Kemas Imron Rosadi, 2012
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 17
C. Tujuan Penelitian ... 20
D. Manfaat Penelitian ... 21
E. Struktur Organisasi Disertasi ... 23
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kinerja Organisasi dalam Konteks Administrasi Pendidikan .. 25
B. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ... 52
C. Manajemen Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan . 61 D. Kaidah-kaidah Manajemen Kinerja ... 67
E. Model Manajemen Kinerja ... 70
C. Justifikasi penggunaan metode penelitian ... 99
D. Teknik Pengumpulan data ... 101
E. Analisis Data ... 105
Kemas Imron Rosadi, 2012
... 109
2. Pelaksanaan program LPMP dalam proses Penjaminan mutu pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi... 129
3. Monitoring program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi ... 153
4. Review program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi ... 160
B. Pembahasan ... 186
1. Perencanaan program yang dilaksanakan LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi ... 188
2. Pelaksanaan program LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi ... 201
3. Monitoring program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi ... 214
4. Review program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi ... 220
C. Model hipotetik pengembangan Manajemen Kinerja LPMP dalam Penjaminan Mutu Sekolah Dasar ... 229
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 243
B. Saran ... 245
DAFTAR KEPUSTAKAAN ... 249
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 258
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Hal itu termaktub dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 3 yang menyatakan:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Melihat definisi di atas, sesungguhnya pendidikan mempunyai dua tujuan
sekaligus. Pertama, sebagai kegiatan sosial kolektif. Artinya, pendidikan
ditujukan untuk mewujudkan nilai-nilai sosial atau cita-cita sosial. Kedua, realitas
diri, yaitu keinginan individu untuk mengembangkan potensi-potensi diri guna
mencapai kehidupan yang lebih baik bagi diri dan sesamanya dalam masyarakat
bangsa menuju masa depan. Fungsi pendidikan bukan sekadar pelaksanaan
kebijakan nasional atas nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, tetapi sebagai salah
satu kekuatan sosial yang memberi corak dan arah bagi kehidupan masyarakat di
Demi mencapai tujuan itu, pembangunan pendidikan di Indonesia
bertumpu pada tiga aspek, yaitu aspek pemerataan dan perluasan, mutu dan
relevansi, serta tata kelola yang baik. Ketiga aspek tersebut secara simultan
dibangun untuk mencapai hasil yang maksimal. Namun demikian, tak lantas
pembangunan pendidikan tersebut menjadi sederhana. Hal itu disebabkan
faktor-faktor lain yang membuat pembangunannya menjadi sedemikian kompleks,
misalnya pertambahan penduduk yang tinggi, kondisi geografis, budaya yang
beragam, dan kebijakan yang diskontinu.
Salah satu isu yang menarik dikaji dalam konstelasi pembangunan
pendidikan di Indonesia adalah mutu pendidikan yang rendah (Sholeh, 2007:
146). Gejala rendahnya mutu pendidikan di Indonesia semakin dirasakan dan
muncul sebagai topik diskusi di kalangan teoretisi, praktisi, juga orang awam,
sehingga setidaknya memunculkan empat pandangan.
Pandangan pertama melihat mutu pendidikan dari prestasi belajar siswa
yang mengukur pengetahuan kognitif. Dalam pandangan ini, mutu pendidikan
ditentukan oleh struktur dasar keilmuan yang ketat. Pembakuan secara terpusat
dilakukan mulai dari kurikulum, pokok bahasan, metode pengajaran, pengadaan
sarana dan prasarana, hingga evaluasi belajar. Pandangan kedua melihat mutu
pendidikan melalui prosesnya. Pandangan ini mengangggap kurikulum tidak perlu
berstruktur ketat, yang penting siswa dapat belajar aktif. Pandangan ketiga melihat
mutu pendidikan dari masukannya seperti guru, alat belajar, buku pelajaran,
perpustakaan, dan prasarana pendidikan. Pandangan keempat melihat mutu
Dibalik semua itu dapat dirasakan bahwa adanya ketertinggalan yang
signifikan mutu pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Hasil itu
diperoleh setelah kita membandingkannya dengan Negara lain. Pendidikan
memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia
Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karana itu, pendidikan seharusnya
dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing
dengan sumber daya manusia di Negara-negara lain.
Bila di amati, Nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam
peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di
berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal
itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat
penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan
untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang. Ada banyak penyabab
mengapa mutu pendidikan di Indonesia, baik pendidikan formal maupun informal,
dinilai rendah. Penyebab rendahnya mutu pendidikan adalah masalah efektifitas,
efisiensi dan standardisasi pengajaran.
Adapun menurut Mailani kasim permasalahan khusus dalam dunia
pendidikan yaitu:
Umaedi dalam http://www.ssep.net/director.html ada dua faktor yang
dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang
atau tidak berhasil.
Pertama strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan ( sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education production function (Hanushek, 1979,1981) tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri. Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa komleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.
Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah
di Indonesia antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum, sistim
evaluasi, sarana pendidikan, materi ajar, mutu guru, dan tenaga kependidikan
lainnya. Namun, upaya tersebut belum memperlihatkan hasil yang signifikan
terhadap peningkatan mutu pendidikan. Hal ini diindikasikan dengan nilai hasil
evaluasi belajar untuk berbagai bidang studi pada jenjang SMP dan SMA yang
cenderung tidak menunjukkan peningkatan yang berarti bahkan dapat
dikategorikan konstan dari tahun ke tahun.
Oleh karena itu, Tedjasudhana (2005) mengatakan: merasa sangat prihatin
kelulusan yang ditetapkan untuk UN yaitu 4,50 dianggap terlalu tinggi, padahal di
Singapura nilai kelulusan adalah 6,5, di Malaysia 7, dan di Vietnam 5,5.
Dilihat dari kualitas SDM sebagai produk pendidikan, The Global
Competitiveness Report menempatkan daya saing Indonesia pada posisi ke-44
pada 2010-2011 atau naik dari posisi 54 pada 2009-2010. Sementara tentang
kemampuan ilmuwan (scientist) dan teknokrat (engineer), Indonesia berada pada
tingkat ke-31 dan dalam kerja sama teknologi antarindustri dan kerja sama
penelitian antara industri dan perguruan tinggi, berada pada rangking ke-26 dan
38. Di samping itu, tingkat kualitas penelitian Indonesia bertengger di peringkat
ke-44 dan kapasitas inovasi Indonesia berada pada urutan ke-30 (LPMP, 20)
Selanjutnya menurut Indeks pembangunan pendidikan untuk semua atau education for all bahwa:
Di Indonesia menurun. Jika pada 2010 lalu Indonesia berada di peringkat 65, tahun ini merosot ke peringkat 69. Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, indeks pembangunan pendidikan atau education development index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. EDI dikatakan tinggi jika mencapai 0,95-1. Kategori medium berada di atas 0,80, sedangkan kategori rendah di bawah 0,80. Global Monitoring Report dikeluarkan setiap tahun yang berisi hasil pemonitoran reguler pendidikan dunia. Indeks pendidikan tersebut dibuat dengan mengacu pada enam tujuan pendidikan EFA yang disusun dalam pertemuan pendidikan global di Dakar, Senegal, tahun 2000.
Saat ini Indonesia masih tertinggal dari Brunei Darussalam yang berada di
peringkat ke-34. Brunai Darussalam masuk kelompok pencapaian tinggi bersama
Jepang, yang mencapai posisi nomor satu dunia. Adapun Malaysia berada di
halnya Indonesia. Posisi Indonesia jauh lebih baik dari Filipina (85), Kamboja
(102), India (107), dan Laos (109). Total nilai EDI itu diperoleh dari rangkuman
perolehan empat kategori penilaian, yaitu angka partisipasi pendidikan dasar,
angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut
kesetaraan jender, dan angka bertahan siswa hingga kelas V sekolah dasar (SD).
http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/02/18555569/Indeks.Pendidikan.Indones
ia.Menurun
Penurunan EDI Indonesia yang cukup tinggi tahun ini terjadi terutama
pada kategori penilaian angka bertahan siswa hingga kelas V SD. Kategori ini
untuk menunjukkan kualitas pendidikan di jenjang pendidikan dasar yang
siklusnya dipatok sedikitnya lima tahun.
Masalah relevansi pendidikan sebagai cerminan mutu pendidikan yang
rendah setidaknya disebabkan dua hal.
Pertama, praktik pendidikan yang dirasakan selama ini terlalu teoretis dan
kurang strategis. Ashari (2009: 11) menyebutnya sebagai pendidikan yang kurang
membumi. Di banyak aspek, pendidikan tidak mampu mengakomodasi kebutuhan
masyarakat (aspek sosiologis), falsafah bangsa (aspek filosofis), hakikat anak
didik (aspek psikologis), dan hakikat pengetahuan (aspek bidang ilmu) secara
sinergis. Keempat aspek tersebut harus dipadukan secara sinergis dalam sebuah
sistem kehidupan yang nyata (real life sistem) yang lebih bermakna (meaningful),
sehingga dapat menciptakan manusia yang tidak hanya mempunyai pola pikir
Kedua, terjadi mismatch dunia pendidikan dengan kebutuhan (Bolton,
2000). Ashari (2009: 12) menyebutnya sebagai pendidikan yang antirealitas.
Lembaga pendidikan formal seperti sekolah dan perguruan tinggi berjalan
terpisah. Lembaga-lembaga itu lebih mengedepankan profesionalitas dan
mengesampingkan adaptabilitas. Dampaknya tidak hanya terkait jumlah
pengangguran yang membengkak, tapi juga lulusan yang telah bekerja pun kurang
dapat berkontribusi secara proaktif bagi dirinya sendiri, keluarga, agama,
masyarakat, bangsa, dan negara. Tidak mengherankan bila sebagian orang yang
telah bekerja justru menjadi beban bagi lembaganya. Kasus korupsi, kolusi,
nepotisme, perebutan kekuasaan, rendahnya citra hukum dan disiplin masyarakat,
meningkatnya penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya serta kejahatan,
lambannya pemulihan krisis ekonomi dan sosial yang marak dewasa ini,
merupakan sebagian bukti bahwa pendidikan yang selama ini dilaksanakan
kurang bermakna (meaningful).
Mutu pendidikan dipengaruhi beberapa faktor. Sukmadinata, dkk. (2006:
8) merangkum masalah pendidikan terkait mutu sebagai berikut:
Banyak masalah mutu dihadapi dalam dunia pendidikan, seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan guru, serta mutu profesionalisme dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait dengan mutu manajerial para pimpinan pendidikan, keterbatasan dana, sarana dan prasarana, fasilitas pendidikan, media, sumber belajar, alat dan bahan latihan, iklim sekolah, lingkungan pendidikan serta dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan.
Di antara faktor tersebut, guru dan tenaga kependidikan lainnya
merupakan faktor utama yang memengaruhi mutu pendidikan (Sagala, 2007: 24).
pembinaan dan pengembangan secara berkelanjutan. Pembinaan dan
pengembangan tersebut dapat berupa peningkatan profesionalisme dasar atau
penyesuaian dengan kebijakan terbaru yang dikeluarkan pemerintah. Pembinaan
dan pengembangan profesionalisme guru tersebut dapat dilakukan melalui
pendidikan dan pelatihan dalam jabatan (bdk. Sagala, 2007: 26-27).
Sumber daya manusia (SDM) pendidikan merupakan hal penting dalam
sebuah organisasi. Peran SDM sangat penting untuk kemajuan dan perubahan
organisasi. Karena SDM memengaruhi efektivitas dan efisiensi peran, fungsi, dan
tujuan organisasi, perhatian terhadap SDM harus diberikan terus dengan
memelihara dan melatih SDM dengan berbagai cara melalui serangkaian kegiatan
dan program yang bersifat menambah pengetahuan dan keterampilan. Saat ini
banyak organisasi yang melakukan serangkaian kegiatan atau program guna
meningkatkan kinerja karyawannya.
Kegiatan atau program tersebut dapat dilakukan dengan pelatihan,
seminar, workshop, konseling, maupun studi banding guna meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan, perbaikan sikap, serta peningkatan kinerja atau
sekadar mendapatkan pengetahuan baru. Meski demikian, terkadang setelah
mengikuti pelatihan, kinerja individu tetap tidak sesuai dengan harapan.
Demikian juga lembaga pendidikan, jika ingin tujuannya tercapai sesuai
harapan, setiap individu di dalamnya (terutama guru atau tenaga pendidik) harus
dapat menjalankan tugas dengan efektif dan efisien. Pengetahuan dan
keterampilan tenaga pendidik akan memengaruhi tugas yang diberikan kepadanya
pengetahuan dan keterampilan akan menghambat keberhasilan lembaga
pendidikan. Karena itu, setiap tenaga pendidik harus melakukan pemeliharaan dan
pengembangan pengetahuan serta keterampilannya. Sikap dan nilai yang dimiliki
tenaga pendidik terhadap lingkungan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan
tugas. Guna mencapai keberhasilan dalam tugas dan tujuan lembaga pendidikan,
setiap tenaga pendidik atau guru harus terus mengembangkan sikap yang dimiliki
agar tercipta iklim belajar yang diinginkan.
Pengembangan SDM pendidikan, khususnya tenaga pendidik, sangat
penting untuk diperhatikan dan ditingkatkan dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan. Dengan peningkatan kualitas SDM tenaga pendidikan, diharapkan
kualitas pendidikan akan meningkat.
Masalah-masalah pendidikan sebagaimana dikemukakan di atas perlu
segera dicarikan solusi. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, salah satunya
penerbitan Permendiknas Nomor 07/2007 yang mengatur bahwa Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) sebagai lembaga pemerintah pusat yang
ada di setiap provinsi berkewajiban mensupervisi dan membantu satuan
pendidikan pada sekolah dasar dan menengah dalam upaya penjaminan mutu
pendidikan.
Berdasarkan Peraturan Mendiknas RI Nomor 7 Tahun 2007, tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, struktur
organisasi LPMP terdiri atas tiga seksi, yakni seksi program dan sistem informasi,
Satori dalam (
http://gurupembaharu.com/home/sistem-penjaminan-dan-peningkatan-mutu-pendidikan/) mempertegas bahwa:
Peraturan tersebut mengisyaratkan langkah pemberdayaan tugas pokok dan fungsi yang menyangkut: (1) pemetaan mutu pendidikan, (2) supervisi dalam rangka pengembangan mutu, (3) pengembangan sistem informasi mutu pendidikan, dan (4) fasilitasi pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam menjalankan peran dan tanggung jawab Quality Assurance and Improvement pemberdayaan LPMP difokuskan pada fungsi bimbingan, arahan, dan saran/bantuan teknis.
Oleh karena itu Satori dalam (
http://gurupembaharu.com/home/sistem-penjaminan-dan-peningkatan-mutu-pendidikan/) mengatakan juga bahwa :
LPMP sebagai institusi pelayanan Dirjen PMPTK melalui direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan hendaknya mampu membangun jaringan kerja penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan yang melibatkan satuan pendidikan, pengawas sekolah, kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Kota. Karena tidak dipungkiri bahwa upaya strategis jangka panjang untuk mewujudkannya menuntut satu sistem penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan yang dapat membangun kerjasama dan kolaborasi di antara berbagai institusi yang terkait dalam satu keterpaduan jaringan kerja nasional.
Berdasarkan uraian di atas, maka LPMP sebagai lembaga penjaminan
mutu pendidikan dapat mengoptimalkan peran dan fungsinya dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan peningkatan mutu kependidikan yang meliputi
berbagai aspek baik peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan
maupun mutu lulusan pada setiap jenjang pendidikan. Dalam pelaksanaan
kegiatan tersebut LPMP dapat menerapkan fungsi-fungsi manajemen yang
tersistem dan terstruktur dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar, kegiatan yang
dilaksanakan dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
Sama juga halnya di Inggris penjaminan mutu pendidikan di naungi oleh
sebuah lembaga penjaminan mutu yakni QAA (Quality Assurance Agency) yang
mempunyai kesamaan dengan LPMP. Misinya adalah untuk menjaga standar dan
meningkatkan kualitas pendidikan Inggris.
QAA Menawarkan saran, bimbingan dan dukungan untuk membantu
pendidikan Inggris dan lembaga lainnya memberikan pengalaman siswa terbaik.
QAA melakukan review lembaga dan mempublikasikan laporan merinci temuan.
Laporan QAA menyoroti praktek yang baik dan mengandung rekomendasi untuk
membantu meningkatkan kualitas. Para peer reviewer pada tim review QAA
memiliki pengalaman terbaik dalam memberikan penilaian pendidikan. Untuk
mendukung standar dan mempromosikan peningkatan kualitas pendidikan, QAA
mempublikasikan berbagai titik referensi dan bimbingan. Publikasi ini banyak
digunakan oleh staf akademik Inggris yang bertanggung jawab dalam membentuk
pengalaman siswa. QAA dalam menjamin mutu pendidikan di inggris memiliki
strategi untuk tahun 2011-14 adalah: (a).Memenuhi semua kebutuhan siswa dan
dihargai oleh mereka. (b).Menjaga standar pendidikan di Inggris dalam konteks
internasional (c).Perbaikan pendidikan yang bermutu tinggi di Inggris.
(d).Meningkatkan pemahaman publik akan standar pendidikan yang berkualitas.
http://www.qaa.ac.uk/aboutus/Pages/default.aspx
Di Amerika lembaga penjaminan mutu pendidikan yang terkenal dan
mempunyai pengaruh global pendidikan internasional yang dikenal CQAIE (the
center for quality assurance international education), pusat Jaminan Mutu dalam
Vietnam dan Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, adalah kegiatan kolaboratif dari
pendidikan dan kualitas dan jaminan kompetensi masyarakat baik di Amerika
Serikat dan antara Amerika Serikat dan negara-negara lain yang peduli dengan
masalah kualitas dan keadilan dalam akademis internasional dan mobilitas
profesional, credentialing dan pengakuan. Pusat memfasilitasi studi perbandingan
kualitas nasional dan mekanisme jaminan kompetensi untuk meningkatkan upaya
dalam negara dan mempromosikan mobilitas antara sistem nasional.
http://www.cqaie.org/
Untuk tujuan tersebut, kegiatan The Center terbagi dalam tiga kategori
utama: (a) Kegiatan Nasional, (b) Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan
Pelatihan dalam Jaminan Kualitas, akreditasi (c) Perencanaan Strategis untuk
Jaminan Kualitas pendidikan, advokasi dan perencanaan dalam globalisasi serta
transnasional profesi kualitas pendidikan.
CQAIE membantu negara dalam pengembangan atau peningkatan sistem
jaminan kualitas untuk pendidikan pasca sekolah menengah (termasuk pendidikan
tinggi dan pekerjaan / pelatihan kejuruan) melalui kerja dengan Departemen,
Lembaga Jaminan Mutu Nasional dan Lembaga. Stafnya memberikan bantuan
pada berbagai tahap: desain (termasuk legislasi penyusunan atau mengembangkan
kebijakan nasional); perencanaan strategis pada tingkat kelembagaan atau
sistemik untuk jaminan kualitas, implementasi (termasuk program pelatihan
nasional atau institusional) dan evaluasi (termasuk extern yang al internasional
Sejak didirikan pada tahun 1991, Pusat ini telah bekerja di negara dengan
sedikitnya dua pertiga dari negara dengan sistem jaminan kualitas nasional dan
global. Pusat ini bekerja melalui berbagai Departemen yang terkait dengan
Pendidikan Tinggi, Kejuruan / Pelatihan Kerja, Tenaga Kerja dan Kesehatan. Dr
Marjorie Perdamaian Lenn, Presiden Pusat, diminta oleh Bank Dunia untuk
kembali melakukan pengembangan kapasitas yang efektif antara sistem jaminan
kualitas nasional di Asia Timur dan Pasifik. Hal ini melibatkan 2004 Bank Dunia
publikasi Jaminan Penguatan Kualitas dan Akreditasi di Asia Timur dan Pasifik
yang mempromosikan regionalisasi jaringan lembaga jaminan mutu. Publikasi
ini menjadi dasar bagi kategori baru dari hibah pengembangan oleh Bank Dunia,
dimulai dengan Kualitas Jaringan Pasifik berkembang Asia dan diikuti oleh
jaringan regional baru untuk Amerika Latin , Afrika dan Arab Amerika . Pusat
diberikan yang pertama ini hibah pengembangan dan program hibah global kini
dikelola oleh UNESCO (United Nations Educational Organisasi, Ilmu
Pengetahuan dan Kebudayaan dengan kantor pusat di Paris ).
Dari tugas dan fungsi lembaga penjaminan mutu Inggris dan amerika di
atas terlihat jelas bahwa betapa pentingnya penjaminan mutu yang dilakukan
lembaga QAA dan CQAIE untuk peningkatan penjaminan mutu pendidikan baik
secara nasional dan global.
Dengan demikian bahwa LPMP, QAA inggris dan CQAIE amerika
memiliki tugas pokok dan fungsi yang sama yakni sama-sama melakukan sistem
penjaminan mutu pendidikan melalui penguatan pencapaian standar nasional
Melihat kinerja LPMP provinsi Jambi berdasarkan hasil observasi awal
yang dilakukan oleh peneliti nampak bahwa kinerja LPMP dalam penjaminan
mutu pendidikan di Provinsi Jambi belum optimal. Hal tersebut nampak dari
masih rendahnya mutu pendidik dan tenaga kependidikan, dilihat dari masih
rendahnya capaian nilai siswa dari tiga mata pelajaran yang diujikan pada
UASBN di SD yakni IPA, matematika, bahasa Indonesia.
Dari tiga mata pelajaran yang diujikan pada kegiatan Ujian Akhir Sekolah
Berstandar Nasional (UASBN) , nilai matematika berada di posisi terendah, yakni
0,75. Sedangkan jumlah siswa yang memperoleh nilai 10 untuk pelajaran tersebut
sebanyak 360 siswa SD. „‟Untuk siswa dari Madrasah Ibtidakyah tidak ada," jelas
Kasubdin Pendidikan Dasar Menengah dan Tinggi (Dikmenti) Dinas Pendidikan
Provinsi Jambi, Ramli Samosir kepada Koran ini.
Menurutnya dari 2.296 SD dan 59 MI baik negeri maupun swasta yang mengikuti
ujian nasional dengan jumlah peserta UASBN 57.255, hanya SD 53/I Ladang
Peris Kabupaten Batanghari berhasil meraih nilai tertinggi. Perolehan nilai mereka
tersebut yakni 27,46. Dikatakannya, untuk kelulusan siswa sendiri ditentukan
oleh pihak sekolah. „‟Kita tidak bisa mengintervensi keputusan sekolah,‟‟
tegasnya.
http://www.jambiekspres.co.id/index.php/radar-jambi/3723-matematika-terendah-nilai-uasbn-diumumkan
Di Kota Jambi, tercatat 219 SD negeri dan swasta yang menggelar
UASBN. Jumlah peserta 9.800 orang. Pada tahun 2010 lalu, di Kota Jambi ada
lima siswa yang tidak lulus. Menurut Rifa‟i Kadis kota, hasil UASBN tersebut
http://jambi-
independent.co.id/jio/index.php?option=com_content&view=article&id=12895:rata-rata-sekolah-lulus-100-persen&catid=1:metroja
Dari apa yang di sampaikan Ramli Samosir Kasubdin Pendidikan Dasar
Menengah dan Tinggi (Dikmenti) Dinas Pendidikan Provinsi Jambi dan Rifa‟i
Kadis kota bahwa rata-rata nilai hasil UASBN SD di provinsi Jambi masih
rendah, walaupun rata –rata kelulusan SD cukup tinggi , ini dikarenakan nilai
UASBN dihargai 60% sedangkan di tambah dengan nilai UAS sekolah dihargai
40%. Jadi sekolah mempunyai 40% untuk menutupi kekurangan nilai UASBN,
dengan demikian kelulusan SD cukup tinggi walaupun hasil UASBNnya sangat
rendah.
Jelas bahwa belum optimalnya kinerja LPMP pada penjaminan mutu
sekolah dasar hal ini dipengaruhi oleh penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam
pelaksanaan kegiatan penjaminan mutu pendidikan belum terlaksana dengan baik.
Berarti bahwa manajemen kinerja LPMP masih perlu ditingkatkan pelaksanaanya,
terutama pada aspek perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan review.
Dalam meningkatkan kinerja, suatu organisasi dalam pelaksanaan
pekerjaan menerapkan fungsi-fungsi manajemen. Hal tersebut dinyatakan oleh
Deming (dalam Amstrong dan Denton, 1998: 57):
mempengaruhi di antaranya adalah sumber daya manusia, fasilitas, nilai-nilai, budaya, dan kerjasama yang terdapat di dalam organisasi. Pada aspek monitoring, organisasi dapat melakukan perbaikan pada berbagai tahapan kegiatan mulai dari persiapan sampai dengan hasil. Dalam monitoring disediakan lembaran-lembaran pengamatan dan penilaian sehingga Monitoring program yang dilaksanakan dapat berhasil dengan baik. Pada tahapan review, dilakukan penilaian terhadap keseluruhan kegiatan yang direncanakan, mulai dari persiapan sampai dengan hasil akhir.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik meneliti kinerja LPMP
Provinsi Jambi dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di wilayah
tersebut. Karena pengembangan sistem penjaminan dan peningkatan mutu dalam
kerangka sistem pendidikan nasional memerlukan investasi institusi (capacity
building) dengan fokus pada perubahan pola pemahaman (mind set) dan
perubahan budaya kerja (institutional/work culture) di antara orang-orang,
terutama yang menduduki posisi managerial. Strategi perubahan dimulai dari
membangun apa, untuk apa, mengapa, dan bagaimana dengan sensitivity training,
simulation, dan case analyses. Karena pada dasarnya penjaminan mutu
merupakan serangkaian proses dan sistem yang terkait untuk mengumpulkan,
menganalisis, dan melaporkan data mengenai kinerja dan mutu tenaga pendidik
dan kependidikan, program dan lembaga pendidikan.
Ketertarikan itu diperkuat kenyataan bahwa kinerja LPMP provinsi Jambi
yang berperan melakukan pemetaan mutu, pengeloaan informasi manajemen
mutu, memberikan fasilitasi pada satuan pendidikan, dan melakukan evaluasi
mutu pendidikan di provinsi Jambi, masih ibarat jauh api dari panggangnya.
Karena sampai sekarang mind set-nya kebanyakan masih training minded. Hal ini
(Balai Pelatihan Guru) itu semata-mata menjadi tempat pelatihan (training
centre).
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Untuk melaksanakan penjaminan mutu pendidikan, LPMP tidak bisa
berjalan sendiri, namun bermitra dengan pemerintah kabupaten/kota, dalam hal ini
instansi pemerintahan yang terkait adalah Kementerian Pedidikan Nasional
Kabupaten/Kota.
Sedangkan untuk melaksanakan penjaminan mutu tersebut, LPMP
menyusun rencana strategis (Renstra) yang diarahkan untuk pencapain visi, misi,
dan nilai inti serta tupoksi dari LPMP. Selanjutnya dalam melaksanakan program
kerja LPMP yang telah ditetapkan dalam renstra tentunya membutuhkan
manajemen kinerja yang efektif agar visi dan misi yang menjadi tujuan LPMP
dapat tercapai secara optimal. Untuk menjalankan renstra tersebut di
implementasikan pada tiga seksi yakni seksi PSI (program sistem informasi),
seksi PMS (pemetaan mutu supervisi) dan seksi FSDP (fasilitasi sumberdaya
Pendidik dan kependidikan) yang di naungi oleh kapala bagian tata usaha. Seksi
mempunyai tugas pokok dan fungsi serta program kerja yang mengacu pada
renstra yang telah di tetapkan. Tentu di dalam pelaksanaan tugasnya seksi-seki
tidak terlepas dari tugas rutin membuat rencana kerja, pelaksanaan kerja,
monitoring kerja dan mereview hasil kerja.
Dari mekanisme kerja yang ada di LPMP hasil observasi ditemukan
kejanggalan implementasi program yakni tumpang tindihnya pelaksanaan
FSDP justru dikerjakan oleh seksi PMS, bahkan banyak program FSDP juga
dilaksanakan oleh seksi PSI. Tentu fenomena seperti ini akan mengganggu
harmonisasi kerja antar seksi. Hal ini terjadi atas persetujuan kepala LPMP
dengan SK kegiatan kepanitiaan.
Observasi menunjukkan juga bahwa konsistensi dalam menjalankan
program kerja yang telah di tetapkan masih rendah ini terlihat banyak program
yang tidak terlaksana pada tahun berjalan, serta ada pula kegiatan yang tidak
terprogram tapi dilaksanakan atau terkesan dengan program dadakkan.
Pada pelaksanaan monitoring dan review, LPMP melakukan tanpa
persiapan yang memadai sehingga hasil tidak optimal serta tidak ada follow-up
yang lintas cepat program (fast traffic). Sehinggga adanya program-program yang
seharusnya segera di tindak lanjuti cepat terlaksana tidak mesti menunggu masuk
program yang akan datang.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas tentu perlu dicarikan model
manajemen kinerja apa yang cocok dan sesuai untuk diterapkan dalam rangka
pencapaian visi dan misi LPMP tersebut.
Banyak sekali model-model manajemen kinerja yang dapat dikembangkan
dalam pelaksanaan program kerja LPMP, dan untuk mengetahui seberapa efektif
manajemen kinerja yang diterapkan dapat dilihat apakah pelaksanaan program
telah berhasil mencapai tujuan yang diinginkan dalam visi dan misi. Jika belum
tercapai, maka perlu adanya identifikasi terhadap faktor-faktor yang menjadi
mana yang perlu diperbaiki dan dipertahankan bahkan ditingkatkan dalam kinerja
yang akan datang.
Berdasarkan uraian di atas, berikut ini penulis kemukakan premis
penelitian yang dijadikan sebagai acuan dalam mengkaji, memaknai, dan
menganalisis fenomena yang berkaitan dengan kinerja LPMP dalam
meningkatkan mutu pendidikan, guna merumuskan model sistem kinerja yang
efektif dalam proses penjaminan mutu pendidikan di provinsi Jambi.
Karena mutu pendidikan menjadi salah satu tanggung jawab LPMP, dan
mutu itu sangat terkait dengan kinerja lembaga tersebut, muncul pertanyaan
“bagaimana kinerja LPMP Provinsi Jambi dalam proses penjaminan mutu sekolah
dasar?”.
Pertanyaan itulah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Secara lebih
spesifik dan untuk memfokuskan pada persoalan serta memudahkan tahapan
analisis, pertanyaan tersebut dapat dirinci lebih lanjut menjadi beberapa
pertanyaan berikut:
1. Bagaimana perencanaan program yang dilaksanakan LPMP dalam
penjaminan mutu pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi?
2. Bagaimana pelaksanaan program LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan
pada sekolah dasar di Propinsi Jambi?
3. Bagaimana Monitoring program yang dilaksanakan LPMP dalam penjaminan
mutu pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi?
4. Bagaimana review program yang dilaksanakan LPMP dalam penjaminan mutu
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis tentang:
1. Kemampuan LPMP sebagai lembaga penjaminan mutu pendidikan di provinsi
Jambi memberikan konstribusi terhadap penjaminan mutu sekolah dasar
dalam perencanaan program yang berorientasi pada visi, misi dan tupoksi
yang mengakar pada kemampuan kinerja lembaga.
2. Konsistensi kinerja mengacu pada tupoksi LPMP pada pelaksanaan program
penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi.
3. Keakuratan dan berdampak guna hasil kerja monitoring program yang
dilaksanakan LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di
Propinsi Jambi.
4. Hasil Review program yang dilaksanakan LPMP guna perbaikan kinerja
kedepan dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi.
Penelitian ini tentunya harus diberikan batasan-batasan, karena banyak
sekali fakta-fakta yang ingin diungkap, keingintahuan yang ingin dibuktikan,
temuan-temuan lapangan yang memberikan kepenasaran untuk digali lebih dalam.
Namun demikian peneliti perlu membatasi kajian penelitian dengan menetapkan
fokus studi sebagai batas penelitian sehingga tidak menimbulkan kebingungan
dalam memverifikasi, mereduksi dan menganalisis data. (Satori dan Ruswandi,
2009: 30)
Adapun batasan dalam penelitian ini hanya terfokus pada permasalahan
provinsi Jambi.
D.Manfaat penelitian
Manfaat penelitian diharapkan meliputi 3 manfaat sekaligus yaitu:
1. Untuk pengembangan teori
Diharapkan hasil penelitian ini memberikan manfaat terhadap
pengembangan teori manajemen kinerja kedepan, karena dari teori-teori
manajemen kinerja yang ada masih bersifat universal dengan mengukur
keberhasilan kinerja dari sisi rencana, pelaksanaan, monitoring dan review
saja, tidak ada follow- up yang konkrit setelah hasil review di dapat.
Setidaknya harus ada follow-up sebelum masuk pada program perbaikan
perencanaan kerja yang akan datang. Jadi siklus manajemen kinerja deming,
setelah langkah review perlu di tambah dengan follow-up program cepat
(quick follow-up program) yakni hasil temuan review langsung ditindak
lanjuti sesegera mungkin pada tahun berjalan tidak menunggu di masukkan
pada perencanaan program kerja akan datang. Dengan demikian siklus
manajemen kinerja deming akan lebih bermakna serta berdampak luas dan
penting bagi perbaikan percepatan penjaminan mutu pendidikan pada sekolah
dasar di provinsi jambi.
2. Manfaat Secara praktis
Lembaga penjaminan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya
masih berorientasi sebagai lembaga DIKLAT (pendidikan dan pelatihan)
sehinggga tugas penjaminan yang mengacu pada 8 standar nasional pendidikan
memberikan kontribusi bagaimana seharusnya kinerja yang efektiv LPMP pada
perencaan program dengan melibatkan stakeholder yang peduli pada
penjaminan mutu pendidikan. Pada pelaksanaan komit dan konsisten pada
rencana kerja yang telah ditetapkan sebagai program kerja pada LPMP, tidak
terjadinya ketidak sesuaian antara program yang dirancang dengan kenyataan
pelaksanaan program dilapangan. Begitupun dengan monitoring dan review
banyak tahapan yang tertinggal sehingga hasil manitoring dan review terkesan
tidak optimal. Dengan demikian penelitian ini akan manfaat dan pencerahan
agar LPMP kembali kepada jalan yang benar dalam kinerja penjaminan mutu
pendidikan dengan target 8 standar pendidikan nasional sekolah dasar di
provinsi Jambi.
3. Manfaat untuk peneliti lebih lanjut
Penelitian ini belum lengkap kalau tidak dilengkapi oleh penelitian
lanjutan, karena masih banyak yang belum terungkap secara keseluruhan
dalam pelaksanaan penelitian ini. Dari segi teori dalam penelitian ini
menggunakan teori model siklus manajemen kinerja Deming dalam Michael
Amstrong dan Angela Baron, Ferformance Management. Sehingga tidak
terlepas dari pengungkapan penelitian mengacu pada siklus perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan review. Dengan demikian ada plus dan minusnya
jika dibandingkan dengan teori model kinerja lainnya. Ada hal lain yang
belum tersentuh dan perlu dilakukan penelitian lanjut sejenis yakni kinerja
LPMP dalam penjaminan mutu pada sekolah menegah pertama dan sekolah
menambah dan melengkapi penelitian terdahulu. Penelitian ini menggunakan
pendekatan metode penelitian kualitatif tentu juga memiliki kelemahan dalam
bentuk tidak bisa mengungkap secara detil angka-angka pencapain mutu
sekolah dasar yang memerlukan metode penelitian kuantitatif. Tentu
penelitian lanjut juga diharapkan mampu mengungkap angka-angka
pencapaian peningkatan mutu mengacu pada 8 standar nasional pendidikan.
Walaupun demikian setidaknya peneliti ini sudah memberi langka awal bagi
rekan-rekan peneliti lanjutan lainnya. Dengan demikian peneliti
mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut. Kepada rekan-rekan peneliti
yang berminat dan konsisten terhadap dunia pendidikan, kiranya dapat
mengembangkan hasil penelitian ini dengan substansi dan perspektif yang
lebih luas dan mendalam. Karena keberhasilan pendidikan di Indonesia secara
langsung maupun tidak langsung menjadi beban dan tanggung jawab kita
bersama
E. Struktur organisasi Disertasi
Disertasi ini disusun dengan struktur organisasi sebagai berikut:
Pada bab I tentang Pendahuluan dijabarkan beberapa point yaitu Latar
Belakang Penelitian, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian, dan Struktur Organisasi Disertasi
Pada bab II, tentang kajian pustaka dan kerangka pemikiran penelitian
dibahas beberapa aspek yaitu: Kinerja organisasi dalam konteks administrasi
pendidikan, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, Manajemen Kinerja
Model Manajemen Kinerja, Analisis Kinerja, Penelitian terdahulu, Kerangka
pemikiran penelitian.
Bab III, tentang metode penelitian dijabarkan beberapa aspek yaitu: Lokasi
dan subjek Penelitian, Desain Penelitian, Justifikasi penggunaan metode
penelitian, Teknik Pengumpulan data, dan Analisis Data.
Pada Bab IV tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan dibahas melalui
dua kegiatan yaitu: Hasil Penelitian tentang (1) Perencanaan program yang
dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan pada sekolah
dasar di Propinsi Jambi, (2) Pelaksanaan program dalam proses penjaminan
mutu pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi, (3) Monitoring
program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan
pada sekolah dasar di Propinsi Jambi, (4) Review program yang dilaksanakan
LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan pada sekolah dasar di
Propinsi Jambi. Pembahasan, yaitu: Perencanaan program yang dilaksanakan
LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan pada sekolah dasar di
Propinsi Jambi, Pelaksanaan program dalam proses penjaminan mutu
pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi, Monitoring program yang
dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan pada sekolah
dasar di Propinsi Jambi, Review program yang dilaksanakan LPMP dalam
proses penjaminan mutu pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi
Pada Bab V tentang kesimpulan dan saran diuraikan tentang kesimpulan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan subjek Penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)
Provinsi Jambi yang beralamat di Jalan HM. Yusuf Singadekane No. 31
Telanaipura, Kota Jambi.
Alasan pemilihan lokasi penelitian ini karena berdasarkan hasil studi
pendahuluan yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa LPMP Provinsi Jambi
bertugas membantu pemerintah daerah dalam bentuk supervisi, bimbingan,
arahan, saran, dan bantuan teknis kepada satuan pendidikan TK, Dasar dan
Menengah serta pendidikan nonformal dalam upaya penjaminan mutu satuan
pendidikan untuk mencapai standar nasional pendidikan. Oleh karena itu, peneliti
merasa perlu untuk melihat bagaimana kinerja LPMP Provinsi Jambi dalam
meningkatkan mutu pendidikan di Provinsi Jambi.
2. Subjek penelitian
Tidak ada kriteria yang pasti untuk menentukan informan penelitian,
namun demikian beberapa kriteria yang dapat dijadikan acuan dalam memilih
informan dalam penelitian ini antara lain : (1) Informan mengalami langsung
situasi atau kejadian yang bekaitan dengan topik penelitian. (2) Informan mampu
menggambarkan kembali fenomena yang telah dialaminya terutama dalam sifat
(4) Bersedia untuk diwawancarai dan direkam aktifitasnya selama wawancara atau
selama penelitian berlangsung. (5) Memberikan persetujuan untuk
mempublikasikan hasil penelitian. (Kuswarno. 2009 : 60-61).
Penelitian ini melibatkan pimpinan LPMP, kepala bidang, seksi, dan
civitas akademika (widyaiswara, karyawan dan alumni), dan pakar dalam disiplin
keilmuan penjaminan mutu. Informan/partisipan dari kalangan civitas akademika
ditentukan dengan menggunakan teknik bola salju (snowball technique). Informan
pertama dipilih secara purposif dari pakar yang menonjol kemampuan dan
aktivitasnya serta memiliki gagasan dan tulisan-tulisan yang relevan dengan
penelitian ini. Kriteria yang digunakan dalam memilih informan dengan identitas
dari civitas akademika dan pakar adalah sebagai berikut: Pertama, dari unsur
pimpinan LPMP berdasarkan tugas dan perannya dalam kelembagaan struktural
LPMP. Kedua, dari unsur widyaiswara, dan trainer yang terlibat dengan kegiatan
LPMP. Ketiga, dari unsur karyawan dan administrasi. Keempat, dari unsur pakar
yang dipandang memiliki gagasan, keahlian, tulisan dan komentar terhadap
penelitian ini, agar tidak terjadi kekeliruan dalam memberi tanggapan, kritik dan
komentar yang menyimpang dari arah tujuan penelitian ini.
Diharapkan para informan dan partisipan dalam penelitian ini bisa
memberikan data secukupnya, meskipun dalam hal-hal tertentu nantinya
memerlukan ketekunan untuk memahaminya secara objektif, logis, dan benar.
Selain itu, akan sangat memiliki arti dan makna yang berguna, apabila situasi dan
keadaan sangat kondusif, bahwa mereka merasa tidak keberatan namanya ditulis
identitasnya dicantumkan secara lengkap. Namun demikian, dalam rangka
menghindari subjektifitas, menjaga sikap ilmiah dan perasaan beberapa informan
kunci, penulis tetap akan menyamarkan nama jelas dari mereka dengan hanya
menulis inisial. Dalam melakukan triangulasi selayaknya tidak dicantumkan
dalam laporan. Hal ini diharapkan tidak akan mengurangi akurasi data yang
disajikan, karena peneliti lain yang berminat melakukan penelitian ulang tentang
ihwal yang ditemukan tetap akan dapat menelusurinya dengan mudah, mengingat
kapasitas mereka sebagai pimpinan, pakar sudah dikenal, baik di lingkungan nya
maupun masyarakat ilmiah.
B. Desain Penelitian
Mencermati objek bahasan yang diteliti, yaitu kinerja LPMP dalam
hubungan dengan dinamika fungsi dan perannya dikaitkan dengan sejumlah
program, produk dan proses-proses dalam penjaminan mutu pendidikan di
wilayah kerjanya, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif.
Pendekatan kualitatif digunakan karena fokus penelitian ini adalah
pengungkapan program, produk, dan proses-proses penjaminan mutu yang telah
dan tengah dilakukan LPMP memerlukan interpretasi makna secara mendalam.
Berpegang pada anggapan bahwa LPMP pun sebagai institusi “intelligent
organized” berkenan dengan penjaminan mutu pendidikan, tidak terlepas dari
dan atau tengah mengalami proses diferensiasi, dinamika eksternal dan internal
serta rasionalisasi tindakannya, tidak hanya dapat diungkap pada perkembangan
tindakan dengan kondisi perkembangan masyarakat. Istilah kualitatif menunjuk
proses dan makna yang tidak diuji atau diukur secara ketat dari segi kuantitas,
jumlah, intensitas, ataupun frekuensi; penekanan diberikan pada konstruksi sosial
dari realitas dan mencari jawaban bagaimana pengalaman sosial dibentuk dan
diberi makna (Denzin dan Lincoln, 1994:4).
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini terkait
erat dengan realitas sosial dan pranata sosial penjaminan mutu pendidikan melalui
penelitian kualitatif ini mengacu kepada strategi penelitian observasi partisipan
dan wawancara mendalam, yang bertujuan untuk memahami aktivitas yang
diselidiki dan memungkinkan peneliti memperoleh data dan informasi dari tangan
pertama mengenai masalah sosial empiris yang hendak dipecahkan. Melalui
metode penelitian ini, memungkinkan peneliti mendekati data sehingga mampu
mengembangkan komponen keterangan yang analitis, konseptual dan kategoris
dari data itu sendiri.
Studi mendalam pada komunitas layanan (stakeholders) digunakan
sebagai strategi untuk menggambarkan kinerja LPMP sehingga dinamika peran
dan fungsinya dapat dijelaskan secara olistik. Studi kasus pada LPM Jambi ini
tujuannya adalah untuk mempelajari secara mendalam keadaan kehidupan
sekarang dengan latar belakangnya dalam interaksi dengan lingkungannya dari
suatu unit sosial seperti individu, kelembagaan, komunitas atau masyarakat
(Rusidi, 1992: 23). Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini
a. Memilih objek penelitian yang terfokus pada upaya menggambarkan dan
menjelaskan pemahaman karakteristik, arti dan pemikiran dari ragam program,
produk dan proses-proses yang terjadi yang sulit diukur dengan hanya dengan
angka saja, maka penggunaan metode penelitian kualitatif ini dipandang tepat
dan fleksibel guna mencapai tujuan penelitian.
b. Metode kualitatif memungkinkan untuk mengamati dan memahami gejala
kehidupan dalam LPMP itu baik secara internal maupun eksternal, dari sudut
pandang para pihak yang terkit dengan upaya penjaminan mutu pendidikan
yang dilakukannya.
c. Metode kualitatif memungkinkan untuk melakukan verifikasi dan eksplanasi
secara lebih mendalam pada saat menemukan perilaku para pihak yang diteliti
yang secara konseptual dipandang berbeda dari apa yang seharusnya. Dengan
melakukan cross check terhadap hal-hal yang terjadi di lapangan yang dinilai
menyimpang itu dapat mempertinggi validitas dan akurasi data.
d. Dalam metode penelitian kualitatif sebagian besar data yang dikumpulkan
berupa kata-kata verbal, bukan hanya berupa angka semata, baik lisan maupun
tulisan yang diambil dari sejumlah informan yang berhubungan dengan objek
penelitian.
e. Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang berhubungan
dengan suatu teori tertentu dan berdasarkan angka, tetapi lebih dimaksudkan
untuk “menguji” dalam arti mengembangkan teori berdasarkan data yang
ditemukan. Dengan demikian, teori-teori yang dipandang sudah mapan dalam
memagari, agar penelitian ini tidak keluar dari tujuan semula.
f. Telaah dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama melakukan
pengumpulan data di lapangan, karena analisis muncul dengan sendirinya
pada saat menafsirkan data sejak awal sampai dengan akhir penelitian.
C. Justifikasi penggunaan metode penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Disebut kualitatif
karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif yang
menggunakan alat-alat pengukur. oleh pengukuran formal.
Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada
beberapa pertimbangan berikut:
a. Memilih objek penelitian yang terfokus pada upaya menggambarkan dan
menjelaskan pemahaman karakteristik, arti dan pemikiran dari ragam
program, produk dan proses-proses yang terjadi yang sulit diukur dengan
hanya dengan angka saja.
b. Metode kualitatif memungkinkan untuk mengamati dan memahami gejala
kehidupan dalam LPMP itu baik secara internal maupun eksternal, dari sudut
pandang para pihak yang terkit dengan upaya penjaminan mutu pendidikan
yang dilakukannya.
c. Metode kualitatif memungkinkan untuk melakukan verifikasi dan eksplanasi
secara lebih mendalam pada saat menemukan perilaku para pihak yang diteliti
yang secara konseptual dipandang berbeda dari apa yang seharusnya. Dengan
melakukan cross check terhadap hal-hal yang terjadi di lapangan yang dinilai
d. Dalam metode penelitian kualitatif sebagian besar data yang dikumpulkan
berupa kata-kata verbal, bukan hanya berupa angka semata, baik lisan maupun
tulisan yang diambil dari sejumlah informan yang berhubungan dengan objek
penelitian.
e. Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang berhubungan
dengan suatu teori tertentu dan berdasarkan angka, tetapi lebih dimaksudkan
untuk “menguji” dalam arti mengembangkan teori berdasarkan data yang
ditemukan. Dengan demikian, teori-teori yang dipandang sudah mapan dalam
bidang ini hanya dijadikan sebagai kerangka acuan guna memberi arah dan
memagari, agar penelitian ini tidak keluar dari tujuan semula.
f. Telaah dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama melakukan
pengumpulan data di lapangan, karena analisis muncul dengan sendirinya
pada saat menafsirkan data sejak awal sampai dengan akhir penelitian.
Studi ini berhubungan dengan masalah efektivitas kinerja LPMP berkaitan
dengan penjaminan mutu pendidikan, khususnya dalam konteks peran dan fungsi
institusionalnya. Penjaminan mutu pendidikan akan selalu melibatkan sejumlah
peranserta dari berbagai pihak dalam implementasinaya. Sejatinya kinerja LPMP
adalah dapat diamati dari sejauhmana fungsi dan peran yang telah berlangsung
selama ini dapat dideskripsikan secara holistik dan bagaimana pula perspektif
masa mendatang LPMP dalam memberikan penjaminan mutu terhadap
stackholderenya, mengingat bahwa mutu selalu bergerak dimanis. Karena, LPMP
merupakan lembaga yang diberi kewenangan dalam penjaminan mutu pendidikan
memberikan penjaminan mutu pendidikan di walayah kerjanya.
Oleh karena itu, penelitian ini memberikan gambaran dinamika dan
prospek kinerja LPMP yang bertolak dari konidisi saat ini dan bagaimana ke
depan dalam konteks dinamika praksis pendidikan yang semakin penuh tantangan
menuju pencapaian pendidikan bermutu, mengingat bahwa dalam realitas sosial
yang terjadi dari waktu ke waktu mutu pendidikan nasional kita selalu berada
dalam persimpangan jalan. Dalam kerangka memahami (to understanding)
pola-pola perkembangan yang dilakukan sehubungan dengan status dan perannya
sebagai institusi penjaminan mutu pendidikan, maka mejadi sangat mendasar
untuk melakukan telaah secara holistik. Sehingga dengan cara ini dapat mengkaji
ulang (merekonstruk) fungsi dan peran LPMP sebagai institusi yang handal dalam
bidang intelligent organized berkenan dengan penjaminan mutu pendidikan.
D. Teknik Pengumpulan data
Keberhasilan suatu penelitian dengan teknik kualitatif sangat tergantung
pada ketelitian, kelengkapan catatan lapangan (field notes) yang disusun oleh
peneliti. Catatan lapangan tersebut disusun melalui observasi, wawancara dan
studi dokumenter. Ketiga teknik pengumpulan data ini untuk memperoleh
informasi yang saling menunjang dan melengkapi.
Mengacu pada pendapat di atas, teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam pelaksanaan penelitian ini meliputi; (a) pengamatan partisipasi, (b)
wawancara, dan (c) studi dokumentasi. Observasi partisipasi (partisipation
kegiatan yang sedang dilakukan atau sedang dialami orang lain, sedangkan orang
lain tidak mengetahui bahwa dia atau mereka sedang diobservasi. Singarimbun
(dalam Moleong, 1990: 109) mengemukakan bahwa kegiatan wawancara
melibatkan komponen-komponen, yaitu; isi pertanyaan, pewawancara, responden,
dan situasi wawancara. Dokumentasi dalam penelitian ini adalah
dokumen-dokumen yang ada di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Dinas
Pendidikan yang berkaitan dengan fokus penelitian sebagai pelengkap keluasan
analisis data.
1. Teknik Observasi
Teknik observasi adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologi dan psikologis yang berkenaan dengan
perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan lain-lainnya. Intensitas
partisipasi pengamat dapat dilakukan dalam lima tingkatan yaitu dari partisipasi
nihil (non pariticipation), partisipasi pasif (pasive partisipation), partisipasi
sedang (moderate partisipation), partisipasi aktif (active partisipation), sampai
dengan partisipasi penuh (complete partisipation). Peneliti melakukan observasi
dengan tingkatan partisipasi moderat dengan mempertimbangkan kedudukan
peneliti dan sifat penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti melakukan
observasi mulai dari kegiatan sebagai penonton, sewaktu-waktu turut serta dalam
situasi atau kegiatan pelaksanaan pelatihan keterampilan yang berlangsung.
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang
(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan
gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk
membantu mengerti kinerja LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah,
dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu
melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Dalam melaksanakan
observasi, digunakan instrumen berupa pedoman observasi.
http://nanangkohar.wordpress.com/membuat-blog-wordpress/
2. Teknik Wawancara
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data awal yang berkenaan dengan
kinerja LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar yang selama ini
telah dilaksanakan oleh LPMP atau pihak terkait lainnya. Data hasil wawancara
ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi.
Penggunaan teknik wawancara diharapkan dapat memperoleh data yang
berhubungan dengan kebiasaan, norma-norma yang berlaku, kebutuhan, potensi,
serta kendala dan upaya untuk mengantisipasinya. Penggunaan teknik wawancara
juga diharapkan dapat mengetahui secara mendalam hal-hal yang sudah mereka
lakukan, rasakan, hasil yang telah didapat serta pengalaman yang mereka
inginkan. Sukardi (2005: 79-80) menjelaskan keunggulan teknik wawancara
sebagai teknik penelitian, yakni: (1) peneliti dapat membantu menjelaskan
pertanyaan, (2) peneliti dapat mengontrol jawaban responden secara lebih teliti
dengan mengamati reaksi atau tingkah laku yang diakibatkan oleh pertanyaan
dalam proses wawancara, dan (3) peneliti dapat memperoleh informasi yang tidak
dapat diungkapkan dengan cara observasi ataupun studi dokumentasi.
wawancara. Penggunaan pedoman wawancara dilakukan agar proses wawancara
tidak menyimpang dari masalah yang akan digali, dapat berkembang sesuai
dengan kondisi di lapangan, tidak terjadi pengulangan, serta tidak menyimpang
dari fokus penelitian. Sevilla, dkk (dalam Sukardi (2005: 80), membagi
wawancara atas wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Teknik
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak
terstruktur, dimana pewawancara dapat memodifikasi, mengulangi, menguraikan
pertanyaan, dan dapat mengikuti jawaban responden asalkan tidak menyimpang
dari tujuan wawancara.
Dalam kegiatan wawancara itu, dilakukan terhadap 5 orang informan
kunci terdiri dari pimpinan LPMP, kepala Bidang, widyasiwara, dan alumni yang
dipilih secara acak. Juga 3 orang pemangku kepentingan yang selalu bermitra
dengan LPMP, pakar pendidikan, dan tokoh praktisi pendidikan yang dipandang
memiliki perhatian berdasarkan kedudukan dan keahliannya.
3. Studi Dokumentasi
Teknik studi dokumentasi digunakan untuk menghimpun data tertulis yang
berhubungan dengan masalah-masalah kinerja LPMP dalam penjaminan mutu
pendidikan sekolah dasar pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring
dan review. Data yang diperoleh dari studi dokumentasi dijadikan alat untuk
mengecek kesesuaian data yang diperoleh dari kegiatan observasi dan wawancara.
Studi dokumentasi dilakukan guna menggali dan mendapatkan data
sekunder yang diperlukan untuk menunjang penelitian. Studi dokumentasi ini
LPMP berkenan dengan penjaminan mutu di wilayah kerjanya. Pengumpulan
data dilakukan langsung peneliti dengan pertimbangan: (1) Peneliti sebagai alat
peka yang dapat bereaksi terhadap segala stimulasi dari lingkungan yang
diperkirakan beraneka atau tidak bagi penelitian; (2) Peneliti sebagai alat dapat
menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan serta dapat mengumpulkan
aneka ragam data sekaligus; (3) Tiap situasi merupakan keseluruhan di mana
peneliti sebagai instrumen dapat memahami situasi dan seluk beluknya; (4)
Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisa data yang diperoleh,
menafsirkannya, untuk menentukan arah pengamatan selanjutnya.
E. Analisis Data
Sebagai suatu rancangan, analisis utama dalam penelitian ini adalah data
kualitatif. Analisis data adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan.
Menyusun data berarti menggolongkannya ke dalam pola, tema atau kategori.
Tafsiran atau interpretasi, artinya menggolongkannya kepada hasil analisis,
menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antar berbagai konsep
(Nasution, 1988:126). Analisis data kualitatif diartikan sebagai usaha analisis
berdasarkan kata-kata yang disusun di dalam teks yang diperluas (Mile dan
Huberman, 1992:16). Pengertian kualitatif di sini bermakna bahwa data yang
disajikan berwujud kata-kata dan bukan angka-angka. Dalam penelitian ini, data
hasil wawancara dan pengamatan ditulis dalam suatu catatan lapangan yang
terinci dan terekam yang akan dianalisa secara kualitatif untuk analisis data akan
a. Reduksi Data. Data yang diperoleh di lapangan akan diketik ulang dalam
bentuk uraian yang sangat lengkap dan banyak. Data tersebut direduksi,
dirangkum, dipilih hal yang pokok, difokuskan kepada hal yang penting dan
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sehingga data yang direduksi dapat
memberikan suatu gambaran yang lebih mendalam (tajam) tentang hasil
pengamatan dan wawancara.
b. Display Data. Display data dilakukan mengingat data yang terkumpul
demikian banyak, sehingga data yang terkumpul atau tertumpuk akan
menimbulkan kesulitan dalam menggambarkan rincian keseluruhan dan sulit
pula untuk mengambil kesimpulan. Kesukaran di atas, dapat diatasi dengan
cara membuat model dan paradigma penelitian. Sehingga keseluruhan data
sebagai bagian dari rincian dapat dipetakan dengan jelas.
c. Kesimpulan dan Verifikasi. Penarikan kesimpulan berdasarkan reduksi dan
penyajian data. Penarikan kesimpulan data berlangsung bertahap dari
kesimpulan umum pada tahap reduksi data, kemudian menjadi lebih spesifik
pada tahap penyajian data yang sudah dipolakan, difokuskan dan disusun
secara sistematik, baik melalui penentuan tema maupun model dan paradigma
penelitian, kemudian disimpulkan, sehingga makna data bisa ditemukan.
Rangkaian proses ini menunjukkan bahwa analisis data kualitatif dalam
penelitian ini bersifat menggabungkan tahap reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan secara berulang dan bersiklus.
d. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data. Untuk menguji keabsahan data atau
yang telah terkumpul. Dalam penelitian kualitatif menggunakan kriteria
derajat kepercayaan (kredibilitas), keteralihan, kebergantungan, dan kepastian.
Secara visual jalinan proses analisis data kualitatif dapat dilihat gambar
berikut.
Gambar 3.1 Model Analisis Data Kualitatif
Sumber: Mattew B. Milles dan Michael A. Huberman (1992:20)
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah: teknik perpanjangan keikutsertaan, teknik triangulasi, dan
teknik diskusi dengan teman sejawat dan para ahli/pakar. Perpanjangan
keikut-sertaan digunakan dengan cara menambah jumlah waktu penelitian selama dua
bulan. Perpanjangan keikutsertaan peneliti di latar penelitian akan memungkinkan
adanya peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Teknik
triangulasi dilakukan dengan memanfaatkan dua cara, yaitu triangulasi dengan
sumber dan triangulasi dengan teori (Patton, 1987:331; Moleong, 1991:178;
Robson, 2005:174-176). analisis
Data
Penarikan kesimpulan Dan verifikasi Reduksi
data
Triangulasi dengan sumber yaitu membandingkan dan mengecek-balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui key informan.
Sedangkan triangulasi dengan teori, berupa mengkonfirmasikan data dengan teori.
Dengan demikian data yang telah ditemukan dapat terjamin derajat
kepercayaannya. Adapun teknik diskusi dengan teman sejawat dan pakar ini
dilakukan dengan cara menemui teman untuk berkumpul dan mendiskusikan hasil
sementara atau hasil akhir yang diperoleh dari penelitian secara analitik. Dari
diskusi inilah peneliti melakukan pengecekan kembali terhadap data yang kurang
cocok atau kurang serasi dengan fokus penelitian. Penggunaan metode ini
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisa penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Perencanaan yang dilaksanakan oleh LPMP pada jenjang pendidikan
sekolah dasar meliputi berbagai aspek penjaminan mutu pendidikan bagi
pendidik dan tenaga kependidikan. Perencanaan dirumuskan mengacu pada
visi dan misi dan diuraikan melalui tujuan yang hendak dicapai dan
kemudian dibuat program kerja tahunan, menengah dan jangkan panjang.
Perencanaan dalam bentuk program yang dibuat LPMP belum optimal dan
belum melibatkan seluruh stakeholder pendidikan, terutama yang
berhubungan erat dengan penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar.
Perencanaan dan program kerja LPMP di dalam penjaminan mutu
pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi dengan menetapkan tujuan dan
sasaran yang ingin dicapai dalam kurun waktu 2008-2012 ke dalam 8
(delapan) bidang garapan yang tersebar dalam program kerja
masing-masing seksi di LPMP yakni: seksi program dan sistim informasi (PSI),
seksi pemetaan mutu dan supervisi (PMS) dan seksi fasilitasi sumberdaya
pendidik (FSDP).
2. Pelaksanakan program kegiatan LPMP kurun waktu tahun 2009-2011 pada
seksi PMS telah melaksanakan 54 volume kegiatan, seksi PSI
kegiatan. Dari berbagai kegiatan yang telah direncanakan tersebut terlihat
masih banyak kegiatan yang belum dapat terlaksana. Miskipun ditemukan
ketidak sesuaian antara rencana program yang dibuat dengan implementasi
kegiatan yang dilaksanakan. Terdapat ketidaksingkronan antara rencana
program yang sudah ditetapkan dengan sebahagian program kegiatan yang
dilaksanakan. Bahkan ditemukan kegiatan dadakan yang tidak terdapat
dalam program yang telah di tetapkan jusru dilaksanakan dengan menukar
kegiatan yang telah terprogram. Volume kegiatan tidak dibuat berdasarkan
skala kegiatan yang terprioritaskan sehingga capaian sasaran dari program
belum optimal.
3. Monitoring yang dilakukan oleh LPMP dalam penjaminan mutu sekolah
dasar meliputi keseluruhan kegiatan. Monitoring yang dilaksanakan
meliputi keseluruhan tahapan: persiapan, pelaksanaan, penilaian, dan hasil.
Dalam pelaksanaan monitoring yang dilakukan LPMP ditemukan beberapa
kegiatan yang tidak dilaksanakan pada tahapan perencanaan atau persiapan.
Program yang disampaikan seksi-seksi tanpa melalui analisis sesuai
dengan keinginan monitoring. Sehingga monitoring yang dilakukan belum
dirasakan memberikan hasil yang optimal dalam rangka penjaminan mutu
sekolah dasar.
4. Review yang dilakukan LPMP berkaitan pada langkah-langkah kegiatan
yang berhubungan dengan menghasilkan output yang dalam penjaminan
mutu pendidikan berupa layanan. Review ini mengacu pada optimalisasi