• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) DALAM PENJAMINAN MUTU SEKOLAH DASAR:Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Jambi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KINERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) DALAM PENJAMINAN MUTU SEKOLAH DASAR:Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Jambi."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

Kemas Imron Rosadi, 2012

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 17

C. Tujuan Penelitian ... 20

D. Manfaat Penelitian ... 21

E. Struktur Organisasi Disertasi ... 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kinerja Organisasi dalam Konteks Administrasi Pendidikan .. 25

B. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ... 52

C. Manajemen Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan . 61 D. Kaidah-kaidah Manajemen Kinerja ... 67

E. Model Manajemen Kinerja ... 70

C. Justifikasi penggunaan metode penelitian ... 99

D. Teknik Pengumpulan data ... 101

E. Analisis Data ... 105

(2)

Kemas Imron Rosadi, 2012

... 109

2. Pelaksanaan program LPMP dalam proses Penjaminan mutu pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi... 129

3. Monitoring program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi ... 153

4. Review program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi ... 160

B. Pembahasan ... 186

1. Perencanaan program yang dilaksanakan LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi ... 188

2. Pelaksanaan program LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi ... 201

3. Monitoring program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi ... 214

4. Review program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi ... 220

C. Model hipotetik pengembangan Manajemen Kinerja LPMP dalam Penjaminan Mutu Sekolah Dasar ... 229

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 243

B. Saran ... 245

DAFTAR KEPUSTAKAAN ... 249

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 258

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang

mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Hal itu termaktub dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 3 yang menyatakan:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Melihat definisi di atas, sesungguhnya pendidikan mempunyai dua tujuan

sekaligus. Pertama, sebagai kegiatan sosial kolektif. Artinya, pendidikan

ditujukan untuk mewujudkan nilai-nilai sosial atau cita-cita sosial. Kedua, realitas

diri, yaitu keinginan individu untuk mengembangkan potensi-potensi diri guna

mencapai kehidupan yang lebih baik bagi diri dan sesamanya dalam masyarakat

bangsa menuju masa depan. Fungsi pendidikan bukan sekadar pelaksanaan

kebijakan nasional atas nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, tetapi sebagai salah

satu kekuatan sosial yang memberi corak dan arah bagi kehidupan masyarakat di

(4)

Demi mencapai tujuan itu, pembangunan pendidikan di Indonesia

bertumpu pada tiga aspek, yaitu aspek pemerataan dan perluasan, mutu dan

relevansi, serta tata kelola yang baik. Ketiga aspek tersebut secara simultan

dibangun untuk mencapai hasil yang maksimal. Namun demikian, tak lantas

pembangunan pendidikan tersebut menjadi sederhana. Hal itu disebabkan

faktor-faktor lain yang membuat pembangunannya menjadi sedemikian kompleks,

misalnya pertambahan penduduk yang tinggi, kondisi geografis, budaya yang

beragam, dan kebijakan yang diskontinu.

Salah satu isu yang menarik dikaji dalam konstelasi pembangunan

pendidikan di Indonesia adalah mutu pendidikan yang rendah (Sholeh, 2007:

146). Gejala rendahnya mutu pendidikan di Indonesia semakin dirasakan dan

muncul sebagai topik diskusi di kalangan teoretisi, praktisi, juga orang awam,

sehingga setidaknya memunculkan empat pandangan.

Pandangan pertama melihat mutu pendidikan dari prestasi belajar siswa

yang mengukur pengetahuan kognitif. Dalam pandangan ini, mutu pendidikan

ditentukan oleh struktur dasar keilmuan yang ketat. Pembakuan secara terpusat

dilakukan mulai dari kurikulum, pokok bahasan, metode pengajaran, pengadaan

sarana dan prasarana, hingga evaluasi belajar. Pandangan kedua melihat mutu

pendidikan melalui prosesnya. Pandangan ini mengangggap kurikulum tidak perlu

berstruktur ketat, yang penting siswa dapat belajar aktif. Pandangan ketiga melihat

mutu pendidikan dari masukannya seperti guru, alat belajar, buku pelajaran,

perpustakaan, dan prasarana pendidikan. Pandangan keempat melihat mutu

(5)

Dibalik semua itu dapat dirasakan bahwa adanya ketertinggalan yang

signifikan mutu pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Hasil itu

diperoleh setelah kita membandingkannya dengan Negara lain. Pendidikan

memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia

Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karana itu, pendidikan seharusnya

dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing

dengan sumber daya manusia di Negara-negara lain.

Bila di amati, Nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam

peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di

berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal

itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat

penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan

untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang. Ada banyak penyabab

mengapa mutu pendidikan di Indonesia, baik pendidikan formal maupun informal,

dinilai rendah. Penyebab rendahnya mutu pendidikan adalah masalah efektifitas,

efisiensi dan standardisasi pengajaran.

Adapun menurut Mailani kasim permasalahan khusus dalam dunia

pendidikan yaitu:

(6)

Umaedi dalam http://www.ssep.net/director.html ada dua faktor yang

dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang

atau tidak berhasil.

Pertama strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan ( sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education production function (Hanushek, 1979,1981) tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri. Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa komleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.

Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah

di Indonesia antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum, sistim

evaluasi, sarana pendidikan, materi ajar, mutu guru, dan tenaga kependidikan

lainnya. Namun, upaya tersebut belum memperlihatkan hasil yang signifikan

terhadap peningkatan mutu pendidikan. Hal ini diindikasikan dengan nilai hasil

evaluasi belajar untuk berbagai bidang studi pada jenjang SMP dan SMA yang

cenderung tidak menunjukkan peningkatan yang berarti bahkan dapat

dikategorikan konstan dari tahun ke tahun.

Oleh karena itu, Tedjasudhana (2005) mengatakan: merasa sangat prihatin

(7)

kelulusan yang ditetapkan untuk UN yaitu 4,50 dianggap terlalu tinggi, padahal di

Singapura nilai kelulusan adalah 6,5, di Malaysia 7, dan di Vietnam 5,5.

Dilihat dari kualitas SDM sebagai produk pendidikan, The Global

Competitiveness Report menempatkan daya saing Indonesia pada posisi ke-44

pada 2010-2011 atau naik dari posisi 54 pada 2009-2010. Sementara tentang

kemampuan ilmuwan (scientist) dan teknokrat (engineer), Indonesia berada pada

tingkat ke-31 dan dalam kerja sama teknologi antarindustri dan kerja sama

penelitian antara industri dan perguruan tinggi, berada pada rangking ke-26 dan

38. Di samping itu, tingkat kualitas penelitian Indonesia bertengger di peringkat

ke-44 dan kapasitas inovasi Indonesia berada pada urutan ke-30 (LPMP, 20)

Selanjutnya menurut Indeks pembangunan pendidikan untuk semua atau education for all bahwa:

Di Indonesia menurun. Jika pada 2010 lalu Indonesia berada di peringkat 65, tahun ini merosot ke peringkat 69. Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, indeks pembangunan pendidikan atau education development index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. EDI dikatakan tinggi jika mencapai 0,95-1. Kategori medium berada di atas 0,80, sedangkan kategori rendah di bawah 0,80. Global Monitoring Report dikeluarkan setiap tahun yang berisi hasil pemonitoran reguler pendidikan dunia. Indeks pendidikan tersebut dibuat dengan mengacu pada enam tujuan pendidikan EFA yang disusun dalam pertemuan pendidikan global di Dakar, Senegal, tahun 2000.

Saat ini Indonesia masih tertinggal dari Brunei Darussalam yang berada di

peringkat ke-34. Brunai Darussalam masuk kelompok pencapaian tinggi bersama

Jepang, yang mencapai posisi nomor satu dunia. Adapun Malaysia berada di

(8)

halnya Indonesia. Posisi Indonesia jauh lebih baik dari Filipina (85), Kamboja

(102), India (107), dan Laos (109). Total nilai EDI itu diperoleh dari rangkuman

perolehan empat kategori penilaian, yaitu angka partisipasi pendidikan dasar,

angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut

kesetaraan jender, dan angka bertahan siswa hingga kelas V sekolah dasar (SD).

http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/02/18555569/Indeks.Pendidikan.Indones

ia.Menurun

Penurunan EDI Indonesia yang cukup tinggi tahun ini terjadi terutama

pada kategori penilaian angka bertahan siswa hingga kelas V SD. Kategori ini

untuk menunjukkan kualitas pendidikan di jenjang pendidikan dasar yang

siklusnya dipatok sedikitnya lima tahun.

Masalah relevansi pendidikan sebagai cerminan mutu pendidikan yang

rendah setidaknya disebabkan dua hal.

Pertama, praktik pendidikan yang dirasakan selama ini terlalu teoretis dan

kurang strategis. Ashari (2009: 11) menyebutnya sebagai pendidikan yang kurang

membumi. Di banyak aspek, pendidikan tidak mampu mengakomodasi kebutuhan

masyarakat (aspek sosiologis), falsafah bangsa (aspek filosofis), hakikat anak

didik (aspek psikologis), dan hakikat pengetahuan (aspek bidang ilmu) secara

sinergis. Keempat aspek tersebut harus dipadukan secara sinergis dalam sebuah

sistem kehidupan yang nyata (real life sistem) yang lebih bermakna (meaningful),

sehingga dapat menciptakan manusia yang tidak hanya mempunyai pola pikir

(9)

Kedua, terjadi mismatch dunia pendidikan dengan kebutuhan (Bolton,

2000). Ashari (2009: 12) menyebutnya sebagai pendidikan yang antirealitas.

Lembaga pendidikan formal seperti sekolah dan perguruan tinggi berjalan

terpisah. Lembaga-lembaga itu lebih mengedepankan profesionalitas dan

mengesampingkan adaptabilitas. Dampaknya tidak hanya terkait jumlah

pengangguran yang membengkak, tapi juga lulusan yang telah bekerja pun kurang

dapat berkontribusi secara proaktif bagi dirinya sendiri, keluarga, agama,

masyarakat, bangsa, dan negara. Tidak mengherankan bila sebagian orang yang

telah bekerja justru menjadi beban bagi lembaganya. Kasus korupsi, kolusi,

nepotisme, perebutan kekuasaan, rendahnya citra hukum dan disiplin masyarakat,

meningkatnya penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya serta kejahatan,

lambannya pemulihan krisis ekonomi dan sosial yang marak dewasa ini,

merupakan sebagian bukti bahwa pendidikan yang selama ini dilaksanakan

kurang bermakna (meaningful).

Mutu pendidikan dipengaruhi beberapa faktor. Sukmadinata, dkk. (2006:

8) merangkum masalah pendidikan terkait mutu sebagai berikut:

Banyak masalah mutu dihadapi dalam dunia pendidikan, seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan guru, serta mutu profesionalisme dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait dengan mutu manajerial para pimpinan pendidikan, keterbatasan dana, sarana dan prasarana, fasilitas pendidikan, media, sumber belajar, alat dan bahan latihan, iklim sekolah, lingkungan pendidikan serta dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan.

Di antara faktor tersebut, guru dan tenaga kependidikan lainnya

merupakan faktor utama yang memengaruhi mutu pendidikan (Sagala, 2007: 24).

(10)

pembinaan dan pengembangan secara berkelanjutan. Pembinaan dan

pengembangan tersebut dapat berupa peningkatan profesionalisme dasar atau

penyesuaian dengan kebijakan terbaru yang dikeluarkan pemerintah. Pembinaan

dan pengembangan profesionalisme guru tersebut dapat dilakukan melalui

pendidikan dan pelatihan dalam jabatan (bdk. Sagala, 2007: 26-27).

Sumber daya manusia (SDM) pendidikan merupakan hal penting dalam

sebuah organisasi. Peran SDM sangat penting untuk kemajuan dan perubahan

organisasi. Karena SDM memengaruhi efektivitas dan efisiensi peran, fungsi, dan

tujuan organisasi, perhatian terhadap SDM harus diberikan terus dengan

memelihara dan melatih SDM dengan berbagai cara melalui serangkaian kegiatan

dan program yang bersifat menambah pengetahuan dan keterampilan. Saat ini

banyak organisasi yang melakukan serangkaian kegiatan atau program guna

meningkatkan kinerja karyawannya.

Kegiatan atau program tersebut dapat dilakukan dengan pelatihan,

seminar, workshop, konseling, maupun studi banding guna meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan, perbaikan sikap, serta peningkatan kinerja atau

sekadar mendapatkan pengetahuan baru. Meski demikian, terkadang setelah

mengikuti pelatihan, kinerja individu tetap tidak sesuai dengan harapan.

Demikian juga lembaga pendidikan, jika ingin tujuannya tercapai sesuai

harapan, setiap individu di dalamnya (terutama guru atau tenaga pendidik) harus

dapat menjalankan tugas dengan efektif dan efisien. Pengetahuan dan

keterampilan tenaga pendidik akan memengaruhi tugas yang diberikan kepadanya

(11)

pengetahuan dan keterampilan akan menghambat keberhasilan lembaga

pendidikan. Karena itu, setiap tenaga pendidik harus melakukan pemeliharaan dan

pengembangan pengetahuan serta keterampilannya. Sikap dan nilai yang dimiliki

tenaga pendidik terhadap lingkungan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan

tugas. Guna mencapai keberhasilan dalam tugas dan tujuan lembaga pendidikan,

setiap tenaga pendidik atau guru harus terus mengembangkan sikap yang dimiliki

agar tercipta iklim belajar yang diinginkan.

Pengembangan SDM pendidikan, khususnya tenaga pendidik, sangat

penting untuk diperhatikan dan ditingkatkan dalam rangka meningkatkan kualitas

pendidikan. Dengan peningkatan kualitas SDM tenaga pendidikan, diharapkan

kualitas pendidikan akan meningkat.

Masalah-masalah pendidikan sebagaimana dikemukakan di atas perlu

segera dicarikan solusi. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, salah satunya

penerbitan Permendiknas Nomor 07/2007 yang mengatur bahwa Lembaga

Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) sebagai lembaga pemerintah pusat yang

ada di setiap provinsi berkewajiban mensupervisi dan membantu satuan

pendidikan pada sekolah dasar dan menengah dalam upaya penjaminan mutu

pendidikan.

Berdasarkan Peraturan Mendiknas RI Nomor 7 Tahun 2007, tentang

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, struktur

organisasi LPMP terdiri atas tiga seksi, yakni seksi program dan sistem informasi,

(12)

Satori dalam (

http://gurupembaharu.com/home/sistem-penjaminan-dan-peningkatan-mutu-pendidikan/) mempertegas bahwa:

Peraturan tersebut mengisyaratkan langkah pemberdayaan tugas pokok dan fungsi yang menyangkut: (1) pemetaan mutu pendidikan, (2) supervisi dalam rangka pengembangan mutu, (3) pengembangan sistem informasi mutu pendidikan, dan (4) fasilitasi pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam menjalankan peran dan tanggung jawab Quality Assurance and Improvement pemberdayaan LPMP difokuskan pada fungsi bimbingan, arahan, dan saran/bantuan teknis.

Oleh karena itu Satori dalam (

http://gurupembaharu.com/home/sistem-penjaminan-dan-peningkatan-mutu-pendidikan/) mengatakan juga bahwa :

LPMP sebagai institusi pelayanan Dirjen PMPTK melalui direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan hendaknya mampu membangun jaringan kerja penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan yang melibatkan satuan pendidikan, pengawas sekolah, kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Kota. Karena tidak dipungkiri bahwa upaya strategis jangka panjang untuk mewujudkannya menuntut satu sistem penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan yang dapat membangun kerjasama dan kolaborasi di antara berbagai institusi yang terkait dalam satu keterpaduan jaringan kerja nasional.

Berdasarkan uraian di atas, maka LPMP sebagai lembaga penjaminan

mutu pendidikan dapat mengoptimalkan peran dan fungsinya dalam

melaksanakan kegiatan-kegiatan peningkatan mutu kependidikan yang meliputi

berbagai aspek baik peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan

maupun mutu lulusan pada setiap jenjang pendidikan. Dalam pelaksanaan

kegiatan tersebut LPMP dapat menerapkan fungsi-fungsi manajemen yang

tersistem dan terstruktur dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar, kegiatan yang

dilaksanakan dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

(13)

Sama juga halnya di Inggris penjaminan mutu pendidikan di naungi oleh

sebuah lembaga penjaminan mutu yakni QAA (Quality Assurance Agency) yang

mempunyai kesamaan dengan LPMP. Misinya adalah untuk menjaga standar dan

meningkatkan kualitas pendidikan Inggris.

QAA Menawarkan saran, bimbingan dan dukungan untuk membantu

pendidikan Inggris dan lembaga lainnya memberikan pengalaman siswa terbaik.

QAA melakukan review lembaga dan mempublikasikan laporan merinci temuan.

Laporan QAA menyoroti praktek yang baik dan mengandung rekomendasi untuk

membantu meningkatkan kualitas. Para peer reviewer pada tim review QAA

memiliki pengalaman terbaik dalam memberikan penilaian pendidikan. Untuk

mendukung standar dan mempromosikan peningkatan kualitas pendidikan, QAA

mempublikasikan berbagai titik referensi dan bimbingan. Publikasi ini banyak

digunakan oleh staf akademik Inggris yang bertanggung jawab dalam membentuk

pengalaman siswa. QAA dalam menjamin mutu pendidikan di inggris memiliki

strategi untuk tahun 2011-14 adalah: (a).Memenuhi semua kebutuhan siswa dan

dihargai oleh mereka. (b).Menjaga standar pendidikan di Inggris dalam konteks

internasional (c).Perbaikan pendidikan yang bermutu tinggi di Inggris.

(d).Meningkatkan pemahaman publik akan standar pendidikan yang berkualitas.

http://www.qaa.ac.uk/aboutus/Pages/default.aspx

Di Amerika lembaga penjaminan mutu pendidikan yang terkenal dan

mempunyai pengaruh global pendidikan internasional yang dikenal CQAIE (the

center for quality assurance international education), pusat Jaminan Mutu dalam

(14)

Vietnam dan Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, adalah kegiatan kolaboratif dari

pendidikan dan kualitas dan jaminan kompetensi masyarakat baik di Amerika

Serikat dan antara Amerika Serikat dan negara-negara lain yang peduli dengan

masalah kualitas dan keadilan dalam akademis internasional dan mobilitas

profesional, credentialing dan pengakuan. Pusat memfasilitasi studi perbandingan

kualitas nasional dan mekanisme jaminan kompetensi untuk meningkatkan upaya

dalam negara dan mempromosikan mobilitas antara sistem nasional.

http://www.cqaie.org/

Untuk tujuan tersebut, kegiatan The Center terbagi dalam tiga kategori

utama: (a) Kegiatan Nasional, (b) Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan

Pelatihan dalam Jaminan Kualitas, akreditasi (c) Perencanaan Strategis untuk

Jaminan Kualitas pendidikan, advokasi dan perencanaan dalam globalisasi serta

transnasional profesi kualitas pendidikan.

CQAIE membantu negara dalam pengembangan atau peningkatan sistem

jaminan kualitas untuk pendidikan pasca sekolah menengah (termasuk pendidikan

tinggi dan pekerjaan / pelatihan kejuruan) melalui kerja dengan Departemen,

Lembaga Jaminan Mutu Nasional dan Lembaga. Stafnya memberikan bantuan

pada berbagai tahap: desain (termasuk legislasi penyusunan atau mengembangkan

kebijakan nasional); perencanaan strategis pada tingkat kelembagaan atau

sistemik untuk jaminan kualitas, implementasi (termasuk program pelatihan

nasional atau institusional) dan evaluasi (termasuk extern yang al internasional

(15)

Sejak didirikan pada tahun 1991, Pusat ini telah bekerja di negara dengan

sedikitnya dua pertiga dari negara dengan sistem jaminan kualitas nasional dan

global. Pusat ini bekerja melalui berbagai Departemen yang terkait dengan

Pendidikan Tinggi, Kejuruan / Pelatihan Kerja, Tenaga Kerja dan Kesehatan. Dr

Marjorie Perdamaian Lenn, Presiden Pusat, diminta oleh Bank Dunia untuk

kembali melakukan pengembangan kapasitas yang efektif antara sistem jaminan

kualitas nasional di Asia Timur dan Pasifik. Hal ini melibatkan 2004 Bank Dunia

publikasi Jaminan Penguatan Kualitas dan Akreditasi di Asia Timur dan Pasifik

yang mempromosikan regionalisasi jaringan lembaga jaminan mutu. Publikasi

ini menjadi dasar bagi kategori baru dari hibah pengembangan oleh Bank Dunia,

dimulai dengan Kualitas Jaringan Pasifik berkembang Asia dan diikuti oleh

jaringan regional baru untuk Amerika Latin , Afrika dan Arab Amerika . Pusat

diberikan yang pertama ini hibah pengembangan dan program hibah global kini

dikelola oleh UNESCO (United Nations Educational Organisasi, Ilmu

Pengetahuan dan Kebudayaan dengan kantor pusat di Paris ).

Dari tugas dan fungsi lembaga penjaminan mutu Inggris dan amerika di

atas terlihat jelas bahwa betapa pentingnya penjaminan mutu yang dilakukan

lembaga QAA dan CQAIE untuk peningkatan penjaminan mutu pendidikan baik

secara nasional dan global.

Dengan demikian bahwa LPMP, QAA inggris dan CQAIE amerika

memiliki tugas pokok dan fungsi yang sama yakni sama-sama melakukan sistem

penjaminan mutu pendidikan melalui penguatan pencapaian standar nasional

(16)

Melihat kinerja LPMP provinsi Jambi berdasarkan hasil observasi awal

yang dilakukan oleh peneliti nampak bahwa kinerja LPMP dalam penjaminan

mutu pendidikan di Provinsi Jambi belum optimal. Hal tersebut nampak dari

masih rendahnya mutu pendidik dan tenaga kependidikan, dilihat dari masih

rendahnya capaian nilai siswa dari tiga mata pelajaran yang diujikan pada

UASBN di SD yakni IPA, matematika, bahasa Indonesia.

Dari tiga mata pelajaran yang diujikan pada kegiatan Ujian Akhir Sekolah

Berstandar Nasional (UASBN) , nilai matematika berada di posisi terendah, yakni

0,75. Sedangkan jumlah siswa yang memperoleh nilai 10 untuk pelajaran tersebut

sebanyak 360 siswa SD. „‟Untuk siswa dari Madrasah Ibtidakyah tidak ada," jelas

Kasubdin Pendidikan Dasar Menengah dan Tinggi (Dikmenti) Dinas Pendidikan

Provinsi Jambi, Ramli Samosir kepada Koran ini.

Menurutnya dari 2.296 SD dan 59 MI baik negeri maupun swasta yang mengikuti

ujian nasional dengan jumlah peserta UASBN 57.255, hanya SD 53/I Ladang

Peris Kabupaten Batanghari berhasil meraih nilai tertinggi. Perolehan nilai mereka

tersebut yakni 27,46. Dikatakannya, untuk kelulusan siswa sendiri ditentukan

oleh pihak sekolah. „‟Kita tidak bisa mengintervensi keputusan sekolah,‟‟

tegasnya.

http://www.jambiekspres.co.id/index.php/radar-jambi/3723-matematika-terendah-nilai-uasbn-diumumkan

Di Kota Jambi, tercatat 219 SD negeri dan swasta yang menggelar

UASBN. Jumlah peserta 9.800 orang. Pada tahun 2010 lalu, di Kota Jambi ada

lima siswa yang tidak lulus. Menurut Rifa‟i Kadis kota, hasil UASBN tersebut

(17)

http://jambi-

independent.co.id/jio/index.php?option=com_content&view=article&id=12895:rata-rata-sekolah-lulus-100-persen&catid=1:metroja

Dari apa yang di sampaikan Ramli Samosir Kasubdin Pendidikan Dasar

Menengah dan Tinggi (Dikmenti) Dinas Pendidikan Provinsi Jambi dan Rifa‟i

Kadis kota bahwa rata-rata nilai hasil UASBN SD di provinsi Jambi masih

rendah, walaupun rata –rata kelulusan SD cukup tinggi , ini dikarenakan nilai

UASBN dihargai 60% sedangkan di tambah dengan nilai UAS sekolah dihargai

40%. Jadi sekolah mempunyai 40% untuk menutupi kekurangan nilai UASBN,

dengan demikian kelulusan SD cukup tinggi walaupun hasil UASBNnya sangat

rendah.

Jelas bahwa belum optimalnya kinerja LPMP pada penjaminan mutu

sekolah dasar hal ini dipengaruhi oleh penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam

pelaksanaan kegiatan penjaminan mutu pendidikan belum terlaksana dengan baik.

Berarti bahwa manajemen kinerja LPMP masih perlu ditingkatkan pelaksanaanya,

terutama pada aspek perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan review.

Dalam meningkatkan kinerja, suatu organisasi dalam pelaksanaan

pekerjaan menerapkan fungsi-fungsi manajemen. Hal tersebut dinyatakan oleh

Deming (dalam Amstrong dan Denton, 1998: 57):

(18)

mempengaruhi di antaranya adalah sumber daya manusia, fasilitas, nilai-nilai, budaya, dan kerjasama yang terdapat di dalam organisasi. Pada aspek monitoring, organisasi dapat melakukan perbaikan pada berbagai tahapan kegiatan mulai dari persiapan sampai dengan hasil. Dalam monitoring disediakan lembaran-lembaran pengamatan dan penilaian sehingga Monitoring program yang dilaksanakan dapat berhasil dengan baik. Pada tahapan review, dilakukan penilaian terhadap keseluruhan kegiatan yang direncanakan, mulai dari persiapan sampai dengan hasil akhir.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik meneliti kinerja LPMP

Provinsi Jambi dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di wilayah

tersebut. Karena pengembangan sistem penjaminan dan peningkatan mutu dalam

kerangka sistem pendidikan nasional memerlukan investasi institusi (capacity

building) dengan fokus pada perubahan pola pemahaman (mind set) dan

perubahan budaya kerja (institutional/work culture) di antara orang-orang,

terutama yang menduduki posisi managerial. Strategi perubahan dimulai dari

membangun apa, untuk apa, mengapa, dan bagaimana dengan sensitivity training,

simulation, dan case analyses. Karena pada dasarnya penjaminan mutu

merupakan serangkaian proses dan sistem yang terkait untuk mengumpulkan,

menganalisis, dan melaporkan data mengenai kinerja dan mutu tenaga pendidik

dan kependidikan, program dan lembaga pendidikan.

Ketertarikan itu diperkuat kenyataan bahwa kinerja LPMP provinsi Jambi

yang berperan melakukan pemetaan mutu, pengeloaan informasi manajemen

mutu, memberikan fasilitasi pada satuan pendidikan, dan melakukan evaluasi

mutu pendidikan di provinsi Jambi, masih ibarat jauh api dari panggangnya.

Karena sampai sekarang mind set-nya kebanyakan masih training minded. Hal ini

(19)

(Balai Pelatihan Guru) itu semata-mata menjadi tempat pelatihan (training

centre).

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Untuk melaksanakan penjaminan mutu pendidikan, LPMP tidak bisa

berjalan sendiri, namun bermitra dengan pemerintah kabupaten/kota, dalam hal ini

instansi pemerintahan yang terkait adalah Kementerian Pedidikan Nasional

Kabupaten/Kota.

Sedangkan untuk melaksanakan penjaminan mutu tersebut, LPMP

menyusun rencana strategis (Renstra) yang diarahkan untuk pencapain visi, misi,

dan nilai inti serta tupoksi dari LPMP. Selanjutnya dalam melaksanakan program

kerja LPMP yang telah ditetapkan dalam renstra tentunya membutuhkan

manajemen kinerja yang efektif agar visi dan misi yang menjadi tujuan LPMP

dapat tercapai secara optimal. Untuk menjalankan renstra tersebut di

implementasikan pada tiga seksi yakni seksi PSI (program sistem informasi),

seksi PMS (pemetaan mutu supervisi) dan seksi FSDP (fasilitasi sumberdaya

Pendidik dan kependidikan) yang di naungi oleh kapala bagian tata usaha. Seksi

mempunyai tugas pokok dan fungsi serta program kerja yang mengacu pada

renstra yang telah di tetapkan. Tentu di dalam pelaksanaan tugasnya seksi-seki

tidak terlepas dari tugas rutin membuat rencana kerja, pelaksanaan kerja,

monitoring kerja dan mereview hasil kerja.

Dari mekanisme kerja yang ada di LPMP hasil observasi ditemukan

kejanggalan implementasi program yakni tumpang tindihnya pelaksanaan

(20)

FSDP justru dikerjakan oleh seksi PMS, bahkan banyak program FSDP juga

dilaksanakan oleh seksi PSI. Tentu fenomena seperti ini akan mengganggu

harmonisasi kerja antar seksi. Hal ini terjadi atas persetujuan kepala LPMP

dengan SK kegiatan kepanitiaan.

Observasi menunjukkan juga bahwa konsistensi dalam menjalankan

program kerja yang telah di tetapkan masih rendah ini terlihat banyak program

yang tidak terlaksana pada tahun berjalan, serta ada pula kegiatan yang tidak

terprogram tapi dilaksanakan atau terkesan dengan program dadakkan.

Pada pelaksanaan monitoring dan review, LPMP melakukan tanpa

persiapan yang memadai sehingga hasil tidak optimal serta tidak ada follow-up

yang lintas cepat program (fast traffic). Sehinggga adanya program-program yang

seharusnya segera di tindak lanjuti cepat terlaksana tidak mesti menunggu masuk

program yang akan datang.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas tentu perlu dicarikan model

manajemen kinerja apa yang cocok dan sesuai untuk diterapkan dalam rangka

pencapaian visi dan misi LPMP tersebut.

Banyak sekali model-model manajemen kinerja yang dapat dikembangkan

dalam pelaksanaan program kerja LPMP, dan untuk mengetahui seberapa efektif

manajemen kinerja yang diterapkan dapat dilihat apakah pelaksanaan program

telah berhasil mencapai tujuan yang diinginkan dalam visi dan misi. Jika belum

tercapai, maka perlu adanya identifikasi terhadap faktor-faktor yang menjadi

(21)

mana yang perlu diperbaiki dan dipertahankan bahkan ditingkatkan dalam kinerja

yang akan datang.

Berdasarkan uraian di atas, berikut ini penulis kemukakan premis

penelitian yang dijadikan sebagai acuan dalam mengkaji, memaknai, dan

menganalisis fenomena yang berkaitan dengan kinerja LPMP dalam

meningkatkan mutu pendidikan, guna merumuskan model sistem kinerja yang

efektif dalam proses penjaminan mutu pendidikan di provinsi Jambi.

Karena mutu pendidikan menjadi salah satu tanggung jawab LPMP, dan

mutu itu sangat terkait dengan kinerja lembaga tersebut, muncul pertanyaan

“bagaimana kinerja LPMP Provinsi Jambi dalam proses penjaminan mutu sekolah

dasar?”.

Pertanyaan itulah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Secara lebih

spesifik dan untuk memfokuskan pada persoalan serta memudahkan tahapan

analisis, pertanyaan tersebut dapat dirinci lebih lanjut menjadi beberapa

pertanyaan berikut:

1. Bagaimana perencanaan program yang dilaksanakan LPMP dalam

penjaminan mutu pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi?

2. Bagaimana pelaksanaan program LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan

pada sekolah dasar di Propinsi Jambi?

3. Bagaimana Monitoring program yang dilaksanakan LPMP dalam penjaminan

mutu pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi?

4. Bagaimana review program yang dilaksanakan LPMP dalam penjaminan mutu

(22)

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan

menganalisis tentang:

1. Kemampuan LPMP sebagai lembaga penjaminan mutu pendidikan di provinsi

Jambi memberikan konstribusi terhadap penjaminan mutu sekolah dasar

dalam perencanaan program yang berorientasi pada visi, misi dan tupoksi

yang mengakar pada kemampuan kinerja lembaga.

2. Konsistensi kinerja mengacu pada tupoksi LPMP pada pelaksanaan program

penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi.

3. Keakuratan dan berdampak guna hasil kerja monitoring program yang

dilaksanakan LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di

Propinsi Jambi.

4. Hasil Review program yang dilaksanakan LPMP guna perbaikan kinerja

kedepan dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi.

Penelitian ini tentunya harus diberikan batasan-batasan, karena banyak

sekali fakta-fakta yang ingin diungkap, keingintahuan yang ingin dibuktikan,

temuan-temuan lapangan yang memberikan kepenasaran untuk digali lebih dalam.

Namun demikian peneliti perlu membatasi kajian penelitian dengan menetapkan

fokus studi sebagai batas penelitian sehingga tidak menimbulkan kebingungan

dalam memverifikasi, mereduksi dan menganalisis data. (Satori dan Ruswandi,

2009: 30)

Adapun batasan dalam penelitian ini hanya terfokus pada permasalahan

(23)

provinsi Jambi.

D.Manfaat penelitian

Manfaat penelitian diharapkan meliputi 3 manfaat sekaligus yaitu:

1. Untuk pengembangan teori

Diharapkan hasil penelitian ini memberikan manfaat terhadap

pengembangan teori manajemen kinerja kedepan, karena dari teori-teori

manajemen kinerja yang ada masih bersifat universal dengan mengukur

keberhasilan kinerja dari sisi rencana, pelaksanaan, monitoring dan review

saja, tidak ada follow- up yang konkrit setelah hasil review di dapat.

Setidaknya harus ada follow-up sebelum masuk pada program perbaikan

perencanaan kerja yang akan datang. Jadi siklus manajemen kinerja deming,

setelah langkah review perlu di tambah dengan follow-up program cepat

(quick follow-up program) yakni hasil temuan review langsung ditindak

lanjuti sesegera mungkin pada tahun berjalan tidak menunggu di masukkan

pada perencanaan program kerja akan datang. Dengan demikian siklus

manajemen kinerja deming akan lebih bermakna serta berdampak luas dan

penting bagi perbaikan percepatan penjaminan mutu pendidikan pada sekolah

dasar di provinsi jambi.

2. Manfaat Secara praktis

Lembaga penjaminan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya

masih berorientasi sebagai lembaga DIKLAT (pendidikan dan pelatihan)

sehinggga tugas penjaminan yang mengacu pada 8 standar nasional pendidikan

(24)

memberikan kontribusi bagaimana seharusnya kinerja yang efektiv LPMP pada

perencaan program dengan melibatkan stakeholder yang peduli pada

penjaminan mutu pendidikan. Pada pelaksanaan komit dan konsisten pada

rencana kerja yang telah ditetapkan sebagai program kerja pada LPMP, tidak

terjadinya ketidak sesuaian antara program yang dirancang dengan kenyataan

pelaksanaan program dilapangan. Begitupun dengan monitoring dan review

banyak tahapan yang tertinggal sehingga hasil manitoring dan review terkesan

tidak optimal. Dengan demikian penelitian ini akan manfaat dan pencerahan

agar LPMP kembali kepada jalan yang benar dalam kinerja penjaminan mutu

pendidikan dengan target 8 standar pendidikan nasional sekolah dasar di

provinsi Jambi.

3. Manfaat untuk peneliti lebih lanjut

Penelitian ini belum lengkap kalau tidak dilengkapi oleh penelitian

lanjutan, karena masih banyak yang belum terungkap secara keseluruhan

dalam pelaksanaan penelitian ini. Dari segi teori dalam penelitian ini

menggunakan teori model siklus manajemen kinerja Deming dalam Michael

Amstrong dan Angela Baron, Ferformance Management. Sehingga tidak

terlepas dari pengungkapan penelitian mengacu pada siklus perencanaan,

pelaksanaan, monitoring dan review. Dengan demikian ada plus dan minusnya

jika dibandingkan dengan teori model kinerja lainnya. Ada hal lain yang

belum tersentuh dan perlu dilakukan penelitian lanjut sejenis yakni kinerja

LPMP dalam penjaminan mutu pada sekolah menegah pertama dan sekolah

(25)

menambah dan melengkapi penelitian terdahulu. Penelitian ini menggunakan

pendekatan metode penelitian kualitatif tentu juga memiliki kelemahan dalam

bentuk tidak bisa mengungkap secara detil angka-angka pencapain mutu

sekolah dasar yang memerlukan metode penelitian kuantitatif. Tentu

penelitian lanjut juga diharapkan mampu mengungkap angka-angka

pencapaian peningkatan mutu mengacu pada 8 standar nasional pendidikan.

Walaupun demikian setidaknya peneliti ini sudah memberi langka awal bagi

rekan-rekan peneliti lanjutan lainnya. Dengan demikian peneliti

mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut. Kepada rekan-rekan peneliti

yang berminat dan konsisten terhadap dunia pendidikan, kiranya dapat

mengembangkan hasil penelitian ini dengan substansi dan perspektif yang

lebih luas dan mendalam. Karena keberhasilan pendidikan di Indonesia secara

langsung maupun tidak langsung menjadi beban dan tanggung jawab kita

bersama

E. Struktur organisasi Disertasi

Disertasi ini disusun dengan struktur organisasi sebagai berikut:

Pada bab I tentang Pendahuluan dijabarkan beberapa point yaitu Latar

Belakang Penelitian, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Manfaat Penelitian, dan Struktur Organisasi Disertasi

Pada bab II, tentang kajian pustaka dan kerangka pemikiran penelitian

dibahas beberapa aspek yaitu: Kinerja organisasi dalam konteks administrasi

pendidikan, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, Manajemen Kinerja

(26)

Model Manajemen Kinerja, Analisis Kinerja, Penelitian terdahulu, Kerangka

pemikiran penelitian.

Bab III, tentang metode penelitian dijabarkan beberapa aspek yaitu: Lokasi

dan subjek Penelitian, Desain Penelitian, Justifikasi penggunaan metode

penelitian, Teknik Pengumpulan data, dan Analisis Data.

Pada Bab IV tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan dibahas melalui

dua kegiatan yaitu: Hasil Penelitian tentang (1) Perencanaan program yang

dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan pada sekolah

dasar di Propinsi Jambi, (2) Pelaksanaan program dalam proses penjaminan

mutu pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi, (3) Monitoring

program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan

pada sekolah dasar di Propinsi Jambi, (4) Review program yang dilaksanakan

LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan pada sekolah dasar di

Propinsi Jambi. Pembahasan, yaitu: Perencanaan program yang dilaksanakan

LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan pada sekolah dasar di

Propinsi Jambi, Pelaksanaan program dalam proses penjaminan mutu

pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi, Monitoring program yang

dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan pada sekolah

dasar di Propinsi Jambi, Review program yang dilaksanakan LPMP dalam

proses penjaminan mutu pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi

Pada Bab V tentang kesimpulan dan saran diuraikan tentang kesimpulan

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan subjek Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)

Provinsi Jambi yang beralamat di Jalan HM. Yusuf Singadekane No. 31

Telanaipura, Kota Jambi.

Alasan pemilihan lokasi penelitian ini karena berdasarkan hasil studi

pendahuluan yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa LPMP Provinsi Jambi

bertugas membantu pemerintah daerah dalam bentuk supervisi, bimbingan,

arahan, saran, dan bantuan teknis kepada satuan pendidikan TK, Dasar dan

Menengah serta pendidikan nonformal dalam upaya penjaminan mutu satuan

pendidikan untuk mencapai standar nasional pendidikan. Oleh karena itu, peneliti

merasa perlu untuk melihat bagaimana kinerja LPMP Provinsi Jambi dalam

meningkatkan mutu pendidikan di Provinsi Jambi.

2. Subjek penelitian

Tidak ada kriteria yang pasti untuk menentukan informan penelitian,

namun demikian beberapa kriteria yang dapat dijadikan acuan dalam memilih

informan dalam penelitian ini antara lain : (1) Informan mengalami langsung

situasi atau kejadian yang bekaitan dengan topik penelitian. (2) Informan mampu

menggambarkan kembali fenomena yang telah dialaminya terutama dalam sifat

(28)

(4) Bersedia untuk diwawancarai dan direkam aktifitasnya selama wawancara atau

selama penelitian berlangsung. (5) Memberikan persetujuan untuk

mempublikasikan hasil penelitian. (Kuswarno. 2009 : 60-61).

Penelitian ini melibatkan pimpinan LPMP, kepala bidang, seksi, dan

civitas akademika (widyaiswara, karyawan dan alumni), dan pakar dalam disiplin

keilmuan penjaminan mutu. Informan/partisipan dari kalangan civitas akademika

ditentukan dengan menggunakan teknik bola salju (snowball technique). Informan

pertama dipilih secara purposif dari pakar yang menonjol kemampuan dan

aktivitasnya serta memiliki gagasan dan tulisan-tulisan yang relevan dengan

penelitian ini. Kriteria yang digunakan dalam memilih informan dengan identitas

dari civitas akademika dan pakar adalah sebagai berikut: Pertama, dari unsur

pimpinan LPMP berdasarkan tugas dan perannya dalam kelembagaan struktural

LPMP. Kedua, dari unsur widyaiswara, dan trainer yang terlibat dengan kegiatan

LPMP. Ketiga, dari unsur karyawan dan administrasi. Keempat, dari unsur pakar

yang dipandang memiliki gagasan, keahlian, tulisan dan komentar terhadap

penelitian ini, agar tidak terjadi kekeliruan dalam memberi tanggapan, kritik dan

komentar yang menyimpang dari arah tujuan penelitian ini.

Diharapkan para informan dan partisipan dalam penelitian ini bisa

memberikan data secukupnya, meskipun dalam hal-hal tertentu nantinya

memerlukan ketekunan untuk memahaminya secara objektif, logis, dan benar.

Selain itu, akan sangat memiliki arti dan makna yang berguna, apabila situasi dan

keadaan sangat kondusif, bahwa mereka merasa tidak keberatan namanya ditulis

(29)

identitasnya dicantumkan secara lengkap. Namun demikian, dalam rangka

menghindari subjektifitas, menjaga sikap ilmiah dan perasaan beberapa informan

kunci, penulis tetap akan menyamarkan nama jelas dari mereka dengan hanya

menulis inisial. Dalam melakukan triangulasi selayaknya tidak dicantumkan

dalam laporan. Hal ini diharapkan tidak akan mengurangi akurasi data yang

disajikan, karena peneliti lain yang berminat melakukan penelitian ulang tentang

ihwal yang ditemukan tetap akan dapat menelusurinya dengan mudah, mengingat

kapasitas mereka sebagai pimpinan, pakar sudah dikenal, baik di lingkungan nya

maupun masyarakat ilmiah.

B. Desain Penelitian

Mencermati objek bahasan yang diteliti, yaitu kinerja LPMP dalam

hubungan dengan dinamika fungsi dan perannya dikaitkan dengan sejumlah

program, produk dan proses-proses dalam penjaminan mutu pendidikan di

wilayah kerjanya, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kualitatif.

Pendekatan kualitatif digunakan karena fokus penelitian ini adalah

pengungkapan program, produk, dan proses-proses penjaminan mutu yang telah

dan tengah dilakukan LPMP memerlukan interpretasi makna secara mendalam.

Berpegang pada anggapan bahwa LPMP pun sebagai institusi “intelligent

organized” berkenan dengan penjaminan mutu pendidikan, tidak terlepas dari

dan atau tengah mengalami proses diferensiasi, dinamika eksternal dan internal

serta rasionalisasi tindakannya, tidak hanya dapat diungkap pada perkembangan

(30)

tindakan dengan kondisi perkembangan masyarakat. Istilah kualitatif menunjuk

proses dan makna yang tidak diuji atau diukur secara ketat dari segi kuantitas,

jumlah, intensitas, ataupun frekuensi; penekanan diberikan pada konstruksi sosial

dari realitas dan mencari jawaban bagaimana pengalaman sosial dibentuk dan

diberi makna (Denzin dan Lincoln, 1994:4).

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini terkait

erat dengan realitas sosial dan pranata sosial penjaminan mutu pendidikan melalui

penelitian kualitatif ini mengacu kepada strategi penelitian observasi partisipan

dan wawancara mendalam, yang bertujuan untuk memahami aktivitas yang

diselidiki dan memungkinkan peneliti memperoleh data dan informasi dari tangan

pertama mengenai masalah sosial empiris yang hendak dipecahkan. Melalui

metode penelitian ini, memungkinkan peneliti mendekati data sehingga mampu

mengembangkan komponen keterangan yang analitis, konseptual dan kategoris

dari data itu sendiri.

Studi mendalam pada komunitas layanan (stakeholders) digunakan

sebagai strategi untuk menggambarkan kinerja LPMP sehingga dinamika peran

dan fungsinya dapat dijelaskan secara olistik. Studi kasus pada LPM Jambi ini

tujuannya adalah untuk mempelajari secara mendalam keadaan kehidupan

sekarang dengan latar belakangnya dalam interaksi dengan lingkungannya dari

suatu unit sosial seperti individu, kelembagaan, komunitas atau masyarakat

(Rusidi, 1992: 23). Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini

(31)

a. Memilih objek penelitian yang terfokus pada upaya menggambarkan dan

menjelaskan pemahaman karakteristik, arti dan pemikiran dari ragam program,

produk dan proses-proses yang terjadi yang sulit diukur dengan hanya dengan

angka saja, maka penggunaan metode penelitian kualitatif ini dipandang tepat

dan fleksibel guna mencapai tujuan penelitian.

b. Metode kualitatif memungkinkan untuk mengamati dan memahami gejala

kehidupan dalam LPMP itu baik secara internal maupun eksternal, dari sudut

pandang para pihak yang terkit dengan upaya penjaminan mutu pendidikan

yang dilakukannya.

c. Metode kualitatif memungkinkan untuk melakukan verifikasi dan eksplanasi

secara lebih mendalam pada saat menemukan perilaku para pihak yang diteliti

yang secara konseptual dipandang berbeda dari apa yang seharusnya. Dengan

melakukan cross check terhadap hal-hal yang terjadi di lapangan yang dinilai

menyimpang itu dapat mempertinggi validitas dan akurasi data.

d. Dalam metode penelitian kualitatif sebagian besar data yang dikumpulkan

berupa kata-kata verbal, bukan hanya berupa angka semata, baik lisan maupun

tulisan yang diambil dari sejumlah informan yang berhubungan dengan objek

penelitian.

e. Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang berhubungan

dengan suatu teori tertentu dan berdasarkan angka, tetapi lebih dimaksudkan

untuk “menguji” dalam arti mengembangkan teori berdasarkan data yang

ditemukan. Dengan demikian, teori-teori yang dipandang sudah mapan dalam

(32)

memagari, agar penelitian ini tidak keluar dari tujuan semula.

f. Telaah dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama melakukan

pengumpulan data di lapangan, karena analisis muncul dengan sendirinya

pada saat menafsirkan data sejak awal sampai dengan akhir penelitian.

C. Justifikasi penggunaan metode penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Disebut kualitatif

karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif yang

menggunakan alat-alat pengukur. oleh pengukuran formal.

Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada

beberapa pertimbangan berikut:

a. Memilih objek penelitian yang terfokus pada upaya menggambarkan dan

menjelaskan pemahaman karakteristik, arti dan pemikiran dari ragam

program, produk dan proses-proses yang terjadi yang sulit diukur dengan

hanya dengan angka saja.

b. Metode kualitatif memungkinkan untuk mengamati dan memahami gejala

kehidupan dalam LPMP itu baik secara internal maupun eksternal, dari sudut

pandang para pihak yang terkit dengan upaya penjaminan mutu pendidikan

yang dilakukannya.

c. Metode kualitatif memungkinkan untuk melakukan verifikasi dan eksplanasi

secara lebih mendalam pada saat menemukan perilaku para pihak yang diteliti

yang secara konseptual dipandang berbeda dari apa yang seharusnya. Dengan

melakukan cross check terhadap hal-hal yang terjadi di lapangan yang dinilai

(33)

d. Dalam metode penelitian kualitatif sebagian besar data yang dikumpulkan

berupa kata-kata verbal, bukan hanya berupa angka semata, baik lisan maupun

tulisan yang diambil dari sejumlah informan yang berhubungan dengan objek

penelitian.

e. Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang berhubungan

dengan suatu teori tertentu dan berdasarkan angka, tetapi lebih dimaksudkan

untuk “menguji” dalam arti mengembangkan teori berdasarkan data yang

ditemukan. Dengan demikian, teori-teori yang dipandang sudah mapan dalam

bidang ini hanya dijadikan sebagai kerangka acuan guna memberi arah dan

memagari, agar penelitian ini tidak keluar dari tujuan semula.

f. Telaah dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama melakukan

pengumpulan data di lapangan, karena analisis muncul dengan sendirinya

pada saat menafsirkan data sejak awal sampai dengan akhir penelitian.

Studi ini berhubungan dengan masalah efektivitas kinerja LPMP berkaitan

dengan penjaminan mutu pendidikan, khususnya dalam konteks peran dan fungsi

institusionalnya. Penjaminan mutu pendidikan akan selalu melibatkan sejumlah

peranserta dari berbagai pihak dalam implementasinaya. Sejatinya kinerja LPMP

adalah dapat diamati dari sejauhmana fungsi dan peran yang telah berlangsung

selama ini dapat dideskripsikan secara holistik dan bagaimana pula perspektif

masa mendatang LPMP dalam memberikan penjaminan mutu terhadap

stackholderenya, mengingat bahwa mutu selalu bergerak dimanis. Karena, LPMP

merupakan lembaga yang diberi kewenangan dalam penjaminan mutu pendidikan

(34)

memberikan penjaminan mutu pendidikan di walayah kerjanya.

Oleh karena itu, penelitian ini memberikan gambaran dinamika dan

prospek kinerja LPMP yang bertolak dari konidisi saat ini dan bagaimana ke

depan dalam konteks dinamika praksis pendidikan yang semakin penuh tantangan

menuju pencapaian pendidikan bermutu, mengingat bahwa dalam realitas sosial

yang terjadi dari waktu ke waktu mutu pendidikan nasional kita selalu berada

dalam persimpangan jalan. Dalam kerangka memahami (to understanding)

pola-pola perkembangan yang dilakukan sehubungan dengan status dan perannya

sebagai institusi penjaminan mutu pendidikan, maka mejadi sangat mendasar

untuk melakukan telaah secara holistik. Sehingga dengan cara ini dapat mengkaji

ulang (merekonstruk) fungsi dan peran LPMP sebagai institusi yang handal dalam

bidang intelligent organized berkenan dengan penjaminan mutu pendidikan.

D. Teknik Pengumpulan data

Keberhasilan suatu penelitian dengan teknik kualitatif sangat tergantung

pada ketelitian, kelengkapan catatan lapangan (field notes) yang disusun oleh

peneliti. Catatan lapangan tersebut disusun melalui observasi, wawancara dan

studi dokumenter. Ketiga teknik pengumpulan data ini untuk memperoleh

informasi yang saling menunjang dan melengkapi.

Mengacu pada pendapat di atas, teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam pelaksanaan penelitian ini meliputi; (a) pengamatan partisipasi, (b)

wawancara, dan (c) studi dokumentasi. Observasi partisipasi (partisipation

(35)

kegiatan yang sedang dilakukan atau sedang dialami orang lain, sedangkan orang

lain tidak mengetahui bahwa dia atau mereka sedang diobservasi. Singarimbun

(dalam Moleong, 1990: 109) mengemukakan bahwa kegiatan wawancara

melibatkan komponen-komponen, yaitu; isi pertanyaan, pewawancara, responden,

dan situasi wawancara. Dokumentasi dalam penelitian ini adalah

dokumen-dokumen yang ada di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Dinas

Pendidikan yang berkaitan dengan fokus penelitian sebagai pelengkap keluasan

analisis data.

1. Teknik Observasi

Teknik observasi adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologi dan psikologis yang berkenaan dengan

perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan lain-lainnya. Intensitas

partisipasi pengamat dapat dilakukan dalam lima tingkatan yaitu dari partisipasi

nihil (non pariticipation), partisipasi pasif (pasive partisipation), partisipasi

sedang (moderate partisipation), partisipasi aktif (active partisipation), sampai

dengan partisipasi penuh (complete partisipation). Peneliti melakukan observasi

dengan tingkatan partisipasi moderat dengan mempertimbangkan kedudukan

peneliti dan sifat penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti melakukan

observasi mulai dari kegiatan sebagai penonton, sewaktu-waktu turut serta dalam

situasi atau kegiatan pelaksanaan pelatihan keterampilan yang berlangsung.

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang

(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan

(36)

gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk

membantu mengerti kinerja LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah,

dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu

melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Dalam melaksanakan

observasi, digunakan instrumen berupa pedoman observasi.

http://nanangkohar.wordpress.com/membuat-blog-wordpress/

2. Teknik Wawancara

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data awal yang berkenaan dengan

kinerja LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar yang selama ini

telah dilaksanakan oleh LPMP atau pihak terkait lainnya. Data hasil wawancara

ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi.

Penggunaan teknik wawancara diharapkan dapat memperoleh data yang

berhubungan dengan kebiasaan, norma-norma yang berlaku, kebutuhan, potensi,

serta kendala dan upaya untuk mengantisipasinya. Penggunaan teknik wawancara

juga diharapkan dapat mengetahui secara mendalam hal-hal yang sudah mereka

lakukan, rasakan, hasil yang telah didapat serta pengalaman yang mereka

inginkan. Sukardi (2005: 79-80) menjelaskan keunggulan teknik wawancara

sebagai teknik penelitian, yakni: (1) peneliti dapat membantu menjelaskan

pertanyaan, (2) peneliti dapat mengontrol jawaban responden secara lebih teliti

dengan mengamati reaksi atau tingkah laku yang diakibatkan oleh pertanyaan

dalam proses wawancara, dan (3) peneliti dapat memperoleh informasi yang tidak

dapat diungkapkan dengan cara observasi ataupun studi dokumentasi.

(37)

wawancara. Penggunaan pedoman wawancara dilakukan agar proses wawancara

tidak menyimpang dari masalah yang akan digali, dapat berkembang sesuai

dengan kondisi di lapangan, tidak terjadi pengulangan, serta tidak menyimpang

dari fokus penelitian. Sevilla, dkk (dalam Sukardi (2005: 80), membagi

wawancara atas wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Teknik

wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak

terstruktur, dimana pewawancara dapat memodifikasi, mengulangi, menguraikan

pertanyaan, dan dapat mengikuti jawaban responden asalkan tidak menyimpang

dari tujuan wawancara.

Dalam kegiatan wawancara itu, dilakukan terhadap 5 orang informan

kunci terdiri dari pimpinan LPMP, kepala Bidang, widyasiwara, dan alumni yang

dipilih secara acak. Juga 3 orang pemangku kepentingan yang selalu bermitra

dengan LPMP, pakar pendidikan, dan tokoh praktisi pendidikan yang dipandang

memiliki perhatian berdasarkan kedudukan dan keahliannya.

3. Studi Dokumentasi

Teknik studi dokumentasi digunakan untuk menghimpun data tertulis yang

berhubungan dengan masalah-masalah kinerja LPMP dalam penjaminan mutu

pendidikan sekolah dasar pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring

dan review. Data yang diperoleh dari studi dokumentasi dijadikan alat untuk

mengecek kesesuaian data yang diperoleh dari kegiatan observasi dan wawancara.

Studi dokumentasi dilakukan guna menggali dan mendapatkan data

sekunder yang diperlukan untuk menunjang penelitian. Studi dokumentasi ini

(38)

LPMP berkenan dengan penjaminan mutu di wilayah kerjanya. Pengumpulan

data dilakukan langsung peneliti dengan pertimbangan: (1) Peneliti sebagai alat

peka yang dapat bereaksi terhadap segala stimulasi dari lingkungan yang

diperkirakan beraneka atau tidak bagi penelitian; (2) Peneliti sebagai alat dapat

menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan serta dapat mengumpulkan

aneka ragam data sekaligus; (3) Tiap situasi merupakan keseluruhan di mana

peneliti sebagai instrumen dapat memahami situasi dan seluk beluknya; (4)

Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisa data yang diperoleh,

menafsirkannya, untuk menentukan arah pengamatan selanjutnya.

E. Analisis Data

Sebagai suatu rancangan, analisis utama dalam penelitian ini adalah data

kualitatif. Analisis data adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan.

Menyusun data berarti menggolongkannya ke dalam pola, tema atau kategori.

Tafsiran atau interpretasi, artinya menggolongkannya kepada hasil analisis,

menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antar berbagai konsep

(Nasution, 1988:126). Analisis data kualitatif diartikan sebagai usaha analisis

berdasarkan kata-kata yang disusun di dalam teks yang diperluas (Mile dan

Huberman, 1992:16). Pengertian kualitatif di sini bermakna bahwa data yang

disajikan berwujud kata-kata dan bukan angka-angka. Dalam penelitian ini, data

hasil wawancara dan pengamatan ditulis dalam suatu catatan lapangan yang

terinci dan terekam yang akan dianalisa secara kualitatif untuk analisis data akan

(39)

a. Reduksi Data. Data yang diperoleh di lapangan akan diketik ulang dalam

bentuk uraian yang sangat lengkap dan banyak. Data tersebut direduksi,

dirangkum, dipilih hal yang pokok, difokuskan kepada hal yang penting dan

berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sehingga data yang direduksi dapat

memberikan suatu gambaran yang lebih mendalam (tajam) tentang hasil

pengamatan dan wawancara.

b. Display Data. Display data dilakukan mengingat data yang terkumpul

demikian banyak, sehingga data yang terkumpul atau tertumpuk akan

menimbulkan kesulitan dalam menggambarkan rincian keseluruhan dan sulit

pula untuk mengambil kesimpulan. Kesukaran di atas, dapat diatasi dengan

cara membuat model dan paradigma penelitian. Sehingga keseluruhan data

sebagai bagian dari rincian dapat dipetakan dengan jelas.

c. Kesimpulan dan Verifikasi. Penarikan kesimpulan berdasarkan reduksi dan

penyajian data. Penarikan kesimpulan data berlangsung bertahap dari

kesimpulan umum pada tahap reduksi data, kemudian menjadi lebih spesifik

pada tahap penyajian data yang sudah dipolakan, difokuskan dan disusun

secara sistematik, baik melalui penentuan tema maupun model dan paradigma

penelitian, kemudian disimpulkan, sehingga makna data bisa ditemukan.

Rangkaian proses ini menunjukkan bahwa analisis data kualitatif dalam

penelitian ini bersifat menggabungkan tahap reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan secara berulang dan bersiklus.

d. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data. Untuk menguji keabsahan data atau

(40)

yang telah terkumpul. Dalam penelitian kualitatif menggunakan kriteria

derajat kepercayaan (kredibilitas), keteralihan, kebergantungan, dan kepastian.

Secara visual jalinan proses analisis data kualitatif dapat dilihat gambar

berikut.

Gambar 3.1 Model Analisis Data Kualitatif

Sumber: Mattew B. Milles dan Michael A. Huberman (1992:20)

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan peneliti dalam

penelitian ini adalah: teknik perpanjangan keikutsertaan, teknik triangulasi, dan

teknik diskusi dengan teman sejawat dan para ahli/pakar. Perpanjangan

keikut-sertaan digunakan dengan cara menambah jumlah waktu penelitian selama dua

bulan. Perpanjangan keikutsertaan peneliti di latar penelitian akan memungkinkan

adanya peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Teknik

triangulasi dilakukan dengan memanfaatkan dua cara, yaitu triangulasi dengan

sumber dan triangulasi dengan teori (Patton, 1987:331; Moleong, 1991:178;

Robson, 2005:174-176). analisis

Data

Penarikan kesimpulan Dan verifikasi Reduksi

data

(41)

Triangulasi dengan sumber yaitu membandingkan dan mengecek-balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui key informan.

Sedangkan triangulasi dengan teori, berupa mengkonfirmasikan data dengan teori.

Dengan demikian data yang telah ditemukan dapat terjamin derajat

kepercayaannya. Adapun teknik diskusi dengan teman sejawat dan pakar ini

dilakukan dengan cara menemui teman untuk berkumpul dan mendiskusikan hasil

sementara atau hasil akhir yang diperoleh dari penelitian secara analitik. Dari

diskusi inilah peneliti melakukan pengecekan kembali terhadap data yang kurang

cocok atau kurang serasi dengan fokus penelitian. Penggunaan metode ini

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisa penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Perencanaan yang dilaksanakan oleh LPMP pada jenjang pendidikan

sekolah dasar meliputi berbagai aspek penjaminan mutu pendidikan bagi

pendidik dan tenaga kependidikan. Perencanaan dirumuskan mengacu pada

visi dan misi dan diuraikan melalui tujuan yang hendak dicapai dan

kemudian dibuat program kerja tahunan, menengah dan jangkan panjang.

Perencanaan dalam bentuk program yang dibuat LPMP belum optimal dan

belum melibatkan seluruh stakeholder pendidikan, terutama yang

berhubungan erat dengan penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar.

Perencanaan dan program kerja LPMP di dalam penjaminan mutu

pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi dengan menetapkan tujuan dan

sasaran yang ingin dicapai dalam kurun waktu 2008-2012 ke dalam 8

(delapan) bidang garapan yang tersebar dalam program kerja

masing-masing seksi di LPMP yakni: seksi program dan sistim informasi (PSI),

seksi pemetaan mutu dan supervisi (PMS) dan seksi fasilitasi sumberdaya

pendidik (FSDP).

2. Pelaksanakan program kegiatan LPMP kurun waktu tahun 2009-2011 pada

seksi PMS telah melaksanakan 54 volume kegiatan, seksi PSI

(43)

kegiatan. Dari berbagai kegiatan yang telah direncanakan tersebut terlihat

masih banyak kegiatan yang belum dapat terlaksana. Miskipun ditemukan

ketidak sesuaian antara rencana program yang dibuat dengan implementasi

kegiatan yang dilaksanakan. Terdapat ketidaksingkronan antara rencana

program yang sudah ditetapkan dengan sebahagian program kegiatan yang

dilaksanakan. Bahkan ditemukan kegiatan dadakan yang tidak terdapat

dalam program yang telah di tetapkan jusru dilaksanakan dengan menukar

kegiatan yang telah terprogram. Volume kegiatan tidak dibuat berdasarkan

skala kegiatan yang terprioritaskan sehingga capaian sasaran dari program

belum optimal.

3. Monitoring yang dilakukan oleh LPMP dalam penjaminan mutu sekolah

dasar meliputi keseluruhan kegiatan. Monitoring yang dilaksanakan

meliputi keseluruhan tahapan: persiapan, pelaksanaan, penilaian, dan hasil.

Dalam pelaksanaan monitoring yang dilakukan LPMP ditemukan beberapa

kegiatan yang tidak dilaksanakan pada tahapan perencanaan atau persiapan.

Program yang disampaikan seksi-seksi tanpa melalui analisis sesuai

dengan keinginan monitoring. Sehingga monitoring yang dilakukan belum

dirasakan memberikan hasil yang optimal dalam rangka penjaminan mutu

sekolah dasar.

4. Review yang dilakukan LPMP berkaitan pada langkah-langkah kegiatan

yang berhubungan dengan menghasilkan output yang dalam penjaminan

mutu pendidikan berupa layanan. Review ini mengacu pada optimalisasi

Gambar

Gambar 3.1 Model Analisis Data Kualitatif

Referensi

Dokumen terkait

Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari

terhadap pengelolaan fitur yang ada di dalam website seperti, pengguna Admin, pengguna dosen, pengguna tim redaksi jurnal, link partner, kontak, slide, berita, kategori,

Apabila perlu dan mendesak membuat surat perintah penggeledahan dan surat perintah penyitaan barang bukti kepada PPNS KI, apabila tidak mendesak membuat surat ijin penggeledahan

Aplikasi e-Learning yang dibangun oleh penulis menggunakan Linux sebagai sistem operasi dan Apache sebagai web server dengan dukungan antarmuka HTML serta skrip pemrograman PHP

Kemudian penulis menjabarkan diagram alur data serta diagram hubungan entity yang dibutuhkan untuk menunjang

PPK masing-masing satker melakukan pengisian capaian output dalam aplikasi SAS dengan berpedoman kepada Manual Modul Capaian Output yang disertakan satu paket dengan

AGUS BUDI SANTOSO S,Pd SUYONO MELAI RAHMAWATI. DIREKTUR

Leng dkk melaporkan bahwa transplantasi eksosom sel punca mesenkimal melalui miRNA mampu meningkatkan keberhasilan terapi pada pasien pneumonia akibat corona virus