ini berarti bahwa manajemen pendidikan merupakan aplikasi prinsip-prinsip, konsep-konsep dan teori manajemen dalam aktifitas pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

(24)

kepentingan bangsa di masa depan adalah, peningkatan kontribusi manajemen pendidikan yang berorientasi mutu ( quality oriented ) “ (Syafarudin , 2002 :18 ). Atas dasar itulah maka pendidikan harus selalu diarahkan pada peningkatan mutu secara terus menerus.

Dalam mengelola dan menata lembaga pendidikaan dihubungan dengan administrasi pendidikan terdapat tiga fungsi utama : “ perencanaan , pelaksanaan dan pengawasan yang menyangkut tiga bidang garapan utama yaitu : Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Belajar ( SB ) dan Sumber Fasilitas dan Dana ( SFD )” ( Engkoswara, 1999 :26 ). Bahwa banyak faktor yang mempengaruhi

suatu lembaga pendidikan dalam mencapai tujuannya, faktor yang besar pengaruhnya untuk menjamin keberhasilan adalah yang berhubungan dengan sumber daya manusia dalam manajemen pendidikan.

Manajemen pendidikan merupakan keterpaduan beberapa fungsi, dimana setiap fungsi memiliki kekhususan dalam efektivitasnya untuk mencapai keberhasilan. Untuk mencapai produktivitas diperlukan keterpaduan antara fungsi-fungsi utama dalam perilaku organisasi dibidang pendidikan , yaitu fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Pada dasarnya perencanaan dan pelaksanaan merupakan satu kesatuan tindakan, pengawasan dan pengendalian diperlukan untuk melihat sejauh mana hasil tercapai.

(25)

2006 :38 ): ” Bagian terpenting dari proses ini adalah pengendalian manajemen yang merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan manajemen untuk mengarahkan orang, mesin dan fungsi-fungsi guna mencapai tujuan serta sasaran organisasi”. Sama halnya dalam proses pendidikan perlu adanya pengendalian

dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian pengendalian suatu proses mengarahkan organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Disamping pelaksanaan pengendalian dalam kegiatan manajemen pendidikan diperlukan juga pengawasan. “ Pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen untuk menjaga

agar kegiatan pelaksanaan tugas fokok dan fungsi organisasi dalam rangka mencapai tujuan dapat berjalan dengan efektif dan efisien sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku “ ( Kep.Mendiknas No. 097 /U/2002 ).

Lebih jauh dalam Kep Mendiknas tersebut dikemukakan tentang Pengawasan fungsional dan Pengawasan Teknis. Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengawas Keuangan, Badan Pengawas Keuangan Pembangunan , Inspektorat Jendral, Badan Pengawas Propinsi dan Badan Pengawas Kabupaten/Kota. Pengawasan teknis adalah kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh pengawas sekolah, penilik pada pendidikan luar sekolah, pembinaan pemuda dan olah raga, untuk memantau , menilai dan memberikan bimbingan terhadap penyelenggaraan pendidikan, pembinaan pemuda dan pembinaan olah raga. Pengawasan pendidikan secara teknis akan menyangkut keseluruhan bidang garapan dalam pengelolaan pendidikan.

(26)

kependidikan, pengelolaan sarana prasarana pendidikan, pengelolaan keuangan , pengelolaan kerjasama dengan masyarakat serta pengawasan pendidikan. Pada saat sekarang dengan lahirnya Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, maka pengelolaan satuan pendidikan harus memenuhi delapan standar Nasional yang meliputi : Standar isi, Standar proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pengelolaan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pembiayaan dan Standar Penilaian. Untuk mengetahui pencapaian dari kedelapan standar tersebut perlu adanya pengawasan , untuk menjamin agar kegiatan-kegiatan tersebut terlaksana sesuai dengan rencana dan terus menerus berkembang .

Pemerintah melakukan pengawasan atas penyelenggaraan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun oleh masyarakat, dalam rangka pembinaan satuan pendidikan yang bersangkutan. “ Pengawasan lebih merupakan

upaya untuk memberi bimbingan, binaan, dorongan dan pengayoman bagi satuan pendidikan yang bersangkutan, yang diharapkan terus menerus dapat meningkatkan mutu pendidikan maupun pelayanannya” (Penjelasan UU No.2

Tahun 1989 Pasal 52. ).

(27)

the operation good schools “ . Hal ini sesuai pula dengan fungsi dari pengawasan

pendidikan yang dikemukakan oleh Alfonso, ( 1981:121 )bahwa : “ The function of supervision is to promote teacher professional growth to achieve a better –

learning through better teaching “ . Atas dasar itu hasil kegiatan kepengawasan

pendidikan harus bermanfaat dalam mengembangkan sekolah, salah satunya : “ harus dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan mutu kinerja professional guru “ ( Sahertian , 2000 : 21 ).

Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya upaya meningkatkan kemampuan professional kepengawasan. Hal ini dirasakan penting karena pengawasan pendidikan merupakan bagian terpadu dalam keseluruhan penyelenggaraan pendidikan nasional, dari lingkup sekolah sampai lingkup makro. Pengawasan pendidikan akan menyangkut pengawasan dalam kerangka

audit control dan pengawasan dalam kerangka quality control . Dalam kerangka

quality control kepengawasan pada proses pendidikan di sekolah, menjadi tugas dari Pengawas sekolah untuk melaksanakan kegiatan kepengawasan. Hal ini sesuai dengan fungsi pengawasan seperti ditegaskan United Kingdom For HMSO (Hand Book , 1992 : 4 ) :

The function of inspection set out in the Education (Schools ) 1992 is to report

on :

The quality of the education provide by school ;

The educational standards achieved in those schools ;

Whether the financial resources made available to those schools are

managed efficiently ;

The spiritual,moral, social and cultural development of pupils at those

schools.”

(28)

keuangan secara efisien, dan perkembangan spiritual,sosial dan budaya siswa di sekolah itu. Sejak tanggal 1 Nopember 1996 berdasarkan SK. Men PAN .No.118/1996, jabatan pengawas sekolah berubah dari jabatan struktural menjadi jabatan fungsional. Konsekwensi perubahan jabatan tersebut menimbulkan perubahan esensi tugas dan kegiatan pengawas sekolah . Dimana tugas utama pengawas sekolah adalah , menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah sekolah tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggung jawabnya . Ini semua ditujukan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan maupun pelayanannya, seperti ditegaskan dalam UU No.20 Tahun 2003 .

Peningkatan mutu pendidikan hendaknya menjadi tujuan dari semua tenaga kependidikan disetiap lembaga penyelenggara pendidikan dan pengelola pendidikan. Karena mutu pendidikan merupakan : “ suatu evaluasi terhadap proses pendidikan dengan harapan tinggi untuk dicapai dan mengembangkan bakat para pelanggan pendidikan dalam proses pendidikan. Mutu adalah hal yang esensial sebagai bagian dalam proses pendidikan “( Charles Hoy , 2000: 47 ).

Dalam hubungannya dengan manejemen pendidikan, upaya meningkatkan mutu pendidikan harus menjadi program utama di sekolah.

Untuk itu pemerintah memandang perlu adanya Manajemen Peningkatan Mutu terpadu dalam pendidikan. Dalam aplikasinya istilah mutu terpadu terhadap pendidikan disebut juga “ Total Quality Education “. Dalam konteks aplikasi

(29)

which can provide any educational institution with a set of practical tools for

meeting and exceding present and future customers need, wants ,and

expectations”.

Definisi tersebut menjelaskan bahwa manajemen mutu terpadu menekankan pada dua konsep utama ; pertama sebagai suatu filosofi perbaikan terus menerus (

continous improvement ) , dan kedua berhubungan dengan alat-alat dan teknik

yang digunakan untuk perbaikan mutu dalam tindakan manajemen untuk mencapai kebutuhan dan harapan pelanggan . Berarti manajemen mutu terpadu dalam pendidikan dapat saja disebut mengutamakan peserta didik atau untuk kepentingan program perbaikan sekolah, yang mungkin dilakukan secara lebih kreatif dan konstruktif. Hal ini berarti bahwa manajemen mutu terpadu pendidikan merupakan aplikasi konsep manajemen mutu, yang disesuaikan dengan sifat dasar sekolah sebagai organisasi jasa .Prosesnya sendiri melalui pengembangan pembelajaran bermutu , agar melahirkan lulusan yang sesuai dengan harapan orang tua , masyarakat dan pelanggan pendidikan lainnya.

Untuk mengetahui tingkat kepercayaan mutu itu perlu adanya pengawasan; ” Pengawasan pada pendidikan formal dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan” (Pasal 39 ayat (1) PP 19 Tahun 2005 ). Bagaimana peranan dari pengawas dalam konteks manajemen mutu terpadu dalam pendidikan. “

(30)

Kriteria-kriteria apa saja untuk dapat diangkat menjadi seorang pengawas sekolah sehingga nantinya betul-betul menjadi penjamin mutu dan panutan bagi guru , sehingga akan tepat apabila pengawas sekolah disebut sebagai “guru model “. Pengalaman dalam melaksanakan proses pembelajaran ketika bertugas sebagai

guru, pengalaman pengelolaan atau manajerial sekolah ketika bertugas sebagai Kepala Sekolah , adalah bekal potensial yang dimiliki setiap pengawas melakukan kepengawasan di sekolah-sekolah. Kalau dibandingkan dengan pengawasan fungsional, apakah pengawasan teknis yang dilakukan oleh pengawas sekolah ada perbedaan dengan tugas pengawasan fungsional.

Sesuai dengan SK .Men PAN .No.118/1996 , kemudian diperbaharui dengan Keputusan Men PAN.No : 091/KEP/M.PAN/10/2001,Pasal 4 ayat ( 1 ), bahwa tugas pokok Pengawas sekolah adalah: Pengawas sekolah mempunyai tugas pokok menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah sekolah tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggungjawabnya.

Sesuai dengan penjelasan dari Keputusan Men PAN yang dimaksud dengan tugas pembinaan oleh pengawas sekolah maksudnya memberikan ,arahan, bimbingan, contoh dan saran , dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah.

(31)

dilaksanakan dengan cara yang bersangkutan bertindak sebagai guru yang melaksanakan proses belajar mengajar / memberi bimbingan, untuk materi tertentu di depan kelas atau diruang bimbingan konseling . Sedangkan tugas memberikan saran, ,merupakan upaya pengawas sekolah agar sesuatu proses pendidikan yang dilaksanakan disekolah lebih baik dari pada hasil yang dicapai sebelumnya, atau berupa saran kepada pimpinan untuk menindak lanjuti pembinaan yang tidak dapat dilaksanakan sendiri . Tugas menilai, menentukan tingkat derajat keberhasilan dari apa yang telah dilaksanakan oleh guru dan tenaga kependidikan lainnya setelah diadakan tugas pembinaan, sesuai dengan norma-norma penilaian yang berlaku.

Bagaimana keberadaan pelaksanaan tugas kepengawasan pendidikan diera otonomi daerah umumnya dan tugas pengawas sekolah pada khususnya ? Sebagai gambaran dari studi pendahuluan berupa analisis kondisi berkenaan dengan keberadaan pengawasan pendidikan dan kondisi faktual pengawas sekolah di lapangan saat ini adalah :

a. Belum ada perencanaan program pengembangan kepengawasan mulai dari

(32)

b. Pejabat struktural di Dinas Pendidikan yang sudah tidak sesuai lagi dengan kepentingan politis, atau ada yang ingin memperpanjang usia masa kerja untuk pensiun dipindahkan menjadi pengawas sekolah tanpa melihat latar belakang yang bersangkutan apakah pernah menjadi guru atau pernah menjadi pengawas sebelumnya. Termasuk Kepala Sekolah yang kurang loyal terhadap Pemda , dengan tidak memperhitungkan usia , kualifikasi dan kompetensi sesuai aturan yang ada, diangkat menjadi Pengawas sekolah. Pengangkatan Pengawas sekolah tanpa seleksi dan tanpa pelatihan terlebih dahulu.

c. Kebutuhan jumlah pengawas sekolah belum sebanding dengan jumlah sekolah yang harus menjadi sekolah binaan bagi setiap pengawas sekolah pada jenjang SMA dan SMK.

(33)

pembelajaran. Kegiatan pengawasan belum secara utuh mengarah pada supervisi akademik apalagi supervisi klinis. Kegiatan kepengawasan belum seluruhnya mencerminkan upaya-upaya dalam rangka penjaminan mutu pendidikan di sekolah. Kegiatan kepengawasan belum terarah kepada upaya peningkatan proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, yang pada akhirnya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

e. Masukan dari Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP ) Jawa Barat ,sesuai dengan tugas pokok LPMP adalah melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah , yang dalam pelaksanaannya dengan memberdayakan Pengawas Sekolah yang ada di tiap-tiap Kabupaten /Kota .Setiap tiga bulan sekali Pengawas sekolah diharuskan memberikan laporan kegiatan kepengawasannya ke LPMP . Hal ini menunjukkan betapa pentingnya tugas dan fungsi Pengawas sekolah dalam penjaminan mutu pendidikan.

B. Perumusan dan pembatasan masalah

(34)

Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan fungsi dan peranan pengawas sekolah sebagai penjaminan mutu pendidikan , dan dalam meningkatkan mutu pendidikan, perlu adanya usaha untuk memberdayakan pengawas sekolah dengan meningkatkan kinerja ,dan kompetensinya. Apalagi sekarang ini dilingkungan sekolah dikembangkan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah ( MPMBS ). Model pengelolaan yang memberikan otonomi atau kemandirian kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan pemerintah. Sekolah bertanggung jawab tentang mutu pendidikan sekolah masing-masing kepada pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumya .Sekolah akan berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan.

Dimana implementasi dari MPMBS salah satu tujuannya adalah : Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia,. Apalagi dalam hubungannya dengan penjaminan mutu pendidikan sesuai dengan pasal 91 ayat (1) PP No.19 Tahun 2005 : “Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan

nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan “. Dalam

(35)

melaksanakan tugas dan kewenangannya sebagaimana tuntutan kinerja tugas tersebut, sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan. Sebab seperti yang dikemukakan Amirudin Siahaan, ( 2006 : 11 ) tentang pemberdayaan :

Pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan seseorang atau kelompok sehingga mampu melaksanakan tugas dan kewenangannya sebagaimana tuntutan kinerja tugas tersebut . Pemberdayaan merupakan proses yang dapat dilakukan melalui berbagai upaya, misalnya pemberian wewenang penuh, peningkatan partisipasi , pemberian kepercayaan sehingga setiap orang atau kelompok dapat memahami apa yang dapat dikerjakannya yang pada akhirnya akan berimplikasi pada peningkatan pencapaian tujuan secara efektif dan efisien” . Sehingga diharapkan Pengawas sekolah itu betul-betul mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan tuntutan kinjerja dan kompetensi yang dipersyaratkan. Pentingnya pemberdayaan itu sesuai dengan pengertian pemberdayaan menurut Kenneth E Fracaro (2006 ; 4 ) mengemukakan :” Empowerment is assigning responsibilities, authority, and decision making power to employees and holding

them accountable for results “. Hal ini di dasarkan kepada fungsi pengawas

sekolah itu bertangungjawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang menjadi binaannya.

(36)

Sesuai dengan permasalahan tersebut di atas ,penelitian yang akan dilaksanakan diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1.Apakah Pengawas sekolah ,sudah memiliki dan melaksanakan Kompetensi yang dipersyaratkan berdasarkan peraturan yang berlaku dan konsep supervisi dalam rangka penjaminan mutu pendidikan ?

2.Kompetensi-kompetensi pengawas sekolah apa saja yang harus diberdayakan dan ditingkatkan, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan sebagai upaya dalam pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan di sekolah?.

3. Apakah kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan dalam rangka memberdayakan pengawas sekolah sehubungan dengan pelaksanaan kepengawasan untuk penjaminan mutu pendidikan ?

4.Bagaimana pelaksanaan kegiatan pengawasan yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah terhadap kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam rangka penjaminan mutu pendidikan di sekolah ?

C. Tujuan Penelitian

(37)

dirumuskan mengenai pentingnya peningkatan kompetensi pengawas sekolah dalam rangka pelaksanaan kegiatan kepengawasan di sekolah . Kegiatan kepengawasan yang harus dilaksanakan oleh pengawas sekolah, dalam rangka penjaminan mutu pendidikan di sekolah.

Secara khusus penelitian ini bertujuan :

1. Untuk memperoleh gambaran objektif kompetensi pengawas sekolah yang sudah dimiliki dan dilaksanakan oleh pengawas sekolah dalam pelaksanaan manajemen kepengawasan pendidikan di Kota Bekasi 2. Memperoleh gambaran objektif tentang kompetensi Pengawas sekolah

apa saja yang harus ditingkatkan melalui pemberdayaan Pengawas sekola, dalam rangka penjaminan mutu pendidikan di sekolah .

3. Memperoleh gambaran faktor- faktor dominant yang menjadi pendukung

dan penghambat untuk pemberdayaan pengawas sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan di sekolah

4. Mengidentifikasi dan menganalisis kegiatan kepengawasan yang harus dilaksanakan oleh pengawas sekolah, untuk dijadikan model kepengawasan dalam rangka melaksanakan penjaminan mutu pendidikan di sekolah.

D. Manfaat Penelitian

(38)

menengah. Kegiatan kepengawasan pendidikan ini dalam hubungannya dengan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan , pada era otonomi daerah.

1. Aspek teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam upaya pengembangan ilmu Administrasi Pendidikan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia tenaga kependidikan, dan lebih khusus pengawas sekolah.

2. Aspek praktis

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap Dinas Pendidikan dan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bekasi khususnya dan lembaga terkait dengan kepengawasan umumnya, untuk pengembangan kompetensi pengawas sekolah dalam pelaksanaan kepengawasan pendidikan. Terutama dalam manajemen kepengawasan pendidikan dan pelaksanaan kegiatan kepengawasan yang seharusnya dilaksanakan oleh Pengawas Sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan di sekolah.

E. PremisPenelitian

(39)

menarik kesimpulan , mana titik pangkal, mana isu pokok “. ( Nasution ,1988 : 35)

Premis 1 : Agar proses pendidikan berkualitas perlu dilakukan intervensi yang sistematis sehingga memberikan jaminan kualitas yang meyakinkan. Salah satu intervensi sistematis adalah melalui peningkatan supervisi oleh Pengawas Sekolah. Dalam hal ini pembinaan sekolah , khususnya pengendalian mutu kegiatan belajar mengajar, pengawas hendaknya berperan sebagi katalisator ( Hamid Hasan ,2000 : 4 ). Premis 2 : Pemberdayaan sebagai upaya mendorong dan memungkinkan

individu-individu untuk mengemban tanggungjawab pribadi atas upaya mereka memperbaiki cara mereka melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dan menyumbang pada pencapaian tujuan (Clutterbuck : 2003 :3 )

Premis 3 . “Pemberdayaan sumber daya manusia adalah suatu proses kegiatan usaha untuk lebih memberdayakan” daya manusia” melalui

perubahan dan pengembangan manusia itu sendiri ,berupa kemampuan,kepercayaan, wewenang dan tanggungjawab dalam rangka pelaksanaan kegiatan-kegiatan organisasi untuk meningkatkan kinerja sebagaimana diharapkan”( Sedarmayanti, 2008

: 287 ).

Premis 4. “ Supervision is a set of activities and role specifications,specifically

designed to influence instruction “ ( Sergiovani and Storrat , 1983 :

(40)

Premis 5 :“The purpose of inspection is to identify strengths and weaknesses in

schools so that they may improve the quality of education offered and

raise the standards achieved by their pupils “(Unit Kingdom For

HMSO, 1993 : 4 ).

Premis 6 :Sergiovani dan Starrat ( 1993:24 ) :” Supervision is a process designed to help teacher and supervisor learn more about their pratice ; to

better able to use their knowledge and skills to better serve parents and

schools ; and to make the school a more effective learning community

Premis 7 :Untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan dilakukan evaluasi, akreditasi , dan sertifikasi( PP No. 19 Tahun 2005 )..

Premis 8 : Supervisi adalah kegiatan berupa bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh supervisor yaitu pengawas dan kepla sekolah kepada guru dan staf tata usaha untuk meningkatkan kinerjanya dalama mencapai tujuan pendidikan bermutu (Suharsimi Arikunto ,2004 :24 ). Premis 9 : Supervisi pendidikan dipandang sebagai kegiatan yang ditujukan untuk

(41)

Premis 10 : Pengawas sekolah harus memahami tugasnya dalam membina dan mengembangkan kepala sekolah profesional, terutama berkaitan dengan pengembangan kreatifitas dan pemberian motivasi, karena pengembangan kepala sekolah profesional merupakan program pengawas sekolah yang harus diprioritaskan.(Mulyasa,2004:37 ) Premis 11 : Pengawasan internal sekolah hakikatnya bertujuan untuk

mengidentifikasi kinerja sekolah secara kolektif dan berkesinambungan dengan harapan mampu mengevaluasi dan mengelola urusan dalamnya sendiri. Apabila sekolah memiliki akuntabiltas maka kualitas proses pelayanan pendidikan meningkat dan tumbuhnya kepercayaan masyarakat ( Depdikbud : 1993 ).

F. Paradigma Penelitian

Penelitian pada hakekatnya merupakan wahana untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran . Paradigma merupakan : Sebagai suatu kesatuan persefsi, gagasan , konsep dan nilai-nilai yang menentukan pola pikir dan berperilaku manusia dalam waktu dan tempat tertentu “ ( Moch. Surja, 1997 : 18 ). Paradigma merupakan dasar pemikiran yang

digunakan dalam menyoroti dan mengkaji permasalahan . Dikaitkan dengan kegiatan penelitian , maka paradigma dapat diartikan sebagai kerangka konseptual dalam melihat persoalan secara terstruktur. “ Paragdigma adalah kumpulan

(42)

Paradigma penelitian adalah model yang dijadikan acuan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitiannya. Paradigma penelitian sebagai kerangka berfikir yang diambil oleh peneliti dalam meneliti atau memahami realitas objek yang diteliti dan disampaikan oleh peneliti dalam bentuk narasi atau gambar.

Penelitian ini mempersoalkan mengenai kompetensi pengawas sekolah apakah dalam pelaksanaan pembinaannya sudah sesuai dengan kriteria dalam rangka penjaminan mutu pendidikan. Kemudian termasuk manajemen kepengawasan pendidikan dalam pengembangan kompetensi dan kemampuan profesionalnya. Bertolak dari pemberdayaan dengan peningkatan kompetensi pengawas itulah diupayakan adanya pengembangan kepengawasan pendidikan di sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan.

(43)

Kajian terhadap kondisi faktual secara empirik diera otonomi daerah ,tentang kedudukan pengawas sekolah ,pelaksanaan pekerjaan pengawas sekolah dan pengembangan karier bagi pengawas sekolah , pada Dinas Pendidikan Kota Bekasi .

Analisis kedua diarahkan kepada kegiatan untuk mengetahui faktor-faktor dominan dalam dalam pemberdayaan untuk peningkatan kinerja dan kompetensi Pengawas sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan. Analisis kedua ini diarahkan pula pada kajian faktor pendukung dan penghambat baik intenal maupun eksternal terhadap pengembangan kegiatan kepengawasan yang dilaksanakan oleh Pengawas Sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan. Analisis ketiga dilakukan melalui kajian terhadap peningkatan kompetensi pengawas sekolah dengan memperhitungkan hasil kajian dari faktor- faktor pendukung dan penghambat baik internal maupun eksternal untuk melaksanakan kegiatan kepengawasan pendidikan yang dilaksanakan oleh Pengawas Sekolah dalam penjaminan mutu pendidikan. Tentunya berhubungan dengan kinerja dan kompetensi pengawas sekolah , perencanaan pengawasan , proses pengawasan ,evaluasi dan analisis hasil kepengawasan untuk mewujudkan pengawas yang professional dalam penjaminan mutu pendidikan di Kota Bekasi .

(44)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan focus penelitian yang telah dijelaskan pada Bab I, penelitian yang akan dilakukan peneliti bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penggunaan pendekatan kualitaif dengan pertimbangan sebagaimana diungkapkan oleh Nasution ( 1992: 23 ), bahwa pendekatan ini ,

1). Memiliki kelenturan untuk menyesuaikan dengan hal-hal yang ganda, 2). Menyajikan langsung hakekat dari hubungan antara peneliti dengan

responden, 3). Lebih peka terhadap adanya penajaman nilai-nilai yang ditemui. Penelitian kualitatif mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka dan berusaha memahami dan menafsirkan pikiran mereka tentang dunia mereka .

(45)

digambarkan sebagaimana adanya, sedangkan sifat analaisis dari penelitian ini merupakan kegiatan lanjutan dari deskrifsi gejala dan peristiwa”. Analisis secara

mendalam dilakukan berdasarkan kajian teori , setelah didapat gambaran yang jelas dan lengkap tentang aspek-aspek yang diteliti.

Boglan dan Taylor ( 1975 ; 5 ) yang dikutip Moleong ( 2000 ; 3 ) mendefinikan mengenai “Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.” Sedangkan Bogdan dan Biklen (1982: 23 )

menjelaskan bahwa “ Qualitative research” merupakan istilah yang luas ( “ as an umbrella term “ ) yang menerangkan dan mencakup segala bentuk penelitian yang

memiliki cirri-ciri yang bersamaan. Data yang didapat biasanya yang berupa uraian yang kaya akan deskripsi mengenai kegiatan subyek yang diteliti, pendapatnya dan aspek-aspek yang berkaitan yang diperoleh melalui wawancara observasi dan studi dokumentasi. Dengan penelitian kualitatif peneliti berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa dan interaksi perilaku manusia dalam suatu situasi tertentu menurut persepsi sendiri.

Sehubungan dengan hal tersebut Sugiyono (2005 ; 1 ), mengemukakan bahwa :

Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek ilmiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan ), analisis data bersifat induktif , dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi .

(46)

gambaran yang menyeluruh dan jelas terhadap situasi social satu dengan situasi social lainnya dapat menemukan pola-pola hubungan antara aspek tertentu dengan aspek lainya dan dapat menemukan hipotesis dan teori.

Sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Erickson dalam Sugiyono ( 2005: 10 ), mengenai cirri-ciri penelitian kualitatif adalah sebagai berikut

1. Intensive , long term participation in field setting

2. Careful recording of what happens in the setting by writing field notes and

interview notes by collecting others kinds of documentary evidence

3. Analytic reflection on the documentary records obtained in the field

4. Reporting the esult by mean of detailed descriptions , direct quotes from interview , and interpretative commentary

Berdasarkan hal tersebut di atas metode penelitian kualitatif dilakukan secara intensif , peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan. Peneliti mencatat secara hati-hati apa yang terjadi ,kemudian melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan. Hal ini berhubungan dengan realitas yang kompleks,sehingga akan mampu memperoleh pemahaman akan makna.

(47)

Pertimbangan-pertimbangan tersebut sesuai dengan karakteristik pendekatan atau metode kualitatif sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1982 : 52 ) sebagai berikut :

1. Qualitative research has the natural setting as the direct source of

data and the researcher is the key instrument.

2. Qualitative reseach is descriptive

3. Qualitative reseach are concerened with process rather than

simply with outcomes or products

4. Qualitative reseach tend to analyze their data induvtively

5. “Meaning” is of essential concern to qualitative approach

Karakteristik pertama bahwa penelitian kualitatif memiliki latar alamiah Sebagai sumber data langsung, serta penelitian menjadi instrument kunci atau instrument utama. Karakter kedua, mengimplikasikan bahwa data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif lebih cenderung dalam bentuk kata-kata dari pada angka-angka sebagaimana dalam penelitian kuantitatif. Hasil analisisnya akan berupa uraian yang kaya akan deskripsi dan penjelasan tentang aspek-aspek masalah yang menjadi focus penelitian

(48)

Analisis induktif digunakan karena seperti yang dikemukakan Moleong ( 2000 ;5 ). Pertama proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan

ganda sebagaimana terdapat dalam data; kedua analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel; ketiga, analisis demikian lebih dapat menguaraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan kepada suatu latar lainnya, keempat, analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersamaan yang mempertajam hubungan-hubungan.

Melalui analisis induktif akan berupaya mengungkapkan makna dari keadaan yang diamatinya, peneliti akan menjadi pengumpul data utama dalam penelitian ini, dan memiliki adaptabilitas yang tinggi.

B. Sumber data Penelitian

Menurut Loflan ( 1984 ; 47 ) dalam Moleong ( 2000 ; 112 ) menyatakan bahwa “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Berkaitan dengan hal tersebut diatas jenis datanya terdiri dari kata-kata dan tindakan, serta sumber data tertulis.

(49)

dilaksanakan oleh Pengawas Sekolah dalam melaksanakan penjaminan mutu pendidikan, di Dinas Pendidikan Kota Bekasi.

Selanjutnya mengenai sumber data dalam penelitian kualitatif menurut Goetz dan Le Comte ( 1984: 72) yang dikutif Djam’an Satori ( 1989:192 ) menyatakan : “ Whatever the population or population are determined to be, their categories must be discovered and refined into specific units of analysis that

facilitate data reduction and processing”.

Berdasarkan paradigma penelitian dan focus masalah yang diteliti dalam penelitian ini, yang menjadi sumber data penelitian, adalah para pejabat struktural dinas pendidikan Kota Bekasi, antara lain Kepala Dinas Pendidikan , Kepala Bidang Dikmen, Kepala Bidang Dikdas, Kepala Bagian Tata Usaha , Koordinator pengawas Kota Bekasi, Pengawas Sekolah SMA , Kepala SMA , Guru-guru yang termasuk Pengurus dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran ( MGMP ) .

(50)

,1992 : 32 ). Berhubungan dengan sample ini Lincoln dan Guba ( 1985: 72 ) menyatakan cirri-ciri sample purposif, “ (1) Emergent sampling design; (2) Serial

selection of sample units,(3) Continuous adjustment or “focusing”of the sample;

(4) Selection to the point of redundancy.

Sesuai dengan hal-hal tersebut diatas maka penentuan sumber data dalam penelitian ini dilakukan sementara penelitian berlangsung. Adapun caranya adalah sebagai berikut :

a. Penelitian memilih unit sample tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data dan informasi yang diperlukan

b. Selanjutnya berdasarkan data informasi yang diperoleh, peneliti menetapkan unit sample atau sumber data berikutnya yang memungkinkan

c. Untuk dapat memberikan data dan informasi yang lebih lengkap.

Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (1992: 64) ; bahwa penentuan unit sample atau responden dianggap telah memadai apabila telah sampai pada taraf “redundancy” atau kejenuhan. Artinya dengan menggunakan sumber data atau

responden selanjutnya, boleh dikatakan tidak akan ada lagi tambahan informasi dan data yang berarti.

(51)

Untuk mendapatkan data yang akurat diperlukan teknik pengumpulan data sesuai dengan karakteristik pendekatan kualitatif. Untuk membantu melaksanakan fungsinya sebagai instrument utama penelitian, peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data meliputi; Wawancara, Observasi dan studi dokumentasi. Teknik tersebut diharapkan menghasilkan data dan informasi yang saling menunjang dan melengkapi mengenai ,Pengembangan kompetensi pengawas sekolah dalam melaksanakan penjaminan mutu pendidikan, di Dinas Pendidikan Kota Bekasi.

Bogdan dan Biklen ( 1982: 192 ) menyatakan bahwa keberhasilan suatu penelitian naturalistic sangat tergantung pada ketelitian dan kelengkapan catatan lapangan ( “filed notes” ) yang disusun oleh peneliti. Data dan informasi yang telah dikumpulkan akan disusun dalam catatan lapangan, agar tujuan penelitian yang telah ditetapkan dapat tercapai sesuai harapan. Agar data informasi yang diperlukan dapat direkam dan disimpan selengkap mungkin, maka peneliti menggunakan pedoman wawancara, dan kajian dokumentasi, buku catatan dan tape recorder.

Berikut ini akan diuraikan tentang penggunaan jenis-jenis teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini, yang meliputi wawancara,observasi dan studi dokumentasi.

1. Wawancara

(52)

data yang paling tinggi. Wawancara merupakan proses komunikasi antara peneliti dengan sumber data dalam rangka menggali data yang bersifat “overview” untuk mengungkapkan makna yang terkandung dari masalah-masalah yang diteliti.

Dalam pengumpulan data pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara bersifat “instructured” yaitu wawancara yang terfocus suatu masalah tertentu ( “focused interview” ) dan wawancara bebas ( “free interview” ) yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang beralih dari satu pokok ke pokok yang lain. Sepanjang berkaitan dengan masalah yang diteliti serta menjelaskan aspek-aspeknya .

Pertimbangan digunakannya wawancara karena memiliki beberapa kelebihan seperti dikemukakan oleh Sudjana dan Ibrahim ( 1989 ; 102 ), sebagai berikut :

a. Penelitian dapat melakukan kontak secara langsung dengan responden sehingga memungkinkan didapatkannya jawaban secara bebas dan mendalam b. Hubungan dapat dibina lebih baik sehingga memungkinkan responden bisa mengemukakan pendapat secara bebas

c. Data dapat diperoleh secara lebih, komprehensif d. Sifat data primer

e. Untuk pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas dari kedua belah pihak dapat diulang kembali.

(53)

dapat menggunakan wawancara tidak terstruktur “ ( Sugiyono, 2005 : 74 ). Oleh

karena itu pedoman wawancara yang telah dibuat, dalam pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan keadaan dan tidak terlalu mengikat. Data yang dikumpulkan melalui teknik wawancara, meliputi data sebagai berikut :

a. Data yang menyangkut kondisi faktual pengawas sekolah SMA, saat ini di Kota Bekasi tentang :

1.Kinerja dan kompetensi pengawas sekolah yang ada dan yang sudah dilaksanakan

2.Kinerja dan kompetensi pengawas sekolah yang seharusnya ditingkatkan dalam hubungannya dengan penjaminan mutu pendidikan.

b. Data yang berhubungan dengan pemberdayaan pengawas sekolah , peningkatan kompetensi pengawas sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan .

c. Data yang berhubungan dengan faktor pendukung dan penghambat dalam upaya pelaksanaan tanggung jawab dan wewenang pengawas sekolah, peningkatan kompetensi pengawas sekolah dalam kepengawasan pendidikan sebagai upaya penjaminan mutu pendidikan di sekolah pada Dinas Pendidikan Kota Bekasi

d. Kegiatan yang seharusnya dilaksanakan dalam kepengawasan pendidikan oleh Pengawas sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan

2. Observasi

(54)

kompetensi pengawas sekolah. Dikaitkan dengan paradigma penelitian, maka data dan informasi yang dikumpulkan melalui observasi, adalah

a. Data yang menyangkut pelaksanaan pengawasan, pembinaan di sekolah, oleh pengawas sekolah di SMA

b.Kompetensi pengawas apa saja yang sudah dilaksanakan dan kompetensi apa saja yang belum berkembang dalam pelaksanaan kepengawasan di sekolah.

c. Teknik/ metode pengawasan

d.Hubungan antara pengawas sekolah dengan guru, kepala sekolah dan tata usaha, dalam pelaksanaan pembinaan

Dalam observasi ini peneliti langsung melihat bagaimana pelaksanaan kegiatan pengawas sekolah, baik untuk pembinaan aspek akademik maupun aspek manajerial termasuk dalam pembinaan persiapan akreditasi, dengan menggunakan pedoman observasi. Adapun Pengawas sekolah yang di obervasi dalam kegiatan kepengawasannya adalah ; Drs. Budiman Dermawan,M.Sn, Dra. Lucia Suharti,MM, Hj. Eha Djulaeha, S.Pd,MM.

3. Studi Dokumentasi

(55)

penelitian,dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data.”( Nasution, (2003 : 86 ) . Dokumen memberikan keotentikan isi yang dapat diterima sebagai kenyataan, kecocokan dan kesesuaian data untuk menambahkan pengertian tentang gejala dan masalah yang diteliti.

Dalam penelitian ini dokumen yang diteliti dan data yang diharapkan diperoleh dari dokumen tersebut antara lain :

1. Ketentuan, peraturan-peraturan yang berkaitan dengan jabatan fungsional pengawas sekolah, Kualifikasi dan Kompetensi pengawas sekolah

2. Bukti fisik hasil kinerja Pengawas sekolah, yang akan dijadikan dasar dalam penelitian angka kredit sebagai bahan dalam menentuan kenaikan pangkat dan jabatannya.

D. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Dalam prosedur pengumpulan data pada penelitian kualitatif, tidak ada satu pola yang pasti, maka efektifitasnya akan ditentukan oleh peranan peneliti sebagai “ Human Instrument” berkaitan dengan hal tersebut, Nasution ( 1992: 69 )

menyatakan sebagai berikut:

Masing-masing peneliti dapat memberi sejumlah petunjuk dan saran berdasarkan pengalaman masing-masing, namun rasanya penelitian kualitatif hanya dapat dikuasai dengan melakukan sendiri sambil mempelajari cara-cara yang diikuti oleh para peneliti yang mendahuluinya. Dan Akhirnya ia menemukan caranya sendiri dalam masalah-masalah khususnya yang dihadapinya.

(56)

Ph.D. Kemudian surat ijin mengadakan penelitian lapangan dari Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Nomor :421/2987-Dik. Tanggal 3 Juni 2008. Pada pelaksanaan penelitian pencatatan data hasil penelitian dilakukan, pertama saat itu juga ketika dilapangan dengan segera di catat terutama pada saat wawancara dan observasi. Kedua data hasil wawancara selain dicatat ,juga didokumentsikan melalui rekaman kaset.

Pengumpulan data dalam penelitian ini mengikuti procedur seperti yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba ( 1985: 152 ) yang terdiri dari tiga tahap yaitu : tahap orientasi dan “overview”, tahap eksplorasi ( “ focused

exploration”); dan tahap “member check”.

1. Tahap I : Tahap Orientasi dan “Overview”

(57)

Selanjutnya dalam rangka mengumpulkan informasi yang relevan serta dalam upaya memahami focus penelitian, peneliti mengembangkan paradigma penelitian yang akan menjadi pedoman dalam kegiatan tahap II, yaitu eksplorasi focus penelitan.

2. Tahap II “Focused Exploration

Pada tahap ini penelitian dimulai dengan mengumpulkan data sesuai dengan focus penelitian yang telah ditetapkan. “ Fokus penelitian yang dikembangkan

dalam paradigma peneliti menuntun peneliti untuk melakukan pengumpulan data yang lebih terarah dan spesifik “ (Djam’an Satori : 1989: 138 ). Wawancara

dilakukan secara lebih terstruktur untuk memperoleh informasi mendalam mengenai aspek-aspek dalam focus penelitian. Sedangkan observasi ditujukan kepada hal-hal yang dianggap ada hubungan dengan fokus penelitian. Sementara itu dokumen yang dipelajari adalah memiliki makna terhadap fokus penelitian. Peneliti juga memerlukan informasi yang berkemampuan dan memiliki pengetahuan yang cukup banyak mengenai aspek-aspek tertentu dari focus penelitian, untuk memperoleh data dan informasi yang lebih mendalam. Oleh karena itu, dasar tersebut menjadi salah satu alasan mengenai penggunaan sample purposif dalam penelitian ini. Kegiatan tahap ini dilakukan peneliti pada bulan Mei 2008 sampai dengan bulan Agustus 2008. Pada tahap ini dilakukan kegiatan penyelesaian administrasi ijin untuk penelitian, pada awal bulan Juni 2008 mulai melakukan wawancara, dan observasi.

(58)

Tahap “member chek” dimaksudkan untuk mengecek kebenaran dari data

dan informasi yang dikumpulkan dan diperoleh oleh peneliti. Dengan kata lain, tahap ini merupakan tahap untuk memperoleh kredebilitas hasil penelitian. Seperti yang disampaikan oleh S. Nasution (2003: 118) bahwa “Data itu harus diakui dan diterima kebenarannya oleh sumber informasi, dan selain data juga harus dibenarkan oleh sumber atau informan lainnya. Maka ukuran kebenaran dalam penelitian naturalistic adalah kredibilitas”

Untuk tahap ini, peneliti melakukan beberapa hal berikut ini : a. Konfirmasi hasil wawancara

Kegiatan ini dilakukan setiap kali setelah wawancara selesai dilakukan. Hasil wawancara dikonfirmasikan kepada sumber data mengetahui kesesuaian dan ketidak sesuaian antara informasi yang diberikan dengan yang dicatat oleh peneliti

b. Koreksi hasil yang dicatat dari observasi kepada sumber data

c. Meminta pendapat kepada responden atau sumber data lainnya yang kompeten, serta kajian ulang terhadap dokumen tertulis yang relevan.

Kegiatan tahap ke tiga ini dilakukan peneliti pada bulan September 2008 sampai dengan bulan Oktober 2008.

E. Prosedur Analisis Data

(59)

Lagi pula tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga tiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya.

Sedangkan Moleong ( 2000 ; 190 ) menyatakan bahwa : Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari wawancara dan pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya.

Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah maka langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi . Langkah selanjutnya adalah menyusun dalam satuan – satuan kemudian dikatagorisasikan dengan membuat pengkodean ( coding ). Tahap akhir dari analisis data ini ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data Setelah selesai tahap ini, mulailah tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori subtantif dengan menggunakan metode tertentu. Berdasarkan keterangan tersebut diatas maka prosedur pengolahan dan analisa data yang dilakukan peneliti didasarkan pada paradigma dan metodologi penelitian, yaitu teknik berfikir kritis induktif. Prosesnya dilakukan sejak awal ketika peneliti berupaya memahami data sampai seluruh data terkumpul. Kegiatan tersebut dilakukan melalui kegiatan reduksi data dan katagorisasi data

1. Reduksi Data

Gambar

gambar  1.1 berikut  :
tabel seperti berikut ini :

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa Teknologi Pendidikan memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensinya secara langsung di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Daerah Istimewa

Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui deskripsi umum tentang kualitas kinerja di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Jawa Barat, maka metode

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dalam Meningkatkan Kompetensi dan Profesionalisme Tenaga

Komunikasi horisontal kepala sekolah merupakan komunikasi sesame kepala sekolah dalam mengupayakan penjaminan mutu / kualitas pendidikan meru[akan suatu kesesuaian / kecocokan

Dalam melaksanakan fungsi kepala sekolah harus melakaukan pengelolaan dan pembinaan sekolah sebagai upaya penjaminan mutu pendidikan melalui kegiatan administrasi, manajemen

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja LPMP Sumatera Barat, LPMP Jawa Tengah, dan LPMP Sulawesi

Sebelum pelaksanaaan kegiatan PPL, terlebih dahulu diadakan observasi ke lokasi PPL, yaitu di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) DIY dan hasil dari observasi

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa: Peranan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Dalam Melaksanakan Pembinaan di